Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH.........................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................1
A. Latar Belakang..............................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................1
C. Tujuan...........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................3
B. . Macam-Macam Hadas................................................5
D. Hikmah Bersuci............................................................17
A. Kesimpulan................................................................19
B. Saran...........................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Bersuci Dari Hadas Menurut Para Imam?
2. Apa Saja Macam-Macam Hadas?
3. Bagaimana Cara Bersuci Dari Hadas?
4. Apa Hikmah Dari Bersuci?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bersuci dari hadas
1
2. Mengetahui macam-macam hadas
3. Mengetahui cara bersuci dari hadas
4. Mengetahui Hikmah Bersuci
BAB II
2
PEMBAHASAN
1. Al-Hanafiyyah
1
Prof.Dr.Mahmud Syalthut, Fiqih tujuh madzhab (Bandung:pustaka
setia.2007). hlm.31
3
hadas adalah najis hukmi, yang artinya adalah bahwa Allah ( Syar'i)
menghukumi bahwa hadas itu merupakan najis yang
mengakibatkan shalat tidak sah, seperti najis hissiy.
Adapun kotoran ( khubuts) menurut syara' adalah sesuatu
yang menjijikkan yang oleh syara' diperintahkan untuk dibersihkan.
Dari sinilah dapat diketahui bahwa najis adalah lawan dari
thaharah. Perlu diketahui pula bahwa najis terkandung dua
pengertian sekaligus, yaitu hadas dan khubus (kotoran), meskipun
menurut bahasa lafadz najis tersebut berarti segala sesuatu yang
menjijikkan, baik hissiy seperti darah, air kencing, kotoran
manusia, dan semacamnya maupun maknawi seperti dosa.
2. Al Malikiyyah
4
1. Najis, yaitu suatu sifat yang menurut syar'i dilarang mengerjakan
shalat dengan memakai pakaian yang terkena najis atau di
tempat yang ada najisnya.
2. Hadas, yaitu suatu sifat yang menurut syar'i dilarang melakukan
shalat karenanya.
3. Al-Syafi'iyah
4. Al Hanabillah
5
Thaharah menurut syara' adalah hilangnya hadas atau yang
semisalnya serta hilangnya najis atau hukum najis itu sendiri.
Adapun hilangnya hadas berarti hilangnya sifat yang menghalangi
shalat dan yang searti dengannya. Karena hadas merupakan ibarat
dari sifat yang menurut hukum berada di seluruh atau sebagian
anggota badan, thaharah dari hadas berarti hilangnya sifat tersebut.
l. Hadats Kecil
2
Aliy As’ar, Fathul mu’in. (Kudus: Menara kudus,1980). hlm 71.
6
a) Buang air kecil atau buang air besar
Penegasan ini didasarkan pada firman Allah SWT yang
tersurat dalam al-Maaidah ayat 6.
“... atau salah satu di antara kalian datang dari jamban
(buang air) "
7
bahwa Nabi saw. Telah bersabda "Barang siapa menyentuh
kemaluannya maka jangan shalat sebelum berwudhu"
3
Abdul Rosyad Shiddiq, Fikih Ibadah. (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2006), hlm: 80.
8
b. Perkara-perkara yang menyebabkan kedatangan hadas kecil
(membatalkan wudhu')
Wudhu' seseorang itu akan terbatal dengan salah satu dari 5 sebab
berikut;
1) Keluar sesuatu dari 2 jalan yaitu qubul atau dubur seperti
kencing, berak atau buang angin (kentut).
2) Hilang akal dengan sebab gila atau mabuk atau sakit.
3) Tidur nyenyak, kecuali tidur orang yang duduk, yang tetap
kedua papan punggungnya.
4) Bersentuh kulit lelaki dan kulit perempuan yang halal
berkawin dengan tidak berlapik dan keduanya telah dewasa.
5) Menyentuh qubul atau dubur manusia dengan tapak tangan
tidak berlapik walaupun qubul atau duburnya sendiri.
2. Hadats Besar
9
Hadats besar mengikut istilah syara' ertinya sesuatu yang maknawi
(kotoran yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar), yang berada
pada seluruh badan seseorang, yang dengannya menegah
mendirikan solat dan amal ibadah seumpamanya, selama tidak
diberi kelonggaran oleh syara'. Selama seseorang itu tidak
menempuh atau melakukan salah satu perkara yang menyebabkan
hadas besar, maka selama itu badannya suci dari hadas besar. Sebab
dinamakan hadas besar ialah karena kawasan yang didiami atau
dikenai oleh hadas besar ini terlalu luas yaitu meliputi seluruh
badan dan rambut, Sebagaimana yang telah kami kutip dari sebuah
buku yang ditulis oleh Musthafa Kamal Pasha, dalam karyanya
yang berjudul Fikih Islam, cetakan ke-4, hal: 22 beliau
mengemukakan bahwa yang menyebabkan seseorang dihukumkan
terkena hadats besar antara lain sebagai berikut:
10
benar, bila ia melihat air". (H.R. Bukhari dan Muslim serta
lainnya).
4
Isnatin Ulfah, Fiqih Ibadah . (Ponorogo: STAIN Press Ponorogo,2009),
hlm: 56.
11
l) Sholat
2) Tawaf
3) Menyentuh Al-Qur'an
4) Membaca Al-Qur'an.
5) l'tikaf
6) Berpuasa
12
Bersuci ada dua bagian
1. Wudhu
Syarat-Syarat Wudhu
1. Islam
2. Mumayiz, karena wudhu itu merupakan ibadat yang wajib
diniati, sedangkan orang yang tidak beragama Islam dan
orang yang belum mumayiz tidak diberi hak untuk berniat
3. Tidak berhadas besar
4. Dengan air yang suci dan mensucikan
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit,seperti
getah dan sebagainya yang melekat di atas kulit anggota
wudhu5
5
Drs. H. Moh.Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap. (Semarang : PT. Karya
Toha Putra, 1978). hlm. 63
13
Fardu (rukun) wudu
1. Niat
2. Membasuh muka
3. Membasuh dua tangan sampai ke siku
4. Menyapu sebagian kepala
5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki
6. Menerbitkan rukun-rukun diatas
14
4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak
5. tangan
2. Mandi wajib
Yang dimaksud dengan "mandi" di sini Ialah mengalirkan air
ke seluruh badan dengan niat. Firman Allah SWT.:
"Dan jika kamu junub, maka mandilah. " (QS Al Maidah: 6)
15
Apakah perempuan wajib mandi apabila bermimpi? Jawab
beliau, "Ya (wajib atasnya mandi), apabila ia melihat air
(artinya keluar mani). " (sepakat ahli hadits)
16
Beliau berkata kepada Fatimah binti abi hubaisy, "Apabila
datang haid ilu, hendaklah engkau tinggalkan shalat. Dan
apabila habis haid itu, hendaklah engkau mandi dan
shalat. " (HR Bukhari)
Sunat-sunat mandi
1. Membaca "bismillah " pada permulaan mandi.
2. Berwudu sebelum mandi
3. Menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan.
6
Sayyid, Sabiq, dkk, Fikih Sunah jilid 1,(Jakarta:Mulyaco,1984), hlm.
128-130.
17
4. Mendahulukan yang kanan daripada yang kiri.
5. Berturut-turut
Mandi sunat
1. Mandi hari jum'at disunatkan bagi orang yang bermaksud
akan mengerjakan shalat jum'at, agar baunya yang busuk
tidak mengganggu orang di sekitar tempat duduknya. Sabda
Rasulullah Saw.
Dari Ibnu Umar. la berkata, "Rasulullah Saw. Telah
bersabda, "Apabila salah seorang hendak pergi shalat
jum'at, hendaklah ia mandi. " (HR Muslim)
2. Mandi hari raya idul fitri dan hari raya kurban.
Dari Fakih bin Sa 'di. Sesungguhnya Nabi Saw. Mandi pada
hari jumat, hari Arafah, Hari Raya Fitri, dan pada Hari
Raya Haji. (HR Abdullah Bin Ahmad)
3. Mandi orang gila apabila ia sembuh dari gilanya, karena ada
sangkaan (kemungkinan) ia keluar mani.
4. Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah.
Dari Zaid bin Tsabit. Sesungguhnya Rasulullah Saw.
membuka pakaian beliau ketika hendak ihram, dan beliau
mandi. (HR Tirmidzi)
5. Mandi sehabis memandikan mayat. Sabda Rasulullah Saw.
"Barang siapa memandikan mayat, hendaklah ia mandi; dan
barang siapa membawa mayat, hendaklah ia berwudu. " (HR
Tirmidzi dan dikatakan Hadits Hasan)
18
6. Mandi seorang kafir setelah memeluk agama Islam, sebab
ketika beberapa sahabat masuk Islam, mereka disuruh Nabi
Mandi. Menurut Hadits:
Dari Qais bin Asyim. Ketika ia masuk Islam, Rasulullah
Saw. Menyuruhnya mandi dengan air dan daun bidara. (HR
Lima ahli hadits selain ibnu majah)
Perintah ini menjadi sunat hukumnya, bukan wajib, karena
ada karinah (tanda) yang menunjukkan bukan wajib, yaitu
beberapa orang sahabat ketika mereka masuk Islam tidak
disuruh mandi oleh Nabi.
3. Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah ke muka dan kedua
tangan sampai siku dengan beberapa syarat. Tayamum adalah
pengganti wudu atau mandi, sebagai rukhsah atau keringanan untuk
orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan
( uzur) yaitu
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya
atau lambat sembuhnya
2. Karena perjalanan
3. Karena tidak adanya air.
“ Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari
tempat buang air ( kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang
19
baik( bersih) ; sapulah mukamu dan kedua tanganmu dengan tanah
itu " ( Al- Maidah)
Hukum Tayamum
Hadist yang paling sah mengenai tayamum ialah hadis
Ammar ibn yasir. Hadist tersebut, tegas diterangkan bahwa tepukan
tanah cukup sekali saja untuk muka dan dua telapak tangan.
Memang , tidak ada suatu hadist pun dalam bab ini menentangnya.7
Fuqoha hadist, diantaranya Ahmad, sependapat dengan
hadist tersebut. Pendapat ulama hadist sah dari yang mengatakan
bahwa tayamum dua kali tepuk, sekali buat muka, sekali buat
tangan hingga siku.
Syafi'i dalam Al-Jadid dan Abu Hanifah berpendapat
demikian. Atau dua kali tepuk hingga pergelangan tangan ( ku'ain)
Syarat tayamum:
1. Sudah masuk waktu shalat. Tayamum disyariatkan untuk
orang yang terpaksa. Sebelum masuk waktu shalat ia belum
terpaksa, sebab shalat belum wajib atasnya ketika itu.
2. Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan
waktu sudah masuk. Alasannya adalah ayat tersebut di atas.
Kita disuruh bertayamum bila tidak ada air sesudah dicari
dan kita yakin tidak ada; kecuali orang sakit yang tidak
diperbolehkan memakai air, atau ia yakin tidak ada air di
7
H.sulaiman Rasjid. Fiqih Islam (Bandung:Sinar Baru Algensindo.2012)
hlm.13.
20
sekitar tempat itu, maka mencari air tidak menjadi syarat
baginya.
3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat
imam syafi'i, tidak sah tayamum selain dengan tanah.
Menurut pendapat imam yang lain, boleh (sah) tayamum
dengan tanah, pasir, atau batu. Dalil pendapat yang kedua ini
adalah sabda Rasulullah Saw.
"Telah dijadikan bagiku bumi yang haik, menyucikan, dan
tempat sujud. " (Sepakat Ahli Hadits)
Perkataan "bumi" termasuk juga tanah, pasir, dan batu
4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum
itu hendaklah ia bersih dari najis, menurut pendapat
sebagian ulama; tetapi menurut pendapat yang lain tidak.
21
4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari
tangan. Alasannya sebagaimana keterangan menertibkan
rukun wudhu yang telah lalu. Sebagian ulama ada yang
berpendapat bahwa tidak wajar menertibkan rukun
tayamum.
22
juga bila memakai air ketika hari sangat dingin,
dikhawatirkan akan menjadi sakit.8
Sunnat tayamum
1. Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadits sunnah wudhu,
sebab tayamum merupakan pengganti wudhu.
2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang
di atas tangan itu menjadi tipis.
3. Membaca dua kalimat syahadat sesuadah selesai tayamum,
sebagaimana sesudah selesai berwudhu.
D. Hikmah bersuci
8
Hasbi Ash-Shiddieqy. Kuliah Ibadah (Semarang:PT. Pustaka Rizki
Putra.2011) hlm.95.
23
Anjuran bersuci dalam Islam terjembatani dalam pelaksanaan
wudlu’ sebelum shalat.
Demikian pula anjuran mandi sebelum pertemuan jum’atan
atau berkumpul tahunan dalam rangka shalat idul adha maupun idul
fitri. Begitu juga dengan anjuran memotong kuku, membersihkan
gigi, membersihkan pakaian dengan mencuci.9
Kitab Fiqih Manhaji Madzhab Imam Syafi’I menerangkan
adanya hikmah dibalik anjuran tersebut diantaranya.
1. Menunjukkan fitrah Islam sebagai agama yang suci.
2. Menjaga kehormatan dan kewibawaan seorang Islam. Karena
manusia pada dasarnya condong pada sesuatu yang bersih,
suka berkumpul dengan orang-orang yang bersih dan
menjauhi sesuatu yang kotor. Maka perintah bersuci adalah
jalan menuju kehormatan dan kewibawaan Islam itu sendiri.
Lebih-lebih ketika bersinggungan dengan msyarakat lainnya.
3. Menjaga kesehatan. Karena penyakit itu datang disebabkan
kuman-kuman serta bakteri-bakteri yang dibawa oleh
kotoran, maka Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga
kebersihan agar terhindar dari penyakit. Seperti mebersihkan
badan, mencuci muka, mencuci tangan, mencuci kaki, karena
anggota yang disebutkan merupakan tempat dimana kotoran
yang menbawa penyakit itu bersarang.
4. Mempermudah diri mendekati Ilahi. Allah Tuhan Yang
Mahas Suci senang akan hal-hal yang suci. Karena itu keitka
9
Sayyid, Sabiq, dkk, Fikih Sunah jilid 1,(Jakarta:Mulyaco,1984),
hlm.144.
24
shalat untuk menghadapi-Nya haruslah dalam keadaan suci
secara lahir maupun batin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadats dibedakan menjadi dua, yaitu hadats kecil dan hadats
besar. Hadats kecil ialah sesuatu kotoran yang maknawi (tidak dapat
dilihat dengan mata kasar), yang berada pada anggota wudhu', yang
menegah ia dari melakukan solat atau amal ibadah seumpama solat,
selama tidak diberi kelonggaran oleh syara' Sedangkan hadats besar
ialah sesuatu yang maknawi (kotoran yang tidak dapat dilihat oleh
mata kasar), yang berada pada seluruh badan seseorang, yang
25
dengannya menegah mendirikan solat dan amal iadah
seumpamanya, selama tidak diberi kelonggaran oleh syara'.
Hadats bisa dihilangkan dengan bersuci seperti mandi,
berwudhu, dan tayamum. Selama hadats itu masih belum
dibersihkan maka tidak boleh melakukan aktivitas- aktivitas yang
dilarang untuk orang yang belum suci dari hadats.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat dijadikan
bahan referensi baru akan kepenulisan selanjutnya agar
mendapatkan sedikit nilai kesempurnaan dari kepenulisan ini.
Dengan tulisan selanjutnya dapat menanggapi atau mengomentari
bahkan mengkritik tulisan sederhana ini. Insya Allah.
DAFTAR PUSTAKA
26
Aliy As’ar. 1980. Terjemah Fathul Mu’in, Kudus: Menara
Kudus.
Moh. Rifa’i. 1978. Ilmu Fiqh Islam Lengkap. Semarang: PT.
Karya Toha Putra.
Abdul Rosyad Shiddiq. 2006. Fikih Ibadah. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar.
Isnatin Ulfah. 2009. Fiqih Ibadah. Ponorogo: STAIN Press.
.
27