Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL TESIS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MEMBACA KELAS V SD NEGERI 1 EPIL

1. Latar Belakang
Membaca menduduki peran penting dalam konteks pendidikan manusia terlebih pada era
globalisasi, informasi, dan komunikasi seperti sekarang ini. Hal ini disebabkan membaca merupakan
sebuah jembatan bagi siapa saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan baik dilingkungan
pendidikan maupun pekerjaan. “Melalui membaca, seseorang dapat memperoleh pengalaman baru
melebihi batas ruang dan waktu. Dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi untuk
keperluan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan kebudayaan” (Subadiyono, 2011: 9).
Kegiatan membaca bukanlah kegiatan tunggal, melainkan kegiatan yang kompleks. Hal ini
disebabkan membaca merupakan kegiatan dengan pengalaman yang aktif, yakni suatu kegiatan yang
dilakukan secara sadar bertujuan, perlu pemahaman, dan pemaknaannya akan ditentukan sendiri oleh
sejumlah pengalaman membaca. Dari segi linguistik membaca merupakan suatu proses penyandian
(encloding process) dan sebagai suatu penafsiran atau interpetrasi terhadap pembacaan sandi (decoding
process) yang menghubungkan kata-kata tulis dengan bahasa lisan yang mencakup perubahan tulisan
menjadi bunyi yang bermakna (Tarigan, 1979: 7).
Sehubungan dengan yang diuraikan di atas, dalam proses membaca diperlukan sejumlah
kemahiran. Menurut Grabe dan Stoller (2002:13), kemahiran itu antara lain (1) mengingat gagasan utama
beserta uraian penjelasan dalam teks, (2) mengenali dan membangun kerangka retorik yang
mengorganisasikan teks, (3) menghubungkan teks dengan latar belakang pengetahuan pembaca.
Di Sekolah Dasar, yang memegang peranan penting adalah pembelajaran membaca. Tanpa
memiliki kemampuan membaca yang memadai sejak dini, anak mengalami kesulitan belajar di kemudian
hari. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pembelajaran bahasa itu sendiri, tetapi
juga bagi pembelajaran mata pelajaran lainnya (Rahim, 2008). Dengan membaca siswa dapat
memperoleh pengetahuan yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan daya nalar, sosial, dan
emosionalnya.
Keberhasilan guru dalam menjalankan tugasnya bisa mempengaruhi dalam proses pembelajaran
di kelas. Oleh sebab itu, guru hendaknya harus menyiapkan diri dalam menyajikan bahan ajar,
menentukan kegiatan yang akan dilakukan bersama para siswanya, mampu meningkatkan keterampilan
khusus tersebut, sebagai sarana penunjang pembelajaran agar mencapai tujuan yang hendak diinginkan.
Dengan demikian, peranan bahan ajar sebagai salah satu komponen pembelajaran sangat penting dalam
usaha meningkatkan hasil belajar.
Salah satu kegiatan dalam meningkatkan hasil belajar adalah merancang bahan ajar. Bahan ajar
yang dapat memudahkan siswa belajar. Amri dan Ahmadi (2010:159) mengemukakan bahwa
pengembangan bahan ajar dapat memberikan manfaat bagi guru antara lain (1) diperolehnya bahan ajar
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kebutuhan siswa, (2) guru tidak lagi tergantung kepada buku
teks yang terkadang sulit diperoleh, (3) memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan
berbagai referensi, (4) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar, (5) membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan siswa, dan (6) menambah
angka kredit jika dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan. Bagi siswa, manfaat pengembangan bahan
ajar antara lain (1) menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (2) memberikan
kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, dan
(3) memberikan kemudahan dalam mempelajari kompetensi yang harus dikuasai.
Menurut (Depdiknas, 2008:6) bahan ajar berfungsi sebagai (1) pedoman bagi guru yang akan
mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus sebagai substansi kompetensi
yang harus diajarkan kepada siswa, (2) pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi kompetensi yang harus dikuasai, dan (3) sebagai
alat evaluasi pencapaian hasil pembelajaran
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti diketahui bahwa bahan ajar yang digunakan guru
ialah buku teks “ Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas” diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional yang berasal dari sekolah. Buku teks tersebut terdiri dari unsur judul, materi dan
latihan. Kelemahan bahan ajar berupa buku teks yang digunakan antara lain, (1) ketidakselarasan urutan
materi pembelajaran antara silabus dan buku teks, (2) tidak mencantumkan Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, dan Indikator, (3) teks bahan bacaan siswa tidak kontekstual, (4) tidak terdapat
petunjuk kegiatan belajar,(5) tidak ada penilaian, dan (6) minimnya materi pembelajaran mengenai bahan
bacaan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa guru diperoleh data sebagai
berikut. Guru sudah terbiasa mengambil materi sebagai bahan ajarnya dari buku teks atau buku pelajaran
yang disediakan sekolah.
Komponen sistem perencanaan berdasarkan pada kurikulum yang berlaku saat ini terdiri atas
komponen Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Materi Ajar, Indikator, Metode
Penyampaian, Alat dan Media yang dibutuhkan, serta sistem evaluasi yang akan digunakan untuk
mengukur ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang seharusnya dikuasai oleh
pemelajar.
Sehubungan dengan itu, guru dan siswa membutuhkan bahan ajar yang komplit atau lengkap dari
judul, mencantumkan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai, materi,
latihan dan penilaian. Bahan ajar yang memudahkan siswa untuk memahaminya dan bahan ajar yang
sesuai dengan tingkat umur siswa dalam belajar yang lebih memberdayakan anak didik. Sebuah bahan
ajar yang baru dan menarik merupakan langkah untuk memberikan pembelajaran kemampuan dasar
membaca yang menyenangkan bagi anak didik. Peneliti mencoba mengembangkan bahan ajar berupa
buku teks di kelas V dalam pembelajaran membaca berupa: memahami teks melalui membaca membaca
75 kata/menit, dan membaca puisi.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang berkaitan dengan hal itu adalah
bagaimana pengembangan bahan ajar membaca untuk siswa kelas V SD Negeri 1 Epil? Secara lebih rinci
rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah kebutuhan buku teks dalam pembelajaran membaca yang dijadikan bahan pengembangan
pembelajaran menurut siswa dan guru?
2. Bagaimanakah rancangan buku teks yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran membaca?
3. Bagaimanakah validasi buku teks dalam pembelajaran membaca hasil pengembangan?
4. Bagaimanakah efek potensial bahan ajar hasil pengembangan pada pembelajaran keterampilan
membaca dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Epil?
1. Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan tersebut tujuan penelitian ini secara umum terbentuknya bahan ajar
membaca untuk siswa kelas V SD Negeri 1 Epil yang dirinci berikut ini.
1. Mendeskripsikan hasil kebutuhan bahan ajar dalam pembelajaran membaca yang akan dijadikan bahan
pengembangan pembelajaran.
2. Mendeskripsikan Buku teks yang sesuai dengan analisis kebutuhan bahan ajar dalam pembelajaran
membaca .
3. Menghasilkan produk bahan ajar membaca untuk pembelajaran keterampilan membaca di kelas V SD
Negeri 1 Epil.
4. Mengetahui efek potensial bahan ajar hasil pengembangan pada pembelajaran keterampilan membaca
dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Epil.

2. Manfaat Hasil Penelitian


Secara praktis, hasil penelitian pengembangan bahan ajar membaca ini diharapkan dapat
menghasilkan bahan ajar membaca di kelas V yang sesuai dengan tingkat umur siswa, serta menarik.
Selain itu, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi guru, siswa, sekolah
sebagai institusi pendidikan dan peneliti/ilmuan. Bagi siswa, bahan ajar ini diharapkan dapat membantu
siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Epil yang menjadi subjek penelitian
ini. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bahan ajar
dalam pembelajaran membaca khususnya untuk meningkatkan proses dan hasil kemampuan membaca.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Bagi
ilmuan/peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam
mengembangkan bahan ajar yang dapat dijadikan objek penelitian yang lebih luas.

3. Landasan Teori
5.1 Bahan ajar
Ada berbagai definisi bahan ajar yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Prastowo (2014:138)
mengungkapkan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang
disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta
didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran. Menurut Panen dikutip Setiawan (2007:1.5) bahwa bahan ajar adalah bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara
sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
dan memungkinkan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2010:27).
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah semua
perangkat pembelajaran atau materi pembelajaran yang yang disusun secara sistematis untuk keperluan
suatu proses pembelajaran. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran di kelas.
Bagaimana mungkin proses pembelajaran dapat berlangsung tanpa adanya bahan ajar yang disajikan
kepada pemelajar. Keberadaan bahan ajar merupakan bagian dari sistem yang tidak boleh ditiadakan
dalam pembelajaran. Apabila salah satu sistem itu tidak dihadirkan, maka akan mengganggu kelancaran
sistem yang lainnya.
Bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar membaca berbentuk
buku sesuai dengan aspek kompetensi yang akan dikembangkan. Produk akhir dari hasil pengembangan
ini adalah buku bahan ajar yang bersifat fleksibel. Strategi penggunaan atau penyampaian buku bahan ajar
hasil pengembangan tersebut dilakukan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka di kelas.

5.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar


Jenis-jenis bahan ajar berdasarkan teknologi atau media yang digunakan meliputi: (1) bahan ajar
cetak (printed) seperti modul, lembar kerja siswa (LKS), handout, buku ajar, foto/gambar, model/maket,
leaflet, dan wallchart, (2) bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disc
audio, (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disc (VCD), digital compact
disc (DVD), dan film, (4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
Computer Assisted Instruction (CAI), Compact Disc (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan
ajar berbasis jaringan (Ellington dikutip Setiawan, 2007:1.7).
Selanjutnya, Ahmadi (2010:161) membagi jenis bahan ajar menjadi 4, yaitu “(1) bahan ajar
pandang (visual); (2) bahan ajar dengar (audio); (3) bahan ajar pandang-dengar (audiovisual); (4) bahan
ajar multimedia interaktif”.
Berdasarkan uraian di atas, jenis bahan ajar yang akan dihasilkan dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah bahan ajar cetak berbentuk buku.

5.3. Prinsip-Prinsip dalam Mengembangkan Bahan Ajar


Penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran harus memerhatikan beberapa Prinsip-prinsip
dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan (Depdiknas,
2010:27 ).
a. Prinsip Relevansi
Materi pembelajaran hendaknya relevan atau terdapat kaitan antara materi dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya dalam menyajikan konsep, definisi, prinsip, prosedur,
contoh, dan pelatihan harus berkaitan dengan kebutuhan materi pokok yang terkandung dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar sehingga siswa dapat dengan mudah mengidentifikasi dan mengenali
gagasan, menjelaskan ciri suatu konsep, dan memahami prosedur dalam mencapai suatu sasaran tertentu.
b. Prinsip Konsistensi
Sebuah bahan ajar harus mampu menjadi solusi dalam pencapaian kompetensi. Dalam penyusunan bahan
ajar yang harus diperhatikan adalah indikator yang harus dicapai dalam kompetensi dasar. Apabila
terdapat dua indikator maka bahan yang digunakan harus meliputi dua indikator tersebut.
c. Prinsip Kecukupan
Prinsip kecukupan artinya, materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasasi kompetensi yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak terlalu banyak.
Apabila materi yang diberikan terlalu sedikit, maka siswa akan kurang dalam pencapaian tujuan
pembelajaran. Apabila materi yang diberikan terlalu banyak, maka siswa akan merasa bosan dan
pembelajaran membutuhkan waktu yang banyak. Padahal yang dibutuhkan dalam pembelajaran adalah
materi yang sesuai dengan kompetensi dasar baik dalam segi isi maupun banyaknya materi.
5.4 Karakteristik Bahan Ajar
Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang mudah dipahami siswa.
Bahan ajar yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuannya harus memiliki
karakteristik yang relevan dengan kebutuhan siswa. Degeng (dikutip Harijanto, 2007), bahan ajar harus
memiliki karakteristik tertentu, yaitu (1) isi pesannya harus dianalisis dan diklarifikasi ke dalam kategori-
kategori tertentu, (2) setiap kategori harus dibagi menjadi beberapa penggalan teks, (3) perlu ada
pengajian format visualisasi untuk memberikan kemenarikan isi, dan (4) kategori format judul yang berisi
bahan yang harus diseleksi. Sementara itu, menurut Dick dan Carey (2005), bahan ajar harus memenuhi
karakteristik yang harus dimiliki dalam pengembangan bahan ajar yaitu: (a) mengacu pada tujuan, (b)
terdapat keserasian dalam tujuan, (c) sistematik, (d) berpedoman pada evaluasi, juga memenuhi tiga
komponen utama teori pembelajaran seperti: metode, kondisi, dan hasil.
Menurut Dick dan Carey (2005) model pengembangan bahan ajar memiliki kriteria-kriteria: (1)
menarik, (2) isi sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran, (3) urutannya tepat, (4) ada petunjuk
penggunaan bahan ajar, (5) ada soal latihan, (6) ada jawaban latihan, (7) ada tes, (8) ada petunjuk
kemajuan pembelajaran, dan (9) ada petunjuk bagi pebelajar menuju kegiatan berikutnya. Sejalan dengan
pendapat diatas, Harijanto (2007) mengemukakan bahwa bahan ajar yang dapat memudahkan belajar
adalah bahan ajar yang memiliki komponen yang jelas berupa (1) tujuan umum pembelajaran, (2) tujuan
khusus pembelajaran, (3) petunjuk khusus pemakaian buku ajar, (4) uraian isi pelajaran yang disusun
secara sistematis, (5) gambar/ilustrasi untuk memperjelas isi pelajaran, (6) rangkuman, (7) evaluasi
formatif dan tindak lanjut untuk kegiatan belajar berikutnya, (8) daftar bacaan, (9) kunci jawaban.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pengembangan bahan ajar yang bermutu
harus memiliki beberapa kriteria, yaitu (1) memiliki tujuan yang jelas; (2) memiliki manfaat baik bagi
guru maupun bagi siswa; (3) dalam pengembangan pembelajaran bahasa sangat ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu variabel, guru, siswa, dan variabel kontekstual; dan (4) mengikuti prinsip-prinsip
pengembangan bahan ajar, yaitu dari abstrak menuju konkrit, mudah dipahami, memberikan motivasi,
memperhatikan perbedaan individu, kontekstual, dan memberikan umpan balik.

5.5. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar


Menurut Setiawan (2007:1.40) “Ada lima faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pengembangan bahan ajar adalah: (1) kecermatan isi; (2) ketepatan cakupan; (3) ketercernaan bahan ajar;
(4) penggunaan bahasa; (5) perwajahan/ pengemasan”.
Kecermatan isi adalah validitas/kesahihan isi atau kebenaran isi secara ilmiah. Validasi isi
menunjukkan bahwa isi bahan ajar tidak dikembangkan secara asal-asalan. Isi bahan ajar dikembangkan
berdasarkan konsep dan teori yang relevan. Isi bahan ajar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
atau secara keilmuan.
Ketepatan cakupan berhubungan dengan isi bahan ajar dari sisi keluasan dan kedalaman isi atau
materi, serta keutuhan konsep berdasarkan keilmuan. Perlu diingat bahwa acuan utama dalam penentuan
keluasan dan kedalaman isi bahan ajar adalah kurikulum, khususnya tujuan pembelajaran umum maupun
tujuan pembelajaran khusus, dan topik-topik esensial dari suatu mata pelajaran yang tercantum dalam
kurikulum.
Ketercernaan bahan ajar artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat dimengerti oleh siswa
dengan mudah. Ada enam hal yang mendukung tingkat ketercernaan bahan ajar: (1) pemaparan yang
logis; (2) penyajian materi yang sistematis; (3) contoh dan ilustrasi yang memudahkan pemahaman; (4)
alat bantu yang memudahkan untuk mempelajari bahan ajar; (5) format yang tertib dan konsisten; (6)
adanya penjelasan tentang relevansi antartopik dan manfaat bahan ajar (Setiawan, 2007:1.43—1.47).
Penggunaan bahasa dalam bahan ajar memegang peranan penting. Penggunaan bahasa meliputi
pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif akan sangat berpengaruh terhadap
manfaat bahan ajar. Jika bahasa yang digunakan pada bahan ajar tidak dimengerti siswa maka bahan ajar
tidak akan bermakna apa-apa. Gunakan senarai (daftar kata sukar) untuk membantu memberikan batasan
istilah-istilah teknis.
Perwajahan atau pengemasan berperan dalam perancangan atau penataan letak informasi dalam
bahan ajar. Perwajahan yang disajikan dengan menarik akan dapat menimbulkan ketertarikan siswa untuk
menggunakan bahan ajar tersebut. Urutan pengemasan isi paket bahan ajar harus tertata dengan rapi dan
konsisten. Pengemasan bahan ajar secara garis besarnya terdiri atas tiga kelompok besar, yaitu (1)
pendahuluan; (2) uraian; dan (3) akhir.
Penggunaan ilustrasi dalam bahan ajar memiliki manfaat antara lain membuat bahan ajar menjadi
lebih menarik melalui variasi penampilan. Manfaat lain dari ilustrasi adalah untuk memperjelas pesan
atau informasi yang disampaikan. Ilustrasi yang biasa digunakan dalam bahan ajar adalah daftar atau
table, grafik, kartun, foto, gambar, sketsa, symbol, dan skema (Setiawan, 2007:1.40—1.55).

5.6 Buku sebagai Bahan Ajar


Sebagaimana telah dikemukakan bahwa ada beberapa bentuk bahan ajar yang sering digunakan
dalam dunia pendidikan, ada yang berbentuk bahan ajar cetak (tertulis), bahan ajar dengar (audio), bahan
ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar multimedia interaktif. Salah satu bentuk bahan ajar
cetakan adalah buku. Menurut Nasituon (dikutip Prastowo, 2013:167), “Buku teks pelajaran adalah bahan
pengajaran yang paling banyak digunakan diantara semua bahan pengajaran lainnya”. ”. Sementara dalam
kamus Oxford, buku diartikan sebagai number of sheet of paper, either printed or blank, fastened together
in a cover, yaitu sejumlah lembaran kertas, baik cetakan maupun kosong. Hal serupa juga dapat
ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan buku sebagai lembar kertas
berjilid, berisi tulisan atau kosong (1991:152).
Buku teks pelajaran hingga kini masih dianggap sebagai bahan ajar yang paling umum. Ini terbukti
hampir diberbagai institusi pendidikan, dari jenjang yang paling dasar hingga yang paling tinggi, pada
umumnya mengunakan buku teks pelajaran sebagai bahan ajar utamanya. Hal ini membuktikan pula
bahwa keberadaan buku teks pelajaran masih merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran yang berlangsung diberbagai pendidikan saat ini.
Buku sebagai bahan tertulis dalam bantuk lembaran-lembaran kertas yang dijilid dan diberi kulit
(cover) yang menyajikan ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis oleh pengarangnya, dapat
dilihat bahwa buku teks pelajaran tersusun atas beberapa komponen tertentu. Susunan komponen-
komponen ini juga disebut sebagai struktur buku teks. Prastowo (2013:175) menyatakan bahan ajar
berbentuk buku teks pelajaran terdiri atas lima komponen, yaitu; (1) judul, (2) kompetensi dasar atau
materi pokok, (3) informasi pendukung, (4) latihan, (5) penilaian. Jadi, dalam membuat sebuah buku teks
pelajran, maka kelima komponen utama itu harus ada. Selain itu, isi kandungannya juga harus mengaju
kepada kompetens dasar yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku.

Bagan 1. Komponen-Komponen dalam Buku

5.7 Evaluasi Bahan Ajar


Dalam proses pengembangan bahan ajar, evaluasi bahan ajar sangat penting peranannya. Hasil
evaluasi tersebut diharapkan menjadi feedback terhadap kualitas bahan ajar yang disusun penulisnya.
Evaluasi bahan ajar juga dapat menentukan kelayakan bahan ajar tersebut sebagai bahan dan media
pembelajaran. Di samping itu, evaluasi bahan ajar juga diharapkan dapat menghasilkan suatu produk
bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan penggunaanya.
Komponen-komponen evaluasi mencakup empat bagian. Komponen tersebut adalah komponen
kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafikaan. Keempat komponen tersebut saling berkaitan erat dan
menjadi satu kesatuan komponen dalam bahan ajar (Depdiknas, 2008: 28).
Dalam penelitian ini digunakan dua metode evaluasi, yaitu evaluasi sebelum dan sesudah bahan
ajar digunakan kepada siswa. Evaluasi sebelum adalah evaluasi yang dilakukan oleh pakar atau ahli untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihan bahan ajar untuk digunakan. Hasil evaluasi ini akan
dijadikan masukan untuk melakukan revisi/perbaikan atau bahkan perubahan terhadap bahan ajar.
Evaluasi sesudah merupakan evaluasi untuk melihat efektivitas bahan ajar, yaitu pemahan siswa setelah
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan.

5.8 Pembelajaran Membaca


Menurut Soedarso (2001:4), “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan
sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah”. Selanjutnya Tarigan (1979:7) mengemukakan bahwa
“Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Subadiyono
(2011:17) mengungkapkan bahwa membaca adalah apa yang terjadi ketika orang melihat teks dan
memberi makna terhadap simbol tertulis pada teks. Teks dan pembaca adalah dua entitas fisik penting
bagi proses terjadinya membaca. Walaupun demikian, interaksi antara pembaca dengan tekslah yang
merupakan membaca sebenarnya.
Menurut Mey-yun (dikutip Subadiyono, 2011:18), membaca tergantung pada keberhasilan
interaksi beberapa faktor (1) kecakapan konseptual yang mengacu pada kapasitas intelektual seperti
analisis, sintesis, dan inferens, (2) latarbelakang pengetahuan yang mencakup pengetahuan sosiokultural,
(3) strategi proses yang mengacu pada kecakapan dan keterampilan membangun kembali makna teks
melalui penyampelan berdasarkan pengetahuan korespondensi graphem-morfofonem, informasi silabi-
morfem, informasi sintaktik, makna leksikal, makna kontekstual, dan strategi kognitif.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu kegiatan
yang dilakukan oleh pembaca dalam usaha memahami isi dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat
guna memperoleh pesan atau informasi yang disampaikan penulis melalui bahasa tulis.
Adapun pelaksanaan yang dilakukan dalam membaca. Rahim (2008) membagi kegiatan yang
dilakukan dalam membaca sebagai berikut:
1. Kegiatan Prabaca
Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilaksanakan sebelum siswa melakukan
kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pada pengaktifan skemata
siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa yang berhubungan dengan
topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan cara
peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif.
Skemata ialah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa tentang suatu
informasi atau konsep tentang sesuatu. Skemata menggambarkan sekelompok konsep yang tersusun
dalam diri seseorang yang dihubungkan dengan objek, tempat-tempat, tindakan, atau peristiwa. Skema
(kata tunggal dari skemata) seseorang menggambarkan apa yang diketahui seseorang tentang konsep
tertentu dan hubungan antarpotongan-potongan informasi yang telah diketahui seseorang. Dua orang
mungkin mempunyai skemata yang sangat berbeda tentang suatu konsep dasar yang sama.
Gruber (dikutip Rahim, 2008:100) mengemukakan beberapa teknik yang bisa dilakukan guru
untuk mengaktifkan skemata siswa melalui kegiatan prabaca. Kegiatan prabaca yang dimaksud ialah
membuat prediksi seperti yang dikemukakan berikut ini; (1) guru membaca judul bacaan dengan nyaring,
kemudian memperkenalkan para pelaku dengan menceritakan nama-nama mereka dan beberapa
pernyataan yang menceritakan para pelaku, tokoh, akhirnya guru menyuruh siswa memprediksi
kelanjutan cerita, (2) kegiatan memprediksi untuk menceritakan minat siswa pada bacaan dengan
menggunakan teknik prediksi kegiatan prabaca yang dilakukan ialah membaca nyaring beberapa halaman
dari sebuah buku. Jika tebalnya 100 halaman, suruh siswa mengambil 3 halaman antara halaman 1 sampai
dengan 100. Baca 3 halaman tersebut dengan nyaring, kemudian suruh siswa memprediksi isi cerita.
Kegiatan ini membangkitkan rasa ingin tahu dan minat siswa kepada buku tersebut, (3) kegiatan lain yang
tercakup dalam kegiatan prabaca ialah menggunakan berbagai stimulus untuk mempertahankan perhatian
siswa pada pelajaran. Pada kegiatan ini guru harus berusaha menggunakan berbagai cara, dengan
menggunakan media suara yang bervariasi (mungkin juga berhenti berbicara), gerakan-gerakan misalnya
gerakan tangan, ekspresi wajah, dan sebagainya. (Rahim, 2008:100--101).
2. Kegiatan Saat Baca
Setelah kegiatan prabaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca (during Reading).
Beberapa strategi dan kegiatan bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman
siswa. Akhir-akhir ini perhatian banyak dicurahkan pada penggunaan strategi metakognitif siswa selama
membaca. Burns (dikutip Rahim, 2008) mengungkapkan bahwa penggunaan teknik metakognitif secara
efektif mempunyai pengaruh positif pada pemahaman. Strategi belajar secara metakognitif akan
meningkatkan keterampilan belajar siswa.
Metakognisi itu sendiri merujuk pada pengetahuan seseorang tentang fungsi intelektual yang
datang dari pikiran mereka sendiri serta kesadaran mereka untuk memonitor dan mengontrol fungsi ini.
Metakognisi melibatkan kegiatan menganalisis cara berpikir yang sedang berlangsung. Dalam tugas
membaca, pembaca yang memperlihatkan metakognisinya, memilih keterampilan dan teknik-teknik
membaca yang cocok dengan tugas membaca tertentu.
Bagian dari proses metakognitif ialah memutuskan tipe tugas yang dibutuhkan untuk mencapai
pemahaman. Pembaca menanyakan pada dirinya sendiri, seperti pertanyaan berikut: (1) apakah jawaban
yang saya butuhkan dapat dikemukakan secara langsung dalam teks? Jika ya, pembaca akan mencari
kata-kata penulis yang tepat untuk satu jawaban, (2) apakah teks tersebut mengimplikasikan jawaban
dengan memberi petunjuk yang jelas berhubungan dengan pertanyaan serta alasan yang berkaitan dengan
informasi yang tersedia sehingga pembaca bisa menentukan jawaban yang cocok, (3) apakah jawaban
harus berasal dari pengetahuan dan gagasan saya sendiri yang berkaitan dengan cerita? Jika demikian,
pembaca harus menghubungkan pengetahuan awalnya dengan informasi yang diberikan dalam teks
sehingga mendapatkan jawaban yang diperlukan.
Kegiatan saat baca lebih lanjut bisa dikembangkan dengan cara lain seperti berikut. Sesudah siswa
membaca suatu cerita atau bab, suruh satu kelompok siswa berlatih membaca bagian bacaan. Tugas siswa
mengambil bagian dari karakter yang berbeda di dalam adegan dan salah seorang menjadi narator. Siswa
yang lain disuruh mengikutinya bersama-sama. Kegiatan ini membantu siswa memahami dialog dan
penggunaan tanda-tanda kutipan.
3. Kegiatan Pascabaca
Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang
dibacanya ke dalam skemata yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih
tinggi (Rahim, 2008). Strategi yang dapat digunakan pada tahap pascabaca adalah belajar
mengembangkan vahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan kembali, dan
presentasi visual.
Dalam kegiatan pascabaca, anak-anak diberikan kesempatan mengembangkan belajar mereka
dengan menyuruh siswa mempertimbangkan apakah siswa tersebut membutuhkan/menginginkan
informasi lebih lanjut tentang topik tersebut dan di mana mereka bisa menemukan informasi lebih lanjut.

5.8.1 Jenis-jenis membaca


Ada beberapa jenis membaca yang dapat dilakukan oleh seseorang. Ditinjau dari segi terdengar
atau tidaknya suara pembaca, proses membaca terbagi atas membaca nyaring dan membaca dalam hati.
Tarigan (2008:23), membaca nyaring adalah suatu aktivitas yang merupakan alat bagi guru, murid, atau
pun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami
informasi, pikiran, dan perasaan pengarang. Membaca dalam hati adalah membaca denga tidak bersuara.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa membaca dalam hati dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) membaca
ekstensif dan (2) membaca ekstensif. Kedua jenis membaca ini, memiliki bagian-bagian tersendiri.
Pembagian tersebut adalah sebagai berikut.
a. Membaca ekstensif adalah membaca sebanyak mungkin teks bacaan dalam waktu sesingkat mungkin
(Tarigan,2008:32). Tujuan membaca ekstensif meliputi, (1) membaca survai (survey reading), (2)
membaca sekilas (skimming), dan (3) membaca dangkal (superficial reading).
b. Membaca intensif meliputi, membaca telaah isi dan telaah bahasa. Membaca telaah isi terbagi atas, (1)
membaca teliti, (2) membaca pemahaman, (3) membaca kritis, dan (4) membaca ide (Tarigan,2008:40)
membaca telaah bahasa mencakup, membaca bahasa dan membaca sastra.

5.8.2 Hakikat Membaca Cepat


Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan tujuan dari membaca.
Kecepatan membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya
diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca (Soedarso 2004:18). Kecepatan membaca
dapat disesuaikan dengan kebutuhan membaca apabila kata-kata dalam bacaan tergolong tidak asing,
dapat dilalui dengan cepat. Namun, apabila ada kata-kata yang tergolong asing dapat diperlambat untuk
memahami makna kata tersebut.
Nurhadi (2010:31) mengungkapkan membaca cepat dan efektif yaitu jenis membaca yang
mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya. Dengan
demikian, seseorang dalam membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan namun juga
disertai pemahaman dari bacaan.
Membaca cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat
pemahaman terhadap bahan yang dibacanya (Suyoto 2008). Apabila seseorang dapat membaca dengan
waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.
Dari beberapa definisi di atas mengenai membaca cepat, dapat disimpulkan bahwa membaca cepat
adalah proses membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat memberi
kesempatan untuk membaca secara luas, bagian-bagian yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak
dihiraukan. Perhatian dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian-bagian yang belum
dikuasai. Dengan membaca cepat dapat diperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya.

5.8.3 Hambatan Membaca Cepat


Membaca cepat bagi orang awam atau seseorang yang tidak mendapatkan latihan khusus
membuat mereka merasa lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca. Hal tersebut dapat
diperkuat dengan adanya kebiasaan-kebiasaan buruk dalam membaca. Soedarso (2004:5) hal-hal yang
menghambat membaca cepat adalah (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk
dengan jari; (5) regresi; dan (6) subvokalisasi. Lebih lanjut Nurhadi (2010:26) menyampaikan mengenai
hambatan membaca cepat antara lain (1) menyuarakan apa yang dibaca; (2) membaca kata demi kata; (3)
membantu melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu (ujung pensil, ujung jari); (4)
menggerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain; (5) konsentrasi berpikir terpecah dengan hal-hal
lain di luar bacaan; (6) bergumam-gumam atau bersenandung; (7) kebiasaan berhenti lama di awal
kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat; (8) kebiasaan mengulang-ulang unit-
unit bacaan yang telah dibaca.
Lebih lanjut Nurhadi (2010: 14) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
membaca adalah faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal) meliputi
kompetensi bahasa, minat dan motivasi, sikap dan kebiasaan, dan kemampuan membaca. Faktor luar
(eksternal) dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu (a) unsur dalam bacaan, dan (b) sifat-sifat lingkungan
baca. Unsur dalam bacaan berkaitan dengan keterbacaan dan faktor organisasi teks. Sifat lingkungan baca
berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hambatan-hambatan dalam membaca cepat antara lain (1)
vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengan jari, pena, atau alat lainnya; (5)
regresi; (6) subvokalisasi; dan (7) minat dan motivasi.

5.8.4 Cara Meningkatkan Kecepatan Membaca


Soedarso (2004:19) menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca antara lain (1) melihat
dengan otak karena otak menyerap apa yang dilihat mata serta persepsi dan interpretasi otak terhadap
tulisan yang dilihat oleh mata dapat mempengaruhi pemahaman terhadap bacaan; (2) menggerakkan mata
terarah (fixed) pada suatu sasaran (kata) dan melompat ke sasaran berikutnya; (3) melebarkan jangkauan
mata dan lompatan mata yaitu satu fiksasi meliputi dua atau tiga kata; (4) membaca satu fiksasi untuk satu
unit pengertian; dan (5) meningkatkan konsentrasi karena dengan konsentrasi, pembaca menjadi cepat
mengerti dan memahami bacaan.
Nurhadi (2010:30-32) lebih detail menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca yaitu (1)
menerapkan metode dan teknik membaca; (2) memilih aspek tertentu saja yang dibutuhkan dalam bacaan
sesuai dengan tujuan membaca; (3) membiasakan untuk membaca pada kelompok-kelompok kata; (4)
jangan mengulang kalimat yang telah dibaca; (5) jangan selalu berhenti lama di awal baris atau kalimat;
(6) cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat; (7) abaikan
kata-kata tugas yang berulang-ulang seperti yang, di, dari, pada dan sebagainya; (8) jika penulisan dalam
bentuk kolom, arahkan gerak mata ke bawah lurus (vertikal).
Secara teoretis, kecepatan membaca dapat ditingkatkan menjadi dua sampai tiga kali lipat dari
kecepatan semula. Dengan mengetahui metode dan teknik mengembangkan kecepatan membaca, diikuti
latihan yang intensif, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk ketika membaca, dan membiasakan diri
membaca dengan cepat maka dalam beberapa minggu kecepatan membaca dapat meningkat.
5..8.5 Mengukur Kecepatan Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan. Setiap orang mempunyai kemampuan membaca yang
berbeda namun kemampuan membaca itu dapat ditingkatkan. Nurhadi (2010:41) menguraikan cara yang
lebih akurat untuk menghitung kecepatan membaca antara lain:
1) tandailah di mana memulai membaca.
2) bacalah teks tersebut dengan kecepatan yang memadai.
3) tandailah lokasi akhir membaca.
4) catat waktu mulai membaca (jam ..., menit ..., detik ...)
5) catat waktu berakhirnya membaca (jam ..., menit ..., detik ...)
6) hitung berapa waktu yang diperlukan (dalam detik).
7) hitung jumlah kata dalam teks yang dibaca
8) kalikan jumlah kata dengan bilangan 60 (1 menit = 60 detik)
9) bagi hasil perkalian tersebut dengan jumlah kata per menit.

Proses tersebut bila digambarkan sebagai berikut.


I. Saat akhir membaca = jam ..., menit ..., detik ....
Saat mulai membaca = jam ..., menit ..., detik ...
Waktu yang diperlukan = .... detik
II. Jumlah kata x 60 detik = jumlah total kata.
III. Jumlah total kata : waktu yang diperlukan = jumlah kata per menit.
Pada umumnya, seseorang membaca jauh lebih lambat dari kemampuannya. Kecepatan membaca
yang memadai diperlukan agar dapat membaca dengan lebih efektif. Berikut ini daftar kecepatan
membaca yang memadai untuk semua jenjang pendidikan (Nurhadi 2010:29).
SD/SMP : 200 kata/menit
SMA : 250 kata/menit
Mahasiswa : 325 kata/menit
Mahasiswa program Pasca Sarjana : 400 kata/menit
Orang Dewasa : 200 kata/menit.
5.8.6 Hakikat Membaca Puisi
Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin disampaikan
penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi
lebih dari pada itu (Suharianto dalam Ismail, 2009: 21). Membaca puisi pada hakikatnya menyuarakan
kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi
sebelumnya harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir
merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Dalam membaca puisi, emosi sangat penting.
Semua yang terlahir pada waktu membaca puisi, baik itu teknik vokal maupun performance atau
penampilan adalah sesuatu yang wajar sesuai dengan tuntunan puisi yang dibacanya. Bila puisi yang
dibaca menghendaki semangat yang menyala-nyala, maka pembaca puisi harus bersemangat. Pembaca
puisi akan bersedih, bila puisi yang dibacanya menuntut untuk bersedih. Dengan demikian interpretasi
puisi yang dilakukan pembaca puisi sudah tepat, bila sudah mencerminkan apa yang diharapkan
penyairnya. Jadi, membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan memperhatikan
ekspresi, teknik vokal, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi puisi.
5.8.7 Langkah-Langkah Membaca Puisi
Doyin (dalam Ismail, 2009: 23) mengemukakan, dari proses awal sampai akhir pembacaan puisi
dapat dirangkum menjadi tiga langkah, yaitu langkah sebelum membaca puisi (prapembacaan), langkah
pada saat membaca puisi di depan pendengar atau penonton (saat pembacaan), dan langkah setelah
pembaca turun dari panggung (pascapembacaan).
1) Pembacaan
Ada empat aktivitas yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu analisis situasi dan pendengar,
memilih puisi, membedah puisi, dan mengadakan pelatihan.
a. Analisis
Langkah awal yang harus dilakukan oleh orang yang akan membaca puisi adalah menganalisis
situasi dan pendengar. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi pada saat pembacaan puisi
dan di mana tempatnya,
siang atau malam hari, di luar atau di dalam ruangan, dalam suasana sedih, gembira, atau serius dan
sebagainya.
b. Memilih Puisi
Setelah mengetahui situasi dan pendengar, kita harus memilih puisi yang akan dibaca. Tidak
semua puisi baik atau tepat untuk dibacakan di depan audiens. Atas dasar itu, setiap calon pembaca puisi
harus memiliki kemampuan memilih dan menentukan puisi.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih puisi adalah: (1) tidak bersifat
prismatis, (2) bersifat melodius, (3) tidak terlalu panjang atau pendek, (4) isinya sesuai dengan situasi
dan suasana yang tengah dihadapi, (5) bersifat teatrikal artinya ada unsur enaknya ketika dibaca.
c. Membedah Puisi
Maksud langkah ini adalah calon pembaca mengupas tuntas isi teks puisi yang akan dibaca.
Langkah ini juga dimaksudkan agar calon pembaca memahami benar maksud atau arti puisi yang akan
dibaca, nada dan suasana yang bersangkutan serta dapat menentukan nada dan algu yang tepat dalam
puisinya.
d. Pelatihan
Pelatihan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung berarti
pembaca berlatih membaca dengan vokal yang jelas
serta ekspresi yang benar, sedangkan secara tidak langsung berarti dapat ditempuh dengan cara menonton
pembacaan puisi orang lain, bertanya atau berdialog dengan teman, membaca buku bagaimana cara
membaca puisi yang baik dan benar dan sebagainya.
2). Saat Pembacaan
Pada saat membaca puisi hakikatnya si pembaca puisi sedang berdialog dengan penonton. Dengan
demikian, semua yang dilakukannya, baik dengan suaranya maupun dengan gerak gerik anggota
tubuhnya, harus komunikatif. Sedapat mungkin penonton dibawa masuk ke dalam maksud dan suasana
puisi yang bersangkutan. Untuk mencapai semua hal tersebut pembaca puisi perlu memperhatikan tiga
komponen pembacaan puisi, yaitu penghayatan, pelafalan atau vokal, dan penampilan.
3). Pasca Pembacaan
Pada langkah ini hal penting yang harus dilakukan adalah evaluasi tindak lanjut. Evaluasi ini
penting dilakukan agar pembaca mengetahui kekurangannya dalam membaca puisi. Pengetahuan akan
kekurangan dan kelemahan inilah yang kemudian harus kita tindak lanjuti, dalam arti hal-hal yang sudah
baik ditingkatkan dan hal-hal yang masih kurang diperbaiki.Membaca puisi adalah penampilan (baca)
puisi secara ekspresif. Untuk penampilan yang ekspresif ini mutlak didukung oleh pelafalan fonem yang
tepat dan sempurna. Bacaan gramatikal yang tepat, bacaan puitis yang baik, penghayatan serta
pemahaman yang baik terhadap isi puisi yang dibawakan.
Selanjutnya Ismail (2009:22-28) mengatakan bahwa: ―Membaca puisi pada hakikatnya
menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu,
pembaca puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil interprestasi pembaca terhadap puisi.
Dalam membaca puisi, emosi sangat penting.
Membaca bukan ucapan semata, tetapi harus disertai gerak gerik muka, kalau perlu dengan gerak
seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi yang paling penting sekali ialah gerak gerik muka.
Dengan ucapan-ucapan yang baik dan teratur disertai dengan gerak gerik muka niscaya akan bertambah
menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak gerik muka itu penonton dapat merasakan dan menyaksikan,
mengertikan puisi yang dibacakan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan, kegembiraan
dan lain-lain. Hanya saja dalam melakukan gerak gerik itu jangan sampai berlebih-lebihan, membaca
secara wajar, tertib dan mengesankan.
Dari beberapa pikiran para ahli di atas tentang membaca puisi dapatlah disimpulkan bahwa
kegiatan membaca puisi merupakan kegiatan menyampaikan isi puisi dan pikiran pengarang.
Sebagaimana dikatakan membaca puisi bertujuan untuk menafsirkan makna yang terkandung didalamnya
baik tersurat maupun tersirat. Dengan membaca puisi secara tidak langsung dapat menambah wawasan
dan pengetahuan terutama untuk diri sendiri.

5.8.8 Cara Membaca Puisi yang Baik dan Benar


Agar dapat membaca puisi dengan baik, pembaca perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Interpretasi (penafsiran)
Untuk memahami sebuah puisi, pembaca harus dapat menangkap simbol-simbol atau lambang-
lambang yang dipergunakan oleh penyair. Bila pembaca salah dalam menafsirkan makna/simbol atau
lambang, tentu bisa salah dalam memahami isinya.
2. Teknik vokal (vokalisasi)
Untuk pengucapan yang komunikatif diperlukan penguasaan intonasi, diksi, jeda, ejaan dan lafal
yang tepat.
3. Performa (penampilan)
Dalam hal performa, pembaca puisi dituntut untuk dapat memahami pentas dan publik.
Pembaca puisi juga dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan, berani menatap
penonton dan mengatur ekspresi yang tidak berlebihan. Selain itu, pembaca puisi harus memperhatikan
irama serta mimik. Mimik merupakan petunjuk apakah seseorang sudah benar-benar dapat menjiwai atau
meresapi isi puisi. Harmonisasi antara mimik dengan isi (maksud) puisi merupakan puncak keberhasilan
dalam membaca puisi.
Disamping hal tersebut, cara lain dalam membaca puisi tidak boleh seenaknya saja, tapi harus
tunduk kepada aturan-aturannya, dimana harus ditekankan atau dipercepat, dimana harus dikeraskan,
harus berhenti, dimana harus dilambatkan atau dilunakkan, dimana harus diucapkan biasa, dan
sebagainya. Jadi, bila kita membaca puisi itu supaya menarik, maka harus dipakai tanda-tanda tersendiri
seperti di bawah ini:
— : diucapkan biasa saja
/ : berhenti sebentar untuk bernafas/biasanya pada koma atau di
tengah baris
// : berhenti agak lama/biasanya koma di akhir baris yang masih
berhubungan artinya dengan baris berikutnya
/// : berhenti lama sekali biasanya pada titik baris terakhir atau pada
penghabisan puisi
^ : suara perlahan sekali seperti berbisik
^^ : suara perlahan saja
^^^ : suara keras sekali seperti berteriak
V : tekanan kata pendek sekali
VV : tekanan kata agak pendek
VVV : tekanan kata agak panjang
VVVV : tekan kata agak panjang sekali
____/ : tekanan suara meninggi
____ : tekanan suara agak merendah (Aning. 2008)
Cara meletakkan tanda-tanda tersebut pada setiap kata masing-masing orang berbeda tergantung
kepada kemauannya sendiri-sendiri. Dari sinilah kita dapat menilai siapa orang yang mahir dan pandai
membaca puisi. Demikianlah, setelah tanda-tanda itu kita letakkan dengan baik dan dalam Meletakkannya
jangan asal meletakkan saja, tapi harus memakai perasaan dan pertimbangan, seperti halnya kalau kita
membaca berita: ada koma, ada titik, tanda-tandanya, titik koma dan lain-lain.
Kalau tanda-tanda itu sudah diletakkan dengan baik, barulah kita baca puisi tersebut berulang-
ulang sesuai dengan irama dan aturan tanda itu. Dengan sendirinya kalau kita sudah lancar benar tekanan-
tekanan, irama-irama dan gayanya takkan terlupa lagi selama kita membaca puisi.
Dalam membaca puisi diperlukan pula latihan-latihan tertentu, seperti latihan vokal, mimik
(ekspresi wajah) dan pantomimik (ekspresi seluruh tubuh). Menurut Doyin (dalam Ismail 2009:22-28)
mengemukakan, dari proses awal sampai akhir pembacaan puisi dapat dirangkum menjadi tiga langkah,
yaitu langkah sebelum membaca puisi di depan pendengar atau penonton (saat pembacaan), dan langkah
setelah pembaca turun dari panggung (pascapembacaan).
5.8.9 Membaca Puisi dan Unsur Penilaiannya
Menilai dan menentukan suatu pembacaan puisi yang baik perlu memperhatikan berbagai aspek.
Aspek-aspek tersebut menurut Ali (dalam Faisal 2010:9-5) meliputi aspek interpretasi dan presentasi.
Interpretasi meliputi: visi, arikulasi, dan intonasi, sedang presentasi meliputi: vokal, gesture atau gerak,
tekanan, volume suara, ekspresi mimik. Sedangkan menurut Aminudin (2004:12) bahwa aspek-aspek
yang diperhatikan dalam menilai suatu pembacaan puisi adalah (1) aspek pemahaman dan penghayatan
tentang makna, suasana penuturan, sikap pengarang, dan intensi pengarang, (2) aspek pemaparan yang
meliputi: kualitas ujaran, tempo, durasi, pelafalan, ekspresi wajah, kelenturan tubuh, dan konversasi.
Sasaran penilaian membaca puisi di atas adalah untuk orang dewasa. Yang diperlukan adalah
aspek penilaian untuk keperluan membaca puisi siswa usia Sekolah Dasar. Namun demikian, aspek
penilaian di atas tetap dijadikan acuan, hanya saja mengalami penyederhanaan.
Menurut Faisal (2010:9-5) penilaian membaca puisi untuk keperluan siswa usia sekolah dasar
adalah terdiri atas 5 aspek yaitu sebagai berikut.
a. Pelafalan
Pelafalan yang dimaksud adalah pelafalan bunyi vokal, konsonan secara tepat misalnya makan tidak
diucapkan makang tetapi makan, kiri tidak dilafalkan keri tetapi kiri.
b. Intonasi
Intonasi yang dimaksud kaitannya dengan membaca puisi bukan hanya berkatian dengan aspek
panjang pendeknya suara (tempo), tinggi rendahnya suara (nada) melainkan juga termasuk keras
lembutnya suara (tekanan) dan perhatian suara siswa (jeda) pada saat membaca larik atau bait puisi.
Keseluruhan aspek tersebut tentu nampak secara keseluruhan sebagai suatu komponen yang saling
berhubungan secara utuh.
c. Ekspresi Wajah (mimik)
Mimik adalah perubahan raut wajah sesuai konteks makna dan suasana puisi atau prosa yang
dibaca. Penampakan mimik yang tepat merupakan cerminan dari tingkat pemahaman dan penghayatan
makna dan suasana penuturan, dan sikap pengarang karya sastra tersebut.
d. Gestur (kelenturan tubuh)
Yakni kemampuan pembaca menguasai anggota tubuh dalam menggerakkannya secara lentur,
refleks namun kelihatan wajar dan alamiah sebagai sarana penunjang.

5.8.10 Silabus Bahasa Indonesia Kelas V SD Kurikulum KTSP Keterampilan Membaca

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai siswa kelas V SD pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam satu tahun ajaran sebagai berikut:
Semester I:
SK: Memahami teks dengan membaca teks percakapan, membaca 75 kata/ menit dan membaca puisi.
KD: 1 . Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata/ menit.
1.1 Siswa mampu membaca bacaan dengan kecepatan 75 kata/ menit.
1.2 Siswa mencatat hal-hal penting dari bacaan.
1.3 Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan informasi bacaan.
1.4 Siswa mampu menceritakan kembali secara lisan dan tertulis isi teks bacaan denan bahasa yang
mudah dimengerti.
2. Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2.1 Siswa mampu menentukan jeda, penggalan kata dalam puisi.
3.2 Siswa mampu membaca puisi dengan lafal, ekspresi, dan penghayatan yang tepat.
4.3 Siswa menjawab pertanyaan seputar puisi.
6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D). Metode penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono 2010:407). . Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan produk efektif yang digunakan di sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Borg and Gall (1983:782) yaitu “Education research and development (R&D) is a
process used to develop and validate educational products”. Produk yang dimaksud Borg dan Gall
berupa buku teks, film, software, komputer, metode, dan program.
Langkah-langkah pengembangan bahan ajar menurut Jolly dan Bolitho dalam Tomlinson (1998:98)
adalah sebagai berikut; (1) identifikasi kebutuhan untuk bahan ajar, identifikasi kebutuhan merupakan
awal dalam pengembangan bahan ajar. Analisis kebutuhan bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar yang
sesuai dengan kebutuhan guru dan siswa; (2) eksplorasi kebutuhan materi. Eksplorasi kebutuhan materi
merujuk pada kegiatan eksplorasi materi berdasarkan tujuan dalam kurikulum; (3) realisasi kontekstual
bahan ajar; (4) realisasi pedagogis bahan ajar melalui tugas dan latihan dalam bahan ajar. Hal ini dapat
dilakukan dengan menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran dan dilengkapi dengan tugas
dan latihan terstruktur; (5) produksi bahan ajar; dan (6) Penggunaan bahan ajar oleh siswa.(7)evaluasi
bahan ajar yang mengacu pada tujuan khusus yang ingin dicapai.
Tahap evaluasi merupakan tahap yang mirip dengan evaluasi formatif (formative evaluation) dan
evaluasi sumatif (summative evaluation) dalam model Dick, Carey, dan Carey (2005). Pada tahap
evaluasi formatif ini Dick, Carey, dan Carey mengemukakan beberapa langkah, yakni one-to-one
evaluation, small group evaluation, dan field trial. Setelah melalui evaluasi formatif, dilanjutkan pada
tahap evaluasi sumatif yang berisi expert judgement.
Evaluasi formatif dan evaluasi sumatif dalam model Dick, Carey, dan Carey hanya disebut sebagai
evaluasi formatif oleh Tessmer (1998: 47—153) yang terdiri atas expert review, one-to-one evaluation,
small group evaluation, dan field test. Expert review melibatkan proses validasi dari ahli yang bertujuan
untuk mengetahui validitas buku teks yang dikembangkan. One-to-one dan small group evaluation
diterapkan untuk mengetahui praktikalitas buku teks yang dikembangkan. Field test diterapkan untuk
mengetahui efek potensial dari buku teks yang dikembangkan.
Oleh karena itu, peneliti akan menambahkan expert review pada prosedur dalam pengembangan
dan penelitian ini. Selain itu, peneliti pun akan menggunakan istilah field trial untuk menyebut student
use of materials dan akan menyisipkan tahap revise of materials di antara expert review dan field trial.
Dengan demikian, tahapan-tahapan dalam penelitian pengembangan ini ialah sebagai berikut.
1. Identifikasi kebutuhan bahan ajar. Kebutuhan akan diidentifikasi dengan menggunakan angket dan
melakukan wawancara kepada guru kelas V dan siswa. Identifikasi kebutuhan ini berkaitan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran membaca, kendala-kendala yang
dihadapi guru dan siswa dalam menggunakan bahan ajar yang sudah ada, dan harapan-harapan siswa dan
guru terhadap bahan ajar yang akan dikembangkan dan terhadap pembelajaran membaca Selain itu,
peneliti pun melakukan analisis terhadap bahan ajar yang ada dan digunakan oleh guru dan siswa di
lokasi penelitian.
2. Eksplorasi kebutuhan. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis k urikulum tahun 2006 yaitu standar
Isi yang merujuk pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam
silabus mata pelajaran bahasa Indonesia kelas V tentang keterampilan membaca. Bahan ajar yang
dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan pada kompetensi tertentu. Pengembangan bahan ajar
berdasarkan analisis kebutuhan yang diperoleh melalui angket dan wawancara kepada s iswa dan guru.
3. Realisasi kontekstual bahan ajar. Penelitian pada tahap ini yaitu mengembangkan bahan ajar membaca
dengan melakukan analisis tujuan dan karakteristik materi, analisis sumber belajar, analisis karakteristik
pembelajar. Peneliti mengumpulkan contoh-contoh, merancang urutan berpikir yang runtut (abstrak ke
konkret), bahasa yang mudah dipahami, dan melibatkan pengalamaan belajar siswa dengan tujuan
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar yang dikembangkan lebih kontekstual dan
bermanfaat bagi kehidupan siswa.
4. Realisasi pedagogik bahan ajar. Pada tahap ini pengembangan bahan ajar membaca dengan
menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian isi
pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajran dan dilengkapi dengan latihan-latihan serta
tugas baik terstruktur ataupun tugas mandiri. Hal ini dimaksudkan untuk mendapat umpan balik terhadap
penguasaan siswa terhadap bahan ajar pengembangan.
5. Produk bahan ajar. Bahan ajar pengembangan disusun dalam bentuk buku yang dirancang sedemikian
rupa terdiri dari komponen-komponen suatu buku agar dapat digunakan oleh siswa dan guru dalam
pembelajaran membaca. Buku berisikan judul, ruang lingkup buku yang berisi (standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator), materi pembelajaran, latihan, dan penilaian, serta daftar pustaka. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah menentukan desain produk buku teks serta menyiapkan
sarana dan prasarana untuk uji coba dan validasi. Uji validasi tersebut mencakup ahli dalam bidang
kelayakan isi/pembelajaran, kebahasaan, penyajian dan kegrafikaan.
6. Validasi ahli. Validasi ahli ini dilakukan untuk mendapatkan saran dan kritik dari para ahli terhadap
kualitas bahan ajar yang telah dikembangkan. Validasi sendiri meliputi validasi kelayakan isi,
kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan. Kesemua ahli yang akan menilai bahan ajar hasil pengembangan
ini merupakan dosen-dosen yang ahli dalam aspek-aspek yang telah dikemukakan sebelumnya. Hasil
validasi ini akan dijadikan masukan untuk melakukan perbaikan terhadap bahan ajar yang dikembangkan.
Selanjutnya baru bahan ajar dapat diujicobakan.
7. Revisi bahan ajar. Setelah mendapat masukan dari tim ahli pada tahap validasi, peneliti merevisi bahan
ajar pengembangan berdasarkan saran, informasi dan masukan dari tim ahli.
8. Uji Coba. Uji coba ini akan dilakukan pada sekelompok siswa yang menjadi sampel dalam penelitian
terhadap bahan ajar hasil pengembangan. Siswa menggunakan bahan ajar tersebut setelah sebelumnya
dilakukan analisis kebutuhan. Uji coba one-to-one dilakukan oleh tiga orang siswa yang memiliki
kemampuan dari kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Uji coba selanjutnya dilakukan uji coba small
group dengan siswa berjumlah 9 orang terdiri dari 3 orang siswa berkempuan rendah, 3 orang sedang,
dan 3 orang siswa berkemampuan tinggi.
9. Revisi 2. Setelah dilakukan uji coba bahan ajar mendapat masukan dari tim ahli pada tahap validasi,
peneliti merevisi bahan ajar pengembangan berdasarkan saran, informasi dan masukan dari tim ahli.
10. Uji Lapangan. Menurut Dick, Carey, Carey (2005:291) uji lapangan sebagai bagian dari evaluasi formatif
ini berfungsi untuk mengumpulkan data-data terkait dengan kekuatan dan kelemahan atau kelebihan dan
kekurangan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan bahan ajar hasil pengembangan.
Hasil dari evaluasi formatif ini digunakan sebagai masukan atau input untuk memeperbaiki draf bahan
ajar yang dikembangkan.
Validasi Ahli

Revisi
Uji : One-to-one
: Small Group
Revisi 2
Uji Lapangan
Identifikasi Kebutuhan
Ekplorasi Kebutuhan
Realisasi Kontekstual
Realisasi Pendagogik
Produk Bahan Ajar

Bagan 2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan Bahan Ajar Membaca


1. Lokasi dan Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam rangka identifikasi kebutuhan siswa terhadap bahan ajar yang
dikembangkan dalam penelitian dan pengembangan ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Epil. Siswa
yang dijadikan subjek penelitian sebanyak 55 orang. Penentuan subjek penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling berdasarkan pertimbangan keragaman tingkat kecerdasan, yaitu rendah, sedang, dan
tinggi (disesuaikan dengan kebutuhan).
Subjek penelitian saat uji coba produk hasil pengembangan yaitu pada saat uji coba one-to-one
dilakukan oleh tiga orang siswa yang memiliki kemampuan dari kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Uji
coba selanjutnya dilakukan uji coba small group dengan siswa berjumlah 9 orang terdiri dari 3 orang
siswa berkempuan rendah, 3 orang sedang, dan 3 orang siswa berkemampuan tinggi kemudian uji
lapangan sebanyak 55 orang siswa.
Pakar atau ahli yang memvalidasi bahan ajar hasil pengembangan adalah empat orang dosen
Universitas Sriwijaya yang memiliki keahian yang berbeda, yaitu ahli materi atau isi bahan ajar, ahli
pembelajaran, ahli kebahasaan, dan ahli kegrafikaan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Angket yang digunakan untuk penelitian ini adalah kombinasi angket terbuka dan tertutup. Angket
diberikan kepada siswa dan guru kelas V dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan
dengan keinginan dan semua kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca di kelas V.
Selain itu, angket juga dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kekurangan dan kelebihan pada
bahan ajar sebelumnya. Melalui angket ini juga dapat digali informasi tentang masukan-masukan atau
input sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun buku teks membaca termasuk juga subbahasan yang
perlu ditambahkan atau dihilangkan dari bahan ajar sebelumnya.
Selain angket, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara ini digunakan sebagai
teknik pelengkap angket. Wawancara ini diperlukan jika ada informasi yang kurang jelas dari beberapa
pertanyaan dalam angket tersebut. Beberapa hal yang menjadi fokus dalam wawancara tersebut antara
lain tentang harapan-harapan tentang suatu bahan ajar, kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran membaca,
dan hal-hal yang berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada bahan ajar yang
sudah ada.
Informasi tentang kualitas bahan ajar yang akan dikembangkan juga dapat diperoleh melalui angket.
Angket tersebut diberikan kepada para pakar/ahli untuk memperoleh informasi tentang kualitas bahan ajar
tersebut. Untuk mendapatkan informasi tentang keefektifan bahan ajar yang akan dikembangkan, peneliti
melakukan tes kepada siswa.Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
informasi tentang efek potensial bahan ajar hasil pengembangan. Bentuk tes diberikan kepada siswa
berupa tes tertulis dan tes unjuk kerja (performance), bentuk tes tertulis siswa diberikan soal untuk
menemukan kalimat utama, lalu menuliskan kalimat utama tersebut dan membuat suatu ringkasan.
Selanjutnya, bentuk tes unjuk kerja (performance) siswa membaca puisi dan membanca intonasi yang
tepat. Tes digunakan untuk mengetahui kompetensi siswa dalam membaca dengan menggunakan bahan
ajar lama dan menggunakan bahan ajar hasil pengembangan .
Untuk mengukur kemampuan siswa membaca cepat dan membaca puisi melalui tes, peneliti
menggunakan rubrik penilaian yang dikembangkan sebagai berikut.
Tabel.1
Rubrik Penilaian Membaca Cepat
No. Aspek yang dinilai Skor
maksimal
1. Semangat peserta didik 5
2. Kecepatan dalam membaca 5
3. Ketepatan dalam menemukan ide pokok 5
4. Kemampuan menawab soal 5
Jumlah Total 20

Tabel 2
Rubrk Penilaia Membaca Puisi
No. Aspek Descriptor 1 2 3
1. Pelafalan Pelafalan harus jelas dalam membaca puisi
2. Intonasi Naik, turun/keras lemahnya, tinggi
rendahnya suara
3 Ekpresi Keserasian antara gerak sikap,ucapan, dan
ekpresi ketika membaca puisi

Skor maksimal
No. 1= 11 2=6 3=6
Penghitungan nilai akhir dalam skala 0-100 adalah sebagai berikut:
Nilai akhir = Pemerolehan Skor X 100
Skor Maksimal
Skor hasil tes tertulis dan tes unjuk kerja dianalisis dengan melihat perbedaan antara skor hasil tes
siswa yang menggunakan bahan ajar lama dengan skor hasil tes siswa yang menggunakan bahan ajar hasil
pengembangan.Skor ditentukan dengan cara membagi jumlah pilihan dikali bobot dengan jumlah subjek
dikali bobot tertinggi. Selanjutnya hasil pembagian dikali 100 untuk memperoleh persentase.
Kriteria Penilaian Hasil Tes
Jumlah skor yang diperoleh
Skor = x 100
Jumlah skor maksimal

Angket pun diberikan kepada para ahli pada tahap expert review dalam bentuk skala likert untuk
mendapat informasi tentang opini dan komentar mereka setelah mengevaluasi buku teks membaca yang
dikembangkan. Angket ini dalam bentuk skala likert yang memiliki rentang dari sangat tidak baik, tidak
baik, netral, baik, dan sangat baik yang memiliki rentang skor 1 sampai dengan 5.
Tabel 3
Skala Likert
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Sangat
Netral Baik
Tidak baik baik Baik
(Sugiyono, 2010)
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, validasi produk atau bahan ajar hasil pengembangan
dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk
menilai produk baru yang dirancang tersebut. Kriteria para ahli itu sudah dijelaskan sebelumnya. Validasi
terhadap bahan ajar hasil pengembangan meliputi 1) aspek kelayakan isi, 2) aspek kebahasaan, 3) aspek
sajian, dan 4) aspek kegrafikaan. Berikut ini adalah tabel-tabel yang akan digunakan oleh para ahli pada
tahap expert review.
Tabel 4
Validasi Kelayakan Isi

No Komponen Penilaian Skor Jumlah


1 2 3 4 5
Kesesuaian dengan KI dan
1
KD
Kesesuaian dengan
2
kebutuhan siswa
Kesesuaian dengan
3
kebutuhan bahan ajar
Kebenaran materi yang
4
disajikan
5 Kebermanfaatan bagi siswa

Tabel 5
Validasi Kebahasaan

Skor
No Komponen Penilaian Jumlah
1 2 3 4 5
1 Keterbacaan bahan ajar
Kejelasan informasi yang
2
disajikan
Kesesuaian dengan kaidah
3
bahasa Indonesia
Pnggunaan bahasa yang
4
mudah dipahami

Tabel 6
Validasi Sajian

Skor
No Komponen Penilaian Jumlah
1 2 3 4 5
Kejelasan tujuan
1 pembelajaran yang ingin
dicapai
Kesesuaian urutan sajian
2
materi
Pemberian motivasi dan
3
daya tarik
Adanya stimulus dan
4
respons atau interaksi
Kelengkapan informasi
5
yang disajikan

Tabel 7
Validasi Kegrafikaan
Skor
No Komponen Penilaian Jumlah
1 2 3 4 5
Penggunaan ukuran dan
1
jenis huruf
2 Tata letak
Ketepatan ilustrasi gambar
3
yang disajikan
4 Halaman sampul
5 Tampilan fisik bahan ajar

3. Teknik Analisis Data


Data angket yang diberikan pada siswa dan guru diolah secara objektif dan kemudian
dideskripsikan. Hasilnya digunakan untuk melengkapi data untuk mengembangkan bahan ajar menulis
cerita pendek. Adapun tahap penganalisaan data angket adalah (1) data angket diperiksa dan
diklarifikasikan secara objektif, (2) data angket dianalisis serta dideskripsikan, dan (3) ditarik kesimpulan.
Sementara itu, hasil data angket evaluasi tim ahli di tahap expert review dianalisis secara deskriptif
dengan menggunakan skor, dideskripsikan serta ditarik kesimpulan. Skala pengukuran yang digunakan
adalah jenis rating scale sebagai berikut.
1 = sangat tidak baik/tidak sesuai
2 = kurang sesuai
3 = cukup
4 = baik
5 = sangat baik/sesuai
(Sugiyono, 2012: 98 — 99)
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada guru dan siswa diolah secara objektif, dideskripsikan,
dan kemudian ditarik kesimpulan. Hasilnya digunakan untuk melengkapi data dalam mengembangkan
dan merevisi bahan ajar membaca.
Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pretes dan postes. Pretes dilakukan
sebelum mahasiswa menggunakan buku teks hasil pengembangan sendiri sedangkan postes dilakukan
setelah siswa mempelajari materi-materi dalam buku teks hasil pengembangan sendiri.
Teknik analisis data tes dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut (1) data skor hasil analisis tes
dianalisis dengan melihat perbedaan skor hasil tes siswa yang menggunakan bahan ajar lama dan skor
hasil tes siswa yang menggunakan buku tekshasil pengembangan peneliti,(2) data tes diindetifikasi dan
diklasifikasikan berdasarkan komponen dan jenis bahan ajar yang dikembangkan, (3) data tes disajikan
dalam bentuk grafik, tabel, dan kurva, (4) data tes dianalisis secara deskriptif dalam bentuk perhitungan
kuantitatif, (5) data tes juga dianalisis dengan menggunakan uji t melalui SPSS 16, dan terakhir (6)
memberikan simpulan terhadap hasil analisis data.

4. Langkah Kerja dan Jadwal Penelitian


4.1 Langkah Kerja
a. Tahap Persiapan
Adapun tahap-tahap persiapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Studi pendahuluan
2) Identifikasi masalah
3) Menyusun kisi-kisi analisis kebutuhan
4) Menyusun proposal penelitian
5) Mengajukan proposal dan konsultasi dengan dosen pembimbing
6) Seminar proposal

b. Tahap Pengumpulan Data


Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Analisis kebutuhan
a. Menyebarkan angket
b. Melaksanakan wawancara kepada siswa dan guru
c. Merancang Buku Teks Mebaca
2) Tahap penilaian
a. Tahap validitas
b. Tahap efektivitas
c. Tahap revisi
c. Tahap Penganalisisan Data
Tahap penganalisisan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Pemeriksaan dan pengklasifikasian data
2) Penganalisisan data dari angket siswa dan guru
3) Kesimpulan
d. Tahap Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Tahap penyusunan laporan hasil penelitian adalah sebagai berikut.
1) Menyusun konsep laporan
2) Penyempurnaan laporan
3) Penggandaan laporan peneliti
4.2 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu enam bulan, dari bulan Maret 2015 sampai dengan
Agustus 2015. Jadwal penelitian dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 3. Jadwal Penelitian


No Kegiatan Tahun 2015/Bulan ke-
3 4 5 6 7 8
1. Persiapan V
2. Penyusunan proposal penelitian V
3. Pengumpulan data V
4. Pengolahan data V
5. Pembuatan laporan hasil V V
penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S dan Ahmadi, Iif Khoiru. (2010). Konstruksi pengembangan pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher.
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Education research: an introduction. London: Longman, Inc
Depdiknas. (2007). Silabus kelas V sekolah dasar. Jakarta: Dikdasmen.
Depdiknas. (2008). Panduan pengembangan bahan ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Dirjen manajemen Pendidikan dasar dan menengah Depdiknas.
Dick, W, Lou Carey, and James O. Carey. (2005). The systematic design of instruction. Boston: Pearson.
Dick dan Carey. (1978). The systematic design of instruction. USA: Foresman and Company.
Grabe, William dan Fredricka L. Stoller. 2002. Teach ing and Reseaching Reading. London: Longman.
Harijanto.(2007). Jurnal Didaktika.Pengembangan Bahan AJar Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Program Pendidikan Pembelajar Sekolah Dasar. Vol.2 No. 1 Maret 2002: 216-226. Diakses bulan April
2015.

Jolly, David and Rod Bolitho. (1998). A Framework for Material Writing dalam Brian Tomlinson (Ed.) Material
Development in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.
Lestari, D. (2010). Pengembangan bahan ajar membaca kelas iv Sekolah. Tidak diterbitkan. Palembang:
Pascasarjana Unsri.
Nurhadi. (2004). Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Nurhadi. (2010). Membaca cepat dan efektif. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Prastowo, A. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana Predanamedia Group.
Rahim, F. (2008). Pengajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiawan, D, Wahyuni, K, dan Prastati, T. (2007). Pengembangan bahan ajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Subadiyono. (2011). Peningkatan pemahaman bacaan dengan menggunakan pendekatan interaktif (Penelitian
tindakan pada mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas
Sriwijaya). Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, H.G. (1979). Membaca sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tessmer, M. 1998. Planning and Conducting Formative Evaluations. London: Biddles Ltd, Guildford and
King’s Lynn.
Tomlinson, B (Ed). (1998). Materials development in language teaching. cambridge: Cambridge University
Press.

1. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDEKATAN PROSES UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN
BAHASA SUNDA. Full Text
2. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN
BAHASA INGGRIS:Studi Implementasi Pendekatan Pembelajaran Tuntas Di SMP. Full Text
3. IMPLEMENTASI KURIKULUM BOARDING SCHOOL DALAM PROSES
PEMBELAJARAN BIOLOGI:Studi Evaluatif di SIT Al-Multazam Kabupaten Kuningan. Full
Text
4. STUDI TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS :Penelitian Kualitatif Pada MTsN I dan 2 di Kota
Bandung. Full Text
5. IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INDONESIA :Studi Kasus pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Kolaka
Kabupaten Kolaka. Full Text
6. PENGEMBANGAN MODEL INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI RUANG DIMENSI
TIGA DI SMA SERANG. Full Text
7. KINERJA PROFESIONAL GURU DALAM PELAKSANAAN TUGAS SEBAGAI
PENGEMBANG KURIKULUM :Studi Kasus Pada MTs Negeri 2 Kota Bandung. Full Text
8. MPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN
MATEMATIKA DI KELAS X MAN YOGYAKARTA III :Studi Evaluasi Kualitatif. Full Text
9. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDEKATAN PROSES UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS SISWA SD PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA :Penelitian R & D di Sekolah Dasar UPT Dinas Pendidikan Kecamatan.
Sobang Kab. Pandeglang Provinsi Banten. Full Text
10. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STUDENT ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA/WARGA BELAJAR PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA :Studi Kuasi Eksperimen pada Warga Belajar Paket
B,UPTD SKB Kabupaten Serang. Full Text
11. IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI PENINGKATAN
KOMPETENSI GURU IPA :Studi Kasus di PPPPTK IPA Bandung. Full Text
12. PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA PELAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI)DI SMA LABORATORIUM-PERCONTOHAN UPI. Full Text
13. PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS (PPKBK) UNTUK
MENINGKATKAN PRESTRASIU BELAJAR MATEMATIKA SISWA. Full Text
14. PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER (COMPUTER BASED
INSTRUCTION) MODEL TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
:Studi pada Mata Pelajaran IPA (Biologi) Di MTs. Swasta Kota Bandung. Full Text
15. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS :Studi Eksperimen di SD Segugus 03
Teluknaga Tangerang. Full Text
16. IMPLEMENTASI KTSP MATA PELAJARAN PAI (Studi Pada SMA Negeri 3 Solok
Selatan. Full Text
17. PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF BERBASIS KOMPUTER PADA
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOTA PALOPO. Full Text
18. PEMBELMARAN BERBASIS MULTIKULTUR PADA MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA DI SMA MARDI YUANA KOTA SERANG. Full Text
19. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASA;AH DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA DI SERUI PAPUA. Full Text
20. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI TEMATIK MATA PELAJARAN
BAHASA INGGRIS DI SMK NEGERI KOTA GORONTALO. Full Text
21. Model Pembelajaran Terpadu Untuk Meningkatkan Penerapan Nilai Agama (Penelitian dan
Pengembangan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah). Full Text
22. PENGARUH LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, PENGALAMAN, DAN KOMPETENSI
TUTOR TERHADAP MUTU PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI PADA LATAR
KELOMPOK BERMAIN DI KOTA BANDUNG. Full Text
23. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Full Text
24. Studi Evaluatif Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam
Program Pendidikan Terpadu: Studi Kasus Di SMP Islam Terpadu Al-Izzah Serang Banten. Full
Text
25. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI WRITING SISWA (Studi Mata Pelajaran Bahasa
Inggris di kelas XI IPA SMAN 1 Petir kabupaten Serang). Full Text
26. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BASIC INDUCTIVE MELALUI MEDIA
PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR SISWA : Penelitian
Dan Pengembangan Pada Mata Pelajaran Sejarah Di Sma Kota Cilegon. Full Text
27. PENGARUH PEMBELAJARAN MODEL PROJECT CITIZEN TERHADAP
PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN SISWA SMA DALAMMATERI
PEMAHAMAN PERSAMAAN GENDER (Studi Quasi-Experiment tentang Pembelajaran Model
Project Citizen Dalam Mengembangkan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMA di SMA
Negeri 1 Parongpong). Full Text
28. PENGEMBANGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK TEAM
GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL
PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI DI
KECAMATAN CIMARGA. Full Text
29. MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DALAM MATA PELAJARAN
MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN (Penelitian dan
Pengembangan pada SMP di Kota Serang). Full Text
30. ABSTRAK EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PERMAINAN ROLE-PLAYING BERBASIS
PENGALAMAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA
SEKOLAH DASAR (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SDN Cilayang 3 dan Siswa
Kelas V SDN Cimaung 3 Kabupaten Serang). Full Text
31. PENGEMBANGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pada Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Sekolah
Dasar Di Kecamatan Cikeusik). Full Text
32. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS. Full Text
33. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEBAGAI UPAYA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Penelitian dan
Pengembangan pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Serang. Full Text
34. EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN MODUL
BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN KOMPETENSI
SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK JARINGAN DI SMK INFORMATIKA PELITA
NUSANTARA. Full Text
35. PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM MUATAN LOKAL BERBASIS SEKOLAH
MODEL : Studi Pengembangan Desain Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan hidup,
Gizi dan Makanan untuk Sekolah Menengah Pertama pada Model Sekolah Sehat SMP N 3
Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Full Text
36. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU CONNECTED UNTUK
MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA SMP (Studi
Pengembangan Pada SMP di Kabupaten Lebak). Full Text
37. PENGEMBANGAN KURIKULUM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI
PADANG : Studi Deskriptif Penyempurnaan Kurikulum Berdasarkan Kebutuhan
Stakeholders. Full Text
38. Penerapan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ( PBAS ) dalam Menimgkatkan Hasil
Belajar IPA Siswa SD Kelas V. Full Text
39. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA
PELAJARAN IPA: Penelitian dan Pengembangan di Kelas V SDN Kecamatan Petir Kab.
Serang. Full Text
40. PENGEMBANGAN MODEL COMPUTER ASSISTED LANGUAGE LEARNING(CALL)
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN
SPEAKING PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MTSN KELAS VII. Full Text
41. HUBUNGAN UPAYA GURU MENGIMPLEMENTASIKAN KTSP DENGAN HASIL UJIAN
NASIONAL Studi di Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kota Palangka Raya. Full Text
42. EFEKTIVITAS MODIFIKASI ALAT PERMAINAN BOLA BESAR UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJARPENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN
KESEHATANSISWA MAN 2 SERANG. Full Text
43. PENGARUH PENDIDIKAN DALAM JABATAN DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP
KUALITAS KINERJA GURU SEKOLAH DASAR (Studi deskriptif analisis kuantitatif Tentang
Kualitas Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri di Gugus III Kecamatan Bekasi Timur). Full Text
44. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA
(Quasi Eksperimental Di Kelas V SD Negeri Petir 1 Serang). Full Text
45. DESAIN DAN IMPLEMENTASIKURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA
PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VII SMP NEGERI DI KABUPATEN
MAJALENGKA. Full Text
46. PENGEMBANGAN RENCANA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN IPA PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA CILEGON. Full Text
47. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI BACAAN : Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kelas XI di SMAN Kota Serang. Full Text
48. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN READING WORKSHOP UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR. Full Text
49. PENGEMBANGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi pada Mata Pelajaran Matematika
Kelas 8 SMP di Kabupaten Pandeglan. Full Text
50. PENGEMBANGAN MEDIA CD INTERAKTIF CBI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA
INGGRIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK LEVEL NOVICE
(KELAS X) DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KABUPATEN SINTANG. Full Text
51. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN APRESIASI SASTRA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI
MADRASAH ALIYAH KABUPATEN LEBAK. Full Text
52. PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA
INGGRIS : Penelitian Kualitatif Pada Sekolah Dasar Negeri Iv Kota Cilegon. Full Text
53. PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS): Studi pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten
Lebak - Banten. Full Text
54. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA
PELAJARAN FIQIH UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU BERIBADAH SISWA. Full
Text
55. KONSEP GURU TENTANG EVALUASI DAN APLIKASINYA DALAM PROSES
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM:Penelitian Kualitatif-Naturalistik Di
Sekolah Dasar Negeri Ciujung Kota Bandung. Full Text
56. PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN GURU TENTANG PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) :Penelitian pada
Guru Mata Pelajaran IPA Madarasah Ibtidaiyah Kota Ternate Provinsi Maluku Utara. Full Text
57. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN REMEDIAL TUTOR SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA: Studi pada mata pelajaran bahasa Arab di
Madrasah Aliyah Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. Full Text
58. PENGEMBANGAN MODEL PAKEM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN
MENULIS SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA. Full Text
59. KESESUAIAN ANTAR KOMPONEN PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA BALI
:Studi Evaluatif dengan Pendekatan Stake’s Countenance di MTs Kelas VII Provinsi Bali. Full
Text
60. IMPLEMENTASI MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA :studi pada mata pelajaran fisika di SMPN 1 Warunggunung Kabupaten Lebak-
Banten. Full Text
61. PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA :Studi Eksperimen Pada Siswa
Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Negeri di Kota Madya Medan Sumatera Utara. Full Text
62. IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM
DENGAN PENDEKATAN MUTUAL ADAPTIVE PADA MATA PELAJARAN IPA : Study Di
MTsN Salido Kabupaten Pesisir Selatan. Full Text
63. IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERBASIS ISLAM
DENGAN PENDEKATAN MUTUAL ADAPTIVE PADA MATA PELAJARAN IPA : Studi di
MTsN Salido Kabupaten Pesisir Selatan. Full Text
64. EFEKETIVITAS PEMBELAJARAN AKTIF MODEL L.DEE FINK DENGAN TEKNIK
PROBING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA. Full Text
65. RESPONS KEPALA SEKOLAH TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT DAN
DAERAH DALAM IMPLEMENTASI PENJAMINAN MUTU PADA TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN :Survei Terhadap Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Binjai, Sumatera
Utara. Full Text
66. PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL KERAJINAN DAERAH PADA
MADRASAH TSANAWIYAH / SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA
PEKANBARU. Full Text
67. MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING DENGAN APLIKASI MOODLE UNTUK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BELAJAR MANDIRI PADA MATA PELAJARAN
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DI MA/SMA KOTA BANDAR
LAMPUNG. Full Text
68. PEMBELAJARAN E-LEARNING PADA PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG) UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA. Full Text
69. STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS 5 SD INKLUSI X
DAN Y KOTA BANDUNG. Full Text
70. KENDALA KENDALA BELAJAR YANG DOMINAN DIHADAPI WARGA BELAJAR PADA
PROGRAM PENDIDIKAN PAKET B SETARA SMP. Full Text
71. EFEKTIVITAS MEDIA PEMBELAJARAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN GERAK TARI PADA PEMBELAJARAN SENI TARI. Full Text
72. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI PRIBADI DAN SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH
ATAS. Full Text
73. IMPLEMENTASI MODEL COUNTENANCE-STAKE PADA EVALUASI PROGRAM
PENDAMPINGAN LESSON STUDY DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK DI KKG
GUGUS IV CITANGKIL. Full Text
74. PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS EKSPOSISI BAHASA INGGRIS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1
KAMPAR-RIAU. Full Text
75. EFEKTIFITAS MODEL BLENDED LEARNING DENGAN MOODLE DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA : Studi
Pemanfaatan E-Learning di Kelas X SMA Cakra Buana Kota Depok. Full Text
76. PENGEMBANGAN MODEL MEMORIZATION LEARNING DALAM MENINGKATKAN
PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA PELAJARAN KIMIA SMA : Studi Pada Sekolah
SMA Negeri Kota Medan. Full Text
77. PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF
SISWA. Full Text
78. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA. Full
Text
79. PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO
:Studi Pada Guru Madrasah Tsanawiyah Di Kabupaten Subang. Full Text
80. EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA :Penelitian Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran
Ekonomi Akuntansi di SMA N Kota Bukittinggi Tahun Ajaran 2010/2011. Full Text
81. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS WEB YANG DAPAT MENGEMBANGKAN SIKAP
BELAJAR EFEKTIF DALAM MEMANFAATKAN INTERNET SEBAGAI SARANA
BELAJAR PADA MATA PELAJARAN TIK DI MAN 1 KENDARI. Full Text
82. EFEKTIVITAS METODE ONLINE COLLABORATIVE LEARNING DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH KURIKULUM
DAN PEMBELAJARAN. Full Text
83. PENGEMBANGAN MULTIMEDIA BERBASIS KOMPUTER MODEL SIMULASI UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA :Studi Penelitian dan Pengembangan pada Mata
Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Jenjang SMP/MTs Negeri di Kota Ambon. Full
Text
84. INTEGRASI PROGRAM PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN: Studi Kasus Di
Mts Pesantren Satu Atap Nurul Ihsan Kabupaten Tasikmalaya. Full Text
85. IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA SEKOLAH BIDANG KESISWAAN PADA
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Full Text
86. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PEER FEEDBACK UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA DALAM MENULIS PROPOSAL KEGIATAN
:Studi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA di Kecamatan Bantan
Kabupaten Bengkalis Riau. Full Text
87. EVALUASI PENDIDIKAN SISTEM GANDA : Studi di SMK Negeri 1 Metro. Full Text
88. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK untuk
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MATA PELAJARAN
MATEMATIKA :Penelitian dan Pengembangan pada Madrasah Ibtidaiyah di Kota Bandung. Full
Text
89. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER :Studi pada Siswa
Kelas VI Sekolah Dasar di Kota Tangerang. Full Text
90. STUDI EVALUATIF MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS RENDAH :Studi
Kasus di SD Negeri Cadasari 3 Kecamatan Cadasari Kabupaten Pandeglang. Full Text
91. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MENGGAMBAR
KONSTRUKTIF MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA. Full Text
92. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH PADA
PELAJARAN IPS DI SMPN KOTA BANDUNG. Full Text
93. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF MURDER UNTUK
MENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN: DAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS Studi pada Mata Pelajaran Matematika di Madrasah Aliyah Kabupaten Kampar
Provinsi Riau. Full Text
94. EFEKTIVITAS OUTDOOR LEARNING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN
INTERPERSONAL ANAK: Penelitian Eksperimen Kuasi pada sebuah Taman Kanak-kanak di
Kota Bandung. Full Text
95. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AFEKTIF UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI SISWA DALAM ASPEK AKHLAK PADA MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. Full Text
96. KONTRIBUSI KEMAMPUAN AWAL DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KUALITAS
PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IMERSI : Studi pada Kelas
Imersi Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 1 Cawas dan SMAN 2 Klaten. Full Text
97. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIF DALAM MEMBENTUK SISWA
MENJADI SISWA AKTIF : Studi Kasus di Kelas 4 SD Cendekia Muda Bandung. Full Text
98. IMPLEMENTASI KURIKULUM LEVEL MIKRO MELALUI MODEL COOPERATIVE
LEARNING TIPE TEAM GAMES TURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN KIMIA
SMA : Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang. Full Text
99. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ASPEK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DI TAMAN
KANAK-KANAK SAHABAT PELANGI : Studi Kualitatif di TK Sahabat Pelangi, Kabupaten
Bandung. Full Text
100. KONTRIBUSI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL
BELAJAR DAN MINAT SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI : Studi Diskriptif
Korelasional pada Siswa SMA di Kota Cimahi. Full Text
101. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN DRILLS BERBASIS HOT POTATOES TERHADAP
PENINGKATAN RANAH KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SMA NEGERI 10 PEKANBARU. Full Text
102. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP EKOSISTEM
PADA MATA PELAJARAN IPA DI SMP. Full Text
103. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE SQ3R
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PEMAHAMAN
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA: Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas
VII MTs Al Inayah Kota Bandung. Full Text
104. EFEKTIVITAS STRATEGI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN
PENGETAHUAN PROSEDURAL DAN DAYA NALAR SISWA DALAM MENATA
DOKUMEN : Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XI Administrasi Perkantoran di SMKN
1 Bandung. Full Text
105. PELATIHAN BERBASIS EKSPERIENTIAL LEARNING SEBAGAI PROSES
PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA PELATIHAN:Studi Deskriptif Pada Program
Pesantren Alam yang Diselenggarakan oleh ELTAPS Training & Consulting. Full Text
106. PEMANFAATAN HOT ISSUE MEDIA MASSA MELALUI PEMBELAJARAN
PAKEM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS: Studi Eksperimen Kuasi
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 11 Pekanbaru. Full Text
107. EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BERBASIS WEB UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MATA PELAJARAN TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SMP. Full Text
108. PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INGGRIS KELAS SATU BERBASIS
LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSA KATA SISWA. Full Text
109. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FILM YOUTUBE UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN LISTENING SKILLS PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INGGRIS. : Studi Quasi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas VIII
SMP Al-Ghifari-Garut. Full Text
110. KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PASCA PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PROFESI GURU (PLPG) DALAM MELAKSANAKAN TUGAS SEBAGAI PENGEMBANG
PEMBELAJARAN : Studi Pada Madrasah Aliyah Negeri 1 Ambon. Full Text
111. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN MEMANFAATKAN
MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN
KETERAMPILAN PROSES SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa SMP Kelas VIII
di Salah Satu SMPN di Kabupaten Cianjur. Full Text
112. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN : Studi Eksperimen Kuasi
pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia terhadap Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kecamatan
Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Full Text
113. STUDI KASUS TENTANG KEGIATAN BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS
TERBUKA MELALUI BELAJAR KELOMPOK. Full Text
114. PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS PADA SEKOLAH TEKNOLOGI MENENGAH
: Studi Kasus tentang Ketuntasan Belajar dalam Mata Pelajaran Praktek Kejuruan Bangunan pada
Tiga STM di Kotamadya Bandung. Full Text
115. HUBUNGAN ANTARA S1KAP MAHASISWA TERHADAP MATERI BIDANG
STUDI METODOLOGI PENGAJARAN TEKNIK DENGAN PRESTASI BELAIAR Studi
Deskriptif Terhadap Mahasiswa TTUC ( Technical Teacher Upgrading Centre ) Bandung
Angkatan VIII. Full Text
116. PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN MATA KULIAH KURIKULUM DAN
PEMBELAJARAN MELALUI MEDIA LEMBAR KERJA MAHASISWA : Penelitian Tindakan
Kelas padaMata Kuliah Dasar Keguruan di Universitas Pendidikan Indonesia. Full Text
117. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN METODE TARTILA UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI SISWA DALAM MEMBACA AL-QUR’AN DI SEKOLAH DASAR. Full Text
118. LANDASAN PENGETAHUAN DAN UPAYA GURU DALAM MEMBUAT DAN
MELAKSANAKAN FANCANGAN SATUAN PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH
LANJUTAN TINGKAT PERTAMA DI BANDUNG. Full Text
119. PENGEMBANGAN MODEL PENGORGANISASIAN MATERI PELAJARAN
DENGAN MENERAPKAN ADVANCE ORGANIZERS DALAM MENGAJARKAN KONSEP
ILMU SOSIAL YANG BERMUATAN IPTEK DAN IMTAK DI MADRASAH ALIYAH :
Penelitian pada Mata Pelajaran Geografi di Kelas I. Full Text
120. RELEVANSI KURIKULUM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DENGAN
PERKEMBANGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN
KESEHATAN GIGI DAN MULUT : Suatu Studi Deskriptif Analitik terhadap Kurikulum
Fakultas Kedokteran Gigi Unpad serta Tugas-tugas Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskesmas. Full Text
121. PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU DALAM PROSES
PEMBELAJARAN : Studi Kualitatif tentang Pembinaan Kemampuan Profesional Guru dalam
Proses Pembelajaran oleh Pengawas TK/SD Pada Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Cimanggung
Kabupaten Sumedang. Full Text
122. KESESUAIAN DESAIN KURIKULUM DENGAN IMPLEMENTASINYA SERTA
DAMPAKNYA TERHADAP KEMAMPUAN MAHASISWA DI AKHIR PENDIDIKAN : Suatu
studi evaluatif tentang kurikulum program studi Manajemen Patiseri, Sekolah Tinggi Pariwisata
Bandung. Full Text
123. STUDI PERBANDINGAN ANTARA KURIKULUM SMUTA, SMKTA DAN
POLITEKNIK DAN STUDI TENTANG PENGALAMAN MAHASISWA DALAM
MENGATASI KESULITAN YANG DIHADAPINYA : Suatu Studi terhadap Kurikulum
SMUTA, SMKTA dan Politeknik dan Pengalaman Mahasiswa dalam Mengatasi kesulitan yang
Dihadapinya di Politeknik Jurusan Sipil Program Studi Bangunan Gedung. Full Text
124. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI DENGAN
MENGGUNAKAN MODUL PADA MATA PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Full
Text
125. PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA
PEMBELAJARAN BERBASIS TIK. Full Text
126. STUDI TENTANG PENGAJARAN MEMBACA PERMULAAN TULISAN AL-
QUR'AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRO : Studi Kasus pada T.K. Al-Qur'an di
Kodya Bandung. Full Text
127. PEMANFAATAN MODEL BLENDED LEARNING BERBASIS ONLINE UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH KURIKULUM
DAN PEMBELAJARAN: Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Kuliah Kurikulum dan
Pembelajaran di Program Studi PGSD UPI. Full Text
128. PEMBELAJARAN DENGAN MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI KEIMANAN
DAN KETAQWAAN (IMTAQ) DALAM MATA PELAJARAN IPA BAGISISWA SEKOLAH
DASAR : Penelitian Naturaiistik pada Sekolah DasarAssalam II Bandung. Full Text
129. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MATA
PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT
PERTAMA. Full Text
130. PERSEPSI KE6URUAN PARA GURU SMA LULUSAN UNIVERSITAS SERTA
INSTITUT BUKAN KE6URUAN DENGAN LULUSAN IKIP Dl KOTAMADYA BANDUNG :
Studi Perbandingan mengenai Pandangan para guru yang Mengajarkan Umu-Ilmu Sosial dan
Ilmu-llmu Eksakta tentang Pelaksanaan Tugasnya Sebagai Guru. Full Text
131. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN VCT PPKn DI SEKOLAH
LANJUTAN TINGKAT PERTAMA. Full Text
132. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SMU DALAM RANGKA PENGEMBANGAN
KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH DI PROPINSI BANTEN. Full Text
133. PEMANFAATAN LINGKUNGAN DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR :Studi Deskriptif Analitis terhadap
Pemanfaatan Lingkungan dalam Proses Beiajar Mengajar llmu Pengetahuan Sosia! pada 4
Sekolah Dasar di Kota Madya Banda Aceh. Full Text
134. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT
DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN FIKIH: Studi Kuasi Eksperimen pada Madrasah Aliyah Al-Junaidiyah di Kota
Watampone Kabupaten Bone. Full Text
135. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA, MENULIS DAN BERHITUNG PADA WARGA BELAJAR
PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR :Suatu Studi Kuasi Eksperimen Di PKBM Kinanti
Desa Jayagiri Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Full Text
136. DUKUNGAN KURIKULUM POLITEKNIK TERHADAP KEBUTUHAN INDUSTRI :
Studi evaluaiif terhadap Kurikulum Program Studi Teknik Produksi Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Institut Teknologi Bandung dalam dukungannya terhadap kebutuhan tenaga kerja di
P.T. Pindad CPersero) Bandung. Full Text
137. EFEKTIVITAS KURIKULUM LEMBAGA PENGAJARAN TATA BUSANA SUSAN
BUDIHARDJO : Studi Kasus Pada Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo pada
Tingkat Dasar di LPP ARIYANTI - Bandung periode Februari 2001- Agustus 2001. Full Text
138. MODEL LATIHAN KETERAMPILAN MENGAJAR DENGAN BIMBINGAN
SUPERVISI KLINIS PADA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI STAI
MAJALENGKA. Full Text
139. IMPLEMENTASI MODEL MENGAJAR 'ACTIVE LEARNING' DALAM
PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMU ISLAM AL-AZHAR 5
CIREBON : Penelitian Kualitatif terhadap Implementasi Model 'Active Learning' dalam
Pengajaran PAI pada Kelas 2 SMU Islam AI-Azhar 5 Cirebon. Full Text
140. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
PEMECAHAN MASALAH DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL SISWA SLTP BANDUNG. Full Text
141. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR DAN PEMAHAMAN KONSEP DI SEKOLAH DASAR. Full
Text
142. DAMPAK PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM PENGAJARAN MATEMATIKA : Studi Kasus
tentang Pembelajaran Konsep Fungsi dan Turunannya di Sekolah Menengah Umum Negeri 5
Bandung. Full Text
143. PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN COMPLETE-CYCLE TERHADAP
KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK SISWA DALAM
PEMBELAJARAN DASAR-DASAR AKUNTANSI : Studi Eksperimen Pada Siswa Program
Studi Akuntansi Di SMK Al Washliyah 3 Medan. Full Text
144. RELEVANSI KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi FPTK IKIP BANDUNG
1983 DENGAN KURIKULUM ELEKTRONIKA KOMUNIKASi STM NEGERI II BANDUNG
1984. Full Text
145. JENIS-JENIS PERILAKU INDISIPLINER SISWA DAN UPAYA MENGATASINYA
DALAM PENGAJARAN PPKn : PenelitianNaturalistik-Kualitatifpada SMU Negeri 1
Cianjur. Full Text
146. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA FLASH FLIP BOOK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN TIK
Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Majalaya Kabupaten Bandung. Full
Text
147. KARAKTERISTIK DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MUATAN LOKAL
DALAM KAITANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KEBUTUHAN MASYARAKAT
SETEMPAT. Full Text
148. HUBUNGAN ANTARA PRESTASl KERJA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF,
KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN LULUSAN
STM DAN SMA : Suatu studi kasus terhadap operator mesin-CNC di PT Industri Pesawat
Terbang Nusantara. Full Text
149. PERILAKU MENGAJAR GURU AGAMA LULUSAN PROGRAM SI FAKULTAS
TARBIYAH IAIN IMAM BONJOL PADANG. Full Text
150. PENGEMBANGAN KURIKULUM TEMATIK BERSTANDAR SERTIFIKASI
CAMBRIDGE UNTUK SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH. Full Text
151. MODEL DESAIN KURIKULUM PELATIHAN BERDASARKAN KOMPTENSI BAGI
GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN PERTANIAN : Studi terhadap Kurikulum
Pelatihan Guru SMK Pertanian Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian ACdi PPPG
Pertanian Cianjur. Full Text
152. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN
INTERDISIPLINER Di KELAS II SEKOLAH DASAR. Full Text
153. PLNGEMBANGAN MODEL KIRIKULUM DAN PEMBELAJARAN INKUIRI
DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT
PERTAMA. Full Text
154. Efektivitas Metode Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Kesantunan
Berbahasa Siswa :Studi Kuasi Eksperimen pada Mata Pelajaran Budaya Alam Minangkabau di
Sekolah Menengah Pertama 11 Padang. Full Text
155. PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEKOLAH DASAR DI
PEMERINTAHAN KOTA TANJUNG PINANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Full Text
156. PENGEMBANGAN KURIKULUM LEMBAGA PENGAJIAN ANAK DI SUMATRAB
SELATAN.
157. STUDITENTANG IMPLEMENTASl KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA
PELATIHAN KOMPETENSi DASAR DI PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU
TEKNOLOG1 (PPPGT) BANDUNG. Full Text
158. DUKUNGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL TERHADAP KURIKULUM INTI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI PONTIANAK. Full Text
159. Rusyani, Endang (2013) PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATERNAL
REFLEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA DI SLB. B (ANAK TUNARUNGU). Full Text
160. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BIDANG STUDI PENpiDIKAN
AGAMA ISLAM UNTUK MENINGKATKAN AKHLAK SISWA SMU
DIBANJARMASIN. Full Text
161. KONTRIBUSI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL TERHADAP KEBERHASILAN
BELAJAR DALAM MATA KULIAH MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : Studi
Deskriptif-Analitik pada Mahasiswa STAIN Pontianak. Full Text
162. PENGEMBANGAN MODEL INKUIRI SOSIAL DALAM PELAJARAN IPS DI
SD. Full Text
163. KESELARASAN KURIKULUM POLITEKNIK ITB DENGAN TUGAS-TUGAS YANG
DIBEBANKAN PADA LULUSANNYA Di LAPANGAN : Studi Deskriptif Analitik Tentang
Kurikulum Program Studi Kesekretariatan dan Administrasi Niaga Tahun 1989 dan LulusanTahun
1990/1991. Full Text
164. IMPLEMENTASI KURIKULUM SMK 1994 MATA PELAJARAN AGRIBISNIS
DALAM BENTUK PBM DI KELAS : Studi Kualitatif pada SMKN 2Subang, Jawa Barat. Full
Text
165. RELEVANSI KURIKULUM SMK TEKNOLOGI & INDUSTRI 1999 PROGRAM
KEAHLIANTEKNIKINSTALASI LISTRIK DENGAN TUNTUTAN PEKERJAAN
INSTALATUR LISTRIK : Studi Evaluatif Terhadap Kemampuan dan Tugas-Tugas yang dituntut
dari Instalatur Listrik di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia dan Perusahaan Listrik
Negara Kota Cimahi. Full Text
166. PENGGUNAAN PETA OLEH GURU PADA PROSES BELAJAR-MENGAJAR
GEOGRAFI BIDANG STUDI IPS SEKOLAH DASAR : Studi Kasus di Tiga SD Kodya
Bandung. Full Text
167. UPAYA GURU DALAM MEN6EMBANBKAN KETERAMPILAN INTELEKTUAL
SISWA : Studi Kasus Pada Pengajaran Ilmu Listrik Di STM Negeri Kotamadya Bandung. Full
Text
168. STUDI RELEVANSI KURIKULUM 1984 SMKTA PROGRAM STUDI LISTRIK
INSTALASI DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA : Suatu Studi Naturaiistik Kualitatif
Terhadap Instalatur Listrik Di Lingkungan Asosiasi Kontraktor Listrik Indonesia Dan Perusahaan
Listrik Negara Di Kotamadya dan Kabupaten Bandung. Full Text
169. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI YANG BERORIENTASI
LINGKUNGAN DALAM ILMU PENGETAHUAN ALAM : Penelitian Deskriptif Tindakan
Kelas DiSD Negeri Cikutra Kecamatan Cibeunying KalerKota Bandung. Full Text
170. PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKSELERASI PADA MATA
PELAJARAN MATEMATIKA SMU UNTUK MENANGANI PERBEDAAN INDIVIDUAL
SISWA. Full Text
171. PELAKSANAAN KKG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PROFESIONAL GURU SEKOLAH DASAR : Analisis Kualitatif terhadap Kegiatan KKG Gugus
I Syahdan Hamis Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Full Text
172. IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN MENENGAH BERCIRI KHAS
AGAMA ISLAM : Studi pada Program IPS di Madrasah Aliyah Negeri Surade. Full Text
173. KERAGAMAN PROSES BELAJAR MENGAJAR PMP DI SEKOLAH DASAR : Studi
Deskriptif Analitis terhadap Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar PMP pada 3 Sekolah Dasar di
Kabupaten Klaten. Full Text
174. PENGEMBANGAN MODEL INKUIRI SOSIAL UNTUK MATA PELAJARAN IPS DI
SLTP NEGERII KOTA CIREBON. Full Text
175. PENCIPTAAN IKLIM PENDIDIKAN OLEH GURU DALAM UPAYA MEMBINA
KEHIDUPAN RELIGIUS SISWA : Studi Kasus di SekolahMenengah Pertama PGIII Kotamadya
Bandung. Full Text
176. STUDI EVALUATIF IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMAISLAM
DALAM MENANAMKAN KEIMANAN DAN KETAQWAAN SISWA PADA SEKOLAH
MENENGAH UMUM : Studi Kasus Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada
Sekolah Menengah Umum ( SMU ) Negeri 4 Bandung. Full Text
177. DESAIN KURIKULUM PELATIHAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI
PENYUSUNAN BAHAN AJAR MODUL :Studi pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Se-
Kabupaten Sumedang. Full Text
178. STUDY EVALUATIF IMPLEMENTASI KURIKULUM FULL DAYSCHOOL DALAM
PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS : Studi Kasus di SD Islam Salman Al Farisi Kota
Bandung. Full Text
179. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARANPEMECAHAN MASALAH DALAM
PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA :
Penelitian Tindakan Pada Siswa Sltp Taruna Baku Bandung. Full Text
180. UPAYA PENERAPAN MODEL BLENDED-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH. Full Text
181. RELEVANSI PROGRAM PENATARAN JARAK JAUH DENGAN TUNTUTAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU SD : Studi Deskriptif Evaluatif Bahan dan Pelaksanaan
Kegiatan PPPG Tertulis Ditjen Pendidikan Dasar Dan Menengah. Full Text
182. KONSEP GURU TENTANG STRATEGI MENGAJAR DAN PENERAPANNYA
DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MEMBACA : Suatu studi kunlitatif pada Sekolah
Oasar di Kotamadya Pekanbaru. Full Text
183. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE DISKUSI TEKNIK CONFERENCE
WRITING TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INGGRIS SISWA : Penelitian di
MTs. Al-Musdariyah Cileunyi Kabupaten Bandung. Full Text
184. PENGEMBANGAN KURIKULUM BERDASARKAN KOMPETENSI PADA
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEJABAT FUNGSIONAL PEKERJA SOSIAL TINGKAT II
DI BALAI BESAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG. Full Text
185. IMPLEMENTASI KURIKULUM UNTUK MEMBANGUN KARAKTER PESERTA
DIDIK DI SMP LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI TAHUN PELAJARAN
2013/2014. Full Text
186. IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
MATEMATIKA. Full Text
187. KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONALISME GURU BAHASA ARAB SE-
KOTA BANDUNG. Full Text
188. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS E-LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM. Full Text
189. EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM
MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN :
Studi pada Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan, Kementerian Keuangan. Full Text
190. EVALUASI KURIKULUM PENDIDIKAN PARIWISATA DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN INDUSTRI : Studi kasus pada Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Program studi
Tata Boga Diploma III. Full Text
191. STUDI KOMPARASI IMPLEMENTASI KURIKULUM PADA PEMBELAJARAN
AKSELERASI DAN PEMBELAJARAN REGULER. Full Text
192. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KANDUNGAN AYAT AL-QUR’AN DAN
HADITS DI MTs. AL-IKHLASH PADAKEMBANG KABUPATEN TASIKMALAYA. Full
Text
193. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS GENRE UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN : Studi pada Mata
Pelajaran Bahasa Inggris di Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri Cisewu Kabupaten Garut Tahun
Pelajaran 2013/2014. Full Text
194. DESAIN KURIKULUM BERBASIS KEBUTUHAN PADA DIKLAT PEMERIKSAAN
INFRASTRUKTUR JALAN DAN JEMBATAN. Full Text
195. KOMPARASI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN
KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN Full TextLABORATORIUM BERBASIS PROBLEM SOLVING (Quasi
Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Sungaiselan Kabupaten Bangka Tengah Kepulauan
Bangka Belitung). Full Text
196. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA: Studi Kuasi Eksperimen
pada Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Islam Terpadu Luqman Al Hakim Yogyakarta. Full Text

Anda mungkin juga menyukai