Anda di halaman 1dari 42

Tugas Proposal Penelitian Kualitatif

Implementasi Dakwah Melalui Literasi Dalam Meningkatkan


Pemahman Kegamaan Remaja Siswa Di Man 1 Samarida

Oleh
Putri Dwi Kurnia
NIM. 2041913013

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


JURUSAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS
SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan nikmat-Nya. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan dan semoga
tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad, yang telah menuntun manusia menuju
jalan kebenaran. Penyusunan Proposal skripsi yang berjudul “Implementasi Dakwah
Melalui Literasi Dalam Meningkatkan Pemahman Kegamaan Remaja Siswa Di
Man 1 Samarida”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal ini
tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai
pihak.

Proposal skripsi ini penulis susun secara cepat dengan


bantuan dan dukungan berbagai pihak diantaranya; Bapak Dr. Nur Kholik
Afandi, S.Ag., M.Pd, selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian
Kualitatif, penulis sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan fikirannya
yang telah diberikan.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, penulis menyadari
bahwa hasil dari proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga penulis selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata Semoga proposal
skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk penulis khususnya, dan
masyarakat Indonesia umumnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Samarinda , 12 Maret 2023

Putri Dwi Kurnia

1
Implementasi Dakwah Melalui Literasi Dalam Meningkatkan
Pemahman Kegamaan Remaja Siswa Di Man 1 Samarida
A. Latar Belakang
Dakwah dilihat dari segi bahasa, berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata da’a,

yad’u, da’watan yang berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan ini dilakukan

melalui suara, kata-kata, atau perbuatan. Dakwah juga bisa berarti do’a atau harapan,

permohonan kepada Allah SWT. kata dakwah juga berarti mengajak kepada kebaikan

dan mengikuti petunjuk, memerintahkan manusia untuk berbuat baik dan melarang

melakukan berbuatan buruk agar mendapatkan kebahagiaan dunia maupun akhirat.

Dakwah juga merupakan bentuk usaha untuk menyerukan serta menyampaikan pada

perorangan manusia serta seluruh umat mengenai pandangan dan tujuan hidup di dunia

yang dimana seruan itu meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai media.1

Seiring dengan perkembangan zaman permasalahan dakwah menjadi semakin

kompleks. Kegiatan dakwah selalu menemukan berbagai masalah yang timbul, baik

dari unsur-unsur dakwah ataupun lingkungan dakwah. Problematika dakwah yang

sering di sampaikan apa adanya atau materi yang diberikan kepada masyarakat tanpa

memperhatikan hakikat dakwah. Dakwah di masa sekarang bukan hanya bersifat

rutinitas dan instant akan tetapi, dakwah membutuhkan paradigma baru dalam

menyampaikannya.2

1
Dr. Hj. Muliaty Amin, M. Ag. Metodologi Dakwah.(cetakan:1Alauddin University Press) hal. 4-5
2
Tenty Liya Skripsi Sapitri, Problematika Dakwah dan Solusinya Pada Masyarakat Heterogen Desa
Sido Mulyo BK 9 Belitang Oku Timur Sumatera Selatan. Hal. 5

2
Pendidikan agama dipandang sebagai proses dakwah yang baik dan mengacu

pada pada dasar nilai-nilai Islam yang harus diterapkan sedini mungkin kepada anak-

anak. Generasi muda adalah generasi yang akan melanjutkan proses dakwah Islam oleh

karena itu, apabila proses dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak-anak

berjalan dengan baik, maka akan banyak muncul anak-anak muda yang memiliki

kualitas iman yang baik nantinya. Akan tetapi, sangat tidak mudah untuk melakukan

hal tersebut. Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi para remaja dan membuat

pembentukan karakter mereka menjadi lemah, seperti faktor dalam diri mereka dan

juga faktor dari lingkungan. Semakin banyaknya faktor yang mempengaruhi remaja

dalam membentuk karakter, maka semakin banyak juga penyimpangan yang akan

dilakukan.3

Metode dakwah merupakan cara atau jalan yang digunakan oleh da’i dalam

menyampaikan pesan dakwah agar tujuan dakwah bisa tercapai dan dapat diterima oleh

mad’u. Kandungan Al-Qur’an banyak memuat mengenai pesan moral dakwah, yaitu

seruan, ajakan, bimbingan, dan arahan menuju kebenaran dan kebaikan. Seperti yang

tertera dalam Q.S. An-Nahl ayat 125:

‫ك ِِب ْْلِ ْك ىم ةِ ىوا لْ ىم ْوعِ ظىةِ ا ْْلى ىس نىةِ ۖ ىو ىج ادِ ْْلُ ْم ِِب لَّ ِِت ِه ىي‬
‫يل ىربِ ى‬
ِ ِ‫ْادعُ إِ ىَلٰ ىس ب‬

ِ ِِ ِ ِ
‫ين‬ ِ ‫ىح ىس ُن ۚ إِ َّن ىربَّ ى‬
‫ك ُه ىو أىعْ لىمُ ِبى ْن ضى لَّ عى ْن ىس ب يل ه ۖ ىو ُه ىو أىعْ لىمُ ِب لْ ُم ْه تىد ى‬ ْ‫أ‬

3
Akhmad Sukardi, Metode Dakwah Dalam Mengatasi Problematika Remaja, AL-Munzir Vol. 9 No. 1.
Hal 14-15

3
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”4

Di dalam surah diatas yang menjelaskan dakwah membutuhkan cara atau

metode yang baik dan tepat dalam mengajak manusia kepada kebaikan dan kebenaran.

Secara garis besar metode dakwah dibagi menjadi beberapa metode yaitu, (1) dakwah

bil-Hikmah yang merupakan metode dakwah dengan pendekatan komunikasi khusus

dengan begitu penerima dakwah tergerak untuk melaksanakan ajaran Islam atas

kemauannya sendiri, (2) dakwah bil-Haal yang merupakan metode dakwah yang

mengutamakan perbuatan nyata atau memberi pemahaman beserta contoh

pelaksanaannya dalam kehidupan, (3) dakwah bil-Lisan yakni metode dakwah berupa

penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan baik, (4) dakwah bit-Tadwin

yakni metode dakwah yang dilakukan melalui tulisan yang bersifat tahan lama karena

bisa tersampaikan dari generasi ke generasi, (5) metode dakwah mau’izah al-hasanah

yakni membangun kesadaran mad’u dalam menerima dakwah melalui nasihat, (6)

dakwah Fardiah yakni dakwah yang dilakukan oleh perorangan dengan cara

komunikasi antar pribadi, (7) dakwah Ammah yakni dakwah yang dilakukan secara

umum oleh da’i atau juru dakwah, ustadz, ulama yang dilakukan secara lisan baik

ceramah ataupun khotbah.5

4
https://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-125
5
Ayu Susanti. Dakwah Dalam Perspektif Ilmu Dakwah Kontemporer. Hal. 5-6

4
Perkembangan teknologi dunia yang mendukung dakwah bit-Tadwin sebagai

metode yang efektif di era saat ini. Penyebaran dakwah melalui tulisan seperti kitab-

kitab, majalah, buku, koran, internet dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan

dakwah lainnya. Ulama dahulu (Salafuna Sholihun) menggunakan metode dakwah bit-

Tadwin ini dengan menuliskan karya-karyanya dalam bentuk kitab. Keuntungan dari

dakwah bit-Tadwin ini adalah tidak akan hilang meskipun da’i atau orang yang

berdakwah sudah wafat. Rasulullah pernah bersabda, “sesungguhnya tinta para ulama

adalah lebih baik dari darahnya para syuhada”.6 Dakwah metode bit-Tadwin juga

dirasa cocok dengan remaja saat ini yang banyak menggunakan internet untuk segala

keperluan, sehingga dakwah tetap tersampaikan bagi kalangan remaja.

Literasi bukan hanya dalam arti sempit berupa kemampuan individu dalam

membaca dan menulis, melainkan meliputi kontinum pembelajaran yang

memungkinkan individu dapat mencapai tujuan hidup mereka, mengembangkan

pengetahuan dan potensinya, dan partisipasinya secara penuh dalam kehidupan sosial

mereka secara luas.7 Berbagai kemampuan yang tercakup dalam pengertian literasi

sebagaimana dipaparkan di atas berupa: kemampuan membaca, kemampuan menulis,

kemampuan mencapai kontinum pembelajaran, kemampuan berpikir menggunakan

6
Seto Galih Pramoto, Dakwah bit Tadwin dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 sebagai Bentuk
Berislam dengan Cinta dan Kasih Sayang. Diakses dari https://umma.id/post/dakwah-bit-tadwin-
dalam-menghadapi-revolusi-industri-40-sebagai-bentuk-berislam-dengan-cinta-dan-kasih-sayang-
946129?lang=id pada 11 Maret 2023
7
Unang Wahidin. Yahya Muharikul Islam. Putri Fadillah. (2017). Literasi Keberagamaan Anak
Keluarga Marjinal Binaan Komunitas di Kota Bogor. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam. 6 (12).
hlm. 128

5
sumber-sumber pengetahuan, kemampuan berkomunikasi dalam masyarakat,

kemampuan praktik dan hubungan sosial, kemampuan: untuk mengidentifikasi,

menentukan, menemukan, mengevaluasi, dan menciptakan secara efektif dan

terorganisasi, serta kemampuan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi

berbagai persoalan, merupakan berbagai kemampuan dasar manusia di era informasi

saat ini. Semua kemampuan tersebut memungkinkan dicapai melalui pembelajaran

sepanjang hayat.8

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi dakwah melalui literasi dalam meningkatkan

pemahaman keagaaman siswa MAN 1 Samarinda?

2. Faktor penghambat dan pendukung dalam melakukan dakwah melaui literasi di

MAN 1 Samarinda?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi dakwah melalui literasi dalam meningkatkan

pemahaman keagaaman siswa MAN 1 Samarinda

2. Untuk mengetahui Faktor penghambat dan pendukung dalam melakukan dakwah

melaui literasi di MAN 1 Samarinda

8
Unang Wahidin. Implementasi Literasi Media Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dan Budi Pekerti. Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam. (2018). Hal. 232.

6
D. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian ini, harapan yang dapat memberi pengaruh

positif terhadap dunia kerja baik secara langsung maupun tidak langsung bisa

dirasakan. Manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Bertambahnya wawasan tentang pentingnya penggunaan media sosial secara baik

dan bijak agar berguna bagi diri sendiri dan orang lain dalam meningkatkan ketaqwaan

kepada Allah SWT.

2. Manfaat Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman, acuan yang berguna

bagi lembaga terkait dalam menigkatkan dakwah melalui literasi. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah rujukan yang dapat digunakan sebagai data banding

dengan mengubah serta menambah variabel lain, sehingga nantinya dapat

mengembangkan penerapan dakwah melalui literasi sekaligus dapat menyempurnakan

penelitian ini.

E. Tinjauan Puastaka
1. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dari tinjauan kepustakaan yang telah dilakukan, penulis mendapatkan jurnal, buku,

skripsi yang menulis mengenai pemahaman agama. Ada beberapa yang mempunyai

keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan.

7
Penelitian pertama, yang berjudul “Bimbingan Agama salam Meningkatkan

Pemahaman Ketauhidan Remaja” yang ditulis oleh Nasep Khirzani dan Abdul Mujib,

UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Dalam jurnal tersebut membahas proses

pelaksanaan bimbingan agama di Ponpes Tanjung Salam. Dalam proses pembelajaran

serta bimbingan agama untuk meningkatkan ketauhidan remaja dengan melakukan

kajian kitab kepada santri yang sedang menginjak usia remaja, setelah itu santri

diberikan penjelasan lebih lanjut mengenai pembahasan kajian tersebut dengan

menjelaskan point-point bahasan.

Penelitian kedua, yang berjudul “Remaja dan Pemahaman Agama” karya Triana

Rosalina Noor, dalam Jurnal Pendidikan Islam STAI An Najah Indonesia Mandiri.

Dalam jurnal tersebut penulis menjelaskan anak adalah sebuah amanah yang Allah

berikan dan anak akan tumbuh dan berkembang secara baik dimulai dari dini. Sehingga

perkembangan pemahaman agama pada remaja itu tidak lepas dari perkembangan

moral dari remaja itu sendiri, baik ditanamkan oleh lingkungan, keluarga, sekolah dan

sosial, yang dimana bagi para remaja agama mempunyai arti sebuah kerangka moral

yang menjadi acuan dalam bertingkah laku.

Penelitian ketiga, yang berjudul “Peranan Majelis Taklim Al-Mubarok dalam

Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Bagi Remaja di Dusun Manis Desa Sukaraja

Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan” karya Nyai Aisyah, Iwan dan Yoyoh

Badriyayah dalam Jurnal Pendidikan Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut

Agama Islam Negeri Cirebon, Indonesia. Dalam jurnal tersebut penulis penyampaikan

8
pentingnya pendidikan Islam bukan hanya disekolah saja, namun diluar juga butuhkan

kegiatan-kegiatan keagamaan. Sehingga dalam meningkatkan pemahaman remaja

dengan majelis ta’lim sebagai wadah untuk membina iman, mengembangkan

kehidupan beragama. Faktor yang mendukung dalam upaya peningkatan pemahaman

agama pada remaja dalam majelis Al-Mubarok yaitu dukungan dari pemerintah,

antusias warga dan sarana dan prasarana yang ada, sedangkan penghambatnya dalah

kurangnya dana, sumber daya manusia yang terbatas.

Penelitian keempat, yang berjudul “Pembinaan Keagamaan dalam Meningkatkan

Pemahaman Agama Islam Para Remaja di Masjid Jami’ Al-Baitul Amin Jember” dari

skripsi Agung Ferdiansyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi

Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Jember. Dalam meningkatkan

pemahaman agama melalui kegiatan di Masjid Jami’ Al-Baitul Amin yang berupa

sholat berjama’ah lima waktu, sholat sunnah dan dhuha, pembacaan Al-Qur’an secara

rutin, membaca doa-doa harian dan pengajian hari-hari besar keagamaan. Kegiatan

tersebut sangat berdampak baik bagi para remaja karena menumbuhkan keimanan dan

pembahaman dalam beragama.

Penelitian kelima, yang berjudul “Penanggulangan Tingkat Kenakalan Remaja

Dengan Bimbingan Agama Islam” yang ditulis oleh Suparman Mannuhung dalam

Jurnal Pengabdian Masyarakat, Universitas Andi Djemma. Dalam jurnal tersebut

penulis memaparkan bahwa kenakalan remaja di nilai membahayakan dan merusak

sistem sosial. Oleh karena itu, perlunya dilakukan [embinaan dan pelatihan bagi remaja

9
seperti pengabdian masyarakat yang dapat meminimalisir perilaku menyimpang pada

remaja.

Penelitian keenam, yang berjudul “Pengaruh Pemahaman Agama Terhadap

Perilaku Keagamaan Remaja di Kendalsari, Petarukan, Pemalang” dari skripsi Choirul

Aini Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Walisongo

Semarang. Penulis menyampaikan bahwa remaja di zaman sekarang harus mampu

memilih pergaulan yang sehat serta lingkungan yang mendukung untuk dalam

kehidupan bermasyarakat. Karena agama mrupakan aspek kehidupan yang penting

bagi manusia. Didalam kehidupan juga perlu pendidikan, karena manusia

membutuhkan ilmu dan pengetahuan. Sehingga pendidikan agama sangat dibutuhkan

sedari remaja.

Penelitian ketujuh, yang berjudul “Penggunaan Media Internet di Kalangan Remaja

Untuk Mengembangkan Pemahaman Keislaman” dari Jurnal Risalah yang ditulis oleh

Nurdin Abd Halim, Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Dakwah dan

Komunikasi,UIN Suska Riau. Dalam jurnal tersebut remaja menggunakan internet

untuk mendapatkan informasi dalam mengembangkan pengetahuan mengenai agama

Islam. Remaja juga berupaya untuk mengelola informasi yang diterima untuk

mengembangkan pemahaman agama terhadap informasi yang diterima.

Penelitian kedelapan, yang berjudul “Bimbingan Keagamaan Bagi Remaja Guna

Peningkatan Pemahaman Fikih Ibadah” dalam skripsi yang ditulis oleh Wandri Sulya

Purta, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia. Yang menjelaskan tentang

10
bimbingan keagamaan yang berupa pemahaman mengenai fikih ibadah bagi remaja di

Kelurahan Kelapa, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka barat. Didalam jurnal ini

penulis menyampaikan bahwa bimbingan mengenai fikih ibadah sangat berpengaruh

bagi remaja, sehingga remaja memiliki pandangan, sikap dan pemahaman remaja itu

sendiri dalam bidang fikih ibadah. alasan remaja ingin mengikuti pengajian di Majelis

Daarul Ishlah beraneka ragam, seperi menjalani proses transisi, perubahan tubuh,

minat, dan peran, perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola

tingkah laku, berisikan ambivalen terhadap setiap perubahan, masa bermasalah, masa

pencarian identitas, serta masa munculnya ketakutan.

Penelitian kesembilan, yang berjudul “Efektivitas Penyuluhan Agama Dalam

Meningkatkan Pemahaman Keagamaan Pada Remaja di Lembaga Pembinaan Khusus

Anak Kelas II Muara Bulian” dari skripsi yang ditulis oleh Ahmad Suhdi Alfijri,

Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam

Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Dalam tulisan tersebut penulis menyampaikan

bahwa penyuluhan agama di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Kelas II Muara Bulian

mengenai pemahaman tauhid, fiqh, akhlak, Al-Qur’an dan motivasi hidup bagi remaja.

Penelitian kesepuluh, yang berjudul “Peran Tokoh Agama Dalam Membangun

Akhlak Remaja di Desa Lau Buluh Kec. Kutabuluh Kab. Karo” Jurnal yamh ditulis

oleh Ahmad Habib Nasution, Mardian Idris Harahap dan Muhammad Alfikri. Dalam

jurnal tersebut penulis menyampaikan dengan minimnya program-program keagamaan

yang berfokus kepada persoalan akidah dan akhlak sehingga peranan dan fungsi tokoh

11
agama belum maksimal dalam membangun akhlak remaja di masyarakat. Sehingga

usaha yang dilakukan seperti sholat berjamaah, sholat Jum’at, pengajian remaja sore

pada hari Jum’at, wirid Yasin, pengajian TPA untuk anak-anak remaja dan peringatan

hari-hari besar.

2. Kajian Teori
a. Teori Pemahaman Agama

1.) Pengertian Pemahaman Agama Islam

Agama adalah aspek penting bagi kehidupan manusia. Secara garis besar agama

diartikan dengan kepercayaan dan praktik-praktik kegamaan berdasar pada nilai-nilai

spiritual dimana hal itu mengarah pada perilaku manusia, memberikan makna

kehidupan. Secara bahasa agama berasal dari kata ’a‘ dan ‘gama‘, ‘a‘ berarti tidak,

‘gama‘ berarti kacau. Agama berarti tidak kacau. Dalam Islam agama disebut ‘ad din’,

yang berarti kepatuhan, ketaatan. Dalam bahasa inggris disebut religi yang berarti

kepercayaan dan penyembahan kepada Tuhan. ‘Dienullah’ berarti agama Allah.9

Sedangkan secara istilah agama merupakan jalan keselamatan dan hubungan antara

manusia dengan Tuhannya, yang memiliki isi ajaran-ajaran, hukum, dan aturan yang

sifatnya mengikat. Aturan tersebut dibuat oleh Tuhan yang mempunyai kekuatan

9
Choirul Aini, Pengaruh Pemahaman Agama Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja Di Kendalsari,
Petarukan, Pemalang. (2021). Hal. 10-11

12
melebihi segalanya yang ada di dunia, hal tersebut datang dari wahyu yang

disampaikan kepaada Nabi-Nya yang berupa ajaran agama dan kitab suci.10

Menurut M. Quraish Shihab ―Agama merupakan ketetapan-ketetapan Ilahi yang

diwahyukan kepada NabiNya yang dijadikan sebagai pedoman manusia di dunia.

Dalam buku yang dikarang M. Quraish Shihab, Syaikh Muhammad Abdul Badrun

berupaya menjelaskan arti agama dengan menunjuk pada al-Qur‘an, bahwa agama

adalah hubungan antara makhluk dengan sang Khalik. Hubungan ini diwujudkan

dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukanna dan tercermin

dalam sikap kesehariannya.11

Agama Islam juga merupakan sistem Akidah, Fiqih, dan Akhlak yang mengatur

hidup dan kehidupan manusia dalam berbagai hubungan. Agama Islam tidak hanya

mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat termasuk dengan diri

sendiri saja, tetapi juga dengan alam sekitarnya yang dikenal dengan lingkungan hidup

manusia.12

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa agama merupakan suatu sistem

kepercayaan yang berdasarkan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam yang diwariskan

secara turun temurun dari orang tua sebagai salah satu bentuk keselamatan dan

kebahagiaan didunia maupun akhirat dengan berpedoman pada Aqidah, Fiqih, dan

10
Siti Amalia, Hakekat Agama dalam Perspektif Filsafat Perenial. Indonesian Journal of Islamic
Theology and Philosophy. Volime 1. No. 1 Tahun 2019. Hal. 7.
11
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1994). cet ke-9, hal 2019
12
Sugiman, Pemahaman Agama Islam.

13
Akhlak untuk mengatur kehidupannya sendiri ataupun dengan lingkungan sekitarnya.

Dengan agama yang diyakini manusia akan membuat jiwa menjadi tenang, memiliki

akhlak yang baik sesuai dengan ajaran agama.

Pemahaman merupakan kemampuan diri dari setiap individu dalam mengerti atau

memahami sesuatu yang benar. Kemampuan memahami ini sangat penting dalam

mengetahui atau mempelajari sesuatu. Biasanya seseorang mempelajari sesuatu

dengan upaya agar memiliki pengetahuan, akan tetapi dengan pengetahuan itu

seseorang belum pasti memahaminya, berbeda dengan seseorang yang telah memiliki

pemahaman sudah tentu mereka mengetahui. Dengan begitu, maka pemahaman agama

adalah kemampuan seseorang untuk memahami, menerjemahkan makna yang

terkandung dalam ajaran agama Islam yang mencakup akidah, syariah, dan akhlak serta

dapat memberikan contoh kepada orang lain tentang agama Islam sebagai salah satu

perwujudan keimanan dan ketaqwaan seseorang terhadap Allah Swt. maupun terhadap

sesama manusia.

2.) Aspek-aspek Pemahaman Agama

Pemahaman seseorang terhadap ajaran agama mencakup aspek-aspek yang

mencerminkan kemampuan intelektual individu dalam memahami dan menjelaskan

ajaran agama Islam. Pemahaman agama islam mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

(a) Aspek Aqidah yaitu keimanan dan keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya.

(b) Aspek Fiqih yaitu hukum-hukum syariat Islam yang mengatur perbuatan dan

perkataan manusia.

14
(c) Aspek Akhlak yaitu cerminan akidah yang menjadi teladan.13

Oleh karena itu, pemahaman agama yang dimiliki setiap orang harus mencakup

Aqidah, Fiqih dan Akhlak. Ketiga aspek tersebut sebagai pedoman bagi manusia yang

mengatur kehidupan manusia, seperti hubungan dengan Tuhan-Nya serta hubungan

dengan sesama manusia dan hubungan dengan alam semesta yang perlu diyaikini di

dalam hati dan dijalankan sebagaimana norma yang ada.

Pemahaman agama menunjukkan kemapuan individu dalam memahami ajaran

agama Islam yang sifatnya abstrak atau belum jelas ketika memberikan sebuah contoh,

lalu mampu menjelaskan dan memahami kemaslahatan yang ada dari ketaatannya

dalam menjalani ajaran agama serta mampu bertanggung jawab akan apa yang sudah

dilakukan dari perintah Allah. Didalam pengetahuan secara umum terdapat ranah

kognitif yang mencakup aktivitas yang menekankan aspek intelektual sebagai berikut:

(a) Aspek Pengetahuan, merupakan kemampuan untuk mengingat dan mengenali

istilah, devinisi, fakta, konsep, prinsip, dan metodologi, dan sebagainya.

(b) Aspek Pemahaman, merupakan kemampuan untuk mendemonstrasikan fakta,

mengklasifikasikan, membandingkan, memberi deskripsi, dan sebagainya.

(c) Aspek Penerapan, pada aspek ini seseorang mampu untuk menerapkan

gagasan, rumus, teori, prosedur, dan sebagainya.

13
Abd. Razak dan Ja‘far, Studi Islam di Tengah Masyarakat Majemuk, (Islam Rahmatan Lil‟alamin),
1 ed. (Tangerang Selatan: Yayasan Asy Syariah, 2019).

15
(d) Aspek Analisis, pada aspek ini seseorang dapat menganalisis data yang masuk

dan menstrukturkan data tersebut ke pola yang lebih kecil, membedakan faktor

penyebab dan akibat suatu masalah.

(e) Aspek Sintesis, kemampuan untuk menghasilkan solusi yang dibutuhkan.

(f) Aspek Evaluasi, kemampuan untuk menilai solusi gagasan, metodologi, dan

sebagainya dengan mempertimbangkan keefektifan atau manfaatnya.14

Dari beberapa aspek-aspek yang telah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa pemahaman agama termasuk bagian dari aspek kognitif. Yang berarti aspek-

aspek berikut adalah suatu proses intelektual terhadap suatu objek yang sedang

dipahami sehingga setiap individu dapat menerapkan, membedakan, menghasilkan

sebuah solusi serta dapat memberikan solusi terhadap objek yang sedang dipahami dan

dipelajari

(a.) Faktor-faktor Pemahaman Agama Islam

Munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang tentu saja tidak terjadi dengan

sendirinya. Akan tetapi, hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu faktor

psikologis dan faktor fisiologis. Faktor psikologis yang mempengaruhi pemahaman

agama dapat timbul karena adanya pengalaman yang seseorang alami ketika

memahami ajaran agama. Sedangkan faktor fisiologis adalah faktor yang terjadi karena

petumbuhan fisik seseorang. Jadi, pemahaman anak-anak tentu berbeda dengan

14
Candra Abdilah, Damein Surya Anggara, Putut Said Permana, Perencanaan Pengajaran, (Tangerang
Selatang: UNPAM Press, 2019). Hal.27.

16
pemahaman remaja meski mempunyai objek yang sama, begitu juga dengan

pemahahamn remaja terhadap pemahaman orang tua tentu berbeda pula.

Pemahaman terpengaruh oleh bidang yang dominan atas individu dan oleh situasi

disekitarnya. Artinya sensitifitas ini tergantung kepada seberapa jauh respon individu

terhadap unsur-unsur dan tingkat pehamahannya terhadap situasi tersebut. Pemahaman

anak kecil akan berbeda dengan pemahaman remaja. Perbedaan inilah yang akan

membawa seseorang ke arah perkembangan yang mengantarkannya dari tingkat yang

sensitif ke tingkat arah abstrak yang jauh.

Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa pengaruh pemahaman terhadap ajaran

agama dipengaruhi faktor psikologis dan fisiologis. Respon seseorang terhadap

intensitas objek yang dipahami sangat memengaruhi pemahaman agama seseorang.

Sehingga seseorang yang memiliki perhatian lebih terhadap ajaran agama akan

mendorong mereka untuk memahaminya. Serta dapat melihat betapa pentingnya

memahami ajaran agama yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan yang saat ini

dijalaninya. Selain itu timbul disiplin dalam agama oleh tiga hal, yaitu:

a) Pengaruh dan contoh dari orang tua merupakan disiplin menjalankan ajaran

agama.

b) Menanamkan rasa kesadaran iman di dalam hati seseorang, sehingga merasa

takut kepada Allah Swt. jika meninggalkan syari‘at agama dan berbuat jahat.

c) Pengaruh lingkungan yang beragama, seperti dilakukannya kegiatan-kegiatan

beragama.

17
b. Teori Dakwah

Teori merupakan serangkaian definisi, bagian serta dalil yang saling berhubungan

sehingga memberikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena yang menjelaskan

sebuah fenomena secara ilmiah.

Dakwah secara bahasa berarti menyeru, mengajak serta memanggil.sedangkan

menurut bahasa dakwah berarti perkataan amuoun perbuatan yang baik sehingga

mengajak manusia kepada Islam dan mengamalkan ajaran-ajarannya serta meyakini

aqidah dalam Islam yang berdasar pada syariat Islam. Jadi dapat disimpulkan dakwah

merupakan aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan tujuan agar

orang tersebut dapat mengamalkan perbuatan baik dan mejauhi larangan-Nya dengan

cara yang bijaksana.

Strategi dakwah dalam menjelaskan situasi teologis, strukturan serta kultural bagi

orang yang menerima dakwah saat pelaksaan dakwah. Dakwah Ilam merupakan usaha

seorang Muslim dalam rangka mewujudkan Islam di kehidupan masyarakat sehingga

terwujudnya masyarakat yang baik menurut ajaran agama Islam serta tata sosial yang

kebanyakan masyarakatnya beriman, menjalankan dan menegakkan amar ma’ruf nahi

munkar. Sehingga setiap utusan Allah yang melakukan dakwah sering kali menjumpai

sistem dan struktur masyarakat yang berbeda-beda dalam setiap mad’u nya. Seperti

penguasa masyarakat, yakni penguasa dari ekonomi masyarakat konglomerat dan

kaum yang umumnya tertindas atau lemah hak-haknya .

18
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya masyarakat yang seperti itu adalah

keinginan manusia atau nafsu dari manusia itu sendiri yang dimana dapat menentukan

hidup. Kekuasaan dalam masyarakat akan lebih didominasi dengan orang atau

kelompok orang dipandang mempunyai kelebihan tertentu menurut pandangan

masyarakat kelas bawah sehingga membentuk kepemimpinan masyarakat yang sah.

Dengan hal tersebut membuat kekuatan dalam kepemimpinan masyarakat mudah

runtuh jika tidak adanya dukungan dari masyarakat kelas atas atau konglomerat yang

memegang perekonomian masyarakat. Dari susunan sosial tersebut dapat kita

simpulkan ketika merespon dakwah para Nabi Allah mempunyai kecenderungan

bahwa masyarakat kelas atas ini sering menolak dakwah Islam karena merasa

mempunyai kekuasaan atas segalanya. Dakwah Islam biasanya cenderung

mendapatkan perilaku positif dari masyarakat kelas bawah. Hal tersebut terjadi karena

posisi mereka yang lemah dan tidak mempunyai kekuatan sehingga hati mereka mudah

menerima dakwah Islam.

Dalam menghadapi segala perbedaan di masyarakat yang memiliki struktur seperti

di atas seorang da’i hendaknya menerapkan beberapa etika dakwah sebagai berikut:

a.) Ilmu

Sudah seharusnya seorang da’i mempunyai pengetahuan tentang amar ma’ruf

nahi munkar dan menyelaraskan perbedaan di antara lapisan masyarakat. Seperti

mempunyai pengetahuan mengenai orang-orang yang menjadi sasaran dakwahnya,

19
sehingga dakwah didasarkan dengan ilmu yang dengan hal tersebut bisa mengajak

orang pada jalan yang benar dan lurus.

b.) Lemah Lembut

Sebagai seorang da’i hendaknya melakukan dakwah dengan lemah lembut dan

tidak menggunakan kekerasan kepada mad’u, sehingga seorang yang menerima

dakwah dapat dengan senang hati dalam menerima dakwah. Seperti dalam sabda

Rasulullah SAW. “Tidaklah ada kelemah lembutan dalam sesuatu melainkan

menghiasinya dan tidaklah ada kekerasan dalam sesuatu kecuali keburukannya” (HR.

Muslim).

c.) Sabar

Seorang da’i hendaknya bersabar serta menahan diri dari segala perlakuan

buruk. Karena kebiasaan jalan dakwah memang dengan kesabaran dan menahan diri ia

akan lebih banyak merusak daripada memperbaiki.

Dalam aktivitasnya subjek dakwah dapat secara individu ataupun bersama-

sama. Hal ini tergantung kepada besar kecilnya skala penyelenggaraan dakwah dan

permasalahan-permasalahan dakwah yang akan digarapnya. Semakin luas dan

kompleks-nya permasalahan dakwah yang dihadapi, tentunya besar pula

penyelenggaraan dakwah dan mengingat keterbatasan subjek dakwah, baik di bidang

keilmuan, pengalaman, tenaga dan biaya, maka subjek dakwah yang terorganisir akan

20
lebih efektif daripada yang secara individu (perorangan) dalam rangka pencapaian

tujuan dakwah.

Problematika dakwah pada masa sekarang sangat berbeda dengan metode

dakwah Rasulullah yang awal mulanya dilakukan dengan pendekatan perorangan

dengan mengumpulkan kerabatnya di Bukit Shafa. Kemudian berkembang menjadi

dakwah yang di lakukan saat ke Thaif pada musim haji.

Beberapa orang berpendapat bahwa berdakwah hukumnya fardhu kifayah,

dengan menentukan pada lokasi-lokasi yang ditinggali para ulama, mubalig dan da’i.

Jadi, jika ketika satu tempat sudah ada da’i yang berdakwah, maka dakwah di tempat

tersebut hukumnya menjadi fardhu kifayah. Akan tetapi, ketika jika dalam suatu tempat

tidak ada seseorang yang berdakwah padahal mereka mampu, maka seluruh penghuni

tempat tersebut berdosa di mata Allah. Oleh sebab itu, kewajiban berdakwah

sebenarnya adalah kewajiban dan tugas setiap individu. Hanya saja ketika

pelaksanaannya menyesuaikan dengan kemampuan dan kondisi di lapangan.

Penyampaian dakwah Islam harus disempurnakan dari satu generasi ke

generasi berikutnya, sehingga jembatan keislaman tidak terputus sepanjang masa. Para

rasul dan nabi adalah tokoh-tokoh dakwah yang paling terkemuka dalam sejarah umat

manusia, karena mereka dibekali wahyu dan tuntunan yang sempurna. Dibanding

mereka, kita memang belum apa-apa. Akan tetapi sebagai dai dan muballigh, kita wajib

bersyukur karena telah memilih jalan yang benar, yakni bergabung bersama barisan

para rasul dan nabi dalam menjalankan misi risalah Islam. Konsekuensi dari pilihan itu

21
kita harus senantiasa berusaha mengikuti jejak para nabi dan rasul dalam

menggerakkan dakwah amar ma‟ruf nahi munkar dalam kondisi dan situasi

bagaimanapun. Persoalan yang kita hadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang

semakin hebat, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul

dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam

mendapatkan hiburan, kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka

peluang munculnya ancaman moral dan etika.15

Adapun ciri-ciri ceramah yang baik antara lain sebagai berikut:

(a) Memperoleh sambutan/perhatian dari pendengar sejak kegiatan di mulai.

(b) Jelas maksud dan tujuannya serta mudah dipahami mayoritas pendengarnya

(bahasa dan istilah yang dipakai tidak bertele-tele).

(c) Materi ceramah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kebutuhan audien

(dakwah disampaikan setaraf dengan kemampuan pendengar).

(d) Pandangan penceramah tidak mengarah pada satu arah saja, tetapi kepada

semua pendengar sehingga ada kontak dengan pendengar.

(e) Sebaiknya penceramah dalam menyampaikan ceramah tidak membaca teks,

sehingga tidak dianggap bahwa penceramah tidak siap.

(f) Menggunakan contoh-contoh yang relevan dengan kejadian yang disampaikan.

(g) Dalam menyampaikan pesan harus diorganisir dengan baik.

15
Ridwan Mustofa. Strategi Dakwah Islam Majelis Tarbiyyah dalam Membantu Mengentaskan
Kemiskinan Masyarakat Garut” (Studi Terhadap Pelaksanaan Pengajian dan Kiprah Majelis Tarbiyyah
di Kp. Bojong Wanaraja Garut). UIN Sunan Gunung Djati. (2018). Hal. 13-25.

22
(h) Menghindari hal-hal yang dapat mengganggu jalannya ceramah.

(i) Berbicara dengan intonasi yang lembut/disesuaikan dengan kondisi audiens.

(j) Penceramah bersikap ramah, bersahabat, penuh dengan kepercayaan dan

menarik para audiens.

(k) Penceramah berusaha menyimpulkan isi ceramahnya.

(l) Isi ceramah menunjukkan edukatif, antara lain dengan ciri; obyektif, rasional,

berdasarkan ilmu pengetahuan dan dapat dipertanggung jawabkan,

mempertahankan kebenenaran.

Berdasarkan kriteria yang ditawarkan di atas belum tentu dapat menjamin

keberhasilan dalam ceramah, akan tetapi hal tersebut hanya merupakan tolak ukur

ceramah yang baik. Dalam keberhasilannya perlu pula ditunjang dengan ketrampilan-

ketrampilan yang diperlukan bagi seorang dai/mubaligh antara lain adalah:

(a) Ketrampilan membuka ceramah; dengan tujuan menyiapkan mental para

pendengar agar siap mengikuti persoalan ceramah yang akan disampaikan dan

menimbulkan minat perhatian terhadap ceramah yang akan disampaikan.

(b) Ketrampilan menerangkan; adalah sebagai media, alat dan cara menyampaikan

isi atau materi dakwah, oleh karena itu dai harus punya ketrampilan

(perencanaan, kejelasan, penekanan).

(c) Variasi perangsang; adalah untuk menghindari rasa bosan dan rasa kurang

memperhatikan ceramah dengan (suara, gaya, kebisuan, humor).

23
(d) Teknik menutup ceramah; adalah untuk membantu audien memahami materi

yang telah disampaik

Hal–hal yang dapat menunjang agar ceramah dapat berhasil yakni dengan

persiapan perencanaan meliputi:

(a) Memilih topik ceramah dengan memperhatikan; tujuan dakwah, kebutuhan

massa, situasi dan waktu, lama ceramah, tempat dan media yang dibutuhkan.

(b) Menyiapkan outline dan rencana ceramah; muqodimah, isi ceramah, dan

penutup.

c. Teori Literasi

Teori literasi merujuk pada pendekatan atau kerangka kerja konseptual yang

digunakan untuk memahami dan menggambarkan bagaimana individu memahami,

menggunakan, dan berpartisipasi dalam berbagai bentuk literasi dalam konteks budaya,

sosial, dan pendidikan mereka. Ada beberapa teori literasi yang berbeda yang telah

dikembangkan oleh para pakar dalam bidang literasi dan pendidikan, di antaranya:

a. Teori Literasi Kognitif: Teori ini menekankan pada pemahaman individu tentang

teks tertulis, termasuk bagaimana individu membaca, menulis, dan

menginterpretasi teks berdasarkan pemahaman mereka terhadap teks tersebut.

Teori ini berfokus pada pemahaman individu terhadap teks yang dibaca atau ditulis,

serta bagaimana mereka menggunakan pengetahuan dan keterampilan kognitif

untuk mengakses, memproses, dan menghasilkan informasi.

24
b. Teori Literasi Sosial: Teori ini melibatkan konteks sosial individu dalam

pengembangan literasi, termasuk bagaimana individu menggunakan literasi untuk

berinteraksi dalam masyarakat, memahami norma sosial, dan menguasai bahasa

dalam komunitas tertentu.

c. Teori Literasi Kritis: Teori ini menekankan pada kemampuan individu untuk

membaca dan menulis secara kritis, menganalisis, dan mengevaluasi teks dan

informasi yang mereka hadapi. Teori ini mengajarkan individu untuk

mempertanyakan dan menyelidiki konten yang mereka temui, menggali implikasi

sosial, politik, dan budaya dari teks, serta mengembangkan pemahaman kritis

terhadap pemilihan, interpretasi, dan penggunaan informasi.

d. Teori Multiliterasi: Teori ini mengakui bahwa literasi dalam era digital melibatkan

lebih dari sekadar membaca dan menulis teks tertulis, tetapi juga melibatkan literasi

visual, literasi media, literasi digital, dan literasi multibahasa. Teori ini memandang

literasi sebagai keterampilan yang kompleks dan terus berkembang, yang

diperlukan untuk berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin beragam dan

digital.

e. Teori Literasi Ekologi: Teori ini memandang literasi sebagai produk interaksi

kompleks antara individu, konteks budaya, sosial, dan pendidikan mereka, serta

teks atau bahan literasi yang digunakan. Teori literasi ekologi menekankan

pentingnya memahami bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungan literasi

25
mereka, termasuk institusi pendidikan, lingkungan keluarga, dan komunitas lokal

mereka.

Semua teori literasi ini memberikan pandangan yang berbeda tentang bagaimana

individu memahami, menggunakan, dan berpartisipasi dalam literasi dalam berbagai

konteks. Mereka memberikan kerangka kerja konseptual yang berguna bagi para

pendidik, peneliti, dan praktisi dalam memahami dan mengembangkan praktik literasi

yang efektif dalam pendidikan dan masyarakat. Semua teori tersebut memiliki peranan

penting dalam memahami dan mengembangkan keterampilan literasi yang

komprehensif pada individu. Guna menghadapi tantangan dan peluang dalam era

digital dan global saat ini, teori literasi terus berkembang dan menjadi bidang penelitian

yang menarik bagi banyak ahli dalam bidang pendidikan dan komunikasi.

Literasi yang dalam bahasa Inggrisnya Literacy berasal dari bahasa Latin littera

(huruf) yang pengertiannya melibatkan penguasaan sistem-sistem tulisan dan

konvensi-konvensi yang menyertainya. Kendatipun demikian, literasi utamanya

berhubungan dengan bahasa dan bagaimana bahasa itu digunakan. Adapun sistem

bahasa tulis itu sifatnya sekunder. Manakala berbicara mengenai bahasa, tentunya tidak

lepas dari pembicaraan mengenai budaya karena bahasa itu sendiri merupakan bagian

dari budaya. Sehingga, pendefinisian istilah literasi tentunya harus mencakup unsur

yang melingkupi bahasa itu sendiri, yakni situasi sosial budayanya. Literasi adalah

penggunaan praktik-praktik situasi sosial, dan historis, serta kultural dalam

menciptakan dan menginterpretasikan makna melalui teks. Literasi memerlukan

26
setidaknya sebuah kepekaan yang tak terucap tentang hubungan-hubungan antara

konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaanya serta idealnya kemampuan

untuk berefleksi secara kritis tentang hubungan-hubungan itu. Karena peka dengan

maksud/tujuan, literasi itu bersifat dinamis – tidak statis – dan dapat bervariasi di antara

dan di dalam komunitas dan kultur diskursus/ wacana. Literasi memerlukan

serangkaian kemampuan kognitif, pengetahuan bahasa tulis dan lisan, pengetahuan

tentang genre, dan pengetahuan kultural.16

Yang dimaksud dengan teks di atas adalah mencakup teks tulis dan teks lisan.

Adapun pengetahuan tentang genre adalah pengetahuan tentang jenis-jenis teks yang

berlaku/digunakan dalam komunitas wacana misalnya, teks naratif, eksposisi, deskripsi

dan lain-lain. Terdapat tujuh unsur yang membentuk definisi tersebut, yaitu berkenaan

dengan interpretasi, kolaborasi, konvensi, pengetahuan kultural, pemecahan masalah,

refleksi, dan penggunaan bahasa. Ketujuh hal tersebut merupakan prinsip-prinsip dari

literasi.

Terdapat tujuh prinsip pendidikan literasi yang diambil dari definisi Kern (2000) di

atas, yaitu:

(a) Literasi melibatkan interpretasi

a. Penulis/pembicara dan pembaca/pendengar berpartisipasi dalam tindak

interpretasi, yakni: penulis/pembicara menginterpretasikan dunia

(peristiwa, pengalaman, gagasan, perasaan, dan lain-lain), dan

16
Dra.Aas Saomah, M.Si. IMPLIKASI TEORI BELAJAR TERHADAP PENDIDIKAN LITERASI(2017). Hal. 3-5.

27
pembaca/pendengar kemudian mengiterpretasikan interpretasi

penulis/pembicara dalam bentuk konsepsinya sendiri tentang dunia.

(b) Literasi melibatkan kolaborasi

a. Terdapat kerjasama antara dua pihak yakni penulis/pembicara dan

pembaca/pendengar. Kerjasama yang dimaksud itu dalam upaya

mencapai suatu pemahaman bersama. Penulis/pembicara memutuskan

apa yang harus ditulis/dikatakan atau yang tidak perlu ditulis/dikatakan

berdasarkan pemahaman mereka terhadap pembaca/pendengarnya.

Sementara pembaca/pendengar mencurahkan motivasi, pengetahuan,

dan pengalaman mereka agar dapat membuat teks penulis bermakna.

(c) Literasi melibatkan konvensi Orang-orang membaca dan menulis atau

menyimak dan berbicara itu ditentukan oleh konvensi/kesepakatan kultural

(tidak universal) yang berkembang melalui penggunaan dan dimodifikasi untuk

tujuan-tujuan individual. Konvensi disini mencakup aturan-aturan bahasa baik

lisan maupun tertulis.

(d) Literasi melibatkan pengetahuan kultural. Membaca dan menulis atau

menyimak dan berbicara berfungsi dalam sistemsistem sikap, keyakinan,

kebiasaan, cita-cita, dan nilai tertentu. Sehingga orangorang yang berada di luar

suatu sistem budaya itu rentan/beresiko salah/keliru dipahami oleh orang-orang

yang berada dalam sistem budaya tersebut.

28
(e) Literasi melibatkan pemecahan masalah. Karena kata-kata selalu melekat pada

konteks linguistik dan situasi yang melingkupinya, maka tindak menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis itu melibatkan upaya membayangkan

hubungan-hubungan di antara kata-kata, frasefrase, kalimat-kalimat, unit-unit

makna, teks-teks, dan dunia-dunia. Upaya

membayangkan/memikirkan/mempertimbangkan ini merupakan suatu bentuk

pemecahan masalah.

(f) Literasi melibatkan refleksi dan refleksi diri. Pembaca/pendengar dan

penulis/pembicara memikirkan bahasa dan hubunganhubungannya dengan

dunia dan diri mereka sendiri. Setelah mereka berada dalam situasi komunikasi

mereka memikirkan apa yang telah mereka katakan, bagaimana

mengatakannya, dan mengapa mengatakan hal tersebut.

(g) Literasi melibatkan penggunaan bahasa.

a. Literasi tidaklah sebatas pada sistem-sistem bahasa (lisan/tertulis)

melaikan mensyaratkan pengetahuan tentang bagaimana bahasa itu

digunakan baik dalam konteks lisan maupun tertulis untuk menciptakan

sebuah wacana/diskursus.

Literasi memiliki beragam tingkatan-tingkatan, apabila seseorang telah

menguasai satu tingkatan literasi maka ia mempunyai landasan untuk naik ke tingkatan

literasi selanjutnya. Terdapat empat tingkatan literasi, yaitu: performatif, fungsional,

informasional, epistemik. Seseorang yang memiliki literasi berada pada tingkatan

29
performatif maka ia mampu membaca dan menulis serta berbicara dengan bahasa. Pada

tingkatan fungsional seseorang diharapkan bisa menggunakan bahasa untuk memenuhi

kehidupan sehari-hari, seperti membaca buku manual. Kemudian ditingkatan

informasional seseorang diharapkan bisa mengakses pengetahuan dengan bahasa.

Sementara ditingkatan epistemic seseorang dapat menyampaikan pengetahuan dalam

bahasa.

F. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif,

yang akan mengungkapkan bagaimana dakwah bit tadwin melalui literasi

bisa meningkatkan pemahaman agama siswa MAN 1 Samarinda. Dimana

permasalahan penelitian ini memerlukan data deskriptif yang berupa kata-

kata dan perilaku dari sumber data atau informasi. Dengan demikian, data

yang diperoleh lebih akurat dan mudah di dapat.

Dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan

serta dalam memberikan penafsiran terhadap hasil penelitiannya. Penelitian kualitatif

berakar pada latar belakang alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai

alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, menganalisa data secara induktif, dan

mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dari dasar deskriptif,

lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus pada

seperangkat kriteria untuk memenuhi keabsahan data.

30
Penelitian ini akan banyak memanfaatkan fenomena sebagai salah satu cara

untuk memahami data-data yang terkumpul. Dalam hal ini Langkah yang diambil

peneliti dalam mempertimbangkan metode yang tepat untuk mengamati dan

menganalisis data-data yang akan dikumpulkan selama proses penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Subjek Penelitian

Peneliti menggunakan Teknik purposive sampling yang berguna untuk memilih

dan menentukan informan. Purposive sampling adalah peneliti mengambil sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah informan

yang mengetahui serta yang diharapkan peneliti sehingga memudahkan peneliti

mengulas objek yang diteliti.

Berikut merupakan informan dalam penelitian ini:

a. Siswa MAN 1 Samarinda

b. Kepala Perpustakaan MAN 1 Samarinda

31
3. Sumber Data
Pertama, Sumber Data Primer adalah data yang diperoleh dari subjek penelitian

menggunakan alat pengukuran data langsung pada objek sumber informasi yang akan

dicari. Sumber data sekunder dari pihak informan yang diteliti.

Kedua, Sumber Data Sekunder adalah data yang diperoleh pada pengumpulan

data atau melalui perantara seperti kuisioner, internet, jurnal, skripsi buku acuan, arsip

dan lainnya. Hal tersebut mendukung informasi yang terkait guna memperoleh data

yang benar-benar sesuai dengan yang dikaji yakni bagaimana dakwah bit tadwin

melalui literasi dapat meningkatkan pemahaman siswa MAN 1 Samarinda.

4. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang paling alamiah dan

paling banyak digunakan tidak hanya dalam dunia keilmuan namun juga dalam

berbagai aktivitas kehidupan. Secara umum observasi berarti pengamatan

penglihatan. Sedangkan secara khusus, dalam dunia penelitian observasi adalah

mengamati dan mendengar dalam rangka memahami, mencari jawaban,

mencari bukti terhadap fenomena sosial-keagamaan (perilaku, kejadian,

keadaan, benda dan simbol-simbol tertentu) selama beberapa waktu tanpa

mempengaruhi fenomena yang diobservasi dengan mencatat, merekam,

memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis.

Observasi yang peneliti lakukan ialah observasi partisipasi yakni peneliti ikut

terlibat langsung dilapangan. pengamatan dilakukan dengan cara mengamati ruang dan

32
tempat, instrumen yang digunakan, pola perilaku interaksi pada kalangan anak muda

dalam memahami agama serta aktivitas kegiatan lainnya.

Pelaksanaan observasi yang dilakukan oleh peneliti turun langsung ke lokasi

penelitian yaitu MAN 1 Samarinda. Dalam observasi tersebut peneliti memperhatikan

bagaimana perilaku, kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol yang terjadi di dalam

MAN 1 Samarinda.

Kedua, Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang yaitu

pewancara (interviewer) yang memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai

(interviewer) yang memberikan pertanyaan tersebut. Wawancara merupakan metode

penggalian data yang paling banyak dilakukan, baik untuk tujuan praktis maupun

ilmiah, terutama untuk penelitian sosial yang bersifat kualitatif. Adapun yang menjadi

tujuan wawancara secara umum adalah untuk menggali struktur kognitif dan dunia

makna dari perilaku subjek yang diteliti. Dalam melakukan wawancara penelitian ini

adalah dengan mendalam, yaitu peneliti dan informan berinteraksi satu sama lain

dengan waktu yang relatif lama sehingga peneliti dapat membangun rapport dengan

informan.

Wawancara yang digunakan dalam metodologi fenomenologi mengunakan

wawancara semi bestruktur yang berusaha seminimal mungkin mempengaruhi dan

mengarahkan informan ini menjawab. Dengan mengunakan wawancara yang seperti

ini diharapakan peneliti mampu menangkap pengalaman dan pengetahuan informan

secara lebih utuh dibandingkan dengan mengunakan wawancara uang sifatnya lebih

33
formal atau kaku. Dengan begitu informan juga akan lebih bebas dalam

mengekpresikan pengalamannya atau pengetahuannya. Wawancara dilakukan dengan

waktu dan tempat yang disepakati oleh peneliti dengan informan. Untuk menjaga agar

wawancara tetap pada fokus penelitian, peneliti akan menggunakan interview guide

sehingga pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan tetap terarah dan tidak lari dari

fokus penelitian. Selain menggunakan interview guide, peneliti juga akan

menggunakan recorder untuk merekam proses wawancara informan untuk memperkuat

akurasi data.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi,

bertatap muka yang disengaja, terencana, dan sistematis antara pewawancara

(interviewer) dengan individu yang diwawancarai (intervwice). Wawancara dalam

pengumpulan data sangat berguna untuk mendapatkan data dari tangan pertama,

menjadi pelengkap terhadap data yang dikumpulkan melalui alat lain. Karena tujuan

utama wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang valid. Peneliti melakukan

wawancara yang mendalam terhadap informan dengan tujuan mengetahui pemahaman

terkait pengaruh dakwah bit tadwin melalui literasi dalam meningkatkan pemahaman

agama di kalangan remaja.

Ketiga, Dokumentasi adalah catatan tertulis yang isinya merupakan setiap

pertanyaan tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan

pengujian atau penyajikan akunting, dan berguna bagi sumber data, bukti, informasi

34
kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan dan membuka kesempatan untuk

lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap suatu yang diselidiki.

Dalam penelitian ini dokumen merupakan catatan yang menjadi alat bagi

peneliti pengumpulkan informasi baik dari tulisan, buku, atau gambar terkait

pemahaman anak muda mengenai agama. Dokumen yang terbentuk tulisan misalnya

jurnal. Dokumen yang berbentuk gambar seperti foto, gambar hidup, sketsa dan film.

Data yang diperoleh nantinya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendapatkan

dan memperoleh kelengkapan yang jelas. Selanjutnya data-data tersebut disusun

dengan kerangka yang telah ditentukan, dan yang terakhir diadakan penelitian terhadap

data yang telah disusun, agar diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan hasil

jawaban dari masalah yang akan diteliti.

5. Keabsahan Data
Keabsahan data selain digunakan untuk menyanggahtuduhan bahwa penelitian

kualitatif tidak ilmiah, juga sebagai unsur yang tidak dapat dipisahkan dari bagan

pengetahuan penelitian kualitatif. Keabsahan data bertujuan memverifikasi bahwa

penelitian yang dilakukan adalah penelitian ilmiah dan juga untuk menguji data yang

didapat. Peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan uji kredibilitas.

Pengujian kredibilitas oleh peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi

diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang menggabungkan beberapa teknik

pengumpulan data dan sumber data yang sudah ada. Adapun triangulasi Teknik dan

triangulasi sumber dijelaskan sebagai berikut:

35
1. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik adalah peneliti menerapkan teknik pengumpulan data yang

berbeda untuk memperoleh data dari sumber yang sama.

Gambar 1: Triangulasi “Teknik” pengumpulan data

Uji kredibilitas data dengan triangulasi Teknik dilakukan dengan cara

memverifikasi data dari sumber yang sama dengan Teknik yang berbeda. Misalnya,

pengecekan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Jika

Teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka

peneliti kembali mendiskusikan hasil yang diperoleh kepada sumber data untuk

meyakinkan bahwa data tersebut sesuai fakta.

2. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah peneliti mendapatkan data dari sumber yang berbeda

dengan Teknik yang serupa. Triangulasi sumber dilakukan dengan teknik wawancara

mendalam terhadap informan yang berbeda.

36
Gambar 2: Triangulasi Sumber

6. Teknik Analisis Data


Model Miles and Huberman adalah teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini. Miles and Huberman menyatakan bahwa tindakan dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus hingga

selesai dan mengalami kejenuhan data.

Model dari Miles and Huberman mengemukakan bahwa terdapat beberapa

langkah dalam kegiatan analisis data, yakni pengumpulan data, reduksi data, sajian data

dan penarikan kesimpulan.

37
Gambar 3: Analisis Data Kualitatif Miles And Huberman

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi

dikelompokkan berdasarkan kategori yang sesuai dengan masalah penelitian,

kemudian melakukan penajaman data melaui analisis data selanjutnya. Semakin lama

peneliti di lapangan maka semakin kompleks dan rumit pula yang dikumpulkan. Oleh

karena itu, perlu analisis dengan reduksi data.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, mengklasifikasikan,

mengarahkan, membuang data yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan data

dengan cara sedemikian rupa sehingga simpulan akhir dapat ditentukan dan

diverifikasi. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus sepanjang penelitian

belum selesai dan diakhiri. Hasil dari reduksi data berupa ringkasan dari catatan

lapangan, baik dari catatan awal, perluasan, serta penambahan.

38
c. Penyajian Data

Penyajian data meliputi langkah-langkah pengelolaan data yaitu menghubungkan

kelompok data satu dengan kelompok data lainnya hingga semua analisis data

dijadikan satu kesatuan. Penyajian data dimaksud untuk menemjkan pola-pola yang

bermakna dan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta

Tindakan.

d. Penarikan Kesimpulan

Penarikan dan verifikasi kesimpulan yaitu implementasi prinsip induktif,

menghitungkan pola-pola yang ada berdasarkan penyajian data. Peneliti dalam hal ini

masih harus mengkonfirmasi, mempertajam atau merevisi kesimpulan-kesimpulan

yang telah dibuat untuk sampai kepada kesimpulan akhir yaitu gejala atau realitas yang

diteliti.

Berdasarkan penarikan kesimpulan ini, penulis akan memperoleh deskripsi data

dan respon dari masing-masing respinden terkait dakwah bit tadwin melalui literasi

dalam emningkatkan pemahaman agama remaja di MAN 1 Samarinda.

Penelitian ini selesai apabila peneliti dalam proses penelitian telah mendapatkan

kejenuhan data dari seluruh hasil yang telah diteliti dari objek penelitian.

39
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Hj. Muliaty Amin, M. Ag. Metodologi Dakwah.(cetakan:1Alauddin University


Press)
Tenty Liya Skripsi Sapitri, Problematika Dakwah dan Solusinya Pada Masyarakat
Heterogen Desa Sido Mulyo BK 9 Belitang Oku Timur Sumatera Selatan.

Akhmad Sukardi, Metode Dakwah Dalam Mengatasi Problematika Remaja, AL-


Munzir Vol. 9 No. 1

https://tafsirq.com/16-an-nahl/ayat-125
Ayu Susanti. Dakwah Dalam Perspektif Ilmu Dakwah Kontemporer.

Seto Galih Pramoto, Dakwah bit Tadwin dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0
sebagai Bentuk Berislam dengan Cinta dan Kasih Sayang. Diakses dari
https://umma.id/post/dakwah-bit-tadwin-dalam-menghadapi-revolusi-industri-
40-sebagai-bentuk-berislam-dengan-cinta-dan-kasih-sayang-946129?lang=id
pada 11 Maret 2023

Unang Wahidin. Yahya Muharikul Islam. Putri Fadillah. (2017). Literasi


Keberagamaan Anak Keluarga Marjinal Binaan Komunitas di Kota Bogor.
Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam. 6 (12).
Unang Wahidin. Implementasi Literasi Media Dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti. Jurnal Edukasi Islami Jurnal
Pendidikan Islam. (2018).
Choirul Aini, Pengaruh Pemahaman Agama Terhadap Perilaku Keagamaan Remaja
Di Kendalsari, Petarukan, Pemalang. (2021).
Siti Amalia, Hakekat Agama dalam Perspektif Filsafat Perenial. Indonesian Journal
of Islamic Theology and Philosophy. Volime 1. No. 1 Tahun 2019.

1
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟an (Bandung: Mizan, 1994). cet ke-9, hal
2019
Sugiman, Pemahaman Agama Islam.
Abd. Razak dan Ja‘far, Studi Islam di Tengah Masyarakat Majemuk, (Islam
Rahmatan Lil‟alamin), 1 ed. (Tangerang Selatan: Yayasan Asy Syariah,
2019).
Candra Abdilah, Damein Surya Anggara, Putut Said Permana, Perencanaan
Pengajaran, (Tangerang Selatang: UNPAM Press, 2019).
Ridwan Mustofa. Strategi Dakwah Islam Majelis Tarbiyyah dalam Membantu
Mengentaskan Kemiskinan Masyarakat Garut” (Studi Terhadap Pelaksanaan
Pengajian dan Kiprah Majelis Tarbiyyah di Kp. Bojong Wanaraja Garut). UIN
Sunan Gunung Djati. (2018).
Dra.Aas Saomah, M.Si. Implikasi Teori Belajar Terhadap Pendidikan Literasi (2017).

Anda mungkin juga menyukai