Anda di halaman 1dari 12

Dakwah Struktural Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Jawa Barat 2020-2023:

Membangun Pelajar Melalui Pendekatan Holistik


Siti Nurjanah Fatonah
Pascasarjana Bimbingan Konseling Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Abstrak

Dakwah struktural menjadi salah satu pendekatan yang digunakan dalam upaya pembinaan
generasi muda, termasuk di kalangan pelajar. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Jawa Barat merupakan salah satu organisasi yang aktif dalam melakukan dakwah struktural
untuk membentuk karakter dan kepribadian para pelajar perempuan. Pendekatan holistik
menjadi salah satu metode yang diterapkan dalam upaya membangun pelajar melalui dakwah
struktural. Pada penulisan jurnal ini, penulis akan mencoba memaparkan mengenai dakwah
struktural yang dilakukan oleh IPPNU Jawa Barat dengan menggunakan pendekatan literatur.

Kata Kunci: Dakwah Struktural , Pendekatan Holistik,PW IPPNU

Abstract

Structural worship has become one of the approaches used in efforts to build the young
generation, including among students. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) West
Java is one of the organizations that is active in making structural statements to shape the
character and personality of the female students. The holistic approach has become one of the
methods applied in an effort to build students through structural reputation. In writing this
journal, the author will try to expose the structural statements carried out by IPPNU West
Java using a literary approach.

Keywords: Structural Dakwah, Holistic Approach, PW IPPNU


PENDAHULUAN

Dakwah merupakan aktivitas yang begitu melekat dengan kehidupan kaum muslimin. Begitu
dekatnya sehingga hampir seluruh lapisan masyarakat terlibat didalamnya. Dakwah pun
merupakan kewajiban bagi seluruh muslimin yakni mengajak kepada jalan yang Ma’ruf dan
mencegah pada segala kemungkaran. Dakwah merupakan membina umat manusia serta
menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.

Dakwah yang sukses adalah dakwah yang mampu merubah objek dakwahnya menjadi lebih
baik. Objek dakwah tersebut disebut dengan Mad’u. Sedangkan orang yang mengajak atau
merubahnya disebut dengan Da’i. Allah SWT menggariskan dalam Al-Qur’an bahwa dakwah
harus menekankan sikap kebijaksanaan.

‫ض َّل عَن َسبِيلِِۦه ۖ َوهُ َو َأ ْعلَ ُم‬


َ ‫ك هُ َو َأ ْعلَ ُم بِ َمن‬
َ َّ‫ك بِ ْٱل ِح ْك َم ِة َو ْٱل َموْ ِعظَ ِة ْٱل َح َسنَ ِة ۖ َو ٰ َج ِد ْلهُم بِٱلَّتِى ِه َى َأحْ َسنُ ۚ ِإ َّن َرب‬ ِ ِ‫ع ِإلَ ٰى َسب‬
َ ِّ‫يل َرب‬ ُ ‫ٱ ْد‬
َ‫بِ ْٱل ُم ْهتَ ِدين‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Ayat tersebut menjadi petunjuk bagi para da’i sebagai pengemban amanat risalah Nabi agar
senantiasa memperhatikan situasi dan kondisi (human oriental) objek dakwahnya.
Pendekatan tersebut bertujuan untuk memberikan output bagi mad’unya kenalan yang baik
demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah merupakan aktivitas yang begitu melekat
dengan kehidupan kaum muslimin. Begitu dekatnya kawah sehingga hampir semua lapisan
masyarakat terlibat didalamnya. Namun, keterlibatan tersebut sering diiringi dengan tindakan
yang dapat mencederai nilai-nilai antar manusia.

Islam sebagai agama yang selalu mendorong umatnya untuk selalu aktif melakukan kegiatan
dakwah, telah memberikan solusi bagi pelakunya. Namun dengan perkembangan kehidupan
manusia, akhirnya dakwah sering berhadapan dengan problematika tersendiri, sehingga
kurang mencapai tujuan akhir yakni sebuah paradigma perubahan.
Praktek dakwah di Indonesia. Sering kali diartikan menjadi sekadar ceramah dalam arti
sempit. Kesalahan tersebut sudah sering diungkapkan, akan tetapi menjadikan dakwah terjadi
penyusutan makna.Sehingga orientasi dakwah sering pada hal-hal yang bersifat rohani saja.
Istilah dakwah pembungaan adalah contoh yang menggambarkan bahwa ada dakwah yang
tidak membangun atau dalam makna lain dakwah yang pesan-pesannya penuh dengan
ceramah belaka.

Dakwah dalam pengertian ini sudah bersifat esensial dan membutuhkan pengertian yang
serius dan mendalam, karena ia harus mampu melakukan dialog antar budaya, sosialisasi dan
implementasi. Dakwah dalam bingkai ini disebut dengan dakwah kultural— yakni
membentuk masyarakat Islam dalam semua segi kehidupan umat manusia. Pekerjaan ini
tidaklah mudah, karena harus ditunjang oleh sistem yang ada. Oleh karena ini, esensial
dakwah haruslah terstruktur dengan sedemikian hal. Agar memiliki penahanan dan pelindung
untuk mensyairkannya. Dakwah dengan pendekatan tersebut disebut dengan dakwah
struktural . Mengenai dakwah struktur ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika
berhijrah di Madinah dengan membangun sebuah sistem jejaring yang kuat, sehingga dakwah
yang dilakukan Rasulullah SAW dengan cepat dapat diterima di kalangan masyarakat Jazirah
Arabia (Rahmat Semesta, 2003).

Pemahaman Achmad Tirtosudiro yang menjelaskan bahwa dakwah setidak-tidaknya


mempunyai dua fungsi pokok. Pertama menyeru dan membimbing manusia untuk
menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Kedua,mengajak dan mendorong manusia untuk
menyembah Tuhan— yakni dengan memberi arahan yang besar didalam hidup dunia dan
akhirat. Sedangkan berpartisipasi dalam pembangunan bangsa adalah perjuangan untuk hidup
(Achmad, 2000:20).

Dalam perjalannya dakwah berkembang dengan berbagai medium. Mengikuti perkembangan


zaman serta berinovasi dengan pembaharuan tiada henti. Hal ini seperti yang sudah
dipaparkan sebelumnya, bahwa dakwah perlu menyentuh secara menyeluruh dan holistik
pada kehidupan masyarakat dengan diintegrasikan dengan berbagai kegiatan yang ada, salah
satunya bisa melalui kegiatan organisasi kemasyarakatan dengan menerapkan dakwah
melalui struktural. Pada penulisan ini, penulis akan memaparkan bagaimana Dakwah
Struktural Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama Jawa Barat: Membangun Pelajar Melalui
Pendekatan Holistik
PEMBAHASAN
Hakikat Dakwah

Identifikasi kata dakwah dalam al-Qur’an telah dilakukan oleh para ahli, baik peneliti
masalah dakwah maupun penulis kamus. Moh. Ali Aziz merangkum temuan sejumlah
penulis terkait istilah dakwah dalam al_Qur’an dan menyatakan bahwa kata dakwah dalam
berbagai bentuknya ditemukan 198 kali oleh Muhammad Solthon, 299 kali menurut
Muhammad Fuad Abdul Baqi’, dan 212 kali menurut Acep Muhiddin. Hal ini menunjukkan
bahwa al-Qur’an mengembangkan makna dari kata dakwah dalam berbagai penggunaannya
(M. Ali, 2012:6). Apabila dakwah dalam arti ajakan kepada kebaikan, maka subjeknya pasti
dari Allah, para malaikat, para nabi dan Rasul serta para pewarisnya seperti kandungan
ayat-ayat tersebut. Sebaliknya, apabila dakwah daam pengertian ajakan kepada keburukan,
maka sudah pasti subjeknya adalah Iblis, Syaitan, orang kafir, munafik dan orang-orang fasik.

Hal ini seperti yanۡg bisa dilihat, misalnyaۡ, dalam QS Yusuf ayat 33

َ‫ف َعنِّى َك ْي َده َُّن َأصْ بُ ِإلَ ْي ِه َّن َوَأ ُكن ِّمنَ ْٱل ٰ َج ِهلِين‬ َّ َ‫قَا َل َربِّ ٱلسِّجْ نُ َأ َحبُّ ِإل‬
ْ ‫ى ِم َّما يَ ْدعُونَنِ ٓى ِإلَ ْي ِه ۖ وَِإاَّل تَصْ ِر‬

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka
kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan
cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang
yang bodoh.

Dari segi pendapat para ahli, pemahaman dakwah sudah pasti beragam sesuai sudut pandang
mereka masing-masing. Dari segi terminologi, misalnya, A.Hasjmy berpendapat bahwa
dakwah Islamiyyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan
syariah Islamiyah yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri
(A. Hasjmy, 1984:18). Pandangan ini menonjolkan kewajaran dan keteladanan keteladanan
seorang da’i. Ahli lain, M. Arifin, mengatakan dakwah ialah suatu kegiatan ajakan, baik
dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara
kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan
dan pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa
adanya unsur-unsur paksaan (Arifin, 2004:6)
Dalam pengertian tersebut ditekankan pada penggunaan media, lisan dan keteladanaan yang
terprogram dalam rangka penyadaran mad’u secara perorangan maupun kelompok.

Di Indonesia, kajian tentang dakwah dapat ditemui dalam penelitian- penelitian yang
membahas topik seputar masyarakat muslim pada masa setelah islamisme. Kajian tersebut
berkaitan dengan proses dakwah yang menyasar kelompok masyarakat muslim perkotaan
seiring dengan menjamurnya paham keislaman di tengah masyarakat. Meski demikian, kajian
tentang dakwah sebagai sebuah fenomena transisi pengetahuan agama biasanya sering
didapati pada penelitian-penelitian yang melibatkan media massa (Diajeng Laily, 2019:1-13)

Adapun tujuan dakwah Islamiyah secara khusus, yaitu mengajak umat manusia yang sudah
memeluk Islam agar selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah Swt. Artinya, umat Islam
diharapkan agar senantiasa mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala hal
yang dilarang oleh Allah, membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih muallaf,
mengajak manusia yang belum beriman agar beriman kepada Allah (memeluk agama Islam),
dan mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya. Dengan
demikian, hakikat dari dakwah Islamiyah adalah mengembalikan fitrah manusia kepada asal
kejadiannya, sebab Islam diturunkan sesuai dengan fitrah manusia, membimbing fitrah yang
menyimpang.

Pendekatan Dakwah Holistik

Dakwah merupakan upaya untuk menyampaikan ajaran agama kepada orang lain. Pendekatan
holistik dalam dakwah mengacu pada pendekatan komprehensif yang tidak hanya fokus pada
aspek spiritual, tetapi juga sosial, psikologis, dan fisik dari individu. Pendekatan ini bertujuan
untuk membangun kesadaran spiritual dan sosial yang lebih dalam dalam masyarakat. Dalam
konteks dakwah, pendekatan holistik menawarkan suatu kerangka kerja yang komprehensif,
mengakui bahwa individu hidup dalam konteks yang kompleks dan beragam. Pendekatan ini
menekankan pentingnya memahami kebutuhan individu dan masyarakat secara menyeluruh,
serta menawarkan solusi yang mencakup segala aspek kehidupan (Lilif, 2013:46).

Dilansir dari situs resmi Kemenag RI, pendekatan holistik dapat menjadi pendekatan yang
efektif untuk memahami dan berinteraksi dengan masyarakat. Dalam pendekatan ini,
pendakwah memahami dan berinteraksi dengan masyarakat secara lebih efektif. Pendakwah
dapat membangun hubungan yang baik dengan masyarakat dan membantu dalam pemenuhan
kebutuhan serta peningkatan kesejahteraan mereka.
Langkah yang dapat dilakukan dalam pembinaan da’i dan pengembangan masyarakat di
daerah pedalaman melalui pendekatan holistik; Pertama, dai memahami dengan mendalam
tentang masyarakat pedalaman meliputi kondisi, budaya, adat istiadat dan kebutuhan
masyarakat pedalaman. Kedua, pendidikan dan pelatihan selain pendidikan agama, da’i juga
perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang sosial, ekonomi dan kesehatan.
Ketiga, keterlibatan aktif dalam kehidupan masyarakat membantu dalam pengembangan
ekonomi masyarakat, memberikan pendidikan dan pelatihan keterampilan serta mendukung
dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti kesehatan dan sanitasi. Keempat, pendekatan yang
sensitif terhadap budaya lokal dengan memahami dan mengintegrasikan nilai-nilai agama
dengan nilai-nilai lokal yang ada, tanpa mengubah secara paksa. Kelima, pendekatan
berkelanjutan melalui pendampingan dan pembinaan yang terus menerus serta dukungan
yang berkelanjutan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Dakwah Struktural IPPNU Jabar

Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan organisasi yang mewadahi pelajar
putri dan merupakan organisasi yang ada di Indonesia, lahir pada tanggal 2 Maret 1955 M di
Malang. IPPNU merupakan badan otonom dari Nahdlatul Ulama. Organisasi ini bernama
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama , disingkat IPNU yang bersifat keterpelajaran, kekeluargaan,
kemasyarakatan, dan keagamaan.yang bersifat nirlaba. IPPNU sendiri merupakan organisasi
yang berada dibawah naungan Nahdlatul Ulama dengan segmentasi anggota dan pengurus di
rentang usia 12-30 tahun. Serta satu-satunya organisasi yang semua pengurus dan anggotanya
perempuan. Secara kepengurusan, IPPNU terstruktur dari tingkat pusat sampai tingkat Desa
atau Kelurahan Pada tingkatan Provinsi disebut sebagai Pimpinan Wilayah (PW) (Materi
Kongres PP IPPNU, 2020:14-15).

IPPNU mengemban dua tugas utama. Pertama , menjadi wadah pengembangan potensi
generasi muda Nahdlatul Ulama pada segment pelajar, santri, dan mahasiswa agar bisa
berkembang secara optimal. Kedua, sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama dan
penjaga nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh Nahdlatul Ulama. Dalam konteks kekinian serta
mengemban tugas berat yaitu untuk melakukan proses pemberdayaan kader dan
pengembangan potensi sumber daya manusia pada masyarakat luas pada umumnya agar
dapat memberikan sumbangsih perannya dalam kehidupan kebangsaan, kenegaraan,
kemasyarakatan, dan keagamaan di pentas global (Materi Kongres PP IPPNU, 2020:73).
Secara kepengurusan, IPPNU terstruktur dari tingkat pusat sampai satuan pendidikan. Pada
tingkatan pusat disebut dengan Pimpinan Pusat (PP) yang berkedudukan di Jakarta, pada
tingkat Provinsi disebut Pimpinan Wilayah (PW) berkedudukan di Provinsi. Pada tingkatan
Kota/Kabupaten disebut dengan Pimpinan Cabang (PC), pada tingkatan kecamatan disebut
dengan Pimpinan Anak Cabang (PAC) sedangkan untuk tingkat satuan pendidikan disebut
dengan Pimpinan Komisariat (PK) semua tingkatan yang ada memiliki masa jabatan yang
berbeda-beda. IPPNU di Provinsi Jawa Barat sendiri sudah ada di 27 Kota/Kabupaten dengan
berkembangnya kepengurusan di tingkatan bawahnya.

Pada penulisan ini, penulis akan berfokus pada komunitas keagamaan PW IPPNU Jawa Barat
dengan masa khidmat 2020-2023 Pada kepengurusan periode 2020-2023, meskipun
menjalankan mandataris organisasi ditengah pandemi. Namun, semangat untuk mengabdi dan
menjalankan roda organisasi tidak pernah terhenti. Tercatat pada awal kepengurusan kami
meluncurkan web aplikasi Ruang dialog.com sebagai bentuk kepedulian untuk merespon
permasalahan kesehatan mental pada remaja, Selain itu, PW IPPNU Jabar Pun mendapatkan
penghargaan dari KNPI Jawa Barat. Sebagai OKP kepemudaan yang konsisten dengan
kegiatan pendidikan.

PW IPPNU Jawa Barat memiliki 401.900 anggota dan kader dengan rincian jumlah anggota
290 yang berada di tingkat Kecamatan, 400 pada tingkat Desa/Kelurahan, 500 IPPNU yang
berada di tingkat satuan pendidikan, 300 pada tingkatan Pondok Pesantren. Pada
perkembangannya IPPNU Jawa Barat masa khidmat 2020-2023 memiliki hambatan juga
prestasi yang diraihnya. Dalam hal kegiatan dakwah struktural yang dilakukan oleh IPPNU
Jabar yakni berfokus pada pembangunan pelajar secara holistik. Dakwah struktural
merupakan upaya dakwah yang dilakukan melalui pendekatan kelembagaan dan struktural.
Hal ini mencakup pembinaan karakter, kepemimpinan, kemandirian, dan kecerdasan spiritual.
Dakwah struktural juga menekankan pada pembangunan sosial, pendidikan, dan
kepemimpinan yang bertujuan untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan dalam
masyarakat.

IPPNU Jawa Barat memiliki peran penting dalam menyebarkan dakwah struktural di
kalangan pelajar perempuan. Mereka aktif dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan
keagamaan, sosial, dan pendidikan yang bertujuan untuk membentuk karakter dan
kepemimpinan para pelajar. Selain itu, mereka juga memberikan pemahaman yang holistik
tentang ajaran agama Islam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
pendekatan holistik yang diterapkan oleh IPPNU Jawa Barat yakni mencangkup aspek-aspek:

Pendidikan

IPPNU Jawa Barat aktif dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan agama,


pengembangan keterampilan, dan peningkatan literasi untuk para pelajar perempuan. IPPNU
menerapkan pendekatan holistik dalam setiap aspek kegiatan pendidikannya, mereka tidak
hanya memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga membimbing kader dan anggotanya
dalam pengembangan spiritual, keterampilan emosional, dan kesehatan fisik. Dalam aspek
spiritual, IPPNU memberikan ruang bagi kader dan anggota untuk memahami nilai-nilai
keagamaan dan mengembangkan keimanan mereka. Mereka juga memberikan pembinaan
dalam hal kepribadian, keterampilan sosial, dan manajemen emosi untuk mendukung
perkembangan emosional kader dan anggota.

Pendidikan holistik yang diterapkan oleh IPPNU telah memberikan dampak yang signifikan
terhadap perkembangan siswa. Siswa-siswi yang terlibat dalam kegiatan IPPNU
menunjukkan peningkatan dalam berbagai aspek, termasuk prestasi akademis, keseimbangan
emosional, dan kesadaran spiritual. Mereka juga memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang penting Sebagai contoh kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan yakni dengan
menyediakannya study corner untuk kegiatan belajar bersama. Layanan konseling yang
didampingi ahli untuk memberikan bantuan kesehatan mental bagi kader dan anggota

Pemberdayaan

IPPNU merupakan organisasi yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan di


Indonesia. Melalui pendekatan holistik, IPPNU berupaya untuk meningkatkan kualitas hidup
anggotanya dengan memperhatikan berbagai aspek kehidupan. Pemberdayaan Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
meningkatkan potensi dan kemandirian anggotanya dalam berbagai aspek kehidupan.
Pendekatan holistik merupakan pendekatan yang memperhatikan keseluruhan aspek
kehidupan individu, termasuk fisik, emosional, mental, sosial, dan spiritual. Dalam konteks
pemberdayaan IPPNU, pendekatan holistik memiliki peran yang sangat penting dalam
memastikan bahwa anggotanya berkembang secara menyeluruh dan seimbang.
Pertama, pendekatan holistik dalam pemberdayaan IPPNU dapat dilihat dari segi fisik.
Pemberdayaan IPPNU tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan akademis, tetapi juga untuk memastikan kesehatan fisik anggotanya. Hal ini
dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, olahraga, dan kampanye gaya hidup sehat.
Menurut World Health Organization (WHO), pendekatan holistik terhadap kesehatan fisik
individu dapat meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko berbagai penyakit.

Kedua, pendekatan holistik juga penting dalam aspek emosional dan mental. Pemberdayaan
IPPNU dapat memberikan pendampingan psikologis, pelatihan keterampilan interpersonal,
dan pembentukan kepercayaan diri. Dukungan emosional dan mental sangat penting dalam
memastikan bahwa anggota IPPNU mampu menghadapi tekanan dan tantangan dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut American Psychological Association (APA), pendekatan
holistik terhadap kesehatan mental dapat mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan
psikologis, dan meningkatkan produktivitas.

Selain itu, pendekatan holistik juga mencakup aspek sosial. Pemberdayaan IPPNU dapat
memberikan pelatihan kepemimpinan, pengembangan keterampilan komunikasi, dan
memperluas jaringan sosial. Hal ini penting dalam membentuk individu yang mampu
berkontribusi secara positif dalam masyarakat. Menurut jurnal "Social Science & Medicine",
pendekatan holistik terhadap pengembangan sosial individu dapat meningkatkan keterlibatan
dalam kegiatan sosial dan memperkuat solidaritas sosial.

Terakhir, pendekatan holistik juga melibatkan aspek spiritual. Sebagai organisasi yang
berbasis agama, pemberdayaan IPPNU juga bertujuan untuk memperkuat dimensi spiritual
anggotanya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan keagamaan, pelatihan nilai-nilai
keagamaan, dan pembentukan karakter yang kuat. Salah satu bentuk program kerja yang
menerapkan kegiatan pemberdayaan ini yakni;pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan dan
keterampilan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri
para pelajar.
Kegiatan Sosial dan Kemanusiaan

Kegiatan sosial dan kemanusiaan merupakan bagian integral dari pengembangan sosial dan
kemanusiaan dalam masyarakat. Dalam konteks ini, Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(IPPNU) memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kegiatan sosial dan
kemanusiaan dengan pendekatan holistik. Pendekatan holistik ini mengacu pada pendekatan
yang mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk fisik, emosional,
sosial, dan spiritual. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai bagaimana kegiatan sosial dan
kemanusiaan IPPNU dilakukan dengan pendekatan holistik, serta dampak positif yang
dihasilkan dari pendekatan tersebut.

Pertama-tama, kegiatan sosial dan kemanusiaan IPPNU dilakukan dengan pendekatan


holistik melalui program-program yang menjangkau berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Misalnya, melalui program-program pemberdayaan ekonomi masyarakat, kesehatan,
pendidikan, dan juga pengembangan spiritualitas. Pendekatan ini memungkinkan IPPNU
untuk memberikan kontribusi yang lebih luas dalam memperbaiki kondisi sosial dan
kemanusiaan masyarakat, bukan hanya secara fisik namun juga secara emosional dan
spiritual.

Salah satu contoh kegiatan yang dilakukan oleh IPPNU adalah program pemberdayaan
ekonomi masyarakat melalui pelatihan keterampilan dan pendampingan usaha mikro.
Pendekatan holistik dalam program ini tidak hanya memberikan pelatihan keterampilan
secara teknis, namun juga memberikan pendampingan dalam mengelola aspek emosional dan
spiritual dalam menjalankan usaha. Hal ini memungkinkan para peserta program untuk dapat
berkembang secara menyeluruh, bukan hanya dari segi ekonomi namun juga secara
emosional dan spiritual.

Selain itu, kegiatan sosial dan kemanusiaan IPPNU juga dilakukan dengan pendekatan
holistik melalui program-program kesehatan masyarakat. Program-program ini tidak hanya
fokus pada pencegahan penyakit secara fisik, namun juga memberikan edukasi mengenai
kesehatan mental dan spiritual. Hal ini penting mengingat kesehatan secara holistik
mencakup tidak hanya tubuh fisik namun juga kesehatan emosional dan spiritual.

Dampak positif dari pendekatan holistik dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan IPPNU
sangatlah signifikan. Pendekatan ini memungkinkan masyarakat yang menjadi sasaran
program untuk dapat berkembang secara menyeluruh, bukan hanya dari segi materi namun
juga dari segi kesejahteraan emosional dan spiritual. Selain itu, pendekatan holistik juga
memungkinkan pendekatan dakwah yang cukup baik yang bisa dilakukan untuk kegiatan
dakwah, melalui kegiatan sosial seperti penggalangan dana untuk kegiatan sosial atau
membantu korban bencana alam. IPPNU Jabat pun melakukan dakwah dengan memberikan
contoh nyata dalam menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pelaksanaannya menerapkan teori holistik dengan mengacu pada tiga prinsip yakni;
Pertama, Connectednes. Yaitu konsep interkoneksi yang berasal dari filosofi holisme yang
mana antara program pendidikan yang ada saling berkaitan dan berkesinambungan satu sama
lain. Karena IPPNU merupakan organisasi yang terstruktur dari pusat sampai satuan
pendidikan maka kegiatannya akan terus berkesinambungan. Kedua, Wholeness. Yaitu
menyeluruh dalam artian dakwah yang dilakukan oleh PW IPPNU Jabar bersifat menyeluruh
dan menyentuh setiap segmen yang diperlukan oleh madunya dalam hal ini kader, anggota
juga pelajar yang berada dalam jam’iyah Nahdlatul Ulama. Ketiga, Being yakni
pengembangan artinya setiap kegiatan yang dilaksanakan berprinsip pengembangan dengan
terus berupaya untuk memberikan ketepatan dalam setiap pro garam yang ada.

KESIMPULAN

Dakwah struktural merupakan upaya untuk memperbaiki struktur sosial dan menciptakan
perubahan yang berkelanjutan dalam masyarakat. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
(IPPNU) Jawa Barat merupakan organisasi yang aktif dalam melakukan dakwah struktural
dengan fokus pada pendidikan dan pembangunan generasi muda. Pendekatan holistik dalam
dakwah struktural memungkinkan pembangunan pelajar secara menyeluruh, meliputi aspek
spiritual, intelektual, sosial, dan keterampilan praktis dengan memegang prinsip
connectednes, wholeness dan being. Dakwah struktural yang dilakukan oleh IPPNU Jawa
Barat melibatkan berbagai kegiatan dan program yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, membantu masyarakat dalam memahami ajaran agama secara komprehensif,
serta memperkuat nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari
Daftar Pustaka
Achmad Tirtosudiro dalam kata pengantar, Dawam Raharjo (ed). 2000, Model Pembangunan
Qaryah Thayyibah, Jakarta: Internasa

A. Hasjmy. 1984, Dustur Dakwah menurut al-Qur’an, 2 ed. Jakarta: Bulan Bintang

Arifin, Psikologi Dakwah. 2004, Jakarta: Bumi Aksara

Diajeng Laily Hidayati dan Ida Suryani Wijaya. 2019, “Islamic Expressions On The Culprits

Filasofa, Lilif Muallifatul Khorida, Tesis: Aplikasi Pendekatan Whole Language dalam
Meningkatkan Kecerdasan Verbal Linguistik Anak Usia Dini di RA Al-Hikmah Mijen kota
Semarang, Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2013.

Moh. Ali Aziz. 2012, Ilmu Dakwah, Edisi Revisi, 3 ed. Jakarta: Kencana

Of Islamic Centers In East Kalimantan,” KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 13,
no. 1

Tim Rahmat Semesta, 2003, Metode Dakwah, Jakarta:Pernada Media

Anda mungkin juga menyukai