Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MATERI DAN PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH

THAHARAH

Disusun Oleh:

Hary Purnama (NIM. 520119013)

Dosen Pengampuh:

Fatma Sari, M.Pd I

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SORONG

TAHUN AKADEMIK 2022


Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb., Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul Thaharah dapat
selesai.Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan ke junjungan kita nabi
Agung Muhammad Saw semoga kelak kita semua termasuk umatnya yang
memperoleh syafaat beliau di hari akhir, Aamiin.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari ibu Fatma Sari, M.Pd.I.,
Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada
pembaca tentang konsep Thaharah, mulai dari pengertian hingga tata cara
pelaksanaannya.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Fatma Sari, M.Pd.I.
selaku dosenpengampuhmata kuliahMateri dan Pembelajaran PAI di Sekolah.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan


banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan
ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga
mengharap adanya kritik serta saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan
dalam makalah ini.

Sorong, 27 Maret 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................2

A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Pengertian Thaharah....................................................................................5
B. Dasar Hukum Thaharah...............................................................................5
C. Pembagian Thaharah....................................................................................7
D. Macam-Macam Air Dan Pembagiannya......................................................8
E. Jenis-Jenis Najis Dan Cara Menyucikannya................................................9
F. Istinja’........................................................................................................10
G. Tata Cara Bersuci Dari Hadats Kecil Dan Hadats Besar..........................12
H. Hikmah Thaharah......................................................................................17

BAB III PENUTUP...............................................................................................19

A. Kesimpulan................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hal utama yang harus dipenuhi untuk memenuhi syarat-syarat
ibadah seperti sholat misalnya, itu hendaklah diawali dengan bersuci.
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain
rohani. Kebersihan badani tercermin dengan bagaimana umat Islam selalu
bersuci sebelum mereka melakukan ibadah menghadap Allah SWT. Pada
hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat Islamterhindar dari kotoran
atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak
sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi saat ini, banyak umat Islam hanya tahu saja
bahwa bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa
mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai syariat Islam. Bersuci
atau dalam Islam dikenal dengan istilah “Thaharah” mempunyai makna
yang luas tidak hanya berwudhu saja. Pengertian thaharah ialah
mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadats dan najis menurut
syariat Islam. Bersuci dari hadats dan najis adalah syarat syahnya seorang
muslim dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian
tersebut sebenarnya banyak sekali manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi
thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat mementingkan
kebersihan dan kesucian.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis bermaksud untuk
memaparkan penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan
bagaimana fungsi thaharah dalam menjalan ibadah kepada Allah, serta
menjelaskan manfaat thaharah yang dapat umat Islamperoleh. Dengan
demikian umat Islam akan lebih tahu makna bersuci dan mulai
mengamalkannya untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah

3
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat
disimpulkanbeberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Thaharah?
2. Apa Dasar Hukum Thaharah?
3. Bagaimana Pembagian Thaharah?
4. SebutkanMacam-macam Air dan Pembagiannya?
5. Bagaimana Jenis-jenis Najis dan Cara Menyucikannya?
6. Bagaimana Beristinja’ yang Baik dan Benar?
7. Bagaimana Tata Cara Bersuci dari Hadats Kecil dan Hadats Besar?
8. Apa Saja Hikmah dari dilaksanakannya Thaharah?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mengetahui Tentang Thaharah.
2. Agar Mengetahui Tentang Dasar Hukum Thaharah.
3. Agar Mengetahui Pembagian Thaharah.
4. Agar Mengetahui Tentang Macam-macam Air dan Pembagiannya.
5. Agar Mengetahui Jenis-jenis Najis dan Cara Menyucikannya.
6. Agar Mengetahui Beristinja’ yang Baik dan Benar.
7. Agar Mengetahui Tata Cara Bersuci dari Hadats Kecil dan Hadats
Besar.
8. Agar Mengetahui Hikmah Thaharah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau
istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain
dari najis dan hadats menurut cara-cara yang ditentukan oleh syariat
Islam.Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan pekerjaan yang
membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan
najis.1
Sedangkan dalam buku yang lain secara etimologi “thaharah”
berarti “kebersihan” ketika dikatakan saya menyucikan pakaian maka yang
dimaksud adalah saya membersihkan pakaian.2Dalam buku Fiqh
ibadahsecara bahasa ath-thaharah berarti bersih dari kotoran-kotoran, baik
yang kasat mata maupun tidak.Sedangkan menurut istilah atau terminologi
thaharah adalah menghilangkan hadats, menghilangkan najis, atau
melakukan sesuatu yang semakna atau memiliki bentuk serupa dengan
keduakegiatan tersebut.3
B. Dasar Hukum Thaharah
Thaharah (bersuci) adalah syarat wajib yang harus dipenuhi dan
dilakukan dalam beberapa macam ibadah sebagaimana Al-Qur’an surat
Al-Maidah ayat 6sebagai berikut:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ْ َ‫ىال َم َرافِقِ َوا ْم َسحُوْ ابِ ُرءُوْ ِس ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْماِل‬


َ‫ىالـ َك ْعب‬ ْ َ‫ٰۤيـاَيُّهَاالَّ ِذ ْين َٰا َمنُ ۤوْ ااِ َذاقُ ْمتُ ْماِلَىالص َّٰلو ِةفَا ْغ ِسلُوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْماِل‬
 ۗ ‫ْي ِن ۗ  َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًافَــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــــاطَّهَّرُوْ ا‬
ٰۤ ْ‫وا ْن ُك ْنتُممر‬
‫ص ِع ْيدًاطَيِّبًافَا ْم َسحُوْ ا‬ َ ‫ضىاَوْ ع َٰلى َسفَ ٍراَوْ َجٓا َءاَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمن َْالغَٓاِئ ِطاَوْ ٰل َم ْستُ ُمالنِّ َسٓا َءفَلَ ْمت َِج ُدوْ ا َمٓا ًءفَتَيَ َّم ُموْ ا‬ َّ ْ ِ َ
ٰ ‫ب ُوجُوْ ه ُكمواَ ْيد ْي ُكمم ْنهُ ۗ مايُر ْيد‬
َ ُ‫ُاللّهُلِيَجْ َعلَ َعلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َح َر ٍجو َّٰلـ ِك ْني ُِّر ْي ُدلِي‬
َ‫طهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّمنِ ْع َمتَهٗ َعلَ ْي ُك ْملَ َعلَّ ُك ْمتَ ْش ُكرُوْ ن‬ ِ َ ِّ ْ ِ َ ْ ِ ِ
1
Jamaluddin, Fiqh Al-Bi’ahRamahLingkungan: KonsepThaharah danNadhafah
DalamMembangunBudayaBersih,JurnalFiqh al-Bi’ah, Volume 29 Nomor 2 Juli-Desember 2018.
2
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, (Jakarta: Almahira,2010), h. 86.
3
Abdul Aziz Muhammad Azzam DanAbdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah,
(Jakarta: Amzah,2010), h. 3.

5
Terjemahan:
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
sholat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.
Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan
(debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu danmenyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar
kamu bersyukur."(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 6)4
Menurut Daud al-Dlahiri mengatakan bahwa air terkena najis, baik
air mengalir maupun diam (tenang), apabila air tersebut tidak mengalir dan
najisnya dapat dilihat dengan mata, selain bangkai yang tidak memiliki
darah yang mengalir dan terjadi perubahan salah satu sifat air tersebut,
maka air dihukumi najis.5 Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
‫الماءطهورّلينجسهشئاّلماغيرطعمهاوريحه‬
Terjemahan:
“Air hukumnya suci, sesuatu apapun tidak dapat menajiskan air tersebut
kecuali rasa dan baunya berubah”.
Suci yang dimaksud tidak hanya pada badan saja, tetapi juga suci
dariseluruh pakaian, tempat dan yang lainnya. Menjaga kesucian
merupakan halyang disenangi dan dicintai Allah swt. Bahkan
mendapatkan ampunan dari–Nyadijelaskan dalam Al-Qur’an Surah. Al-
Baqarah ayat 222.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ٰ َّ‫ان‬
‫اللّهَيُ ِحبُّالتَّوَّابِ ْينَ َوي ُِحب ُّْال ُمتَطَه ِِّري َـْن‬ ِ
Terjemahan:

4
Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com.
5
Jamaluddin,op. cit.

6
“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri."(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 222)6
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Q.S. al-Muddatstsir ayat 4.

ْ‫  َوثِيَابَ َكفَطَهِّر‬


Terjemahan:
“Dan pakaianmu bersihkanlah.”(QS. Al-Muddassir 74: Ayat 4)7
Teringat dengan pengalaman dari salah seorang teman, dimana
pada saat itu ia ingin mendirikan salat, tetapi pada saat yang bersamaan ia
tidak bisa salat disebabkan karena pakaian yang ia pakai meragukannya
untuk salat. Melalui pengalaman ini, maka dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa, kebersihan pakaian sangat berpengaruh pada aktivitas ibadah
khususnya dalam melaksanakan salat. Berdasarkan bunyi ayat di atas, jelas
bahwa thaharah sangat penting dilakukan dalam melaksanakan ibadah
terutama salat.8Hal ini juga dipertegas Rasulullah saw. dalam hadisnya
beliau bersabda:
‫صاَل ِةالطُّهُو ُر‬
َّ ‫ِم ْفتَا ُحال‬
Terjemahan:
Kunci shalat ialah bersuci”. (HR. Tirmidzi)
Dari beberapa dasar hukum thaharah di atas, maka dapat
dipahamibahwa bersuci adalah wajib dilakukan bagi seorang muslim atau
muslimah apabilaingin melaksanakan ibadahseperti salat atau yang
lainnya, sedangkan ia dalamkeadaan terkena hadas atau najis.
C. PembagianThaharah
1. Thaharah Batiniah
Thaharah batiniah adalah proses penyucian jiwa yang
dilakukan untuk menghilangkan dampak dari semua perbuatan dosa
dan maksiat yang kita lakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan
6
Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com.
7
Ibid.
8
Sirajuddin, Skripsi: “Pentingnya Pengetahuan Thaharah dan Pengamalannya Bagi
Masyarakat Tani Dusun Ma’lengu Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa”, (Makassar:
UIN Alauddin Makassar, 2011), h. 3-4.

7
bertaubat secara sungguh-sungguh kepada Allah Swt. Selain itu,
thaharah batiniah juga harus dilakukan untuk menyucikan hati dari
noda-noda yang berasal dari sifat syirik, dengki, riya’, sombong dan
sifat-sifat tercela lainnya. Hal ini bisa dilakukan dengan menanamkan
sifat jujur, ikhlas, rendah hati, serta senantiasa berbuat kebaikan.9
2. Thaharah Lahiriah
Thaharah lahiriah adalah bersuci dari najis dan hadats. Bersuci
dari najis adalah menyucikan diri dan benda-benda lainnya dari segala
jenis najis dengan menggunakan air atau benda-benda lain yang
diperbolehkan oleh syariat Islam. Salah satu jenis thaharah dari najis
adalah dengan istinja’ atau menyucikan diri setelah buang air kecil dan
buang air besar.10
Sedangkan thaharah dari hadats bisa dilakukan dengan wudhu’
untuk hadats kecil, mandi wajib untuk hadats besar, dan tayamum
sebagai pengganti wudhu’ dan mandi wajib jika syarat-syaratnya
terpenuhi.
D. Macam-macam Air dan Pembagiannya
Air adalah alat utama yang bisa digunakan untuk bersuci.
Meskipun demikian, tidak semua jenis air bisa digunakan untuk bersuci.
Maka, kita perlu untuk mengetahui jenis-jenis air dan hukumnya untuk
digunakan dalam hal bersuci. Para ulama membagi jenis-jenis air sebagai
berikut:
1. Air Mutlak
Air mutlak adalah air yang suci dan Menyucikan. Artinya air
ini bisa digunakan untuk bersuci. Jenis-jenis air yang kategori air
mutlak adalah air hujan, air sumur, air sungai, air telaga, air laut,
embun, serta air es atau salju. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt
yang terdapat dalam QS. Al-Anfaal ayat 11, QS. Al-Furqaan ayat 48

9
Muhammad Habibillah, Panduan Terlengkap Ibadah Muslim Sehari-hari, (Yogyakarta:
Laksana, 2018), h. 19-20.
10
Ibid., h. 20.

8
dan juga hadits nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nasa’i, Abu
Daud, Ibnu Maja dan Ahmad.11
2. Air Musta’mal
Air musta’mal adalah air yang sudah digunakan untuk bersuci,
baik berwudhu’ atau mandi wajib. Terkait dengan hukum air
musta’mal, para ulama berbeda pendapat. Sebagian menyatakan bahwa
air musta’mal itu suci dan bisa menyucikan sedangkan sebagian yang
lain menyatakan bahwa air ini suci tapi tidak bisa menyucikan.12
3. Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang terpapar sinar matahari dalam
wadah yang terbuat dari selain emas dan perak. Air jenis ini
dimakruhkan untuk digunakan bersuci.13
4. Air Mudhaf
Air Mudhaf adalah air yang berasal dari buah dan sejenisnya,
misalnya air kelapa, air perasan jeruk, dan lain-lain. Selain itu, air
mutlak yang telah bercampur dengan benda lain, seperti kopi, teh, atau
gula juga masuk kategori air mudhaf. Air ini hukumnya suci tapi tidak
menyucikan sehingga tidak bisa digunakan untuk bersuci.14
5. Air Mutanajjis
Air mutanajjis adalah air mutlak yang sudah terkena najis. Air
ini tidak bisa digunakan untuk bersuci jika sudah berubah salah satu
sifatnya, yaitu bau, warna dan rasanya. Jika salah satu dari ketiga sifat
tersebut tidak berubah, para ulama bersepakat bahwa air tersebut bisa
digunakan untuk bersuci.15
E. Jenis-jenis Najis dan Cara Menyucikannya
Najis dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu Najis Mukhafafah, Najis
Mutawasithah, dan Najis Mugalladzah.
1. Najis Mukhafafah
11
Ibid., h. 21-23.
12
Ibid., h. 23.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ibid., h. 24.

9
Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis
mukhafafah yaitu air kencing bayi laki-laki yang berumur tidak lebih
dua tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya. Cara
mensucikan najis mukhafafah cukup dengan mengusapkan atau
memercikkan air pada benda yang terkena najis.16
2. Najis Mutawasithah
Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis
mutawasitah antara lain air kencing, darah, nanah, tina dan kotoran
hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:17
a. Najis hukmiah
Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapizat, bau,
warna dan rasanya tidak nyata. Misalnya air kencing yang telah
mengering. Cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air
pada benda yang terkena najis tersebut.
b. Najisainiyah
Najisainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya.
Cara mensucikannya dengan menyiramkan air hingga hilang zat,
warna, rasa dan baunya.
3. Najis Mugalladzah
Najis Mugalladzah adalah najis berat, seperti najisnya anjing
dan babi. Adapun cara mensucikannya ialah dengan menyiramkan air
suci yang mensucikan (air mutlak) atau membasuh benda atau tempat
yang terkena najis sampai tujuh kali. Kali yang pertama dicampur
dengan tanah atau debu sehingga hilang zat, warna, rasa, dan baunya.18
F. Istinja’
1. Pengertian Istinja'
Istinja’ secara bahasa adalah menghilangkan kotoran.
Sedangkan pengertian syara’ luas adalah menghilangkan kotoran yang

16
http://kumpulanmakalah-mey.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-thaharah.html?
m=1, diakses pada tanggal 26 Maret 2022 pukul 23.50 WIT.
17
Ibid., Diakses pada tanggal 26 Maret 2022 pukul 23.59 WIT.
18
Ibid., Diakses pada tanggal 27 Maret 2022 pukul 00.23 WIT.

10
keluar dari dua jalan kemaluan, yaitu qubul dan dubur dengan air atau
batu dan sejenisnya yang bisa membersihkan kotoran19
2. Hukum Istinja’
Hukum Istinja’ adalah wajib. Oleh karena itu, kotoran yang
keluar dari dua jalan tersebut dan tidak dibersihkan bisa menjadi
penyebab timbulnya najis dan penghalang sahnya suatu ibadah.20
3. Adab Buang Hajat
Adapun adab buang hajat menurut ajaran Islam adalah sebagai
berikut:21
a. Membaca doa sebelum masuk WC. Doanya sebagai berikut:
‫اللَّهُ َّمِإنِّىَأعُو ُذبِ َك ِمن َْال ُخبُثِ َو ْالخَ بَاِئث‬
Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
(kejelekan) setan laki-laki dan perempuan”.
b. Tidak boleh membawa sesuatu yang mengandung kalimat dan
lafadz Allah dan Rasulullah. Diriwayatkan dalam sebuah hadits:
“Rasulullah Saw melepaskan cincinnya. Cincin beliau tertulis
Muhammad Rasulullah.” (HR. Tirmidzi)
c. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan kaki kanan ketika keluar.
d. Berhati-hati dari percikan najis. Sebab sedikit najis bisa membuat
kita tidak sah dan bisa menyebabkan terhalangnya pahala.
e. Tidak berbicara.
f. Tidak boleh istinja’ dengan tangan kanan.
g. Tidak boleh menghadap dan membelakangi kiblat
h. Harus memiriskan kencing hingga bersih dengan mengurut auratnya
bagi laki-laki dan berdehem bagi perempuan.
i. Bersembunyi atau berjauhan dari orang-orang agar tidak terlihat dan
tidak tercium dari kotoran yang keluar.

19
Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani, Panduan Bersuci: Bersih dan Suci sesuai Sunnah
Rasulullah, (Jakarta: Almahira, 2006), h. 45.
20
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Pedoman Hidup Seorang Muslim, (Malang:
Universitas Islam Indonesia-Sudan, TT), h. 288.
21
Sa’idbin Ali bin Wahf Al-Qahthani, op. Cit., h. 47.

11
j. Tidak boleh buang air di bawah pohon rindang atau berbuah dan
tidak yang ada angin kencang.
k. Tidak boleh buang air di lubang, baik yang dibuat manusia atau
hewan. Alasannya karena lubang tersebut biasanya merupakan
tempat bernaungnya setan dan bisa juga tempat bernaungnya
hewan.
l. Tidak boleh buang air di tempat air yang tidak mengalir
(tergenang).
m. Tidak boleh buang air di tempat atau jalan yang dilewati manusia.
Hal ini dilarang karena bisa mengganggu kenyamanan orang lain.
n. Membaca doa keluar WC
َ ‫ْال َح ْم ُدلِل ِهالذيَأ ْذهَبَ َعنِّيْاَأْل َذ‬
‫ىوعَافَانِ ْي‬
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan
kotoranku dan membuatku sehat.”
G. Tata Cara Bersuci dari Hadats Kecil dan Hadats Besar
1. Wudhu
a. Syarat Wudhu
Orang yang akan berwudhu harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:22
1) Beragama Islam
2) Dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
(tamyiz)
3) Suci dari hadats kecil dan besar
4) Menggunakan air yang suci dan menyucikan
5) Tidak ada benda-benda, seperti lem, getah, atau cat yang dapat
menghalangi sampainya air ke anggota wudhu
6) Mengetahui fardhu dan sunnah wudhu.
b. Fardhu Wudhu

22
Muhammad Habibillah, op. Cit., h. 40.

12
Sahnya wudhu seseorang ditentukan oleh terlaksananya fardhu-
fardhu wudhu, sebagai berikut:23
1) Niat. Niat dilakukan bersamaan dengan membasuh muka.
Bacaan niat wudhu adalah sebagai berikut:
‫ضاِلل ِهتَ َعالَى‬ ِ ‫ن ََو ْيتُ ْال ُوضُوْ َءلِ َر ْف ِع ْال َح َدثِاْالَصْ غ‬
ً ْ‫َرفَر‬
Artinya: “Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats
kecil fardhu karena Allah Ta’ala.”
2) Membasuh seluruh muka mulai dari tumbuhnya rambut hingga
bagian bawah dagu dan dari telinga kanan sampai telinga kiri.
3) Membasuh kedua tangan hingga siku.
4) Mengusap sebagian rambut kepala.
5) Membasuh kedua kaki hingga mata kaki.
6) Tertib.
c. Sunnah Wudhu
Selain syarat-syarat fardhudi atas, wudhu juga memiliki
beberapa sunnah sebagai berikut:24
1) Membaca basmalah ketika memulai wudhu.
2) Membasuh kedua tangan hingga pergelangan.
3) Berkumur-kumur.
4) Membasuh lubang hidung.
5) Menyapu seluruh kepala ketika melaksanakan fardhu keempat.
6) Mendahulukan anggota tubuh yang kanan daripada yang kiri,
misalnya tangan kanan didahulukan daripada tangan kiri.
7) Menyapu kedua telinga dari bagian luar hingga bagian dalam.
8) Setiap basuhan atau usapan dilakukan sebanyak tiga kali.
9) Menyela-nyela jari tangan dan kaki.
10) Membaca doa setelah wudhu. Adapun doa wudhu adalah
sebagai berikut:

23
Ibid., h. 41.
24
Ibid., h. 41-42.

13
‫َأ ْشهَ ُدَأ ْنالَِإلَهَِإالَّاللَّه َُوحْ َدهُالَ َش ِري َكلَهُ َوَأ ْشهَ ُدَأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُاللَّهُ َّماجْ َع ْلنِى ِمنَالتَّوَّابِينَ َواجْ َع‬
َ‫ْلنِى ِمن َْال ُمتَطَه ِِّرين‬
Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang benar
kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya
Allah, jadikanlah aku hamba yang bertaubat dan jadikanlah aku
sebagai orang yang bersuci.”
d. Hal-hal yang MembatalkanWudhu
Hal-hal yang dapat membatalkan wudhu adalah sebagai
berikut:25
1) Keluar sesuatu dari qubul atau dubur. Contoh: buang air kecil,
buang air besar atau buang angin.
2) Hilangnya akal yang disebabkan oleh kegilaan, mabuk atau
tidur nyenyak
3) Bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahramnya tanpa adanya penghalang, misalnya baju.
Sedangkan yang dimaksud dengan mahram adalah anggota
keluarga yang tidak boleh dinikahi.
4) Menyentuh qubul atau dubur tanpa adanya penghalang.
Larangan ini juga berlaku bagi kemaluan sendiri.
e. Tata Cara Melaksanakan Wudhu
Adapun tata cara melaksanakan wudhu adalah sebagai
berikut:26
1) Mengawali dengan membaca bismillah sambil membasuh
kedua tangan hingga pergelangan.
2) Setelah selesai, lanjutkan dengan berkumur-kumur sambil
membersihkan gigi sebanyak 3 kali.
3) Langkah yang ketiga adalah membasuh kedua lubang hidung
sebanyak 3 kali.

25
Ibid., h. 42-43.
26
Ibid., h. 43-46.

14
4) Membasuh seluruh muka sebanyak 3 kali. Basuhan dimulai
dari batas tumbuhnya rambut hingga bagian bawah dagu dan
dari telinga kanan hingga telinga kiri. Langkah yang keempat
dilakukan secara bersamaan dengan niat.
5) Kemudian, cuci kedua tangan hingga kedua siku sebanyak 3
kali.
6) Setelah selesai, usap sebagian atau seluruh rambut kepala
sebanyak 3 kali.
7) Menyapu kedua telinga dari bagian luar hingga bagian dalam.
8) Langkah yang terakhir adalah membasuh kedua kaki hingga
mata kaki.
2. Tayamum
a. Syarat Tayamum
Seseorang diperbolehkan untuk melakukan tayamum dengan
memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:27
1) Tidak mendapatkan air dan sudah berusaha untuk mencarinya,
tapi tidak menemukannya.
2) Ada sesuatu yang membuat orang tidak boleh terkena air,
misalnya sedang sakit dan jika terkena air penyakitnya akan
semakin arah.
3) Sudah masuk waktu sholat.
4) Menggunakan debu yang suci.
b. Fardhu Tayamum
Adapun beberapa fardhu tayamum adalah sebagai berikut:28
1) Niat.
‫صاَل ِةلل ِهتَ َعالَى‬ َ َ‫ن ََو ْيتُالتَّيَ ُّم َماِل ْستِب‬
َّ ‫اح ِةال‬
Artinya: “Saya niat bertayamum untuk dapat melaksanakan
shalat, fardhu karena Allah Ta’ala.”
2) Mengusap muka dengan debu yang suci.
27
Saiful Hadi El-Shuta, Buku Panduan Sholat Lengkap, (Jakarta: Wahyu Media, 2012), h.
22.
28
Muhammad Habibillah, op. Cit., h. 48.

15
3) Mengusap kedua tangan hingga siku dengan debu yang suci
4) Memindahkan debu pada anggota yang diusap
5) Tertib.
c. Sunnah Tayamum
1) Mengawali dengan membaca bismillah
2) Mendahulukan anggota tubuh yang kanan daripada yang kiri
3) Menipiskan debu (jangan terlalu tebal)
d. Hal-hal yang Membatalkan Tayamum
Tayamum bisa batal karena beberapa hal adalah sebagai
berikut:29
1) Segala hal yang bisa membatalkan wudhu
2) Menemukan air sebelum melaksanakan shalat (bagi yang
bertayamum karena tidak menemukan air)
3) Murtad atau keluar dari Islam
e. Tata Cara Melaksanakan Tayamum
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan ketika bertayamum
adalah sebagai berikut:30
1) Letakkan kedua telapak tangan di atas debu suci yang sudah
dipersiapkan.
2) Usap seluruh muka dengan debu tersebut sebanyak dua kali.
3) Letakkan kembali kedua telapak tangan di atas debu.
4) Usap kedua tangan hingga siku. Caranya: tempelkan keempat
jari (kecuali ibu jari). Tarik ke belakang hingga siku. Kemudian
balikkan ke sisi yang lain dan tarik hingga ibu jari kiri
menyapu ibu jari kanan. Lalukan hal yang sama pada tangan
kiri.
5) Bersihkan debu yang masih menempel pada anggota tubuh
yang diusap.
3. Mandi Wajib
29
Ibid.
30
Ibid., h. 49-51.

16
a. Hal-hal yang Mewajibkan Mandi Wajib
Beberapa hal yang menyebabkan kita harus mandi wajib
adalah sebagai berikut:31
1) Bersetubuh atau berhubungan suami istri.
2) Keluarnya air mani, baik yang disebabkan oleh bersetubuh atau
sebab lainnya.
3) Setelah nifas, yaitu berhentinya darah yang keluar sehabis
melahirkan.
4) Wiladah (setelah melahirkan)
5) Selesai haid.
b. Fardhu Mandi
Mandi wajib memiliki tiga fardhu, yaitu sebagai berikut:32
1) Niat. Niat dilakukan bersamaan dengan basuhan pertama yang
dilakukan pada anggota tubuh.
‫ن ََو ْيتُ ْال ُغ ْسلَلِ َر ْف ِعاْل َح َدثِاَْأل ْكبَ ِر ِمنَاْلِجنَابَ ِةفَرْ ضًالِل ِهتَ َعا َل‬
Artinya: “Saya berniat mandi wajib untuk menghilangkan
hadats besar fardhu karena Allah Ta’ala.”
2) Membasuh seluruh anggota tubuh dengan air yang suci.
Basuhan tersebut harus rata mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki.
3) Menghilangkan najis.
c. Sunnah Mandi Wajib
Beberapa hal sunnah yang bisa dilakukan ketika mandi
wajib adalah sebagai berikut:33
H. Hikmah Thaharah
diantara hikmah thaharah adalah sebagai berikut:34
1. Thaharah termasuk tuntunan fitrah. Fitrah manusia cenderung kepada
kebersihan dan membenci kotoran serta hal-hal yang menjijikkan.
31
Muhammad Anis Sumaji, 125 Masalah Thaharah, (Solo: Tiga Serangkai, 2008), h. 181.
32
Muhammad Habibillah, op. Cit., h. 53
33
Ibid.
34
https://exhodjahyo22.blogspot.com/2016/10/hikmah-thaharah-dalam-kehidupan-
sehari.html?m=1, Diakses pada tanggal 27 Maret 2022 pukul 02.13 WIT.

17
2. Memelihara kehormatan dan harga diri. Karena manusia suka
berhimpun dan duduk bersama. Islam sangat menginginkan, agar
orang muslim menjadi manusa terhormat dan punya harga diri di
tengah kawan-kawannya.
3. Memelihara kesehatan. Kebersihan merupakan jalan utama yang
memelihara manusia dari berbagai penyakit, karena penyakit lebih
sering tersebar disebabkan oleh kotoran. Dan membersihkan tubuh,
membasuh wajah, kedua tangan, hidung dan kedua kaki sebagai
anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan
kotoran akan membuat tubuh terpelihara dari berbagai penyakit.
4. Beribadah kepada Allah dalam keadaan suci. Allah menyukai orang-
orang yang gemar bertaubat dan orang-orang yang bersuci.
5. perintah mensucikan anggota badan yang zahir dari hadats besar dan
kecil adalah mengingatkan orang Islam untuk selalu mensucikan
batinnya dari sifat-sifat yang tercela
6. kewajiban mensucikan anggota badan adalah mengingatkan orang
Islam untuk selalu bersyukur kepada nikmat Allah dari yang sekecil-
kecilnya hingga yang sebesar-besarnya
7. mensucikan anggota badan adalah untuk menghapus dosa-dosa yang
dilakukan oleh anggota badan tersebut

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat
penghalang (kotoran) yang timbul dari hadas dan najis yang meliputi
badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah
ialah wajib di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan.
Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah
beragama Islam dan sudah akil baligh. Sarana yang digunakan untuk
melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta benda-benda lain
yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu
dan tanah digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air,
sedangkan benda lain seperti batu, kertas, tisu dapat digunakan untuk
melakukan istinja’.
Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup
bersih dan sehat sebagaimana yang diperintahkan agama. Thaharah
juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah Swt.
Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan
badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.
Thaharah sangat penting bagi seorang orang muslim dalam
menjalani kehidupannya. Karena pada dasarnya manusia itu fitrahnya
adalah bersih dan membenci hal –hal yang kotor. Oleh karena itu
wajarlah jika ajaran islam menyuruh untuk berthaharah dan menjaga
kebersihan. Selain itu dengan thaharah seseorang diajarkan untuk sadar
dan mandiri dalam menjaga dirinya dari hal-hal kotor memahami arti
dari sopan santun karena seorang muslim harus suci ketika berhadapan
dengan Allah dalam sholatnya, Allah menyukai orang-orang yang
taubat dan membersihkan dirinya.

19
B. Saran
Tentunya di dalam penulisan makalah ini saya sebagai penulis
sudah menyadari jika dalam penyusunannya masih banyak terdapat
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya akan segera
melakukan perbaikan susunan makalah ini dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari
para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal:
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir.Pedoman Hidup Seorang Muslim. Malang:
Universitas Islam Indonesia-Sudan.
Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf. 2006.Panduan Bersuci: Bersih dan Suci
sesuai Sunnah Rasulullah. Jakarta: Almahira.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad danHawwas, Abdul WahhabSayyed. 2010. Fiqh
Ibadah. Jakarta: Amzah.
Az-Zuhaili, Wahbah. 2010. Fiqih Imam Syafi’i. Jakarta: Almahira, 2010..
El-Shuta,Saiful Hadi. 2012. Buku Panduan SholatLengkap. Jakarta: Wahyu
Media.
Habibillah, Muhammad. 2018.Panduan Terlengkap Ibadah Muslim Sehari-hari.
Yogyakarta: Laksana.
Jamaluddin. 2018.Fiqh Al-Bi’ah Ramah Lingkungan: Konsep Thaharah dan
Nadhafah Dalam Membangun Budaya Bersih. JurnalFiqh al-Bi’ah.
Volume 29 Nomor 2 Juli-Desember.
Sirajuddin. 2011. Skripsi: “Pentingnya Pengetahuan Thaharah dan
Pengamalannya Bagi Masyarakat Tani Dusun Ma’lengu Kecamatan
Bontolempangan Kabupaten Gowa”. Makassar: UIN Alauddin Makassar.
Sumaji, Muhammad Anis. 2008.125 Masalah Thaharah. Solo: Tiga Serangkai.
Via Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com.

Internet:
http://kumpulanmakalah-mey.blogspot.com/2015/03/makalah-tentang-
thaharah.html?m=1, diakses pada tanggal 26 Maret 2022.
https://exhodjahyo22.blogspot.com/2016/10/hikmah-thaharah-dalam-kehidupan-
sehari.html?m=1, Diakses pada tanggal 27 Maret 2022.

21

Anda mungkin juga menyukai