Saiful Ihwan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
saifulihwan27@gmail.com
Abstract
keywords
Abstrak
Kegiatan KPM DDR ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berdakwah santri di
atau berpidato. Dengan ABCD (Aset Based Community Developmnt) sebagai pendekatannya,
Strategi yang digunakan untuk mengembangkan berdakwah santri yaitu melakukan kegiatan
setelah santri melaksanakan latihan-latihan adalah mulai tumbuhnya rasa percaya diri dan
meningkatnya public speaking santri yang nantinya mampu mendakwahkan ilmu agamanya
Pendahuluan
Islam merupakan agama yang sudah berkembang di seluruh pelosok dunia, salah satu
metode masuknya islam ke seluruh dunia adalah melalui kegiatan berdakwah (Sugiharto
2014). Kegiatan berdakwah selama kurun waktu dari masa Nabi Muhammad SAW sampai
sekarang telah banyak mengalami pasang surut dalam perjalanan dakwah islam. Seperti
ketika nabi berdakwah di Mekkah, paman beliau sendiri yaitu Abu Jahal dan Abu Lahab
selalu memusuhi dakwah beliau serta menghalang-halangi orang untuk masuk kedalam
agama Islam. Kita bisa telaah bersama bahwa berdakwah merupakan bentuk syiar Islam yang
dianjurkan oleh Allah, tentunya didalammnya terdapat berbagai macam tantangan yang
merintangi, perlu kegigihan dan kesabaran bagi seorang pedakwah islam tidak hanya di masa
nabi namun juga di masa sekarang (Kholiluddin 2020).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tersebarnya agama islam ke pelosok pelosok
dunia. Faktor perdagangan seperti perjalanan orang Gujarat India yang berdagang sekaligus
syiar agama islam di daerah Samudra Pasai, selain itu faktor politik yaitu ketika seorang raja
itu memeluk agama islam maka dia membuat aturan bagi rakyatnya untuk memeluk agama
yang sama dengan agama yang di peluk raja, namun yang terpenting dalam berdakwah adalah
kemauan dan pantang menyerah para muballigh islam yang berjuang tak kenal lelah
mengejak dan membujuk orang-orang kafir agar mau masuk ke dalam agama islam (Khalil
2016).
Berbicara di depan umum tidaklah mudah, khususnya bagi para santri yang notabene
kurang mampu dalam hal berbiacara, padahal dalam hal keilmuan sudah mampu untuk
ditularkan kepada orang lain. Dalam sebuah maqolah yang dikarang oleh syekh Az-Zarnuji
yaitu kitab Ta’limul Mutaallim yang berisi tentang bagaimana kiat-kiat yang harus dilakukan
para pencari ilmu dalam belajar, tertera bahwa seorang yang dikatakan santri yang sukses
adalah santri yang mampu menguasai satu ilmu dan menyebarkannya kepada orang lain (Az-
zarnuji 2010). Namun yang terjadi santri justru malah kesulitan dalam menyebarkan ilmu
tersebut karena belum menguasai bagaimana public speaking yang baik dan benar sehingga
mudah di mengerti oleh khalayak umum.
Berdakwah atau berbicara di depan umum merupakan sesuatu ketrampilan dan bentuk
seni yang harus dimiliki oleh setiap orang, karena berbicara merupakan salah satu bentuk
interaksi komunikasi dengan orang lain (Kusnawan 2004). Namun tidak semua orang itu
percaya diri jika harus berbicara di depan umum. Justru malah menjadi momok bagi orang-
orang yang tingkat kepercayaan dirinya rendah termasuk juga seorang santri yang jarang
keluar pondok dan jarak berinteraksi dengan banyak orang. Padahal Bagaimana cara
berbiacara kita dengan orang lain merupakan cerminan bagi kepribadian kita, jadi perlu
kiranya meningkatkan dan memperbaik tata cara berbicara kita di depan umum.
Islam sendiri sangat menganjurkan bagi seorang muslim untuk berdakwah, karena
berdakwah merupakan salah satu perbuatan mengajak orang lain ke jalan kebeneran dan
mengajak orang lain untuk menjauhi barang-barang yang dilarang oleh Allah SWT. Seperti
yang terkandung dalam surat An-Nahl ayat 125 :
ِب ِلِه ِب ِا ِة ِد ِب َّلِت ِه ِع ِة ِب ِح ِة ِا ِب
اْد ُع َلى َس ْيِل َر ِّبَك ال َك َم َو الَمْو َظ الَح َس َن َو َج ا لُه ْم ا ى َى َاْح َسُن َّن َر َّبَك ُه َو َاْع َلُم َمْن َض َّل َعْن َس ْي َو ُه َو
ِب ِد
َاْع َلُم اْلُم ْهَت ْيَن
Artinya : “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka juga dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dia lah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125).
Salah satu kegiatan yang digadang-gadang mampu digunakan untuk melatih mental
dan public speaking dalah kegiatan muhadloroh. Kegiatan Muhadloroh jika dilihat dari segi
bahasa berasal dari bahasa Arab, muhadharatu berarti kuliah atau ceramah (Zainal Abidin
and Ma’shum 1984). Sedangkan menurut istilah kegiatan muhadloroh adalah kegiatan
berlatih beceramah atau berbicara di depan umum untuk mengungkapkan pendapat dan
memberikan gambara tentang suatu hal yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan
seni tata bahasa dan public speaking para santri.
Begitu pula yang terjadi pondok pesantren Al-Barokah Siman Ponorogo, disini
terdapat banyak sekali kegiatan pendukung santri selain kegiatan mengaji. Terdapat kegiatan
yang bersifat wajib dilaksanakan oleh para santri dalam bidang pendidikan. Seperti
sholawatan dan manakib. Namum belum ada kegiatan untuk mengasah mental dan
ketrampilan berbicara. Oleh karena itu perlu dilakukan adanya kegiatan muhadloroh agar
para santri tidak hanya mahir dalam mengolah fikir namun juga mengolah lisannya.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis termotivasi untuk mengkaji lebih dalam
guna mengetahui bagaimana mengembangkan kemampuan berdakwah santri dengan
pelatihan muhadloroh (latihan berpidato) yang ada di Pondok Pesantren Al-Barokah
Mangunsuman Siman Ponorogo.
Metode
Sasaran peserta dalam kegiatan KPM ini adalah santri kelas 2 baik putra maupun putri
dengan jumlah keseluruhan 25 santri. Peneliti memilih kelas 2 dikarenakan di dalam kelas ini
terdapat banyak siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pondok, namun kurang percaya
diri jika harus berhadapan dengan orang banyak. Oleh karena itu, peneliti memilih kelas 2
agar dapat meningkat dalam ketrampilan berbicara di depan umum dan menyampaikan
gagasan serta pemikirannya di depan khalayak umum.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan sumber data
yang didapatkan berasal dari pengisian angket berupa goggle form yang berisi pendapat
peserta dampingan terhadap kegiatan yang dilakukan selama dampingan yang sebelumnya
telah di sebar oleh peneliti melalui group whatsapp dan diisi oleh peserta dampingan.
Jumlah 317
Dari data diatas, dapat diketahui bahwa santri pondok pesantren Al-Barokah
berasal dari berbagai daerah di Indoneisa yang mayoritas santri santrinya berasal dari
daerah daerah terdekat dari ponorogo, seperti Ngawi, Magetan, Madiun serta Pacitan.
Pada tanggal 6 Juli 2021, KPM DDR di Pondok Pesantren Al-Barokah resmi
dibuka. Kegiatan langsung dihadiri pengasuh pondok. Selain itu juga terdapat
pengenalan budaya dan aset yang di paparkan oleh pengasuh pondok. Terkait hal
diatas dapat dibuktikan dengan gambar 1 dan gambar 2 berikut:
2. Discovery
Pondok pesatren Al-Barokah memiliki banyak santri baik putra maupun putri.
Pada kegaiatan ini, peneliti memfokuskan kelas 2 sebagai peserta pelatihan pidato
(muhadloroh), namun jika di tengah-tengah pelatihan ada yang ingin bergabung di
perbolehkan. Berikut nama-nama santri awal yang ikut dalam pelatihan muhadloroh
tertera dalam tabel 2.
Tabel 2. Nama-nama santri yang ikut dalam kegaiatan muhadloroh
Pada tahapan descovery ini, peneliti memilih peserta pelatihan dengan nama-
nama seprti yang tertera diatas. Nama-nama dipilih berdasarkan wawancara peneliti
dengan seluruh santri kelas 2. Setelah menyetujui mengenai pelatihan muhadloroh
dan latihan pidato. Selanjutnya peneliti membuatkan absen yang nantinya bisa
digunakan dalam melihat seberapa besar partisipasi peserta.
3. Design
Tahap design dilaksanakan dengan mengidentifikasi aset yang ada dengan
cara pemetaan aset komunitas. Pemetaan aset komunitas sendiri adalah sebuah
pendekatan dan cara memperluas akses ke pengetahuan lokal yang berfungsi
memperbaiki dan meningkatkan keikutsertaan masyarakat dalam pemetaan serta
menambah kemampuan dan pengetahuan komunitas (Salahudin and dkk 2015).
Dalam kaitannya dengan aset komunitas ini, peneliti menemukan aset lain sebagai
pendukung dalam melaksanakan kegiatan khususnya muhadloroh yaitu: aset fisik
berupa bangunan kelas yang mendukung serta alat sound system yang menudukung
adanya kegiatan pelatihan pidato, selain itu juga terdapat guru-guru yang bisa dimintai
kesediannya membantu dalam kelancaran kegiatan.
Berdasarkan dat-data diatas, penulis mencoba mengidentifikasi potensi yang
dimiliki pondok pesantren Al-Barokah Mangunsuman yang digunakan sebagai
program kerja
4. Define
Tahapan define ini, peneliti dan santri bekerja sama dan terlibat dalam
melaksanakan program kegiatan yang telah disusun. Berikut uraian kegiatan KPM
DDR program kegiatan Muhadloroh sebagai berikut:
Berdasarkan tabel 2 diatas, tampak bahwa ada bermacam-macam pelatihan
berpidato, meliputi pelatihan intonasi, pelatihan memilih isi pidato serta pelatihan
gestur tubuh. Karena kegiatan ini berada di dalam pondok, jadi bisa dilaksanakan
dengan tatap muka sehingga sistem pelatiahannya bisa lebih mengena dan lebih jelas.
Tidak lupa dalam setiap pertemuan ada absensi untuk mengecek kedisiplinan santri.
Hal ini dilakukan semata-mata dalam rangka menumbuhkan sikap percaya diri dan
kemampuan berdakwah santri.
Sebelum pelatihan dilaksanakan, terlebih dulu peneliti memberikan hardfile
berupa kertas yang berisi pembukaan pidato. Pembukaan pidato ini terdiri dari 4
bahasa ( bahasa Arab, Inggris, Indonesia dan Jawa). Keseluruhan teks adalah teks
pembukaan pidato, untuk bagian isi pesertalah yang nanti meilih dan mencarinya
sendiri sesuai bidang yang dia kuasai atau problematika yang terjadi di masyarakat.
Mahasiswa KPM memilih 4 bahasa tersbut karena dirasa para santri perlu memahami
4 bahasa tersebut, karena masyarakat tidak hanya mencari yang pandai mengaji saja
melainkan mahir dalam menguasai bahasa-bahasa asing. Mengenai data diatas dapat
di buktikan dengan gambar 3 dan 4 sebagai berikut
Pada sesi pelatihan ketiga ini, para peserta pelatihan muhadloroh dilatih
mengenai bagaimana gesture tubuh yang baik dalam berpidato. Dalam sesi ini
peserta dampingan disuruh untuk memperagakan dan menghayati isi dari pidato
yang disampaikan dengan lengkuk tangan yang benar sesuai karakter isi pidato
yang dibawakan. Seperti pidato kebangsaan dengan tangan mengepal dan penuh
semangat. Ada lagi pidato keagamaan dengan pandangan mata yang menyorot
pada setiap mata audiens. Seperti pada gambar 10.
Pada sesi ini, terdapat 8 santri yang sangat ingin bergabung dengan tim
muhadloroh yang peneliti latih, akhirnya peneliti menerimanya dan langsung
boleh mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung. Sehingga telah ada 35 santri
yang telah bergabung dalam kegiatan muhadloroh yang disenggarakan oleh
peserta KPM DDR. Hal ini membuat hati peneliti merasa senang karena dapat
menarik santri lain untuk mengikuti kegiatan yang bersifat baru ini.
f. Muhadloroh III
Pada muhadloroh ketiga ini, sudah berjalan dengan baik dibuktikan dengan
makin mahirnya peserta dalam menguasai panggung dan menguasai materi yang
disajikan. Selain itu dukungan penuh dari audien yang khidmat dalam mengikuti
sehingga menambah kepercayaan diri para peserta. Hal ini dapat didukung
dengan gambar 11.
Gambar 11. Pelaksanaan muhadloroh III
5. Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan muhadloroh, pendamping mewawancarai
seluruh peserta mengenai jalannya pelatihan, apa saja kekurangnnya dan apa saja
hambatannya. Dengan hasil bahwa seluruh peserta merasa terbantu dengan adanya
pelatihan muhadloroh ini. Menurut peneliti kekurangan para peserta terletak pada
jam terbang mereka yang masih sedikit, sehingga mental mereka belum terbangun
dengan baik. Para santri sebagai objek dampingan kami sudah bisa merasakan dari
hasil kegiatan ini:
a. Dapat mengeluarkan pemikiran dan pendapat melalui kegiatan yang baik
dan sesuai dengan aturan. Bukan seperti aksi demo dan lain sebagainya.
b. Sikap kritis di kalangan santri mengenai problematika yang terjadi
meningkat seiring dengan seringnya mengulas berbagai macam isi pidato.
c. Bagi para santri khusunya audiens merasa terbantu karena mendapat
berbagai ilmu pengetahuan.
d. Bagi santri yang bertugas pidato mampu mengekspresikan apa yang ingim
dia ekspresikan dengan format sebuah pidato.
e. Bagi para santri yang bertugas pidato mampu mengukur seberapa tebal
mental dan kepercayaan diri ketika harus berbicara di depan umum.
f. Kegiatan ini sebagai ajang melatih menjadi kader-kader da’i muda.
Simpulan
Dari hasil pelaksanaan KPM DDR yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-
Barokah dalam pengembangan berdakwah santri dengan kegaiatan muhadloroh menunjukkan
keberhasilan. Dibuktikan dengan makin banyaknya santri yang ingin bergabung dengan
kegaiatan muhadloroh pertanggal 15 Agustus 2021 sudah ada 35 santri yang ikut dalam
kegiatan muahdloroh. Selain itu santri merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini, khusunya
dalam melatih public speaking santri. Hal ini merupakan harapan dari peneliti yang dingin
diwujudkan.
Selain hal tersebut, pondok sendiri juga terbantu dengan adanya kegiatan ini, adanya
muhadloroh tentu saja ada harapan bagi pondok untuk mencetak kader-kader da’i dai’yah
yang tentunya mengharumkan nama pondok kedepannya. Selain itu, para santri sebagai
audiens terbantu dengan adanya kegiatan ini, berupa penambahan ilmu yang disampaikan
dari para da’i atau petugas pidato.
Kegiatan KPM DDR ini bisa menjadi salah satu solusi bagi para santri yang
bermasalah dalam menyampaikan ilmu yang dimilikinya. Karena di dalam muhadloroh
terdapat pidato sebagai penstranferan ilmu dari santri ke santri. Kegiatan ini juga sebagai
solusi bagi para santri yang kesulitan dalam berbicara di depan umum dan dapat di gunakan
sebagai wadah mengasah kepercayaan diri para santri.
Daftar Rujukan
http://www.google.com/amp/s/id.wikihow.com/Menentukan-Topik-Pidato%3famp=1.
Khalil, Muhammad. 2016. Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah Kelas XII.
Indonesia.
Kusnawan, Aep. 2004. Komunikasi Dan Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah Press.
Ricardo Nurzal, Erry. 2021. “Tips Mengoptimalkan Intonasi Suara.” 2021. http://erry-
ricardo.com/2021/01/18/gunakan-4-tips-ini-untuk-mengoptimalkan-intonasi-suara-
untuk-menyakinkan-audiens-presentasi-anda/#.YATnDegzbIu.
Salahudin, Nadhir, and dkk. 2015. Panduan KKN ABCD UIN Sunan Ampel Surabaya.
Zainal Abidin, Munawwir, and Ali Ma’shum. 1984. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka
Progresif.