1. Latar Belakang
Membaca menduduki peran penting dalam konteks pendidikan manusia terlebih pada era
globalisasi, informasi, dan komunikasi seperti sekarang ini. Hal ini disebabkan membaca merupakan
sebuah jembatan bagi siapa saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan baik dilingkungan
pendidikan maupun pekerjaan. “Melalui membaca, seseorang dapat memperoleh pengalaman baru
melebihi batas ruang dan waktu. Dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi untuk
keperluan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan kebudayaan” (Subadiyono, 2011: 9).
Kegiatan membaca bukanlah kegiatan tunggal, melainkan kegiatan yang kompleks. Hal ini
disebabkan membaca merupakan kegiatan dengan pengalaman yang aktif, yakni suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar bertujuan, perlu pemahaman, dan pemaknaannya akan ditentukan sendiri oleh
sejumlah pengalaman membaca. Dari segi linguistik membaca merupakan suatu proses penyandian
(encloding process) dan sebagai suatu penafsiran atau interpetrasi terhadap pembacaan sandi (decoding
process) yang menghubungkan kata-kata tulis dengan bahasa lisan yang mencakup perubahan tulisan
menjadi bunyi yang bermakna (Tarigan, 1979: 7).
Sehubungan dengan yang diuraikan di atas, dalam proses membaca diperlukan sejumlah
kemahiran. Menurut Grabe dan Stoller (2002:13), kemahiran itu antara lain (1) mengingat gagasan utama
beserta uraian penjelasan dalam teks, (2) mengenali dan membangun kerangka retorik yang
mengorganisasikan teks, (3) menghubungkan teks dengan latar belakang pengetahuan pembaca.
Di Sekolah Dasar, yang memegang peranan penting adalah pembelajaran membaca. Tanpa
memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak mengalami kesulitan belajar di kemudian
hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pembelajaran bahasa itu sendiri, tetapi
juga bagi pembelajaran mata pelajaran lainnya (Rahim, 2008). Dengan membaca siswa dapat
memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan
emosionalnya.
Keberhasilan guru dalam menjalankan tugasnya bisa mempengaruhi dalam proses pembelajaran
di kelas. Oleh sebab itu, guru hendaknya harus menyiapkan diri dalam menyajikan bahan ajar,
menentukan kegiatan yang akan dilakukan bersama para siswanya, mampu meningkatkan keterampilan
khusus tersebut, sebagai sarana penunjang pembelajaran agar mencapai tujuan yang hendak diinginkan.
Dengan demikian, peranan bahan ajar sebagai salah satu komponen pembelajaran sangat penting dalam
usaha meningkatkan hasil belajar.
Salah satu kegiatan dalam meningkatkan hasil belajar adalah merancang bahan ajar. Bahan ajar
yang dapat memudahkan siswa belajar. Amri dan Ahmadi (2010:159) mengemukakan bahwa
pengembangan bahan ajar dapat memberikan manfaat bagi guru antara lain (1) diperolehnya bahan ajar
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan siswa, (2) guru tidak lagi tergantung kepada buku
teks yang terkadang sulit diperoleh, (3) memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan
berbagai referensi, (4) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar, (5) membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan siswa, dan (6) menambah
angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. Bagi siswa, manfaat pengembangan bahan
ajar antara lain (1) menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (2) memberikan
kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, dan
(3) memberikan kemudahan dalam mempelajari kompetensi yang harus dikuasai.
Menurut (Depdiknas, 2008:6) bahan ajar berfungsi sebagai (1) pedoman bagi guru yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus sebagai substansi kompetensi
yang harus diajarkan kepada siswa, (2) pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang harus dikuasai, dan (3) sebagai
alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti diketahui bahwa bahan ajar yang digunakan guru
ialah buku teks “ Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas” diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional yang berasal dari sekolah. Buku teks tersebut terdiri dari unsur judul, materi dan
latihan. Kelemahan bahan ajar berupa buku teks yang digunakan antara lain, (1) ketidakselarasan urutan
materi pembelajaran antara silabus dan buku teks, (2) tidak mencantumkan Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Indikator, (3) teks bahan bacaan siswa tidak kontekstual, (4) tidak terdapat
petunjuk kegiatan belajar,(5) tidak ada penilaian, dan (6) minimnya materi pembelajaran mengenai bahan
bacaan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa guru diperoleh data sebagai
berikut. Guru sudah terbiasa mengambil materi sebagai bahan ajarnya dari buku teks atau buku pelajaran
yang disediakan sekolah.
Komponen sistem perencanaan berdasarkan pada kurikulum yang berlaku saat ini terdiri atas
komponen Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Materi Ajar, Indikator, Metode
Penyampaian, Alat dan Media yang dibutuhkan, serta sistem evaluasi yang akan digunakan untuk
mengukur ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai oleh
pemelajar.
Sehubungan dengan itu, guru dan siswa membutuhkan bahan ajar yang komplit atau lengkap dari
judul, mencantumkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai, materi,
latihan dan penilaian. Bahan ajar yang memudahkan siswa untuk memahaminya dan bahan ajar yang
sesuai dengan tingkat umur siswa dalam belajar yang lebih memberdayakan anak didik. Sebuah bahan
ajar yang baru dan menarik merupakan langkah untuk memberikan pembelajaran kemampuan dasar
membaca yang menyenangkan bagi anak didik. Peneliti mencoba mengembangkan bahan ajar berupa
buku teks di kelas V dalam pembelajaran membaca berupa: memahami teks melalui membaca membaca
75 kata/menit, dan membaca puisi.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang berkaitan dengan hal itu adalah
bagaimana pengembangan bahan ajar membaca untuk siswa kelas V SD Negeri 1 Epil? Secara lebih rinci
rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kebutuhan buku teks dalam pembelajaran membaca yang dijadikan bahan pengembangan
pembelajaran menurut siswa dan guru?
2. Bagaimanakah rancangan buku teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran membaca?
3. Bagaimanakah validasi buku teks dalam pembelajaran membaca hasil pengembangan?
4. Bagaimanakah efek potensial bahan ajar hasil pengembangan pada pembelajaran keterampilan
membaca dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Epil?
1. Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan tersebut tujuan penelitian ini secara umum terbentuknya bahan ajar
membaca untuk siswa kelas V SD Negeri 1 Epil yang dirinci berikut ini.
1. Mendeskripsikan hasil kebutuhan bahan ajar dalam pembelajaran membaca yang akan dijadikan bahan
pengembangan pembelajaran.
2. Mendeskripsikan Buku teks yang sesuai dengan analisis kebutuhan bahan ajar dalam pembelajaran
membaca .
3. Menghasilkan produk bahan ajar membaca untuk pembelajaran keterampilan membaca di kelas V SD
Negeri 1 Epil.
4. Mengetahui efek potensial bahan ajar hasil pengembangan pada pembelajaran keterampilan membaca
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Epil.
3. Landasan Teori
5.1 Bahan ajar
Ada berbagai definisi bahan ajar yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Prastowo (2014:138)
mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang
disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta
didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran. Menurut Panen dikutip Setiawan (2007:1.5) bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara
sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan memungkinkan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2010:27).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah semua
perangkat pembelajaran atau materi pembelajaran yang yang disusun secara sistematis untuk keperluan
suatu proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran di kelas.
Bagaimana mungkin proses pembelajaran dapat berlangsung tanpa adanya bahan ajar yang disajikan
kepada pemelajar. Keberadaan bahan ajar merupakan bagian dari sistem yang tidak boleh ditiadakan
dalam pembelajaran. Apabila salah satu sistem itu tidak dihadirkan, maka akan mengganggu kelancaran
sistem yang lainnya.
Bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar membaca berbentuk
buku sesuai dengan aspek kompetensi yang akan dikembangkan. Produk akhir dari hasil pengembangan
ini adalah buku bahan ajar yang bersifat fleksibel. Strategi penggunaan atau penyampaian buku bahan ajar
hasil pengembangan tersebut dilakukan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di kelas.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai siswa kelas V SD pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam satu tahun ajaran sebagai berikut:
Semester I:
SK: Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca 75 kata/ menit dan membaca puisi.
KD: 1 . Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata/ menit.
1.1 Siswa mampu membaca bacaan dengan kecepatan 75 kata/ menit.
1.2 Siswa mencatat hal-hal penting dari bacaan.
1.3 Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan informasi bacaan.
1.4 Siswa mampu menceritakan kembali secara lisan dan tertulis isi teks bacaan denan bahasa yang
mudah dimengerti.
2. Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2.1 Siswa mampu menentukan jeda, penggalan kata dalam puisi.
3.2 Siswa mampu membaca puisi dengan lafal, ekspresi, dan penghayatan yang tepat.
4.3 Siswa menjawab pertanyaan seputar puisi.
6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D). Metode penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2010:407). . Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan produk efektif yang digunakan di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Borg and Gall (1983:782) yaitu “Education research and development (R&D) is a
process used to develop and validate educational products”. Produk yang dimaksud Borg dan Gall
berupa buku teks, film, software, komputer, metode, dan program.
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar menurut Jolly dan Bolitho dalam Tomlinson (1998:98)
adalah sebagai berikut; (1) identifikasi kebutuhan untuk bahan ajar, identifikasi kebutuhan merupakan
awal dalam pengembangan bahan ajar. Analisis kebutuhan bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang
sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa; (2) eksplorasi kebutuhan materi. Eksplorasi kebutuhan materi
merujuk pada kegiatan eksplorasi materi berdasarkan tujuan dalam kurikulum; (3) realisasi kontekstual
bahan ajar; (4) realisasi pedagogis bahan ajar melalui tugas dan latihan dalam bahan ajar. Hal ini dapat
dilakukan dengan menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran dan dilengkapi dengan tugas
dan latihan terstruktur; (5) produksi bahan ajar; dan (6) Penggunaan bahan ajar oleh siswa.(7)evaluasi
bahan ajar yang mengacu pada tujuan khusus yang ingin dicapai.
Tahap evaluasi merupakan tahap yang mirip dengan evaluasi formatif (formative evaluation) dan
evaluasi sumatif (summative evaluation) dalam model Dick, Carey, dan Carey (2005). Pada tahap
evaluasi formatif ini Dick, Carey, dan Carey mengemukakan beberapa langkah, yakni one-to-one
evaluation, small group evaluation, dan field trial. Setelah melalui evaluasi formatif, dilanjutkan pada
tahap evaluasi sumatif yang berisi expert judgement.
Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif dalam model Dick, Carey, dan Carey hanya disebut sebagai
evaluasi formatif oleh Tessmer (1998: 47—153) yang terdiri atas expert review, one-to-one evaluation,
small group evaluation, dan field test. Expert review melibatkan proses validasi dari ahli yang bertujuan
untuk mengetahui validitas buku teks yang dikembangkan. One-to-one dan small group evaluation
diterapkan untuk mengetahui praktikalitas buku teks yang dikembangkan. Field test diterapkan untuk
mengetahui efek potensial dari buku teks yang dikembangkan.
Oleh karena itu, peneliti akan menambahkan expert review pada prosedur dalam pengembangan
dan penelitian ini. Selain itu, peneliti pun akan menggunakan istilah field trial untuk menyebut student
use of materials dan akan menyisipkan tahap revise of materials di antara expert review dan field trial.
Dengan demikian, tahapan-tahapan dalam penelitian pengembangan ini ialah sebagai berikut.
1. Identifikasi kebutuhan bahan ajar. Kebutuhan akan diidentifikasi dengan menggunakan angket dan
melakukan wawancara kepada guru kelas V dan siswa. Identifikasi kebutuhan ini berkaitan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran membaca, kendala-kendala yang
dihadapi guru dan siswa dalam menggunakan bahan ajar yang sudah ada, dan harapan-harapan siswa dan
guru terhadap bahan ajar yang akan dikembangkan dan terhadap pembelajaran membaca Selain itu,
peneliti pun melakukan analisis terhadap bahan ajar yang ada dan digunakan oleh guru dan siswa di
lokasi penelitian.
2. Eksplorasi kebutuhan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis k urikulum tahun 2006 yaitu standar
Isi yang merujuk pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam
silabus mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V tentang keterampilan membaca. Bahan ajar yang
dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan pada kompetensi tertentu. Pengembangan bahan ajar
berdasarkan analisis kebutuhan yang diperoleh melalui angket dan wawancara kepada s iswa dan guru.
3. Realisasi kontekstual bahan ajar. Penelitian pada tahap ini yaitu mengembangkan bahan ajar membaca
dengan melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi, analisis sumber belajar, analisis karakteristik
pembelajar. Peneliti mengumpulkan contoh-contoh, merancang urutan berpikir yang runtut (abstrak ke
konkret), bahasa yang mudah dipahami, dan melibatkan pengalamaan belajar siswa dengan tujuan
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar yang dikembangkan lebih kontekstual dan
bermanfaat bagi kehidupan siswa.
4. Realisasi pedagogik bahan ajar. Pada tahap ini pengembangan bahan ajar membaca dengan
menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian isi
pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajran dan dilengkapi dengan latihan-latihan serta
tugas baik terstruktur ataupun tugas mandiri. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat umpan balik terhadap
penguasaan siswa terhadap bahan ajar pengembangan.
5. Produk bahan ajar. Bahan ajar pengembangan disusun dalam bentuk buku yang dirancang sedemikian
rupa terdiri dari komponen-komponen suatu buku agar dapat digunakan oleh siswa dan guru dalam
pembelajaran membaca. Buku berisikan judul, ruang lingkup buku yang berisi (standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator), materi pembelajaran, latihan, dan penilaian, serta daftar pustaka. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah menentukan desain produk buku teks serta menyiapkan
sarana dan prasarana untuk uji coba dan validasi. Uji validasi tersebut mencakup ahli dalam bidang
kelayakan isi/pembelajaran, kebahasaan, penyajian dan kegrafikaan.
6. Validasi ahli. Validasi ahli ini dilakukan untuk mendapatkan saran dan kritik dari para ahli terhadap
kualitas bahan ajar yang telah dikembangkan. Validasi sendiri meliputi validasi kelayakan isi,
kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan. Kesemua ahli yang akan menilai bahan ajar hasil pengembangan
ini merupakan dosen-dosen yang ahli dalam aspek-aspek yang telah dikemukakan sebelumnya. Hasil
validasi ini akan dijadikan masukan untuk melakukan perbaikan terhadap bahan ajar yang dikembangkan.
Selanjutnya baru bahan ajar dapat diujicobakan.
7. Revisi bahan ajar. Setelah mendapat masukan dari tim ahli pada tahap validasi, peneliti merevisi bahan
ajar pengembangan berdasarkan saran, informasi dan masukan dari tim ahli.
8. Uji Coba. Uji coba ini akan dilakukan pada sekelompok siswa yang menjadi sampel dalam penelitian
terhadap bahan ajar hasil pengembangan. Siswa menggunakan bahan ajar tersebut setelah sebelumnya
dilakukan analisis kebutuhan. Uji coba one-to-one dilakukan oleh tiga orang siswa yang memiliki
kemampuan dari kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Uji coba selanjutnya dilakukan uji coba small
group dengan siswa berjumlah 9 orang terdiri dari 3 orang siswa berkempuan rendah, 3 orang sedang,
dan 3 orang siswa berkemampuan tinggi.
9. Revisi 2. Setelah dilakukan uji coba bahan ajar mendapat masukan dari tim ahli pada tahap validasi,
peneliti merevisi bahan ajar pengembangan berdasarkan saran, informasi dan masukan dari tim ahli.
10. Uji Lapangan. Menurut Dick, Carey, Carey (2005:291) uji lapangan sebagai bagian dari evaluasi formatif
ini berfungsi untuk mengumpulkan data-data terkait dengan kekuatan dan kelemahan atau kelebihan dan
kekurangan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan bahan ajar hasil pengembangan.
Hasil dari evaluasi formatif ini digunakan sebagai masukan atau input untuk memeperbaiki draf bahan
ajar yang dikembangkan.
Validasi Ahli
Revisi
Uji : One-to-one
: Small Group
Revisi 2
Uji Lapangan
Identifikasi Kebutuhan
Ekplorasi Kebutuhan
Realisasi Kontekstual
Realisasi Pendagogik
Produk Bahan Ajar
Tabel 2
Rubrk Penilaia Membaca Puisi
No. Aspek Descriptor 1 2 3
1. Pelafalan Pelafalan harus jelas dalam membaca puisi
2. Intonasi Naik, turun/keras lemahnya, tinggi
rendahnya suara
3 Ekpresi Keserasian antara gerak sikap,ucapan, dan
ekpresi ketika membaca puisi
Skor maksimal
No. 1= 11 2=6 3=6
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut:
Nilai akhir = Pemerolehan Skor X 100
Skor Maksimal
Skor hasil tes tertulis dan tes unjuk kerja dianalisis dengan melihat perbedaan antara skor hasil tes
siswa yang menggunakan bahan ajar lama dengan skor hasil tes siswa yang menggunakan bahan ajar hasil
pengembangan.Skor ditentukan dengan cara membagi jumlah pilihan dikali bobot dengan jumlah subjek
dikali bobot tertinggi. Selanjutnya hasil pembagian dikali 100 untuk memperoleh persentase.
Kriteria Penilaian Hasil Tes
Jumlah skor yang diperoleh
Skor = x 100
Jumlah skor maksimal
Angket pun diberikan kepada para ahli pada tahap expert review dalam bentuk skala likert untuk
mendapat informasi tentang opini dan komentar mereka setelah mengevaluasi buku teks membaca yang
dikembangkan. Angket ini dalam bentuk skala likert yang memiliki rentang dari sangat tidak baik, tidak
baik, netral, baik, dan sangat baik yang memiliki rentang skor 1 sampai dengan 5.
Tabel 3
Skala Likert
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sangat
Netral Baik
Tidak baik baik Baik
(Sugiyono, 2010)
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, validasi produk atau bahan ajar hasil pengembangan
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk
menilai produk baru yang dirancang tersebut. Kriteria para ahli itu sudah dijelaskan sebelumnya. Validasi
terhadap bahan ajar hasil pengembangan meliputi 1) aspek kelayakan isi, 2) aspek kebahasaan, 3) aspek
sajian, dan 4) aspek kegrafikaan. Berikut ini adalah tabel-tabel yang akan digunakan oleh para ahli pada
tahap expert review.
Tabel 4
Validasi Kelayakan Isi
Tabel 5
Validasi Kebahasaan
Skor
No Komponen Penilaian Jumlah
1 2 3 4 5
1 Keterbacaan bahan ajar
Kejelasan informasi yang
2
disajikan
Kesesuaian dengan kaidah
3
bahasa Indonesia
Pnggunaan bahasa yang
4
mudah dipahami
Tabel 6
Validasi Sajian
Skor
No Komponen Penilaian Jumlah
1 2 3 4 5
Kejelasan tujuan
1 pembelajaran yang ingin
dicapai
Kesesuaian urutan sajian
2
materi
Pemberian motivasi dan
3
daya tarik
Adanya stimulus dan
4
respons atau interaksi
Kelengkapan informasi
5
yang disajikan
Tabel 7
Validasi Kegrafikaan
Skor
No Komponen Penilaian Jumlah
1 2 3 4 5
Penggunaan ukuran dan
1
jenis huruf
2 Tata letak
Ketepatan ilustrasi gambar
3
yang disajikan
4 Halaman sampul
5 Tampilan fisik bahan ajar
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S dan Ahmadi, Iif Khoiru. (2010). Konstruksi pengembangan pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Education research: an introduction. London: Longman, Inc
Depdiknas. (2007). Silabus kelas V sekolah dasar. Jakarta: Dikdasmen.
Depdiknas. (2008). Panduan pengembangan bahan ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Dirjen manajemen Pendidikan dasar dan menengah Depdiknas.
Dick, W, Lou Carey, and James O. Carey. (2005). The systematic design of instruction. Boston: Pearson.
Dick dan Carey. (1978). The systematic design of instruction. USA: Foresman and Company.
Grabe, William dan Fredricka L. Stoller. 2002. Teach ing and Reseaching Reading. London: Longman.
Harijanto.(2007). Jurnal Didaktika.Pengembangan Bahan AJar Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Program Pendidikan Pembelajar Sekolah Dasar. Vol.2 No. 1 Maret 2002: 216-226. Diakses bulan April
2015.
Jolly, David and Rod Bolitho. (1998). A Framework for Material Writing dalam Brian Tomlinson (Ed.) Material
Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Lestari, D. (2010). Pengembangan bahan ajar membaca kelas iv Sekolah. Tidak diterbitkan. Palembang:
Pascasarjana Unsri.
Nurhadi. (2004). Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nurhadi. (2010). Membaca cepat dan efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana Predanamedia Group.
Rahim, F. (2008). Pengajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiawan, D, Wahyuni, K, dan Prastati, T. (2007). Pengembangan bahan ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Subadiyono. (2011). Peningkatan pemahaman bacaan dengan menggunakan pendekatan interaktif (Penelitian
tindakan pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas
Sriwijaya). Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H.G. (1979). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tessmer, M. 1998. Planning and Conducting Formative Evaluations. London: Biddles Ltd, Guildford and
King’s Lynn.
Tomlinson, B (Ed). (1998). Materials development in language teaching. cambridge: Cambridge University
Press.