Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

THAHARAH DARI HADATS DAN NAJIS


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Materi Fiqih
Dosen Pengampu: Ulil Fauziyah, M. HI

Oleh:

MUHAMMAD MAHRUS AFANDI (210101110018)


MUHAMMAD RAKA VIRGIAWAN (210101110050)
SILVIA ISNA AULADAH HERMANSYAH (210101110089)
IKLIL FAIQOH (210101110174)
Kelas PAI F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Beribu sanjungan dan pujian kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia
dan kebesaranNya alhamdulillah kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
dan salam tak lupa kita sanjungkan kepada baginda Rasulillah Muhammad SAW yang senantiasa
kita nantikan syafa’at nya di akhirat kelak. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
“Thaharah dari Hadats dan Najis” yang dipesembahkan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Materi Fiqih, didalam makalah ini kami menjelaskan pengertian thaharah dan
dalil-dalilnya, macam-macam hadats, tata cara bersuci dari hadats, macam-macam najis, dan tata
cara bersuci dari najis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ulil Fauziyah selaku dosen mata kuliah
Pengembangan Materi Fiqih yang telah tulus membimbing dalam pembuatan makalah ini, kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya teman-teman Pendidikan
Agama Islam kelas F dalam pembelajaran mata kuliah Pengembangan Materi Fiqih ini, kami
sadar bahwasanya makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena nya kami memohon saran
dan kritikan dari teman-teman sekalian.

Malang, 24 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Thaharah dan Dalil-Dalilnya ............................................................................... 3
2.2 Macam-Macam Hadats dan Cara Mensucikannya ................................................................ 4
2.3 Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya .................................................................. 5
PENUTUP....................................................................................................................................... 7
Kesimpulan.................................................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah ciptaan Allah yang sempurna dan telah menjadikan manusia menjadi
makhluk ciptaannya yang paling mulia dengan kesempurnaan yang melebihi makhluk lain
atas rahmat-Nya. Tak hanya itu, manusia diciptakan di bumi juga agar menjadi seorang
khalifah fi al ard, yang mana memiliki tugas yaitu menjalankan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
Menjalankan perintah seperti sholat, puasa dan ibadah-ibadah lainnya dan menjauhi
larangan seperti menghindari apa yang dibenci oleh Allah. Manusia beribadah bukan tanpa
alasan dan tujuan. Hal ini bertujuan agar roh manusia itu dapat senantiasa tidak lupa kepada
Allah, tuhan yang menciptakannya. Allah merupakan Zat Maha Suci. Oleh karena itu,
sebagai seorang hamba yang ingin mendekatkan diri, harus dalam keadaan suci terlebih
dahulu baik hati, pakaian, maupun tempatnya. Hal ini juga sudah tertera dalam ayat Al Quran
dan hadits Nabi Muhammad.
Dapat disimpulkan bahwa ibadah manusia tak terlepas dari persoalan bersuci, dimana
manusia harus diajarkan tata cara bersuci yang baik dan benar. Mengingat ibadah sholat
merupakan ibadah wajib bagi umat muslim yang salah satu syaratnya yaitu suci dari hadats
dan najis. Sehingga, setelah seseorang dapat memahami akan pentingnya bersuci, maka
diharapkan mereka dapat menerapkan dengan baik sesuai dengan pemahaman yang dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian thaharah dan apa saja dalil yang berhubungan?


2. Apa saja macam-macam hadats dan bagaimana cara mensucikannya?
3. Apa saja macam-macam najis dan bagaimana cara mensucikannya?

1.3 Tujuan Pembahasan

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengembangan Materi Fiqih
2. Untuk mengetahui pengertian thaharah dan dalil yang berhubungan
3. Untuk mengetahui macam-macam hadats dan cara mensucikannya

1
4. Untuk mengetahui macam-macam najis dan cara mensucikannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Thaharah dan Dalil-Dalilnya

Secara bahasa, Thaharah berarti “bersih” sedangkan secara istilah thaharah berarti bersih
dari hadas dan najis. Thaharah juga dapat diartikan sebagai mengerjakan pekerjaan yang
membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.1

Thaharah adalah ciri yang paling utama dalam agama Islam, yang memiliki makna bersih
dan sucinya seseorang secara lahir dan batin. Asal kata Thaharah yaitu dari Bahasa Arab ‫طھره‬
yang menurut bahasa (etimologi) berarti membersihkan dan mensucikan.2 Sedangkan secara
istilah (terminologi) berarti menghilangkan hadas dan najis. Thaharah berarti bersih dan
bebas dari kotoran atau noda, baik yang bersifat hissi (terlihat), seperti najis (air seni atau
lainnya), maupun yang bersifat materi, seperti aib atau maksiat.

Dengan demikian, thaharah adalah bersih dan suci dari segala hadas dan najis, atau
dengan kata lain membersihkan dan mensucikan diri dari segala hadas dan najis yang dapat
menghalangi pelaksanakan ibadah seperti shalat atau ibadah lainnya.

Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Firman Allah dalam Q.S. al-Maidah/5: 6

‫س ُح ْوا بِ ُر ُء ْو ِس ُك ْم‬ َ ‫ق َو ْام‬ ِ ِ‫ص ٰلوةِ فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ْال َم َراف‬ َّ ‫ٰيٰٓاَيُّ َھا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِلَى ال‬
‫سف ٍَر اَ ْو َج ۤا َء اَ َحد ِ ِّم ْن ُك ْم ِ ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫اط َّھ ُر ْو ِۗا َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم َّم ْرضٰ ٰٓ ى اَ ْو‬
َّ َ‫َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ْال َك ْعبَي ِۗ ِْن َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬
‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِ ِّم ْنهُ ِۗ َما ي ُِر ْيدُ ه‬
‫ّٰللاُ ِليَجْ عَ َل‬ ْ َ‫طيِِّبًا ف‬
َ ‫ام‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬ َ ‫س ۤا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا‬ َ ِِّ‫اَ ْو ٰل َم ْست ُ ُم الن‬
َ‫علَ ْي ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَ ْش ُك ُر ْون‬ َ ُ‫ج َّو ٰل ِك ْن ي ُِّر ْيدُ ِلي‬
َ ٗ‫ط ِ ِّھ َر ُك ْم َو ِليُتِ َّم نِ ْع َمتَه‬ ٍ ‫علَ ْي ُك ْم ِ ِّم ْن َح َر‬
َ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan
jika kamu sakit4atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh5perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan
1
H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), hal. 9
2
Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab (Jakarta: PT. Muhammad Yunus Wa Dzurriyyah, 2007), h. 241.

3
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Menurut ayat diatas, Allah swt memerintahkan agar umat islam melaksanakan ibadah
dengan kondisi tubuh yang harus bersih dan suci dari segala kotoran, baik yang terlihat
maupun yang tidak terlihat. Tidak ada alasan bagi orang beriman untuk melaksanakan sholat
dalam keadaan tidak bersuci. Suci yang dimaksud disini tidak hanya suci badan saja, tetapi
juga suci di keseluruhan pakaian yang dipakai, tempat dan yang lainnya. Karena salah satu
hal yang disukai oleh Allah swt adalah menjaga kesucian. Mereka bahkan diampuni oleh–
Nya Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an Q.S. al-Baqarah/2: 222

َ َ ‫ّٰللا يُحِ بُّ الت َّ َّوابِيْنَ َويُحِ بُّ ْال ُمت‬


َ‫ط ِ ِّھ ِريْن‬ َ ‫ا َِّن ه‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai


orang-orang yang mensucikan diri.”

2.2 Macam-Macam Hadats dan Cara Mensucikannya

Hadas secara istilah ialah sebuah keadaan dimana kita sebagai umat muslim dilarang
untuk beribadah dikarenakan nya syarat untuk beribadah haruslah suci dari hadas, adapun
hadas dibagi menjadi 2, yaitu hadas besar dan hadas kecil.3

1) Hadas Kecil
Hadas kecil yaitu dimana seorang muslim berada dalam keadaan yang tidak suci.
Didalam hal ini dapat diatasi dengan cara berwudhu ataupun bisa juga dengan tayamum
dalam keadaan tertentu. Berikut sebab seseorang mengalami hadas kecil
a. Keluarnya sesuatu melawati 2 bagian alat tubuh depan dan belakang atau biasa
disebut qubul dan dubur seperti buang angin, buang air kecil, atau buamg air besar
b. Hilangnya akal misal gila, mabuk, pingsan dan ketika tertidur.
c. Berinteraksi tanpa perantara dengan lawan jenis dan batas yang menghalanginya.

3
Abdul Kadir Ahmad, Mas’an, Ahmad Hidayat. Buku Guru Fikih untuk MTs KelasVII. Jakarta: Kementrian
Agama. 2014.

4
d. Menyentuh diarea kemaluan qubul dan dubur dengan menggunakan telapak tangan.

Menurut kesepakatan ulama, barangsiapa seseorang dalam keadan berhadas kecil


harus disegerakan untuk bersuci. Juga seseorang yang masih dalam keadaan berhadas
kecil tidak diperbolehkan melakukan beberapa ibadah sebagai berikut.

a. Menyentuh atau membawa mushaf Al-Qur’an kecuali jika didalamnya mengandung


huruf terjemahan atau tafsir.
b. Menjalankan sholat, sholat fardu maupun sholat Sunnah.
c. Melakukan tawwaf saat berhaji.
2) Hadas Besar

Hadas besar yaitu suatu keadaan seorang muslim dalam keadaan yang tidak suci.
Didalam hal inidapat diatasi dengan cara mandi junub atau mandi besar. Berikut
penyebab seseorang menglami hadas besar.

a. Keluarnya mani bagi laki-laki baik melalui mimpi, disengaja ataupun tidak disengaja.
b. Haid bagi perempuan.
c. Melahirkan (wiladah) darah yang keluar ketika seorang perempuan melahirkan.
d. Nifas atau darah yang keluar setelah seorang perempuan melahirkan.
e. Berhubungan suami istri
f. Meninggal dunia kecuali dalam keadaan syahid.

2.3 Macam-Macam Najis dan Cara Mensucikannya

Najis secara bahasa adalah sesuatu yang dianggap menjijikkan.4 Sedangkan menurut
istilah, najis adalah segala sesuatu kotor yang dapat menjadi pencegah seseorang
melaksanakan ibadah.

Setiap benda cair yang keluar dari dua lubang, yaitu lubang depan dan lubang belakang
itu hukumnya najis. Kecuali mani. Karena air mani itu hukumnya suci.
Najis dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Najis Mukhofafah: najis yang tergolong kepada najis yang ringan atau rendah.
Mukhoffaf itu artinya diringankan. Maka dinamakan mukhofafah. Ringan dalam

4
Kitab at-Tadzhib fi Adillati Matni al-Ghoyah wa at-Taqrib karya Syaikh Abi Syuja’.

5
dalam mensucikannya, ringan dalan jenisnya. Seperti: air kencing bayi laki-laki yang
usianya belum mencapai dua tahun dan belum makan apapun selain asi. Kalau dari
bayi perempuan tergolong najis mutawassithoh.
Cara mensucikannya: Dengan cara memercikkan air atau mengalirkan air secara
merata ke tempat yang terkena najis.
2. Najis Muthawasitoh: najis pertengahan. Artinya najis yang tergolong sedang. Baik
sedang dalam tingkatannya maupun sedang dalam mensucikannya. Seperti: air seni
serta tinja manusia, bangkai (kecuali ikan dan belalang), dan air susu hewan yang
diharamkan.
Najis ini dibagi menjadi dua macam, yaitu: najis ainiyah (najis yang terlihat) dan najis
hukmiyah (najis yang tidak terlihat). Contoh dari najis Muthawasiththoh yaitu : Air
kencing bayi perempuan yang baru lahir, air kencing bayi laki-laki berumur 2 tahun,
air kencing bayi laki-laki berumur 2 tahun kebawah tetapi sudah mengkonsumsi
selain ASI dan air kencing laki-laki maupun perempuan yang sudah baligh.
(1) Najis ainiyah yaitu najis yang tampak kelihatan oleh mata. Yang bisa keliatan
warna, bentuk, rasa dan bau. Seperti: dasar, kotoran kucing, kotoran manusia.
Cara mensucikannya yaitu dengan menghilangkan warna, bau, dan rasa dari najis
tersebut lalu mengalirkan air di tempat yang terkena najis.
(2) Najis hukmiyah yaitu najis yang tidak keliatan oleh mata baik warna, bentuk, rasa
dan baunya. Seperti: air kencing yang telah mengering. Cara mensucikannya yaitu
dengan cukup mengalirkan air di tempat yang terkena najis.
3. Najis Mugholazah: najis yang tergolong berat. Najis yang bersumber dari anjing dan
babi. Termasuk darahnya, air liurnya dan tulangnya.
Cara mensucikannya: dengan cara mensucikan sebanyak 7x badan yang terkena najis
dengan air dan salah satunya dengan tanah5

5
Aziz, Abdul. Materi Dasar Pendidikan Islam. Uwais Inspirasi Indonesia. Sarwat, Ahmad. Fiqih Islam (Kitab
Thaharah).

6
PENUTUP
Kesimpulan

Thaharah menurut bahasa berarti “bersih” sedangkan secara istilah thaharah berarti bersih
dari hadas dan najis. Thaharah juga dapat diartikan sebagai mengerjakan pekerjaan yang
membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis

Hadats dibagi menjadi dua, yaitu hadats besar dan hadats kecil. Dinamakan hadats kecil
karena cara mensucikannya cukup dengan berwudhu atau tayamum saja. Hal ini disebabkan
seperti keluar air kecil dan besar atau bersentuhan dengan lawan jenis. Sedangkan dinamakan
hadats besar karena cara mensucikannya harus dilakukan dengan mandi besar atau mandi wajib.
Hal ini disebabkan oleh beberapa kondisi seperti pada wanita yang telah mengalami masa haid
atau nifas atau seseorang yang telah melakukan hubungan suami istri.

Tak hanya hadats yang terbagi menjadi beberapa macam. Najis juga dibagi menjadi tiga
macam, yaitu najis mukhofafah atau najis yang tergolong ringan, najis muthawasitoh atau najis
yang tergolong sedan, dan najis mugholazah atau najis yang tergolong berat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Ahmad, Mas’an, Ahmad Hidayat. Buku Guru Fikih untuk MTs KelasVII. Jakarta:
Kementrian Agama. 2014.

___________, Buku Siswa Fikih untuk MTs Kelas VII. Jakarta: Kementrian Agama. 2014.

Aziz, Abdul. Materi Dasar Pendidikan Islam. Uwais Inspirasi Indonesia. Sarwat, Ahmad. Fiqih
Islam (Kitab Thaharah).
Drs.Moh. Rifa’i. Risalah tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Toha Putra. 1976.

H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, (Bandung: PT Alma’arif, 1987), hal. 9
H. Zaini Dahlan & KH. Ahmad Bahauddin Nursalim. Qur’an Karim dan Terjemahan Artinya.
Yogyakarta: UII Pres.2020.

Kitab at-Tadzhib fi Adillati Matni al-Ghoyah wa at-Taqrib karya Syaikh Abi Syuja’.

Muhammad Asnawi. Fasholatan. Kudus: Menara.

Taufik Adbillah Syukur. Pembelajaran Fikih. Tangerang: Patju Kreasi. 2020.

Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab (Jakarta: PT. Muhammad Yunus Wa Dzurriyyah, 2007),
h. 241.

Anda mungkin juga menyukai