Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDI ISLAM

“ASPEK DAKWAH ISLAM”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Islam
Dosen Pengampu
Dr. H. M. Yakub, M.A

Disusun oleh:
Kelompok 11

Azra Syifa Salsabila 11230540000046


Akhmad Marwazy 11230540000050

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
JAKARTA 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Atas berkah Rahmat,Taufik dan Hidayah-nya penulis bisa
menyelesaikan Makalah dengan baik serta tepat waktu,Makalah ini untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Studi Islam yang di Ampu Oleh Dr. H. M. Yakub, M.A .
Pemakalah ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. M. Yakub, M.A atas tugas
yang telah diberikan. Dengan tugas ini, ada banyak hal yang bisa penulis pelajari melalui
penelitian dalam makalah ini.
Oleh karena itu, Kritik serta Saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan Terimakasih kepada pihak yang sudah andil
dalam Menyusun Makalah ini, Atas perhatian serta waktunya kami ucapkan Banyak
Terimakasih.

20 November 2023

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 5


2.1 Pengertian dakwah ..................................................................................................... 5
2.2 Perhatian Islam terhadap dakwah Islam ..................................................................... 6
2.3 Lembaga dakwah Islam serta Tokoh Muballigh ......................................................... 8
2.4 Dakwah Islam berdasarkan petunjuk Al-Qur’an, Hadist dan pendapat ulama ........... 9
2.5 Bukti sejarah, strategi, metode, pendekatan dan etika dakwah dalam Islam ............ 12

BAB III PENUTUP ................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 15
3.2 Saran ......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Islam adalah agama da‘wah yang selalu mengajak umat manusia untuk menjalankan
amr bi al-ma‘ruf dan nahy ‘an al-munkar dan menyeru manusia kepada agama tauhid. Nabi
Muhammad semenjak diangkat menjadi Rasul hingga wafat, selalu mengajak umat
manusia untuk meng-Esakan Allah dan meninggalkan menyembah Latta dan ‘Uzza
melalui aktivitas da‘wah-nya. Penyembahan tersebut merupakan cara peribadatan yang
dilakukan oleh umat manusia pada masa jahiliyah. Dengan diutusnya Nabi Muhammad
sebagai pembawa ajaran tauhid, maka penyembahan kepada berhala-berhala sudah mulai
berkurang dan manusia ketika itu secara ber-angsur-angsur mulai menyembah dan meng-
Esakan Allah. Setelah Nabi Muhammad wafat da‘wah dilanjutkan oleh para sahabat,
tabi‘in dan para pengikut-pengikutnya hingga masa sekarang, ini menunjukkan bahwa ber-
da‘wah merupakan kewajiban setiap muslim yang mukallaf. 1 Al-Qur’ān juga menegaskan
dalam surat Ăli ‘Imrān ayat 104 sebagai berikut :
ِ ‫َو لْ ت َك ُ ْن ِم نْ كُ ْم أ ُ َّم ة ي َ د ْ عُ و َن إ ِ ل َ ى الْ َخ ي ِْر َو ي َ أ ْ ُم ُر و َن ب ِ الْ َم عْ ُر و‬
‫ف َو ي َ نْ َه ْو َن‬
‫ك ه ُ مُ الْ ُم فْ لِ ُح و َن‬ َ ِ ‫عَ ِن الْ ُم نْ كَ ِر َو أ ُو َٰل َ ئ‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan merekalah
orang-orang yang beruntung”.

Di sini jelas bahwa setiap muslim wajib ber-da‘wah. Namun tidak setiap muslim yang
ber-da’wah itu dapat ber-da’wah secara profesional. Da’wah yang berhasil adalah da’wah
yang dilakukan oleh para dā‘i yang sesuai dengan ketentuan dan persyaratannya seperti
metode, strategi, dā‘i yang handal, termasuk juga materi yang tepat dan pesan yang
disampaikan dapat mempengaruhi para pendengar. Dalam menyampaikan pesan-pesan
da‘wah ada yang secara tulisan dan ada juga dengan lisan. Da‘wah dengan cara lisan
biasanya disebut dengan ceramah atau pidato. Walaupun fenomena yang terlihat sekarang
ini da‘wah melalui cerama sudah kurang mampu mengajak umat manusia untuk berbuat
kebaikan, akan tetapi harus tetap dipertahankan khutbah hari raya dan lain sebagainya.
Oleh karena demikian untuk melahirkan da‘i yang mampu menyampaikan pesan da‘wah
melalui ceramah perlu adanya pelatihan-pelatihan baik dalam penguasaan materi maupun
tentang kesiapan mental da‘i itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana perhatian umat muslim terhadap dakwah?


2) Apa dan siapa saja Lembaga dan Muballigh dalam dakwah yang ada di Indonesia dan
Dunia?
3) Seperti apa dakwah menurut petunjuk Al-Qur’an, Hadist, dan Pendapat ulama?
4) Seperti apa Metode dan pendekatan Dakwah yang ada di Indonesia dan dunia?

4
1.3 Tujuan

1) Mengetahui sikap seorang muslim tentang dakwah islam


2) Mengetahui apa saja lembaga dakwah dan siapa tokoh muballigh dakwah yang ada di
Indonesia dan Dunia
3) Memahami dakwah sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an, Hadist dan pendapat para alim
ulama
4) Mengetahui bagaimana cara dakwah di Indonesia dan dunia

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dakwah


Secara etimologi, kata da‘wah berasal dari bahasa Arab, yaitu mas)dar dari kata ‫عى‬
َ َ ‫د‬-
ً‫عا َية‬
َ ‫عا ًء َودَع َْوى َودَع َْوة ً َو ِد‬ ُ ‫ َي ْد‬. Kata da‘wah tersebut memiliki beberapa makna
َ ُ ‫ د‬- ‫عو‬
di antaranya: pertama, al-nida artinya mengundang; da‘ā fulānun ilā fulānah, artinya si Fulan
mengundang si Fulan. Kedua; menyeru; ud‘u ilā al-syai’i, artinya menyeru dan mendorong
pada sesuatu. Ketiga; al-da‘wah ilā qadiyat, artinya menegaskannya atau membelanya, baik
sesuatu yang hak atau yang batil, yang positif atau yang negatif. Sebagai contoh yang menyeru
kepada yang batil adalah kisah Nabi Yusuf dalam surat Yusuf ayat 33. Dalam kisah tersebut
Nabi Yusuf berkata “wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi da‘wah
mereka kepadaku.” Maksudnya adalah kepatuhan kepada wanita-wanita yang menjerumuskan
ke dalam dosa. Keempat; suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia
ke suatu aliran atau agama tertentu. Kelima; memohon dan meminta.1 Beberapa ayat Al-Qur’ān
yang mengungkapkan pengertian da‘wah, sebagai berikut:
ۤ
ُ‫ص َراطُُ ُّم ْستَ ِق ْيم‬ ُ ٰ ِ‫يُ َم ُْنُيَّ َشا ُءهُا‬
ِ ُ‫ل‬ ُْ ‫الس ٰل ُِمُ َُويَ ْه ِد‬ ُ ٰ ِ‫اللهُيَ ْدعه ُْوُا‬
َّ ُ‫لُ َدا ُِر‬ ُّٰ ‫َو‬
Artinya: “Allah menyeru manusia ke Darussalam (syurga) dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya
kepada jalan yang lurus (Islam)”. (QS. Yunus : 25).2

ُ‫ورةُ ِم ْنُ ِم ثْلِ هُِ َوا ْد عه وا‬


َ ‫س‬ ِ ِ ِ ِ
‫َوإ ْنُ هك نْ ته ْمُ ِفُ رَيْبُ ِمَّاُ نَ َّزلْنَاُ عَ لَ ٰىُ عَ بْ د َنُ فَأْتهواُ ب ه‬
ُ‫ي‬ ِ ِ ‫اللُِ إِ ْنُ هك نْ تهمُ ص‬
َ ‫اد ق‬ َّ ُ‫ون‬ ِ ‫هش َه َد اء هك مُ ِم نُ ده‬
َ ْ ْ ْ َ
Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan

1
Jum’ah Amin Abdul Aziz, Al-Da‘wah ... h. 24-25
2
Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta Karya Insan Indonesia), h. 284.

5
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (QS. Al-
Baqarah: 23)
Secara terminologi, menurut pendapat Syaikh Ali Mahfud mendefinisikan da‘wah adalah
Penganjuran manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh yang baik dan melarang yang
munkar, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat3. Definisi ini tidak menunjukkan
dengan tegas kepada ajaran Islam, sehingga harus diartikan kebajikan dan petunjuk dengan
ajaran Islam. Dalam definisi ini al- amr bi al-ma‘ruf dan al-nahy ‘an al-munkar inti gerakan
da‘wah dan penggerak dalam dinamika masyarakat Islam. Hal ini sesuai dengan apa yang
disampaikan Imam Al-Ghazali yang bahwa melakukan al- amr bi al-ma‘ruf dan al-nahy ‘an al-
munkar adalah kewajiban setiap manusia.4

2.2 Perhatian Islam terhadap dakwah Islam


Dakwah merupakan hal positif dan hukumnya wajib untuk berdakwah, seperti yang
sudah dijelaskan pada point pertama dakwah memiliki banyak pengertian dari setiap
pandangan oleh karena itu perlu adanya rasa kewajiban yang besar dan juga kewajiban syar’i
dalam berdakwah agar tidak menjadi sesuatu yang bernilai negatif dan menyesatkan. Berikut
penjelasannya:
A. Kewajiban yang berat
Para Da’i mengetahui bahwa akhir perjalanan manusia seluruhnya ‘Dunia
sampai Akhirat’ itu tergantung kepada para rasul dan para penyambung risalahnya.
Sejauh mana Tabligh mereka kepada manusia, sejauh itu pula manusia memperoleh
kebahagiaan (atau tidak memperolehnya), dan akan berpengaruh terhadap pahala atau
siksa mereka di dunia dan di akhirat.

Sesungguhnya dakwah merupakan urusan besar dan agung, karena Allah SWT
mengawasi manusia, hidup dan matinya; bahagia dan celakanya serta pahala dan
siksanya. Apakah risalah yang telah disampaikan kepada manusia untuk kemudian
diterima dan diikuti serta disampaikan kembali ke manusia lain,sehingga mereka
berbahagia di dunia dan akhirat atau risalah itu tidak disampaikan dan menjadi
penyebab tidak bahagia di dunia maupun di akhirat.

Sayyid Quthb mengatakan, “Barang siapa menganggap ringan kewajiban (Dakwah) ini,
padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan
membuat orang gemetar, maka ia tidak akan bisa melaksanakannya secara berlanjut
kecuali atas pertolongan Allah SWT. Ia tidak akan bisa memikul dakwah kecuali
dengan keikhlasan pada-nya. Orang yang berada di jalan ini, siangnya berpuasa,
malamnya menunaikan shalat, dan ucapannya penuh dengan dzikir. Hidup dan matinya
hanya untuk Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, yang tiada sekutu bagi-nya”.5

Dakwah yang wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya adalah dakwah yang
bertujuan dan berorientasi pada:

3
Syaikh Ali Mahfud, Hidayah Al-Mursyidin, (Bairut: Dar Al-Mā’arif, tt), h. 17.
4
Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaly, Ihya’ Ulum Al-Dĭn, juz. 1, (Bairut, Dar Al-Ma’rifah, t.t), h. 43.
5
Fiqih Dakwah ,Jumu’ah Amin Abdul hal.14

6
1. Membangun masyarakat Islam, sebagaimana para rasul Allah, yang memulai
dakwahnya di kalangan masyarakat jahiliah. Mereka mengajak manusia untuk
memeluk agama Allah swt., menyampaikan wahyu-Nya kepada kaumnya, dan
memperingatkan mereka dari syirik.

2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat Islam yang terkena musibah.
Seperti penyimpangan dan berbagai kemungkaran, serta pengabaian masyarakat
tersebut terhadap segenap kewajiban.

3. Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang


pada kebenaran, melalui pengajaran secara terus-menerus, pengingatan, penyucian jiwa
dan pendidikan
B. Kewajiban Syar’i
Dakwah merupakan kewajiban syar’i, berdasarkan dalil-dalil berikut:

a) Allah swt. berfirman,


“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan
dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati. Kecuali mereka yang
telah bertobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka
terhadap mereka itu Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang”. (Al-Baqarah: 159-160)

Ibnu Katsir mengatakan, bahwa ini merupakan ancaman yang keras bagi orang yang
menyembunyikan ajaran yang dibawa oleh para rasul, berupa petunjuk yang
menjelaskan tentang berbagai tujuan yang benar, dan petunjuk yang bermanfaat
untuk hati, sebagaimana dijelaskan Allah kepada para hamba-Nya dalam kitab-
kitab-Nya yang telah diturunkan kepada para rasul-Nya.6

b) Allah SWT. Berfirman,


“Mengapa orang-orang alim dan pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka
dari mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya
amat buruk laj apa yang telah mereka kerjakan itu”. (Al-Ma’idah: 63)

Ibnu Jarir At-Thabari meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa ia berkata, "Dalam
Al-Quran tidak ada satu ayatpun yang lebih keras dalam mengolok-olok daripada
ayat ini."

Dari Dha’hak, ia berkata, "Tidak ada di dalam Al-Quran satu ayat yang lebih saya
khawatirkan daripada ayat ini, karena kita tidak bisa berbenti (melakukan)." (Tafsir
Ibnu Jarir)

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Yahya bin Ya'mar, ia berkata, "Ali bin Abi
Thalib pernah berkhothah. Setelah beliau memuji Allah dan menyanjung-Nya,

6
Fiqih Dakwah, hal. 17

7
beliau berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya umat sebelum kamu itu hancur
karena mereka berbuat maksiat, sementara orang-orang alim dan para pendeta tidak
melarang mereka dari ke- maksiatan itu. Ketika mereka terus-menerus asyik dalam
kemaksiatan, mereka ditimpa siksa. Oleh karena itu, perintahkanlah mereka berbuat
kebajikan dan cegahlah mereka dari kemungkaran, sebelum turun kepadamu suatu
siksa seperti yang pernah turun kepada mereka. Ketahuilah bahwasanya melakukan
amar marruf nahi mungkar itu tidak akan memutuskan rezeki dan tidak pula
mendekatkan ajal.7

c) Firman Allah SWT.


Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan
memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada
Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan (Al-Ma’idah: 105)

Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Berkata tentang penafsiran ayat tersebut, “Wahai umat
manusia, sesungguhnya kamu telah membaca ayat ini, akan tetapi kamu
menempatkannya pada posisi yang tidak tepat. Sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah saw. Bersabda,

‫اّللَُّأ َّْنَّي عُم ُه َّْمَّبِعِقاَّبَِِّه‬ َّ ‫إِنََّّالناسََّّإِذاَّرأ ُواَّالْ ُمْنك َّْرَّولََّّيُغِِّيُْوَّهَُّأش‬


َّ َّ‫ك‬
Artinya: “Sesungguhnya manusia itu apabila melihat kemungkaran dan mereka
tidak mengubahnya, Allah akan menimpakan azab kepada mereka secara merata”8

2.3 Lembaga dakwah Islam dan Tokoh Muballigh


A. Lembaga Dakwah Islam
Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) berdiri sesuai dengan cita-cita para ulama
perintisnya yaitu sebagai wadah umat Islam untuk mempelajari, mengamalkan dan
menyebarkan ajaran Islam secara murni berdasarkan Al Qur'an dan Al Hadist, dengan latar
belakang budaya masyarakat Indonesia, dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
Lembaga dakwah Internasional, yaitu:
1. Ikhwanul Muslimin
Adalah sebuah organisasi transnasional yang didirikan di Mesir oleh ulama dan guru
sekolah, Hassan al-Banna pada tahun 1928, Tujuan dari Dakwah Ikhwanul Mmuslimin
adalah mengubah presepsi umum umat terhadap islam secara pemahaman, akhlak, dan
pergerakan. Perubahan ini tidak tampak jelas, melainkan tersebarnya pemikiran yang

7
Fiqih Dakwah, hal. 17-18
8
Fiqih Dakwah, Jumu’ah Amin Abdul hal. 18

8
islami. Begitu pula tidaklah tampak jelas jalan-jalan pemikiran ini, melainkan
pemikiran tersebut mempunyai ciri-ciri nyata dan jelas.9

2. Rabithah Alam Islami


Didirikan pada Dzulhijjah 1381 H atau Mei 1962 di Makkah, Arab saudi. Organisasi
ini di sponsori oleh Raja arab saudi yakni Raja Faisal bin Abdulazis. Syekh Muhammad
Surur terpilih sebagai Sekretaris jendral pertama di Rabithah Alam Islami.

Tujuan dari Lembaga ini adalah menyampaikan Risalah islam dan ajarannya ke seluruh
dunia. Menghilangkan kesan yang keliru tentang Islam yang ditimbulkan oleh musuh-
musuh Islam adalah agenda lain dari pendirian lembaga ini.

3. Organisasi Konfresi Islam (OKI)


Dibentuk para pemimpin sejumlah negara Islam setelah mengadakan Konferensi di
Rabat, Maroko, Pada tanggal 22-25 September 1969. Dan menyepakati Deklarasi Rabat
yang menegaskan keyakinan atas agama Islam, penghormatan piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) dan Hak asasi manusia.
Lembaga Nasioanal,Yaitu:
1. Nahdatul Ulama
2. Muhammadiyah
3. Al-Washiliyah
4. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

B. Tokoh Da’i Muballigh


Internasional, yaitu:
1. Prof. Dr. Syekh Ahmad Muhammad Tayeb
2. Ruhollah Khoemeini
3. Sheikh Muhammad Taqi Utsmani
Nasional, Yaitu:
1. KH. Ghazali Ahmad
2. Ustadz Anasrudin Albatany
3. KH. Bey arifin Sang Muballigh dan Imam Tentara
4. Abdul Ghaffir Rozin
5. Abdul Moqsith Ghazali

2.4 Dakwah Islam berdasarkan petunjuk Al-Qur’an, Hadist, dan pendapat ulama
Dakwah Islam Terbagi menjadi 2 petunjuk yang datangnya dari Al-Qur’an dan Hadist
serta dari pendapat Alim Ulama, Dakwah didapat dari petunjuk Al-Qur’an dan Hadist yang

9
Ikhwanul Muslimin dalam kenangan,Abbas as-sisiy hal.15

9
berasal dari Perintah Allah SWT melalui Perantara Malaikat Jibril A.S dan disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW membimbing umatnya untuk menyembah Allah SWT dan
melaksanakan perintah oleh Allah SWT. Dakwah yang berdasarkan pendapat dari Alim ulama
pada dasarnya di ambil dari Al-Qur’an dan Hadist yang dikaji bersama-sama dan
dikembangkan agar mudah dicerna oleh Umat muslim, bisa juga disebut dengan Ijtima oleh
para alim ulama, Berikut penjelasannya.

A. Dakwah Islam berdasarkan Al-Qur'an.


Al-Qur’an diturunkan Allah SWT sebagai kitab dakwah, yakni kitab yang memuat
ajakan untuk menuju Allah SWT. dan mengikuti jejak Rasul-Nya, Muhammad SAW. Karena
al-Qur’an berada dalam atmosfir dan realitas dakwah, maka ia mendorong terlaksananya
dakwah. Selain itu, al-Qur’an juga menawarkan metode dan teknik pelaksanaannya, demikian
pula menegaskan tujuan yang hendak dicapai. Sebagai tambahan, al-Qur’an juga menunjukkan
jalan pembinaan dai dalam mengemban tugasnya. Menurut Sayyid Quthb, sebagai sebuah kitab
dakwah, al-Qur’an berfungsi sebagai pembangkit,pendorong dan pengawas dalam pelaksanaan
dakwah. Lebih dari itu, al-Qur’an juga menjadi rujukan para penyeru dakwah dalam menyusun
konsep gerakandakwah dan melakukan kegiatan dakwah.10

Dakwah Islam berdasarkan surah An-Nahl ayat 125 adalah berikut ini:
1) Berdakwah dengan metode hikmah, yaitu menguasai keadaan dan kondisi (zuruf)
Hikmah timbul dari budi pekerti yang halus dan bersopan santun. Dakwah hendaklah
ditempuh dengan segala kebijaksanaan untuk membuka perhatian yang didakwahi sehingga
pikirannya tidak lagi tertutup. Bijaksana dalam berdakwah mampu menyesuaikan diri dengan
kalangan yang sedang di dakwahi, yaitu tidak membeda-bedakan manusia yang di dakwahi
akan tetapi yang berbeda adalah penyesuaian diri saat menghadapi mereka. Mengajak orang
lain kepada kebenaran dengan cara hikmah senantiasa baik dan dapat diterima. Karena
argumentasi yang berlandaskan akal dan kebijaksanaan adalah kokoh dan menjadi dasar bagi
semua orang berakal dalam berdialog dan berinteraksi.11

2) Berdakwah dengan maw’izhoh hasanah (nasihat yang baik).


Nasihat yang baik dapat menembus hati manusia dengan lembut dan terserap oleh hati
nurani dengan halus, bukan dengan bentakan dan kekerasan, juga tidak dengan membeberkan
cela yang ada karena kelembutan dalam memberikan nasihat akan lebih banyak menunjukkan
hati yang bimbang, menjinakkan hati yang membenci, dan tentunya memberikan banyak
kebaikan. Hal ini dimaksudkan agar orang dapat menerimanya dengan baik.
Sebagai contoh adalah saat Rasulullah SAW diminta oleh seseorang mengajarkan
bagaimana agar ia dapat berhenti melakukan dosa terus-menerus. Rasulullah SAW
memberikan ajaran, “Janganlah berdusta!”. Orang itu pun berjalan dengan besar hati karena

10
Ica Faizah, 2020, Dakwah dalam perspektif Al Qur'an dan hadits, Hal. 6.
11
Nihyatul Husna, 2021, METODE DAKWAH ISLAM DALAM PERSEPEKTIF AL-QUR'AN. Hal.101.

10
yang dilarang Rasulullah SAW hanya satu jenis dosa saja. Kemudian timbullah niat hatinya
untuk berbuat dosa, akan tetapi sebelum ia berbuat terpikir olehnya, “jika aku perbuat dosa ini
lalu besok aku berjumpa dengan Rasulullah SAW kemudian beliau bertanya padaku sudah ke
mana saja aku, bagaimana mungkin aku bisa berbohong menjawabnya, sedangkan aku telah
berjanji untuk tidak berdusta”.12

B. Dakwah Islam berdasarkan Hadist


Pada mulanya kehadiran Muhammad Saw di tengah-tengah masyarakat diyakini
sebagai sosok yang mampu menjembatani antara bumi dan langit. Keyakinan itu muncul dari
tradis yang telah berkambang jauh sebelum Muhammad Saw terutus sebagai Rasul. Upaya
umat Islam memahami dan mempelajari sosok Muhammad Saw menghasilkan berbagai
disiplin keilmuan. Mereka yang konsentrasi mempelajari cara Muhammad Saw dalam
memahami al-Qur’an menghasilkan ilmu tafsir, mereka yang mempelajari setiap ucapan,
prilaku dan ketetapan Muhammad Saw menghasilkan ilmu hadis.13

C. Dakwah Islam berdasarkan para ulama

a. Ibn Taimiyah menyatakan bahwa dakwah adalah seruan untuk beriman kepada-Nya dan pada
ajaran yang dibawa para utusan-Nya, membenarkan berita yang mereka sampaikan dan
mentaati perintah-Nya.14

b. Syekh Ali Mahfudz menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak manusia kepada kebaikan
dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan baik dan melarang mereka kepada
kebiasaan buruk supaya beruntung di dunia dan akhirat.15

c. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah adalah upaya mengajak umat dengan
cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan
dunia dan akhirat

d. Hamzah Ya‟qub menyatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah
(kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.

12
Nihyatul Husna, 2021, METODE DAKWAH ISLAM DALAM PERSEPEKTIF AL-QUR'AN. Hal.102.
13
Siti Qurrotul Aini, 2021, metode dakwah perspektif hadis: Telaah hadis salam, Hal.7-8.
14
Tata Sukayat, Quantum Dakwah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Hal. 2.
15
Ismail dan Hotman, Filsafat Dakwah., Hal. 27-28.

11
e. Prof. Dr. Hamka menyatakan bahwa dakwah adalah seruan atau panggilan untuk menganut
suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktifitas
yang memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar.16

2.5 Bukti sejarah, strategi, metode, pendekatan dan etika dakwah dalam Islam
Aktivitas dakwah sesungguhnya telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
dilanjutkan oleh para penerusnya dan ulama-ulama serta tokoh-tokoh islam sampai sekarang.17
Kajian ilmu dakwah terus berkembang dengan pesat, setelah periode pembaharuan atau
modernisasi islam pada abad 19 M di Arabia, mesir, dan India. Untuk mengembangkan ajaran-
ajaran islam kepada masyarakat luas, diperlukan suatu metode tersendiri agar pesan pesan
islam dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat sebagai objek dakwah.
A. Strategi Dakwah
Macam-macam strategi dakwah menurut beberapa ulama antara lain :

a. Strategi Tilawah (Strategi Komunikasi)


Strategi penyampaian pesan-pesan Al-Qur’an kepada ummat memiliki
konsekuensi terpeliharanya hubungan insani secara sehat dan bersahaja, sehingga
dakwah dapat tetap memberikan fungsi maksimal bagikepentingan hidup dalam
kehidupan. Di sanalah proses dakwah perlu mempertimbangkan dimensi sosiologis
agar komunikasi yang dilaluinya dapat berimplikasi pada peningkatan
kesadaran iman. Dalam istilah lain, strategi ini diartikan sebagai proses
komunikasi antara da'i dengan mad'u.

b. Strategi Tazkiyah (Strategi Pembersihan Sikap dan Perilaku)

Strategi ini adalah strategi dakwah yang dilakukan melalui proses pembersihan sikap
dan perilaku. Proses pembersihan ini dimaksudkan agar terjadi perubahan individu dan
masyarakat sesuai dengan watak Islam sebagai agama mengemban misi kemanusiaan,
Strategi tazkiyah lebih mefokuskan pada jiwa mad'ud dengan landasan misi dakwah
adalah menyucikan jiwa manusia.

c. Strategi Ta’lim (Strategi Pendidikan)

Strategi ini dapat dilakukan melalui proses pendidikan, yakni proses pembebasan
manusia dari berbagai penjara kebodohan yang seringkali melilit kemerdekaan dan
kreativitas. Pendidikan adalah proses pencerahan untuk menghindari keterjebakan
hidup dalam pola jahiliyah yang sangat tidak menguntungkan, khususnya bagi masa
depan umat manusia. Strategi ta'lim hampir sama dengan dengan strategi tilawah yaitu
keduanya mentransformasikan pesan dakwah, akan tetapi strategi ta'lim lebih
mendalam, dilakukan secara formal dan sistematis artinya metode ini hanya dapat

16
Saputra, Pengantar Ilmu., Hal.1-2.
17
zuyin arwani, dakwah ecodevelopment studi analisis gerakan mensejahterakan hidup, (Jakarta, 2017) h. 29

12
diterapkan pada mitra dakwah yang tetap dengan kurikulum yang telah dirancang,
dilakukan secara bertahap serta mempunyai target dan tujuan tertentu.18

B. Metode Dakwah
Metode dakwah yang digunakan oleh para da‟i dalam menyampaikan pesan dakwah
meliputi:

1. Bil Hikmah
Menurut Sayyid Quthub hikmah adalah melihat situasi dan kondisi obyek dakwah serta
tingkat kecerdasan penerima jadi Metode Bil Hikmah juga memperhatikan kadar materi
yang disampaikan kepada mereka, sehingga mereka tidak merasa terbebani terhadap
perintah agama (materi dakwah) tersebut. Ibnu Qoyim juga berpendapat bahwa
pengertian hikmah yang tepat adalah pengetahuan tentang kebenaran dalam
pengamalannya, dan ketepatan dalam perkataan. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali
dengan memahami Al Qur'an dan memahami syariat-syariat Islam serta hakikat Iman.
Jadi, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah kemampuan dan ketepatan da'i dalam
memilih, menyeleksi dan menyelaraskan teknik dakwah sesuai dengan kondisi objektif
mad'u. Alhikmah juga merupakan kemampuan da‟i dalam menjelaskan doktrin doktrin
Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif19

2. Mauidzah al-Khasanah.
Al-Baidlawy mendefinisikan tentang Mauidzah al-Khasanah adalah perkataan yang
menyejukan dan perumpamaan yang bermanfaat. Seorang Da'i
harus mampu menyampaikan materi dakwah yang baik dan tidak mengunakan kata-
kata yang kasar ataupun makian
sehingga mad'u mau menerima pesan dakwahnya yang disampaikan da'i.20

3. Mujadalah
Kata “mujadalah” bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia bisa berarti
“Pembatahan” atau “Perdebatan”, Secara umum dakwah dengan metode Mujadalah bi
al-laty hiya ahsan mengandung pengertian dakwah sebagai cara dai untuk berdialog dan
berdiskusi dengan lemah lembut.21

Para pakar dakwah metode mujadalah dapat digolongan menjadi 3 macam yaitu melalui
bil lisan (ucapan), bil Qalam (tulisan) dah bil Hal (perbuatan) contoh dari metode
mujadalah seperti seminar, diskusi, dialog interaktif, forum Tanya jawab dan debat.22

18
Nurul Fatanah, Tabligh Jamaat Preaching Strategy In Improving Religious Understanding, 2016. h.103-104
19
Aliyudin, Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an. Jurnal: Ilmu
dakwah, 2010. Vol. 4. h. 1009.
20
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), h. 321.
21
Munzien Suparta, Harjani Aefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kecana Prenada Media Group, 2009), h. 18.
22
Muhammad Idris, strategi dakwah yayasan komunitas sahabat mata dalam pengembangan potensi diri.
(Semarang, 2015), h 34

13
C. Etika Dakwah
Dalam konteks dakwah, etika dapat dipandang sebagai sarana orientasi bagi
usaha da'i untuk menjawab pertanyaan fundamental mengenai “bagaimana harus hidup
dan bertindak”. Di dalam al Qur'an telah diterangkan mengenai, bagaimana etika
dakwah para dai dalam kegiatan berdakwah? Diantaranya etika dakwah yang
diterangkan yaitu:

1. Ikhlas dalam berdakwah.


Ikhlas berarti tidak menghitung-hitung hasil
dakwah kita dengan segala bentuk imbalan duniawi: materi, pengaruh, nama besar,
popularitas, dukungan massa, dan sebagainya. Dari dakwah yang ikhlas, kita hanya
boleh berharap Allah swt melimpahkan hidayah kepada ummat yang kita dakwahi. Kita
hanya boleh berharap mereka yang kita dakwahi menjadi orang-orang berkepribadian
islami, dan turut bersama-sama memperjuangkan kalimat Allah.¹

2. Konsisten antara ucapan dan perbuatan.


Orang yang beramal tanpa konsistensi dapat digambarkan sebagai orang yang telah
menanam tetapi tidak merawat sehingga amalnya layu, kurus kering, hancur diserang
dosa, atau bahkan habis musnah sehingga ketika datang saatnya menghadap Allah, ia
kebingungan karena tidak satu bulir pun pahala bisa dipetiknya. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, konsisten diartikan selaras, sesuai yakni antara perbuatan dengan ucapan.²

3. Lemah lembut
Ibnu Katsir menerangkan bahwa Allah swt berfirman kepada rasul-Nya seraya
menyebutkan anugerah yang telah dilimpahkan-Nya kepada dia, juga kepada orang-
orang mukmin, yaitu Allah telah membuat hatinya lemah lembut kepada umatnya yang
akibatnya mereka mentaati perintahnya dan menjauhi larangnya, Allah juga membuat
tutur katanya terasa menyejukkan hati mereka.³

4. Takut kepada Allah.


Salah satu sifat-sifat orang yang benar-benar beriman itu ialah takut kepada Tuhan.
Karena itu mereka selalu mencari keridaan-Nya. Yang menjadi pedoman bagi hidup
mereka adalah ajaran agama karena ajaran itulah prinsip mereka. Apa yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip itu tetap mereka tolak bagaimana pun akibatnya.
Iman mereka tidak dapat digoyahkan oleh bujuk rayu atau ancaman apapun. Mereka
yakin akan kembali kepada-Nya pada hari berhisab di mana akan diperhitungkan segala
amal perbuatan manusia. Meskipun mereka telah mengerjakan segala perintah Tuhan
dan menjauhi segala larangan-Nya dan menafkahkan hartanya di jalan Allah, namun
mereka merasa takut kalau-kalau amal baik mereka tidak di terima, karena mungkin
ada di dalamnya unsur-unsur riya atau lainnya yang menyebabkan ditolaknya amal itu.
Oleh sebab itu mereka selalu terdorong untuk selanjutnya berbuat baik karena kalau
amal yang sebelumnya tidak diterima, mungkin amal yang sesudah itu menjadi amal
yang makbul yang diberi ganjaran yang berlipat ganda.⁴

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara etimologi, kata da‘wah berasal dari bahasa Arab, yaitu mas)dar dari kata ‫عى‬
َ َ ‫د‬-
ً‫عايَة‬
َ ‫عا ًء َودَع َْوى َودَع َْوة ً َو ِد‬ ُ ‫يَ ْد‬. Kata da‘wah tersebut memiliki beberapa makna
َ ُ ‫ د‬- ‫عو‬
di antaranya: pertama, al-nida artinya mengundang; da‘ā fulānun ilā fulānah, artinya si Fulan
mengundang si Fulan. Kedua; menyeru; ud‘u ilā al-syai’i, artinya menyeru dan mendorong
pada sesuatu. Ketiga; al-da‘wah ilā qadiyat, artinya menegaskannya atau membelanya, baik
sesuatu yang hak atau yang batil, yang positif atau yang negatif.
Secara terminologi, menurut pendapat Syaikh Ali Mahfud mendefinisikan da‘wah
adalah Penganjuran manusia kepada kebaikan dan petunjuk, menyuruh yang baik dan melarang
yang munkar, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dakwah Islam Terbagi menjadi 2 petunjuk yang datangnya dari Al-Qur’an dan Hadist
serta dari pendapat Alim Ulama, Dakwah didapat dari petunjuk Al-Qur’an dan Hadist yang
berasal dari Perintah Allah SWT melalui Perantara Malaikat Jibril A.S dan disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW membimbing umatnya untuk menyembah Allah SWT dan
melaksanakan perintah oleh Allah SWT. Dakwah yang berdasarkan pendapat dari Alim ulama
pada dasarnya di ambil dari Al-Qur’an dan Hadist yang dikaji bersama-sama dan
dikembangkan agar mudah dicerna oleh Umat muslim, bisa juga disebut dengan Ijtima oleh
para alim ulama,
Etikah Berdakwah dibagi menjadi 4, Yaitu:
1. Ikhlas dalam berdakwah
2. Konsisten antara Ucapan dan perbuatan
3. Lemah lembut
4. Takut kepada Allah SWT

3.2 Saran
Makalah Ini jauh dari kata sempurna, Masih jauh dari kata sempurna, masih ada kekurangan
dari segi bahasa, tata penulisan, maupun beberapa dasar pendapat yang belum tercantum karena
terbatasnya kesempatan dan waktu dari penulis. Itu semua adalah kekurangan penulis sebagai
manusia biasa.
Maka,Untuk keperluan penulisan makalah yang akan datang, segala kekurangan yang
ada di makalah ini agar bisa terpenuhi dan menjadi makalah yang baik dan berlandasan teori
yang kuat. Makalah ini akan tetap menjadi sekedar tulisan ketika pembaca belum bisa
mengamalkan dan meneruskan pesan-pesan yang terkandung dalam makalah ini

15
DAFTAR PUSTAKA

Aliyudin, Prinsip Metode Dakwah Menurut Al-Qur’an. Jurnal: Ilmu dakwah, 2010. Vol. 4.
Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, (Jakarta Karya Insan Indonesia).
Fiqih Dakwah, Jumu’ah Amin Abdul (Solo, 2005)
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983).
Ica Faizah, 2020, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadits
Ikhwanul Muslimin dalam kenangan,Abbas as-sisiy (Jakarta, 2001)
Ismail dan Hotman, Filsafat Dakwah.
Muhammad bin Muhammad Al-Ghazaly, Ihya’ Ulum Al-Dĭn, juz. 1, (Bairut, Dar Al-
Ma’rifah).
Muhammad Idris, strategi dakwah yayasan komunitas sahabat mata dalam pengembangan potensi
diri. (Semarang, 2015).

Munzien Suparta, Harjani Aefni, Metode Dakwah (Jakarta: Kecana Prenada Media Group,
2009).
Nihyatul Husna, 2021, METODE DAKWAH ISLAM DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN,
kediri.
Nurul Fatanah, Tabligh Jamaat Preaching Strategy In Improving Religious Understanding,
2016.
Saputra, Pengantar Ilmu.
Siti Qurrotul Aini, 2021, Metode Dakwah Perspektif Hadis: Telaah Hadis Salam
Siti Qurrotul Aini, 2021, metode dakwah perspektif hadis: Telaah hadis salam.
Syaikh Ali Mahfud, Hidayah Al-Mursyidin, (Bairut: Dar Al-Mā’arif).
Tata Sukayat, Quantum Dakwah (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
Zuyin arwani, dakwah ecodevelopment studi analisis gerakan mensejahterakan hidup,
(Jakarta, 2017).

16

Anda mungkin juga menyukai