Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.

2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Analisis Kemampuan Matematis Berpikir Kritis Siswa


Ditinjau dari Gaya kognitif Reflektif dan Impulsif
Siti Imas masitoh1, Bunga Sukria2, Aulia Nadifa3, Widia Prahastuti4, Fikri Azhari5
1Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia;1*sitiimas11069@gmail.com

2Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia; 2bungasukria448@gmail.com

3Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia; 3aulianadifa231@gmail.com

4Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia; widiaprahastuti@gmail.com

5Pendidikan Matematika, UGJ, Cirebon, Indonesia; fikriazhari35@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi karena pentingnya kemampuan berpikir kritis


matematis, yang dapat mengarahkan terhadap kemampuan pemahaman dan
pemecahan masalah matematis siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun
tujuan penelitian ini untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari
gaya kognitif reflektif dan impulsif. Jenis penelitian yang digunakan merupakan
penelitian kualitatif atau Qualitatif Research yang bersifat case study dengan
menggunakan dua instrumen yaitu kemampuan berpikir kritis (FRISCO) yang berupa
6 soal uraian dan instrument gaya kognitif MFFT (Warli, 2010). Subjek yang terlibat
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII, SMP Negeri 14 Kota Cirebon terhadap
materi aljabar yang ditinjau berdasarkan gaya kognitif siswa. Teknik pengumpulan
data berupa observasi, tes tulis yang disertai wawancara terhadap subjek kognitif
reflektif dan impulsif. Sedangkan teknik analisis data yang dilakukan berupa reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini adalah siswa
dengan gaya kognitif Reflektif mampu memenuhi minimal 83,33% indikator FRISCO
secara tepat, dalam memberikan jawaban sangat teliti, cermat, dan hati – hati, sehingga
cenderung kurang perca diri dalam meberikan jawaban, sehingga memerlukan waktu
yang lebih lama. Hal tersebut berbanding terbalik dengan subjek Impulsif.
Kata kunci: Berpikir kritis, gaya kognitif, reflektif, impulsif, matematika.

Abstract. This research is motivated by the importance of mathematical critical thinking skills,
which can lead to students' mathematical understanding and problem solving abilities during
learning. The purpose of this study was to analyze students' critical thinking skills in terms of
reflective and implusive cognitive styles. This type of research is a qualitative research or
Qualitative Research which is a case study using two instruments, namely critical thinking
skills (FRISCO) in the form of 6 problem descriptions and MFFT cognitive style instruments

144
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

(Warli, 2010). The subjects involved in this study were students of class VII, SMP Negeri 14
Kota Cirebon on algebra material that was reviewed based on students' cognitive styles. Data
collection techniques such as observation, written tests accompanied by interviews with
reflective and implusive cognitive subjects. While the data analysis technique is done in the form
of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study are
students with a reflective cognitive style capable of fulfilling a minimum of 83.33% of the
FRISCO indicators appropriately, in giving very thorough, careful, and careful answers, so they
tend to lack confidence in giving answers, so that requires more time. This is inversely
proportional to the Implective subject
Keywords: Critical Thinking, Cognitive style, Reflective, Impulsive, Mathematics.

Pendahuluan
Preseisen (Rochman: 2008) mengungkapkan bahwa berpikir merupakan sesuatu
kegiatan mental dalam usaha guna memperoleh pengetahuan. Dalam hal ini
berpikir merupakan proses kognitif yang tidak dapat dilihat secara fisik,
melainkan berupa ide, pengetahuan, argumen, prosedur, dan keputusan setelah
memecahkan masalah. Kegitana berpikir pada dasarnya dilakukan dalam
berbagai hal, salah satunya berfikir mengenai pembelajaran, dalam hal ini
kegiatan berpikir dilakukan ketika pembelajaran berlangsung, baik
dilingkungan kelas maupun diluas kelas, kegiatan berfikir ini tentunya
memiliki berbagai jenis sesuai dengan bidangnya, misalnya saja berpikir dalam
bidang matematika. Menurut Sumarmo (Abdullah: 2013) menjelaskan bahwa
berpikir dalam bidang matematika merupakan pelaksanaan kegiatan atau
proses matematika (doing math) atau tugas matematika. dari definisi tersebut
dapat diartikan bahwa berfikir dalam bidang matematika me rupakan kegiatan
yang berfikir yang dilakukan dalam proses pembelajaran matematika yang
mengarah kepada berfikir untuk menyelesaiakan permasalahan matematis yang
ditemui selama proses pembelajaran berlangsung yang dapat dilihat dalam
sebuah ide, pengetahuan, prosedur, dan keputusan akhir.

Ditinjau dari kekompleksan dan kedalaman kegiatan matematika, berfikir


matematis dikelompkan kedalam kedua kategori yaitu berfikir matematis
tingkat rendah dan tinggi, keduanya memiliki kaitan yang erat dengan
kemampuan berfikir kritis, dimana berfikir kritis adalah kemampuan matematis
siswa yang mengarahkan siswa memiliki pola fikir yang dibentuk untuk dapat
memahami, memecahkan masalah, menalar dan melakukan pembuktian,

145
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

koneksi matematis, dan representasi terhadap objek simbol, gambar dan lain
sebagainya. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahawasannya
berpikir kritis memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran
matematika, dimana matematika merupakan pembelajaran wajib yang harus
didapatkan setiap siswa, baik tingkat sekolah dasar, dan menengah,
sebagaimana disebutkan dalam UU No. 23 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, pasal 31 ayat 1. Selain daripada itu berpikir kritis
merupakan potensi yang dimiliki setiap orang, yang dapat diukur, dilatih, serta
dikembangkan. Dengan demikian sungguh diperlukanlah sebuah kegiatan
dalam pembelajaran matematika secara individu yang disebut dengan berpikir
kritis.

Aljabar merupakan salah satu materi dalam pembelajaran matematika yang


memiliki hubungan yang sangat erat dengan kegiatan berpikir kritis siswa,
dimana dalam menyelesaikan permasalahan soal aljabar ini siswa harus dapat
merepresentasikan, kemudian menduga akan data yang disajikan telah
memberikan informasi yang tepat atau tidak, merencanakan penyelesaian
permasalahan, menyusun langkah – langkah penyelesaian secara menyeluruh
dan diakhiri dengan pemberian keputusan yang mengarah kepada jawaban
akhir dari permasalahan yang disajikan.

Penyelesaian permasalahan akan data yang disajikan merupakan suatu


keberagaman individu, dimana setiap individu memiliki pemikiran yang
beragam guna menyelesaikan setiap permasalahan yang disajikan. Dalam hal
ini penyelesaian masalah siswa banyak dipengaruhi oleh gaya kognitif siswa.
Dimana gaya kognitif siswa merupakan karakteristik seseorang dalam
menerima, menganalisis dan merespon suatu tindakan kognitif yang diberikan,
menurut Warli (Avinda: 2018). Definisi lain beraasal dari Kagan sebagaimana
yang dikutip Warli (Avinda: 2018), menyebutkan bahwasannya gaya kognitif
terbagi kedalam dua jenis, yaitu gaya kognitif refleksif dan gaya kognitif
impulusif. Gaya kognitif reflektif adalah gaya berfikir siswa yang memiliki
karakteristik lambat dalam menjawab masalah, tetapi cermat atau teliti sehingga
jawaban cenderung betul, sedangkan gaya kognitif impulusif adalah gaya
belajar siswa yang memiliki karakteristik cepat dalam menjawab, namun
jawaban yang diberikan tidak atau kurang tepat sehinga cenderung
memberikan jawaban yang salah. Selain dari pada itu hasil temuan Kagan ini
dikembangkan kembali dan mengelompokan gaya kognitif baru yang terdiri

146
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

dari gaya kognitif refleksif dan impulsif kemudian gaya kognitif lambat tidak
akurat dan cepat akurat. Adapun perbedaan antara gaya kognitif reflektif dan
impulsif sebagai berikut.

Tabel 1. Perbedaan Siswa Reflektif dan Impulsif


Reflektif Impulsif
Memerlukan waktu yang cuku lama Cepat dalam memberikan jawaban, tanpa

untuk menjawab mencermati permasalahan terlebih dahulu.

Memiliki strategi penyelesaian Kurang srategi yang tepat dalam

permasalahan yang baik, dan tepat menyelesaikan permaslahan yang diberikan

Jawaban yang diberikan lebih tepat Jawaban yang diberikan kurang tepat

Memiliki argumen yang matang, dan Jawaban yang diberikan hanya pernyataan

mengeluarkan berbagai kemngkinan singkat, tanpa adanya argumen yang matang.

berfikir sejenak sebelum memberikan

jawaban akhir

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini berfokus terhadap


penganalisisan data siswa terhadap gaya berfikir kritis ditinjau dari gaya belajar
yang meliputi gaya belajar kognitif reflektif, dan impulsif. Dengan demikian
peneliti mengambil judul, “Analisis Kemampuan Matematis Berpikir Kritis
Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Refelektif dan Impulsif”.

Metode
Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif atau
Qualitatif Research yang bersifat case study dengan subjek penelitian siswa pada
kelas VII A. Penelitian ini dilakukan di satuan pendidikan SMP Negeri 14
Cirebon, dalam waktu 1 hari pada tanggal 10 Desember 2019. Teknik sampling
yang digunakan yaitu teknik purposive sampling, dengan subjek yang memiliki
tingkat kemampuan berfikir kritis cukup baik. Instrumen penelitian yang
digunakan terdiri dari dua instrumen, yaitu istrumen kemampuan berfikir kritis
yang berupa soal uraian terdiri dari 6 soal yang disusun berdasarkan indikator
FRISCO. kemudian instrumen kedua berupa instrumen gaya kognitif (MFFT)
yang tercantum dalam penelitian Warli 2010.

147
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

2 siswa refleksif dan 2


Cepat Akurat siswa impusif
22 Siswa diwawancarai untuk
Kelas VII A Refleksif informasi
(Tes Berfikir menyeluruh,
Kritis dan kemudian disajikan
Lambat Tidak Akurat
MFFT) salah satu
kesimpulan
Impulsif
penelitian.

Gambar 1. Bagan Pengambilan Sampel dengan Purposive Sampling

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan


wawancara. Teknik analisis data yang dilakukan diantaranya yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan


Hasil analisis gaya Kognitif MFFT diperoleh dengan rata – rata waktu
keseluruhan satu kelas adalah 11, 29 detik dengan rata – rata frekuensi 3,95.
Adapun data hasil pengelompokan gaya kognitif siswa disajikan dalam tabel 2,
sebagai berikut:

Tabel 2. Pengelompokan Gaya Kognitif

Kategori Jumlah Persentase

Refleksif 9 41%
Cepat Akurat 2 9%
Lambat tidak akurat 5 23%
Impulsif 6 27%

Berdasarkan data hasil pengelompokan gaya kognitif siswa, tahap selanjutnya


adalah mengambil 4 siswa sebagai subjek penelitian untuk diwawancarai, siswa
yang dipilih merupakan 2 siswa dengan gaya kognitif refleksif dan 2 siswa
dengan gaya kognitif impulsif dengan mempertimbangkan atas dasar skor yang
didapatkan oleh keempat siswa tersebut dan waktu menjawab ketika test MFFT.

148
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Tabel 3. Hasil Analisis Kemampuan Berfikir kritis Reflektif dan Impulsif

Subjek penelitian F R I S C O Berfikir Kritis

Impulsif R √√ √ √ √ √ √ Tidak Kritis


Impulsif I √√√ √√√ √ √√√ √ √√ Kritis
Reklektif A √ √√ √ √√ √ √√ √ √√ √ √√ Kritis
Reflekif C √√√ √√√ √√√ √√√ √√√ √√√ Sangat Kritis

Berdasarkan data hasil analisis kemampuan berpikir kritis siswa bergaya


impulsif yaitu subjek R diperoleh tidak kritis dan subjek I diperoleh hasil kritis.
Subjek R dikatakan tidak kritis dimana hasil pengerjaan siswa terhadap soal
yang diberikan sebagian besar hanya menyajikan jawaban berupa diketahui dan
ditanyakan saja adapun pengerjaan lebih lanjut hanya sebatas menuliskan
kembali soal pada lembar jawaban kemudaan dijumlahkan. Dalam hal ini
subjek R dikategorikan tidak kritis dikarenakan belum dapat memenuhi
keenam indikator dengan baik dimana setiap kategori diberikan tiga tahapan
yang harus diselesaikan dengan sempurna untuk dijadikan acuan dalam
pemberian kriteria terhadap subjek. Selain dari pada itu berdasarkan data hasil
wawancara subjek R menyebutkan bahwa dirinya belum pernah mendapatkan
soal matari aljabar dalam bentuk cerita sebelumnya, karena dalam pembelajaran
kesehariannya subjek hanya menerima pembelajaran yang berkaitan dengan
pemabahasan soal – soal yang dapat langsung dikerjakan untuk dijumlahkan,
dikurangi, dikalikan maupun dibagi contohnya seperti “ jumlahkan 2x + 3y
dengan 5x+y”.

Dalam menjawab tes gaya belajar kognitif, subjek dikategorikan sebagai subjek
dengan gaya kognitif impulsif, dimana selama gaya kognitif siswa cenderung
cepat dalam merespon dan memberikan jawaban yang tidak akurat, sehingga
tejadi banyak menjawab jawaban yang salah. Rataan waktu menjawab siswa
9,025 detik yang merupakan waktu menjawab yang paling cepat diantara subjek
lainnya. Dalam menjawab juga subjek cenderung percaya diri tanpa terbata-
bata, dan ketika diberitahu jawabnannya kurang tepat subjek langsung
memberikan jawaban kembali dan hanya membutuhkan waktu 3 detik
mengamati lebih lanjut. Sedangkan Subjek I dikategorikan sebagai subjek
berpikir kritis karena keenam indikator belum terpenuhi dengan sempurana
ada dua indikator yang hanya diselesaikan dengan menuliskan kembali soal

149
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

atau jawabannya saja tanpa adanya langkah penyelesaian dan satu indikator
diselesaikan hanya sampai tahap penyelesaian, dalam hal ini pun penyelesaian
yang diberikan hanya berupa penulisan kembali soal dilembar jawaban.
Berkaitan dengan tes gaya kognitif siswa, subjek I memiliki waktu menjawab
dibawah rata-rata yaitu 9, 92 dengan jawaban banyak yang tidak tepat dengan
skor yang sama dengan siswa R, namun jika dibandingkan dengan subjek R
subjek I ini cenderung memiliki waktu yang sedikit lebih lama dari subjek R
dimana subjek I ini sesekali mengamati terlebih dahulu objek dengan gambar
yang dapat dikatakan lumayan rumit.

Hasil analisis kemampuan berpikir kritis ditinjau dari gaya kognitif reflektif
dengan subjek A dan C mampu memenuhi semua indikator FRISCO, namun
untuk subjek A masih memiliki kesalahan dalam menjawab indikator FRISCO
secara sempurna, kurangnya ketelitian dalam mengerjakan soal menjadikannya
dimasukan kedalam indikor kritis, dimana untuk indikator R subjek hanya
menuliskan diketahui dan ditanyakan saja dari soal berfikir kritis yang
diberikan dan untuk indikator I subjek sudah memberikan jawaban sampai
tahap penyelesaian namun pada tahap penyelesaian masih terdapat kesalahan
dalam mengoperasikan sifat operasi hitung aljabar. Berkaitan dengan hal
tersebut siswa tidak memenuhi indikator overview yang merupakan indikator
yang melakukan pengecekan atau meneliti kembali terhadap jawaban yang
diberikan, dengan demikian subjek A hanya dikategorikan subjek kritis saja.
dalam hal menjawab tes kemampuan berpikir kritis ini subjek A juga diberikan
tes gaya kognitif, dalam hal ini subjek A dikategorikan sebagai subjek Refleksif,
dimana dalam menjawab tes MFFT tersebut subjek cenderung memiliki waktu
diatas rata – rata keseluruhan siswa yaitu 11,37 detik.

Dalam hal ini setiap soal subjek memerlukan waktu sekitar sebelas detik untuk
mengamati objeknya dengan teliti terlebih dahulu, jawaban yang diberikan juga
cenderung memiliki keakuratan yang baik dimana keakuratan dalam menjawab
berada diatas rata – rata seluruh siswa, selain dari pada itu setiap kali ingin
memmberikan jawaban subjek A sesekali berdialog sendiri perihal objek yang
diamatinya seperti halnya subjek sering mengungkapkan kata-kata “ehh tunggu
– tunggu, yang ini harusnya gini yang ini engga lalu yang ini...”. hal ini sejalaan
dengan pendapat Kagan sebagaimana mengutip pendapat Warli pada poin ke
satu dan lima yang menjelsakan subjek dengan gaya kognitif reflektif
cenderung memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan teman –

150
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

temannya, dan jawaban yang diberikan lebih akurat dibandingkan yang lainnya
dengan demikian subjek A dikategorikan sebagai subjek berpikir kritis dengan
gaya refleksif.

Subjek C dikategorikan sebagai subjek sangat kritis, dalam hal ini subjek C telah
memenuhi semua indikator FRISCO dengan sempurna, tidak adanya kesalahan
baik kesalahan dalam membaca, memahami, mengaplikaskan, refresentasi, dan
mengoperasikan, semuanya dijawab dengan tepat, subjek C juga sering
memberikan ilustrasi pada jawaban dalam bentuk gambar yang
memudahkannya dalam menyelesaikan jawabannya, seperti halnya, ketika
disoal dikatakan terdapat sebuah bangun ruang maka subjek C terlebih dahulu
mengilustrasikan bangun ruang tersebut. Berdasarkan data hasil wawancara
juga hal tersebut dilakukan agar dirinya dapat memahami dengan jelas dan
pasti apa yang diminta oleh soal, tanpa harus menerka – nerka. Ketika
ditanyakan apakah telah menerima soal yang sama sebelumnya, subjek
menjawab bahwasannya dirinya pernah namun didapatkan di luar kegiatan
KBM di sekolah melainkan di lembaga les yang dirinya ikuti, hal ini sejalan juga
dengan pendapat subjek A dimana Subjek A cenderung mempelajarinya secara
otodidak dirumah dengan berbantuan buku sumber belajar Siswa dan buku
paket lainnya yang berisikan soal – soal dan pembahasan matematika.

Berkaitan dengan tes gaya kognitif subjek C dikategorikan sebagai subjek


dengan gaya kognitif releksif dimana dalam menjawab tes daya kognitif ini
subjek memiliki waktu yang lebih lama dari subjek lainnya, rataan waktu yang
diperoleh berada jauh lebih lama dibandingkan rataan waktu keseluruhan yaitu
15,09 detik, dalam hal ini setiap soal subjek membutuhkan waktu sekitar 15
detik untuk mengamatinya terlebih dahulu, dalam meberikan jawaban juga
subjek sesekali bermonolog sendiri, seperti “tunggu tunggu yang ini seperti ini,
yang ini seperti ini..” kemudian ketika telah memberikan jawaban subjek masih
mencoba menghentikan observer untuk tidak mencatat terlebih dahulu
jawabannya dan langsung mengganti jawaban dengan jawaban yang benar,
daam hal ini sebelum diberitahukan jawaban yang salah subjek sudah
mengetahuinya terlebih dahulu dengan demikian jawaban yang diberikan
ternyata lebih akurat dibandingkan subjek yang lainnya, jawaban yang
diberikan oleh subjek merupakan jawaban yang paling sedikit memberikan
jawaban yang kurang tepat dibandingkan yang lainnya. Dengan demikian

151
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

subjek C dikategorikan sebagai subjek berpikir sangat kritis dengan gaya


reflektif.

Jika kita amati lebih seksama untuk subjek I dan A berada di kategori berpikir
kritis yang sama namun memiliki kategori yang berbeda di gaya kognitif, hal ini
dikarenakan, dalam tes berpikir keritis kedua subjek ini memiliki selisih skor
yang sedikit sehinga keduanya masih berada dalam rentang yang sama yang
menjadikan keduanya berada dalam kategori berpikir kritis, namun jika dilihat
dari ketepatan dalam menjawab, subjek A memiliki rataan skor yang lebih
tinggi dibandingkan dengan subjek I, berkaitan dengan tes gaya kognitif
keakuratan dalam mebjawab subjek A lebih akurat dibandingkan dengan
subjek I utuk rataan waktu juga subjek A memiliki rataan waktu jauh lebih lama
dibandigkan dengaan subjek I, dimana subjek A memiliki ratan waktu jauh
diatas rataan siswa keseluruhan berbanding terbalik dengan subjek I yang
berada dibawah rataan waktu keseluruhan.

Temuan dalam penelitian ini memperkaya ciri gaya kognitif reflektif maupun
impulsif, dimana keduanya diketahui salang bertolak belakang. Subjek reflektif
dapat memenuhi indikator FRISCO dengan baik, adapun kesalahan yang
dilakukan sangat lah minim. Subjek reflektif cenderung membuthkan waktu
lebih lama dibandingkan subjek keseluruhan, dimana subjek reflektif cenderung
mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum membuat keputusan akhir
jawabannya, dengan demikian tingkat ketelitian subjek reflektif lebih baik.
Subjek reflektif juga memiliki tingkat keingin tahuan yang mendalam, seperti
halnya subjek reflektif cenderung memperluas wawasannya dengan cara
mencari tahu akan materi yang diberikan disekolah lebih dalam diluar materi
yang diberikan selama pembelajaran. Hal tersebut berbanding terbalik dengan
subjek impulsif dimana subjek impulsif belum memenuhi indikator berpikir
kritis dengan baik, memberikan jawaban yang kurang tepat, memerlukan waktu
yang relatif cepat dalam memberikan keputusan, dan menggunakan alternatif
jawaban secara singkat, cepat, dan sederhana tanpa memahaminya terlebih
dahulu akan permasalahan yang sedang diamati, dimana hal ini sejalan dengan
pendapat Kagand yang dikutip oleh Warli (2010).

Namun ada hal yang tidak terduga ditemukan dalam penelitian ini, yaitu
tingkat kepercayaan diri dari subjek reflektif dan impulsif, dimana subjek
impulsif memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik dibandingkan dengan

152
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

subjek reflektif. Hal tersebut diketahui dari bagaimana subjek tersebut


menjawab, subjek impulsif cenderung langsung menjawab dan memutuskan
jawabannya, walaupun jawabannya tersebut kurang tepat dengan percaya diri,
tanpa adanya keraguan terhadap dirinya. sedangkan subjek reflektif cenderung
ragu setiap memberikan keputusan jawaban, terbukti dengan seringnya menata
waktu sejenak untuk mengubah keputusannya sebelum mencapai keputusan
final. Hal ini memberikan konstribusi bahwasannya subjek impusif juga dapat
memiliki tingkat kepercayaan diri yang baik dan yakin akan keputusan jawaban
yang diberikan meskipun jawaban tersebut kurang tepat. Selain dari pada itu
subjek impusif juga dapat memiliki kemampuan berpikir kritis, dalam hal ini
dinyakini subjek impulsif tersebut memiliki daya tangkap yang baik dan
pemahaman yang baik juga terhadap permaslahan yang diberikan, hal ini
sejalan dengan data yang dikonfirmasi melalui guru mata pelajaran yang
mengkonfirmasi bahwa subjek I cenderung cepat tanggap dalam menanggapi
materi pembelajaran, namun seperti acuh ketika pembelajaran dilaksanakan,
dan tidak memperdulikan akan tes yang dilakukan diluar agenda pembelajaran.

Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa pada
materi aljabar kelas VII A SMP Negeri 14 Kota Cirebon data hasil test
menggunakan gaya berpikir kritis FRISCO dan gaya kognitif MFFT.
1. Kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari gaya kognitif reflektif.
Fokus Subjek Reflektif menceritakan dan menuliskan kembali soal uraian.
Subjek sangat berhati-hati sehingga waktu yang digunakan untuk
wawancara cendrung lama, namun siswa tidak memenuhi indikator
overview yang merupakan indikator yang melakukan pengecekan atau
meneliti kembali terhadap jawaban yang diberikan, sehingga subjek reflektif
mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis FRISCO.
2. Kemampuan berpikir kritis siswa ditinjau dari gaya kognitif impulsif.
Fokus Subjek Impulsif dalam menjawab tes soal dimana selama gaya
kognitif siswa cenderung cepat dalam merespon dan memberikan jawaban
yang tidak akurat, sehingga tejadi banyak menjawab jawaban yang salah.
Subjek dikategorikan sebagai subjek berpikir kritis karena keenam indikator
belum terpenuhi dengan sempurana ada dua indikator yang hanya
diselesaikan dengan menuliskan kembali soal atau jawabannya saja tanpa
adanya langkah penyelesaian dan satu indikator diselesaikan hanya sampai

153
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

tahap penyelesaian, dalam hal ini pun penyelesaian yang diberikan hanya
berupa penulisan kembali soal dilembar jawaban.

Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa dengan gaya kognitif
reflektif mampu memenuhi minimal 83,33% indikator FRISCO secara tepat,
dalam memberikan jawaban sangat teliti, cermat, dan hati–hati, cenderung
kurang percaya diri dalam meberikan jawaban, sehingga memerlukan waktu
yang lebih lama dengan demikian dapat mempengaruhi terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.

Daftar Pustaka
Abdullah. (2013). Berfikir Kritis. Jurnal Matematika dan pendidikan Matematika.
Vol.1(2), 66-74.
Kowigah. (2012). Kemampuan Berfikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol.3(5).
175-179.
Noor.(2019). Analisis Kemamuan Berfikir Kritis Matematis Ditinjau dari gaya
Kognitif Impulsif dan Reflektif. Jurnal pendidikan Matematika. Vol. 2(1). 48-
57.
Pridanianti, DKK. (2018). Analisis kemampuan Berfikir Kritis dalam
Menyelesaikan Soal Aljabar eas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari
Gaya Kognitif Reflektif dan Kognitif Impulsif. Jurnal Aksioma. Vol.9(1). 12-
18.
Sudarma, Setgosari,P., Kuswadi,D. DKK. (2016). The efct of Learning Strategy
and Cognitive Style Toward Mathematich Problem Solving Learning
Outcomes IOSR. Jurnal of Researdh & Method in B Education. Vol. 3(6). 137-
143.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Nasriadi, A. (2016). Berpikir Reflektif Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah
Matematika Ditinjau dari Perbedaan Gaya Kognitif. Jurnal pendidikan
Matematika Numeracy. Vol. 3(1). 15 – 26.
Saifuddin, I.(2017). Proses Koneksi Matematika Siswa Impulsif di SMP Negeri 5
Tuban. Jurnal Teladan : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 2(1). 21-
26.
Maharani, P., DKK. (2018). Profil Berpikir Aljabar Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif. Jurnal
Saintifika : Jurnal Ilmu Pendidikan MIPA dan MIPA. Vol. 20(1). 1-10.

154
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SNPM) Vol.2, 2020
Tema: “Pembelajaran Matematika Berbasis Technological, Pedagogical, and Content
Knowledge (TPACK) di Era Society 5.0”
Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Aprilia, N.C., DKK. (2015). Proses Berpikir Siswa Gaya Kognitif Relatif dan
Impulsif dalam Memecahkan Masalah di Kelas VII SMPN 11 Jember. Jurnal
Edukasi. Vol. 2(3). 31-37.
Ramadhan, F., DKK (2019). Proses Berpikir Siswa SMP dalam Pemecahan
Masalah Matematika Soal Cerita Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan
Impulsif. Jurnal Peluang. Vol. 7(1). 151-156.
Rahayu, Y.A., Winarso, W. (2018). Berpikir Kritis Siswa dalam Penyelesaian
Matematika Ditinjau dari Perbedaan Tipe Gaya Kognitif Relatif dan
Impulsif. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 2(1). 1-11.
Sa’adah, A.N., DKK. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif Siswa.
Jurnal Imajiner : Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. 1(5).
217-223.
Arofah, D.N., Masriyah (2019). Profil Pengajuan Masalah Matematika Siswa
SMP Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif. MATHEdunesa :
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol. 8(2). 209-215.
Imama, M., Siswono, T.Y.E (2017). Proses Berpikir Siswa SMP dalam
Mengajukan Masalah Matematika Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif
Dan Impulsif. MATHEdunesa : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol.
2(6). 131-138.

155

Anda mungkin juga menyukai