Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media adalah alat atau wahana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari
sumber kepada penerima. Untuk itu komunikasi bermedia adalah komunikasi yang
menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan pesan kepada komunikan yang
jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya. Sedangkan media dakwah adalah alat yang
menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah. Beberapa media
dakwah yang menampung cara-cara berdakwah tersebut agar dapat tersampaikan
dengan baik, media dalam berdakwah banyak jenisnya, baik yang bersifat umum
maupun khusus. Media dakwah yang bersifat umum, seperti media cetak dan media
elektronik. Sedangkan yang bersifat khusus media dakwah berupa mimbar
khutbah, masjid dan majelis taklim.1
Melihat perkembangan media yang sangat pesat ini, dakwah memanfaatkan media
massa sebagai fasilitas untuk menyampaikan dakwah. Tujuannya sendiri agar
informasi-informasi keagamaan terus ada, mengingat era modern ini kecanggihan
teknologi telah menggerakkan adanya perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat,
mengakibatkan terjadinya perubahan dalam pola berpikir, bertindak, dan berperilaku.
Dari sini, para da‟i memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk aktivitas dakwah agar
tidak terasingkan. Salah satu aplikasi berbasis internet yang digunakan dalam
berdakwah adalah WhatsApp Messenger.2
WhatsApp Messenger merupakan salah satu aplikasi internet dalam bentuk
perpesanan instan yang dapat digunakan untuk mengirim file, tulisan, gambar, video
dan obrolan online. WhatsApp Messenger dapat difungsikan dimanapun dan kapanpun
dengan orang yang juga mempunyai aplikasi tersebut serta selama handpone
tersambung dengan jaringan data internet. WhatsApp Messenger juga kerap
dimanfaatkan sebagian kalangan sebagai media komunikasi dakwah. Diantaranya
dengan memberi kemudahan penyampaian kajian Islam dengan memberikan ruang
pembaca untuk berkomentar sehingga komunikasi dakwah Islam berjalan baik dan

1
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Bandung: Kencana Prenada Media Grup,2009), 404-405
Taufiq Yusuf Al-Wa’iy, Fiqih dakwah Ilallah (Jakarta: Al Istishom Anggota IKAPI, 2012), 65.
2
efektif.3
Dalam bukunya Taufiq Yusuf Al-Wa’iy (2012:65) yang berjudul Fiqih Dakwah
Ilallah, Rasulullah Saw bersabda:

ِ ‫ك أَضْ َعفُ اإْل ِ ْي َم‬


‫ان‬ َ ِ‫ َو َذل‬,‫ فَأ ِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه‬,‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسا نِ ِه‬,‫َم ْن َرأَئ ِم ْن ُك ْم ُم ْن َكرًا فَ ْليُ َغيَّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬

(‫)روه مسلم‬
“Barang siapa diantara kalian yang melihat kemunkaran, hendaknya dia
merubah dengan tangannya, kalau tidak bisa hendaknya merubah dengan lisannya,
kalau tidak bisa maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah
iman.” (HR. Muslim)
Hadist ini memerintahkan kepada seluruh umat manusia untuk merubah
kemungkaran, dari penguasa hingga rakyat, dari da’i maupun mad’u semua mempunyai
kewajiban yang sama dalam merubah kemungkaran dengan cara yang telah ditawarkan
oleh hadist diatas.
Secara etimologi, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da‟a, yad,‟u, da‟wah,
dan du’a yang diartikan sebagai mengajak atau menyeru, memanggil, seruan,
permohonan, dan permintaan. Istilah ini sering diberi arti yang sama dengan istilah-
istilah tabligh, amr ma’ruf dan nahi mungkar, mau’idzhoh hasanah, tabsyir, indzhar,
tarbiyah, ta’lim, dan khotbah.4 Sedangkan menurut istilah adalah mengajak manusia
dengan cara bijaksana menuju jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan demi
kebahagiaan dunia dan akhirat.5 Dakwah menurut Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni
adalah kegiatan mengajak, mendorong, dan memotivasi orang lain berdasarkan
bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah di jalan-Nya, serta berjuang bersama
meninggikan agama Allah.6
Sebelum alat komunikasi menyebar luas dipenjuru negeri, kondisi dakwah di
Indonesia belum menunjukan kemajuan. Dakwah masih berjalan di tempat dan masih
berkutat dalam persoalan-persoalan klasik yang ada di masyarakat. Kalaupun ada

3
Ibid, h. 66.
4
M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 17.
5
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Cahaya Prima Sentosa, 2014), h.3.
6
Wahyu Ilaihi dan Harjani Hefni Polah, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencana: 2007),
h. 1.
perkembangan pada tataran teoristis, namun hal itu belum memberi masukan yang
berarti bagi perkembangan dakwah di Indonesia. Oleh karena itu, maju mundurnya
aktivitas dakwah di Indonesia sangat tergantung pada kemauan keras umat Islam untuk
melakukan perubahan sesuai dengan tuntutan zaman. 7
Mahasiwa Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Shultan Thaha Shaifuddin
Jambi harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai sarana komunikasi. Di
fakultas dakwah terdapat salah satu prodi yang diproyeksikan melahirkan alumni yang
mampu membawakan dakwah dengan metode-metode baru yakni prodi komunikasi
penyiaran Islam yang saat ini jumlah mahasiswanya 227 orang. Program studi di
fakultas dakwah ini diselenggarakan sebagai upaya untuk merespon perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin meningkat di era revolusi global, sehingga
kehidupan manusia di masa depan akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang
semakin canggih.8
Pemanfaatan WhatsApp Messenger sebagai media dakwah untuk menambah
wawasan dan pengetahuan kajian Islam. Namun pada kenyataannya, mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN STS Jambi belum mengetahui lebih banyak
tentang manfaat WhatsApp Messenger. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis
mengangkat judul “WhatsApp Messenger Sebagai Media Dakwah pada Mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam UIN Jambi Tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kekurangan dan kelebihan WhatsApp Messenger sebagai media dakwah?
2. Bagaimana penerapan WhatsApp Messenger sebagai media dakwah pada
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam?
3. Bagaimana efektivitas WhatsApp Messenger sebagai media dakwah pada
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam?

7
Ali, Mukti, Eager Expectation dan Motivasi Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam IAIN Salatiga. (Inject, Interdisciplinary Journal of Communication,2016) 203-220.
8
Ibid, h. 220-222
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi subjek penelitian Mahasiswa Fakultas
Dakwah hanya pada Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, penulis meneliti
keefektivitasan WhatsApp Meseenger sebagai media dakwah pada Mahasiswa Prodi
Komunikasi Penyiaran Islam UIN STS Jambi karena prodi ini diproyeksikan
melahirkan alumni yang mampu membawakan dakwah degan metode-metode baru.

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
a. Meneliti Apa saja kekurangan dan kelebihan WhatsApp Messenger sebagai
media dakwah.
b. Mengkaji penerapan WhatsApp Messenger sebagai media dakwah di fakultas
dakwah
c. Mendeskripsi efektivitas WhatsApp Messenger sebagai media dakwah pada
Mahasiswa fakultas dakwah.

2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pemikiran ilmu dakwah terutama dibidang penyiaran dakwah melalui internet
khususnya lewat WhatsApp Messenger.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan peneliti tentang
ilmu dakwah dan pemanfaatan teknologi informasi WhatsApp Messenger sebagai
media dakwah serta bermanfaat bagi pembaca dan pengguna WhatsApp
Messenger agar memanfaatkannya sebagai penyebar kebaikan dakwah Islam.
E. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata efek
yang berarti akibat, pengaruh, sesuatu yang terjadi karena sebab-sebab. dan efektif
berarti dapat membawa dampak baik, mujarab atau manjur. Jadi dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud efektivitas adalah hasil yang dapat merubah
perilaku manusia yang berasal dari pesan yang disampaikan. Perilaku manusia
dalam hal ini dapat berupa perilaku yang baik maupun buruk tergantung
bagaimana manusia itu sendiri menyikapi pesan yang diterimanya.9-
Menurut Tubbs dan Moss (1974), secara psikologis, efektivitas komunikasi
paling tidak ditandai oleh timbulnya lima hal pada diri komunikan: pengertian,
kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.10

b. Macam-Macam Efek Media


1) Efek kognitif adalah terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.
2) Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi
atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau
nilai.
3) Efek behavorial merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang
mengikuti pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.11

2. Dakwah dan Media Dakwah


a. Pengertian Dakwah
Menurut bahasa dakwah berarti upaya memanggil, menyeru, dan mengajak
manusia menuju Allah. Sedangkan yang dimaksud ajakan kepada Allah berarti
9
M.K. Abdullah, Op.Cit.
10
Asep Saeful Muhtadi, Komunikasi Dakwah Teori, Pendekatan, dan Aplikasi (Bandung:
Rosdakarya, 2012), h. 45.
11
Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit.
12
ajakan kepada agama-Nya, yaitu al-Islam. Dakwah secara istilah merupakan
suatu aktivitas yang bersifat menyeru, mengajak, mengundang, memanggil orang
lain agar melaksanakan perintah Allah Swt, menjahui laranganNya serta untuk
mengamalkan ajaran Islam dan proses penyampaianpun sadar dan disengaja.
Dakwah juga berperan mengubah kondisi buruk yang dialami kaum muslimin
menuju kondisi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Islam agar bahagia dunia
dan akhirat.13
Secara terminologi, para ahli dakwah mengemukakan beberapa definisi
dakwah dalam bahasa yang berbeda-beda, namun intinya sama, yakni sebagai
berikut:
1) Ali Mahfudz, dakwah ialah mempengaruhi manusia melakukan kebaikan atau
berbuat ma’ruf dan melarang melakukan kejelekan atau munkar agar mad’u
mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat14
2) Drs. H. M. Masyur Amin, dakwah adalah aktvitas yang membujuk manusia
untuk memeluk Islam melalui cara yang bijak melalui materi Islam agar
penerima mendapatkan kesejahteraan di dunia dan akhirat. 15

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan


usaha atau aktivitas mendorong manusia untuk melakukan kebajikan,
melaksanakan ma’ruf menjauhi mungkar dan mengubah situasi lebih baik yang
dilakukan dengan bijaksana agar mendapat ridho Allah Swt, tetap dijalanNya
serta bahagia dunia dan akhirat.

b. Pengertian Media Dakwah


Kata media berasal dari bahasa latin, median, yang merupakan bentuk
jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara. Adapun yang
dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk
meyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah, seperti televisi, video,
12
Rozikan Muhammad, INJECT: Interdisciplinary Journal of Communication. Vol.2, No.1, Juni
2017: h. 77-98
13
Ali Masyuri KH, Suara dari langit,(info @ penerbitzaman.com cetakan I,2015) 12-14
14
Budiharjo. 2007. Dakwah dan Pengetahuan Kemiskinan. Yogyakarta: Sumbangsih Press.
15
Fathul Bahri, Meniti Jalan Dakwah ( Bekal perjuangan para da’I, Jakarta 2008) 21
kaset rekaman, majalah, dan surat kabar. Seorang da‟i sudah tentu memiliki
tujuan yang hendak dicapai, agar mencapai tujuan yang efektif dan
efisien, da‟i harus mengorganisir komponen-komponen (unsur) dakwah
secara baik dan tepat. Salah satu komponen adalah media dakwah.16
Menurut penafsiran Moh. Ali Aziz dalam bukunya yang berjudul Ilmu
Dakwah, media dakwah berasal dari media persepsi (aneka hati, pengetahuan
asumtif, kecerdasan) pasti mengikuti media sensasi. Media sensasi yang paling
dominan adalah media auditif dan media visual. Dari hubungan kedua media ini,
lahir tiga macam media, yaitu media auditif, media visual, dan media audio
visual.17

c. Pengertian Metode Dakwah


Metode dakwah merupakan cara tertentu yang dilakukan seorang Da’I
kepada Mad’u untuk mengajak manusia mengerjakan kebaikan dan mengikuti
petunjuk Allah Swt atas dasar hikmah dan kasih sayang.18 Landasan umum
mengenai metode dakwah adalah Al-Qur’an Surah An Nahl ayat 125. Pada ayat
tersebut terdapat metode dakwah yang akurat. Kerangka dasar tentang metode
dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah:
1) Al – Hikmah
Al-Hikmah merupakan metode dengan perkataan lembut, memberi
semangat, sabar, ramah, dan lapang dada, serta tidak melebihi ukuran atau
menempatkan sesuatu pada tempatnya.19
2) Al Mau’idzatil Hasanah
Maui’zah hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah
memberikan nasihat kepada orang lain secara baik dengan mengarahkan
petunjuk petunjuk kebaikan dengan bahasa yang baik, santun, dapat diterima
serta tidak menyebut kesalahan mad’u.
3) Al Mujadalah

16
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013), h. 113.
17
Moh. Ali Aziz, Op.Cit., h. 410.
18
Harjani Hefni, metode dakwah ( prenada-Jakarta,2003) 07.
19
Samsul Munir, Sejarah Dakwah (Pustaka pesantren,2009), 98.
Mujadalah adalah cara terakhir yang digunakan untuk berdakwah,
apabila kedua cara terakhir yang digunakan untuk orang orang yang taraf
berfikirnya maju dan kritis seperti ahli kitab yang memang telah memiliki
bekal keagamaan dari para utusan sebelumnya.20

3. WhatshApp Mesengger
a. Pengertian WhatsApp Mesengger
WhatsApp Mesengger didirikan pada tahun 2009 oleh Jan Koum, Koum
menjalin persahabatan dengan Brian Acton dari Yahoo yang sebelumnya Koum
pernah bekerja di sana. Meninjak sembilan tahun bekerja di Yahoo, Koum
merasakan ketidaknyamanan dalam pekerjaannya, begitu pula dengan Acton.
Namun, keduanya memilih jalan yang berbeda.
Pada tahun 2009, setelah membeli sebuah iPhone, Koum mendapat ide
untuk membuat aplikasi yang bisa menampilkan update status seseorang di daftar
kontak ponsel, misalnya ketika hampir kehabisan baterai atau sedang sibuk. Nama
yang muncul di benak Koum adalah “WhatsApp” karena terdengar mirip dengan
kalimat “whats’up” yang biasa dipakai untuk menanyakan kabar. Koum
mewujudkan ide ini dengan dibantu temannya asal Rusia, Alex Fishman. Pada 24
Februari 2009, dia mendirikan perusahaan WhatsApp Inc di California.
Dalam perkembangannya, WhatsApp Messenger yang dulunya hanya dapat
update status, Koum secara tidak sengaja menciptakan layanan pengiriman pesan.
Ketika itu satu-satunya layanan messaging gratis yang memiliki keunikan
tersendiri, di mana mekanisme login dilakukan melalui nomor ponsel pengguna.
Kini, WhatsApp Messenger telah berkembang menjadi layanan pesan instan
terbesar dengan jumlah pengguna aktif perhari mencapain100 miliar. 21

b. Fitur-Fitur WhatshApp Messenger


1) Kirim Foto Langsung dari Kamera
20
Ibid, h. 100.
21
Tekno.kompas.com/read/2014/02/21/0950207/CEO.WhatsApp.dari.tukang.sapu.jadi.miliarder,
Jumat 20 Januari 2017.
Fitur Photo dalam WhatsApp Messenger digunakan untuk megirim foto
atau gambar secara langsung dari camera dan gallery kepada penerima yang
dituju oleh pengirim WhatsApp Messenger

2) Kirim Video dari Gallery


Fitur gallery digunakan untuk mengirim video dan foto dalam gallery
atau langsung direkam.

3) Kirim Video Langsung dari Kamera Smartphone


Fitur Video pada WhatsApp Messenger digunakan untuk mengirim vidieo
langsung kepada penerima pesan. Video yang dikirim bisa video yang direkam,
lalu mengeditnya kembali untuk memilih durasi waktu yang ingin ditentukan.

4) Update Status
Fitur “Status” pada WhatsApp Messenger digunakan untuk
menginformasikan keadaannya saat ini tanpa harus memberitahukan ke semua
orang.
5) Membuat Group Chat
WhatsApp Messenger tersedia fitur group chat yang berfungi
mempermudah komunikasi dengan banyak orang .

6) Info Group chat


Info group chat digunakan untuk mengetahui dan mengenali siapa saja
yang ada dalam grup chat WhatsApp Mesegger.

7) File Media pada Group Chat


File media pada group chat digunakan mengirim file gambar atau foto
untuk banyak orang dalam group.22

c. WhatsApp Messenger Sebagai Media Dakwah


WhatsApp Messenger dimanfaatkan pengguna untuk media komunikasi,
kepentingan pribadi karena efesien, efektif, memperkuat eksistensi informasi,
bersifat persuasi, menghibur, kontrol sosial serta sebagai media komunikasi

22
http://www.jagatreview.com/2015/07/kumpulan-tips-untuk-whatsapp-di- android/ (Ditelusuri
pada tanggal 27 November 2017).
dakwah. Media dakwah merupakan sebuah alat yang digunakan individu untuk
menyampaikan pesan dakwah dengan tujuan dan maksud tertentu. Pesan dakwah
disini berupa ajakan kepada seluruh umat muslim agar menjalankan perintah
Allah Swt dan menjahui laranganNya.23 WhatsApp Messenger sebagai media
dakwah dapat memperoleh berbagai pencapaian, diantaranya:

1) Pendidikan ( Educate)
Dakwah Islam melalui WhatsApp Messeger sebagai sarana pendidikan,
karena penyampaianya memuat informasi – informasi positif tentang ajaran
Islam.
2) Menghibur ( Entertain)
Dakwah Islam melalui WhatsApp Messenger bersifat menghibur
khalayak pembaca. Pengirim informasi Islam yang diimbangi dengan
intermezo atau kajian simple tentang Islam membuat penerima dakwah tidak
bosan untuk membacanya.
3) Menyiarkan Informasi ( Information)
WhatsApp Messenger digunakan untuk menyiarkan informasi melalui
broadchast atau group chat tentang ajaran ajaran Islam, sehingga pembaca
sedikit demi sedikit mengetahui pengetahuan tentang Islam.
4) Mempengaruhi Massa ( influence)
Dakwah melalui WhatsApp Messenger dapat lebih cepat mempengaruhi
massa, karena penyebaran pesan bersifat cepat dan menyeluruh kepada semua
kalangan.

4. Bentuk Dakwah Islam Melalui Whatsapp Messenger


a. Artikel seputar keagamaan Islam
Artikel merupakan karangan prosa yang membahas sesuatu pokok secara
lugas dan menyeluruh. Penyampaian dakwah melalui artikel membuat seorang
da’i dapat menggunakan kalimat yang tepat dalam membuat rangkaian informasi

23
Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah. Bandung (PT Remaja Rosdakarya.2010) 26.
dengan topik tertentu.
b. Tanya jawab tentang Islam
Tanya jawab dapat dilakukan dalam group chat WhatsApp Messenger atau
dengan cara membroadchast infromasi kajian Islam kemudian akan dibalas
personal yang akan menimbulkan tanya jawab antar da’i dan mad’u secara intens.
c. Memberikan Cerita yang Bernafaskan Islam
Penyampaian dakwah dapat berupa cerita – cerita yang bernafaskan Islam
dan mempunyai nilai – nilai keislaman didalamya.24
WhatsApp Messenger sebagai media dakwah dapat memberi informasi
pengetahuan tentang kajian – kajian Islam, mempengaruhi penerima dakwah agar
teladan dalam kebijaksanaan, melakukan ma’ruf sesuai ajaran Islam menjahui
mungkar serta dapat menjadi pendidikan penerima dakwah dimana yang
sebelumnya belum tau menjadi tau akan syariat Islam.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran yang tepat dan sesuai dengan
pengolahan data serta subjek yang akan dibahas. Pelaksanaan penelitian metode
campuran ini dengan menggabungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Dalam hal ini dikemukakan beberapa metode dan sumber data yang berkaitan dengan
penelitian yaitu :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif adalah
skala psikologis yakni pendekatan yang menghasilkan data-data berupa kalimat
maupun lisan dari perilaku orang-orang yang diamati sesuai dengan fakta yang ada
serta bertujuan untuk menggambarkan fenomena dari data-data obyek
penelitian.25Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian fenomenologi, dimana
peneliti mencoba menjabarkan makna fenomena pengalaman berdasarkan kesadaran
yang terjadi pada individu.
Johan Heinrich Lambert berpendapat istilah fenomenologi dalam bahasa

24
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah,2009) 260.
25
Moleong, L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2002) 3.
Jerman dengan nama Phanomenologia pada abad 18, fenomenologi yang dimaksud
sebagai teori dasar penampakan guna mengkaji pengetahuan penampakan sensori.
Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berdasarkan filsafat
postpositivisme, digunakan meneliti kondisi obyek secara alami, disini peneliti
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat kualitatif, kemudian hasil penelitian kualitatif
menekankan makna.26
Dari uraian diatas, maka peneliti akan menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif melalui pendekatan fenomenologis untuk meneliti secara langsung
mahasiswa KPI UIN STS JAMBI dari semester 1, 3, 5, dan 7 agar memperoleh data-
data yang lengkap dan akurat mengenai pendapat mereka tentang “WhatsApp
Messenger Sebagai Media Dakwah”.
2. Subjek Dan Objek Penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa komunikasi penyiaran Islam
UIN STS Jambi. Sedangkan obyek penelitian ini adalah efektivitas Whatshapp
Messenger sebagai media dakwah yang di lakukan mahasiswa komunikasi penyiaran
Islam UIN STS Jambi.
3. Sumber Dan Jenis Data
Sumber data yang dimaksud adalah semua informasi baik yang berupa benda
nyata, sesuatu abstrak, peristiwa / gejala baik, yang nantinya disuguhkan dalam
bentuk dua parameter “abstrak”.27 Data dalam penelitian ini sumber data yang
diperoleh, diantaranya melalui:

a. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data.28 Sumber data primer dapat diperoleh langsung dari
lapangan yang dapat memberikan gambaran keadaan, mengidentifikasi
permasalahan, dan menjawab semua pertanyaan dalam penelitian. Data primer
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (R&D. Bandung: Alfabeta2006) 9-10.
27
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula,(Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2002) hlm 44-45.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif (R&D. Bandung: Alfabeta,2006) hlm 253.
dalam penelitian ini adalah mahasiwa komunikasi penyiaran Islam UIN STS
Jambi yang masih aktif dalam perkuliahan.
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder dapat diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel,
majalah atau koran, serta hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini yaitu berupa foto, catatan, dan informasi mengenai penelitian pada
pendapat mahasiswa KPI UIN STS Jambi tentang WhatsApp Messenger sebagai
Media Dakwah. Catatan dan arsip yang dimaksud adalah semua yang berkaitan
ruang lingkup dakwah. Dalam skripsi Bahrin.29

4. Teknik Pengumpulan Data


Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik yang
dianggap relevan yaitu meliputi:
a. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pernyataan kepada responden untuk di jawabnya30.
Karena Mahasiswa fakultas dakwah masih melakukan perkuliahan daring di
masa covid19 ini jadi angket yang digunakan oleh peneliti adalah formulir
survey, link formulir survey ini nanti yang akan di sebarkan ke setiap grup
kelas mahasiswa KPI. Instrumen angket harus diukur validitas dan reabilitas
datanya sehingga penelitian tersebut menghasilkan data yang valid dan
reliable. Instrumen yang valid berarti instrument tersebut dapat dipergunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan instrument yang
reliable adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama pula.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini dengan
menggunakan skala likert tiga poin31. Jawaban responden berupa pilihan
jawaban yaitu:
29
http://iainsalatiga.ac.id/web/fakultas/tarbiyah/komunikasi-penyiaran-islam- kpi/ (Ditelusuri pada
tanggal 14 November 2017) hlm 24.
30
Sugiyono, op. cit, hlm. 199.
31
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Jakarta:: PT
Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 65.
1. Iya
2. Tidak
3. Bisa jadi

b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan
sistematika fenomena yang diselidiki. Observasi melibatkan dua komponen
32
yaitu perlaku observasi atau observer dan obyek observasi atau observe.
Observasi dalam penelitian ini berfungsi untuk mencari data tentang pendapat
mahasiswa KPI UIN Jambi mengenai WhatsApp Messenger sebagai media
dakwah yang akan penulis lakukan selama tiga bulan kedepan.
c. Wawancara
Wawancara admerupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu.33Wawancara disini digunakan untuk mencari data tentang pendapat
mahasiswa KPI UIN STS Jambi mengenai WhatsApp Messenger sebagai media
dakwah. Dokumen bisa berupa foto dan hasil wawancara. Dokumentasi
digunakan untuk bukti bahwa peneliti terjun langsung kepada mahasiswa KPI
UIN STS Jambi untuk melangsungkan penelitian.
d. Dokumentasi
Dokumentasi terdiri dari beberapa hal diantaranya dokumentasi dari
tulisan pribadi seperti buku harian, surat – surat dan dokumen resmi yang ada.
e. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, memilih data, memilah – milahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensistensikan, mencari dan memutuskan apa yang dapat dikelola.

32
Ibid,69.
33
Moleong, L.J, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1988)hlm
186.
Menurut Miles dan Huberman analisis data kualitatif yang dilakukan oleh
peneliti melakukan langkah – langkah sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal penting, serta
mencari pola dan tema. Dengan demikian data yang direduksi akan memberi
gambaran yang jelas.
2) Display Data (Penyajian Data)
Setelah direduksi, peneliti menyajikan data yang dengan menggunakan
tabel. Ini digunakan untuk memudahkan memahami yang terjadi dan
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan yang telah dialami tersebut.
3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Setelah tahap penyajian data selesai, selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Dimana peneliti mencari makna dalam data yang
dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk memperoleh data yang terpercaya trustworthiness dan dapat dipercaya
realibe, maka peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan
atas sejumlah kriteria. dalam penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data
dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:

1. Perpanjangan keikutsertaan
Pelaksanaan perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan peneliti
di lokasi secara langsung dan cukup lama, dalam upaya mendeteksi dan
memperhitungkan penyimpanan yang mungkin mengurangi keabsahan data, karena
kesalahan penilaian data (data distortion)oleh peneliti atau responden, disengaja atau
tidak sengaja. Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-nilai
bawaan dari peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang diteliti
sedangkan distorsi data dari responden, dapat timbul secara tidak sengaja, akibat
adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul dengan sengaja ,karena
responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat menyenangkan peneliti,
ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.34
Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan
peneliti di lapangan yang diharapkan dapat menjadikan data yang diperoleh memiliki
derajat dan validitas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan peneliti pada akhirnya
juga akan menjadi semacam motivasi untuk menjalin hubungan baik yang saling
mempercayai antara responden sebagai objek penelitian dengan peneliti.

2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti, rinci. dan keseimbangan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam
penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti dapat
memahami faktor-faktor tersebut. Ketekunan pengamatan dilakukan
dalam upaya mendapatkan karakteristik data yang benar-benar relevan dan
terfokus pada objek penelitian. Permasalahan dan fokus permasalahan. Hal ini
diharapkan pula dapat mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat
keterpurukan peneliti untuk menilai suatu persoalan, ataupun distorsi data yang
timbul dari kesalahan responden yang memberikan data secara tidak benar, misalnya
berdusta, menipu, dan berpura-pura.
3. Trianggulasi
Trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu di luar data pokok, atau keperluan pengecekan reabilitas data
melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang diperoleh
dari sebagai informan. Terdapat empat macam teknik triangulasi yang akan
digunakan dalam penelitian ini yakni teknik pemeriksaan menggunakan sumber
metode penyidik dan teori.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
reabilitas suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif. Yaitu dengan cara-cara sebagai berikut :

34
Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (bandung: Remaja Rosdakarya, 1996)6.
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan informan di luar ruangan umum(publik)
dengan apa yang dikatakan di ruang pribadi(privat)
c. Membandingkan apa yang dikatakan informan pada suatu waktu penelitian
tertentu dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu penelitian
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seorang informan dengan berbagai
pendapat atau pandangan informan lainnya, seperti dosen, mahasiswa, atau
pemimpin Prodi.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen terkait.35

Triangulasi dengan metode, merupakan teknik pengecekan keabsahan data


dengan meneliti hasil konsistensi, reliabilitas, dan validitas validitas data yang
diperoleh melalui metode pengumpulan data tertentu. Terdapat dua cara yang dapat
dilakukan dalam trianggulasi dengan metode, yaitu pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, pengecekan derajat
kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.36
Triangulasi dengan penyidik, yaitu teknik pengecekan data melalui
perbandingan hasil daya yang diperoleh dari satu pengamatan dengan hasil
penyelidikan pengamatan lainnya. Cara ini dapat dilakukan bila peneliti dilakukan
dalam satu suatu kelompok, dimana masing-masing peneliti kemudian
membandingkan hasil penelitiannya.37 trianggulasi dengan teori, yaitu pengecekan
keabsahan data melalui perbandingan dua atau lebih teori yang membicarakan
tentang hal sama, dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan banding tentang suatu
hal yang diteliti.38 Penerapan teknik tersebut dapat dilakukan dengan memasukkan
teori-teori perbandingan untuk memperkaya dan membandingkan penjelasan pada
teori utama yang digunakan.
4. Diskusi tentang teman sejawat

35
Michel Quinn Patton, Qualitative Da’a: A Source of New Methods (Beverly Hil: Sage
Publications,1986), 331.
36
Paton,Qualitative Data Analysis,331.
37
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif,178.
38
Yvonna Lincoln & Egon S Cuba, Content Analysis: An Introduction tp Its Methodology
( Beverly Hills: Sage Publications,1981), 327.
Langkah akhir untuk menjamin keabsahan data ,penelitian akan melakukan
diskusi dengan teman sejawat. Guna menentukan bahwa data yang diterima benar-
benar real dan bukan semata persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui
cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, masukan dan saran
yang berharga serta konstruktif dalam meninjau keabsahan data.

H. Studi Relevan
Sebelum diadakan penelitian tentang “Efektifitas WhatsApp Messenger Sebagai
Media Dakwah pada Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Tahun 2020”.
Beberapa penelusuran dan telaah terhadap berbagai hasil kajian yang terkait dengan hal
yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Penelitian Hanik Malihatin (UIN Walisongo Semarang, 2012) yang berjudul
“Persepsi Fakultas Dakwah UIN Walisongo tentang Blog Sebagai Media Dakwah”.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan
fenomenologis dengan spesifikasi penelitian deskriptif. Hasil penelitian tentang 15
informan yang berpendapat blog sebagai suatu kebutuhan bahkan gaya hidup hanya bagi
orang-orang mengerti tentang blog. Blog sebagai media dakwah merupakan inovasi
baru untuk memajukan dakwah Islamiah dan Sebagian besar mahasiswa menganggap
blog sebagai media dakwah kurang efektif digunakan karena hanya kalangan tertentu
yang mempunyai blog. Blog dakwah yang dianggap ideal adalah blog yang di dalamnya
tetap berdasar pada Al-Qur’an dan Hadits.
Penelitian Misbahul Khoiri (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014) yang
berjudul “Dakwah Melalui Jejaring Sosial Facebook K.H Abdullah Gymnastiar (Studi
Teori Efektifitas oleh Stewart . L Tubbs dan Silvia Moss)”. Penelitian ini menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan prosedur penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan objek penelitian yaitu halaman facebook K.H Abdullah Gymnastiar
dengan teori efektifitas yang ditulis oleh Stewart L Tubbs dan Silvia Moss. Hasil
penelitian ini adalah dakwah melalui facebook dapat memperoleh kesenangan,
mempengaruhi sikap komunikan, dan menimbulkan hubungan baik antara komunikan
dan komunikator.
Penelitian Anditiyas Pranowo (UIN Walisongo Semarang, 2006) yang berjudul
“Internet Sebagai Media Dakwah (Studi Analisis Format dan Materi Dakwah Situs
www.aldakwah.org Tahun 2003-12004)”. Penelitian ini menggunakan menggunakan
jenis dan pendekatan kualitatif yaitu berusaha memahami dan menemukan gagasan,
tanggapan dan studi analisis format pada dakwah serta materi dakwah situs
www.aldakwah.org.
Hasil penelitian ini adalah pertama, Situs www.aldakwah.org sebagai bagian dari
media dakwah lewat internet, memakai format program kompleks dan berisi 3 aspek
materi dakwah, yakni aspek akidah, dan syariah, kedua Diantara materi yang terdapat
dalam Situs www.aldakwah.org adalah materi akidah, materi syari’ah, beberapa materi
yang di publikasi menampilkan aplikasi dari ibadah dan bidang akhlak.
Diantara kelebihan dan kekurangan internet sebagai media dakwah yakni Internet
mempunyai jangkauan yang luas dan meliputi segmen dakwah yang banyak dalam
waktu relatif cepat, dengan memanfaatkan jalur telekomunikasi, internet dapat
menjangkau semua kalangan, tidak tergantung waktu dan tempat, cakupan yang luas,
pendistribusian yang cepat dan keragaman cara penyampaiaan. Adapun kekurangan
internet sebagai media dakwah adalah mad'u tidak bisa bertatap muka dengan
narasumber, sepanjang perangkat komputer tersebut tidak dilengkapi dengan web cam.

Anda mungkin juga menyukai