THAHARAH
Disusun oleh :
SEMESTER III
MAJALENGKA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan
rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Fikih dengan judul “Thaharah”.
Sholawat beserta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya, sahabatnya, para tabiin, dan kita
semua selaku umatnya semoga mendapat syafa‟atnya di yaumil qiyamah, dan
mendapat kebahagiaan fiddunya wal akhiroh. Aamiin yaa rabbal „aalamiin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah yang kami buat ini. Akhir kata, kami
sampaikan terima kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha
kita. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ........................................................................................ 20
B. SARAN .................................................................................................... 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan thaharah?
2. Dalil mana yang menjadi landasan hukum thaharah?
3. Ada berapa macam thaharah?
4. Bagaimana ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam thaharah?
1
2
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan
thaharah.
2. Untuk mengetahui dalil-dalil yang menjadi landasan hukum thaharah.
3. Untuk mengetahui macam-macam thaharah.
4. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam thaharah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI THAHARAH
Secara umum, kata thaharah berasal dari Bahasa Arab انطهاسyang
secara bahasa artinya bersuci dari sesuatu yang kotor, baik yang kotor itu
bersifat hissiy (dapat dirasakan oleh indera), maupun maknawi (tidak dapat
dirasakan oleh indera).1
Menurut syara‟, thaharah adalah suci dari hadats atau najis, dengan
cara yang telah ditentukan oleh syara‟ atau menghilangkan najis, yang
dapat dilakukan dengan mandi dan tayamum.2
Adapun menurut imam madzhab, thaharah memiliki pengertian
yang berbeda-beda,
1. Menurut Madzhab Hanafi
Madzhab Hanafi mengartikan thaharah sebagai sebuah keadaan
bersih dari hadats atau khabas. Bersih di sini maksudnya mungkin
sengaja dibersihkan atau juga bersih dengan sendirinya, seperti terkena
air yang banyak sehingga najisnya hilang. Hadats adalah suatu yang
bersifat syar‟i yang menempati pada sebagian atau seluruh badan
sehingga menghilangkan kesucian. Hadats disebut juga najasah
hukmiyyah, artinya sang pembuat syariat menghukumi jika seorang
berhadats maka dia dianggap memiliki najis dan dilarang untuk
melakukan shalat sebagaimana juga dilarang ketika dia memiliki najis
yang dzahir. Sedangkan khabats, secara istilah adalah suatu jenis
1
Mahmud Syalthut, Fiqih Tujuh Madzhab, terj. Abdullah Zakkiy Al-Kaaf, Bandung : Pustaka
Setia, 2007, hal. 31
2
Suad Ibrahim Shalih, Fiqih Ibadah Wanita, Jakarta : Amzah, 2011, hal. 83
3
4
3
Hasbiyallah, Perbandingan Madzhab, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama
RI, 2012, hal. 243
4
Ibid, hal. 245
5
Hasbiyallah, loc. cit.
6
Yetin Dwi Cantika, Pengertian Thaharah (Bersuci) Menurut Imam Madzhab
(https://sabyan.org/pengertian-thaharah-bersuci-menurut-imam-
madzhab/#:~:text=Baca%20juga%20%3A%20Lagu%20Anak%20Islam%20Malaikat%20dan,man
di%20dan%20tayamum%20dengan%20alat%20yang%20digunakan%20), Diakses pada 29
September 2022
5
ِ ِص ََلةِ فَا ْغ ِسهُىا ُو ُجى َه ُك ْم َوأ َ ٌْ ِذٌَ ُك ْم إِنَى ْان َم َشاف
ق َّ ٌَا أٌَُّ َها انَّزٌِهَ آ َمىُىا إِرَا قُ ْمت ُ ْم إِنَى ان
ض ٰى َّ َس ُحىا بِ ُش ُءو ِس ُك ْم َوأ َ ْس ُجهَ ُك ْم إِنَى ْان َك ْعبٍَ ِْه ۚ َوإِ ْن ُك ْىت ُ ْم ُجىُبًا ف
َ اط َّه ُشوا ۚ َوإِ ْن ُك ْىت ُ ْم َم ْش َ َو ْام
سا َء فَهَ ْم ت َِجذُوا َما ًء فَتٍََ َّم ُمىا َ ّسفَ ٍش أ َ ْو َجا َء أ َ َحذٌ ِم ْى ُك ْم ِمهَ ْانغَائِ ِط أ َ ْو ََل َم ْست ُ ُم ان ِى َ أ َ ْو
َ عهَ ٰى
ٍعهَ ٍْ ُك ْم ِم ْه َح َشج َّ ُس ُحىا بِ ُى ُجى ِه ُك ْم َوأ َ ٌْذٌِ ُك ْم ِم ْىهُ ۚ َما ٌ ُِشٌذ
َ َّللاُ ِنٍَجْ عَ َم َ ام َ ص ِعٍذًا
ْ َط ٍِّبًا ف َ
عهَ ٍْ ُك ْم نَعَهَّ ُك ْم ت َ ْش ُك ُشونَ َ ٍَُو ٰنَ ِك ْه ٌ ُِشٌذُ ِن
َ ُط ِ ّه َش ُك ْم َو ِنٍُتِ َّم وِ ْع َمتَه
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah
yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan
kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.”7
Berdasarkan ayat di atas, Allah SWT. memerintahkan kepada
orang-orang yang beriman agar dalam melaksanakan ibadah, kondisi tubuh
atau badan harus bersih dan suci dari segala kotoran baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat, tidak ada alasan bagi orang beriman untuk
tidak bersuci dalam melaksanakan ibadah terutama shalat.
Suci yang dimaksud tidak hanya pada badan saja, tetapi juga suci
dari seluruh pakaian, tempat, dan yang lainnya. Menjaga kesucian
7
Departemen Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2005,
hal. 108
6
8
Ibid, hal. 35
7
9
Hadits Jami‟ At-Tirmidzi No. 3 – Kitab Bersuci, Pembuka Shalat Adalah Bersuci
(https://www.hadits.id/hadits/tirmidzi/3) Diakses pada 30 September 2022
10
Adam Rizkala, Pengertian Thaharah, Jenis dan Macamnya serta Tata Caranya
(https://www.nasehatquran.com/2020/06/pengertian-thaharah-jenis-dan-macamnya.html), Diakses
pada 30 September 2022
8
2. Alat Thaharah
Alat thaharah adalah sesuatu yang biasa digunakan untuk
bersuci. Di bawah ini merupakan uraian dari alat-alat thaharah menurut
4 madzhab.
a. Air mutlak, yaitu air yang suci dan mensucikan, yakni air yang
masih murni dan belum atau tidak tercampuri oleh sesuatu (najis).
Adapun air itu sendiri terdapat beberapa macam, di antaranya
adalah:
1) Air laut;
2) Air telaga;
3) Air hujan;
4) Air sungai;
5) Air salju;
6) Air embun;
7) Air mata air; dan
8) Air yang berubah karena lama tidak mengalir.
Selain air mutlak, juga ada beberapa air yang bisa dipakai bersuci, di
antaranya adalah:
1) Air Mutaghayyir, adalah air yang mengalami perubahan salah satu
sifatnya yang disebabkan tercampur dengan barang suci yang lain
dengan perubahan yang menghilangkan kemutlakan nama air
tersebut. Berdasarkan sebabnya, air muthaghayyir dibagi menjadi
tiga macam, yaitu:
a) Mutaghayyir bi al-Mukhalith, merupakan air yang berubah sifat-
sifatnya sebab bercampur dengan benda suci lainnya hingga
mempengaruhi terhadap nama dan statusnya, semisal air teh dan
semacamnya.
b) Mutaghayyir bi al-Mujawir, merupakan air yang berubah sifat-
sifatnya sebab terpengaruh benda lain yang ada di sekitarnya.
Contohnya adalah air yang berdekatan dengan bunga mawar
sehingga tercium aroma mawar pada air tersebut.
9
12
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami wa Adillahutuh, Jakarta: Gema Insani, 2011, Jilid 1 hal.
122
11
13
Anonim, loc. cit.
12
14
Muhammad Jawad Mughniyyah, Fiqih Lima Madzhab, Jakarta: Lentera, 2011, hal. 30
15
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 31
16
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, Fikih Empat Madzhab, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2017, hal.
73
13
17
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 35
14
21
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 93
22
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, op. cit. hal. 166
23
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 41
16
24
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 42
25
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 43
26
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, op. cit. hal. 191
27
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 46
28
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, op. cit. hal. 207
29
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 48
17
30
Novi Puji Astuti, Cara Memandikan Jenazah yang Benar Sesuai Syariat Islam, Lengkap dengan
Doanya (https://m.merdeka.com/jabar/cara-memandikan-jenazah-yang-benar-dan-sesuai-dengan-
syariat-islam-beserta-doanya-kln.html), diakses pada 01 Oktober 2022.
31
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 52
32
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, op. cit. hal. 236
33
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 62
18
untuk mengusap kedua tangan, dengan cara dari ujung jari sampai
kedua siku-siku.34
d. Istinja
Istinja adalah istilah untuk membersihka sesuatu yang keluar
dari salah satu dua lubang -qubul dan dubur- dari tempat keluarnya
najis tersebut baik dengan air maupun dengan batu dan sejenisnya.
Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum dan alat yang
digunakan untuk istinja.35
Air yang sah digunakan untuk istinja disyaratkan dua hal.
Pertama, air tersebut harus suci dan mensucikan (thahur). Istinja
tidak sah dengan air yang suci saja (thahir), sebagaimana air yang
hanya suci tidak sah untuk menghilangkan najis. Kedua, air harus
bisa menghilangkan najis. Jika ia hanya memiliki sedikit air yang
tidak bisa menghilangkan najis hingga kembali bersih kembali
sebagaimana sebelum adanya najis, maka, dalam kondisi seperti ini,
air tidak digunakan. Kemudian apakah seseorang harus
mendahulukan membasuh qubulnya atau duburnya? Dalam hal ini
para ulama madzhab juga berbeda pendapat.36 Adapun batu dan
sejenisnya, maka posisinya menggantikan posisi air, meskipun air
saat itu tersedia. Hanya saja yang lebih utama tetap menggunakan
air, yang lebih utama lagi menyatukan batu dengan air.37
Mengenai kotortan yang keluar disyaratkan beberapa hal:
1) Tidak boleh kering, sebab batu dan sejenisnya tidak berguna
dalam menghilangkan najis yang sudah kering.
2) Tidak datang padanya najis lairu selain kotorannya, atau benda
suci selain keringatrya.
3) Kotoran tidak melampaui shafhah, air kencing tidak
melampauihasyafah. Shafhah adalah bagian daging pantat yang
34
Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit. hal. 63
35
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, op. cit. hal. 142
36
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, op. cit. hal. 153
37
Syaikh Abdurrahman Al-Juzairi, op. cit. hal. 154
19
38
Syaikh Abdurrahman Al-Jauzi, op. cit. hal. 156
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Thaharah berarti menyucikan dan membersihkan diri dari hadats
dan najis sebagai salah satu syarat untuk melakukan ibadah. Thaharah
dihukumi wajib ketika hendak melakukan ibadah yang mengharuskan
bersuci terlebih dahulu.
Dengan mengkaji materi thaharah dari berbagai sudut pandang
madzhab kali ini kita tentu dapat lebih mengetahui dan memahami apa saja
yang menjadi perbedaan pendapat di antara para imam dan bagaimana saja
perbedaan pendapat tersebut.
B. SARAN
Dari makalah yang kami buat ini diharapkan para mahasiswa
STAI-PUI Majalengka dapat memahami tentang Thaharah termasuk
materi yang kami bahas mengenai definisi, macam-macam, dasar huku,
dan ketentuannya, dan diharapkan agar mahasiswa STAI PUI Majalengka
terus menggali informasi mengenai pembelajaran fiqh.
Dengan melalui adanya penyusunan makalah ini, kami satu
kelompok merasa sangat banyak mendapatkan ilmu dan pengalaman yang
bernilai tinggi. Mungkin ada kesalahan dalam penulisan makalah ini dari
kami baik yang disadari maupun tidak, maka untuk kesempurnaan dalam
sebuah pembelajaran, kritik dan saran yang membangun kami harapkan,
khususnya dari dosen pembimbing.
20
DAFTAR PUSTAKA
21