Anda di halaman 1dari 10

Akbar Alvian | 21

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN
MEDIA MISTAR BILANGAN

Akbar Alvian, Yari Dwikurnaningsih


Program Studi PGSD-FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
ayasakbaralvian@gmail.com, yari.dwikurnaningsih@staff.uksw.edu

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui
pembelajaran matematika realistik (PMR) berbantuan media mistar bilangan pada siswa
kelas IV SDN Barukan 02. Penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar pada mata pelajaran
matematika, dari 20 siswa ada 12 siswa (64,2%) yang tidak mencapai KKM. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus, masing-masing siklus
terdiri dari 3 tahapan yaitu 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan dan observasi,
3) refleksi. Subjek penelitian ini siswa kelas IV terdiri dari 20 siswa.Teknik pengumpulan
data adalah pre tes dan non tes.Penelitian ini menggunakan analisis ketuntasan yaitu
membandingkan nilai pra siklus, siklus I dan siklus II.Hasil penelitian menunjukkan terdapat
peningkatan hasil belajar matematika dengan pembelajaran matematika realistik (PMR). Hal
ini tampak adanya peningkatan dari awal (pra siklus) 40% atau 8 siswa dari 20 siswa telah
mencapai KKM = 65, pada Siklus I meningkat menjadi 75% atau 15 siswa yang dari 20 siswa
telah mencapai nilai KKM = 65 kemudian pada Siklus II 90% atau 18 dari 20 siswa. Dengan
demikian disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran matematika realistik (PMR)
berbantuan mistar bilangan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Barukan
02.

Kata Kunci : Pembelajaran Matematika Realistik,Hasil Belajar.


22 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017

PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan mulai dari
sekolah dasar. Tetapi, pandangan orang terhadap pelajaran matematika secara umum dinilai
negatif. Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit sehingga tidak diminati
kebanyakan orang. Hal ini terjadi karena masih kurangnya pemahaman siswa terhadap
pelajaran matematika. Menurut Hudoyo (1991) dalam Aisyah (2007) bahwa matematika
berkenaan dengan gagasan-gagasan, aturan-aturan dan hubungan-hubungan yang bersifat
masih logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Matematika
merupakan pengetahuan yang disusun secara deduktif dan dapat digunakan untuk mendidik
dan melatih untuk berpikir secara logik. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk
menyiapkan diri dalam perananya dimasa akan datang. Pendidkkan dilakukan tanpa ada
batasan usia, ruang dan waktu yang tidak dimulai atau diakhiri di sekolah, tetapi diawali
dalam keluarga dilanjutkan dalam lingkungan sekolah dan diperkaya oleh lingkungan
masyarakat, yang hasilnya digunakan untuk membangun kehidupan pribadi agama,
masyarakat, keluarga dan negara. Menurut Slameto (2010: 1) keseluruhan proses pendidikan
di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling penting.
Matematika dalam pembelajarannya memiliki tujuan untuk membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja
sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Oleh karena itu, pembelajaran matematika penting agar
siswa menjadi sumber daya yang berkualitas dan bermutu. Berdasarkan uraian tersebut
menunjukkan bahwa karakteristik matematika yang memiliki objek kajian abstrak.Hal ini
berkaitan dengan karakteristik siswa SD yaitu senangmelakukan/memperagakan sesuatu
secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, siswa SD memasuki tahap
operasional konkret. Namun pada kenyataannya dari hasil observasi pada pembelajaran di
kelas IV SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang ditemukan
permasalahan bahwa pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Guru kurang
melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, pada umumnya hanya menggunakan metode
ceramah dalam proses pembelajaran meskipun guru memberikan penugasan kepada siswa,
namun sebatas mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan keadaan sebelumnya menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada
sekolah tersebut masih tergolong konvensional, sebab urutan sajian yang diberikan oleh guru
mengikuti alur informasi ceramah, pemberian contoh, dan pemberian tugas. Pembelajaran
konvensional mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami
matematika tanpa penalaran. Selain itu guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk membangun pengetahuan sendiri. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika menjadi rendah. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil lembar
angket pada pra siklus yaitu belum ada siswa yang memiliki hasil belajar sangat tinggi dengan
skor 80-100, 4 siswa (33,33%) memiliki hasil tinggi dengan skor 70-79, 7 siswa (58,33%)
memiliki hasil rendah dengan skor 60-69 dan hanya 1 siswa (8,33%) memiliki hasil sangat
rendah dengan skor <50. Sedangkan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil pretes, rata-rata
nilai matematika pada pra siklus ini adalah 64,2 dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah
45. Dari permasalahan tersebut guru perlu menerapkan pembelajaran yang tepat untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika salah satunya dengan
menerapkan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR).PMR merupakan pembelajaran yang
mengangkat permasalahan atau topik-topik dari kehidupan siswa yang dialami, diamati, dan
dipahami sehari-hari.Oleh karena itu, PMR dapat menjadi alternatif yang dapat digunakan
guru dalam kegiatan pembelajaran untuk diperbaiki ke arah yang lebih baik.
Akbar Alvian | 23

KAJIAN PUSTAKA
Hakikat Matematika
Berikut ini dikemukakan definisi, karakteristik, tujuan dan pembelajaran matematika.
Adapun definisi matematika menurut beberapa ahli sebagai berikut. Depdiknas (2007 : 7)
mengemukakan istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein”
yang berarti mempelajari. Kata “matematika” juga diduga erat hubungannyadengan kata dari
Bahasa Sansekerta “medha” atau “widya” yang berarti kepandaian, ketahuan dan intelegensia.
Matematika merupakan bahan kajian yang memiliki konsep abstrak dan dibangun melalui
konsep penalaran deduktif, yaitu kebenaran sebelumnya sudah diterima sehingga keterkaitan
antara konsep dalam matematika sangat luas dan jelas. Beberapa pendapat yang telah
dikemukakan, penulis menyimpulkan bahwa matematika merupakan suatu pelajaran yang
tersusun secara beraturan, logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit.
Adapun karakteristik matematika menurut R. Soedjaji (2000:13) yaitu “memiliki objek kajian
abstrak, bertumpu pada kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong
dalam arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya”.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, penulis menyimpulkan
bahwa matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan, logis,
berjenjang dari yang paling mudah hingga yang paling rumit. Adapun karakteristik
matematika menurut Soedjaji (2000:13) yaitu “memiliki objek kajian abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dalam arti, memperhatikan
semesta pembicaraan, dan konsisten dalam sistemnya”.
Berdasarkan definisi tersebut, matematika memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah.
b) Menggunakan penalaran pada pola pikir dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generaliasasi, menyusuun bukti atau menjelaskan gagasan pernyataan
matematika.
c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
e) Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pembelajaran matematika pada hakikatnya adalah proses yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang (siswa)
melaksanakan kegiatan belajar matematika dan proses tersebut berpusat pada guru mengajar
matematika. Pembelajaran matematika seharusnya mampu menanamkan konsep matematika
secara jelas, tepat dan akurat kepada siswa sesuai dengan jenjang kelasnya. Guru dapat
menggunakan media atau metode pembelajaran yang tepat sebagai alat bantu untuk
menanamkan atau memperjelas konsep terutana dalam menyampaikan konsep konsep abstrak
dan belum dikenal siswa. Depdiknas (2007: 10) juga menyebutkan ruang lingkup
pembelajaran matematika di SD meliputi aspek aspek berupa bilangan, geometri, dan
pengukuran serta pengolahan data.
24 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017

Pembelajaran Matematika Realistik


Menurut Marpaung, dkk. (2011:2) “dalam Pembelajaran Matematika Realistik, guru di
dalam kegiatan belajar tidak lagi langsung memberikan informasi, tetapi harus menciptakan
aktivitas yang dapat digunakan para siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka. Guru
berperan sebagai fasilitator bagi siswanya”. Widjaja, dkk. “untuk berperan sebagai seorang
fasilitator, guru harus dapat menggunakan masalah-masalah kontekstual yang kaya,
menanyakan pertanyaan pertanyaan yang membimbing pengembangan proses berpikir siswa,
dan memimpin diskusi setiap pembelajaran di kelas”.
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) juga memberikan siswa kesempatan untuk
memperoleh pengalaman yang berguna dan berkaitan kehidupan sehari-hari atau dalam
kondisi riil yang pernah dialami siswa. Kehidupan sehari-hari yang dimaksudkan adalah
kehidupan yang dekat dengan lingkungan tempat siswa berinteraksi, karena aktivitas manusia
yang secara sadar atau tidak dilakukan menggunakan konsep-konsep matematika.
Pembelajaran ini juga menekankan pada keterampikan proses yaitu memberikan kesempatan
atau menciptakan peluang sehingga siswa aktif belajar matematika.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, penulis menyimpulkan
Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah
realistik atau konsep dunia nyata sehingga memberikan kesempatan pada siswa untuk
memperoleh pengalaman yang berguna dan berkaitan kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa
juga dapat menemukan atau membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep
matematika yang dipelajari.

Media Mistar Bilangan


Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada sesama peserta didik mulai dari
sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Dari penjelasan tersebut dapat
dikatakan bahwa siswa membutuhkan pengalaman pengalaman fisik dan manipulasi
lingkugan dalam mempelajari matematika. Proses dan pengalaman yang diperoleh siswa akan
menjadikan konsep konsep matematika itu dapat dipahami oleh siswa.
Pada kenyataannya guru masih menggunakan metode ceramah dan konsentrasi di
papan tulis saat menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat tanpa
menggunakan media menjadikan siswa kurang terlibat dalam proses pembelajaran, akibatnya
siswa kurang aktif, siswa yang duduk dibangku lebih banyak ramai dan suasana kelas kurang
kondusif. Saat guru mengajukan pertanyaan hanya sedikit siswa yang menjawab. Dari
masalah diatas maka media mistar bilangan dipilih sebagai salaah satu alternatif bantuan
dalam mengatasi masalah yang timbul dalam materi penjumlahan dan pengurangan bilangan
bulat dan mengkonkretkan yang tadinya bersifat abstrak. Media mistar bilangan ini dapat pula
menarik perhatian siswa sehingga lebih fokus dalam mengikuti pembelajaran. Pada mistar
bilangan ini, bilangan negatif diberi warna merah, bilangan 0 (nol) diberi warna biru dan
bilangan positif diberi warna hitam. Untuk modelnya menggunakan wayang kertas yang
menarik, media mistar bilangan adalah media yang akan digunakan guru dalam
menyampaikan materi penjumahan dan pengurangan bilangan bulat yang nantinya wayang
kertas berada diatas mistar yang terbuat dari triplek lalu digerakkan dengan tangan.Media
mistar bilangan akan membantu siswa dalam membantu berpikir dari awal mula yang hanya
terpaku belajar dengan diberikan metode ceramah lalu membawanya ke abstrak melalui media
mistar bilangan tersebut.
Media mistar bilangan ini digunakan sebagai upaya merangsang pikiran siswa,
keaktifan, dan kemampuan siswa sehingga dapat memudahkan siswa dalam memahami
konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Dengan kata kunci ke kanan adalah
positif dan kekiri adalah negatif, terus adalah ditambah dan berbalik arah adalah dikurangi.
Akbar Alvian | 25

Prinsip kerjanya, pada tahap awal model diletakkan diatas skala nol yang menghadap ke arah
bilangan positif. Apabila menunjukkan bilangan positif maka model berjalan maju dan
apabila model menunjukkan bilangan negatif maka berbalik arah dan berjalan mundur.
Apabila menunjukkan operasi penjumlahan makan model berjalan terus. Apabila dijumlahkan
dengan bilangan negatif maka model berjalan madu terus mundur begitu seterusnya.

Hasil Belajar
Untuk mengetahui keberhasilan seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu
evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa setelah proses belajar
mengajar berlangsung. “Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana 2011:22).Menurut Wijaya (2012:20) Pendidikan
Matematika Relistik adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang harus selalu
meggunakan masalah sehari hari.Dimyati & Mudjiono (2009:3) “Hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar”. Sedangkan menurut
Hamalik (2004:28) “Hasil belajar yang utama adalah perubahan tingkah laku yang bulat”.
Menurut Arifin (2001:47) hasil belajar merupakan indikator dari perubahan yang
terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar, dimana untuk
mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun oleh guru, seperti tes
evaluasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tersebut memahami dan
mengerti pelajaran yang diberikan. Hasil belajar juga merupakan prestasi yang dicapai oleh
siswa dalam bidang studi tertentu untuk memperolehnya menggunakan standar sebagai
pengukuran keberhasilan seseorang. Kriteria hasil belajar pada siswa yang lazim digunakan
adalah nilai rata-rata yang didapat melalui proses belajar.

Hubungan PMR dengan Hasil Belajar


Pembelajaran yang diterapkan guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi
hasil belajar siswa, terutama pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD).Hal ini
dikarenakan objek yang dipelajari dalam matematika bersifat abstrak, sementara daya pikir
siswa SD pada umumnya masih bersifat konkret. Pada usia siswa Sekolah Dasar belum
berkembang secara optimal kemampuan abstraksinya. Pembelajaran Matematika Realistik
(PMR) sangat tepat apabila digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan
belajar pada tingkat Sekolah Dasar.

Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas IV SDN 02 Barukan Kecamatan
Tengaran merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru mendominasi seluruh
waktu pembelajaran dengan menyampaikan materi pelajaran matematika melalui ceramah dan
memberikan tugas kepada siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru
adalah hanya diam saja, mendengarkan, bermain sendiri, dan mengantuk. Selain itu guru
dalam memberikan materi pelajaran tidak menghubungkan dengan masalah-masalah nyata
yang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa kurang memperoleh pengalaman,
cenderung pasif dan tanpa ada kegiatan yang melibatkan secara langsung.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Peneliti menggunakan
jenis PTK kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas. Dalam penelitian ini
terdapat beberapa tahapan PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. PTK ini menggunakan pemebelajaran
matematika realistik berbantuan media mistar bilangan.
26 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017

Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah Siswa Kelas IV SDN 02 Barukan Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarng. Jumlah siswa kelas IV sebanyak 20 yang terdiri dari 10 laki-laki dan 10
perempuan.Sebagian besar berasal dari keluarga petani.Atas kesibukan orang tuanya, siswa
kurang memperoleh perhatian dalam belajar.

Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kelas IV SDN Barukan 02 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang. Penelitian akan dilaksanakan pada Semester II Tahun Ajaran
2016/2017 pada bulan Maret 2017 sampai dengan April 2017.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data meliputi observasi atau melakukan pengamatan dan
penelitian pada kelas. Dokumentasi digunakan untuk memeroleh data awal berbentuk
identitas, nilai dan lokasi. Tes yang digunakan adalah non tes dan post tes.

Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kemapuan mengerjakan
tes penjumlahan berbagai bentuk pecahan. Soal tes untuk Siklus I sebanyak 30 soal dan Siklus
II sebanyak 30 soal dengan kisi kisi. Soal tes berupa tes obyektif dengan materi perkaliam
bilangan pecahan.

Teknik Analisis Data


Agar data yang telah dikumpulkan menjadi bermakna dan dapat digunakan sebagai
dasar penentu keberhasilan penelitian.Data perlu dianalisis.Data yang berupa angka diolah
dan dirata rata dari tertinggi terendah dan jumlah anak yang tuntas serta presentase
pembelajaran. Setelah mengetahui ketuntasan duiji beda dengan membandingkan kondisi
awal pada siklus I dan siklus II. Dari uji tersebut dapat dilihat keberhasilan belajar
matematika oleh guru yang diperlihatkan siswa sebagai hasil pembelajaran yang dilakukan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 02 Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Provinsi Jawa Tengah. Subyek penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN 02
Barukan Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebanyak 20 siswa dengan 10 siswa laki-
laki dan 10 siswa perempuan. Latar belakang dan karakteristik siswa kelas IV di sekolah ini
adalah suka bermain, dan sebagian besar orang pedesaan serta berasal dari keluarga yang
ekonomi orang tua rata-rata cenderung lemah, rendahnya pendidikan orang tua serta
kekurangan perhatian orang tua dengan anak dalam hal pendidikan.

Kondisi Awal
Sebelum dilaksanakannya siklus I dan II, maka peneliti harus terlebih dahulu
melakukan observasi dan penelitian dengan tujuan untuk megetahui tingkat keberhasilan
siswa atau hasil dan minat belajar matematika siswa.Selain melakukan observasi di kelas IV,
berdasarkan hasil obervasi yang telah dilakukan peneliti mendapatkan data bahwa hasil
belajar siswa dalam mata pelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat pada kelas IV masih sangat rendah.
Akbar Alvian | 27

Siklus I
Setelah melaksanakan pembelajaran siklus I dengan pembelajaran matematika
realistik maka dapat diperoleh hasil bahwa dari 20 siswa, terdapat 15 siswa (75%) yang tuntas
KKM dan 5 siswa (25%) yang tidak tuntas. Rata-rata pada siklus I adalah 72.Pada siklus I
siswa yang memeroleh skor tertinggi adalah 85 dan skor terendah adalah 55.

Siklus II
Pada siklus II dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik mengalami
peningkatan hasil belajar dibandingkan siklus I dan terlihat bahwa pada siklus II ini terdapat
18 siswa (90%) yang tuntas KKM dan 2 siswa (10%) yang tidak tuntas. Rata-rata pada siklus
II ini juga mengalami peningkatan menjadi 76,4 dan skor tertinggi adalah 95 sedangkan skor
terendah adalah 60.

Hasil Analisis Data


Perbandingan hasil belajar pra siklus, siklus I dan siklus II menggunakan
pembelajaran matematika realistik berbantuan media mistar bilangan dapat dilihat pada tabel
1 dibawah ini.

Tabel 1 Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II


Pra Siklus Siklus I Siklus II
No Kriteria
Jumlah Presentase Jumlah Presentase Jumlah Presentase
1 Tuntas 8 40% 15 75% 18 90%

Tidak
2 12 60% 5 25% 2 10%
Tuntas

Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%

Skor Tertinggi 80 85 95

Skor Terendah 45 55 60

Rata-rata 64,5 72 76,4

Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilakukan di kelas IV SDN
Barukan 02 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada mata pelajaran matematika
dengan pembelajaran matematika realistik (PMR) berbantuan media mistar bilangan sangat
baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya berdasarkan hasi analisis data. Hasil
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilakukan di kelas IV SDN Barukan 02
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada mata pelajaran matematika dengan
pembelajaran matematika realistik (PMR) berbantuan media mistar bilangan sangat baik dan
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya berdasarkan hasi analisis data.
Pada pra siklus terdapat 8 siswa atau hanya menunjukkan presentase 60% yang
mengalami ketuntasan dan sebanyak 12 siswa yang tidak tuntas menunjukkan presentase 40%
dengan rata-rata kelas adalah 60 dari data ini bahwa rendahnya tingkat pemahaman siswa
sangat memprihatinkan dan menunjukkan bahwa nilai yang tertinggi adalah 80 sedangkan
nilai terendah adalah 45. Pada siklus I mengalami sedikit peningkatan yang cukup naik
dengan menunjukkan data dari 20 siswa terdapat 15 siswa yang mengalami ketuntasan dengan
28 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017

menunjukkan presentase 75% dan sebanyak 5 siswa yang belum tuntas dengan menunjukkan
presenntase 25% dalam data tersebut bahwa nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah
55 dengan rata-rata kelas 72.
Dengan memperhatikan hasil dari refleksi pada pra siklus dan siklus I maka akan
dilakukan perbaikan dalam kegiatan pembelajaran dengan mengadakan kegiatan siklus II
yang terdapat 2 pertemuan agar penelitian tersebut dapat memenuhi target yang ditentukan
dan tingkat pemahaman siswa semakin bertambah. Setelah dilakukan kegiatan siklus II maka
terlihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan pembelajaran matematika realistik
(PMR) berbantuan mistar bilangan dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa
sebanyak 90% dibandingkan hasil presentase sebelumnya yang hanya 75% dilihat dari
kondisi tersebut bahwa terdapat 18 siswa yang mengalami ketuntasan sedangkan 2 siswa yang
belum tuntas. Dengan menunjukkan nilai tertinggi adalah 95 sedangkan nilai terendah 60,
tidak hanya nilai akan tetatpi peningkatan juga terjadi dari rata-rata kelas yang mengalami
kenaikan menjadi 76,4. Dan pada siklus II ini telah mencapai target ketuntasan siswa yaitu
75% atau lebih.
Berdasarkan data pada kondisi awal (pra siklus), maka dilakukan tindakan pada siklus
I dengan menggunakan model pembelajaran matematika realistik pada pembelajaran
mateamtika materi penjumkahan dan pengurangan bilangan bulat.Ketuntasan hasil belajar
siswa menunjukkan peningkatan.Sebanyak 15 siswa (75%) mencapai ketuntasan, sedangkan
sisanya yaitu 5 siswa (25%) belum tuntas KKM.Pada pelaksanaan siklus I, indikator kinerja
yang diharapkan belum tercapai.Maka dari itu, diadakan tindakan dilanjutkan ke siklus II.
Tindakan siklus II sama dengan tindakan pada siklus I. Siklus II mengguunakan model
pembelajaran matematika realistik. Akan tetapi materi yang diajarkan berbeda. Pada siklus II,
materi yang diajarkan adalah materi menghitung penjumlahan dan pengurangan. Setelah
siklus II selesai dilaksanakan, siswa yang mencapai KKM menignkat menjadi 18 siswa (90%)
dan hanya 2 siswa (10%) yang belum tuntas hasil belajarnya.
Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran matematika realistik
dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Barukan 02. Penggunaan model
pembelajaran ini mampu membuat siswa-siswa lebih siap. Selain itu, kelebihan penggunaan
model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan sportivitas siswa dalam kelas.
Siswa yang mendapat hukuman dengan memilih nomor yang tertera dibalik angka bilangan
bulat harus siap menerima hukuman berupa soal yang harus dikerjakan. Guru pun semakin
kreatif saat pembelajaran berlangsung dan berusaha untuk membuat siswanya lebih aktif.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tindakan kelas yang dilakukan secara
kolaboratif antara peneliti dan guru kelas IV SDN Barukan 02 dapat disimpulkan bahwa
melalui Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) hasil belajar matematika pada materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat siswa kelas IV SDN Barukan 02 dapat
ditingkatkan. Rincian sebagai berikut :
a. Pada kondisi awal siswa cenderung pasif dan ramai ketika pembelajaran berlangsung,
banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangku dan bahkan terdapat siswa yang
justru menggambar.
b. Pada pra siklus siswa yang mencapai (KKM=65) sebanyak 12 siswa atau 60%,
sedangkan yang belum mencapai KKM ada 8 siswa atau 40%. Pada siklus I siswa yang
mencapai KKM ada 15 siswa atau 75% dan yang tidak mencapai KKM ada 5 siswa atau
5%. Pada siklus II siswa yang mencapai KM ada 18 siswa atau 90% sedangkan siswa
yang tidak mencapai KKM ada 2 siswa atau 10%.
c. PMR dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat.
Akbar Alvian | 29

Peningkatan juga terjadi dalam kondisi dan suasana kelas yang sangat aktif dan
bersemangat untuk mengikuti pembelajaran banyak siswa yang sudah terlihat aktif dan
senang dalam menerima materi tersebut. Hal ini ditunjukkan pada kegiatan pembelajaran
ketika menggunakan pembelajaran matematika realistik (PMR) berbantuan media mistar
bilangan yang didalamnya terdapat permainan teka-teki untuk menemukan jawaban sebagai
sarana yang sangat efektif. Siswa yang sebelumnya hanya sekedar mengikuti tanpa ada timbal
balik dari respon yang diberikan oleh guru sudah mulai memberikan timbal balik yang cukup.
Dalam bekerja kelompok juga terlihat sibuk untuk memecahkan masalah yang telah diberikan
oleh guru berkaitan dengan materi untuk mendapatkan nilai yang baik.pada siklus II
meningkat hingga 90%. Nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan dari pra siklus
dengan rata-rata 60 dan pada siklus I menunjukkan rata-rata nilai 72 sedangkan pada siklus II
rata-rata mencapai 76,4. Penerapan model pembelajaran matematika realistik dapat dikatakan
berhasil karena dalam pembelajaran ini hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan dan
kegiatan siswa dalam belajar juga sudah menarik.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan sudah diambil kesimpulan,
peneliti juga memberikan saran (1) Bagi Guru bahwa dari hasil yang dilakukan peneliti bahwa
model pembelajaran matematika realistik (PMR) dengan berbantuan media mistar bilangan
maka guru harus lebih bisa mengembangkan model pembelajaran yang telah didapatkan dari
pengalaman seblumnya, agar lebih efektif dan dapat dengan mudah diterima oleh siswa
karena menggunakan model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Guru hendaknya
lebih kreatif dalam menyampaikan materi dan memanfaatkan media agar pelaksanaan
pembelajaran lebih jelas dan mudah dipahami. (2) Bagi Siswa harus bersemangat dalam
memahami materi, tidak cenderung pasif, dan dapat mengaitkan dengan kehidupan nyata
dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik (PMR). Serta bersungguh-sungguh
dalam menerima pembelajaran agar hasil yang didapatkan juga mencapai target yang
maksimal. (3) Bagi Sekolah hendaknya memfasilitasi dan membantu guru dalam menyiapkan
model pembelajaran matematika realistik (PMR) dengan menggunakan media mistar bilangan
yang hendak digunakan.
30 | e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. (2007). Pendidikan Matematika di SD. Jakarta: Depdiknas

Ariyadi Wijaya. (2012). Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif Pendekatan


Pembelajaran Matematika . Yogyakarta: Graha Ilmu.

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 9

Hamalik, Oemar, (2004), Proses Belajar Mengajar, Jakarta Bumi Aksara

Marpaung, Y dan Hongki juli 2011, PMRI dan PISA :Usaha Peningkatan Mutu Pendidikan
Matematika di Indonesia. Makalah semiloka tentang PISA Universitas Negeri Yogyakarta.

Slameto, 2010.“Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”.Jakarta: Rineka Cipta

Sudjana.(2011). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algensindo

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: Konstatasi Keadaan Masa Kini
Menuju Harapan Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jendera Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional

Wijaya Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik. Yogyakarta:Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai