Anda di halaman 1dari 141

MODUL

PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR PAI PADA SEKOLAH

MATERI PENDIDIKAN DAN LATIHAN


GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (GPAI)
TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DITPAIS)


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
2011
MODUL
PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR PAI PADA SEKOLAH

Penulis : Marno

Hak Cipta dan Hak Moral pada penulis


Hak Penerbitan atau Hak Ekonomi pada Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah
(DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penulis

Cetakan Pertama, 2011

DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DITPAIS)


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
DAFTAR ISI

MODUL PENGEMBANGAN BAHAN AJAR


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KATA PENGANTAR
KATA SAMBUTAN
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
A. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
B. Isi modul
C. Peta konsep
MODUL 1 : KONSEP DASAR BAHAN AJAR
Pengantar
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian, Kedudukan dan Fungsi Bahan Ajar
A. Tujuan
B. Uraian Materi
1. Pengertian Bahan Ajar
2. Kedudukan dan Fungsi Manfaat Bahan Ajar
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut

Kegiatan Belajar 2 : Jenis-Jenis Bahan Ajar dan Kriteria Pemilihannya


A. Tujuan
B. Uraian Materi
1. Jenis-Jenis Bahan Ajar
2. Kriteria Bahan Ajar yang Baik
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut
Kunci Jawaban Tes Formatif Modul 1
Glosarium
Daftar Pustaka

MODUL 2 : STRATEGI PEMILIHAN, PENYUSUNAN DAN


PEMANFAATAN BAHAN AJAR
Pengantar
Kegiatan Belajar 1: Prinsip-Prinsip Pemilihan Dan Langkah-Langkah
Penyusunan Bahan Ajar
A. Tujuan
B. Uraian materi
1. Prinsip-Prinsip Pemilihan Bahan Ajar
2. Langkah-langkah pemilihan bahan ajar
3. Penentuan cakupan dan urutan bahan ajar
4. Sumber bahan ajar
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut

Kegiatan Belajar 2 :Strategi Penyampaian Materi / Bahan Ajar PAI


A. Tujuan
B. Uraian Materi
1. Strategi Penyampaian Bahan Ajar PAI
2. Strategi Penyampaian Bahan Ajar Oleh Guru
3. Strategi Mempelajari Bahan Ajar Oleh Siswa
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut

Kegiatan Belajar 3 :Pengembangan Bahan ajar melalui LKS dan Modul


A. Tujuan
B. Uraian Materi
Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Pengertian, tujuan dan kegunaan LKS
2. Langkah-langkah penyusunan LKS
Modul
1. Pengertian, tujuan dan karakteristik Modul
2. Bentuk modul
3. Prosedur Penyusunan Modul
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut

Kunci Jawaban Tes Formatif


Glosarium
Kunci Jawaban
Daftar Pustaka

MODUL 3 : ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MATERI PAI


YANG KONTEKSTUAL
Pengantar
Kegiatan Belajar 1: Karakteristik Materi Pelajaran PAI
A. Tujuan
B. Uraian materi
1. Landasan PAI
2. Tujuan PAI
3. Ruang Lingkup PAI
4. Karakteristik PAI
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut

Kegiatan Belajar 2 :Analisis Dan Pengembangan Materi PAI Pada Sekolah


A. Tujuan
B. Uraian materi
1. Analisis Materi PAI
2. Langkah-Langkah Analisis Dan Pengembangan Materi PAI
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut

Kegiatan Belajar 3 :Pengembangan Pembelajaran PAI yang Kontekstual


A. Tujuan
B. Uraian Materi
1. Urgensi Pengembangan Pembelajaran PAI Yang Kontekstual
2. Konsep Pengembangan Pembelajaran PAI Kontekstual
3. Langkah-Langkah Pengembangan Pembelajaran PAI Kontekstual
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut

Kunci Jawaban Tes Formatif


Glosarium
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN

Pendidikan agama memiliki peran penting dalam mewujudkan manusia


Indonesia seutuhnya, yakni sosok manusia yang utuh baik dari sisi penguasaan
ilmu pengetahuan dan moralitas. Untuk mewujudkannya perlu diciptakan
keserasian antara ilmu pengetahuan dan agama. Dalam arti keyakinan beragama
(sebagai hasil pendidikan agama) diharapkan mampu memperkuat upaya
penguasaan dan pengembangan iptek, dan sebaliknya pengembangan iptek
memperkuat keyakinan beragama. Ilmu pengetahuan berbicara know what dan
know why, dan teknologi berbicara know how. Sedangkan agamalah yang bisa
menuntun manusia untuk memilih mana yang patut, bisa, benar dan baik untuk
dijalankan dan dikembangkan. Di sinilah letak peranan pendidikan agama (Islam)
dan sekaligus pendidiknya (GPAI di sekolah) dalam mengantisipasi
perkembangan kemajuan iptek. Dalam arti, mampukah Guru pendidikan agama
Islam menegakkan landasan akhlaq al-karimah, yang menjadi tiang utama ajaran
agama, tatkala dominasi temuan iptek sudah demikian hebat dan menguasai segala
perbuatan dan pikiran umat manusia.
Temuan iptek telah menyebarkan hasil yang membawa kemajuan, dan
dampaknya terasa bagi kehidupan seluruh umat manusia. Semua hasil temuan
iptek di satu sisi harus diakui telah secara nyata mempengaruhi bahkan
memperbaiki taraf dan mutu hidup manusia. Di sisi lain produk temuan dan
kemajuan iptek itu telah mempengaruhi bangunan kebudayaan dan gaya hidup
manusia (Soetjipto Wirosardjono, 1992). Dalam era kemajuan iptek ini perubahan
global semakin cepat terjadi dengan adanya kemajuan-kemajuan dari negara maju
di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan iptek ini mendorong
semakin lajunya proses globalisasi. Teknologi komputer misalnya, membanjiri
setiap negara, bangsa dan budaya tanpa mengenal batas bangsa, negara dan
budaya. Televisi dengan antena parabola merupakan media global yang
mendorong terciptanya globalisasi penyiaran berita, budaya dan sebagainya secara
internasional yang tidak mengenal batas ruang dan waktu. Demikian juga dengan
kecanggihan internet, kita dengan mudah mengakses sumber berita dan informasi
dengan mudah dan cepat.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan informasi tersebut, ada
beberapa nilai, sikap dan tingkah laku individu dan masyarakat modern yang
kongruen (sejalan) dengan ajaran agama Islam dan mendukung keberhasilan
pembangunan. Ada pula nilai dan sikap modernitas yang tidak kongruen
(berlawanan) dengan ajaran Islam sekaligus tidak mendukung keberhasilan
pembangunan, misalnya : lemahnya keyakinan keagamaan, sikap individualistis,
materialistis, hedonistis dan sebagainya. Nilai-nilai dan sikap yang negatif itu
akan muncul bersamaan dengan nilai dan sikap positif lainnya, yang sudah barang
tentu merupakan ancaman bagi terwujudnya cita-cita pembangunan bangsa.
Karena itu masalah yang perlu segera mendapatkan jawaban, terutama
dari para pendidik atau GPAI adalah “mampukah kegiatan pendidikan agama
(Islam) itu berdialog dan berinteraksi dengan perkembangan zaman modern yang
ditandai dengan kemajuan iptek dan informasi, dan mampukah mengatasi dampak
negatif dari kemajuan tersebut” ?
Selama ini terdapat berbagai kritik dan sekaligus solusi terhadap
pelaksanaan pendidikan agama yang sedang berlangsung di sekolah/madrasah.
Mochtar Buchori (1992) misalnya, menilai kegagalan pendidikan agama
disebabkan karena praktek pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif
semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan
pembinaan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk
mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara
pengetahuan dan pengamalan, antara gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai
agama. Atau dalam praktek pendidikan agama berubah menjadi pengajaran
agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi Islami. Pernyataan
senada dikemu-kakan oleh Harun Nasution (1995, h. 428), bahwa pendidikan
agama banyak dipengaruhi oleh trend Barat, yang lebih mengutamakan
pengajaran dari pada pendidikan moral, padahal intisari dari pendidikan agama
adalah pendidikan moral. Pendidikan agama Islam masih mengidap beberapa
kelemahan. Rasdianah (1995, hal. 4-7) mengemukakan beberapa kelemahan
pendidikan agama Islam di sekolah, baik dalam pemahaman materi pendidikan
agama Islam maupun dalam pelaksanaannya, yaitu : (1) dalam bidang teologi, ada
kecenderungan mengarah pada faham fatalistik; (2) bidang akhlaq berorientasi
pada urusan sopan santun dan belum difahami sebagai keseluruhan pribadi
manusia beragama; (3) bidang ibadah diajarkan sebagai kegiatan rutin agama dan
kurang ditekankan sebagai proses pembentukan kepribadian; (4) dalam bidang
hukum (fiqih) cenderung dipelajari sebagai tata aturan yang tidak akan berubah
sepanjang masa, dan kurang memahami dinamika dan jiwa hukum Islam; (5)
agama Islam cenderung diajarkan sebagai dogma dan kurang mengembangkan
rasionalitas serta kecintaan pada kemajuan ilmu pengetahuan; (6) orientasi
mempelajari al-Qur’an masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum
mengarah pada pemahaman arti dan penggalian makna.
Pada sisi lain cukup kontradiktif dengan kenyataan, mata pelajaran
pendidikan agama yang begitu besar harapan terhadapnya (kognitif, afektif,
psikomotorik) ternyata hingga sekarang intra kurikulernya hanya 2 jam per
minggu. Sementara ekstra kurikulernya secara umum belum terapresiasi lewat
manajemen sekolah dan kalaupun ada kepala sekolah dengan guru agama serta
guru mata pelajaran lainnya yang mengambil kebijakan sendiri (kasuistik atau dan
tipikal) belum tersistem dalam satu rumus pembelajaran dan penilaian dengan
intra kurikuler secara umum karena belum ada pedoman secara nasional.
Berbagai persoalan pembelajaran dan keterbatasan waktu untuk
pembelajaran PAI perlu diatasi dengan mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik dan bermakna. Sebab itu perlu mengembangkan model-model
pembelajaran yang memiliki daya tarik dan efektif, diantara yang bisa dilakukan
adalah dengan mengembangkan bahan ajar/materi pembelajaran PAI yang
kontekstual actual dan bermakna, sehingga PAI tidak hanya berada pada tataran
dogma, yang normative dan tekstual tetapi PAI harus dinamis dan kontekstual.

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Diklat Pengembangan Bahan Ajar


Standar Kompetensi Memiliki pemahaman tentang penyusunan bahan ajar
serta dapat mengembangkannya dalam aplikasi
pembelajaran
Kompetensi Dasar 1. Memahami konsep dara pengembangan bahan ajar
2. Memahami strategi pemilihan dan penyusunan bahan
ajar
3. Melakukan analisis dan pengembangan materi PAI
yang kontekstual
4. Mampu mengembangkan bahan ajar dalam aplikasi
pembelajaran

ISI MODUL DAN PETA KONSEP


Modul mata diklat pengembangan bahan ajar ini didesain dengan
sistematika penulisan modul pada umumnya dengan mengacu pada pencapaian
Kompetensi seperti disebutkan di atas. Modul mata diklat ini terdiri dari tiga
modul, masing-masing terdapat dua sampai tiga Kegiatan Belajar (KB), pada
setiap KB terdiri dari tujuan belajar, uraian materi, rangkuman, latihan, tes
formatif, dan umpan balik.
Modul pertama berupa materi tentang konsep bahan ajar dan jenis-jenis
bahan ajar. Diharapkan melalui materi pertama ini peserta memahami pengertian
dan karakteristik serta urgensi penggunaan bahan ajar dalam proses
pembelajaran, kemudian memahami macam-macam bahan ajar yang efektif
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Modul kedua berisi tentang konsep tentang pemilihan, penggunaan dan
penyusunan bahan ajar. Pada modul kedua ini peserta diharapkan memiliki
pemahaman tentang konsep pemilihan dan penggunaan serta terampil menyusun
bahan ajar dengan benar. Pada KB ketiga pada modul ini disajikan tehnis
penyusunan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul agar
peserta dapat menyusun kedua bahan ajar tersebut dengan benar.
Modul ketiga berisi tentang analisis dan pengembangan materi PAI yang
kontekstual. Pada modul ini diharapkan peserta dapat melakukan analisis dan
mengembangkan materi PAI agar dapat disajikan secara sistematis, mendalam
dan lebih subtansial. Kemudian juga mampu mengembangkan materi agar lebih
kontekstual dan bermakna, sehingga materi PAI tidak terlalu normative dan
tekstual. Disini diharapkan peserta mampu menghadapkan materi PAI dengan
konteks kehidupan peserta didik sehingga dapat lebih menrik perhatian dan
bermakna sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam merespon
kehidupannya.
Lingkup kajian modul ini selanjutnya dapat dipetakan dalam peta konsep
di bawah ini.
PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR PAI

Modul 1: Konsep bahan Modul 2: Strategi pemilihan Modul 3 : Analisis dan


ajar dan penyusunan bahan ajar Pengembangan Materi
1. Konsep Bahan ajar PAI yang kontekstual
1. Prinsip-prinsip pemilihan
2. Kedudukan, fungsi 2. Langkah-langkah 1. Karakteristik Materi
dan manfaat bahan pemilihan PAI
ajar 3. Penentuan cakupan dan 2. Langkah-langkah
3. Jenis-jenis bahan ajar urutan analisis dan
4. Kreteris bahan ajar 4. Sumber bahan ajar pengembangan
5. Strategi penyambaian materi PAI
yang baik
materi/bahan ajar 3. Pengembangan Pemb.
6. Tehnik penyusunan LKS PAI yang kontekstual
dan modul
Modul I

KONSEP DASAR BAHAN AJAR

Pengantar
Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
tugas tugas pembelajaran adalah menyiapkan bahan ajar. Pekerjaan tersebut
tidaklah muda, karena bahan ajar merupakan ramuan yang akan menentukan
kompetensi yang dimiliki oleh pembelajar. Oleh karena itu seorang guru harus
memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang bahan ajar serta mampu
mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran dipahami sebagai proses interaksi antara peserta didik,
pendidik dan sumber/bahan ajara. Sebab itu penggunaan Bahan ajar mutlak
diperlukan agar terjadi proses pembelajaran secara efektif dan memiliki daya tarik
pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, jenis dan
bentuk sumber belajar semakin beragam muali dari yang berbentuk teks, audio,
audio visual dan multimedis interaktif. Oleh karena itu guru PAI dituntut untuk
memahami dan dapat menggunakan sumber dan bahan ajar tersebut sehingga
dapat melaksanakn proses pembelajaran lebih efektif dan menarik bagi peserta
didik.
Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan: (1) dapat menjelaskan pengertian
bahan ajar; (2) dapat menjelaskan pemanfaatan bahan ajar; (3) dapat menyebutkan
kelebihan jenis-jenis bahan ajar; (4) dapat memilih bahan ajar yang efektif untuk
pembelajaran
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian, Kedudukan dan fungsi bahan
ajar

A. Tujuan

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan tentang konsep
bahan ajar; (2) dapat membedakan bahan ajar dengan buku teks pada umumnya;
(3) dapat menjelaskan kedudukan bahan ajar dalam system pembelajaran; (4) dapat
menyebutkan manfaat bahan ajar bagi guru dan bagi siswa; (5) dapat menyebutkan
fungsi bahan ajar dalam proses pembelajaran

B. Uraian Materi
1. Pengertian bahan ajar
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun
secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Secara umum Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan
bahan ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi melalui materi
yang disajikan secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Bahan ajar umumnya didesain dengan tujuan tertentu (by design) yakni
disusun dengan sistematika tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam
kerangka pencapaian kompetensi yang diharapkan. Berbeda dengan buku teks
pada umumnya yang merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur
dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu, dia tidak berorientasi pada proses
pembelajaran atau pencapaian kompetensi sebagaimana bahan ajar.

Perbedaan karakteristik antara bahan ajar dan buku teks antara lain dapat
digambarkan di bawah ini :
Bahan ajar Buku Teks
1. Menimbulkan minat baca 1. Mengasumsikan minat dari
pembaca
2. Ditulis dan dirancang untuk siswa
2. Ditulis untuk pembaca (guru,
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran dosen)
4. Disusun berdasar kan pola belajar 3. Dirancang untuk dipasarkan secara
yang fleksibel luas
5. Struktur berdasarkan kebutuhan 4. Belum tentu menjelaskan tujuan
siswa dan kompetensi akhir yang instruksional
akan dicapai.
5. Disusun secara linear
6. Memberi kesempatan pada siswa
untuk berlatih 6. Stuktur berdasar logika bidang ilmu
7. Mengakomodasi kesulitan siswa 7. Belum tentu memberikan latihan
8. Memberikan rangkuman 8. Tidak mengantisipasi kesukaran
belajar siswa
9. Gaya penulisan komunikatif dan semi
formal 9. Belum tentu memberikan
rangkuman
10. Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
10. Gaya penulisan naratif tetapi tidak
11. Dikemas untuk proses instruksional komunikatif
12. Mempunyai mekanisme untuk 11. Sangat padat
mengumpulkan umpan balik dari
siswa 12. Tidak memilki mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari
13. Menjelaskan cara mempelajari bahan pembaca.
ajar.

Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran
(instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah,
lambang, nama tempat, nama orang, dsb. Termasuk materi konsep adalah
pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi
adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema,
atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya
“Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar
adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-
langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas.
Misalnya langkah-langkah menjalankan ibadah sholat; langkah-langkah berwudlu.
Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai,
misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat
belajar, semangat bekerja, dsb.
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi
pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di bawah ini.
Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip

No. Jenis Materi Pengertian dan contoh

1. Fakta Menyebutkan kapan, berapa, nama, dan di mana.


Contoh:
Ka’bah terletak di makkah; Masjid terbesar di Asia
bernama Istiqlah yang berada di Jakarta Negara Indonesia.

2. Konsep Definisi, identifikasi, klasifikasi, ciri-ciri khusus.


Contoh:
Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika
dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana.

3. Prinsip Penerapan dalil, hukum, atau rumus. (Jika…maka….).


Contoh:
Jika kita berbuat kebaikan maka kita akan mendapat
pahala dari Allah dan melalui ridloNya kita akan
dimasukkan ke dalam surgaNya

4. Prosedur Bagan arus atau bagan alur (flowchart), algoritma,


langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut.
Contoh:
Langkah-langkah melakukan wudlu ialah:
1. Niat
2. Membasuh Muka
3. Membasuk kedua tangan sampai ke siku
4. Mengusap rambut
5. Membasuk kedua kaki hingga mata kaki
6. Tertib

Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau
disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun
berdasar indikator pencapaian belajar.

2. Kedudukan serta Manfaat bahan ajar dalam sistem pembelajaran

Sebagaimana disebutkan dalam Sisdiknas tahun 2003 bahwa pembelajaran


adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan dengan sumber belajar
dalam lingkungan pembelajaran. Menurut sisdiknas tersebut ada tiga komponen
penting dalam pembelajaran yaitu; guru, siswa dan sumber atau bahan ajar.
Kegiatan belajar tidak akan berjalan dengan baik kalau tidak tersedia sumber dan
bahan ajar, untuk dapat membelajarkan siswa maka mutlak diperlukan bahan ajar,
sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dimana dan kapan saja melalui
sumber dan bahan ajar yang disiapkan. Sebab itu kedudukan bahan ajar sangat
penting sekali dalam proses pembelajaran. Hubungan antara komponen tersebut
seperti digambarkan di bawah ini :

Peserta Pendidik
didik

Sumber
/bahanBelajar
Lingkungan Belajar
Dalam proses pembelajaran kedudukan bahan ajar sangat penting sekali, manfaat
yang diharapkan bagi guru antara lain; Menghemat waktu mengajar,
Menempatkan guru sebagai fasilitator dan Menciptakan suasana PBM lebih
efisien & interaktif .
Sementara bagi siswa dapat Mendorong siswa menjadi pembelajar
mandiri; Memperluas waktu belajar kapan saja bias; Bisa belajar tanpa guru;
Dapat belajar dengan kecepatan masing-masing; Dapat belajar dengan urutan
yang dipilih sendiri dan Membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan

3. Fungsi bahan ajar :


a) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju
belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan
(b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih
banyak membina dan mengembangkan gairah.
b) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,
dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b)
memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
c) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a)
perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian. Lebih
memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan
sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit
d) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan
antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang
sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung
C. Rangkuman
1. Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun
secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu. Secara umum Bahan
Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
2. Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran
(instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci,
jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
3. Kedudukan bahan ajar sangat penting sekali, manfaat yang diharapkan
bagi guru antara lain; Menghemat waktu mengajar, Menempatkan guru
sebagai fasilitator dan Menciptakan suasana PBM lebih efisien &
interaktif . Sementara bagi siswa dapat Mendorong siswa menjadi
pembelajar mandiri; Memperluas waktu belajar kapan saja bias; Bisa
belajar tanpa guru; Dapat belajar dengan kecepatan masing-masing; Dapat
belajar dengan urutan yang dipilih sendiri dan Membiasakan untuk
membaca ilmu pengetahuan

D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengertian, kedudukan dan fungsi bahan ajar PAI. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari bahan ajar, sebagai
bagian penting dalam proses pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Dalam proses pembelajarn diperlukan sumber belajar, bahan ajar dan media
pembelajaran. Coba jelaskan perbedaan masing-masing dan hubungan
ketiganya dalam proses pembelajarn !
2) bahan ajar dibuat dan didesain secara sistematis untuk keperluan pembelajaran,
sehingga tidak semua buku teks termasuk bahan ajar. Coba bedakan
karakteristik bahan ajar dengan buku teks !
3) bahan ajar memiliki keduddukan dan fungsi strategis dalam proses
pembelajaran. Jelaskan kedudukan dan fungsi tersebut serta berikan contoh dan
ilustrasinya !

E. Tes Formatif

1. Materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru


dan siswa dalam proses pembelajaran merupakan pengertian dari:
a. Bahan rujukan
b. Bahan ajar
c. Bahan cetak
d. Bahan interaksi
2. Di bawah ini karakterisitk bahan ajar, kecuali
a. Menimbulkan minat baca
b. Ditulis dan dirancang untuk siswa
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran
d. Di tulis untuk pembaca
3. Di bawah ini karakterisitk buku teks, kecuali
a. Mengasumsikan minat dari pembaca
b. Mengakomodasi kesulitan siswa
c. Disusun secara linear
d. Dirancang untuk dipasarkan secara luas
4. Materi yang berkenaan dengan nama-nama obyek, peristiwa sejarah,
lambang, nama tempat, nama orang, termasuk jenis materi
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
5. Materi yang berkenaan dengan dalil, rumus, adagium, postulat, teorema,
atau hubungan antar konsep merupakan materi
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
6. Materi yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau
berurutan dalam mengerjakan suatu tugas adalah materi jenis
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
7. Manfaat bahan ajar bagi guru kecuali
a. Menghemat waktu mengajar
b. Membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan
c. Menempatkan guru sebagai fasilitator
d. Menciptakan suasana PBM lebih efisien & interaktif .
8. Manfaat bahan ajar bagi siswa kecuali
a. Bisa belajar tanpa guru
b. Dapat belajar dengan kecepatan masing-masing
c. Dapat belajar dengan urutan yang dipilih sendiri
d. Bisa menghemat waktu belajar
9. Hukum ialah peraturan yang harus dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai
sanksi berupa denda atau pidana. Contoh tersebut termasuk jenis materi
a. Konsep
b. Prinsip
c. Fakta
d. Prosedur
F. Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Kegiatan Belajar 2 : Jenis-jenis Bahan Ajar dan Kriteria Pemilihannya
A. Tujuan

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menyebutkan jenis-jenis
bahan ajar; (2) dapat membedakan jenis-jenis bahan ajar; (3) dapat menyebutkan
kelebihan jenis-jenis bahan ajar; (4) dapat memilih bahan ajar yang efektif untuk
pembelajaran

B. Uraian Materi

1. Jenis-Jenis bahan ajar

Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara
spesifik untuk keperluan pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang
disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar
(audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.

a. Bahan cetak ( printed)


Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan cetak dapat disajikan dalam
berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan
mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter
Ballstaed yaitu :
1) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan
guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang
dipelajari
2) Biaya untuk pengadaannya relative sedikit
3) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah-
pindahkan
4) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
5) Bahan tertulis relative ringan dan dapat dibaca di mana saja
6) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan
aktivitas, seperti manandai, mencatat, membuat sketsa
7) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai
besar
8) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara lain:
1) Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari
beberapa literature yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau
kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara
download dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
2) Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Oleh
pengarangnya isi buku di dapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian,
hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi
seseorang yang disebut sebagai fiksi. Buku sebagai bahan ajar merupakan
buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum
dalam bentuk tertulis.
3) Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,
sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar
yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau
peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan
modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi
dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompotensi
dasar dibandingkan dengan peserta didik, disajikan dengan menggunakan
bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
4) Lembar kegiatan Siswa
Lembar Kegiatan Siswa ( student work sheet) adalah lembaran-
lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar
kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas
kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan
untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan
dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi
dengan buku lain atau refrensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teoritis dan
atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel
tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan. Sedangkan tugas
praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survei
tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan
adanya lembar kegiatan adalah memudahkan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami
dan menjalankan suatu tugas tertulis. Dalam menyiapkannya guru harus
cermat dan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, karena
sebuah lembar harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan
tercapainya atau tidaknya sebuah kompetensi dasar dikuasai oleh peserta
didik.
5) Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa
halaman dan lipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan
singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi ( Kamus besar
Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka
brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan
dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur
dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan
praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain
hanya memuat hanya satu kompetensi dasar saja. Ilustrasi dalam sebuah
brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
6) Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi
tidak dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana,
singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih
kompetensi dasar.
7) Wallchart
Wallchart adalah baha cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau
grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. agar wallchart terlihat
menarik abgi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan
menggunakan tata warna dan pengeturan proporsi yang baik. Wallchart
biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini
wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar,
wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain harus
memiliki kejelasan tentang kompetensi dasar dan materi pokok yang harus
dikuasai oleh peserta didk, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara
menggunakannya. Sebagai contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup
binatang ular, tikus dan lingkungannya.
8) Foto/gambar
Foto merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasika
sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi
yang disampaikan dapat dimengerti dengan muda karena hasil yang diragakan
lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak,
dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama. Foto ini dapat mengatasi
ruang dan waktu. Sesuatu yang terjadi di tempat yang lain dapat dilihat oleh
orang yang berada jauh dari tempat kejadian dalam bentuk setelah kejadian itu
berlalu. Kalau kita memerlukan hasil yang hitam putih pergunakanlah film
hitam putih dan bila kita menghendaki hasil yang berwarna maka gunakan
film yang berwarna.
Beberapa alasan penggunaan foto sebagai media pengajaran sebagai berikut:
a) Bersifat konkrit, para siswa akan dapat melihat dengan jelas sesuatu yang
sedang dibicarakan atau didiskusikan
b) Dapat mengatasi batas waktu dan ruang, melalui gambar dapat
diperlihatkan kepada siswa foto-foto benda yang jauh atau yang terjadi
beberapa waktu lalu
c) Dapat mengatasi kekurangan daya mampu panca indra manusia. Misalnya
benda-benda kecil yang tak dapat dilihat dengan mata dan diperbesar
sehingga dapat dilihat dengan jelas.
d) Dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu masalah
e) Mudah didapat dan murah biayanya, karenan dia mengandung nilai
ekonomis dan meringankan beban sekolah yang budgetnya terbatas
f) Mudah digunakan baik untuk perorangan maupun kelompok

b. Bahan ajar dengar (audio)


Bahan ajar dengan adalah bahan ajar yang didesain dengan menggunakan
media dengan (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
1) Kaset/piringan hitam/compact
Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang
diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan
jar. Bahan ajar kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa tau
pembelajaran musik. Bahan ajar kaset tidak dapat berdiri sendiri, dalam
penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti tape
recorder dan lembar skenario guru.
2) Radio
Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio dapat dirancang sebagai
bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru merencanakan sebuah program
pembelajaran melalui radio. Misalnya mendengarkan berita siaran langsung
suatu kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.

c. Bahan ajar pandang dengar (audio visual)


Bahan ajar audio visual adalah bahan ajar yang didesain dengan
menggunakan media audio visual seperti video compact disk, film.
1) Video/film
Program video/film biasanya disebut sebagai alat bantu pandang
dengar (audio visual aids/audio visual media). Umumnya program video telah
dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setaip akhir dari penayangan video
siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik tidaknya
program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis
kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi (dikenal
dengan skenario) dari sebuah program video atau film, skrip, pengambilan
gambar dan proses editingnya.
2) Orang/Nara Sumber
Orang sebagai sumber belajar dapat juga diakatakan sebagai bahan ajar
yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat
belajar misalnya karena orang tersebut memiliki ketrampilan khusus tertentu.
Melalui ketrampilannya seseorang dapat dijadikan bahan ajar. Agar orang
dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan tertulis diturunkan
dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang baik akan mendapatkan
hasil belajar yang baik pula. Dengan demikian, dalam menggunakan orang
sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri melainkan dikombinasikan
dengan bahan tertulis.

d. Bahan ajar interaktif (interactive teaching material)


Multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio,
teks, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk
mengendalikan perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi. Saat ini sudah
mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga
memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu.
Biasanya bahan ajar multimedia derancang secara lengkap mulai dari petunjuk
penggunaannya hingga penilaian.
2. Kriteria bahan ajar yang baik
Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya
mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab
itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut:
a. Sesuai dengan topik yang dibahas
b. Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang
dibahas.
c. Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat,
sederhana, sistematis, sehingga mudah difahami.
d. Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk
lebih mempermudah memahami isinya.
e. Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan
pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.
f. Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa.
Selain kreteria di atas, bahan ajar yang baik harus selalu berorintasi pada
kurikulum dan peta pemikiran. Ketika menjalankan tugas mengajar pada
pendidikan formal atau nonformal yang penyelenggaraannya menggunakan
kurikulum, maka rujukan utama dari bahan ajar yang disusun adalah: Standar
kompetensi lulusan (SKL), SK, dan KD; Standar sarana dan Buku pegangan
utama yang digunakan.
C. Rangkuman
1. bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara sistematis
sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa
belajar dengan baik. Bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat
yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-
dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.
2. Beragam bahan ajar baik yang cetak, audio, audio visual sampai yang
multimedia, memungkinkan siswa dapat belajar secara mandiri dengan
gaya (style) belajar masing masing melalui bahan dan sumber belajar yang
dia sukai untuk mencapai akselerasi belajar lebih cepat.
3. Bahan pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya
mempersulit siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh
sebab itu, bahan pembelajaran harus memenuhi kriteria bahan ajar yang
baik.
4. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi maka penggunaan
bahan ajar yang berbasis multimedia sangat penting. Multimedia interaktif
adalah kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar, animasi,
dan video) yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan
perintah dan perilaku alami dari suatu presentasi.

D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengertian, kedudukan dan fungsi bahan ajar PAI. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami jenis-jenis bahan ajar dan kreteria
bahan ajar yang baik, sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran.
Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Jenis-jenis bahan ajar sangat beragam. Coba identifikasi jenis-jenis bahan ajar
tersebut dan sebutkan kelebihan dan kelemahannya sesuai dengan pengetahuan
dan pengalaman anda dalam menggunakan bahan ajar
2) Tidak semua bahan ajar dapat digunakan secara efektif. Sebab itu ada kreteria
bahan ajar yang baik untuk digunakan dalam poroses pembelajaran.Tentukan
kreteria pemilihan bahan ajar yang baik menurut anda !
3) Tunjukkan efektifitas penggunaan sumber belajar berbasis multimedia dan
bagaimana pennggunaannya dalam proses pembelajaran !

E. Tes Formatif

1. Di bawah ini termasuk wujud bahan ajar kecuali


a. Bahan ajar IT
b. Bahan cetak (printed)
c. Bahan ajar lihat-dengar (audio visual)
d. Bahan ajar interaktif.
2. Beberapa manfaat atau keuntungan dari bahan ajar kecuali
a. Biaya untuk pengadaannya relative sedikit
b. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti manandai, mencatat, membuat sketsa
c. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
d. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan jarak jauh
3. Bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik pengertian dari
a. Buku
b. Handout
c. Brosur
d. LKS
4. Bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan merupakan pengertian
dari
a. Modul
b. Handout
c. Buku
d. LKS
5. Buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru pengertian dari
a. Buku
b. Handout
c. Modul
d. LKS
6. Dibawah ini macam-macam bahan ajar cetak keculai
a. Buku
b. Handout
c. Brosur
d. Radio
7. Kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio termasuk bahan ajar
dengan menggunakan
a. Visual
b. Audio
c. Interaktif
d. Audio visual
8. Video/film, orang/nara sumber termasuk bahan ajar dengan menggunakan
a. Visual
b. Audio
c. Interaktif
d. Audio visual
9. Di bawah ini kriteria bahan ajar yang baik kecuali
a. Sesuai dengan topik yang dibahas
b. Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi
yang dibahas
c. Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa
d. Menggunakan teknologi yang terbaru dalam proses pembelajaran
10. Rujukan utama dalam penyusunan bahan ajar berikut ini kecuali
a. Standar kompetensi lulusan (SKL),
b. SK, dan KD,
c. Buku pedoman/pegangan
d. Modul
F. Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum
dikuasai.
KUNCI JAWABAN MODUL I

KB 1 KB 2
1. B 1. D
2. D 2. D
3. B 3. B
4. C 4. C
5. B 5. C
6. D 6. D
7. B 7. B
8. D 8. D
9. A 9. D
10. D
BAHAN ACUAN
Abdorrakhman Ginting. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung :
Humaniora : 2008
Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola
dasar kegiatan belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Abdul Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan penyampaian, umpan balik, dan
keterampilan intelektual terhadap hasil belajar konsep. Jakarta : PAU -
UT.
Arsyad Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Asnawir Basyirudin, Usman. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Pers, 2002)
Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of
educational goals. New York: McKay.
Center for Civics Education (1997). National standard for civics and
governement. Calabasas CA: CEC Publ.
Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois: Scott
& Co. Publication.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan pendidikan
menengah umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2006). Pedoman Memiliah dan
Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Umum
Departemen Pendidikan Nasional
Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, teaching, and evaluating: a
competency approach. Chicago: Nelson-Hall.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for
the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Englewood Cliffs,
Publ.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey:
Englewood Cliffs.
Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum
development. New Jersey: Sage Publication.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools,
and classrooms. Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum
Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral objectives.
New Jersey: Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar Baru, 1991
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems development.
New York: Academic Press.
Purwo Sutanto, Pengembangan Bahan Ajar, edukasi.kompasiana.com, diakses 14
Desember 2010
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional theories in action: lessons illustrating
selected theories and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Publ.
Russell, James D. (1984). Modular instruction: a guide to design, selection,
utilization and evaluation of modular materials. Minneapolis: Burgess
Publishing Company.
Sardjono, Pendidikan (infopendidikankita.blogspot.com, diakses 14 September
2010
MODUL 2

STRATEGI PEMILIHAN, PENYUSUNAN DAN PEMANFAATAN


BAHAN AJAR

Pendahuluan

Masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran


adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat
dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa dalam kurikulum atau silabus, materi bahan ajar hanya
dituliskan secara garis besar dalam bentuk “materi pokok”. Menjadi tugas guru
untuk menjabarkan materi pokok tersebut sehingga menjadi bahan ajar yang
lengkap. Selain itu, bagaimana cara memanfaatkan bahan ajar juga merupakan
masalah. Pemanfaatan dimaksud adalah bagaimana cara mengajarkannya ditinjau
dari pihak guru, dan cara mempelajarinya ditinjau dari pihak murid.

Berkenaan dengan pemilihan bahan ajar ini, secara umum masalah


dimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman, ruang lingkup, urutan
penyajian, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran, dsb. Masalah lain
yang berkenaan dengan bahan ajar adalah memilih sumber di mana bahan ajar itu
didapatkan. Ada kecenderungan sumber bahan ajar dititikberatkan pada buku.
Padahal banyak sumber bahan ajar selain buku yang dapat digunakan. Bukupun
tidak harus satu macam dan tidak harus sering berganti seperti terjadi selama ini.
Berbagai buku dapat dipilih sebagai sumber bahan ajar.

Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar
adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau
terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak
tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti
semester atau ganti tahun ganti buku.
Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan
pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu memilih materi
pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu
dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi pembelajaran,
penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah pemilihan,
perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran.

Tujuan :

Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan: (1) Memahami strategi pemilihan
dan penyusunan bahan ajar; (2) Memilih dan membuat Bahan Ajar untuk
menunjang proses pembelajaran; (3) Menggunakan Bahan Ajar dalam
pembelajaran.
Kegiatan Belajar 1 : Prinsip-prinsip Pemilihan dan Langkah-

langkah Penyusunan Bahan Ajar

A. Tujuan

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan prinsip-prinsip pemilihan
bahan ajar; (2) dapat menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan ajar; (3) dapat
menjelaskan cakupan dan sekuensi bahan ajar; (4) dapat menerapkan pemilihan dan
penyusunan bahan ajar yang efektif untuk pembelajaran

B. Uraian Materi
1. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar

Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan


bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya
relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai misal, jika kompetensi yang
diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran
yang diajarkan harus berupa fakta atau ghbahan hafalan.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus
dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga
harus meliputi empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa adalah pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis,
dan cara mensucikan dari hadats dan najis, maka materi yang diajarkan juga
harus meliputi pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis,
dan cara mensucikan dari hadats dan najis.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu
sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan
tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

2. Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar


Sebelum melaksanakan pemilihan bahan ajar, terlebih dahulu perlu
diketahui kriteria pemilihan bahan ajar. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar
atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh
guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan
materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar
haruslah mengacu atau merujuk pada standar kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan bahan ajar, sampailah kita pada
langkah-langkah pemilihan bahan ajar. Secara garis besar langkah-langkah
pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek
yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi
acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah
mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan
ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan
ajar.
Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Pertama: Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar
1. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu
diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan,
karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan
jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran.
2. Setiap aspek standar kompetensi tersebut memerlukan materi
pembelajaran atau bahan ajar yang berbeda-beda untuk membantu
pencapaiannya.
Kedua : Identifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi
pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara
terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan
prosedur (Reigeluth, 1987).
1. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat,
nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen
suatu benda, dan lain sebagainya.
2. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi.
3. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma,
teorema.
4. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara
urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin
atau cara-cara pembuatan bel listrik.
5. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon,
penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian.
6. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin,
dan rutin.
Ketiga: Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Pilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditentukan. Perhatikan pula jumlah atau ruang lingkup yang cukup memadai
sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar kompetensi.
Berpijak dari aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah memilih jenis materi yang
sesuai dengan aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar tersebut. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi
apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan
lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi
yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara
mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah
berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar
kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi
jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya.
Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran
atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda.
Misalnya metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan
menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics),
sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran
yang akan diajarkan adalah dengan jalan mengajukan pertanyaan tentang
kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa.
Dengan mengacu pada kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah
materi yang harus kita ajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek
sikap, atau psikomotorik. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penuntun
untuk mengidentifikasi jenis materi pembelajaran:
1. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa mengingat
nama suatu objek, simbul atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya”
maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”.
Contoh:
Nama-nama ibu kota kabupaten, peristiwa sejarah dakwah Rasulullah,
nama-nama Para rasul ulum azmi.
2. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan
untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,
mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai
dengan suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang harus
diajarkan adalah “konsep”.
Contoh :
Seorang guru menunjukkan beberapa sifat-sifat yang ada pada diri
manusia kemudian siswa diminta untuk mengklasifikasikan atau
mengelompokkan mana yang termasuk sifat terpuji dan mana yang
termasuk sifat tercela.
3. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menjelaskan
atau melakukan langkah-langkah atau prosedur secara urut atau membuat
sesuatu ? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
Contoh :
Langkah-langkah mengkafani jenazah; langkah-langkah melakukan
wudlu; langkah-langkah menjalankan ibadah haji, dsb.
4. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa menentukan
hubungan antara beberapa konsep, atau menerapkan hubungan antara
berbagai macam konsep ? Bila jawabannya “ya”, berarti materi
pembelajaran yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
Contoh :
Hubungan antara orang yang berbuat baik kepada sesama manusia dengan
kebahagiaan hidup. Jika kita berbuat baik dengan sesame manusia maka
Allah akan membalas kebaikan anda dan anda akan memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
5. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa memilih
berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak
suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan berupa aspek afektif, sikap, atau nilai.
Contoh:
Ali belajar rajin dan kerja keras. Karena dengan rajin dan kerja keras dia
akan memperoleh kesuksesan dalam hidupnya. Ali memiliki sikap rajin
dan kerja keras setelah di sekolah diajarkan pentingnya sifat rajin dan kerja
keras.
6. Apakah kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa berupa melakukan
perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran
yang harus diajarkan adalah aspek motorik.
Contoh:
Dalam pelajaran gerakan dalam solat, siswa diharapkan mampu
melakukan gerakan-gerakan dalam solat dengan benar. Materi
pembelajaran yang harus diajarkan adalah gerakan-gerakan dalam solat.
Keempat : Memilih sumber bahan ajar
Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan
sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan
dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet,
media audiovisual, dsb.

3. Penentuan Cakupan Dan Urutan Bahan Ajar

Masalah cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan


penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam
menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran
akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak,
terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian
(sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi pembelajaran.
a. Penentuan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus
diperhatikan apakah materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip,
prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik, sebab nantinya jika
sudah dibawa ke kelas maka masing-masing jenis materi tersebut memerlukan
strategi dan media pembelajaran yang berbeda-beda.

Selain memperhatikan jenis materi pembelajaran juga harus


memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan
cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman
materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak
materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran,
sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang
terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Sebagai contoh,
materi tentang shalat diajarkan di SD, SLTP dan SMU, juga di perguruan
tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang pendidikan tersebut
akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan akan semakin luas
cakupan aspek materi tentang shalat yang dipelajari dan semakin detail pula
setiap aspek yang dipelajari.

Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan


(adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam
pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan
sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah
ditentukan. Misalnya, jika suatu pelajaran dimaksudkan untuk memberikan
kemampuan kepada siswa di bidang rukun shalat, maka uraian materinya
mencakup: (1) penguasaan atas konsep tentang rukun shalat; (2)
menghafalkan doa’doa dalam shalat; dan selanjtnya (3)
penerapan/mempraktikkan shalat berdasarkan rukun shalat yang benar.

Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui


apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit,
atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin
dicapai.

b. Penentuan urutan bahan ajar

Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk


menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang
tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang
bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam
mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan
mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan
mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari.

Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta


kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu:
pendekatan prosedural, dan hierarkis.

1) Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-
langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu
tugas. Misalnya langkah-langkah berwudlu, langkah-langkah
menghilangkan kotoran najis berat atau mugoladlo.

2) Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang
bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi
sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari
materi berikutnya.

Contoh : Urutan Hierarkis (berjenjang)

Agar siswa dapat menjalankan sholat dengan benar dan memenuhi


syarat dan rukunnya, maka pertama siswa harus mempelahari dan
memahami dulu materi tentang thoharoh atau tata cara bersuci terutama
yang berkaitan dengan cara berwudlu. Kemudian siswa mempelajari
syarat dan rukun shalat dengan bacaan bacaan yang ada di dalamnya.
Dan selanjutnya siswa mempraktikan gerakan gerakan shalat dengan
benar secara tertib.

4. Sumber Bahan Ajar

Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat


diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk
mencarinya. Misalnya, siswa ditugasi untuk mencari koran, majalah, hasil
penelitian, dsb. Hal ini sesuai dengan prinsip pembelajaran aktif dan
berorientasi pada standar proses PP. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pada pasal 19 ayat 1. Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk
mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini:

a. Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai
sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu
jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan
sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.

b. Laporan hasil penelitian


Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh
para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual
atau mutakhir.

c. Jurnal (penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah)


Penerbitan berkala yang berisikan hasil penelitian atau hasil pemikiran sangat
bermanfaat untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Jurnal-jurnal tersebut
berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya
masing-masing yang telah dikaji kebenarannya.

d. Pakar bidang studi


Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar.
Pakar tadi dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan
ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb.

e. Profesional
Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu.
Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan.
Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan
keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.

f. Buku kurikulum
Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena
berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi
bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum
hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi
pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.

g. Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulanan.


Penerbitan berkala seperti Koran banyak berisikan informasi yang berkenaan
dengan bahan ajar suatu matapelajaran. Penyajian dalam koran-koran atau
mingguan menggunakan bahasa popular yang mudah dipahami. Karena itu
baik sekali apa bila penerbitan tersebut digunakan sebagai sumber bahan ajar.

h. Internet
Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita
dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran
harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan
tersebut dapat dicetak atau dikopi.

i. Media audiovisual (TV, Video, VCD, kaset audio)


Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai
jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut,
di hutan belantara melalui siaran televisi.

j. Lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi)


Berbagai lingkungan seperti lingkungan alam, lingkungan social, lengkungan
seni budaya, teknik, industri, dan lingkungan ekonomi dapat digunakan sebgai
sumber bahan ajar. Untuk mempelajari abrasi atau penggerusan pantai, jenis
pasir, gelombang pasang misalnya kita dapat menggunakan lingkungan alam
berupa pantai sebagau sumber.

Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis


kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan
rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks
sebagai satu-satunya sumber abahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti
buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-
buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan
digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih
untuk diajarkan.

Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa


mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak
sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi
pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
C. Rangkuman
1. Penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran harus mengacu pada
beberapa prinsip penyusunan bahan ajar yaitu meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan.
2. Pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran harus mengacu pada
kreteria pokok yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Selanjutnya menentukan langkah-langkah pemilihan bahan ajar yang
meliputi meliputi pertama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat
dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau
rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi
jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang
sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.
3. Penentuan cakupan atau ruang lingkup, kedalaman, dan urutan
penyampaian materi pembelajaran penting diperhatikan. Ketepatan dalam
menentukan cakupan, ruang lingkup, dan kedalaman materi pembelajaran
akan menghindarkan guru dari mengajarkan terlalu sedikit atau terlalu
banyak, terlalu dangkal atau terlalu mendalam. Ketepatan urutan penyajian
(sequencing) akan memudahkan bagi siswa mempelajari materi
pembelajaran.
D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar 1 dari modul Strategi pemilihan, penyusunan dan pemanfaatan bahan ajar
PAI. Latihan ini sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami strategi pemilihan
dan langkah-langkah penyusunan bahan ajar. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Lakukan analisis bahan ajar yang anda dapatkan baik berupa buku, LKS atau
Modul dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan materi pembelajaran !
2) Buatlah flowchart tentang langkah-langkah pemilihan bahan ajar/materi ajar !
dan buatlah illustrasi setiap langkah-langkah pemilihan bahan ajar !
3) Deskripsikan dan buatkan illustrasi tentang cakupan atau ruang lingkup dan
urutan (sequencing) dalam penyusunan bahan ajar !
E. Tes Formatif

1. Dibawah ini prinsip-prinsip pemilihan materi pembelajaran, kecuali


a. Relevansi,
b. Konsistensi
c. Komprehensif
d. Kecukupan.
2. Kriteria pokok pemilihan bahan / materi pembelajaran adalah
a. SKL
b. SK dan KD
c. Indikator
d. Tujuan pembelajaran
3. Berikut Langkah-langkah pemilihan bahan ajar kecuali
a. Memilih sumber bahan ajar
b. Memilih bahan ajar yang sesuai dengan SK dan KD
c. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar
d. Menyesuaikan dengan keinginan peserta didik
4. Dalam menentukan ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan
aspek-aspek di bawah ini kecuali
a. Fleksibelitas
b. Keluasan
c. Kedalaman
d. Materi
5. Beberapa pendekatan yang dipakai dalam penentuan urutan bahan ajar
adalah
a. Pendekatan konsep
b. Pendekatan fakta
c. Pendekatan prinsip
d. Pendekatan prosedural
6. Prinsip relevansi artinya
a. Keajegan
b. Keterkaitan
c. Memadai
d. Keteraturan
7. Prinsip konsistensi artinya
a. Keajegan
b. Keterkaitan
c. Memadai
d. Keteraturan
8. Prinsip kecukupan artinya
a. Keajegan
b. Keterkaitan
c. Memadai
d. Keteraturan
9. Berbagai jenis aspek standar kompetensi materi pelajaran dadpat
dibedakan menjadi jenis materi
a. Afektif, psikomotorik
b. Kognitif, afektif
c. Kognitif, afketif, psikomotorik
d. Kognitif, psikomotorik
10. Dengan mengacu pada kompetensi dasar kita akan mengetahui apakah
materi yang harus kita ajarkan berupa
a. Fakta, prinsip, psikomotor
b. Prosedur, psikomotor, konsep
c. Konsep, prosedur, fakta, psikomotr
d. Psikomotorik, fakta, prosedur, konsep, prinsip
F. Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = balk sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Kegiatan Belajar 2 : Strategi Penyampaian Materi / Bahan Ajar PAI

A. Tujuan

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan langkah-langkah
penyampaian bahan ajar oleh guru; (2) dapat menjelaskan strategi mempelajari bahan ajar
oleh siswa; (3) dapat menerapkan langkah-langkah penyampaian bahan ajar dalam proses
pembelajaran

B. Uraian Materi
Bahan ajar yang telah di desain selanjutnya disampaikan dalam proses
pembelajaran. Penggunaan bahan ajar dapat dilakukan oleh guru dan oleh siswa
dengan memperhatikan karakteristik bahan ajar atau materi. Penyampaian
materi/bahan ajar berupa ragam aktivitas oleh guru dan siswa harus memperhatikan
karakteristik atau hakekat materi seperti digambarkan di bawah ini:

Hakekat materi Penyajian materi Aktivitas pembelajaran

Informatif Naratif (cerita suatu Diskusikelompok, Tanya jawab (in text


kejadian), Deskriptif question), baca table, diagram, peta,
(data, fakta) gambar, dll.

Konseptual (teori, Deduktif atau Induktif Diskusi kelompok, contoh-contoh


dalil, prinsip, dll) tertulis, contoh gambar, contoh vidio,
simulasi, praktek.

Prosedural Deskriptif, Ekploratif Latihanperagaan, contoh video,


simulasi, praktek.

Ketrampilan Deskriptif eksplanatori Peragaan, latihan, contoh video,


(modeling) simulasi, praktek

Nilai/sikap Deskriptif, Peragaan, contoh video, simulasi,


Argumentatif praktek.
(modelling)
1. Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru
a. Strategi urutan penyampaian simultan
Jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu,
maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara
keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu
demi satu (Metode global). Misalnya guru akan mengajarkan materi rukun
iman yang terdiri dari emam rukun. Pertama-tama Guru menyajikan
keenam rukum sekaligus secara garis besar, kemudian setiap rukun
disajikan secara mendalam.

b. Strategi urutan penyampaian suksesif


Jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu,
maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu
demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan
menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula. Contoh yang sama,
misalnya guru akan mengajarkan materi rukun iman. Pertama-tama guru
menyajikan rukun pertama yaitu Iman Kepada Allah. Setelah sila pertama
disajikan secara mendalam, baru kemudian menyajikan rukun berikutnya
yaitu rukun kedua Iman kepada malaikat Allah.

c. Strategi penyampaian fakta


Jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta
(nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama
lambang atau simbol, dsb.) strategi yang tepat untuk mengajarkan materi
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Sajikan materi fakta dengan lisan, tulisan, atau gambar.


2) Berikan bantuan kepada siswa untuk menghafal. Bantuan
diberikan dalam bentuk penyampaian secara bermakna,
menggunakan jembatan ingatan, jembatan keledai, atau
mnemonics, asosiasi berpasangan, dsb. Bantuan penyampaian
materi fakta secara bermakna, misalnya menggunakan cara
berpikir tertentu untuk membantu menghafal. Sebagai contoh,
untuk menghafal jenis-jenis sumber belajar digunakan cara
berpikir: Apa, oleh siapa, dengan menggunakan bahan, alat,
teknik, dan lingkungan seperti apa? Berdasar kerangka berpikir
tersebut, jenis-jenis sumber belajar diklasifikasikan manjadi:
Pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Bantuan
mengingat-ingat jenis-jenis sumber belajar tersebut
menggunakan jembatan keledai, jembatan ingatan
(mnemonics) menjadi POBATEL (Pesan, orang bahan, alat,
teknik, lingkungan).

Contoh lain penggunaan jembatan keledai atau jembatan ingatan: (1)


PAO-HOA (Panas April-Oktober, Hujan Oktober – April). (2) Untuk
menghafal nama-nama bulan yang berumur 30 hari digunakan
AJUSENO (April, Juni, September, Nopember).
d. Strategi penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau
pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat
menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,
menggeneralisasi, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua
berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh),
ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari
contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes.
Contoh:
Penyajian konsep tindak pidana pencurian
Langkah 1: Penyajian konsep
Sesuai pasal 362 KUHP, “Barang siapa dengan sengaja mengambil barang
milik orang lain dengan melawan hukum dengan maksud untuk dimiliki
dihukum dengan hukuman penjara sekurang-kurangnya … tahun.”
Langkah 2: Pemberian bantuan
a. Murid dibantu untuk menghafal konsep dengan kalimat sendiri, tidak
harus hafal verbal terhadap konsep yang dipelajari (dalam hal ini Pasal
pencurian).
b. Tunjukkan unsur-unsur pokok konsep tindak pidana pencurian, yaitu:
1) Mengambil barang (bernilai ekonomi)
2) Barang itu milik orang lain
3) Dengan melawan hukum (tanpa seijin yang empunya)
4) Dengan maksud dimiliki (mengambil uang untuk jajan).
Contoh positip: Wawan malam hari masuk pekarangan Ali dengan
merusak pintu pagar (sengaja) mengambil (melawan hukum) material
bangunan berupa besi beton (barang milik orang lain), kemudian dijual,
uangnya untuk membeli beras (dengan maksud dimiliki).
Langkah 3: Latihan
Pertama-tama murid diminta menghafal dengan kalimat sendiri (hafal
parafrase) Kemudian murid diminta memberikan contoh kasus pencurian
lain selain yang dicontohkan oleh guru untuk mengetahui pemahaman
murid terhadap materi tindak pidana pencurian.
Langkah 4: Umpan balik
Berikan umpan balik atau informasi apakah murid benar atau salah dalam
memberikan contoh. Jika benar berikan konfirmasi, jika salah berikan
koreksi atau pembetulan.
Langkah 5: Tes
Berikan tes untuk menilai apakah siswa benar-benar telah paham terhadap
materi tindak pidana pencurian. Soal tes hendaknya berbeda dengan
contoh kasus yang telah diberikan pada saat penyempaian konsep dan soal
latihan untuk menghindari murid hanya hafal tetapi tidak paham.
e. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip
Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum
(law), postulat, teorema, dsb.
Langkah-langkah mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran
jenis prinsip adalah :
a) Sajikan prinsip
b) Berikan bantuan berupa contoh penerapan prinsip
c) Berikan soal-soal latihan
d) Berikan umpan balik
e) Berikan tes.

f. Strategi penyampaian prosedur


Tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau
mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal.
Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah
mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnya langkah-langkah menyetel
televisi.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:
a. Menyajikan prosedur
b. Pemberian bantuan dengan jalan mendemonstrasikan bagaimana cara
melaksanakan prosedur
c. Memberikan latihan (praktek)
d. Memberikan umpan balik
e. Memberikan tes.
Contoh:
Prosedur menelpon di telpon umum koin.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur:
Langkah 1: Menyajikan prosedur
Sajikan langkah-langkah atau prosedur melakukan wudlu dengan bagan
arus (flow chart)
Langkah 2: Memberikan bantuan
Beri bantuan agar murid hafal, paham, dan dapat melakukan praktik wudlu
dengan jalan mendemonstrasikan cara berwudlu.
Langkah 3: Pemberian latihan
Tugasi siswa paraktek berlatih cara berwudlu.
Langkah 4: Pemberian umpan balik
Beritahukan apakah yang dilakukan siswa dalam praktek sudah betul atau
salah. Beri konfirmasi jika betul, dan koreksi jika salah.
Langkah 5: Pemberian tes
Berikan tes dalam bentuk “do it test”, artinya siswa disuruh praktek, lalu
diamati.
g. Strategi mengajarkan/menyampaikan materi aspek afektif
Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) menurut Bloom
(1978) adalah pemberian respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi,
dan penilaian.
Beberapa strategi mengajarkan materi aspek sikap antara lain: penciptaan
kondisi, pemodelan atau contoh, demonstrasi, simulasi, penyampaian
ajaran atau dogma.
Contoh:
Penciptaan kondisi. Agar memiliki sikap disiplin/tertib dalam antrean, di
depan loket dipasang jalur untuk antri berupa pagar besi yang hanya dapat
dilalui seorang demi seorang secara bergiliran.
Pemodelan atau contoh: Disajikan contoh atau model seseorang baik nyata
atau fiktif yang perilakunya diidolakan oleh siswa.

2. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa


Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran
berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa.
Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran
berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara
khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat
dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal, menggunakan, menemukan,
dan memilih.
Penjelasan dan contoh disajikan sebagai berikut:
a. Menghafal (verbal & parafrase)
Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim)
dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal
adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran
yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama
orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama
bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi
pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi
dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase).
Yang penting siswa paham atau mengerti.
b. Menggunakan/mengaplikasikan (Use)
Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan
atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki
kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan
materi yang telah dipelajari.
Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka
pengambilan keputusan. Contoh, berdasar hasil penggalian ditemukan
fakta terdapatnya keris, al-Qur’an bertuliskan tangan, makam wali drajat di
Desa Drajat Kecamatan Paciran. Dengan menggunakan fakta tersebut, ahli
sejarah berkesimpulan bahwa lokasi tersebut tempat sunan Drajat
menyebarkan agama Islam di daerah Lamongan.
Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau
rumus. Seperti diketahui, dalil atau rumus merupakan hubungan antara
beberapa konsep. Misalnya, dalam berdagang “Jika orang menjalankan
sholat dengan khusu’ maka akan berpengaruh dengan sikap dan perilaku
yang baik dalam hidupnya”. Konsep-konsep dalam menjalankan sholat
dengan khusu’ dilakukan dengan memahami makna bacaan dalam sholat,
gerakan-gerakan sholat yang benar dan tuma’nina”.
Penggunaan prosedur (psikomotorik) adalah untuk mengerjakan tugas atau
melakukan suatu perbuatan. Sebagai contoh, siswa dapat melaksanakan
sholat dengan baik setelah menghafal langkah-langkah atau rukun sholat.
Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang
telah dipelajari. Misalnya, siswa hadir tepat waktu masuk kelas setelah
mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap disiplin.
c. Menemukan
Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalah menemukan cara
memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari.
Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987)
menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah
mempelajari tentang sikap tolong menolong (ta’awun) siswa dapat
menemukan cara membantu anak tidak mampu dengan memberikan
sedekah dengan cara mengajak dan menghimpun dana dari temen-
temannya untuk diberikan pada anak tidak mampu.

d. Memilih
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan
dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Misalnya memilih membaca al-Qur’an dari pada membaca komik.
Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau
memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
C. Rangkuman
1. Penggunaan bahan ajar dapat dilakukan oleh guru dan oleh siswa dengan
memperhatikan karakteristik bahan ajar atau materi. Penyampaian
materi/bahan ajar berupa ragam aktivitas oleh guru dan siswa harus
memperhatikan karakteristik atau hakekat materi pembelajaran.
2. Strategi penyampaian materi oleh guru berupa penyampaiuan simultan;
penyampaian suksesif; penyampaian fakta; dan penyampaian konsep;
penyampaian prosedur; dan penyampaian materi afektif atau nilai.
3. Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran
berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa.
Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi
pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi
pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran,
kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal,
menggunakan, menemukan, dan memilih. Untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang efektif dan efisien maka diperlukan starategi yang
benar dalam menghafal, menggunakan, menemukan dan memilih bahan
ajar tersebut.

D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar 2 dari modul Langkah-langkah penyampaian bahan ajar. Latihan ini sebagai
pengayaan agar Anda lebih mendalami strategi langkah-langkah penyampaian
bahan ajar. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1. Lakukan analisis bahan/materi ajar melalui beberapa SK dan KD PAI yang
anda pilih kemudian tentukan karakteristik materinya dan strategi
penyampaiannya !
2. Identifikasi strategi penyampaian bahan ajar oleh guru dan strategi
mempelajari bahan ajar oleh siswa berdasarkan karekateristik materi/bahan
ajar. Buatkan peta konsep (mind mapping) tentang strategi tersebut !
3. Buatkan illustrasi penyampaian bahan ajar PAI mendasarkan pada
karakteristik materi PAI!

E. Tes Formatif

1. Beberapa strategi penyampaian bahan ajar oleh guru di bawah ini kecuali
a. Strategi urutan penyampaian simultan
b. Strategi urutan penyampaian suksesif
c. Strategi urutan penyampaian mekanisme
d. Strategi urutan penyampaian afektif
2. Menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
3. Menurut strategi urutan penyampaian suksesif, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
4. Menurut strategi urutan penyampaian fakta, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Penyajian materi dengan lisan, tulisan, dan pemberian bantuan siswa
untuk menghafal
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
5. Menurut strategi urutan penyampaian konsep, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
6. Menurut strategi urutan penyampaian materi pembelajaran prinsip, materi
secara keseluruhan disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-
soal latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
7. Menurut strategi urutan penyampaian materi prosedur, materi secara
keseluruhan disajikan secara
a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi,
pemberian latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-
soal latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
8. Menurut strategi urutan penyampaian materi aspek afektif, materi secara
keseluruhan disajikan secara
a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi,
pemberian latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penciptaan kondisi, pemodelan, demonstrasi, simulasi, penyampaian
ajaran
9. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa
dapat dikelompokkan menjadi empat kecuali
a. Menghafal
b. Menganalisis
c. Menemukan
d. Memilih
10. Yang dimaksud dengan memilih dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa
adalah
a. Menghafal verbal dan menghafal parafrase
b. Menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan
menggunakan fakta, konsep, prinsip dan prosedur
c. Menggunakan, mengaplikasikan materi yang telah dipelajari
d. Memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
F. Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut,
terutama bagian yang belum dikuasai.
Kegiatan Belajar 3
Pengembangan bahan ajar melalui Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul

A. Tujuan :

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan fungsi dan
tujuan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul; (2) dapat menjelaskan
langkah-langkah penyusunan LKS dan Modul; (3) dapat menerapkan penyusunan
LKS dan modul yang benar.

B. Uraian Materi
Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Pengertian, Tujuan dan kegunaan LKS
Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran
yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi
dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata
pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat
dikerjakan oleh peserta didik secra baik apabila tidak dilengkapi dengan buku
lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.

Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu bahan pembelajaran.


Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap
atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi
maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta
didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan
peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode
terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.

Dalam proses belajar mengajar, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sering


dimanfaatkan sebagai buku latihan siswa yang didalamnya memuat:
Ringkasan Materi, dan soal-soal latihan. Dengan adanya ringkasan materi ini,
siswa akan lebih mudah memahami materi, dan melalui soal-soal latihan dapat
membantu siswa memahami dan menguasai materi secara terbimbing
(guidance) melalui soal-soal yang diberikan baik berupa uraian singkat atau
pilihan ganda.

Adapun ciri-ciri LKS adalah sebagai berikut :


a. LKS hanya terdiri dari beberapa halaman, tidak sampai 100 halaman
b. LKS dicetak sebagai bahan ajar yang spesifik untuk dipergunakan oleh
satuan tingkat pendidikan tertentu
c. Didalamnya terdiri uraian singkat tentang pokok bahasan secara umum,
rangkuman pokok bahasan, puluhan soal-soal pilihan ganda dan soal-soal
isian.
Tujuan dari LKS yaitu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
dan untuk mengefektifkan pelaksanaan belajar mengajar. Selain itu, LKS
akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Guru akan memiliki bahan
ajar yang siap digunakan, sedangkan siswa akan mendapatkan pengalaman
belajar mandiri dan belajar memahami tugas tertulis yang tertuang dalam
LKS.
Fungsi LKS antara lain bagi siswa LKS berfungsi untuk memudahkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang didapat. Dan bagi guru LKS
berfungsi untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu
diberikannya serta mempertimbangkan proses berfikir yang bagaimana yang
akan ditumbuhkan pada diri siswa. Selain itu dengan adanya LKS siswa tidak
perlu mencatat atau membuat ikhtisar atau resume pada buku catatannya lagi,
sebab dalam tiap LKS biasanya sudah terdapat ringkasan seluruh materi
pelajaran.
Berdasarkan fungsi lembar kerja di atas, maka guru sebagai pengelola
proses belajar, kedudukannya tidak dapat digantikan oleh adanya lembar kerja.
Karena keberadaan lembar kerja siswa ini adalah hanya membantu kemudahan
dan kelancaran aktivitas pada saat proses belajar mengajar serta interaksi
antara guru dan murid. Sehingga tujuan utama proses belajar dapat tercapai
atau berhasil.
Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing
siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode
yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari
pemanfaatan LKS adalah dengan menerapkan metode SQ3R (survey,
Question, Read, Recite, Review atau mensurvei, membuat pertanyaan,
membaca, meringkas, dan mengulang)
 Pada kegiatan survey, siswa membaca secara sepintas keseluruhan materi,
termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan.
 Pada tahap question, siswa diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan
yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca materi yang
diberikan.
 Pada tahap read, siswa dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian
materi, membubuhkan tanda-tanda khusus pada materi yang diberikan.
Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda kurung pada ide utama,
menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab
pertanyaan yang sudah disiapkan pada tahap question.
 Recite menuntut siswa untuk menguji diri mereka sendiri pada saat
membaca dan siswa diminta untuk meringkas materi dalam kalimat
mereka sendiri.
 Review dimaksudkan agar siswa sesegera mungkin melihat kembali materi
yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai mempelajari materi
tersebut. Dalam pengembangan LKS kita harus berusaha memasukkan
unsur-unsur SQ3R secara terintegrasi.

Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses


pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
b. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.

c. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan


keterampilan proses.
d. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

e. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang


dipelajari melalui kegiatan belajar.

f. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang


dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40).

Ada dua macam lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan dalam pem-
belajaran di sekolah.

a. Lembar Kerja Siswa Tak Berstruktur.


Lembar kerja siswa tak berstruktur adalah lembaran yang berisi sarana
untuk materi pelajaran, sebagai alat bantu kegiatan peserta didik yang
dipakai untuk menyampaiakn pelajaran. LKS merupakan alat bantu
mengajar yang dapat dipakai untuk mempercepat pembelajaran, memberi
dorongan belajar pada tiap individu, berisi sedikit petunjuk, tertulis atau
lisan untuk mengarahkan kerja pada peserta didik.

b. Lembar Kerja Siswa Berstruktur.


Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas.
LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program
kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan
pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah
disusun petunjuk dan pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan
peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat
dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa.
(Indrianto, 1998:14-17).

2. Langkah-langkah menyusun LKS


a. Tahap Persiapan
Dalam menyiapkan lembar kegiatan siswa dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Analisis kurikulum
Analisis kurikulum diamaksudkan untuk menentukan
kompetensi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Analisis
dilakukan dengan cara mempelajari standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok, pengalaman belajar, dan indicator ketercapaian
hasil belajarnya.
2) Menyusun peta kebutuhan LKS
Pada kebutuhan LKS sangat diperlukan guna mengetahui
jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga
dapat dilihat. Sekuen LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan
prioritas penulisan.
3) Menentukan judul-judul LKS
Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar
atau materi-materi pokok yang terdapat dalam kurikulum. Satu
kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila
kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi
dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak
terlalu besar, sedangkan besarnya kompetensi dasar dapat dideteksi
antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP)
mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat
dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi
lebih dari 4MP, maka perlu dipikirkan apakah perlu dipecah misalnya
menjadi 2 judul LKS. Judul LKS tidak harus sama dengan yang
tercantum dalam kurikulum, yang penting adalah bahwa kompetensi
dasar yang harus dicapai secara esensi tidak berubah. Penentuan judul
akan menjadi lebih mudah apabila pengalaman belajar siswa diuraikan
terlebih dahulu.
4) Penulisan LKS
Penulisan LKS dibuat setelah silabus disusun, dimulai dengan
analisis kurikulum
a. Rumusan kompetensi dasar LKS.
b. Menentukan alat penilaian.
c. Menyusun materi.
d. Menentukan alat penilaian
Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: 
 Judul, mata pelajaran, semester, tempat
 Petunjuk belajar 
 Kompetensi yang akan dicapai

 Indikator

 Informasi pendukung

 Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja

 Penilaian

b. Langkah-langkah penulisan LKS


Adapun langkah-langkah penulisan LKS adalah sebagai berikut :
1) Perumusan kompetensi dasar yang harus dikuasai
Rumusan kompetensi dasar pada suatu LKS diambil dari rumusan
yang sudah ada dalam kurikulum atau dalam silabus yang mengacu
pada Permendiknas no.22 tahun 2006.
2) Menentukan alat penilaian
Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.
Karena pendekatan pembelajarannya yang digunakan adalah
kompetensi, dimana penilaiannya didasarkan pada penguasaan
kompetensi.
3) Penyusunan Materi
Materi LKS sangat tergantung pada kompetensi dasar yang akan
dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu
gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari.
Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah,
internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap
materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi
yang digunakan agar siswa membaca lebih mendalam tentang materi
itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan
dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya,
misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan
didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam kelompok diskusi dan
berapa lama.

c. Langkah-langkah Mendesain LKS

Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat mendesain
LKS yaitu, a) tingkat kemampuan membaca, b) pengetahuan siswa.
LKS didesain untuk dimanfaatkan siswa secara mandiri, dan Guru
hanya berperan sebagai fasilitator sehingga yang diharapkan berperan aktif
dalam mempelajari materi yang ada dalam LKS adalah siswa. Jika desain
LKS yang kita kembangkan terlalu rumit bagi siswa, maka siswa akan
kesulitan dalam memahami LKS. Berikut ini beberapa batasan yang bisa
dipakai untuk menentukan desain LKS.
1) Ukuran, pergunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan
instruksional yang telah ditetapkan. Misalnya jika menginginkan siswa
untuk mampu membuat bagan alur, maka ukuran LKS sebaiknya A4
agar siswa cukup ruang dan leluasa untuk membuat bagan.
2) Kepadatan halaman. Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati
dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa
sulit memfokuskan perhatian. Di samping itu, pengorganisasian
halaman juga perlu diperhatikan. Jika siswa sulit menentukan mana
judul dan mana subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS, hal ini
akan menimbulkan kesulitan siswa untuk memahami materi secara
keseluruhan. Hal ini bisa ditanggulangi dengan memanfaatkan
penggunaan huruf besar atau penomoran. Sebaiknya pemilihan pola
penulisan ini harus konsisten.
3) Kejelasan. Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diebrikan dalam
LKS dapat dengan jelas dibaca siswa. Sesempurna apa pun materi
yang kita persiapkan tetapi jika siswa tidak dapat membacanya dengan
jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang optimal.
Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKS
yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik.
Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan
dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran
dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat
dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat
didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang
efektif

Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri,


mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab
dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar
dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep
baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman
konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti
LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud
memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap
sebelumnya yaitu penanaman konsep.
MODUL
1. Pengertian, Tujuan dan Karakteristik Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai
dengan tingkat kompleksitasnya. Di bawah ini ciri-ciri modul, antara lain :
a. Disusun secara sistematis dan menarik mencakup isi materi, metoda, dan
evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri 
b. Bahasaannya dibuat sederhana sesuai dengan tingkat berfikir siswa 

c. Digunakan secara mandiri, belajar sesuai dengan kecepatan masing-


masing individu secara efektif dan efesien. 

d. memiliki karakteristik stand alone yaitu modul dikembangkan tidak


tergantung pada media lain

e. bersahabat dengan user atau pemakai, membantu kemudahan pemakai


untuk direspon atau diakses.

f. mampu membelajarkan diri sendiri. 

g. Tujuan antara dan tujuan akhir modul harus dirumuskan secara jelas dan
terukur, 

h. materi dikemas dalam unit-unit kecil dan tuntas, tersedia contoh-contoh,


ilustrasi yang jelas

i. tersedia soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya

j. materinya up to date dan kontekstual, 

k. bahasa sederhana lugas komunikatif, 

l. terdapat rangkuman materi pembelajaran, 


m. tersedia instrument penilaian yang memungkinkan peserta diklat
melakukan self assessment.

n. mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri, 

o. terdapat umpan balik atas penilaian peserta diklat, 

p. terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung


materi 

q. Dipergunakan untuk ORANG LAIN Bukan untuk PENULIS !!! 

Tujuan Penulisan Modul


Tujuan penulisan modul antara lain adalah sebagai berikut :
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat  verbal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa atau
peserta diklat maupun guru/instruktur.
c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti :
• Meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa atau peserta
diklat;
• Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi
langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya, 
• Memungkinkan siswa atau peserta diklat belajar mandiri sesuai
kemampuan dan minatnya.
• Memungkinkan siswa atau peserta diklat dapat mengukur atau
mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

Karakteristik Modul
1 Self instructional Peserta diklat mampu membelajarkan diri
sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. 
2 Self Contained  Seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari
terdapat di dalam satu modul secara utuh.
3 Stand alone Modul manual/multimedia yang dikembangkan
tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media lain.
4 Adaptif Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
5 User friendly  Modul hendaknya juga memenuhi kaidah
bersahabat/akrab dengan pemakainya

2. Bentuk Modul
a. Konsistensi dalam penggunaan :
• Font
• Spasi
• Tata letak (layout)
b. Format
• Format kolom tunggal atau multi 
• Format kertas vertikal atau horisontal
• Icon yang mudah ditangkap
c. Organisasi
• Tampilkan peta/bagan 
• Urutan dan susunan yang sistematis
• Tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi yang menarik  
• Antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan susunan dan alur yang
mudah dipahami 
• Judul, sub judul (kegiatan belajar), dan uraian yang mudah diikuti
d. Daya Tarik
• Mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf
yang serasi
• Menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi,
pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.
• Tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.
e. Bentuk dan Ukuran Huruf
• Bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca
• Perbandingan huruf yang proporsional 
• Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks

3. Prosedur Penyusunan Modul

Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu


tahap persiapan, tahap penyusunan dan tahap validasi dan penyempurnaan.
Tahap Persiapan, langkah-langkahnya seperti di bawah ini :
Tahap Penyusunan, langkah-langkahnya seperti dalam gambar
dibawah ini

Tahap Validasi dan penyempurnaan, langkah-langkahnya sebagai


berikut :

Sumber : Sosialisasi KTSP Departemen Pendidikan Nasional

4. Kerangka Modul
 Halaman Sampul

 Halaman Francis
 Kata Pengantar

 Daftar Isi

 Peta Kedudukan Modul

 Glosarium

I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
B. Prasarat
C. Petunjuk Penggunaan Modul
    1. Penjelasan Bagi Peserta diklat
    2. Peran Guru Antara Lain
D. Kompetensi
E. Tujuan Akhir

II. PEMBELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta diklat
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar
    a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
    b. Uraian Materi
    c. Rangkuman
    d. Tugas
    e. Tes Formatif
    f.  Kunci Jawaban Formatif
    g. Lembar Kerja
2. Kegiatan Belajar 2
3. Kegiatan Belajar n

III. EVALUASI
A. Kognitif Skill
B. Psikomotor Skill
C. Attitude Skill
D. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standart
E. Batasan Waktu Yang Telah Ditetapkan
F. Kunci Jawaban

IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

5. Kiat menyusun modul


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun modul antara lain
dibawah ini :
a. Menggunaan Ilustrasi dalam Modul. Ilustrasi dapat berupa: foto,
gambar, grafik, tabel, kartun, dsb, yang memiliki fungsi : Fungsi Ilustrasi,
Fungsi deskriptif, Fungsi ekspresif, Fungsi Analitis, Fungsi kuantitatif
b. Merumuskan Tujuan Akhir. Perumusan tujuan akhir berisi
pernyataan pencapaian kompetensi sesuai yang ada dalam kurikulum dan
silabus. Rumusan tujuan tersebut harus memuat :
  Kinerja yang diharapkan
 Kriteria keberhasilan

 Kondisi atau variable yang diberikan

Contoh Tujuan Akhir Modul


Peserta diklat dapat menyusun modul belajar (kinerja) berdasarkan
prosedeur dan langkah-langkah yang benar (kriteria) dan dapat
menggunakannya dalam kegiatan pembelajaran (kondisi).
c. Tujuan kegiatan pembelajaran 
Memuat kemampuan yang harus dikuasai untuk mencapai satu indikator
kompetensi pada kompetensiu dasar setelah mengikuti satu satuan
kegiatan belajar berisikan komponen: kemampuan, kondisi, dan kriteria.

Contoh tujuan kegiatan belajar


peserta diklat dapat menerapkan prosedur pengembangan materi dalam
penyusunan RPP.
d. MenyusunTugas 
Berisi instruksi untuk peserta diklat meliputi
 Tugas-tugas yang harus diketahui dan dikerjakan sesuai kriteria unjuk
kerja
 Kegiatan observasi untuk mengenal fakta,

 Menyusun learning evidence indicator (indikator bukti belajar),

 Melakukan kajian materi pada kegiatan belajar,

 Tutorial dengan guru.

e. Menyusun Tes Formatif


Berisi tes tertulis sebagai bahan pertimbangan bagi peserta dan guru untuk
mengetahui sejauh mana penguasaan kegiatan belajar yang telah dicapai
sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan berikut (lembar kerja).

C. Rangkuman
1. Diantara bentuk bahan ajar yang efektif dan sering dikembangkan oleh
guru-guru adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) dan modul. Secara umum
LKS dan modul merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap
atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). LKS dan modul ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan
keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam
penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan
pengembangan serta memingkin belajar mandiri bagi peserta didik
sehingga terjadi akselerasi dalam belajarnya.
2. Langkah-langkah penyusunan LKS dilakukan melalui tahapan. Pertama
tahap persiapan meliputi; analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan
LKS, menentukan judul-judul LKS, dan diulanjutkan dengan penulisan
LKS. Kedua, tahap penulisan LKS meliputi; Rumusan kompetensi dasar
LKS, Menentukan alat penilaian, Menyusun materi, Menentukan alat
penilaian. Adapun struktur LKS meliputi; Judul, mata pelajaran, semester,
tempat, Petunjuk belajar, Kompetensi yang akan dicapai, Indikator,
Informasi pendukung, Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, Penilaian.
3. Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan melalui tahapan. Analisis
kurikulum dan silabus dan mengembangkan judul-judul modul yang akan
disusun, dilanjutkan dengan penyusunan modul dengan memperhadikan
langkah-langkah dan kiat penyusunannya yang benar, kemudian
melakukan validasi dan penyempurnaan.

D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar 3 dari modul Langkah-langkah penyampaian bahan ajar. Latihan ini sebagai
pengayaan agar Anda lebih mendalami strategi langkah-langkah penyampaian
bahan ajar. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1. Lakukan analisis bahan ajar berupa LKS dan Modul
kemudian jelaskan karakteristik perbedaan masing-masing !
2. Buatlah flow chart prosedur penyusunan LKS dan
modul dan tunjukkan format masing-masing !
3. Buatkan draf penyusunan LKS dan modul sesuai
dengan mata pelajaran yang anda ajarkan. Gunakan tehnik penyusunan
yang benar sesuai dengan langkah-langkah penyusunan LKS dan modul !

E. Tes Formatif

1. Lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik


merupakan pengertian dari
a. Buku
b. Handout
c. LKS
d. Brosur
2. Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan buku latihan siswa didalamnya
memuat
a. Rencana pembelajaran guru
b. Ringkasan materi dan soal-soal latihan
c. Keseluruhan sumber belajar bagi siswa
d. silabus
3. ciri-ciri LKS dibawah ini kecuali
a. LKS terdiri dari beberapa halaman
b. LKS dipergunakan oleh satuan pendidikan tertentu
c. Memuat pokok bahasan secara umum
d. LKS terdiri dari 100 halaman lebih
4. Manfaat penggunaan LKS dalam proses pembelajaran sebagai berikut
kecuali
a. Melatih peserta didik untuk belajar mandiri
b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran
c. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep
d. Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran
5. Fungsi LKS bagi guru sebagai berikut kecuali
a. Melatih peserta didik untuk belajar mandiri
b. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran
c. Menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikannya
d. Sebagai pedoman guru dalam melaksankan proses pembelajaran
6. Bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menarik yang mencakup
isi materi, metode, dan evaluasi merupakan pengertian dari
a. Buku
b. Modul
c. Handout
d. LKS
7. Beberapa tujuan penulisan modul dibawah ini kecuali
a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera
c. Digunakan secara tepat dan bervariasi
d. Mengukur tingkat penguasaan materi diri sendiri
8. Modul mempunyai karakteristik salah satunya adalah
a. Komprehensif
b. Adaptif
c. Interaktif
d. Humanistik
9. Kiat-kiat dalam menyusun modul sebagai berikut kecuali
a. Menggunakan ilustrasi dalam modul
b. Penggunaan syarat kalimat
c. Tujuan kegiatan pembelajaran
d. Tujuan penyusunan modul
10. Modul mempunyai kerangka dalam penulisan. Dibawah ini yang tidak
termasuk kerangka modul adalah
a. Pendahuluan
b. Pembelajaran
c. Evaluasi
d. Analisis
F. Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di
bawah 80%, Anda harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut,
terutama bagian yang belum dikuasai.
Glosarium

Abiotik : Tidak memiliki ciri hidup, tidak hidup


Biotik : Mahluk hidup baik yang mikro maupun makro dan
prosesnya
Respon : Tanggapan
Kognitif : Aspek Pengetahuan
Deskriptif : Gambaran
Sistematis : Teratur dan terkontrol
Ilahiyah : Ketuhanan
Ayat kauniyah : Tanda-tanda keberadaan Allah yang ada di alam
semesta
Ubudiyah : Bersifat peribadatan
Universal : Umum, Menyeluruh melingkupi seluruh dunia
Formulasi : Rumusan
Eksistensi : Keberadaan
Dinamis : Selalu bergerak
Dimensi : Sudut pandang
Innovatif : Selalu mengarah kemajuan
Aqil-baligh : Orang yang sudah bisa memberdakan baik dan
buruk
Muallaf : Orang yang baru masuk Islam
Transeden : Sesuatu yang utama atau hakiki
Dogmatis : Ajaran yang bersifat mutlak kebenarannya
Fleksibel : Seseuai dengan kondisinya

Kunci Jawaban

KB 1 KB 2 KB 3
1. C 1. C 1. C
2. B 2. A 2. B
3. D 3. B 3. D
4. D 4. B 4. A
5. D 5. D 5. A
6. B 6. D 6. B
7. A 7. A 7. D
8. C 8. D 8. B
9. C 9. B 9. D
10. D 10. D 10. D

BAHAN ACUAN
Abdul Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan penyampaian, umpan balik, dan
keterampilan intelektual terhadap hasil belajar konsep. Jakarta : PAU -
UT.
Arsyad Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of
educational goals. New York: McKay.
Center for Civics Education (1997). National standard for civics and
governement. Calabasas CA: CEC Publ.
Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois: Scott
& Co. Publication.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2006). Pedoman Memiliah dan
Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Umum
Departemen Pendidikan Nasional
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for
the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Englewood Cliffs,
Publ.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey:
Englewood Cliffs.
Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum
development. New Jersey: Sage Publication.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools,
and classrooms. Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum
Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral objectives.
New Jersey: Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar Baru, 1991
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems development.
New York: Academic Press.
Purwo Sutanto, Pengembangan Bahan Ajar, edukasi.kompasiana.com, diakses 14
Desember 2010
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional theories in action: lessons illustrating
selected theories and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Publ.
Russell, James D. (1984). Modular instruction: a guide to design, selection,
utilization and evaluation of modular materials. Minneapolis: Burgess
Publishing Company.
Sardjono, Pendidikan (infopendidikankita.blogspot.com, diakses 14 September
2010)
Artikel Digital Learning. Sabtu, 22 Mei 2004. http://www.impalaunibraw.org
didownload pada tanggal 20 Mei 2007.
Hardjito. 2002. Internet Untuk Pembelajaran. http://www.pustekkom.go.id. Di
download pada tanggal 21 Mei 2007.
Hidayah, Isti, dkk. 2006. Workshop Pendidikan PAI 2. Semarang : Jurusan PAI
UNNES.
Indrianto, Lis. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran PAI
Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar PAI. Semarang: IKIP
Semarang.
Suyitno, Amin, dkk. 1997. Dasar dan Proses Pembelajaran PAI. Semarang:
FMIPA Unnes.
Yaniawati, R. Poppy. 2000. Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran PAI
Yang Berbasis Kompetensi. http://www.jurnalkopertis4.org. didownload
pada tanggal 15 Mei 2007.
S.T. Vebrianto, Pengantar Pengajaran Modul (Yogyakarta: Yayasan Pendidikan
Paramita, 1985), hlm. 37-38
MODUL 3
ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MATERI PAI YANG
KONTEKSTUAL

PENDAHULUAN
Ajara Agama Islam memiliki karakteristik disamping sebagai agama yang
transenden, dogmatis tetapi juga universal dan dinamis. Sebab itu pengembangan
pembelajarn PAI yang kontekstual sangat penting, disamping karena karakteristik
agama Islam tersebut juga karena pendidikan agama Islam dihadapkan pada
tantangan yang begitu kompleks, tantangan tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam dua macam, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal dari
pendidikan agama Islam. Tantangan internal menyangkut sisi pendidikan agama
sebagai program pendidikan baik dari segi pemahaman terhadap materi
pendidikan agama Islam, perancangan maupun pelaksanaan dan penyelenggaraan
pendidikan agama Islam itu sendiri. Sedangkan tantangan eksternal berupa
berbagai kemajuan iptek, era globalisasi di bidang informasi, perubahan sosial
ekonomi dan budaya dengan segala dampaknya.
Berbagai persoalan pembelajaran dan keterbatasan waktu untuk
pembelajaran PAI perlu diatasi dengan mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik dan bermakna. Sebab itu perlu mengembangkan model-model
pembelajaran yang memiliki daya tarik dan efektif, diantara yang bisa dilakukan
adalah dengan mengembangkan bahan ajar/materi pembelajaran PAI yang
kontekstual actual dan bermakna, sehingga PAI tidak hanya berada pada tataran
dogma, yang normative dan tekstual tetapi PAI harus dinamis dan kontekstual.

Tujuan

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan (1) dapat menjelaskan


pengertian ruang lingkup dan karakteristik materi PAI; (2) Menjelaskan langkah-
Kegiatan Belajar
langkah analisis dan1 pengembangan
:Karakteristik Materi
materi PAI Pelajaran Pendidikan
yang kontekstual; (2) menerapkan
Agama Islam materi PAI yang aktual dan kontekstual
pengembangan

A. Tujuan

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan: (1) dapat menjelaskan tentang dasar,
PAI; (2) dapat menjelaskan tentang tujuan PAI; (3) dapat menjelaskan fungsi PAI;
(4) dapat menjelaskan ruang lingkup PAI (15) dapat menjelaskan karakteristik
PAI.

B. Uraian Materi
1. Landasan Pendidikan Agama Islam
Landasan adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu
tersebut tegak kokoh berdiri. Landasan Pendidikan Agama Islam yaitu
fundamen yang tempat berdirinya Pendidikan Agama Islam agar dapat tegak
berdiri, tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang
muncul baik sekarang maupun yang akan datang. Sedangkan Pendidikan
Agama Islam adalah rangkaian proses yang sistematis, terencana dan
komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik,
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga peserta
didik mampu melaksanakan tugasnya dengan baIk, sesuai dengan nilai-niiai
ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama (Al-Quran dan Hadits) pada
semua dimensi kehidupannya.
Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of
culture dan bennanfaat bagi manusia itu sendiri, maka perlu acuan pokok
yang memiliki nilai transenden dan universal. Dalam menetapkan dasar
pendidikan Islam, para pemikir Islam berbeda pendapat. Di antaranya, Abdul
Fattah Jalal membagi sumber pendidikan Islam kepada dua macam, yaitu:
Pertama sumber Ilahiah, yang meliputi Al-Quran, Hadits dan alam semesta
sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber
insaniah, yaitu proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan dari
kajian lebih lanjut terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global.
Dasar atau sumber pendidikan Agama Islam adalah semua acuan atau
rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang
akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber pendidikan
Agama Islam terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan Islam. Urgensi
penentuan sumber di sini adalah untuk: Pertama, mengarahkan tujuan
pendidikan Islam yang ingin dicapai; Kedua, membingkai seluruh kurikulum
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar, yang di dalamnya termasuk
materi, metode, media, sarana dan evaluasi; Ketiga, menjadi standart dan tolak
ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidikan telah mencapai dan sesuai
dengan apa yang diharapkan atau belum. Para ulama membagi dasar nilai
yang dijadikan acuan dalam pendidikan Agama Islam kepada tiga. yaitu Al-
Quran, Hadits dan Ijtihad.

a. Al-Quran
Secara etimologi berasal dari kata yara'a, yaqra'u, qira'atan atau
qur’anan yang berarti mengumpulkan (al jam'u) dan menghimpun (al-
dharramu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain
secara teratur. Muhammad Salih Muhsin mendefinisikan A1-Quran dengan
tirman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis
dalam musnaf-mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan yang
mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi
yang tidak percaya).
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal
pertumbuhan Islam telah menjadikan AI-Quran sebagai dasar pendidikan
Islam di samping sunnah beliau sendiri. Karena Al-Quran merupakan
petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia dan bersifat universal (Ramayulis: 1994). Keuniversalan
ajaran ilmu pengetahuannya yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia yang
esensinya tidak dapat dimengerti, kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan
berakal cerdas (Muhammad Rasyid Ridha: 1373). Al-Quran juga merupakan
sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak akan pernah
mengalami perubahan.
Isi dalam Al-Quran mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu
menyentuh seluruh potensi manusia, baik itu motivasi untuk mempergunakan
pancaindera dalam menafsirkan alam semesta bagi kepentingan formulasi
lanjut pendidikan manusia (pendidikan islam), motivasi untuk
mempergunakan akalnya lewat tamsilan-tamsilan Allah SWT dalam Al-
Quran, maupun motivasi agar manusia mempergunakan hatinya untuk mampu
mentransfer nilkai-nilai pendidikan ilahiah, dan lain sebagainya. Ini
merupakan sistem umum pendidikan yang ditawarkan Allah SWT dalam AI-
Quran agar manusia dapat menarik kesimpulan dan melaksanakan kesemua
petunjuk tersebut dalam kehidupannya sebaik-baik mungkin.
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat
dipahami dari QS. Al-Nahl : 64 dan QS. Shaad : 29
"Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman ". (QS. Al-Nahl : 64)
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shaad : 29)
Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan bahwa pada hakekatnya Al-
Quran itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan
manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya adalah merupakan
kitab pendidikan kemasyarakatan: moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian).
Begitu pula Al-Nadwi (1974) mempertegas dengan menyatakan bahwa
pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumberkan kepada
aqidah Islamiyah. Sekiranya pendidikan umat Islam yang tidak didasarkan
kepada aqidah yang bersumberkan kepada Al-Quran dan Al-Hadits, maka
pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi pendidikan asing.
Begitu luas dan persuasifnya Al-Quran dalam menuntun manusia,
yang kesemuanya merupakan proses pendidikan kepada manusia.,
menjadikan Al-Quran sebagai kitab dasar utama bagi pengembangan ilmu
pengetahuan manusia. Mourice Bucaile (1979), dalam bukunya kagum akan
isi kandungan al-Quran dan mengatakan, bahwa Al-Quran merupakan kitab
suci yang objektif dan memuat petunjuk bagi pengembangan ilmu
pengetahuan moderen. Kandungan ajarannya sangat sempurna dan tidak
bertentangan dengan hasil penemuan sains moderen. Dari penafsiran
terhadap ide-ide yang termuat dalam Al-Quran, sains moderen dapat
berkembang dengan pesat dan memainkan perananya dalam membangun
dunia ini.
Pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber
yang termuat dalam Al-Quran. Dengan berpegang kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Quran, akan mampu mengarahkan dan mengantarkan
manusia bersifat dinamis-kreatif, serta mampu mencapai esensi nilai-nilai
`ubudiyah pada Khaliknya, mampu menciptakan dan mengantarkan
outputnya sebagai manusia berkualitas dan bertanggung jawab terhadap
semua aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat dillihat, bahwa hampir dua
pertiga dari ayat Al-Quran mengandung nilai-nilai yang membudayakan
manusia dan memotivasi manusia untuk mengembangkannya lewat proses
pendidikan (M. Arifin: 1993).
b. Sunah (Hadits)
Dasar yang kedua selain Al-Quran adalah Sunnah Rasulullah.
Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan
hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah
SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya Q.S. Al-Ahzab:
21.
"Sesugguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang haik
bagimu (yaitu) hagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab:
21).

Hadits atau as-sunnah merupakan jalan atau cara yang pernah


dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam perjalanan kehidupannya
melaksanakan dakwah Islam. Contoh yang diberikan beliau dapat dibagi menjadi
tiga hagian sebagaimana tabel di bawah ini.
No. Macam Hadist Keterangan
1. Hadits Qauliyat Berisikan ucapan, pernyataan dan persetujuan Nabi
Muhammad SAW
2. Hadits Fi'liyat Berisikan tindakan dan perbuatan yang pernah
dilakukan nabi
3. Hadits Tagririyat Persetujuan nabi atas tindakan dan peristiwa yang
terjadi

Posisi dan fungsi hadits nabi sebagai sumber pendidikan Islam


yang utama setelah Al-Quran adalah sebagai penjelas dan penguatan
hokum-hukum quraniah yang ada, (NP. Anghnides: 1969) sekaligus
sebagai petunjuk (pedoman) bagi kemaslahatan hidup manusia dalam
semua aspeknya. Eksistensinya merupakan sumber inspirasi ilmu
pengetahuan yang berisikan keputusan dan penjelasan nabi dari pesan-
pesan ilahiah yang tidak terdapat dalam Al-Quran, maupun yang terdapat
dalam Al-Quran, tapi masih memerlukan penjelasan lebih lanjut secara
terperinci. Eksistensi hadits sebagai sumber kedua setelah Al Qur'an dapat
dilihat dari firman Allah sebagi berikut:
"Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta’ati
Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami
tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereku " (QS. An
Nisaa:80)
Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka
orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian)
dari hartanya memperoleh pahala yang besar ".(QS. Al Hadid: 7)

Dari ayat di atas, dapat dilihat dengan jelas, bahwa kedudukan


hadits Nabi merupakan dasar utama yang dapat dipergunakan sebagai
acuan bagi pelaksanaan pendidikan Islam. Lewat contoh dan peraturan-
peraturan yang diberikan oleh Nabi, merupakan suatu bentuk pelaksanaan
pendidikan Islam yang dapat ditiru dan dijadikan referensi teoritis maupun
praktis (Jalaludin dan Usman Said:1994).
Dalam pendidikan Islam, acuan tersebut dapat dilihat dari dua
bentuk, yaitu: Pertama, Acuan syar'iyah yang meliputi muatan-muatan
pokok ajaran Islam secara teoritis. Kedua, acuan operasional-aplikatif yang
meliputi cara nabi memainkan peranannya sebagai pendidik sekaligus
sebagai evaluator yang profesional, adil, dan tetap menjunjung tinggi nilai-
nilai ajaran Islam.
Proses pendidikan Islam yang ditunjukkan Nabi Muhammad SAW
merupakan bentuk pelaksanaan pendidikan yang bersifat fleksibel dan
universal, sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik, kebiasaan
(adat istiadat) masyarakat, serta kondisi alam di mana proses pendidikan
tersebut berlangsung dengan dibalut oleh pilar-pilar akidah lslamiah.
Corak pendidikan Islam yang diturunkan dart Sunnah Nabi
Muhammad SAW adalah: Pertama, disampaikan sebagai rahmat li alalamin
(rahmat bagi semua alam), yang ruang lingkupnya tidak sebatas spesies
manusia baik yang beragama Islam maupun non Islam, tetapi juga pada
makhluk biotik dan abiotik lainnya sebagaimana firman Allah: "Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (Q.S Al-Anbiya: 107). Kedua, disampaikan secara utuh dan
lengkap, yang memuat berita gembira dan peringatan pada umatnya "Dan
Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia selrrruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi per-ingatan, tapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui" (Q.S.Saba':28) Ketiga. apa yang
disampaikan merupakan kebenaran mutlak “Sesungguhnya kami telah
mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; Sebagai pembawa berita
gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta
(pertanggung jawab) tentang penghuni penghuni neraka" (Q.S Al-
Baqarah:119) dan terpelihara otentitasnya "sesungguhnya kamilah yang
menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya ‘(Q.S. al-Hijr: 9); Keempat, kehadirannya sebagai
evaluator yang rnampu mengawasi dan senantiasa bertanggung jawab
atas aktivitas pendidikan, sebagaimana firman-Nya: "Jika mereka berpaling
maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka.
Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya
apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia
bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan
disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar)
karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat) " (Q.S.
Asy-Syura: 48. dan "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk
jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan" (Q.S. Al-
Ahzab: 45). Kelima, perilaku Nabi SAW tercermin sebagai uswatun
hasanah yang dapat dijadikan figur atau suri tauladan "Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah" (Q.S. Al-Ahzab: 21). Juga perilakunya dijaga
oleh Allah SWT "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut
kemauan hawa nafsunya, Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya)" (Q.S. An-Najm: 3-4), sehingga beliau tidak
pernah berbuat maksiat.
c. Ijtihad
Secara etimologi, ijtihad berarti usaha keras dan bersungguh-
sungguh (Abdullah Ahmed an-Na'im: 1996) yang dilakukan oleh para
ulama, untuk menetapkan hukum suatu perkara atau suatu ketetapan atas
persoalan tertentu. Sedangkan secara terminologi, menurut batasan yang
dikembangkan oleh al-Amidiy, merupakan ungkapan atas kesepakatan dari
sejumlah ahl hall wa al-`aqd (ulil amri) (Ahmad Musthafa al-Maraghyat )
dari umat Muhammad dalam suatu masa, untuk menetapkan hukum syariah
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi.
Ijtihad pada dasarnya merupakan proses penggalian dan
penetapan hukum syari’ah yang dilakukan oleh para mujtahid muslim,
dengan mengunakan pendekatan nalar dan pendekatan lainnya: qiyas,
masalih almursalah, `urf, dan sebagainya secara independen guna
memberikan jawaban hukum atas herbagai persoalan umat yang ketentuan
hukumnya secara syari'ah tidak terdapat dalam al-Quran dan Hadis
Rasulullah (Abdullah Ahmed an-Na'im: 1996).
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin mengglobal
dan mendesak, menjadikan eksistensi ijtihad, terutama bidang pendidikan
mutlak diperlukan. Sasaran ijtihad pendidikan, tidak saja hanya sebatas
bidang materi atau isi, kurikulum, metode, evaluasi atau bahkan sarana dan
prasarana, akan tetapi mencakup seluruh sistem pendidikan dalam arti yang
luas.
Dalam dunia pendidikan, sumbangan ijtihad ikut secara aktif
menata sistem pendidikan yang dialogis, cukup besar peranan dan
pengaruhnya. Umpamanya dalam menetapkan tujuan pendidikan yang
ingin dicapai. Meskipun secara umum rumusan tujuan tersebut telah
disebutkan dalam alQuran, akan tetapi secara khusus, tujuan-tujuan
tersebut memiliki dimensi yang harus dikembangkan sesuai dengan
tuntutan kebutuhan manusia pada suatu priodesasi tertentu, yang berada
dengan masa-masa sebelumnya.
Tujuan dilakukan ijtihad dalam pendidikan adalah untuk
dinamisasi, inovasi dan moderenisasi pendidikan agar diperoleh masa
depan pendidikan yang lebih berkualitas. Ijtihad tidak berarti merombak
tatanan yang lama secara besar-besaran dan mencampakkan begitu saja apa
yang selama ini dirintis, melainkan memelihara tatanan lama yang balk dan
mengambil tatanan baru yang lebih baik. Sabda Rasulullah SAW
"Apabila hakim telah menetapkan hukum, kemudian ia berijtihad dan
ijtihadnya itu benar, maka baginya dua pahala. Akan tetapi apabila ia
be,rijtihad dan ternyata ijtihadnya salah, makanya baginya satu pahala ".
(H. R. Bukhari Muslim dan Amr bin Ash).

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Tujuan Pendidikan Agama Islam identik dengan tujuan agama Islam,
karena tujuan Agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan
dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola
kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan.
Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam adalah suatu harapan yang
diinginkan oleh pendidik Islam itu sendiri.
Zakiah Daradjad dalam Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam
mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia
beragama berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam
dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan dalam
seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia
dan akhirat. Yang dapat dibina melalui pengajaran agama yanng intensif dan
efektif.
Sedangkan Djamaluddin yang menukil pendapat dari Burlian Somad
dalam buku Kapita Selekta menjelaskan bahwa Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak
diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah
mewujudkan tujuan itu yaitu ajaran Allah, secara terperinci, beliau
mengemukakan "Pendidikan itu disebut Pendidikan Islam apabila mempunyai
dua ciri khas, yaitu (1) Tujuannya membentuk individu menjadi bercorak diri
tertinggi menurut ukuran AL-Qur'an, (2) Isi ajarannya adalah ajaran Allah yang
tercantum dengan lengkap di dalam A1-Qur'an yang pelaksanaannya di dalam
praktek hidup sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW.
Lebih lanjut Pusat Kurikulum menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pcngalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal ( keimanan, ketaqwaannya kepada
Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi (Puskur Depdiknas: 2004).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan
Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan membimbing
manusi, dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi manusia yang
heriman dan bertaqwa kepada Allah S WT, serta meningkatkan pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan mengenai Agama Islam, sehingga menjadi
manusia Muslim, berakhlak mulia dalam kehidupan baik secara pribadi,
bermasyarakat dan berbangsa dan menjadi insan yang beriman hingga mati dalam
keadaan Islam (QS Al-lmran ayat:102) Ahmad Azhar:
http.www.ahmadazhar.wordpress.com).
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam ". (QS. Ali lmran:102)

Tujuan Mata pelajaran PAI secara terperinci adalah sebagai berikut: adalah:
No. Unsur Mata Tujuan
Pelajaran PAI
Al-Qur'an  Meningkatkan kecinta’an peserta didik terhadap al-quran
 Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang ter dapat dalam
al-quran sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi
kehidupan
 Meningkatkan kekusukan peserta didik dalam beribadah
terlebih sholat , dengan menerapkan hokum bacaan tajwid
serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang
mereka baca
Akidah-  Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian,
Akhlak pemupukan, dan pengembangan, pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan,serta pengalaman peserta didik
tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanandan ketakwaan kepada Allah SWT
 Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari Akhlak tercela dalam kehidupan individu
maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai
akidah Islam.
Fiqih/Ibadah  Membekali peserta didik agar dapat : (1) mengetahui dan
memahami pokok-pokok hokum Islam dalam mengatur
ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan
Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia
dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah. (2)
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan
ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hokum Islam , disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosial.
Sejarah  Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
kebudayan mempelajari landasan ajaran nilai-nilai dan norma-norma Islam
Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
 Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau,
masa kini dan masa depan.
 Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
 Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik
terhadap peninggalan sejaraah islam sebagai bukti peradaban
umat islam di masa lampau.
 Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam) meneladani
tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya denan fenomena
sosial,budaya,politik,ekonomi,iptek dan seni dan lain-lain untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

3. Ruang Lingkup Pendidikaan Agama Islam


Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasaan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT,
hubungan manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan
dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek
Pengajaran Agama Islam karena materi yang terkandung di dalamnya merupakan
perpaduan yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Dan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam secara keseluruhan terbagi dalam empat cakupan
sebagaimana diagram berikut:

Al Qur’an

SKI Aqidah
Ruang
Lingkup

Fiqh/ibada Akhlak
h
Cakupan tersebut setidaknya menggambarkan bahwa ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mewujudkan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Masing-masing mata pelajaran tersebut saling terkait dan saling
melengkapi. Al-Qur'an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia
merupakan sumber akidah-akhlak, syari'ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah (usuluddin) atau keimanan
merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak
bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah
(keimanan dan keyakinan hidup). Syari'ah/fikih merupakan sistem norma (aturan)
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan
makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup
manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia
dan lainnva (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia
dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang
dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha
beribadah, bermuamalah, dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem
kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.
Sedangkan ruang lingkup pada setiap unsur matapelajaran PAI adalah
sebagaimana tabel berikut:

No Unsur Mata Ruang Lingkup Kajian


pelajaran PAI
1 AI-Quran Lingkup kajiannya tentang membaca Al-Quran dan
mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-
ayat Al-Quran. Akan tetapi dalam prakteknya hanya
ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam materi
Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan
tingkat pendidikannya dan beberapa hadist terkait.
2 Aqidah Lingkup kajian tentang aspek kepercayaan menurut
ajaran Islam, dan inti dari pengajaran ini adalah
tentang rukun iman.
3 AKhlak Lingkup kajian mengarah pada pembentukan jiwa,
cara bersikap individu pada kehidupannya dalam
mencapai akhlak baik
4 Fiqh/Ibadah Lingkup kajian tentang segala bentuk ibadah dan tata
cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar
peserta didik mampu melaksanakan ibadah dengan
baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan
memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. Juga
materi tentang segala bentuk-bentuk hokum Islam
yang bersumber pada A1-Quran, sunnah, dan dalil-
dalil syar'i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah
agar peserta didik mengetahui dan mengerti tentang
hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam
kehidupan
sehari-hari
5 Sejarah Lingkup kajiannya tentang pertumbuhan dan
Kebudayaan perkembangan agama Islam dari awalnya sampai
Islam zaman sekarang sehingga peserta didik dapat
mengenal dan meneladani tokoh-tokoh Islam serta
mencintai agama Islam

Ruang lingkup kajian Pendidikan Agama Islam memiliki penekanannya masing-


masing sebagaimana tabel berikut:
No. Unsur Mata Penekanan Kemampuan
pelajaran PAI
1. Al-Qur'an Penekanan pada kemampuan baca tulis yang balk
dan benar, memahami makna secara tekstual dan
kontekstual, serta mengamalkan kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari
2. Aqidah Penekanan pada kemampuan memahami dan
mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar
serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-
asma' al-husna
3. Akhlak Penekanan pada pembiasaan untuk melaksanakan
akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam
kehidupan sehari-hari
4. Fikih Penekanan pada kemampuan cara melaksanakan
ibadah dan muamalah yang benar dan baik
5. Sejarah Penekanan pada kemampuan mengambil ibrah dari
Kebudayaan peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam),meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik, konomi, iptek dan
seni, dan lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam

4. Karakteristik Pendidikan Agama Islam


Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah baik yang umum
maupun yang khusus, Pendidikan Agama Islam mempunyai karakteristik yang
khas yaitu:
Pertama, Pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti.
Pendidikan Agama Islam mengikuti aturan atau garis-garis yang sudah jelas dan
pasti serta tidak dapat ditolak dan ditawar. Aturan itu adalah Wahyu Tuhan yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, semua yang terlibat dalam Pendidikan
Agama Islam itu harus senantiasa berpegang teguh pada aturan ini. Pendidikan
pada umumnya bersifat netral, artinya pengetahuan itu diajarkan sebagaimana
adanya dan terserah kepada manusia yang hendak mengarahkan pengetahuan itu.
Ia hanya mengajarkan, tetapi tidak memberikan petunjuk ke arah mana dan
bagaimana memberlakukan pendidikan itu. Pengajaran umum mengajarkan
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang bersifat relatif, sehingga tidak
bisa diramalkan ke arah mana pengetahuan keterampilan dan nilai itu digunakan,
disertai dengan sikap yang tidak konsisten karena terperangkap oleh perhitungan
untung rugi, sedangkan Pendidikan Agama Islam memiliki arah dan tujuan yang
jelas, tidak seperti pendidikan umum.
Kedua, Pendidikan Agama Islam selalu mempertimbangkan dua sisi
kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya. Pendidikan
Agama Islam seperti diibaratkan mata uang yang mempunyai dua sisi, pertama;
sisi keagamaan yang menjadi pokok dalam substansi ajaran yang akan dipelajari,
kedua; sisi pengetahuan berisikan hal-hal yang mungkin umum dapat di indera
dan diakali, berbentuk pengalaman factual maupun pengalaman pikir. Sisi
pertama lebih menekankan pada kehidupan dunia sedangkan sisi kedua lebih
cenderung menekankan pada kehidupan akhirat namun, kedua sisi ini tidak dapat
dipisahkan karena terdapat hubungan sebab akibat, oleh karena itu, kedua sisi ini
selalu diperhatikan dalam setiap gerak dan usahanya, karena memang Pendidikan
Agama Islam mengacu Kepada kehidupan dunia dan akhirat;
Ketiga, Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul
karimah. Pendidikan Agama Islam selalu menekankan pada pembentukan
akhlakul karimah, hati nurani untuk selalu berhuat baik dan bersikap dalam
kehidupan sesuai dengan normanorma yang berlaku, tidak menyalahi aturan dan
berpegang teguh pada dasar Agama Islam yaitu Al-Qur'an dan Hadits;
Keempat, Pendidikan Agama Islam diyakini sebagai tugas suci. Pada
umumnya, manusia khususnya kaum muslimin berkeyakinan bahwa
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari risalah, karena
itu mereka mengangapnya sebagai misi suci. Karena itu dengan
menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam berarti pula menegakkan agama,
yang tentunya bernilai suatu kebaikan di sisi Allah;
Kelima, Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah. Sejalan dengan hal
yang dijelaskan pada sebelumnya maka kiprah Pendidikan Agama Islam
merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari Allah, dari segi mengajar,
pekerjaan itu terpuji karena merupakan tugas yang mulia, disamping tugas itu
sebagai amal jariah, yaitu amal yang terus berlangsung hingga yang bersangkutan
meninggal dunia, dengan ketentuan ilmu yang diajarkan itu diamalkan oleh
peserta didik ataupun ilmu itu diajarkan secara berantai kepada orang lain.

Rangkuman

1. Landasan pendidikan Islam yaitu fundamen yang di mana pendidikan Islam


dapat tegak berdiri, tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa
ideologi yang muncul baik sekarang maupun yang akan datang. pemikir
muslim lainnya membagi dasar nilai yang dijadikan acuan dalam PAI kepada
al Qur'an, hadist dan ljtihad.
2. Abdul Fattah Jalal membagi sumber pendidikan Islam kepada dua macam,
yaitu: Pertama sumber ilahi, yang meliputi Al-Quran, Hadits dan alam semesta
sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber
insaniah, yaitu proses ijtihad manusia dart fenomena yang muncul dan dari
kajian lebih lanjut terhadap sumber ilahi yang masih bersifat global.
3. Zakiah Daradjad dalam Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam
mendefinisikan tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu Tujuan Pendidikan
Agama Islam yaitu membina manusia beragama berarti manusia yang mampu
melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam dengan baik dan sempurna, sehingga
tercermin pada sikap dan tindakan dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka
mencapai kebahagiaan dan kejayaan dunia dan akhirat.
4. Pendidikan Agama Islam adalah sebagai usaha untuk mengarahkan dan
membimbing manusia dalam hal ini peserta didik agar mereka mampu menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta meningkatkan
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan mengenai Agama Islam, sehingga
menjadi manusia Muslim, ber akhlak mulia dalam kehidupan baik secara
pribadi, bermasyarakat dan berbangsa dan menjadi insan yang beriman hingga
mati dalam keadaan Islam (QS All Imran ayat 102).
5. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan
manusia dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.
6. Karakteristik PAI meliputi pertama, Pendidikan Islam merujuk pada aturan-
aturan yang sudah pasti. Kedua, Pendidikan Agama Islam selalu
mempertimbangkan dua sisi kehidupan duniawi dan ukhrawi dalam setiap
langkah dan geraknya. Ketiga, Pendidikan Agama Islam bermisikan
pembentukan akhlakul karimah. Keempat, Pendidikan Agama Islam diyakini
sebagai tugas suci. Kelima, Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah.
(Materi dalam modul 3 KB 1 ini dikutip dari modul Pengembangan
Pendidikan Islam Pada Sekolah. Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada
Sekolah (2010)

C. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengembangan materi PAI yang kontekstual. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari orientasi
pengembangan PAI yang kontekstual, yang didasarkan dengan berbagai
pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Dasar pendidikan Islam yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar
pendidikan Islam dapat tegak berdiri. Bagaimana agar dasar Pendidikan Islam
ini dapat benar-benar menjadi asas bagi pendidikan Islam, jelaskan !
2) Beberapa pakar memberikan pendapat mengenai sumber pendidikan Islam.
Coba jelaskan kembali persamaan dan perbedaan pengertian dari masing-
masing pendapat tersebut !
3) Materi Pelajaran Agama Islam terdiri dari beberapa materi. Sebutkan dan
jelaskan fungsi dan karakteristik dari tiap materi tersebut !
D. Tes Formatif

1. Landasan Pendidikan Agama Islam ada tiga yakni


a. Al-Qur’an, Hadits, Ijma’
b. Al-Qur’an, Hadits, Qiyas
c. Al-Qur’an, Hadits, Filsafat
d. Al-Qur’an, Hadits, Ijtihad
2. Secara etimologi Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qira’atan
yang berarti
a. Menghimpun
b. Mengagungkan
c. Memuliakan
d. Membaca
3. Macam-macam hadits dibawah ini kecuali
a. Hadits Qauliyah
b. Hadits Fi’liyah
c. Hadits Qudsi
d. Hadits Taqririyah
4. Ruang lingkup mata pelajaran PAI yaitu
a. Al-Qur’an, Aqidah, Fiqih, SKI, Tauhid
b. Al-Qur’an, Aqidah, Filsafat, SKI, Fikih
c. Al-Qur’an, Aqidah, Akhlak, Fiqih, SKI
d. Al-Qur’an, Aqidah, Fiqih, Filsafat, SKI
5. Dibawah ini karakteristik PAI kecuali
a. Pendidikan Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti
b. Pendidikan Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah
c. Pendidikan Islam bermotifkan ibadah
d. Pendidikan Islam hanya berorientasi kehidupan duniawi
E. Balikan Dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = balk sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Kegiatan Belajar 2
ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM PADA SEKOLAH

A. Tujaun :

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan: (1) dapat menjelaskan konsep
tentang analisis dan pengembangan materi PAI; (2) dapat menjelaskan langkah-
langkah analisis dan pengembangan materi PAI; (3) dapat menerapkan langkah-
langkah analisis dan pengembangan materi PAI dalam pembelajaran.

B. Uraian Materi
1. Analisis Materi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan yang terencana untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, manghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan. Bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) meliputi: Akidah-Akhlaq,
Qur’an-Hadis, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Materi Aqidah
menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
yang terkandung dalam nama-nama Allah Swt. (al-asma’ al-husna). Materi
Akhlaq menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan akhlak terpuji (al-
akhlaq al-mahmudah) dan menjauhi akhlak tercela (al-akhlaq al-mazmumah)
dalam kehidupan sehari-hari. Akhlaq mempelajari relasi antara manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta (Ihsan).
Relasi atau hubungan ketiganya ini harus harmonis sebagaimana yang
ditunjukkan dalam al-Qur’an surat al-Qashash: 77. Sementara itu materi Qur’an-
Hadis menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami
makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam
kehidupan sehari-hari. Al-Qur'an merupakan wahyu Tuhan yang kebenarannya
bersifat absolut. Materi Fiqh menekankan pada kemampuan cara melaksanakan
ibadah dan muamalah yang benar dan baik, bersifat fleksibel dan kontekstual.
Sedangkan materi Tarikh atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada
kemampuan mengambil hikmah dan pelajaran (’ibrah) dari peristiwa-peristiwa
bersejarah pada masa lalu yang menyangkut berbagai aspek: sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek dan seterusnya, serta meneladani sifat dan sikap para tokoh
berprestasi, dari Nabi Muhammad Saw., para sahabat hingga para tokoh
sesudahnya bagi pengembangan kebudayaan dan peradaban Islam masa kini.
Prinsip yang digunakan dalam melihat sejarah masa lalu adalah: ”Meneladani hal-
hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang buruk serta mengambil hikmah dan
’ibrah dari peristiwa masa lalu tersebut untuk pelajaran masa kini dan
mendatang”, History is mirror of past and lesson for present. Pelajaran SKI juga
harus berwawasan transformatif-inovatif dan dinamis.
Sementara itu pada materi Aqidah, mempelajari sifat 20 Tuhan (Aqidat al-
Awwam) atau mengenalkan sifat-sifat Tuhan yang 99 sebagaimana yang
disebutkan dalam al-Qur’an yang dikenal dengan al-asma’ al-husna perlu
diarahkan pada dimensi empirik -- dengan misalnya-- kita menjelaskan kepada
mereka bahwa Tuhan itu memiliki sifat Rahman (Maha pengasih), jadi manusia
harus optimis dalam menjalani hidup di dunia ini. Sifat Rahman atau kasih sayang
Tuhan itu diberikan kepada semua hamba-Nya, tanpa pandang bulu, tanpa
diskriminiatif, baik hamba yang mukmin maupun yang tidak, namun Allah Swt.
hanya memberikan kasih sayang (Rahim-Nya) di akhirat kelak khusus kepada
yang Mukmin saja. Oleh sebab itu, jika di dunia ini orang non-Mukmin belajar
kedokteran, maka mereka akan menjadi Dokter. Namun jika orang Mukmin
sendiri tidak belajar kedokteran, tetapi belajar ilmu klenik, maka mereka akan
menjadi Dukun. Demikian pula, jika orang non-Mukmin bekerja keras mengikuti
hukum ekonomi, maka mereka akan menjadi kaya, ini hukum yang berlaku di
dunia. Begitu pun sebaliknya, jika orang Mukmin malas-malasan bekerja, maka
mereka menjadi miskin.
Contoh lain misalnya, Tuhan itu memiliki sifat Ghafur, Maha Pengampun,
karena itu kita tidak perlu putus asa, walau sudah berbuat dosa kita bisa minta
ampun kepada-Nya, meski begitu kita tidak boleh terus menerus berbuat dosa
kemudian minta ampun. Tuhan itu memiliki sifat Wadud (santun), karena itu Dia
tidak bakal menerlantarkan kita. Demikian pula dengan sifat Tuhan yang seram-
seram, seperti Tuhan itu Maha Perkasa (Jabbar) dan Pendendam (Dzun Tiqam),
hal ini agar manusia tidak memperlakukan kewajiban-kewajiban Tuhan semaunya
atau seenaknya saja.
Sifat-sifat Tuhan yang terkandung dalam al-asma’ al-husna itulah yang
seharusnya memberikan dampak psikologis bagi anak-anak kita. Ketika
menjelaskan sifat mahamengetahuinya Tuhan (al-‘alim) dan kemahabijaksanaan-
Nya (al-hakim) bisa dijelaskan melalui fenomena empirik di sekeliling kita.
Misalnya diungkapkan sebuah kisah seorang Musafir yang sedang berteduh di
bawah pohon beringin besar lagi rindang yang buahnya kecil-kecil, sementatara
itu di hadapannya tumbuh buah semangka besar yang batangnya kecil merambat
di tanah. Ketika seorang Musafir itu terbersit di hatinya untuk menganggap
kenyataan ini janggal, maka serta merta ia kejatuhan buah beringin itu. Seketika
itu juga ia sadar, bahwa apa yang diciptakan Tuhan itu benar adanya (Rabbana
ma Khalaqta Hazha Batila…). Karena itu, kita perlu memperkaya mata pelajaran
Aqidah dengan pengembangan-pengembangan seperti ini, bahwa untuk
menunjukkan kemahakuasaan Allah Swt. cukup ditunjukkan penciptaannya yang
terhampar di jagat raya ini (tafakkaru fi khalqillah wala tafakkaru fi zatihi). Masih
banyak contoh lain yang bisa dikembangkan terkait dengan ini, sehingga aspek
afektif dan psikomotor dapat dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Jika dilihat dari aspek psikologis --dalam konteks mempelajari al-Qur’an--
belajar membaca dengan benar dan baik, serta menghafal ayat-ayat al-Qur’an
--terutama surat-surat pendek-- akan lebih melekat dan bertahan lama jika
dimulai pada usia SD/MI (6 – 12 tahun). Belajar membaca dan menulis serta
menghafal al-Qur’an tersebut perlu dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan dari waktu ke waktu atau hari ke hari (sustainable). Jika
dilakukan pada hari tertentu (hari senin jam pertama dan kedua misalnya, karena
PAI hanya 2 jam pelajaran) kemudian disusul pada hari senin berikutnya dan
seterusnya sampai beberapa semester, maka kecil kemungkinannya untuk dapat
melekat dan tahan lama dalam ingatannya, terutama jika tidak didukung oleh
pendidikan agama dalam keluarga dan masyarakat (seperti pendidikan agama
pada TPQ/TPA/TKA).
Dilihat dari aspek psikologi agama, bahwa siswa MI/SD yang sudah aqil
baligh, berkewajiban untuk menjalankan ibadah shalat (mukallaf). Pada periode
ini mereka membutuhkan pemahaman al-Qur’an baik dari segi arti lafdziyah
(tekstual) maupun kandungan makna dan mengaitkannya dengan fenomena alam,
sosial, budaya, politik, ekonomi dan lain-lainnya (kontekstual), sehingga dapat
menambah ke-khusyu’an dalam beribadah dan mampu membangun kesadaran
beragama (religious conciousness) anak. Al-Quran dengan demikian benar-benar
menjadi hudan (petunjuk dalam kehidupan), furqan (pembeda antara yang haq
dan bathil, antara yang benar dan salah, dan antara yang baik dan buruk), syifa’
ma fi al-sudur (obat psikologis bagi manusia beriman). Tujuan pengembangan
materi ini adalah sebagai upaya mencari alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar dan transfer belajar, memberi dan meningkatkan wawasan guru terhadap
materi pembelajaran agar dicapai hasil belajar yang maksimal.
Materi Fiqih adalah bagian mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik agar dapat mengenal, memahami, menghayati, dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Materi Aqidah adalah bagian dari mata pelajaran PAI yang
memberikan penekanan pada pembinaan keyakinan bahwa Tuhan adalah asal-usul
dan tujuan hidup manusia. Materi Akhlak adalah bagian dari mata pelajaran PAI
yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki moral dan etika
Islam sebagai keseluruan pribadi Muslim dan dimalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Materi Tarikh atau sejarah Kebudayaan Islam adalah bagian dari mata
pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki
pemahaman terhadap apa yang telah diperbuat oleh Islam dan kaum Muslimin
sebagai katalisator proses perubahan sesuai dengan tahapan kehidupan mereka
pada masing-masing waktu, tempat dan masa, untuk dijadikan sebagai ‘ibrah dan
pedoman hidup ke depan bagi umat Islam.
Al-Qur’an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dan juga
merupakan sumber Aqidah-Akhlak, Syari’ah/Fiqh (ibadah, muamalah), sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Aqidah (ushuluddin) atau keimanan
merupakan akar atau pokok agama. Syariah/Fiqh (ibadah, muamalah) dan Akhlak
bertitik tolak dari Aqidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari Aqidah
(keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah/Fiqh merupakan sistem norma (aturan)
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan
makhluk lainnya. Akhlaq merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup
manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia
dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia
dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang
dilandasi oleh Aqidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) Kebudayaan Islam
merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa
dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh Aqidah.

2. Langkah-langkah Analisis dan Pengembangan Materi PAI


Analisis dan Pengembangan Materi PAI adalah Kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam meneliti, menganalisis dan mengembangkan materi melalui
penelaahan isi Kurikulum, hakekat, tujuan dan karakteristik PAI, kompetensi yang
ingin dicapai, mulai dari analisis rumusan kompetensi lulusan (SKL); standar
kompetensi; dan Kompetensi Dasar (KD), kemudian menjabarkan materi secara
mendalam berdasarkan kompetensi secara sistematis dengan mempertimbangkan
penyajiannya.
Hasil dari analisis materi ini kemudian digunakan dalam menyusun silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Jadi Analisis Materi
Pembelajaran adalah salah satu bagian dari rencana kegiatan belajar mengajar
yang berhubungan erat dengan materi pelajaran dan penyusunan silabus/RPP
Berdasarkan pengertian tersebut maka langkah-langkah analisis dan
pengembangan materi PAI adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji kurikulum PAI
2) Mengkaji hakekat, tujuan dan karakteristik PAI
3) Analisis SK dan KD
4) Analisis materi PAI (apakah materi termasuk informative, konseptual,
procedural atau nilai/sikap)
5) Pengembangan/ penjabaran materi PAI secara mendalam dan memadai
Prosedur analisis Materi

SCOPE AND
SEQUENCE Naratif (cerita
MATERI
INFORMATIF suatu kejadian),
(DATA, FAKTA)
Deskriptif
STANDAR
KOMP.
KONSEPTUAL Deduktif atau
(PRINSIP, TEORI,
(SK) DALIL) Induktif

DESKRIPTIF,
PROSEDURAL
KOMP. EKSPLORATIF
DA SAR
(KD) DESKRIPTIF,
KETRAMPILAN EKSPLORATIF,
MODELLING

ARGUMENTATIF,
INDIKATOR NILAI, SIKAP
MATERI DESKRIPTIF,
EKPLANATORI,
MODELLING

Prosedur Pengembangan Materi

SCOPE AND SEQUENCE


MATERI PAI
MENCARI KATA KUNCI
(KEY WORD) PADA
STANDAR SETIAP SUB MATERI
KOMPETENSI (SK) PEMBELAJARAN PAI.

KONTEKSTUALISASI
PEMAHAMAN DAN
KOMPETENSI
PEMAKNAAN KEY WORD
DASAR(KD)
DALAM MATERI PAI YANG
DIPELAJARI.
INDIKATOR MEMBUAT PETA KONSEP
PEMAKNAAN KEY WORD
DAN KETERKAITANNYA
MATERI DENGAN MATERI LAIN.
PEMBELAJARAN
Berikut ini akan diberikan ilustrasi langkah-langkah analisis dan
pengembangan materi PAI

Hakekat Pendidikan Agama Islam

Hakekat Pendidikan Agama Islam adalah upaya normatif untuk membantu


seseorang atau sekelompok siswa dalam mengembangkan pandangan hidup islami
(bagaimana akan menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupan sesuai
dengan ajaran dan nilai islam), sikap hidup islami, dan dimanifestasikan dalam
keterampilan hidup sehari-hari”

Tujuan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah

• Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkembangkan akidah


melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT;
mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan
secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam
komunitas sekolah.

• Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara
membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada
menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.

• Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun


iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan
Qadar serta Asmaul Husna.
• Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan
tasawuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad,
ghadab dan namimah.

• Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah
baik shalat wajib maupun shalat sunat.

• Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat


serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara.

Penekanan materi PAI

1) Materi Qur’an-Hadits adalah unsur mata pelajaran PAI yang memberikan


pendidikan kepada siswa untuk memahami al-Qur’an dan Hadits sebagai
sumber ajaran agama Islam dan mengamalkan isi kandungannya sebagai
petunjuk hidup dalam kehidupan sehari-hari.

Menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami
makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari

2) Materi Fiqih adalah unsur mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman

Menekankan pada kemampuan cara melsaksanakan ibadah dan muamalah


yang benasr dan baik

3) Materi Aqidah adalah unsur mata pelajaran PAI yang memberikan penekanan
pada pembinaan keyakinan bahwa Tuhan adalah asal-usul dan tujuan hidup
manusia.
menekankan pada kemampuan mempertahanan keyakinan/keimanan yang
benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asmaul husna
4) Materi Akhlak adalah unsur mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik agar memiliki moral dan etika Islam sebagai
keseluruan pribadi muslim dan dimalkan dalam kehidupan sehari-hari.

5) Materi Tarikh dan Kebudayaan menekankan pada kemampuan mengambil


ibrah dari peristiwa bersejarah, meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
mengaitkan dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek untuk
menbgembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

Karakteristik dasar Materi PAI

MATERI KARAKTERISTIK DASAR

Al-Qur'an Transenden, Qath'i, informatif, statis, Interpretable, dll.

Aqidah Doktriner, dogmatis, apologis, rasional-argumentatif, statis,


dll.

Akhlaq Substantif, qath'i, stabil, spriritualis, Continuity, dll.

Ibadah Fleksibel, dinamis, zhanni, utility, Change, dll.

Tarikh Transformatif, informatif, dinamis, kreatif, inovatif, dll.

Analisis Kelemahan PAI


• Sarat materi tidak sarat nilai;
• Tidak berorientasi pada basic competences;
• Lebih menekankan aspek kognisi dari pada afeksi dan psikomotor;
• Kurang beorientasi pada kebutuhan;
• Kurang memberikan ruang kepada pengembangan; dan
• Lebih bersifat subject oriented
• Materi al-Qur’an lebih menonjolkan aspek tajwid sehingga pembelajaran
al-qur’an terkesan kurang memperhatikan fungsinya sebagai hudan dan
forqon. Tajwid seharusnya sdh selesai pd tingkat SD/MI atau melalui
TPA/TPQ
• Usia SMP (13-15 th) ada kewajiban menjalankan ibadah sholat (mukallaf)
mereka butuh pemaqhaman alquran dari segi tekstual dan kontekstual,
agar ibadah dapat khusus’

Memahami Pendekatan-pendekatan dalam analisis materi


1) Pendekatan Terhubung (connected) atau Pendekatan Sistemik, yakni suatu
pendekatan yang digunakan guru dalam mengorganisasi materi dengan
mengaitkan sebagai satu kesatuan utuh antara tema-subtema satu dengan
tema-subtema yang lainnya dalam satu mata pelajaran.
Contoh:

Aspek Keimanan

Aspek Akhlak
Aspek Al-
qur’an/Hadits
Aspek Fiqh/ibadah

Aspek Tarikh

2) Pendekatan Sistematik, yaitu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam


mengorganisasi materi secara berurutan dalam satu tema materi
pembelajaran. Contoh: Tema tentang kajian ayat al-Qur‘an: 1) Membaca
bacaaan ayat. 2). Mencari tajwidnya yang ada dalam ayat 3) Mencari kosa
kata/mufradat penting. 4) Menterjemahkan ayat, 5) Asbab al-Nuzul ayat
dan kontekstualisasi ayat 7). Dll.
3) Pendekatan Prosedural, yakni suatu pendekatan yang digunakan oleh guru
dalam mengorganisasi materi dengan mempertimbangkan prosedur atau
langkah-langkah yang harus di kerjakan dalam suatu tugas pembelajaran.
seperti menyusun materi dari yang sulit menuju yang mudah atau
sebaliknya, dari suatu contoh fakta ke suatu kon-sep teori atau sebaliknya,
dari suatu yang kongkrit ke suatu yang abstrak atau sebaliknya.
4) Pendekatan terjala (webbed), yaitu merupakan salah satu bentuk
pendekatan terpadu (integrated) atau tematis yang digunakan oleh guru
dalam mengorganisasi materi pembelajaran dengan cara mengaitkan dan
memadukan beberapa tema dari berbagai mata pelajaran yang relevan.
Prosedur analisis dan penjabaran materi :

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Analisis Materi


dan indikator Hakekat Materi
Kompetensi apa Apa materi pokok 1. Terjabarkannya tema/sub-tema
yang akan dikuasai yang akan atau konsep/sub-konsep.
siswa dan apa dipelajari siswa 2. Jabaran materi hendaknya
penandanya agar kompetensi menyentuh beberapa aspek;
(indikator) bisa tercapai. Pengetahuan, Ketrampilan,
Dan apa hakekat Sikap, Kebiasaan.
materinya 3. Kriteria terjabarkannya tema-
(informative, subtema/konsep-subkonsep
konseptual, adalah (a) apabila masih
procedural atau bersifat umum, (b) yang
nilai/sikap) memer-lukan ilustrasi/contoh
sesuai dengan kontek, (c) yang
dirasa masih sukar.
C. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengembangan materi PAI yang kontekstual. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari orientasi
pengembangan PAI yang kontekstual, yang didasarkan dengan berbagai
pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Lakukan analisis materi PAI berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
anda dalam melaksanakan proses pembelajaran !
2) Buatlah flow chart tentang langkah-langkah analisis dan pengembangan
materi PAI
3) Buatlah illustrasi atau contoh pengembangan dan analisis materi PAI
berdasarkan langkah-langkahnya !
D. Rangkuman

1. Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan yang terencana untuk


menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, manghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
atau latihan. Bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) meliputi:
Akidah-Akhlaq, Qur’an-Hadis, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam
(SKI). Masing-masing memiliki karakteristik dan penekanan yang
berbeda.
2. Analisis dan Pengembangan Materi PAI adalah Kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam meneliti, menganalisis dan mengembangkan materi
melalui penelaahan isi Kurikulum, hakekat, tujuan dan karakteristik PAI,
kompetensi yang ingin dicapai, mulai dari analisis rumusan kompetensi
lulusan (SKL); standar kompetensi; dan Kompetensi Dasar (KD),
kemudian menjabarkan materi secara mendalam berdasarkan kompetensi
secara sistematis dengan mempertimbangkan penyajiannya.
3. Langkah-langkah analisis dan pengembangan materi PAI adalah sebagai
berikut : a) Mengkaji kurikulum PAI; b) Mengkaji hakekat, tujuan dan
karakteristik PAI; c) Analisis SK dan KD; d) Analisis materi PAI (apakah
materi termasuk informative, konseptual, procedural atau nilai/sikap); e)
Pengembangan/ penjabaran materi PAI secara mendalam dan memadai.
4.
E. Tes Formatif

1. Beberapa langkah-langkah analisis pengembangan materi PAI sebagai


berikut kecuali
a. Mengkaji kurikulum PAI
b. Mengkaji hakikat, tujuan, dan karakteristik PAI
c. Analisis materi PAI
d. Analisis tujuan pembelajaran
2. Diantara kelemahan PAI kecuali
a. Sarat materi tidak sarat nilai
b. Berorintasi pada kehidupan ukhrawi
c. Menekankan aspek kognisi dari pada afeksi dan psikomotor
d. Bersifat subject oriented
3. Suatu pendekatan yang digunakan guru dalam mengorganisasi materi
dengan mengaitkan sebagai satu kesatuan utuh antara tema-subtema satu
dengan tema-subtema yang lainnya dalam satu mata pelajaran disebut
pendekatan
a. Pendekatan sistemik
b. Pendekatan prosedural
c. Pendekatan terjala
d. Pendekatan organik
4. Suatu pendekatan yang digunakan oleh guru dalam mengorganisasi materi
dengan mempertimbangkan prosedur atau langkah-langkah yang harus di
kerjakan dalam suatu tugas pembelajaranbdisebut pendekatan
a. Pendekatan sistemik
b. Pendekatan prosedural
c. Pendekatan terjala
d. Pendekatan organik
5. Bentuk pendekatan terpadu (integrated) atau tematis yang digunakan oleh
guru dalam mengorganisasi materi pembelajaran dengan cara mengaitkan
dan memadukan beberapa tema dari berbagai mata pelajaran yang relevan
disebut pendekatan
a. Pendekatan sistemik
b. Pendekatan prosedural
c. Pendekatan terjala
d. Pendekatan organik
F. Balikan Dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = balk sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Kegiatan Belajar 3
Pengembangan Pembelajaran PAI yang Kontekstual

A. Tujuan :

Tujuan belajar pada materi ini diharapkan: (1) dapat menjelaskan urgensi
pengembangan pembelajaran PAI kontekstual; (2) dapat menjelaskan langkah-
langkah pengembangan PAI kontekstual; (3) dapat menerapkan pengembangan
PAI kontekstual dalam pembelajaran

B. Uraian Materi
1. Urgensi Pengembangan Pembelajaran PAI yang Kontekstual
Pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan yang begitu
kompleks, tantangan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu
tantangan internal dan tantangan eksternal dari pendidikan agama Islam.
Tantangan internal menyangkut sisi pendidikan agama sebagai program
pendidikan baik dari segi pemahaman terhadap materi pendidikan agama Islam,
perancangan maupun pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan agama Islam
itu sendiri. Sedangkan tantangan eksternal berupa berbagai kemajuan iptek, era
globalisasi di bidang informasi, perubahan sosial ekonomi dan budaya dengan
segala dampaknya.
Sementara berdasarkan kajian yang telah banyak dilakukan ditemukan
bahwa mata pelajaran pendidikan agama di sekolah menengah umum berbobot 2
sks dengan 2 jam pelajaran yang dirasakan oleh guru masih kekurangan waktu
atau jam pelajaran. Materi pendidikan agama banyak menyajikan ajaran (dogma
agama) dan belum banyak menggali nilai dan perilaku ajaran agama serta aplikasi
dan impilkasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan dan metode/ strategi
pembelajaran yang dikembangkan belum memberikan keutuhan pengalam belajar
beragama dan siswa cenderung merasa bosan/ kurang menarik. Materi dan strategi
pembelajaran pendidikan agama masih dirasakan banyak yang tumpang tindih
(over lapping). Hasil belajar dan penilain direduksi menjadi angka yang mematok
batas minimal diatas 5 agar siswa lulus. Sumber belajar yang tersedia dan
dimanfaatkan terbatas pada buku teks dengan pendekatan doktriner, tektual, dan
belum memanfaatkan pengalaman beragama dan kehidupan keagamaan sebagai
laboratorium belajar. Para guru masih mengalami kesulitan untuk
mengembangkan model/ paket pembelajaran pendidikan agama yang dapat
memberikan keutuhan pengalaman belajar secara tektual dan kontekstual dalam
meningkatkan hasil pendidikan agama baik yang berupa pengetahuan dan
pengamalan ajaran agama, sikap beragama, maupun perilaku beragama.
Sifat bahan yang dipelajari dalam pendidikan agama dapat diklasifikasikan
menjadi tiga hal sebagai suatu keutuhan yaitu ajaran agama, nilai-nilai agama dan
perilaku atau pengamalan beragama. Sebagai ajaran, pendidikan agama akan
menyampaikan dan menanamkan kebenaran dari ajaran agama berdasarkan
wahyu atau kitab suci. Ajaran agama bersifat dogma yang diterima berdsarkan
keimanan seseorang, seperti dalam pendidikan agama Islam, diajarkan untuk
melakasanakn lima rukun Islam (syahadat, sholat, puasa, zakat, haji bagi yang
mampu). Menurut Dimyati (2002) kebenaran agama bersifat universal,
transendent, imanen, dan mutlak. Namun dalam proses pembelajaran, strategi
yang dikembangkan dalam pengenalan, penerimaan dan penanaman ajaran agama
tidak harus diberikan secara doktriner, melainkan harus dikembangkan dan
diperhatikan pengalaman belajar yang dapat menumbuh kembangkan keutuhan
subjek didik.
Sebagai nilai, pendidikan agama akan mempelajari, mencari, menemukan,
mengkonstruk, mencontohkan/ memodelkan, memilih, menetapkan,
menginternaslisi dan mengamalakan nilai-nilai yang mengacu pada ajaran agama.
Menurut Bertens nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang
kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan;
sesuatu yang baik. Sedangkan Max Scheler menyatakan bahwa nilai merupakan
suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lain. Nilai
tersusun secara hierarkis, dari yang rendah hingga yang paling luhur: nilai
kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian. Nilai-nilai itu
adalah anugerah Tuhan, bukan buatan manusia. Manusia hanya dapat
menemukan, memahami, menghayati, dan mewujudkan dalam tindakan nyata.
Adimassana menekankan bahwa pemahaman dan penemuan nilai tidak dapat
dilakukan dengan budi-pikiran saja, melainkan harus dengan hati, melalui
pengalaman dan penghayatan nyata. Karena itu dalam mempelajari dan menggali
nilai-nilai ajaran agama selain dibutuhkan strategi yang mengembnagkan akal
budi juga penegembangan hati nurani melalui penghayatan dan pengamalan dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti dalam pendidikan agama Islam, diajarkan mencari,
menemukan dan mengamalkan hikmah ajaran atau nilai-nilai yang terkandung
dalam ajaran Islam baik nilai-nilai yang bersifat vertikal atau berhubungan dengan
Tuhan (hablun minaallah) maupun nilai-nilai yang bersifat horisontal atau sesama
makhluk Tuhan (hablun minannas). Sehingga dalam proses pembelajaran,
dibutuhkan model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar
siswa untuk membentuk pengeathuannya sendiri secara bermakna
(konstruktivistiktructivis), memberi kesempatan untuk mencari dan menemukan
sendiri (inquiry), memberikan proses dialogis dengan mengembangkan proses
berpikir dengan bertanya dan mencari jawaban kepada berbagai sumber
(question), dibutuhkan lingkungan dan model sebagai pengukuh kebenaran
terhadap ajaran dan nilai yang dipilihnya, baik berupa model pengetahuan, figur
berupa nilai atau perilaku guru, personal sekolah, orang tua, anggota keluarga,
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lainnya, maupun sistem atau lingkungan
yang tercipta suasana religius seperti belajar menghormati ajaran lain, lingkungan
dan hidup yang bersih, disiplin, tanggung jawab dan sebagainya sehingga tidak
terjadi kemunafikan antara apa yang diajarkan (perkataan) dengan perbuatan
(splitpersonality), karena itu dibutuhkan (modelling), leraning community dan
autentic assesment.
Sebagai konsekuensi dari pemikiran di atas, diperlukan suatu model pembelajaran
yang dapat memberdayakan dan mengaktifkan belajar siswa serta kajian materi
pendidikan agama yang fungsional dan secara langsung sesuai dengan ajaran
agama, nilai, dan perilaku beragama terkait dengan situasi yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu model tersebut adalah dengan dikembangkannya
model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran pendidikan agama.

2. Konsep Pengembangan Pembelajaran Pembelajarn PAI Kontekstual


Pembelajaran kontekstual sesungguhnya sudah lama dikembangkan dalam
dunia pendidikan. Dalam khazanah pendidikan Islam dikenal ada tafsir bi al-Ra’yi
atau tafsir bi al-Ma’kul (kontekstual), serta dalam kelembagaan pondok pesantren
pola pendidikan yang dikembangkan adalah menekankan pada pembelajaran
kontekstual, di mana belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. (Maksum, 1999). Dalam lingkungan
pondok pesantren, santri berada dalam lingkungan belajar yang sebenarnya
(mengalaminya) dan berinteraksi dengan lingkungannya selama 24 jam mulai dari
mengurus segala keperluan dirinya hingga mengatur aktivitas belajarnya.
Model pembelajaran kontekstual dikembangkan John Dewey pada tahun
1916. Dalam bukunya Democracy and Education, dia menetapkan sebuah
konstruktivistik pendidikan yang menyatakan bahwa kelas dapat dijadikan
cerminan masyarakat yang lebih besar dan berfungsi sebagai laboratorium untuk
belajar tentang kehidupan nyata. Paedagogi Dewey mengharuskan guru
menciptakan lingkungan belajarnya suatu system social yang dicirikan dengan
prosedur demokratis dan proses ilmiah. Tanggung jawab utama mereka ialah
motivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif dan untuk memikirkan masalah
social penting yang muncul pada hari itu. Di samping upaya pemecahan masalah
di dalam kelompok kecil, siswa belajar prinsip demokrasi melalui interaksi dalam
kegiatan sehari-hari dengan yang lain.
Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan pendekatan yang
mendekatkan apa yang dipelajari siswa dalam kehidupan. Dengan CTL siswa
dapat menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang mereka pelajari dalam berbagai macam tatanan kehidupan baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Pembelajaran kontekstual merupakan konstruktivistiksi
yang membantu guru mengkaitkan isi materi pelajaran dengan dunia nyata dan
membawa siswa belajar dalam kehidupan yang sebenarnya. Untuk memahami
pembelajaran kontekstual perlu diberikan beberapa definis berikut. Pembelajaran
kontekstual adalah suatu konstruktivistik mengajar dan belajar yang membantu
guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya dengan situasi
nyata dan memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan
penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
sebagai anggota masyarakat di mana siswa hidup (US Departemen of Education,
2001).
The contextual teaching and learning system is an education process that
aims to help students see meaning in the academic material they are studying
connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with the
context of their personal, social, and cultural circumstances to achieve this aim
the system encompasses the following eight components active, self-regulated
learning, making connection, significant work, critical and creative thinking,
collaborating, nurturing the individual, recognizing and reaching high standard,
using authentic.

Pembelajaran kontekstual (CTL) adalah proses belajar mengajar yang erat


kaitananya dengan pengalaman nyata. CTL juga di didefinisikan pembelajaran
yang situasi dan isinya khusus dan memberi kesempatan siswa untuk dapat
melakukan pemecahan masalah, latihan dan tugas secara riil dan otentik. Dan
dalam perkembangannya CTL disebut juga dengan experiencial learning, real
word education, active learning, learner centered instruction, dan learning-in-
context yang dalam penerapannya ada perbedaan-perbedaan penekanan masing-
masing.
Dengan konstruktivistik di atas pembelajaran kontekstual ditekankan pada
proses belajar bermakna sehingga apa dipelajari siswa dapat ditemukan,
difungsikan dan dipraktikkan dalam kehidupannya. Penekanan CTL ada pada cara
berpikir, transfer pengetahuan lintas disiplin, pengumpulan, penganalisisan,
pensintesisan informasi dan data dari berbagai sumber dan pandangan (Nur,
2001). Sehingga materi dapat diolah dan dipelajari dalam konteks lintas disiplin
seperti dengan perkembangan Ipteks, kebudayaan, sosial, politik, ekonomi, dan
sebagainya. Proses belajar diarahkan dapat membentuk pola berpikir mulai yang
bersifat factual dan ilmiah bahkan bisa ke tingkat berpikir filosofi dan religius
dalam memahami setiap materi ilmu yang dipelajari. Sehingga tidak ada ilmu
yang bebas nilai atau ilmu untuk ilmu saja dalam aplikasinya dalam kehidupan.
Disini pendidikan agama sangat penting dalam memberikan makna dan inti nilai
dalam setiap mata pelajaran di sekolah. Sehingga pembelajaran kontekstual dalam
pendidikan agama dapat dikaitkan dengan konteks antar bidang studi dan pola
pembinaan dalam kehidupan sebenarnya dalam membentuk sikap dan perilaku
siswa.
Berdasarkan uraian di atas pengembangan pembelajarn PAI yang
kontekstual dimaksdukan agar pembelajaran lebih bermakna dan berorintasi pada
pemahaman, internasisani nilai dan pengamalan dengan memperhatikan konteks
kehidupan peserta didik. Pengembangan dapat dilakukan secara induktif atau
inquri yaitu melaui problem dan permasalahan kehidupan lalu ditarik pada
konsep, prinsip dan nilai-nilai agama, dan dapat juga secara deduktif yakni
menjelaskan materi, konsep, prinsip dan nilai-nilai agama kemudian
diillustrasikan dalam konteks kehidupan peserta didik. Dengan demikian kesan
materi agama yang normatif, tekstual dan kurang menarik menjadi lebih
kontekstual dan bermakna serta memiliki daya tarik dalam proses pembelajaran
3. Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Stategi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam
pembelajaran. Dengan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi pembelajaran dan
hasil belajar yang akan dicapainya, maka akan meningkatkan efektifitas,
keefisienan, dan kemenarikan pembelajaran (Degeng, 1989). Menurut Blanchard
(2001) strategi yang dikembangkan dalam pembelajaran kontekstual (CTL)
memberikan rambu-rambu, yaitu (1) menekankan pentingnya pemecahan
masalah, (2) melakukan kegiatan pembelajaran dalam berbagai konteks rumah,
masyarakat, dan tempat kerja, (3) mengantarkan siswa belajar agar dapat belajar
sendiri, (4) menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda, (5)
mendorong siswa belajar dari sesama teman dan belajar bersama, dan (6)
menggunakan penilaian otentik.
Sedangkan menurut COR (Center for Occupational Reseach, 2001) memberikan
landasan pengembangan strategi CTL yang ditekankan pada lima aktivitas belajar
dengan sisingkat REACT, yaitu relating, experiencing, applying, cooperating,
dan transferring (CORD, 2001). Kelima strategi tersebut apabila diterapkan
dalam pendidikan agama dapat diuraikan berikut; Relating berarti memabawa
siswa untuk belajar pendidikan agama dalam konteks kehidupan nyata,
experiencing berarti bealajra pendidikan agama dengan mennggunakan
pendekatan ilmiah melalui eksplorasi, penemuan, dan penciptaan), applying
berarti membawa siswa untuk belajar pendidikan agama dengan menggali makna
dan hikma sehingga belajar dengan memadukan pengetahuan dengan
kegunaannya, cooperating berarti belajar dikembangkan dengan belajar bersama
dalam konteks interaksi kelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
akademik juga mengharagai perbedaan dan keterampilan sosial, dan transfering
berarti belajar pendidikan agama diarahkan untuk dapat menggunakan dan
menerapkan ajaran, nilai, dan perilaku beragama dalam memecahkan berbagai
persoalan yang muncul dalam kehidupan atau dalam konteks baru/ berbeda).
4. Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran PAI Kontekstual
Di dalam teori kurikulum, terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan
dalam pengembangan kurikulum yang berdampak pada proses pengembangan
pembelajarn dan pengembangan materi, yaitu pendekatan subjek akademik,
pendekatan humanistik, teknologik dan rekonstruksi sosial (Muhadjir dalam
Muhaimin 2005:139). Pendekatan-pendekatan tersebut memiliki karakteristik
serta desain pembelajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya, yang dalam
konteks ini selanjutnya disebut sebagai model pengembangan pembelajaran PAI.
Diantara model pembelajaran tersebut yang berorintasi pada pengembangan
pembelajaran kontekstual adalah model yang terakhir.
Model Pembelajaran yang berwawasan Rekonstruksi Sosial bertolak dari
problem yang dihadapi dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan
ilmu-ilmu dan teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaborasi, akan
dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Model Pembelajaran rekonstruksi sosial di samping menekankan isi
pembelajaran atau pendidikan juga sekaligus menekankan proses pendidikan dan
pengalaman belajar. Pembelajaran melalui Pendekatan rekonstruksi sosial
berasumsi bahwa manusia adalah sebagai makhluk sosial yang dalam
kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, selalu hidup bersama,
berinteraksi kehidupannya selalu membutuhkan manusia lain, selalu hidup
bersama, berinteraksi dan bekerjasama. Melalui kehidupan bersama dan
kerjasama itulah manusia dapat hidup, berkembang dan mampu memenuhi
kebutuhan hidup dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Tugas
pendidikan terutama membantu agar peserta didik menjadi cakap dan selanjutnya
mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakatnya.
Isi pendidikan terdiri atas problem-problem aktual yang dihadapi dalam
kehidupan nyata di masyarakat. Proses pendidikan atau pengalaman belajar
peserta didik berbentuk kegiatan-kegiatan belajar kelompok yang mengutamakan
kerjasama, baik antar peserta didik, peserta didik dengan guru, maupun antara
peserta didik dan guru dengan sumber-sumber belajar yang lain. Karena itu, dalam
menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari problem yang
dihadapi dalam masyarakat sebagai isi mata pelajaran, sedangkan proses atau
pengalaman belajar peserta didik adalah dengan cara memerankan ilmu-ilmu dan
teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaborasi, berupaya mencari
pemecahan terhadap problem tersebut menuju pembentukan masyarakat yang
lebih baik. Adapun kegiatan penilaian dilakukan untuk hasil maupun proses
belajar, guru melakukan kegiatan penilaian sepanjang kegiatan belajar.
Model Pengembangan pembelajaran mata pelajaran PAI kontekstual yang
berwawasan rekonstruksi sosial dapat digambarkan langkah-langkahnya sebagai
berikut :
MASYARAKAT (SOCIETY)

ANALI SI S

M M
A A
S S
Y Y
INTERNALISASI
A Evaluasi dan Desain Pemb. A
DOKTRIN DAN
R Umpan Balik NILAI-NILAI Dan Penyediaan R
A AGAMA ISLAM Bahan Ajar A
K K
A A
T T

Implementasi

M A S Y AR A K A T (SOCIETY)

Sumber : Muhaimin, 2005: 174


Dari gambar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Peserta didik terjun
ke masyarakat dengan dilandasi oleh internalisasi ajaran dan nilai-nilai Islam,
yang mengandung makna bahwa setiap langkah dan tahap kegiatan yang hendak
dilakukan di masyarakat selalu dilandasi oleh niat yang suci untuk mejunjang
tinggi ajaran dan nilai-nilai fundamental Islam sebagaimana yang tertuang dan
terkandung dalam al-Qur’an dan sunnah/hadits Rasulullah SAW, serta berusaha
membangun (kembali) masyarakat atas dasar komitmen, loyalitas dan dedikasi
sebagai pelaku (actor) terhadap ajaran dan nilai-nilai Islam tersebut.
1) Tahap Analisa
a) Guru dan peserta didik mengindentifikasi dan menganalisa kebutuhan (need
assessment). Hasil yang diharapkan adalah teridentifikasinya: (1) konteks
atau karakteristik masyarakat yang menghadapi problem; (2) kategorisasi
permasalahan atau problem yang ada di masyarakat; (3) tema-tema
pembelajaran; (4) skala prioritas tema pembelajaran;
b) Analisa Tugas (jobs analysis). Hasil yang diharapkan adalah teridentifikasi:
(1) berbagai kebutuhan pembelajaran yang mampu menyelesaikan problem
yang ada dimasyarakat atau kualifikasi yang diharapkan dengan hasil kinerja
berdasarkan persyaratan yang tertuang dalam uraian tugas yang meliputi:
pengetahuan, keterampilan, sikap dalam menjalankan tugas yang meliputi:
pengetahuan, keterampilan, sikap dalam menjalankan tugas yang
diharapkan; (2) berbagai posisi yang memerlukan dukungan pembelajaran
guna memecahkan masalah yang dihadapi, seperti posisi guru, kelompok-
kelompok peserta didik, tokoh-tokoh masyarakat (tokoh agama, pejabat
kelurahan/desa, tokoh remaja dan lain-lain), masyarakat yang menjadi
subyek dan sasaran program pembelajaran.
c) Menentukan peserta atau siapa yang menjadi subyek dan apa sasaran
program. Hasil yang diharapkan: (1) tersusunnya klasifikasi peserta; (2)
kriteria peserta berdasarkan hasil penjajagan kebutuhan dan uraian tugas
yang ada yang dapat mempengaruhi tingkat kedalaman tujuan, penyusunan
materi, dan pemilihan metode.

2) Tahap Desain
a) Merumuskan tujuan dan target pembelajaran.
b) Merancang program pembelajaran (tema pokok, pendekatan dan metode,
media dan sumber belajar, serta evaluasinya).
c) Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan.
Pada tahap desain (a, b, dan c), hasil yang diharapkan adalah tersusunnya
rencana dasar penyelenggaraan pembelajaran PAI di masyarakat yang
mencakup: (1) tujuan pembelajaran PAI; (2) pokok-pokok dan sub pokok
bahasan; (3) metode dan media pembelajaran; (4) criteria dan jumlah peserta
yang menjadi subyek dan sasaran pembelajaran; (5) criteria atau kualifikasi
fasilitator dan jumlah fasilitator yang dibutuhkan; (6) waktu
penyelenggaraan dan perincian waktu; (7) teridentifikasinya tempat
penyelenggaraan; (8) jumlah anggaran biaya yang dibutuhkan; (9)
komponen pendukung lainnya.
d) Mengembangkan dalam proposal atau TOR (Term of Reference), yang
berisi: (1) latar belakang/pendahuluan, yang menjelaskan berbagai
permasalahan atau sense of crisis dan alasan pelaksanaan program; (2)
pernyataan tujuan yang menyangkut tujuan umum dan khusus; (3) pokok-
pokok bahasan materi pembelajaran, sehingga permasalahan dapat
terpecahkan; (4) pendekatan dan metode, yakni uraian singkat tentang
pendekatan dan cara atau bagaimana pokok bahasan akan diproses untuk
mencapai tujuan; (5) fasilitator dan peserta program, yakni kualifikasi atau
persyaratan dan atau kriteria fasilitator yang dibutuhkan serta jumlah yang
dikehendaki, serta menguraikan kualifikasi atau persyaratan dan jumlah
peserta yang akan dikenai sasaran pembelajaran; (6) komponen-komponen
lain yang bersifat logistik, seperti tempat, waktu, dan lain-lainnya.
3) Tahap Implementasi, yakni pelaksanaan program atau implementasi
terhadap apa yang tertuang dalam TOR. Dalam hal ini perlu dibuat Skenario
Pembelajaran, yang berisi: (1) berapa jumlah hari yang diperlukan; (2)
rincian materi dari tema pokok pembelajaran yang dipelajari, dialami serta
diinternalisasi oleh peserta dalam berapa sesi; (3) rincian skenario kegiatan
pembelajaran, misalnya: materi I tentang apa, butuh berapa sesi, topik
masing-masing sesi yang merupakan penjabaran dari materi, apa kegiatan
fasilitator dan peserta, berapa waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing
kegiatan.
4) Tahap Evaluasi dan Umpan Balik, yakni evaluasi pelaksanaan
programnya sehingga ditemukan titik-titik kelebihan dan kelemahannya, dan
melalui evaluasi tersebut akan diperoleh umpan balik untuk selanjutnya
direvisi programnya untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran berwawasan
rekonstruksi sosial di masa yang akan datang.
C. Rangkuman
1. Pengembangan pembelajarn PAI yang kontekstual sangat penting
mengingat pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan yang
begitu kompleks, tantangan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua
macam, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal dari pendidikan
agama Islam. Tantangan internal menyangkut sisi pendidikan agama
sebagai program pendidikan baik dari segi pemahaman terhadap materi
pendidikan agama Islam, perancangan maupun pelaksanaan dan
penyelenggaraan pendidikan agama Islam itu sendiri. Sedangkan
tantangan eksternal berupa berbagai kemajuan iptek, era globalisasi di
bidang informasi, perubahan sosial ekonomi dan budaya dengan segala
dampaknya.
2. Pembelajaran kontekstual adalah suatu model pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata
pelajarannya dengan situasi nyata dan memotivasi siswa untuk dapat
menghubungkan pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-
hari sebagai anggota keluarga dan sebagai anggota masyarakat di mana
siswa hidup.
3. Pengembangan pembelajarn PAI yang kontekstual dapat dilakukan dengan
menggunakan model Pembelajaran rekonstruksi. Model Pembelajaran
yang berwawasan Rekonstruksi Sosial bertolak dari problem yang dihadapi
dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan
teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaborasi, akan dicarikan
upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengembangan materi PAI yang kontekstual. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari orientasi
pengembangan PAI yang kontekstual, yang didasarkan dengan berbagai
pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Jelaskan urgensi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI dan
berikan illustrasi penerapannya !
2) Buatlah peta konsep (mind mapping) tentang lingkup kajian pembelajaran
kontekstual !
3) Jelaskan langkah-langkah pengembangan materi yang kontekstual dalam
pembelajaran PAI dan buatlah contoh pengembangan pembelajaran PAI yang
kontekstual !
E. Tes Formatif

1. Suatu model pembelajaran yang membantu guru menghubungkan


kegiatan dan bahan ajar mata pelajarannya dengan situasi nyata dan
memotivasi siswa untuk dapat menghubungkan pengetahuan dan
penerapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan
sebagai anggota masyarakat di mana siswa hidup merupakan pengertian
dari
a. Pembelajaran humanistik
b. Pembelajaran behavioristik
c. Pembelajaran konstruktivistik
d. Pembelajaran kontekstual
2. Pembelajaran kontekstual dilandasi filsafat
a. Behaviorisme
b. Konstruktivistik
c. Humanistik
d. Progresif
3. Ada beberapa komponen utama dalam pembelajaran CTL kecuali
a. Konstruktivs
b. Questionnis
c. Modelling
d. Teacher oriented
4. Pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik kecuali
a. Siswa aktif guru non kreatif
b. Menekankan kerja sama
c. Saling menunjang
d. Menyenangkan dan tidak membosankan
5. Beberapa pendekatan pengembangan kurikulum yang dapat digunakan
untuk pengembangan PAI yang bermakna dan kontekstual yaitu;
a. Pendekatan subjek akademis
b. Pendekatan teknologik,
c. Pendekatan humanistik
d. Pendekatan rekonstruksi sosial
F. Balikan Dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = balk sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan
dengan Kegiatan belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda
harus mengulangi materi kegiatan belajar tersebut, terutama bagian yang belum
dikuasai.
Glosarium

Konstruks : Membangun

Internalisasi : Pengahayatan terhadap suatu ajaran atau nilai

Normatif : Sesuatu yang berdasar aturan, adat istiadat

Kompleks : Sesuatu yang bersifat menyeluruh

Performances : Penampilan, apa yang tampak

Integrasi : Penyatuan

Feed back : Umpan balik

Loyalitas : Kesetiaan

Dedikasi : Pengabdian

Implementasi : Pelaksanaan

Kunci Jawaban

KB 1 KB 2 KB 3
1. D 1. D 1. D
2. A 2. B 2. B
3. C 3. A 3. D
4. C 4. B 4. A
5. D 5. C 5. D
Daftar Rujukan

Blanchard, Alan. 2001. Contextual Teaching and Learning. BEST: USA.


CORD. 2001. What is Contextual Learning. World Wide Internet Publishing,
Waco Texas.
Degeng, I. Nyoman S. 1989. Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta:
Depdikbud. Dikti. Proyek P2LPTK.
Dick, W. & Carrey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction. Glenview,
Illinois: Scott, Foresman dan Company.
Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah (2010): Modul Pengembangan
Pendidikan Islam Pada Sekolah, Jakarta, Direktorat Pendidikan Agama
Islam, Kementerian Agama RI
Fowler, J.W. 1995. Tahap-Tahap Perkembangan Kepercayaan. Yogyakarta:
kanisius.
Fraenkel, J.R. 1997. How to Teach About Values: An Analytic Approach. New
Jersey: Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc.
Gagne, N. L. & Berliner, D. C. l984. Educational Psychology. Boston: Houghton
Mifflin Company.
Gagne, R. M. & Briggs, L. J. l979. Prinsiples of In-structional Design. New
York: Holt, Renehart and Winston.
Gagne, R.M. l967. The Condition of Learning. New York: Holt, Rinehart, and
Winston.
Muhaimin, 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Bandung: Nuansa.
Muhaimin, 2005. Pengembangan Kurikulum, sekolah umum, madrasah dan
perguruasn tinggi, Bandung: Nuansa.
Sounders, John. 1999. Cotextually Based Learning: Fad or Proven Practice.
CORD. Waco, Texas, USA.
Tarmizi Taher, 1996. Prospek Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
dalam Pembangunan Pendidikan Nasional..Ujungpandamng:
Ceramah Menteri Agama pada Konvensi Nasional Pendidikan
Nasional III, tanggal 4-7 Maret.
Zainuddin,M. 2008. Paradigma Pendidikan Terpadu: Menuju Pembentukan
Generasi Ulul Albab Malang, UIN Press,

Anda mungkin juga menyukai