Anda di halaman 1dari 31

STRATEGI PENYULUHAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN

PENDIDIKAN DAN DAKWAH MEDIA TEKNOLOGI DALAM


MEMBINA MASYARAKAT DI KECAMATAN
PAMMANA KABUPATEN WAJO

Proposal

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Magister Pendidikan Islam (M.Pd) pada Pascasarjana
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Berbasis Teknologi Dakwah

Oleh:

AMIRUDDIN
NIM: 0 3 2 0 1 5 0 1 5 0 5

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG


2022
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 8

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian 8

D. Penelitian Terdahulu 9

E. Kajian Pustaka 11

F. Kerangka Pikir 18

G. Metode Penelitian 29

H. Tujuan dan Kegunaan 20

I. Komposisi BAB 21

Daftar Pustaka 23
Proposal Tesis

Nama : Amiruddin

Nim : 03201501505

Konsenstrasi : Pendidikan Agama Islam Berbasis Teknologi Dakwah

Judul : Strategi Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan


Pendidikan dan Dakwah Media Teknologi Dalam Membina
Masyarakat di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo

A. Latar Belakang

Era globalisasi salah satunya ditandai dengan kemajuan di bidang


teknologi informasi. Dengan teknologi informasi segalanya menjadi
mudah. Kalau dulu seseorang yang ingin menyampaikan pesan ke
seseorang yang berada di tempat yang jauh menggunakan surat secara
tertulis, namun dengan kemajuan teknologi informasi pesan dalam
sekejap saja dapat sampai ke penerima pesan. Semisal melalui telepon,
handphone, maupun menggunakan media internet. Disinilah urgensinya
teknologi informasi modern dapat digunakan untuk berbagai keperluan,
termasuk dapat digunakan sebagai penyampai pesan-pesan ajaran Islam.
Determinisme teknologi merupakan salah satu bentuk globalisasi.
Manusia dapat melakukan berbagai aktivitas dengan mengandalkan
teknologi yang semakin canggih. Tidak terkecuali dalam aktivitas dakwah.
Berdasarkan prosesnya, dakwah merupakan salah satu bentuk aktifitas
komunikasi. Pendakwah menjadi komunikator dalam menyampaikan
materi dakwah secara langsung ataupun melalui media untuk mengubah
perilaku mitra dakwah atau komunikan. Pendakwah menjadi komunikator
dalam menyampaikan materi dakwah secara langsung ataupun melalui
media untuk mengubah perilaku mitra dakwah atau komunikan. Demikian

4
1
proses komunikasi secara sederhana menurut Hovland .
Dakwah merupakan kegiatan yang berperan secara langsung dalam
2
pembentukan persepsi umat terkait nilai-nilai kehidupan . Dakwah juga
mengandung pengertian sebagai salah satu bentuk kegiatan dalam
mengajak kepada kebaikan dalam bentuk lisan, tulisan ataupun tingkah
laku dan lain sebagainya tanpa adanya unsur paksaan3.
Islam adalah agama dakwah4, Implikasi dari pernyataan Islam
sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyampaikan
dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah selesai
selama kehidupan masih berlangsung dan akan melekat dalam situasi dan
kondisi bagaimanapun bentuk dan coraknya. Dakwah dapat dilakukan
berbagai macam cara, yaitu dengan cara dakwah bil-lisan, dakwah bil-
qalam dan dakwah bil-hal, asalkan tujuannya sama, sehingga makna
dakwah kepada Allah adalah mengajak dan menyeru manusia untuk
melaksanakan perintah Allah berupa iman kepadanya dan seluruh ajaran
Rasulnya.5
Dakwah harus menggembirakan dan menciptakan sebuah solusi
hidup jika dilakukan dengan hikmah. Al-Qahthani6 dalam hal ini
menafsirkan bahwa hikmah secara teoretis merupakan mauidhoh
hasanah dan secara praktis adalah Mujadalah Ahsan. Kegiatan dakwah
selalu identik dengan situasi yang dipenuhi dengan audien yang siap
mencerna atau mendengarkan dakwah. Dakwah dapat dilakukan secara
langsung oleh Pendakwah dengan melakukan ceramah dihadapan mitra
dakwah, ataupun secara tidak langsung seperti yang banyak dilakukan
saat ini dengan melalui grup whatsapp, facebook, live streaming media
sosial YouTube ataupun Instagram yang merupakan media komunikasi
publik.

1
Ali Nurdin et al., Pengantar Ilmu Komunikasi (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), 8.
2
Samsul Munir, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 2.
3
M Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), 6.
4
M. Mansyur Amin, Dakwah Islam dan pesan Moral, (Jakarta: Al-Amin Prees, 1997), h. 8.
5
Fawaaz bin Hulail Al Suhaimi, Usus Manhaj Salaf fi Dakwah ila Allah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 31.
6
Said bin Ali Al-Qahthani, Al-Hikmah Fid Dakwah Ilallah Ta’ala, Terj.Masykur Hakim: Dakwah Islam Dakwah Bijak
(Jakarta: Gema Insani Press, 1994), 27.

5
Pemanfaatan teknologi komunikasi tersebut jelas bukan tanpa
7
hambatan. Merritt Roe Smith & Leo Marx mengatakan bahwa kerap sekali
terjadi hambatan seperti dilema saat terjadi penemuan-penemuan dan
inovasi teknologi yang dikembangkan. Hal ini disatu sisi mempermudah
kegiatan manusia, disisi lain dapat memberikan pengaruh buruk terhadap
perkembangan nilai-nilai sosial dilingkungan masyarakat.
Kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang serba modern dan
canggih sekarang ini, terlihat jelas seolah-olah terjadi dua hal yang
paradoks. Pada satu sisi terlihat syiar kehidupan agama, di sisi lain
dengan mudah disaksikan masyarakat berubah makin jauh dari nilai-nilai
Qur’ani8, banyak orang sudah enggan melakukan kewajibannya terhadap
sang pencipta, orang-orang sudah jarang salat berjamah di masjid, orang
kaya yang tidak melakukan ibadah haji, sedekah, dan lain sebagainya.
Masyarakat saat ini sibuk dengan urusan masing-masing, orang
lebih banyak meramaikan pusat perbelanjaan daripada masjid, banyak
orang yang hanya mendirikan masjid tetapi sedikit sekali yang datang ke
masjid. Terhadap kondisi yang demikian ini semua pihak perlu melakukan
evaluasi terhadap upaya yang dilakukan selama ini dalam meningkatkan
kualitas ibadah.
Penyuluh Agama Islam adalah mitra bimbingan masyarakat Islam
sekaligus ujung tombak dalam melaksanakan tugas membimbing umat
Islam dalam mencapai kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir dan
batin, kedudukannya di tengah- tengah masyarakat dianggap penting dan
perannya cukup besar. Perkembangan masyarakat yang cukup pesat
sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi
komunikasi menuntut adanya penyuluh agama Islam yang lebih bermutu
serta pengelolaan yang lebih baik dan rapi. Penyuluh agama adalah
pembimbing yang memberikan pencerahan keagamaan kepada umat.
Prinsip dasar Penyuluh Agama Islam sebagai salah satu bentuk
7
Rinda Aunillah, Determinisme Teknologi: Perayaan Idul fitri di Saat Pandemi,Sahafa Journal of Islamic
Communication , no. 1 (July 30, 2020): 4.
8
Said Agil H. M, Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Ssistem Pendidikan Islam, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2005),
hlm. 36

6
bimbingan, karena itu penyuluh hidup di tengah-tengah masyarakat adalah
merupakan figur yang ditokohkan, pemuka agama, tempat untuk bertanya,
imam dalam masjid atau musholah, begitu pula dengan adanya aliran
keagamaan hendaknya penyuluh agama dapat menjernihkan, tidak
menambah keruh suasana dan berpedoman kepada Alquran dan Hadis.
Penyuluh Agama Islam mempunyai peran penting dalam
melaksanakan bimbingan agama Islam di tengah pesatnya dinamika
perkembangan masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan dalam rangka
membangun mental, moral, dan nilai ketaqwaaan umat serta turut
mendorong peningkatan kualitas kehidupan umat dalam berbagai bidang
baik di bidang keagamaan maupun pembangunan.9
Penyuluh Agama Islam terlebih dahulu harus mengetahui tugas
yang dibebankan kepadanya seperti mengadakan pengajian rutin, dengan
bentuk program tahunan, bulanan, dan mingguan. Mengadakan ceramah
agama atau wirid mingguan mengajar membaca dan menulis Alquran
membantu merubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik
mengadakan kegiatan keagamaan yang melibatkan seluruh masyarakat
sebagai aktivitas di dalamnya serta menjaga keharmonisan keluarga
dalam masyarakat. Sebagai tokoh, panutan atau figur yang dicontoh oleh
masyarakat memberikan arahan dalam meningkatkan ketaqwaan dan
kerukunan umat beragama keikutsertaan dalam keberhasilan
pembangunan.
Penyuluh Agama Islam harus mengetahui bagaimana menunaikan
tugas tersebut dengan sebaik-baiknya untuk itu mereka juga harus
mengetahui pula dengan baik masyarakat yang menjadi sasarannya dan
menguasai dengan baik materi penyuluhan yang akan diberikannya.
Kemudian para penyuluh agama itu harus menguasai medan dengan baik.
Penyuluh Agama Islam sebagai leading sektor bimbingan
masyarakat Islam, memiliki tugas dan kewajiban yang cukup berat, luas

9
Mukhlisuddin, Peran Penyuluh Agama Islam di tengah Masyarakat (Jurnal BIMAS Islam ISSN : 1978-9009 Vol 1
2016),73.

7
dan permasalahan yang dihadapi semakin kompleks. Berdasarkan
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 298
Tahun 2017 bahwa Penyuluh Agama Islam harus mampu menjalankan
fungsinya sebagai pusat informatif, komunikatif, edukatif dan
motivator10.Fungsi tersebut menjadi tantangan penting terutama bagi
Penyuluh Agama Islam Kabupaten Wajo khususnya Kecamatan Pammana.
Dalam melaksanakan Pembinaan keagamaan kepada masyarakat,
Penyuluh Agama Islam harus mampu membina dan menda’wahkan Islam,
menyampaikan Penerangan Agama dan mendidik masyarakat dengan
sebaik baiknya sesuai ajaran Agama. Kewajiban untuk mendakwahkan
islam tersebut sesuai dengan Firman Allah SWT dalam QS Al Nahl/16 :
125

Artinya :Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.11

Kecamatan Pammana adalah sebuah wilayah kecamatan yang ada


di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan yang berada tidak jauh dari pusat
Kota Sengkang yang sebagian besar masyarakat di sana bekerja sebagai
petani, dulu di Kecamatan Pamman ini dikenal sebagai Cina yang
merupakan salah satu Kerajaan tertua di Sulawesi Selatan. Raja Pertama
Kerajaan tersebut yaitu La Sattumpugi kemudian diganti oleh anaknya

10
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam Nomor 298 Tahun 2017 tentang Pedoman
Penyuluh Agama Islam Non PNS.
11
QS An-Nahl/16:125

8
12
bernama We Cudai yang merupakan istri Sawerigading . Kecamatan
Pammana banyak melahirkan Pejabat, Pengusaha dan Dai’ yang ada di
Kabupaten Wajo dan dibuktikan dengan terpilihnya salah satu putra
terbaik Kecamatan Pammana Herman Arief, SH sebagai Anggota DPRD
yang ada di Kabupaten Wajo, akan tetapi di zaman sekarang Kecamatan
Pammana tidak lagi bisa dikatakan sebagai kecamatan yang banyak
melahirkan Pejabat dan Dai’ di Kabupaten Wajo dikarenakan masyarakat
yang ada di sana sudah berbeda sekali dengan masyarakat dulu yang ada
di Kecamatan Pammana baik dari segi ahklak, moral, tingkah laku maupun
budi pekertinya, dekatnya Kecamatan Pammana dari pusat kota membuat
kehidupan masyarakat yang ada di sana sangat di pengaruhi dengan
pergaulan yang ada di perkotaan karena hampir sebagian masyarakat
yang ada di sana menempuh pendidikan di pusat kota sehingga hampir
setiap kesehariannya di pengaruhi oleh dunia perkotaan.
Banyak masyarakat di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo yang
mengalami krisis akhlak, di mana masyarakat di Pammana tersebut mulai
terpengaruh oleh lingkungan dan budaya yang tidak baik berbeda dengan
beberapa tahun yang lalu, masyarakat sangat kompak dalam melakukan
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan maupun kegiatan
sosial, remaja sangat bersemangat dan antusias membantu ketika ada
kegiatan-kegiatan di desanya, baik itu kegiatan keagamaan maupun sosial,
akan tetapi remaja sekarang di Pammana mulai jarang terlihat apabila ada
kegiatan keagamaan maupun kegiatan sosial, mereka mulai tidak peduli
lagi dengan kegiatan-kegiatan tersebut mereka mulai sibuk dengan
kehidupannya sendiri tanpa peduli dengan sekitarnya. Jadi dengan
perkembangan zaman cara untuk berdakwah agar bisa sampai ke
masyarakat yaitu melalui teknologi berupa sosial media. Berdasarkan latar
belakang di atas, peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian terhadap
permasalahan ini yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah.

12
https://id.wikipedia.org/wiki/Pammana,_Wajo

9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi penyuluh agama Islam dengan pendekatan
pendidikan media teknologi dalam membina keagamaan di Kecamatan
Pammana Kabupaten Wajo?
2. Bagaimana strategi penyuluh agama Islam dengan pendekatan
dakwah media teknologi dalam membina keagamaan di Kecamatan
Pammana Kabupaten Wajo?

3. Bagaimana respon masyarakat dengan pendekatan pendidikan dan


dakwah media teknologi dalam pembinaan keagamaan di Kecamatan
Pammana Kabupaten Wajo?

C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian


Fokus penelitian terdapat beberapa masalah yang diidentifikasi
berdasarkan latar belakang, diantaranya: peran teknologi pada saat ini
menjadi salah satu media unggulan KUA dalam menyampaikan dakwah.
Kantor KUA sebagai salah satu lembaga keagamaan yang dianggap masih
tradisional. Namun, faktanya saat ini sudah banyak yang menjawab
tantangan berdakwah sesuai perkembangan teknologi saat ini salah
satunya para penyuluh kantor KUA sudah dapat mengikuti tantangan
zaman ini yaitu berdakwah menggunakan teknologi. Dalam melakukan
dakwah menggunakan teknologi sangatlah tidak mudah. Sebab perlu
adanya penyesuaian antara kondisi dan kebutuhan dakwah masyarakat
seiring perkembangan zaman. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut,
batasan masalah yang peneliti tentukan dalam penelitian ini di antaranya
adalah peneliti akan membahas serta menguraikan upaya dan faktor
penghambat dalam pembinaan keluarga sakinah dan pembentukan akhlak
masyarakat yang baik menurut ajaran Islam.

D. Penelitian Terdahulu

10
1. Penelitian yang dilakukan oleh AR. Azlansyah jurusan Manajemen
Dakwah dengan judul “Penerapan Manajemen Dakwah dalam Membina
Akhlak pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 02 Makassar”
penelitian ini menjelaskan dan mengungkap suatu fenomena atau
gejala tertentu dalam kaitannya dengan penerapan manajemen
dakwah dalam membina akhlak siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ismail. M jurusan Bimbingan dan


Penyuluhan Islam dengan judul “Metode Bimbingan dan Penyuluhan
Islam terhadap Pembinaan Akhlak Remaja Masjid Babussa’adah
Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar”. Penelitian
untuk mengetahui metode dan hambatan dalam pembinaan yang
dilakukan penyuluh agama dalam membina aklak remaja masjid.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Syamsir dengan judul “Penerapan


Strategi Pembelajaran Guru Akidah Akhlak dalam Pembinaan Akhlak
Mulia Peserta Didik di MI Al-Abrar Makassar”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana srategi yang diterapkan guru
dalam melakukan pembinaan akhlak kepada peserta didik.

4. Penelitian yang dilakuan oleh Abd. Rahman. H dengan judul “Peran


Penyuluh Agama Islam dalam Membina Akhlak Remaja Di Desa
Leppangang Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui upaya penyuluh agama islam dalam
pembinaan akhlak serta faktor-faktor penghambat penyuluhan.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Laila Hidayat dengan judul


“Strategi Komunikasi Dakwah Penyuluh Agama Islam Dalam
Pembinaan Keluarga Sakinah (Studi Kasus Di Kampung Sakinah
Kabupaten Jember)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
strategi komunikasi dakwah penyuluh agama islam dalam pembinaan
keluarga sakinah serta respon masyarakat terhadap strategi tersebut.

11
Dari penelitian terdahulu para peneliti lebih fokus ke arah strategi
bagaimana meningkatkan akhlak dan pembinaan pada keluarga sakinah
pada masyarakat, penelitian terdahulu lebih menitip beratkan kepada
penyuluh dalam penyampaian dakwah yang baik sesuai strategi yang
dipakai. Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada metode teknologi
dakwah dalam menyampaikan strategi pembinaan keluarga sakinah dan
akhlak pada masyarakat kecamatan Pammana.

E. Kajian Pustaka
1. Media Teknologi dalam Dakwah Islam
Kedudukan media dalam dakwah sejajar dengan kedudukan
dakwah itu sendiri. Pemilihan media ynag tepat untuk berdakwah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dakwah Islam itu sendiri.
Kaidah fiqh menyebutkan bahwa "jika sebuah kewajiban itu tidak akan
terealisasi dengan baik kecuali dengan menggunakan sarana, maka
pemilihan dan penggunaan sarana itu hukumnya menjadi sama-sama
wajib". Dakwah adalah kewajiban, hal itu tidak akan terlaksana dengan
baik kecuali dengan sarana dan media, maka penggunaan media yang
tepat menjadi kewajiban pula. Pemahaman seperti ini telah disadari
oleh para ulama dan aktifis dakwah Islam sejak dulu hingga sekarang.
Namun keharusan mengembangkan media dakwah Islam dengan
memanfaatkan teknologi belum banyak digunakan oleh para pelaku
dakwah perbaikan di masyarakat. Hal ini menunjukkan pentingnya
teknologi dakwah Islam.
Teknologi dakwah Islam dapat dimaknai suatu usaha untuk
memfasilitasi dan meningkatkan kinerja dan aktifitas dakwah. Usaha
tersebut dapat dilakukan melalui penciptaan, penggunaan, pengaturan
proses dan sumber daya teknologi. Teknologi dakwah Islam
merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, dan prosedur
serta manajemen pengelolaannya. Teknologi dakwah Islam bersifat
abstrak, sehingga dapat difahami sebagai sesuatu proses yang
kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan,

12
dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk
mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, mengelola
pemecahan masalah yang mencakup semua aspek aktifitas dalwah.
Teknologi dakwah Islam juga merupakan suatu cara yang sistematis
dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses
keseluruhan dari kegiatan dakwah Islam didasarkan pada tujuan yang
ingin dicapai.
Dibandingkan dengan era 90-an, teknologi dakwah Islam saat ini
sudah cukup berkembang dan banyak digunakan. Seiring dengan
perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat proses dakwah
Islam harus dapat dilakukan secara lebih cepat dan efektif. Pada saat
itu, untuk mendapatkan sebuah majalah yang memuat informasi
keislaman terasa sangat sulit, apalagi di daerah-daerah pelosok yang
jauh dari keramaian. Dakwah Islam saat itu hanya dapat mengandalkan
guru-guru dan para muballigh sebagai satu-satunya sumber materi dan
informasi dakwah, dengan menggunakan metode dan gaya tradisional
pula. Berbeda dengan era modern seperti sekarang ini, perkembangan
teknologi telah membawa banyak perubahan bagi dunia dakwah Islam.
Misalnya, teknologi yang sangat berperan penting dalam kehidupan
sekarang ini adalah layanan internet. Dengan layanan internet, dapat
mengakses informasi dakwah Islam dengan mudah, hanya dengan
mengetik kata yang berhubungan dengan informasi dakwah yang kita
inginkan, maka kita akan dapat menemukan informasi tersebut secara
cepat.
Sekarang, kita berada pada era revolusi industri 4.0, era ini
menuntut adanya perubahan yang menyeluruh dalam seluruh sisi dan
bidang kehidupan manusia, termasuk dalam bidang dakwah Islam.
Kurang lebih dua tahun belakangan ini, pandemi Covid-19 telah
menuntut perubahan yang lebih cepat lagi. Kegiatan-kegiatan dakwah
keagamaan harus diubah dari bentuknya yang lama dan manual
menjadi kegiatan yang menggunakan sentuhan teknologi modern.

13
Tidak heran kalau di beberapa masjid terdapat studio-studio mini untuk
menyiarkan pengajian, ceramah dan khutbah melalui media teknologi.
Mereka tidak merasa cukup puas dengan kegiatan dakwah tradisional
yang selama ini dilakukan. Materi dakwah yang mendapatkan sentuhan
teknologi, tidak hanya dapat disajikan pada saat muballigh
menyampaikkan ceramahnya, namun tetap dapat dinikmati ulang
kapan saja diinginkan. Penggunaan teknologi dakwah Islam menjadi
keniscayaan seiring dengan zaman yang terus memacu kita semua
agar selalu berubah.
Dalam satu dekade terakhir ini, media sosial seolah-olah menjadi
kebutuhan pokok masyarakat modern, terbukti hampir semua lapisan
masyarakat mulai dari anak-anak hingga kakek-nenek sudah familiar
menggunakan media sosial secara baik. Hal ini menjadi peluang bagi
pegiat dakwah dan penyeru kebaikan untuk memanfaatkan perubahan
ini dengan cepat dan tepat. Sudah barang tentu, konten-konten yang
disajikan oleh media sosial tidak semuanya baik, bahkan bisa jadi yang
negatif dan destruktif jauh lebih banyak daripada yang positif. Hal ini
justru semakin menuntut para aktifis dakwah untuk mengimbangi
bahkan mengalahkannya dengan menciptakan konten-konten dakwah
yang positif dan menarik. Dengan demikian, minimal akan dapat
memenuhi salah satu dari target dakwah Islam, yaitu semakin
memperluas lingkaran kebaikan dan memperkecil lingkaran keburukan.
Bisa jadi ada diantara para aktifis dakwah yang belum memiliki
kemampuan untuk memanfaatkan media teknologi dengan baik,
karena memang mereka sebelumnya tidak memiliki latarbelakang
teknologi. Jika demikian adanya, maka kolaborasi dengan  mereka
yang menguasai teknologi harus dilakukan. Membantu menyiapkan
proyek dakwah sama-sama akan mendapatkan pahala dan kebaikan,
demikian juga menyediakan sarana untuk kebaikan pasti akan
mendapatkan kebaikan juga. Sebagaimana sabda nabi Muhammad
saw., "barang siapa yang menyiapkan kebutuhan pasukan di jalan Allah,

14
maka sama halnya dia ikut berperang" (Muttafaq ‘alaih). Para aktifis
dakwah tradisional membutuhkan sentuhan teknologi dengan bantuan
dari ahli teknologi dan informasi adalah merupakan sinergi yang tepat,
agar dapat semakin memperluas kebermanfaatan dakwah Islam.13

2. Strategi Komunikasi Dakwah


Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) danmanajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk
mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktik harus dilakukan.
Dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-
waktu bergantung situasi dan kondisi.14
Menurut R.Wayne Peace, Brent D. Peterson dan M. Dallas dalam
bukunya Techniques Effective Communication, tujuan strategi
komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yakni:
1). To secure understanding,
2). To establish acceptance,
3). To motivate action.15
To secure understanding memastikan bahwa komunikan mengerti
pesan yang diterimanya, jika sudah dapat mengerti dan menerima
maka penerimanya harus dibina, dalam hal ini To establish accepance
dan pada akhirnya kegiatan dimotivasikan, To motivate action. Oleh
karena itu stratgi komunikasi dapat mengubah pendapat, sikap dan
aksi seseorang. Strategi komunikasi harus bersifat dinamis, saat
terjadi perubahan situasi atau kondisi yang terjadi pada komunikan,
komunikator yang harus melakukan perubahan strategi komunikasi
yang telah dijalankan.

13
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:iqUs3tX1Xt4J:https://uinmalang.ac.id/r/210201/tek
nologi-dakwah-islam.html+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d
14
Effendy. llmu komunikasi teori dan praktek. (Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2003),103
15
R.Wayne Peace, Brent D. Peterson dan M. Dallas, Techniques Effective Communication.(Massahuesetts:
Addison Westley), 128.

15
Komunikasi menurut Harold Lasswell dalam karyanya, The
Structure and Function of Communication in Society bahwa ilmu
komunikasi sangat penting. Dalam Komunikasi harus menjawab
pertanyaan sebagai berikut : “Who Says What in Which Channel To
Whom With What Effect”. Yakni “Siapa yang menyampaikan, apa yang
disampaikan, melalui apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya.16
Sedangkan komunikasi dakwah adalah proses penyampaian
informasi atau pesan dari seseorang atau sekelompok orang kepada
seseorang atau sekelompok orang lainya yang bersumber dari Al-
qur’an dan hadis dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilaku orang lain yang lebih baik sesuai ajaran Islam, baik langsung
secara lisan, maupun tidak langsung melalui media.17
3. Respon dalam Komunikasi
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan
atau tanggapan (reaction).18 Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
respon berarti tanggapan, reaksi dan jawaban.19 Sedangkan menurut
Ahmad Subandi respon dengan istilah umpan balik yang memiliki
peran atau pengaruh yang besar dalam menentukan baik atau tidaknya
suatu komunikasi.20
Dengan adanya respon, yang disampaikan oleh objek dakwah dan
subjek dakwah atau dari komunikan kepada komunikator akan
meminimalisir kesalahan dalam sebuah proses dakwah dan
komunikasi. Respon secara pemahaman luas dapat diartikan pula
ketika seseorang memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap, dan
perilaku. Sikap yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna
pada perilaku atau perbuatan seseorang. Secara umum respon atau

16
Harold D. Lasswell, Structure an Function of Communication in Societ.( Wilbur Schramm. 2009 (Ed), 135.
17
Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013),26
18
Jhon. M. Echoles dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, cet. Ke-27, (Jakarta : PT. Gramedia,
2003), 481
19
Hasan Alwi Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, edisi ketiga,(Jakarta : Balai Pustaka,
2005), 952
20
Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, cet. ke-2, (Jakarta : Bulan Bintang, 1982), 50

16
tanggapan dapat diartikan sebagai hasil atau kesan yang didapat dari
sebuah pengamatan.
Dalam stimulus-respon efek yang timbul merupakan reaksi khusus
terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat memperkirakan
kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan yang timbul sesuai
dengan apa yang diharapkan komunikator. Mc Quail mengutarakan
elemen-elemen utama dalam teori ini adalah :
1) Pesan (Stimulus)

2) Seorang penerima (Receiver)

3) Efek (Respon).21

Dalam bukunya yang berjudul “sikap manusia, perubahan, serta


pengukurannya”, Prof. Dr. Mar’at mengutip pendapat Hovland dan
Kelley yang menyatakan bahwa dalam menela’ah sikap baru terdapat
tiga variable penting, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.22

Gambar 2.1

Proses terbentuknya respon

Stimulus
Organisme
:
Pengertian
, Perhatian,
Penerimaa Respon

4. Penyuluh Agama Islam


Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam No 298 Tahun 2017 yaitu Penyuluh Agama Islam adalah
seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
21
Burhan Bungin,. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat. (Jakarta: Prenada Media Group, 2006),278.
22
Onong Uchyana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakri, 2005),254.

17
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
bimbingan atau penyuluhan agama Islam dan pembangunan melalui
23
bahasa agama.

Tugas pokok Penyuluh Agama Islam adalah melakukan dan


mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan
pembangunan melalui bahasa agama. Sedangkan Fungsi Penyuluh
Agama Islam antara lain:
1). Fungsi Informatif dan Edukatif
Penyuluh Agama Islam memposisikan dirinya aebagai da’i yang
berkewajiban mendakwahkan Islam, menyampaikan penerangan
agama dan mendidik masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai
denga tuntutan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi.

2). Fungsi Konsultatif


Penyuluh Agama Islam menyediakan dirinya untuk turut
memikirkan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi
masyarakat, baik persoalan-persoalan pribadi, keluarga atau
persoalan masyarakat secara umum.
3). Fungsi Advokatif
Penyuluh Agama Islam memiliki bertanggung jawab moral dan
sosial untuk melakukan kegiatan pembelaan terhadap
umat/masyarakat binaannya terhadap berbagai ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan yang merugikan akidah,
mengganggu ibadah dan merusak akhlak.24
5. Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam

Kata keluarga sakinah adalah gabungan dua kata, yaitu keluarga


dan sakinah yang masing-masing kata mempunyai konsep sendiri-
sendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “keluarga”

23
Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam Nomor 298 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penyuluh Agama Islam Non PNS.
24
Kementerian Agama Jawa Timur, Pedoman dan Petunjuk Teknis Penyuluh Agama Islam Fungsional
(Surabaya: Bidang PAI pada Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid, 2010), 21.

18
dikategorikan sebagai kata benda yang berarti ibu dan bapak beserta
anak- anaknya, sanak saudara atau kaum kerabat. Keluarga juga bisa
dimaknai sebagai seisi rumah yang menjadi tanggungannya, yang
dalam bahasa Jawa disebut batih.25

Secara sederhana, keluarga dapat diartikan sebagai bentuk


masyarakat terkecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami
isteri sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari
mereka. Jadi setidak- tidak mempunyai anak26. Namun kata keluarga
dalam kehidupan sehari-hari dipakai dalam pengertian yang lebih luas,
di antaranya :
1). Sanak saudara, kaum kerabat

2). Orang seisi rumah,suami- istri, anak, batih

3).Orang orang yang berada dalam naungan satu organisasi atau


sejenisnya, seperti keluarga besar TNI, keluarga NU atau
Muhammadiyah
4).Masyarakat terkecil berbentuk keluarga atau lainnya.27

Kata keluarga sakinah secara gramatikal adalah dua kata yang


saling melengkapi. Kata sakinah adalah keterangan atau sifat yang
menerangkan kata keluarga. Dengan demikian kata “keluarga sakinah”
menurut Zaitunah Subhan, bisa diartikan sebagai keluarga yang, atau
dalam keadaan, tenang dan tentram, bahagia lahir maupun batin serta
tidak gentar dalam menghadapi cobaan atau ujian yang terjadi dalam
rumah tangga atau keluarga.28

Pengertian keluarga sakinah secara terminologis tidak jauh berbeda


dengan apa yang dikemukakan Zaitunah Subhan di atas. Hasan Basri
misalnya, menjelaskan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang

25
Mufidah Ch, Paradigma Gender (Malang: PT. Bayu Media Publishing, 2003), 74.
26
Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2005),4
27
Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, (Jogjakarta: Pustaka Pesantren, 2004), 1.
28
Zaitunah Subhan, Membina Keluarga Sakinah, 6.

19
tenang dan tentram, rukun dan damai. Dalam keluarga itu terjalin
hubungan mesra dan harmonis, di antara semua anggota keluarga
29
dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Penyuluh agama Islam KUA Pammana mengatakan bahwa Makna


Sakinah sendiri adalah keluarga yang mencerminkan kehidupan tenang
dan damai, dapat melakukan ibadah secara baik, memperhatikan
kesehatan, mempunyai tempat tinggal yang layak serta dalam aspek
ekonomi mereka mampu.

6. Akhlak dalam Perspektif Islam


Menurut pendekatan etimologi, perkataan “akhlak” berasal dari
Bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang berarti: budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut
mengandung segi segi persesuaian dengan perkataan “Khalqun” yang
berarti: kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq” yang berarti:
pencipta, dan “Makhluq” yang berarti: yang diciptakan.30

Pola bentukan defenisi “akhlak” di atas muncul sebagai mediator


yang menjembatani komunikasi antara khaliq (Pencipta) dan makhluq
(yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai
hablum minallah. Kemudian lahirlah pola hubungan antar sesama
manusia yang disebut dengan hablum minannas (pola hubungan antar
sesama makhluk).31

F. Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian merupakan sebuah model konseptual
terkait bagaimana strategi dan metode yang digunakan didalam penelitian
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
fokus penelitian.

29
Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, cet. IV, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), 16.
30
H.A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 1995), h.11.
31
Indo Santalia, Akhlak Tasawuf (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 1.

20
Penelitian ini berfokus pada metode teknologi dakwah Penyuluh
KUA dalam mendeskripsikan strategi penyuluhan pembinaan keluarga
sakinah dan akhlak masyarakat serta Respon masyarakat terhadap
metode tersebut. Ketiga fokus penelitian tersebut sangat erat kaitannya
dengan sebuah konstruksi yang dilakukan kementerian Agama dalam
berdakwah. Maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena
dalam penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis
kejadian, fenomena, aktivitas, dan tindakan yang dilakukan baik secara
individu maupun kelompok di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.

P em bi n aan K el u ar ga
S ak i n ah
M etode T ek n ol ogi
P em bi n aan A k h l ak
D ak w ah

R espon M asy arak at

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Pammana Kabupaten


Wajo Provinsi Sulawesi Selatan. Ketertarikan peneliti untuk melaksanakan
penelitian di lokasi tersebut antara lain adanya keberhasilan keberhasilan
penyuluh agama Islam dalam membina Agama Islam serta dapat
melakukakan terobosan program-program. Alasan lain adalah Karena KUA
Kecamatan Pammana merupakan salah satu KUA teladan di tingkat
Kementrian Agama wilayah Kabupaten Wajo Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam penelitian ini, kehadiran dari peneliti sangat berpengaruh,


disamping itu peneliti juga berperan sebagai instrument penelitian, yakni
peneliti berperan dalam mengumpulkan, mentransformasikan, dan

21
menyajikan data kemudian memberikan kesimpulan. Hal tersebut
dilakukan dengan tujuan peneliti agar lebih memahami latar penelitian
kemudian mengahasilkan hasil penelitian yang bersifat obyektif.

Peneliti merupakan pengumpul data dalam penelitian, dalam


penelitian kualitatif kedudukan peneliti cukuplah rumit. Peneliti
memainkan peran dalam mengumpulkan, mentransformasikan, dan
menyajikan data kemudian memberikan kesimpulan.32

G. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini untuk memperoleh ilmu yang benar dan akurat,
metode merupakan suatu kemutlakan adanya. Metode disini mengandung
arti cara kerjanuntuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu
bersangkutan. Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan
kesesuaiannya dengan karakteristik. Adapun jenis data penelitian ini yaitu
data primer. Pengertian data primer menurut Sugiyono adalah sebuah data
yang langsung didapatkan dari sumber dan diberi kepada pengumpul data
atau peneliti. Ada pula pendapat menurut Sugiyono, sumber data primer
adalah wawancara dengan subjek penelitian baik secara observasi
ataupun pengamatan langsung.33
Peneliti dalam penelitian menggunakan pendekatan multidisipliner,
jenis penilitian kualitatif karena dalam penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan, menganalisis kejadian, fenomena, aktivitas, dan
tindakan yang dilakukan baik individu maupun kelompok. Populasi
penelitian yaitu penyuluh agama Islam Kabupaten Wajo, sampel penelitian
yaitu penyuluh agama Islam kecamatan Pammana dengan proses
sampling dengan kriteria. Metode yang dipakai yaitu observasi dan

32
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarrta : Rake Sarasin,2004),136

33
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. (Bandung: Alfabeta.
2016)

22
wawancara dengan istrumen pertanyaan yang sesuai dengan penelitian ini
dengan analisis proporsi kategori.

H. Tujuan dan Kegunaan


Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini sesuai latar
belakang dan rumusan masalah diatas, penulis ingin menjelaskan dan
mendeskripsikan tentang:
1. Strategi penyuluh menggunakan metode dakwah teknologi dalam
pembinaan keluarga sakinah di Kecamatan Pammana.
2. Strategi penyuluh menggunakan metode dakwah teknologi dalam
pembinaan akhlak di Kecamatan Pammana.
3. Respon masyarakat terhadap metode dakwah teknologi dalam
pembinaan keluarga sakinah dan akhlak di Kecamatan Pammana.

Adapun kegunaan yang diperoleh dalam pelaksanaan penelitian ini terbagi


dua yaitu:
a. Kegunaan Teoretis
1) Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Kecamatan
Pammana Kabupaten Wajo tentang peranan penyuluh agama
Islam dalam membina keluarga sakinah dan akhlak masyarakat
berbasis Teknologi Dakwah.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemikiran dalam upaya pengembangan wawasan dan
pengetahuan khusususnya bagi penulis sendiri tentang
masalah yang dikaji.

b. Kegunaan Praktis
1) Sebagai bahan evaluasi khususnya bagi para penyuluh agama
Islam dalam membina keluarga sakinah dan akhlak masyarakat
di Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo.
2) Untuk membantu program pemerintah dalam mengentaskan
kemerosotan keluarga bahagia dan Akhlak di Indonesia

23
khususnya bagi masyarakat di Kecamatan Pammana
Kabupaten Wajo.
Untuk memenuhi kewajiban sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam (M. Pd) pada jurusan
Pendidikan Agama Islam Pasca Sarjana di Institut Agama Islam
As’adiyah Sengkang.

I. Komposisi BAB

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Identifikasi dan Batasan Masalah

3. Rumusan Masalah

4. Tujuan Penelitian

5. Definisi Konsep

6. Kerangka Pikir Penelitian

7. Metode Penelitian

8. Kajian Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Strategi Penyuluh Agama Islam


2. Metode dakwah teknologi
3. Penyuluh Agama Islam
4. Pembinaan Keluarga Sakinah
5. Pembinaan Akhlak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

24
1. Strategi penyuluh menggunakan metode dakwah teknologi dalam
pembinaan keluarga sakinah di Kecamatan Pammana.
2. Strategi penyuluh menggunakan metode dakwah teknologi dalam
pembinaan akhlak di Kecamatan Pammana.
3. Respon masyarakat terhadap metode dakwah teknologi dalam
pembinaan keluarga sakinah dan akhlak di Kecamatan Pammana.

BAB V PENUTUP

1. KESIMPULAN

2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

25
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak dalam Perspektif Alquran. Cet. I; Jakarta:
Sinar Grafika Offset. 2007.
Agil, Said. "Aktualisasi Nilai-nilai Qur’ani dalam Sistem Pendidikan Islam".
2004.

Al-Abrasyi, Muhammad Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Cet.


II; Jakarta: Bulan Bintang. 1974.

Al-Suhaimi, Fawaaz bin Hulail. Usus Manhaj Salaf fi Dakwh ila Allah. Jakarta:
Gema Insani Press, 1998.

Al-Qahthani, Said bin Ali. Al-Hikmah Fid Dakwah Ilallah Ta’ala, Terj.Masykur

Hakim: Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: Gema Insani Press,


1994.

Ainun Rahim faqih, Bimbingan Dan Konselin Dalam Islam Yogjakarta : UII
Press, 2000.

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan


Pemikiran dan Kepribadian Muslim). Cet. I; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006.
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, edisi
ketiga. 2005.
Amin, H. M. Dakwah Islam dan pesan moral. Al Amin Press. 1997.

Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf . Cet. II; Bandung: Mitra Cahaya Utama. 2005.

Arifin, M. Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama


di Sekolah dan di Luar Sekolah. Cet. II; Jakarta; Penerbit Bulan
Bintang. 1977.

Arifin, Muzayin. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama


Islam.
Jakarta: Golden Tayon, 1992.
Aunillah, Rinda. "Determinisme Teknologi: Perayaan Idul fitri di Saat
Pandemi." Journal of Islamic Comunication 3.1.2020.

26
Azlansyah, AR. “Penerapan Manajemen Dakwah dalam Membina Akhlak
pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 02 Makassar”. Skripsi.
Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin. 2014.

Basri, Hasan. Membina Keluarga Sakinah. cet. IV. Jakarta: Pustaka Antara.
1996.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media


Massa, Iklan Televisi Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik
Terhadap Peter.L.Berger & Thomas Luckman. Jakarta: Kencana,
2008.

Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Cet. XVI; Jakarta: Bulan Bintang. 1996.

-------. Kesehatan Mental. Cet. VII; Jakarta: Gunung Agung. 1979.


Departemen Agama RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama
RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama
Islam. 2005.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi


ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka. 2007.
EFFENDY, Onong Uchjana. Komunikasi teori dan praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2009.

Hajma, Tajuddin. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Konseling


Islami.
Makassar: Alauddin Press. 2015.

Hamidi. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan


Proposal dan Laporan Penelitian. Cet. III; Malang: UNISMUH Malang.
2005.
Hanafi, Ahmad. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
2005.
Harold D. Lasswell. Structure an Function of Communication in Societ.
Wilbur Schramm. (Ed).2009.

27
Ilaihi, Wahyu. Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Bagian Proyek Peningkatan Tenaga Keagamaan Penyuluh Agama,
Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam. Cet. III;
Jakarta: PT. Bumi Reza. 2002.

Kementerian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Direktorat


Jenderal Bimbingan Masyarakat Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah, 2012.

Kementerian Agama Jawa Timur, Pedoman dan Petunjuk Teknis


Penyuluh Agama Islam Fungsional (Surabaya: Bidang PAI pada
Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid, 2010), 21.

Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Islam Nomor


298 Tahun 2017 tentang Pedoman Penyuluh Agama Islam Non PNS

Mannan, Audah. Pengantar Studi Aqidah Dan Akhlak, Cet. II; Makassar:
Alauddin Press, 2011

M, Ismail. “Metode Bimbingan dan Penyuluhan Islam terhadap Pembinaan


Akhlak Remaja Mejid Babuss’adah Kelurahan Mangasa Kecamatan
Tamalate Kota Makassar”. Skripsi. Makassar: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Alauddin. 2011.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. Pendidikan Karakter Prespektif Islam. Cet II;
Bandung: PT Remaja Rosda Karya. 2012.

Mania, Sitti. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Makassar:


Alauddin University Press. 2013.

Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Cet. IV; Bandung:


Al- ma’rif. 1980.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya. 2007.
Mu’awanah, Elfi dan Rifa Hidayah. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta:
YAPMA. 2014.

28
Mubarok, Achmad. Al Irsyad an Nafsy Konseling Agama Teori dan Kasus.
Jakarta: PT. Bina Rena Prawira. 2000.

Mufidah Ch. Paradigma Gender. Ce. 2. Malang: Bayumedia Publishing. 2004.

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif,. Yogyakarrta : Rake


Sarasin. 2004.
Mukhlisuddin. Peran Penyuluh Agama Islam di tengah Masyarakat.
Jurnal BIMAS Islam. ISSN: 1978-9009. 2016.
Munir, Samsul. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009.

Mustofa, H.A. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 1995.

------- Akhlak Tasawuf . Cet. V; Bandung: Pustaka Setia. 1997.

Narbuko, Cholid dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian. Cet. VIII; Jakarta:
PT Bumi Aksara. 2007.

Nasution, S. Metode Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsitno.1996.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf . Cet, VIII; Jakarta: Baja Grafindo Persada.
2009.

-------. Akhlak Tasawuf . Cet.I; Jakarta: Rajawali Pers. 2009.

Nurdin, Ali, Agoes Moh. Moefad, Advan Navis Zubaidi, and Rahmad Harianto.
Pengantar Ilmu Komunikasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press,
2013.

Prayitno, H. dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Cet. III;
Jakarta: Rineka Cipta. 2015.

Purwoko, Yudho. Memecahkan Masalah Remaja: dari Masalah Agama


hingga Pergaulan, dari Masalah Seks hingga Pernikahan. Cet. I;
Bandung: Nuansa. 2001.

Quraish. Wawasan Al-Qur'an. Cet. III; Bandung: Mizan. 1996.


Rahim, Faqih Aunur. Bimbingan dan Konseling Islam. Yogjakarta: UII Press.
2001.

29
R. Wayne Peace, Brent D. Peterson and M. Dallas, Techniques Effective
Communication. Massahuesetts: Addison Westley. 1998.
Romli. Penyuluhan Agama Menghadap Tantangan Baru. Jakarta: Bina Rena
Pariwara. t.th.

Santalia, Indo. Akhlak Tasawuf . Cet. I; Makassar: Alauddin Press. 2011.


Shihab, M.
Subandi, Ahmad. Psikologi Sosial, cet. Ke 2, Jakarta : Bulan Bintang. 1982.

Subhan, Zaitunah. Membina Keluarga Sakinah, Jogjakarta: Pustaka


Pesantren. 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cet. VI;
Bandung: Alpabeta. 2016.
-------. Memahami Penelitian Kualitatif. Cet. IV; Bandung: CV Alfabeta. 2008.
Suharto. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Penyuluhan Agama. Jakarta:
Penerbit
Indah. 2003.

Sukardi, Dewa Ketut. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.


Surabaya: Usaha Nasional. 1993.

Sukardi. Metodologi Penelitian Kompetensi dan Prakteknya. Cet. IV; Jakarta:


Bumi Aksara. 2007.

Suyanto, Bagong. dan Sutinah. Metode Penilitian Sosial (Berbagai Alternatif


Pendekatan). Cet. VI; Jakarta: Kencana. 2011.

Usman, Husain dan Purnomo Setiady Akbar. Metodology Penelitian Sosial.


Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksar. 2001.

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Edisi Empat. Cet. II;
Yogyakarta: PT Andi Offset. 1993.

Ya’qub, Hamzah. Etika Islam. Bandung: Diponegoro.1993.

Website

30
https://id.wikipedia.org/wiki/Pammana,_Wajo
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:iqUs3tX1Xt4J:https://uinmalang.ac.id/r/
210201/teknologi-dakwah-islam.html+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-b-d

31

Anda mungkin juga menyukai