PENGEMBANGAN
BAHAN AJAR PAI PADA SEKOLAH
Penulis : Marno
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penulis
KATA PENGANTAR
KATA SAMBUTAN
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
B. Isi modul
C. Peta konsep
MODUL 1 : KONSEP DASAR BAHAN AJAR
Pengantar
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian, Kedudukan dan Fungsi Bahan Ajar
A. Tujuan
B. Uraian Materi
1. Pengertian Bahan Ajar
2. Kedudukan dan Fungsi Manfaat Bahan Ajar
C. Rangkuman
D. Latihan
E. Tes Formatif
F. Aksi Balikan dan Tindak Lanjut
Pengantar
Salah satu tugas yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
tugas tugas pembelajaran adalah menyiapkan bahan ajar. Pekerjaan tersebut
tidaklah muda, karena bahan ajar merupakan ramuan yang akan menentukan
kompetensi yang dimiliki oleh pembelajar. Oleh karena itu seorang guru harus
memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang bahan ajar serta mampu
mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran dipahami sebagai proses interaksi antara peserta didik,
pendidik dan sumber/bahan ajara. Sebab itu penggunaan Bahan ajar mutlak
diperlukan agar terjadi proses pembelajaran secara efektif dan memiliki daya tarik
pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, jenis dan
bentuk sumber belajar semakin beragam muali dari yang berbentuk teks, audio,
audio visual dan multimedis interaktif. Oleh karena itu guru PAI dituntut untuk
memahami dan dapat menggunakan sumber dan bahan ajar tersebut sehingga
dapat melaksanakn proses pembelajaran lebih efektif dan menarik bagi peserta
didik.
Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan: (1) dapat menjelaskan pengertian
bahan ajar; (2) dapat menjelaskan pemanfaatan bahan ajar; (3) dapat menyebutkan
kelebihan jenis-jenis bahan ajar; (4) dapat memilih bahan ajar yang efektif untuk
pembelajaran
Kegiatan Belajar 1 : Pengertian, Kedudukan dan fungsi bahan
ajar
A. Tujuan
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan tentang konsep
bahan ajar; (2) dapat membedakan bahan ajar dengan buku teks pada umumnya;
(3) dapat menjelaskan kedudukan bahan ajar dalam system pembelajaran; (4) dapat
menyebutkan manfaat bahan ajar bagi guru dan bagi siswa; (5) dapat menyebutkan
fungsi bahan ajar dalam proses pembelajaran
B. Uraian Materi
1. Pengertian bahan ajar
Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun
secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Secara umum Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan
yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan
bahan ajar memungkinkan siswa dapat menguasai kompetensi melalui materi
yang disajikan secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Bahan ajar umumnya didesain dengan tujuan tertentu (by design) yakni
disusun dengan sistematika tertentu untuk keperluan pembelajaran dan dalam
kerangka pencapaian kompetensi yang diharapkan. Berbeda dengan buku teks
pada umumnya yang merupakan sumber informasi yang disusun dengan struktur
dan urutan berdasar bidang ilmu tertentu, dia tidak berorientasi pada proses
pembelajaran atau pencapaian kompetensi sebagaimana bahan ajar.
Perbedaan karakteristik antara bahan ajar dan buku teks antara lain dapat
digambarkan di bawah ini :
Bahan ajar Buku Teks
1. Menimbulkan minat baca 1. Mengasumsikan minat dari
pembaca
2. Ditulis dan dirancang untuk siswa
2. Ditulis untuk pembaca (guru,
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran dosen)
4. Disusun berdasar kan pola belajar 3. Dirancang untuk dipasarkan secara
yang fleksibel luas
5. Struktur berdasarkan kebutuhan 4. Belum tentu menjelaskan tujuan
siswa dan kompetensi akhir yang instruksional
akan dicapai.
5. Disusun secara linear
6. Memberi kesempatan pada siswa
untuk berlatih 6. Stuktur berdasar logika bidang ilmu
7. Mengakomodasi kesulitan siswa 7. Belum tentu memberikan latihan
8. Memberikan rangkuman 8. Tidak mengantisipasi kesukaran
belajar siswa
9. Gaya penulisan komunikatif dan semi
formal 9. Belum tentu memberikan
rangkuman
10. Kepadatan berdasar kebutuhan siswa
10. Gaya penulisan naratif tetapi tidak
11. Dikemas untuk proses instruksional komunikatif
12. Mempunyai mekanisme untuk 11. Sangat padat
mengumpulkan umpan balik dari
siswa 12. Tidak memilki mekanisme untuk
mengumpulkan umpan balik dari
13. Menjelaskan cara mempelajari bahan pembaca.
ajar.
Bahan ajar secara lebih sempit lagi dipahami sebagai materi pembelajaran
(instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai.
Termasuk jenis materi fakta adalah nama-nama obyek, peristiwa sejarah,
lambang, nama tempat, nama orang, dsb. Termasuk materi konsep adalah
pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau bagian suatu obyek (Contoh kursi
adalah tempat duduk berkaki empat, ada sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus, adagium, postulat, teorema,
atau hubungan antar konsep yang menggambarkan “jika..maka….”, misalnya
“Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus menghitung luas bujur sangkar
adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi yang berkenaan dengan langkah-
langkah secara sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu tugas.
Misalnya langkah-langkah menjalankan ibadah sholat; langkah-langkah berwudlu.
Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang berkenaan dengan sikap atau nilai,
misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat
belajar, semangat bekerja, dsb.
Untuk membantu memudahkan memahami keempat jenis materi
pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di bawah ini.
Klasifikasi Materi Pembelajaran Menjadi Fakta, Konsep, Prosedur, dan Prinsip
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau
disampaikan dalam kegiatan pembelajran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu
harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian yang disusun
berdasar indikator pencapaian belajar.
Peserta Pendidik
didik
Sumber
/bahanBelajar
Lingkungan Belajar
Dalam proses pembelajaran kedudukan bahan ajar sangat penting sekali, manfaat
yang diharapkan bagi guru antara lain; Menghemat waktu mengajar,
Menempatkan guru sebagai fasilitator dan Menciptakan suasana PBM lebih
efisien & interaktif .
Sementara bagi siswa dapat Mendorong siswa menjadi pembelajar
mandiri; Memperluas waktu belajar kapan saja bias; Bisa belajar tanpa guru;
Dapat belajar dengan kecepatan masing-masing; Dapat belajar dengan urutan
yang dipilih sendiri dan Membiasakan untuk membaca ilmu pengetahuan
D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengertian, kedudukan dan fungsi bahan ajar PAI. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari bahan ajar, sebagai
bagian penting dalam proses pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Dalam proses pembelajarn diperlukan sumber belajar, bahan ajar dan media
pembelajaran. Coba jelaskan perbedaan masing-masing dan hubungan
ketiganya dalam proses pembelajarn !
2) bahan ajar dibuat dan didesain secara sistematis untuk keperluan pembelajaran,
sehingga tidak semua buku teks termasuk bahan ajar. Coba bedakan
karakteristik bahan ajar dengan buku teks !
3) bahan ajar memiliki keduddukan dan fungsi strategis dalam proses
pembelajaran. Jelaskan kedudukan dan fungsi tersebut serta berikan contoh dan
ilustrasinya !
E. Tes Formatif
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menyebutkan jenis-jenis
bahan ajar; (2) dapat membedakan jenis-jenis bahan ajar; (3) dapat menyebutkan
kelebihan jenis-jenis bahan ajar; (4) dapat memilih bahan ajar yang efektif untuk
pembelajaran
B. Uraian Materi
Bahan ajar pada dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara
spesifik untuk keperluan pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang
disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar
(audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.
D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengertian, kedudukan dan fungsi bahan ajar PAI. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami jenis-jenis bahan ajar dan kreteria
bahan ajar yang baik, sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran.
Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Jenis-jenis bahan ajar sangat beragam. Coba identifikasi jenis-jenis bahan ajar
tersebut dan sebutkan kelebihan dan kelemahannya sesuai dengan pengetahuan
dan pengalaman anda dalam menggunakan bahan ajar
2) Tidak semua bahan ajar dapat digunakan secara efektif. Sebab itu ada kreteria
bahan ajar yang baik untuk digunakan dalam poroses pembelajaran.Tentukan
kreteria pemilihan bahan ajar yang baik menurut anda !
3) Tunjukkan efektifitas penggunaan sumber belajar berbasis multimedia dan
bagaimana pennggunaannya dalam proses pembelajaran !
E. Tes Formatif
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
KB 1 KB 2
1. B 1. D
2. D 2. D
3. B 3. B
4. C 4. C
5. B 5. C
6. D 6. D
7. B 7. B
8. D 8. D
9. A 9. D
10. D
BAHAN ACUAN
Abdorrakhman Ginting. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung :
Humaniora : 2008
Abdul Gafur (1986). Disain instruksional: langkah sistematis penyusunan pola
dasar kegiatan belajar mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Abdul Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan penyampaian, umpan balik, dan
keterampilan intelektual terhadap hasil belajar konsep. Jakarta : PAU -
UT.
Arsyad Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Asnawir Basyirudin, Usman. Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputat Pers, 2002)
Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of
educational goals. New York: McKay.
Center for Civics Education (1997). National standard for civics and
governement. Calabasas CA: CEC Publ.
Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois: Scott
& Co. Publication.
Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2001). Kebijakan pendidikan
menengah umum. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2006). Pedoman Memiliah dan
Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Umum
Departemen Pendidikan Nasional
Edwards, H. Cliford, et.all (1988). Planning, teaching, and evaluating: a
competency approach. Chicago: Nelson-Hall.
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for
the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Englewood Cliffs,
Publ.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey:
Englewood Cliffs.
Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum
development. New Jersey: Sage Publication.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools,
and classrooms. Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum
Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral objectives.
New Jersey: Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar Baru, 1991
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems development.
New York: Academic Press.
Purwo Sutanto, Pengembangan Bahan Ajar, edukasi.kompasiana.com, diakses 14
Desember 2010
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional theories in action: lessons illustrating
selected theories and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Publ.
Russell, James D. (1984). Modular instruction: a guide to design, selection,
utilization and evaluation of modular materials. Minneapolis: Burgess
Publishing Company.
Sardjono, Pendidikan (infopendidikankita.blogspot.com, diakses 14 September
2010
MODUL 2
Pendahuluan
Termasuk masalah yang sering dihadapi guru berkenaan dengan bahan ajar
adalah guru memberikan bahan ajar atau materi pembelajaran terlalu luas atau
terlalu sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan penyajian yang tidak
tepat, dan jenis materi bahan ajar yang tidak sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai oleh siswa. Berkenaan dengan buku sumber sering terjadi setiap ganti
semester atau ganti tahun ganti buku.
Sehubungan dengan itu, perlu disusun rambu-rambu pemilihan dan
pemanfaatan bahan ajar untuk membantu guru agar mampu memilih materi
pembelajaran atau bahan ajar dan memanfaatkannya dengan tepat. Rambu-rambu
dimaksud antara lain berisikan konsep dan prinsip pemilihan materi pembelajaran,
penentuan cakupan, urutan, kriteria dan langkah-langkah pemilihan,
perlakuan/pemanfaatan, serta sumber materi pembelajaran.
Tujuan :
Setelah mempelajari modul ini anda diharapkan: (1) Memahami strategi pemilihan
dan penyusunan bahan ajar; (2) Memilih dan membuat Bahan Ajar untuk
menunjang proses pembelajaran; (3) Menggunakan Bahan Ajar dalam
pembelajaran.
Kegiatan Belajar 1 : Prinsip-prinsip Pemilihan dan Langkah-
A. Tujuan
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan prinsip-prinsip pemilihan
bahan ajar; (2) dapat menjelaskan langkah-langkah penyusunan bahan ajar; (3) dapat
menjelaskan cakupan dan sekuensi bahan ajar; (4) dapat menerapkan pemilihan dan
penyusunan bahan ajar yang efektif untuk pembelajaran
B. Uraian Materi
1. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar
1) Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-
langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu
tugas. Misalnya langkah-langkah berwudlu, langkah-langkah
menghilangkan kotoran najis berat atau mugoladlo.
2) Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang
bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi
sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari
materi berikutnya.
a. Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk
digunakan sebagai sumber bahan ajar. Buku teks yang digunakan sebagai
sumber bahan ajar untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu
jenis, apa lagi hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan
sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
e. Profesional
Kalangan professional adalah orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu.
Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan.
Sehubungan dengan itu bahan ajar yang berkenaan dengan eknomi dan
keuangan dapat ditanyakan pada orang-orang yang bekerja di perbankan.
f. Buku kurikulum
Buku kurikulm penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena
berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi
bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum
hanya berisikan pokok-pokok materi. Gurulah yang harus menjabarkan materi
pokok menjadi bahan ajar yang terperinci.
h. Internet
Bahan ajar dapat pula diperoleh melalui jaringan internet. Di internet kita
dapat memperoleh segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran
harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan
tersebut dapat dicetak atau dikopi.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
A. Tujuan
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan langkah-langkah
penyampaian bahan ajar oleh guru; (2) dapat menjelaskan strategi mempelajari bahan ajar
oleh siswa; (3) dapat menerapkan langkah-langkah penyampaian bahan ajar dalam proses
pembelajaran
B. Uraian Materi
Bahan ajar yang telah di desain selanjutnya disampaikan dalam proses
pembelajaran. Penggunaan bahan ajar dapat dilakukan oleh guru dan oleh siswa
dengan memperhatikan karakteristik bahan ajar atau materi. Penyampaian
materi/bahan ajar berupa ragam aktivitas oleh guru dan siswa harus memperhatikan
karakteristik atau hakekat materi seperti digambarkan di bawah ini:
d. Memilih
Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan
dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu. Misalnya memilih membaca al-Qur’an dari pada membaca komik.
Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau
memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
C. Rangkuman
1. Penggunaan bahan ajar dapat dilakukan oleh guru dan oleh siswa dengan
memperhatikan karakteristik bahan ajar atau materi. Penyampaian
materi/bahan ajar berupa ragam aktivitas oleh guru dan siswa harus
memperhatikan karakteristik atau hakekat materi pembelajaran.
2. Strategi penyampaian materi oleh guru berupa penyampaiuan simultan;
penyampaian suksesif; penyampaian fakta; dan penyampaian konsep;
penyampaian prosedur; dan penyampaian materi afektif atau nilai.
3. Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran
berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa.
Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi
pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi
pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran,
kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu menghafal,
menggunakan, menemukan, dan memilih. Untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang efektif dan efisien maka diperlukan starategi yang
benar dalam menghafal, menggunakan, menemukan dan memilih bahan
ajar tersebut.
D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar 2 dari modul Langkah-langkah penyampaian bahan ajar. Latihan ini sebagai
pengayaan agar Anda lebih mendalami strategi langkah-langkah penyampaian
bahan ajar. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1. Lakukan analisis bahan/materi ajar melalui beberapa SK dan KD PAI yang
anda pilih kemudian tentukan karakteristik materinya dan strategi
penyampaiannya !
2. Identifikasi strategi penyampaian bahan ajar oleh guru dan strategi
mempelajari bahan ajar oleh siswa berdasarkan karekateristik materi/bahan
ajar. Buatkan peta konsep (mind mapping) tentang strategi tersebut !
3. Buatkan illustrasi penyampaian bahan ajar PAI mendasarkan pada
karakteristik materi PAI!
E. Tes Formatif
1. Beberapa strategi penyampaian bahan ajar oleh guru di bawah ini kecuali
a. Strategi urutan penyampaian simultan
b. Strategi urutan penyampaian suksesif
c. Strategi urutan penyampaian mekanisme
d. Strategi urutan penyampaian afektif
2. Menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
3. Menurut strategi urutan penyampaian suksesif, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
4. Menurut strategi urutan penyampaian fakta, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Penyajian materi dengan lisan, tulisan, dan pemberian bantuan siswa
untuk menghafal
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
5. Menurut strategi urutan penyampaian konsep, materi secara keseluruhan
disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik, dan pemberian tes
6. Menurut strategi urutan penyampaian materi pembelajaran prinsip, materi
secara keseluruhan disajikan secara
a. Serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global)
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-
soal latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
7. Menurut strategi urutan penyampaian materi prosedur, materi secara
keseluruhan disajikan secara
a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi,
pemberian latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Sajikan prinsip, pemberian bantuan berupa contoh, pemberian soal-
soal latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
8. Menurut strategi urutan penyampaian materi aspek afektif, materi secara
keseluruhan disajikan secara
a. Menyajikan prosedur, pemberian bantuan dengan demonstrasi,
pemberian latihan, pemberian umpan balik, pemberian tes
b. Satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara
berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula
c. Penyajian konsep, pemberian bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok,
contoh dan bukan contoh), pemberian latihan (exercise) pemberian
umpan balik
d. Penciptaan kondisi, pemodelan, demonstrasi, simulasi, penyampaian
ajaran
9. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa
dapat dikelompokkan menjadi empat kecuali
a. Menghafal
b. Menganalisis
c. Menemukan
d. Memilih
10. Yang dimaksud dengan memilih dalam kegiatan pembelajaran bagi siswa
adalah
a. Menghafal verbal dan menghafal parafrase
b. Menemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan
menggunakan fakta, konsep, prinsip dan prosedur
c. Menggunakan, mengaplikasikan materi yang telah dipelajari
d. Memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
F. Balikan dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
A. Tujuan :
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan : (1) dapat menjelaskan fungsi dan
tujuan penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Modul; (2) dapat menjelaskan
langkah-langkah penyusunan LKS dan Modul; (3) dapat menerapkan penyusunan
LKS dan modul yang benar.
B. Uraian Materi
Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Pengertian, Tujuan dan kegunaan LKS
Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran
yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan
biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi
dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata
pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat
dikerjakan oleh peserta didik secra baik apabila tidak dilengkapi dengan buku
lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
Ada dua macam lembar kerja siswa (LKS) yang dikembangkan dalam pem-
belajaran di sekolah.
Indikator
Informasi pendukung
Penilaian
Ada dua faktor yang perlu mendapat perhatian pada saat mendesain
LKS yaitu, a) tingkat kemampuan membaca, b) pengetahuan siswa.
LKS didesain untuk dimanfaatkan siswa secara mandiri, dan Guru
hanya berperan sebagai fasilitator sehingga yang diharapkan berperan aktif
dalam mempelajari materi yang ada dalam LKS adalah siswa. Jika desain
LKS yang kita kembangkan terlalu rumit bagi siswa, maka siswa akan
kesulitan dalam memahami LKS. Berikut ini beberapa batasan yang bisa
dipakai untuk menentukan desain LKS.
1) Ukuran, pergunakan ukuran yang dapat mengakomodasi kebutuhan
instruksional yang telah ditetapkan. Misalnya jika menginginkan siswa
untuk mampu membuat bagan alur, maka ukuran LKS sebaiknya A4
agar siswa cukup ruang dan leluasa untuk membuat bagan.
2) Kepadatan halaman. Usahakan agar halaman tidak terlalu dipadati
dengan tulisan. Halaman yang terlalu padat akan mengakibatkan siswa
sulit memfokuskan perhatian. Di samping itu, pengorganisasian
halaman juga perlu diperhatikan. Jika siswa sulit menentukan mana
judul dan mana subjudul dari materi yang diberikan dalam LKS, hal ini
akan menimbulkan kesulitan siswa untuk memahami materi secara
keseluruhan. Hal ini bisa ditanggulangi dengan memanfaatkan
penggunaan huruf besar atau penomoran. Sebaiknya pemilihan pola
penulisan ini harus konsisten.
3) Kejelasan. Pastikan bahwa materi dan instruksi yang diebrikan dalam
LKS dapat dengan jelas dibaca siswa. Sesempurna apa pun materi
yang kita persiapkan tetapi jika siswa tidak dapat membacanya dengan
jelas, maka LKS tidak akan memberikan hasil yang optimal.
Rumaharto (dalam Hartati, 2002:22) menyebutkan bahwa LKS
yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik.
Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan
dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran
dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat
dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat
didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang
efektif
g. Tujuan antara dan tujuan akhir modul harus dirumuskan secara jelas dan
terukur,
Karakteristik Modul
1 Self instructional Peserta diklat mampu membelajarkan diri
sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.
2 Self Contained Seluruh materi pembelajaran dari satu unit
kompetensi atau sub kompetensi yang dipelajari
terdapat di dalam satu modul secara utuh.
3 Stand alone Modul manual/multimedia yang dikembangkan
tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media lain.
4 Adaptif Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang
tinggi terhadap perkembangan ilmu dan
teknologi.
5 User friendly Modul hendaknya juga memenuhi kaidah
bersahabat/akrab dengan pemakainya
2. Bentuk Modul
a. Konsistensi dalam penggunaan :
• Font
• Spasi
• Tata letak (layout)
b. Format
• Format kolom tunggal atau multi
• Format kertas vertikal atau horisontal
• Icon yang mudah ditangkap
c. Organisasi
• Tampilkan peta/bagan
• Urutan dan susunan yang sistematis
• Tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi yang menarik
• Antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan susunan dan alur yang
mudah dipahami
• Judul, sub judul (kegiatan belajar), dan uraian yang mudah diikuti
d. Daya Tarik
• Mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf
yang serasi
• Menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi,
pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.
• Tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.
e. Bentuk dan Ukuran Huruf
• Bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca
• Perbandingan huruf yang proporsional
• Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks
4. Kerangka Modul
Halaman Sampul
Halaman Francis
Kata Pengantar
Daftar Isi
Glosarium
I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
B. Prasarat
C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Penjelasan Bagi Peserta diklat
2. Peran Guru Antara Lain
D. Kompetensi
E. Tujuan Akhir
II. PEMBELAJARAN
A. Rencana Belajar Peserta diklat
B. Kegiatan Belajar
1. Kegiatan Belajar
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
b. Uraian Materi
c. Rangkuman
d. Tugas
e. Tes Formatif
f. Kunci Jawaban Formatif
g. Lembar Kerja
2. Kegiatan Belajar 2
3. Kegiatan Belajar n
III. EVALUASI
A. Kognitif Skill
B. Psikomotor Skill
C. Attitude Skill
D. Produk/Benda Kerja Sesuai Kriteria Standart
E. Batasan Waktu Yang Telah Ditetapkan
F. Kunci Jawaban
IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
C. Rangkuman
1. Diantara bentuk bahan ajar yang efektif dan sering dikembangkan oleh
guru-guru adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) dan modul. Secara umum
LKS dan modul merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap
atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). LKS dan modul ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan
keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam
penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan
pengembangan serta memingkin belajar mandiri bagi peserta didik
sehingga terjadi akselerasi dalam belajarnya.
2. Langkah-langkah penyusunan LKS dilakukan melalui tahapan. Pertama
tahap persiapan meliputi; analisis kurikulum, menyusun peta kebutuhan
LKS, menentukan judul-judul LKS, dan diulanjutkan dengan penulisan
LKS. Kedua, tahap penulisan LKS meliputi; Rumusan kompetensi dasar
LKS, Menentukan alat penilaian, Menyusun materi, Menentukan alat
penilaian. Adapun struktur LKS meliputi; Judul, mata pelajaran, semester,
tempat, Petunjuk belajar, Kompetensi yang akan dicapai, Indikator,
Informasi pendukung, Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja, Penilaian.
3. Langkah-langkah penyusunan modul dilakukan melalui tahapan. Analisis
kurikulum dan silabus dan mengembangkan judul-judul modul yang akan
disusun, dilanjutkan dengan penyusunan modul dengan memperhadikan
langkah-langkah dan kiat penyusunannya yang benar, kemudian
melakukan validasi dan penyempurnaan.
D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar 3 dari modul Langkah-langkah penyampaian bahan ajar. Latihan ini sebagai
pengayaan agar Anda lebih mendalami strategi langkah-langkah penyampaian
bahan ajar. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1. Lakukan analisis bahan ajar berupa LKS dan Modul
kemudian jelaskan karakteristik perbedaan masing-masing !
2. Buatlah flow chart prosedur penyusunan LKS dan
modul dan tunjukkan format masing-masing !
3. Buatkan draf penyusunan LKS dan modul sesuai
dengan mata pelajaran yang anda ajarkan. Gunakan tehnik penyusunan
yang benar sesuai dengan langkah-langkah penyusunan LKS dan modul !
E. Tes Formatif
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan
rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
Kunci Jawaban
KB 1 KB 2 KB 3
1. C 1. C 1. C
2. B 2. A 2. B
3. D 3. B 3. D
4. D 4. B 4. A
5. D 5. D 5. A
6. B 6. D 6. B
7. A 7. A 7. D
8. C 8. D 8. B
9. C 9. B 9. D
10. D 10. D 10. D
BAHAN ACUAN
Abdul Gafur (1987). Pengaruh strategi urutan penyampaian, umpan balik, dan
keterampilan intelektual terhadap hasil belajar konsep. Jakarta : PAU -
UT.
Arsyad Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005)
Bloom et al. (1956). Taxonomy of educational objectives: the classification of
educational goals. New York: McKay.
Center for Civics Education (1997). National standard for civics and
governement. Calabasas CA: CEC Publ.
Dick, W. & Carey L. (1978). The systematic desgin of instruction. Illinois: Scott
& Co. Publication.
Direktorat Sekolah Menengah Pertama (2006). Pedoman Memiliah dan
Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Sekolah Menengah Umum
Departemen Pendidikan Nasional
Hall, Gene E & Jones, H.L. (1976) Competency-based education: a process for
the improvement of education. New Jersey: Englewood Cliffs, Inc.
Joice, B, & Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Englewood Cliffs,
Publ.
Kaufman, Roger A. (1992). Educational systems planning. New Jersey:
Englewood Cliffs.
Kemp, Jerold (1977). Instructional design: a plan for unit and curriculum
development. New Jersey: Sage Publication.
Marzano RJ & Kendal JS (1996). Designing standard-based districs, schools,
and classrooms. Vriginia: Assiciation for Supervision and Curriculum
Development.
McAshan, H.H. (1989). Competency-based education and behavioral objectives.
New Jersey: Educational Technology Publications, Engelwood Cliffs.
Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar Bandung : Sinar Baru, 1991
Oneil Jr., Harold F. (1989). Procedures for instructional systems development.
New York: Academic Press.
Purwo Sutanto, Pengembangan Bahan Ajar, edukasi.kompasiana.com, diakses 14
Desember 2010
Reigeluth, Charles M. (1987) Instructional theories in action: lessons illustrating
selected theories and models. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Publ.
Russell, James D. (1984). Modular instruction: a guide to design, selection,
utilization and evaluation of modular materials. Minneapolis: Burgess
Publishing Company.
Sardjono, Pendidikan (infopendidikankita.blogspot.com, diakses 14 September
2010)
Artikel Digital Learning. Sabtu, 22 Mei 2004. http://www.impalaunibraw.org
didownload pada tanggal 20 Mei 2007.
Hardjito. 2002. Internet Untuk Pembelajaran. http://www.pustekkom.go.id. Di
download pada tanggal 21 Mei 2007.
Hidayah, Isti, dkk. 2006. Workshop Pendidikan PAI 2. Semarang : Jurusan PAI
UNNES.
Indrianto, Lis. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa Dalam Pengajaran PAI
Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar PAI. Semarang: IKIP
Semarang.
Suyitno, Amin, dkk. 1997. Dasar dan Proses Pembelajaran PAI. Semarang:
FMIPA Unnes.
Yaniawati, R. Poppy. 2000. Penerapan E-Learning Dalam Pembelajaran PAI
Yang Berbasis Kompetensi. http://www.jurnalkopertis4.org. didownload
pada tanggal 15 Mei 2007.
S.T. Vebrianto, Pengantar Pengajaran Modul (Yogyakarta: Yayasan Pendidikan
Paramita, 1985), hlm. 37-38
MODUL 3
ANALISIS DAN PENGEMBANGAN MATERI PAI YANG
KONTEKSTUAL
PENDAHULUAN
Ajara Agama Islam memiliki karakteristik disamping sebagai agama yang
transenden, dogmatis tetapi juga universal dan dinamis. Sebab itu pengembangan
pembelajarn PAI yang kontekstual sangat penting, disamping karena karakteristik
agama Islam tersebut juga karena pendidikan agama Islam dihadapkan pada
tantangan yang begitu kompleks, tantangan tersebut dapat dikelompokkan ke
dalam dua macam, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal dari
pendidikan agama Islam. Tantangan internal menyangkut sisi pendidikan agama
sebagai program pendidikan baik dari segi pemahaman terhadap materi
pendidikan agama Islam, perancangan maupun pelaksanaan dan penyelenggaraan
pendidikan agama Islam itu sendiri. Sedangkan tantangan eksternal berupa
berbagai kemajuan iptek, era globalisasi di bidang informasi, perubahan sosial
ekonomi dan budaya dengan segala dampaknya.
Berbagai persoalan pembelajaran dan keterbatasan waktu untuk
pembelajaran PAI perlu diatasi dengan mengembangkan pembelajaran yang lebih
menarik dan bermakna. Sebab itu perlu mengembangkan model-model
pembelajaran yang memiliki daya tarik dan efektif, diantara yang bisa dilakukan
adalah dengan mengembangkan bahan ajar/materi pembelajaran PAI yang
kontekstual actual dan bermakna, sehingga PAI tidak hanya berada pada tataran
dogma, yang normative dan tekstual tetapi PAI harus dinamis dan kontekstual.
Tujuan
A. Tujuan
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan: (1) dapat menjelaskan tentang dasar,
PAI; (2) dapat menjelaskan tentang tujuan PAI; (3) dapat menjelaskan fungsi PAI;
(4) dapat menjelaskan ruang lingkup PAI (15) dapat menjelaskan karakteristik
PAI.
B. Uraian Materi
1. Landasan Pendidikan Agama Islam
Landasan adalah tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesuatu
tersebut tegak kokoh berdiri. Landasan Pendidikan Agama Islam yaitu
fundamen yang tempat berdirinya Pendidikan Agama Islam agar dapat tegak
berdiri, tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang
muncul baik sekarang maupun yang akan datang. Sedangkan Pendidikan
Agama Islam adalah rangkaian proses yang sistematis, terencana dan
komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik,
mengembangkan potensi yang ada pada diri peserta didik, sehingga peserta
didik mampu melaksanakan tugasnya dengan baIk, sesuai dengan nilai-niiai
ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama (Al-Quran dan Hadits) pada
semua dimensi kehidupannya.
Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya sebagai agent of
culture dan bennanfaat bagi manusia itu sendiri, maka perlu acuan pokok
yang memiliki nilai transenden dan universal. Dalam menetapkan dasar
pendidikan Islam, para pemikir Islam berbeda pendapat. Di antaranya, Abdul
Fattah Jalal membagi sumber pendidikan Islam kepada dua macam, yaitu:
Pertama sumber Ilahiah, yang meliputi Al-Quran, Hadits dan alam semesta
sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber
insaniah, yaitu proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan dari
kajian lebih lanjut terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global.
Dasar atau sumber pendidikan Agama Islam adalah semua acuan atau
rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang
akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber pendidikan
Agama Islam terkadang disebut dengan dasar ideal pendidikan Islam. Urgensi
penentuan sumber di sini adalah untuk: Pertama, mengarahkan tujuan
pendidikan Islam yang ingin dicapai; Kedua, membingkai seluruh kurikulum
yang dilakukan dalam proses belajar mengajar, yang di dalamnya termasuk
materi, metode, media, sarana dan evaluasi; Ketiga, menjadi standart dan tolak
ukur dalam evaluasi, apakah kegiatan pendidikan telah mencapai dan sesuai
dengan apa yang diharapkan atau belum. Para ulama membagi dasar nilai
yang dijadikan acuan dalam pendidikan Agama Islam kepada tiga. yaitu Al-
Quran, Hadits dan Ijtihad.
a. Al-Quran
Secara etimologi berasal dari kata yara'a, yaqra'u, qira'atan atau
qur’anan yang berarti mengumpulkan (al jam'u) dan menghimpun (al-
dharramu) huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian ke bagian yang lain
secara teratur. Muhammad Salih Muhsin mendefinisikan A1-Quran dengan
tirman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang tertulis
dalam musnaf-mushaf dan dinukil/diriwayatkan kepada kita dengan jalan yang
mutawatir dan membacanya dipandang ibadah serta sebagai penentang (bagi
yang tidak percaya).
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal
pertumbuhan Islam telah menjadikan AI-Quran sebagai dasar pendidikan
Islam di samping sunnah beliau sendiri. Karena Al-Quran merupakan
petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia yang meliputi seluruh aspek
kehidupan manusia dan bersifat universal (Ramayulis: 1994). Keuniversalan
ajaran ilmu pengetahuannya yang tinggi dan sekaligus merupakan mulia yang
esensinya tidak dapat dimengerti, kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan
berakal cerdas (Muhammad Rasyid Ridha: 1373). Al-Quran juga merupakan
sumber nilai yang absolut dan utuh. Eksistensinya tidak akan pernah
mengalami perubahan.
Isi dalam Al-Quran mencakup seluruh dimensi manusia dan mampu
menyentuh seluruh potensi manusia, baik itu motivasi untuk mempergunakan
pancaindera dalam menafsirkan alam semesta bagi kepentingan formulasi
lanjut pendidikan manusia (pendidikan islam), motivasi untuk
mempergunakan akalnya lewat tamsilan-tamsilan Allah SWT dalam Al-
Quran, maupun motivasi agar manusia mempergunakan hatinya untuk mampu
mentransfer nilkai-nilai pendidikan ilahiah, dan lain sebagainya. Ini
merupakan sistem umum pendidikan yang ditawarkan Allah SWT dalam AI-
Quran agar manusia dapat menarik kesimpulan dan melaksanakan kesemua
petunjuk tersebut dalam kehidupannya sebaik-baik mungkin.
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat
dipahami dari QS. Al-Nahl : 64 dan QS. Shaad : 29
"Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman ". (QS. Al-Nahl : 64)
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shaad : 29)
Muhammad Fadhil Al-Jamali menyatakan bahwa pada hakekatnya Al-
Quran itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan
manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya adalah merupakan
kitab pendidikan kemasyarakatan: moril (akhlak) dan spiritual (kerohanian).
Begitu pula Al-Nadwi (1974) mempertegas dengan menyatakan bahwa
pendidikan dan pengajaran umat Islam itu haruslah bersumberkan kepada
aqidah Islamiyah. Sekiranya pendidikan umat Islam yang tidak didasarkan
kepada aqidah yang bersumberkan kepada Al-Quran dan Al-Hadits, maka
pendidikan itu bukanlah pendidikan Islam, tetapi pendidikan asing.
Begitu luas dan persuasifnya Al-Quran dalam menuntun manusia,
yang kesemuanya merupakan proses pendidikan kepada manusia.,
menjadikan Al-Quran sebagai kitab dasar utama bagi pengembangan ilmu
pengetahuan manusia. Mourice Bucaile (1979), dalam bukunya kagum akan
isi kandungan al-Quran dan mengatakan, bahwa Al-Quran merupakan kitab
suci yang objektif dan memuat petunjuk bagi pengembangan ilmu
pengetahuan moderen. Kandungan ajarannya sangat sempurna dan tidak
bertentangan dengan hasil penemuan sains moderen. Dari penafsiran
terhadap ide-ide yang termuat dalam Al-Quran, sains moderen dapat
berkembang dengan pesat dan memainkan perananya dalam membangun
dunia ini.
Pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber
yang termuat dalam Al-Quran. Dengan berpegang kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Quran, akan mampu mengarahkan dan mengantarkan
manusia bersifat dinamis-kreatif, serta mampu mencapai esensi nilai-nilai
`ubudiyah pada Khaliknya, mampu menciptakan dan mengantarkan
outputnya sebagai manusia berkualitas dan bertanggung jawab terhadap
semua aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat dillihat, bahwa hampir dua
pertiga dari ayat Al-Quran mengandung nilai-nilai yang membudayakan
manusia dan memotivasi manusia untuk mengembangkannya lewat proses
pendidikan (M. Arifin: 1993).
b. Sunah (Hadits)
Dasar yang kedua selain Al-Quran adalah Sunnah Rasulullah.
Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan
hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah
SWT menjadikan Muhammad sebagai teladan bagi umatnya Q.S. Al-Ahzab:
21.
"Sesugguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang haik
bagimu (yaitu) hagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab:
21).
Tujuan Mata pelajaran PAI secara terperinci adalah sebagai berikut: adalah:
No. Unsur Mata Tujuan
Pelajaran PAI
Al-Qur'an Meningkatkan kecinta’an peserta didik terhadap al-quran
Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang ter dapat dalam
al-quran sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi
kehidupan
Meningkatkan kekusukan peserta didik dalam beribadah
terlebih sholat , dengan menerapkan hokum bacaan tajwid
serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang
mereka baca
Akidah- Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian,
Akhlak pemupukan, dan pengembangan, pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan,serta pengalaman peserta didik
tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang
terus berkembang keimanandan ketakwaan kepada Allah SWT
Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari Akhlak tercela dalam kehidupan individu
maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai
akidah Islam.
Fiqih/Ibadah Membekali peserta didik agar dapat : (1) mengetahui dan
memahami pokok-pokok hokum Islam dalam mengatur
ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan
Allah yang diatur dalam fiqih ibadah dan hubungan manusia
dengan sesama yang diatur dalam fiqih muamalah. (2)
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam
dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan
ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan
ketaatan menjalankan hokum Islam , disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosial.
Sejarah Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
kebudayan mempelajari landasan ajaran nilai-nilai dan norma-norma Islam
Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah saw dalam rangka
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau,
masa kini dan masa depan.
Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik
terhadap peninggalan sejaraah islam sebagai bukti peradaban
umat islam di masa lampau.
Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam) meneladani
tokoh-tokoh berprestasi dan mengaitkannya denan fenomena
sosial,budaya,politik,ekonomi,iptek dan seni dan lain-lain untuk
mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
Al Qur’an
SKI Aqidah
Ruang
Lingkup
Fiqh/ibada Akhlak
h
Cakupan tersebut setidaknya menggambarkan bahwa ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat mewujudkan keserasian, keselarasan
dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama
manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya.
Masing-masing mata pelajaran tersebut saling terkait dan saling
melengkapi. Al-Qur'an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti ia
merupakan sumber akidah-akhlak, syari'ah/fikih (ibadah, muamalah), sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah (usuluddin) atau keimanan
merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak
bertitik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah
(keimanan dan keyakinan hidup). Syari'ah/fikih merupakan sistem norma (aturan)
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan
makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup
manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia
dan lainnva (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia
dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang
dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sejarah Kebudayaan Islam merupakan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha
beribadah, bermuamalah, dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem
kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.
Sedangkan ruang lingkup pada setiap unsur matapelajaran PAI adalah
sebagaimana tabel berikut:
Rangkuman
C. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengembangan materi PAI yang kontekstual. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari orientasi
pengembangan PAI yang kontekstual, yang didasarkan dengan berbagai
pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Dasar pendidikan Islam yaitu fundamen yang menjadi landasan atau asas agar
pendidikan Islam dapat tegak berdiri. Bagaimana agar dasar Pendidikan Islam
ini dapat benar-benar menjadi asas bagi pendidikan Islam, jelaskan !
2) Beberapa pakar memberikan pendapat mengenai sumber pendidikan Islam.
Coba jelaskan kembali persamaan dan perbedaan pengertian dari masing-
masing pendapat tersebut !
3) Materi Pelajaran Agama Islam terdiri dari beberapa materi. Sebutkan dan
jelaskan fungsi dan karakteristik dari tiap materi tersebut !
D. Tes Formatif
A. Tujaun :
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan: (1) dapat menjelaskan konsep
tentang analisis dan pengembangan materi PAI; (2) dapat menjelaskan langkah-
langkah analisis dan pengembangan materi PAI; (3) dapat menerapkan langkah-
langkah analisis dan pengembangan materi PAI dalam pembelajaran.
B. Uraian Materi
1. Analisis Materi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah pendidikan yang terencana untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, manghayati, dan
mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau
latihan. Bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) meliputi: Akidah-Akhlaq,
Qur’an-Hadis, Fiqh, dan Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Materi Aqidah
menekankan pada kemampuan memahami dan mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai
yang terkandung dalam nama-nama Allah Swt. (al-asma’ al-husna). Materi
Akhlaq menekankan pada pembiasaan untuk menerapkan akhlak terpuji (al-
akhlaq al-mahmudah) dan menjauhi akhlak tercela (al-akhlaq al-mazmumah)
dalam kehidupan sehari-hari. Akhlaq mempelajari relasi antara manusia dengan
Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam semesta (Ihsan).
Relasi atau hubungan ketiganya ini harus harmonis sebagaimana yang
ditunjukkan dalam al-Qur’an surat al-Qashash: 77. Sementara itu materi Qur’an-
Hadis menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami
makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya dalam
kehidupan sehari-hari. Al-Qur'an merupakan wahyu Tuhan yang kebenarannya
bersifat absolut. Materi Fiqh menekankan pada kemampuan cara melaksanakan
ibadah dan muamalah yang benar dan baik, bersifat fleksibel dan kontekstual.
Sedangkan materi Tarikh atau Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada
kemampuan mengambil hikmah dan pelajaran (’ibrah) dari peristiwa-peristiwa
bersejarah pada masa lalu yang menyangkut berbagai aspek: sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek dan seterusnya, serta meneladani sifat dan sikap para tokoh
berprestasi, dari Nabi Muhammad Saw., para sahabat hingga para tokoh
sesudahnya bagi pengembangan kebudayaan dan peradaban Islam masa kini.
Prinsip yang digunakan dalam melihat sejarah masa lalu adalah: ”Meneladani hal-
hal yang baik dan meninggalkan hal-hal yang buruk serta mengambil hikmah dan
’ibrah dari peristiwa masa lalu tersebut untuk pelajaran masa kini dan
mendatang”, History is mirror of past and lesson for present. Pelajaran SKI juga
harus berwawasan transformatif-inovatif dan dinamis.
Sementara itu pada materi Aqidah, mempelajari sifat 20 Tuhan (Aqidat al-
Awwam) atau mengenalkan sifat-sifat Tuhan yang 99 sebagaimana yang
disebutkan dalam al-Qur’an yang dikenal dengan al-asma’ al-husna perlu
diarahkan pada dimensi empirik -- dengan misalnya-- kita menjelaskan kepada
mereka bahwa Tuhan itu memiliki sifat Rahman (Maha pengasih), jadi manusia
harus optimis dalam menjalani hidup di dunia ini. Sifat Rahman atau kasih sayang
Tuhan itu diberikan kepada semua hamba-Nya, tanpa pandang bulu, tanpa
diskriminiatif, baik hamba yang mukmin maupun yang tidak, namun Allah Swt.
hanya memberikan kasih sayang (Rahim-Nya) di akhirat kelak khusus kepada
yang Mukmin saja. Oleh sebab itu, jika di dunia ini orang non-Mukmin belajar
kedokteran, maka mereka akan menjadi Dokter. Namun jika orang Mukmin
sendiri tidak belajar kedokteran, tetapi belajar ilmu klenik, maka mereka akan
menjadi Dukun. Demikian pula, jika orang non-Mukmin bekerja keras mengikuti
hukum ekonomi, maka mereka akan menjadi kaya, ini hukum yang berlaku di
dunia. Begitu pun sebaliknya, jika orang Mukmin malas-malasan bekerja, maka
mereka menjadi miskin.
Contoh lain misalnya, Tuhan itu memiliki sifat Ghafur, Maha Pengampun,
karena itu kita tidak perlu putus asa, walau sudah berbuat dosa kita bisa minta
ampun kepada-Nya, meski begitu kita tidak boleh terus menerus berbuat dosa
kemudian minta ampun. Tuhan itu memiliki sifat Wadud (santun), karena itu Dia
tidak bakal menerlantarkan kita. Demikian pula dengan sifat Tuhan yang seram-
seram, seperti Tuhan itu Maha Perkasa (Jabbar) dan Pendendam (Dzun Tiqam),
hal ini agar manusia tidak memperlakukan kewajiban-kewajiban Tuhan semaunya
atau seenaknya saja.
Sifat-sifat Tuhan yang terkandung dalam al-asma’ al-husna itulah yang
seharusnya memberikan dampak psikologis bagi anak-anak kita. Ketika
menjelaskan sifat mahamengetahuinya Tuhan (al-‘alim) dan kemahabijaksanaan-
Nya (al-hakim) bisa dijelaskan melalui fenomena empirik di sekeliling kita.
Misalnya diungkapkan sebuah kisah seorang Musafir yang sedang berteduh di
bawah pohon beringin besar lagi rindang yang buahnya kecil-kecil, sementatara
itu di hadapannya tumbuh buah semangka besar yang batangnya kecil merambat
di tanah. Ketika seorang Musafir itu terbersit di hatinya untuk menganggap
kenyataan ini janggal, maka serta merta ia kejatuhan buah beringin itu. Seketika
itu juga ia sadar, bahwa apa yang diciptakan Tuhan itu benar adanya (Rabbana
ma Khalaqta Hazha Batila…). Karena itu, kita perlu memperkaya mata pelajaran
Aqidah dengan pengembangan-pengembangan seperti ini, bahwa untuk
menunjukkan kemahakuasaan Allah Swt. cukup ditunjukkan penciptaannya yang
terhampar di jagat raya ini (tafakkaru fi khalqillah wala tafakkaru fi zatihi). Masih
banyak contoh lain yang bisa dikembangkan terkait dengan ini, sehingga aspek
afektif dan psikomotor dapat dicapai sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Jika dilihat dari aspek psikologis --dalam konteks mempelajari al-Qur’an--
belajar membaca dengan benar dan baik, serta menghafal ayat-ayat al-Qur’an
--terutama surat-surat pendek-- akan lebih melekat dan bertahan lama jika
dimulai pada usia SD/MI (6 – 12 tahun). Belajar membaca dan menulis serta
menghafal al-Qur’an tersebut perlu dilakukan secara terus menerus dan
berkesinambungan dari waktu ke waktu atau hari ke hari (sustainable). Jika
dilakukan pada hari tertentu (hari senin jam pertama dan kedua misalnya, karena
PAI hanya 2 jam pelajaran) kemudian disusul pada hari senin berikutnya dan
seterusnya sampai beberapa semester, maka kecil kemungkinannya untuk dapat
melekat dan tahan lama dalam ingatannya, terutama jika tidak didukung oleh
pendidikan agama dalam keluarga dan masyarakat (seperti pendidikan agama
pada TPQ/TPA/TKA).
Dilihat dari aspek psikologi agama, bahwa siswa MI/SD yang sudah aqil
baligh, berkewajiban untuk menjalankan ibadah shalat (mukallaf). Pada periode
ini mereka membutuhkan pemahaman al-Qur’an baik dari segi arti lafdziyah
(tekstual) maupun kandungan makna dan mengaitkannya dengan fenomena alam,
sosial, budaya, politik, ekonomi dan lain-lainnya (kontekstual), sehingga dapat
menambah ke-khusyu’an dalam beribadah dan mampu membangun kesadaran
beragama (religious conciousness) anak. Al-Quran dengan demikian benar-benar
menjadi hudan (petunjuk dalam kehidupan), furqan (pembeda antara yang haq
dan bathil, antara yang benar dan salah, dan antara yang baik dan buruk), syifa’
ma fi al-sudur (obat psikologis bagi manusia beriman). Tujuan pengembangan
materi ini adalah sebagai upaya mencari alternatif untuk meningkatkan hasil
belajar dan transfer belajar, memberi dan meningkatkan wawasan guru terhadap
materi pembelajaran agar dicapai hasil belajar yang maksimal.
Materi Fiqih adalah bagian mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik agar dapat mengenal, memahami, menghayati, dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya
(way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman. Materi Aqidah adalah bagian dari mata pelajaran PAI yang
memberikan penekanan pada pembinaan keyakinan bahwa Tuhan adalah asal-usul
dan tujuan hidup manusia. Materi Akhlak adalah bagian dari mata pelajaran PAI
yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki moral dan etika
Islam sebagai keseluruan pribadi Muslim dan dimalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Materi Tarikh atau sejarah Kebudayaan Islam adalah bagian dari mata
pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki
pemahaman terhadap apa yang telah diperbuat oleh Islam dan kaum Muslimin
sebagai katalisator proses perubahan sesuai dengan tahapan kehidupan mereka
pada masing-masing waktu, tempat dan masa, untuk dijadikan sebagai ‘ibrah dan
pedoman hidup ke depan bagi umat Islam.
Al-Qur’an-Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam, dan juga
merupakan sumber Aqidah-Akhlak, Syari’ah/Fiqh (ibadah, muamalah), sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Aqidah (ushuluddin) atau keimanan
merupakan akar atau pokok agama. Syariah/Fiqh (ibadah, muamalah) dan Akhlak
bertitik tolak dari Aqidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari Aqidah
(keimanan dan keyakinan hidup). Syari’ah/Fiqh merupakan sistem norma (aturan)
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan
makhluk lainnya. Akhlaq merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup
manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia
dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia
dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang
dilandasi oleh Aqidah yang kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah) Kebudayaan Islam
merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa
dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam
mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh Aqidah.
SCOPE AND
SEQUENCE Naratif (cerita
MATERI
INFORMATIF suatu kejadian),
(DATA, FAKTA)
Deskriptif
STANDAR
KOMP.
KONSEPTUAL Deduktif atau
(PRINSIP, TEORI,
(SK) DALIL) Induktif
DESKRIPTIF,
PROSEDURAL
KOMP. EKSPLORATIF
DA SAR
(KD) DESKRIPTIF,
KETRAMPILAN EKSPLORATIF,
MODELLING
ARGUMENTATIF,
INDIKATOR NILAI, SIKAP
MATERI DESKRIPTIF,
EKPLANATORI,
MODELLING
KONTEKSTUALISASI
PEMAHAMAN DAN
KOMPETENSI
PEMAKNAAN KEY WORD
DASAR(KD)
DALAM MATERI PAI YANG
DIPELAJARI.
INDIKATOR MEMBUAT PETA KONSEP
PEMAKNAAN KEY WORD
DAN KETERKAITANNYA
MATERI DENGAN MATERI LAIN.
PEMBELAJARAN
Berikut ini akan diberikan ilustrasi langkah-langkah analisis dan
pengembangan materi PAI
• Menerapkan tata cara membaca Al-qur’an menurut tajwid, mulai dari cara
membaca “Al”- Syamsiyah dan “Al”- Qomariyah sampai kepada
menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf.
• Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah
baik shalat wajib maupun shalat sunat.
Menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami
makna secara tekstual dan kontekstual, serta mengamalkan kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari
2) Materi Fiqih adalah unsur mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta
penggunaan pengalaman
3) Materi Aqidah adalah unsur mata pelajaran PAI yang memberikan penekanan
pada pembinaan keyakinan bahwa Tuhan adalah asal-usul dan tujuan hidup
manusia.
menekankan pada kemampuan mempertahanan keyakinan/keimanan yang
benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asmaul husna
4) Materi Akhlak adalah unsur mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik agar memiliki moral dan etika Islam sebagai
keseluruan pribadi muslim dan dimalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek Keimanan
Aspek Akhlak
Aspek Al-
qur’an/Hadits
Aspek Fiqh/ibadah
Aspek Tarikh
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal
A. Tujuan :
Tujuan belajar pada materi ini diharapkan: (1) dapat menjelaskan urgensi
pengembangan pembelajaran PAI kontekstual; (2) dapat menjelaskan langkah-
langkah pengembangan PAI kontekstual; (3) dapat menerapkan pengembangan
PAI kontekstual dalam pembelajaran
B. Uraian Materi
1. Urgensi Pengembangan Pembelajaran PAI yang Kontekstual
Pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan yang begitu
kompleks, tantangan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua macam, yaitu
tantangan internal dan tantangan eksternal dari pendidikan agama Islam.
Tantangan internal menyangkut sisi pendidikan agama sebagai program
pendidikan baik dari segi pemahaman terhadap materi pendidikan agama Islam,
perancangan maupun pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan agama Islam
itu sendiri. Sedangkan tantangan eksternal berupa berbagai kemajuan iptek, era
globalisasi di bidang informasi, perubahan sosial ekonomi dan budaya dengan
segala dampaknya.
Sementara berdasarkan kajian yang telah banyak dilakukan ditemukan
bahwa mata pelajaran pendidikan agama di sekolah menengah umum berbobot 2
sks dengan 2 jam pelajaran yang dirasakan oleh guru masih kekurangan waktu
atau jam pelajaran. Materi pendidikan agama banyak menyajikan ajaran (dogma
agama) dan belum banyak menggali nilai dan perilaku ajaran agama serta aplikasi
dan impilkasinya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan dan metode/ strategi
pembelajaran yang dikembangkan belum memberikan keutuhan pengalam belajar
beragama dan siswa cenderung merasa bosan/ kurang menarik. Materi dan strategi
pembelajaran pendidikan agama masih dirasakan banyak yang tumpang tindih
(over lapping). Hasil belajar dan penilain direduksi menjadi angka yang mematok
batas minimal diatas 5 agar siswa lulus. Sumber belajar yang tersedia dan
dimanfaatkan terbatas pada buku teks dengan pendekatan doktriner, tektual, dan
belum memanfaatkan pengalaman beragama dan kehidupan keagamaan sebagai
laboratorium belajar. Para guru masih mengalami kesulitan untuk
mengembangkan model/ paket pembelajaran pendidikan agama yang dapat
memberikan keutuhan pengalaman belajar secara tektual dan kontekstual dalam
meningkatkan hasil pendidikan agama baik yang berupa pengetahuan dan
pengamalan ajaran agama, sikap beragama, maupun perilaku beragama.
Sifat bahan yang dipelajari dalam pendidikan agama dapat diklasifikasikan
menjadi tiga hal sebagai suatu keutuhan yaitu ajaran agama, nilai-nilai agama dan
perilaku atau pengamalan beragama. Sebagai ajaran, pendidikan agama akan
menyampaikan dan menanamkan kebenaran dari ajaran agama berdasarkan
wahyu atau kitab suci. Ajaran agama bersifat dogma yang diterima berdsarkan
keimanan seseorang, seperti dalam pendidikan agama Islam, diajarkan untuk
melakasanakn lima rukun Islam (syahadat, sholat, puasa, zakat, haji bagi yang
mampu). Menurut Dimyati (2002) kebenaran agama bersifat universal,
transendent, imanen, dan mutlak. Namun dalam proses pembelajaran, strategi
yang dikembangkan dalam pengenalan, penerimaan dan penanaman ajaran agama
tidak harus diberikan secara doktriner, melainkan harus dikembangkan dan
diperhatikan pengalaman belajar yang dapat menumbuh kembangkan keutuhan
subjek didik.
Sebagai nilai, pendidikan agama akan mempelajari, mencari, menemukan,
mengkonstruk, mencontohkan/ memodelkan, memilih, menetapkan,
menginternaslisi dan mengamalakan nilai-nilai yang mengacu pada ajaran agama.
Menurut Bertens nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang
kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan;
sesuatu yang baik. Sedangkan Max Scheler menyatakan bahwa nilai merupakan
suatu kenyataan yang tersembunyi di balik kenyataan-kenyataan lain. Nilai
tersusun secara hierarkis, dari yang rendah hingga yang paling luhur: nilai
kenikmatan, nilai kehidupan, nilai kejiwaan, dan nilai kerohanian. Nilai-nilai itu
adalah anugerah Tuhan, bukan buatan manusia. Manusia hanya dapat
menemukan, memahami, menghayati, dan mewujudkan dalam tindakan nyata.
Adimassana menekankan bahwa pemahaman dan penemuan nilai tidak dapat
dilakukan dengan budi-pikiran saja, melainkan harus dengan hati, melalui
pengalaman dan penghayatan nyata. Karena itu dalam mempelajari dan menggali
nilai-nilai ajaran agama selain dibutuhkan strategi yang mengembnagkan akal
budi juga penegembangan hati nurani melalui penghayatan dan pengamalan dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti dalam pendidikan agama Islam, diajarkan mencari,
menemukan dan mengamalkan hikmah ajaran atau nilai-nilai yang terkandung
dalam ajaran Islam baik nilai-nilai yang bersifat vertikal atau berhubungan dengan
Tuhan (hablun minaallah) maupun nilai-nilai yang bersifat horisontal atau sesama
makhluk Tuhan (hablun minannas). Sehingga dalam proses pembelajaran,
dibutuhkan model pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar
siswa untuk membentuk pengeathuannya sendiri secara bermakna
(konstruktivistiktructivis), memberi kesempatan untuk mencari dan menemukan
sendiri (inquiry), memberikan proses dialogis dengan mengembangkan proses
berpikir dengan bertanya dan mencari jawaban kepada berbagai sumber
(question), dibutuhkan lingkungan dan model sebagai pengukuh kebenaran
terhadap ajaran dan nilai yang dipilihnya, baik berupa model pengetahuan, figur
berupa nilai atau perilaku guru, personal sekolah, orang tua, anggota keluarga,
tokoh agama, tokoh masyarakat, dan lainnya, maupun sistem atau lingkungan
yang tercipta suasana religius seperti belajar menghormati ajaran lain, lingkungan
dan hidup yang bersih, disiplin, tanggung jawab dan sebagainya sehingga tidak
terjadi kemunafikan antara apa yang diajarkan (perkataan) dengan perbuatan
(splitpersonality), karena itu dibutuhkan (modelling), leraning community dan
autentic assesment.
Sebagai konsekuensi dari pemikiran di atas, diperlukan suatu model pembelajaran
yang dapat memberdayakan dan mengaktifkan belajar siswa serta kajian materi
pendidikan agama yang fungsional dan secara langsung sesuai dengan ajaran
agama, nilai, dan perilaku beragama terkait dengan situasi yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu model tersebut adalah dengan dikembangkannya
model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran pendidikan agama.
ANALI SI S
M M
A A
S S
Y Y
INTERNALISASI
A Evaluasi dan Desain Pemb. A
DOKTRIN DAN
R Umpan Balik NILAI-NILAI Dan Penyediaan R
A AGAMA ISLAM Bahan Ajar A
K K
A A
T T
Implementasi
M A S Y AR A K A T (SOCIETY)
2) Tahap Desain
a) Merumuskan tujuan dan target pembelajaran.
b) Merancang program pembelajaran (tema pokok, pendekatan dan metode,
media dan sumber belajar, serta evaluasinya).
c) Menetapkan waktu dan tempat pelaksanaan.
Pada tahap desain (a, b, dan c), hasil yang diharapkan adalah tersusunnya
rencana dasar penyelenggaraan pembelajaran PAI di masyarakat yang
mencakup: (1) tujuan pembelajaran PAI; (2) pokok-pokok dan sub pokok
bahasan; (3) metode dan media pembelajaran; (4) criteria dan jumlah peserta
yang menjadi subyek dan sasaran pembelajaran; (5) criteria atau kualifikasi
fasilitator dan jumlah fasilitator yang dibutuhkan; (6) waktu
penyelenggaraan dan perincian waktu; (7) teridentifikasinya tempat
penyelenggaraan; (8) jumlah anggaran biaya yang dibutuhkan; (9)
komponen pendukung lainnya.
d) Mengembangkan dalam proposal atau TOR (Term of Reference), yang
berisi: (1) latar belakang/pendahuluan, yang menjelaskan berbagai
permasalahan atau sense of crisis dan alasan pelaksanaan program; (2)
pernyataan tujuan yang menyangkut tujuan umum dan khusus; (3) pokok-
pokok bahasan materi pembelajaran, sehingga permasalahan dapat
terpecahkan; (4) pendekatan dan metode, yakni uraian singkat tentang
pendekatan dan cara atau bagaimana pokok bahasan akan diproses untuk
mencapai tujuan; (5) fasilitator dan peserta program, yakni kualifikasi atau
persyaratan dan atau kriteria fasilitator yang dibutuhkan serta jumlah yang
dikehendaki, serta menguraikan kualifikasi atau persyaratan dan jumlah
peserta yang akan dikenai sasaran pembelajaran; (6) komponen-komponen
lain yang bersifat logistik, seperti tempat, waktu, dan lain-lainnya.
3) Tahap Implementasi, yakni pelaksanaan program atau implementasi
terhadap apa yang tertuang dalam TOR. Dalam hal ini perlu dibuat Skenario
Pembelajaran, yang berisi: (1) berapa jumlah hari yang diperlukan; (2)
rincian materi dari tema pokok pembelajaran yang dipelajari, dialami serta
diinternalisasi oleh peserta dalam berapa sesi; (3) rincian skenario kegiatan
pembelajaran, misalnya: materi I tentang apa, butuh berapa sesi, topik
masing-masing sesi yang merupakan penjabaran dari materi, apa kegiatan
fasilitator dan peserta, berapa waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing
kegiatan.
4) Tahap Evaluasi dan Umpan Balik, yakni evaluasi pelaksanaan
programnya sehingga ditemukan titik-titik kelebihan dan kelemahannya, dan
melalui evaluasi tersebut akan diperoleh umpan balik untuk selanjutnya
direvisi programnya untuk perbaikan pelaksanaan pembelajaran berwawasan
rekonstruksi sosial di masa yang akan datang.
C. Rangkuman
1. Pengembangan pembelajarn PAI yang kontekstual sangat penting
mengingat pendidikan agama Islam dihadapkan pada tantangan yang
begitu kompleks, tantangan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua
macam, yaitu tantangan internal dan tantangan eksternal dari pendidikan
agama Islam. Tantangan internal menyangkut sisi pendidikan agama
sebagai program pendidikan baik dari segi pemahaman terhadap materi
pendidikan agama Islam, perancangan maupun pelaksanaan dan
penyelenggaraan pendidikan agama Islam itu sendiri. Sedangkan
tantangan eksternal berupa berbagai kemajuan iptek, era globalisasi di
bidang informasi, perubahan sosial ekonomi dan budaya dengan segala
dampaknya.
2. Pembelajaran kontekstual adalah suatu model pembelajaran yang
membantu guru menghubungkan kegiatan dan bahan ajar mata
pelajarannya dengan situasi nyata dan memotivasi siswa untuk dapat
menghubungkan pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan sehari-
hari sebagai anggota keluarga dan sebagai anggota masyarakat di mana
siswa hidup.
3. Pengembangan pembelajarn PAI yang kontekstual dapat dilakukan dengan
menggunakan model Pembelajaran rekonstruksi. Model Pembelajaran
yang berwawasan Rekonstruksi Sosial bertolak dari problem yang dihadapi
dalam masyarakat, untuk selanjutnya dengan memerankan ilmu-ilmu dan
teknologi, serta bekerja secara kooperatif dan kolaborasi, akan dicarikan
upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
D. Latihan
Latihan ini bukan Tes, atau mengukur penguasaan Anda terhadap kegiatan
belajar I dari modul pengembangan materi PAI yang kontekstual. Latihan ini
sebagai pengayaan agar Anda lebih mendalami esensi dari orientasi
pengembangan PAI yang kontekstual, yang didasarkan dengan berbagai
pertimbangan, diluar pertimbangan utama yaitu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Perhatikan tugas Anda!
Untuk memperdalam pemahaman konsep, sekarang coba anda jawab dan
diskusikan secara kelompok pertanyaan dan kerjakan tugas-tugas berikut :
1) Jelaskan urgensi pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran PAI dan
berikan illustrasi penerapannya !
2) Buatlah peta konsep (mind mapping) tentang lingkup kajian pembelajaran
kontekstual !
3) Jelaskan langkah-langkah pengembangan materi yang kontekstual dalam
pembelajaran PAI dan buatlah contoh pengembangan pembelajaran PAI yang
kontekstual !
E. Tes Formatif
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di
hagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar, kemudian gunakan rumus
berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi kegiatan
belajar tersebut.
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar X 100%
Jumlah soal
Konstruks : Membangun
Integrasi : Penyatuan
Loyalitas : Kesetiaan
Dedikasi : Pengabdian
Implementasi : Pelaksanaan
Kunci Jawaban
KB 1 KB 2 KB 3
1. D 1. D 1. D
2. A 2. B 2. B
3. C 3. A 3. D
4. C 4. B 4. A
5. D 5. C 5. D
Daftar Rujukan