Anda di halaman 1dari 10

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Perkalian

Dasar Dengan Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas III SDI Kejayan
Tasliyah1) , Riefka Iesna Habibah2) , Fathiah Alatas3)
1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Terbuka
2)
Dosen PKP, Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Terbuka
3)
Dosen Karil, Program Studi PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Terbuka

tasliyahlia01@gmail.com

ABSTRAK

Menghafal menjadi permasalahan siswa dalam belajar matematika.Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui seberapa baik siswa kelas III SD Pasuruan tahun pelajaran 2022–
2023 mempelajari matematika dengan memanfaatkan materi perkalian dasar menggunakan
teknik jarimatika. Penelitian semacam ini disebut penelitian tindakan kelas, dan melibatkan
penerapan kegiatan dalam empat tahap: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Pengujian formatif adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Membandingkan hasil pra-siklus, siklus I, dan siklus II digunakan sebagai metode analisis
kuantitatif untuk data yang dikumpulkan dalam penelitian ini. Dua siklus penelitian tindakan
dilakukan di dalam kelas. metode jarimatik dapat meningkatkan hasil belajar siswa, temuan
penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada materi perkalian dasar
dengan menggunakan pendekatan ini dapat bermanfaat bagi siswa. Siklus I persentase 64%
dengan rata-rata nilai 67, sedangkan Siklus II persentase 93% dengan rata-rata nilai 83.
Temuan utama studi ini adalah bahwa anak-anak kelas III belajar matematika lebih efektif
ketika mereka menggunakan strategi pembelajaran yang tepat. Untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, disarankan agar guru menggunakan strategi yang tepat dan efisien ketika
mengajar matematika.

Kata kunci : hasil belajar, matematika, metode jarimatika

PENDAHULUAN

Keterampilan dasar dalam matematika yang diterapkan dalam sekolah dasar adalah
berhitung, tetapi bukan hanya ditingkat sekolah dasar keterampilan berhitung diajarkan. Namun
ditingkat jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga diterapkan. Akibatnya, berhitung adalah
bagian penting dari diri kita, dan belajar berhitung adalah kebutuhan mendasar. Karena
berhitung merupakan kebutuhan dasar maka kita disarnakan untuk mempelajarinya.
Keterampilan berhitung diperlukan untuk banyak situasi dalam kehidupan. Belajar matematika
juga dapat mengembangkan pemikiran kritis, metodis, logis, dan kreatif. (Siagian, 2023).
Gagne menyatakan bahwa belajar adalah proses yang memungkinkan seseorang
untuk mengubah tingkah lakunya dengan cepat dan relatif konsisten, sehingga perubahan yang
serupa tidak perlu terjadi berulang kali ketika situasi berubah. Dengan demikian, seseorang
dapat mengetahui bahwa belajar telah berlangsung pada dirinya sendiri apabila mereka melihat
perubahan tingkah laku yang berlangsung lama. (Amalia Sapriati dkk, 2023:1.33). Ada empat
elemen penting dalam belajar: belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk
hidup bersama, dan belajar untuk menjadi. Belajar untuk mengetahui berarti belajar untuk
mengetahui; belajar untuk hidup bersama berarti belajar untuk hidup bersama; dan belajar untuk
menjadi berarti belajar untuk menjadi.Sri Anitah W,dkk, 2022 : 2.7).
Bruner mengatakan bahwa dalam proses belajar matematika, penting untuk
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir intuitif dan analitik. Ini akan membantu
mereka membuat prediksi dan belajar menemukan pola (pattern) dan hubungan/keterkaitan
(relations). Dalam gerakan keterampilan dasar, atau gerakan keterampilan dasar, guru harus
berupaya meningkatkan keterampilan berhitung siswa mereka tanpa menghilangkan kegiatan
pembelajaran yang penting. Oleh karena itu, banyak guru sekolah dasar berusaha untuk
memastikan bahwa siswa mereka memahami kemampuan ini ( Muhsetyo G, 2022 : 1.7).

Kegiatan pembelajaran matematika harus melibatkan semua indra peserta didik. Tidak
hanya hafalan yang diperlukan untuk belajar matematika, tetapi juga kemampuan untuk
berhitung, merumuskan masalah, dan membuat kesimpulan harus didukung oleh kemampuan
guru untuk membuat peserta didik belajar. Dalam pembelajaran ini, guru diharapkan untuk
menggunakan pendekatan, model, atau strategi dalam proses belajar untuk membuat suasana
kelas aktif, kreatif, dan menyenangkan. ( Juliatmi S, 2023). Meskipun perkalian hanya perlu
didefinisikan dengan benar sebagai penjumlahan berulang. Dalam keadaan seperti ini, strategi
menghafal tidak efektif karena menghafal tidak dapat menghasilkan pembelajaran yang
signifikan. Akibatnya, banyak siswa di SDI Darul Umaro belum memahami perkalian dasar.
Ini karena mereka menghafal kurang. Hanya lima siswa dari kelas empat belas yang memiliki
hasil belajar matematika yang melebihi KKM pada materi perkalian di kelas tiga.

Untuk meningkatkan hasil penilaian belajar siswa, guru harus memperbarui metode
pembelajarannya, seperti yang terlihat dari uraian masalah tersebut. Mengganti model atau
metode pembelajaran lama dengan model atau metode baru yang lebih tepat,efektif dan
bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini saya sebagai peneliti memilih salah satu inovasi
metode pembelajaran yang disarankan. Ini melibatkan penerapan metode hitung cepat, yang
dikenal sebagai metode pembelajaran menurut metode jarimatika.
Jarimatika mengajarkan matematika kepada siswa dengan menggunakan jari mereka
untuk membantu mereka berhitung. Matematika membantu dalam mengajarkan perkalian
dasar karena siswa hanya perlu menjentikkannya dengan jari mereka daripada menghafalnya.
Akibatnya, penelitian kegiatan kelas (PTK) dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Pada Materi Perkalian Dasar Dengan Metode Jarimatika Pada Siswa Kelas III
SDI Darul Umaro Tanggulangin Kejayan” dilakukan oleh peneliti.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, yang merupakan penelitian


dalam bidang sosial yang berfokus pada refleksi diri dan dilakukan oleh orang-orang yang
terlibat dengan tujuan meningkatkan perspektif yang berbeda. Namun, menurut Schmuck, PTK
adalah proses penelitian yang sistematis dan terencana melalui tindakan perbaikan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri. Tujuan PTK adalah untuk
meningkatkan kinerja guru dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran. (Wardani,
IG.A.K dkk, 2022 : 7). Sedangkan instrumen pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan tes formatif. Tes formatif sendiri merupakan salah satu jenis tes yang diberikan
kepada peserta didik setelah peserta didik menyelesaikan satu unit pembelajaran (Suryanto A,
2022).

Dalam penelitian ini menggunakan ujian formatif yang menggunakan soal esai yang terdiri dari
empat soal. Soal nomor 1 hingga 3 diberi skor 10, dan soal nomor 4 diberi skor 20. Dalam penelitian
ini, proses analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil tes atau nilai sebelum dan sesudah
penggunaan metode jarimatika. Untuk membuat pelajaran perkalian dasar menjadi lebih mudah bagi
siswa, peneliti pra siklus menggunakan diagram sebagai alat atau media peraga. Akan tetapi, siswa
seringkali bosan dan sulit memahami maksud perkalian itu sendiri. Selanjutnya, peneliti melakukan
refleksi dengan membuat media korek api sebagai alat peraga pembelajaran. Peneliti mengatakan bahwa
media ini efektif dan mudah dipahami oleh siswa dalam materi perkalian dasar.

Namun setelah peneliti melaksanakan siklus 1 masih banyak peserta didik yang kesulitan
menghitung perkalian dimulai dengan angka 6,7,8,9 dengan angka 6,7,8,9. Maka dalam hal ini peneliti
merefleksi dan merancang pembelajaran disiklus 2, yang mana peneliti menggunakan metode
jarimatika.dalam hal ini diketahui banyak peserta didik yang mudah memahami dan cepat dalam
menghitung perkalian dasar.Hal ini dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
peserta didik di sekolah SDI Darul Umaro Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan khususnya
dalam materi perkalian dasar yang dianggap sulit bagi sebagian besar peserta didik di sekolah
tersebut.
Siklus yang dikembangkan oleh peneliti terdiri dari dua siklus, masing-masing
berfungsi sebagai penelitian tindakan kelas: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Siklus kedua digunakan jika siklus pertama tidak berhasil. Dibawah ini adalah rute
yang direncanakan.

Gambar 1. Siklus Kegiatan PTK (Wardani & Wihardit, 2022: 1.10)

Peneliti menggunakan analisis data kuantitatif. Untuk menghitung prosentase ketuntasan


belajar, rumus berikut digunakan. Menurut Arikunto .S dalam (Kartinah, 2015)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ


Prosentase = X 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

PEMBAHASAN

Penelitian lebih detail mengenai penelitian ini akan dijelaskan lebih lanjut dengan urutan
sebagai berikut :

1) Tahap Perencanaan
Dalam Tahap perencanaan ini mengupas tuntas segala rencana peneliti dalam melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas di SDI Darul Umaro’, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan,
Tahun Ajaran 2022-2023. Peneliti memulai tahapan ini dengan siklus 1 dimana para siswa
Kelas III SDI Darul Umaro’ Kejayan mendapatkan materi dan penjelasan dari guru
menunjukkan media korek api dalam menghitung perkalian dimana perkalian merupakan
penjumlahan berulang. Dari 14 siswa, ada 5 siswa yang mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut
rata-rata dikarenakan siswa tidak dapat menghitung hasil dari perkalian dengan teliti.

Sebanyak 5 siswa yang mengalami kesulitan tersebut rata-rata mendapatkan nilai 48 hingga
64 dalam mata pelajaran matematika materi perkalian dasar.Dengan KKM Matematika yaitu
65, maka nilai tersebut masih terbilang sangat jauh dari harapan dan keinginan peneliti.
Sedangkan untuk 9 siswa yang lain mendapatkan nilai sebesar 68 hingga 76. Untuk
meningkatkan nilai dari 5 siswa tersebut, peneliti menerapkan siklus 2 dengan menggunakan
metode jarimatika agar siswa tersebut dapat lebih mudah menghitung perkalian dan lebih cepat
mengetahui hasil dari perkalian tersebut.

Menurut Septi Peni Wulandari dalam (Deni Afriani, 2019) Berhitung dengan jari-jari tangan
adalah cara yang menyenangkan dan mudah untuk mengajarkan anak-anak berhitung dasar.
Menurut Wulandari dalam (Deni Afriani, 2019) Salah satu manfaat jarimatika sebagai metode
pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Jarimatika memberikan gambaran tentang cara
berhitung; 2) Gerakan jari-jari tangan menarik anak-anak; dan 3) Jarimatika hampir tidak
membebankan memori otak saat digunakan. 4) Anda tidak diharuskan untuk membeli alat yang
dipakai.Perkalian adalah dasar aritmatika. Secara matematis, jitu adalah proses penskalaan nilai
bersyarat yang diperoleh dengan mengalikan satu bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya.
Ketika semua asesorisnya sama, perkalian sering dianggap sebagai contoh khusus.

Perkalian bilangan bulat adalah penambahan berulang. Anak-anak harus memahami dan
melakukan tugas tambahan untuk memahami konsep perkalian. Perkalian an x b dapat
didefinisikan sebagai penjumlahan semua nomor b, jadi an x b = b + b + b +.............+ b. Selain
itu, perkaliannya adalah hasil kali dua bilangan a dan b, yaitu c, sehingga an x b = c. ( Siagian,
2023) Perkalian dengan jarimatika berarti menghitung hasil kali dengan jari tangan. Rumus
formulasi jarimatika adalah sebagai berikut:Contoh penggunaan jarimatika :

7 x 8 = (T1 + T2) + (B1 x B2)

= (20 + 30 + (3 x 2)

= 50 + 6

= 56
(Dina Novarina Perdana, 2021:14). Adapun kegagalan pada siklus 1 disebabkan kurangnya
interaksi guru dengan siswa dimana ada beberapa siswa yang masih terlihat bingung dengan
menghitung beberapa korek api dari hasil sebuah perkalian tersebut.
2) Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap ini guru tidak hanya memberikan materi didalam kelas tetapi juga harus
ada pengumpulan data bisa berupa catatan kecil, ingatan atau hasil tugas yang dikerjakan siswa
untuk mewujudkan perbaikan pada tahap refleksi (Wardani & Wihardit, 2021). Pada
Penyampaian materi perkalian dasar menggunakan media korek api pada siklus 1 dan metode
jarimatika pada siklus 2 ini dilakukan dua kali pertemuan dimana pertemuan pertama dengan
durasi 35 menit membahas tentang perkalian dasar yang merupakan hasil dari penjumlahan
berulang. Dalam hal ini pada siklus 1 siswa bisa menjawab soal hasil dari perkalian dibawah
angka 6 sedangkan angka pada perkalian yang terbilang banyak seperti 6x7,7x7,8x8...dst siswa
kesulitan untuk menghitungnya. Setelah itu peneliti melakukan evaluasi menggunakan tes
formatif yang didalamnya terdapat 4 soal sederhana dimana peneliti menyiapkan beberapa soal
perkalian.
Pada siklus pertama ini siswa Kelas III SDI Kejayan Pasuruan mampu menjawab soal
perkalian tersebut tapi ada 5 siswa yang masih rendah dalam hasil belajarnya dan nilainya
dibawah KKM 65 karena itu peneliti melanjutkan ke siklus 2. Pada penelitian disiklus 2 ini
peneliti menggunakan metode jarimatika agar siswa dapat mengerjakan hasil perkalian dengan
cepat dan tepat tanpa menyita waktu yang banyak. Dan disiklus 2 ini terdapat peningkatan yang
signifikan dimana siswa yang disiklus 1 masih ada 5 siswa yang dibawah KKM, pada siklus 2
ini hanya 1 siswa yang masih dibawah KKM. Untuk persentase dari siklus 1 yang berupa 64%
mengalami presentase yang signifikan yaitu sebanyak 93%.

Berikut ini adalah hasil belajar peserta didik secara keseluruhan dari siklus 1 ke siklus
2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

No. Nama Peserta Didik Nilai (Siklus 1) Persentase Nilai (Siklus 2) Persentase
1. AM 68 84

2. HN 64 72

3. LWS 72 64% 88 93%


4. LH 72 92

5. M.MU 72 76
6. MHF 60 88

7. MAM 72 100

8. M.DF 68 92

9. MI 72 72

10. MMA 64 72

11. NS 72 96

12. RU 60 64

13. SN 76 96

14. SS 48 68

JUMLAH 940 1.164

RATA-RATA 67 83

(Sumber: hasil dokumentasi pembelajaran)

3) Tahap Pengamatan

Pada tahap ini, peneliti menyadari bahwa kendala yang dialami peserta didik SDI
Kejayan Kelas III khususnya 5 siswa yang mengalami kesulitan dalam menghitung perkalian
dasar dikarenakan adanya kesulitan peserta didik dalam menghitung banyaknya
penjumlahan berulang yang sering kali terjadi peserta didik kurang fokus dalam
menghitungnya. Dari permasalahan tersebut peneliti memilih metode yang efektif untuk
memberikan ingatan yang tajam kepada peserta didik mengenai metode menghitung
perkalian dasar dengan jarimatika tersebut. Selain itu, melalui metode jarimatika ini, peneliti
berharap siswa dapat dengan mudah memahami materi perkalian dasar dan lebih cepat dan
tepat dalam menentukan hasil dari perkalian.

Pada siklus 1 peneliti menggunakan metode penugasan, tanya jawab, pengamatan.


Serta menggunakan pendekatan scientific, dengan menggunakan media pembelajaran
berupa korek api yang digunakan sebagai alat menghitung perkalian dasar pada tes formatif
yang telah peneliti berikan kepada peserta didik. Dan hasil dari siklus 1 ada 5 peserta didik
yang masih dibawah KKM hasil belajarnya, sedangkan 9 peserta didik lainnya sudah
memenuhi KKM. Persentase pada siklus 1 adalah 64%. Pada siklus 2 peneliti menggunakan
metode jarimatika, penugasan, tanya jawab, pengamatan. Serta menggunakan pendekatan
scientific, dengan menggunakan jari sebagai alat menghitung perkalian dasar pada tes
formatif yang telah diberikan oleh peneliti kepada peserta didik.

Dari hasil belajar siklus kedua, satu peserta didik masih belum mencapai KKM,
sedangkan tiga belas peserta didik lainnya sudah mencapai KKM. Yang persentase pada
siklus 2 adalah 93%.Pada tahap pengamatan ini, peneliti juga meminta bantuan dari rekan
sejawat untuk melakukan pengamatan agar tercipta penilaian yang obyektif dan sesuai.
Pengamatan oleh rekan sejawat tersebut dilakukan mulai dari kesiapan RPP, bahan ajar, dan
cara penyampaian materi dari peneliti kepada peserta didik. Dari siklus 1, rekan sejawat
sebagai pengamat menemukan bahwa beberapa siswa tidak berperan aktif dalam materi
yang sedang diajarkan dan hanya mendengarkan materi yang disampaikan.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan karakteristik siswa yang cenderung


termasuk kedalam siswa kinetik dan bukan siswa audio visual. Wawasan rekan-rekan ini
membawa perubahan pada pembelajaran mata pelajaran perkalian dasar pada siklus 2
dengan menggunakan teknik jarimatika. dengan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif
dalam penggunaan metode jarimatics. Menurut matematika jari, jari kelingking bernilai 10,
jari manis bernilai 9, jari tengah bernilai 8, jari telunjuk bernilai 7, dan jari tengah bernilai
8.

Mengalikan angka dari 6 menjadi 10 dengan cara ini, misalnya, 7 kali 6. Jari
kelingking, jari manis, jari manis kanan, jari manis tengah, dan jari manis kiri semuanya
terbuka, sementara jari-jari lain tertutup. Jumlah dan satuan diwakili dengan jari yang
menutup. Jika jari penutup ada di kanan dan kiri, nilainya 10, jadi penjumlahan 10 + 10 +
10 sama dengan 30. Jumlah jari yang terbuka bertambah. 3x4 = 12 karena yang kanan
menutup yang keempat dan yang kiri menutup yang ketiga. Oleh karena itu, 30 + 12 = 42.
(Siagian,S, 2023).

4) Tahap Refleksi

Tujuan peneliti adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang perkalian
dasar. Karakteristik siswa juga berpengaruh pada keberhasilan dan kegagalan siklus 1 dan
2. Dalam siklus 1, siswa mengalami kegagalan karena mereka masih kesulitan menghitung
penjumlahan berulang dari hasil perkalian. Siklus kedua melibatkan penggunaan teknik
jarimatika untuk materi perkalian dasar.
Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) awal, peneliti hanya
menggunakan korek api sebagai media atau alat peraga untuk menghitung perkalian dasar.
Pada kegitan kedua siklus, peneliti menggunakan metode jarimatika untuk materi perkalian
dasar. Pada siklus kedua, peserta didik menunjukkan peningkatan hasil belajar; dari 14
peserta didik, 13 mengalami peningkatan yang signifikan dan melebihi KKM.Pada siklus
kedua, peneliti berharap metode jarimatika akan memberi manfaat bagi siswa setelah
membuat perubahan dan tambahan dalam penyampaian materi perkalian dasar.

Kecepatan dan ketepatan operasi perkalian akan dipengaruhi oleh kemudahan


penggunaan metode jarimatika. Jarimatika juga membuat pembelajaran lebih
menyenangkan, meningkatkan semangat siswa, dan meningkatkan hasil belajar mereka.
Menurut Andiastuti (2021), Peneliti menggunakan metode jarimatika karena 14 siswa
kesulitan memahami perkalian dasar. Metode yang tepat dan efektif menurut peneliti
adalah metode jarimatika dan peneliti telah mendapatkan hasil yang maksimal dari metode
tersebut.

Peserta didik telah mendapatkan hasil belajar yang signifikan sebanyak 13 peserta
didik telah mendapatkan hasil belajar diatas KKM, dengan rata-rata nilai 83. Peneliti
mengakhiri siklus setelah melihat peningkatan nilai siswa. Mereka juga menunjukkan
bahwa penerapan metode jarimatika di SDI Darul Umaro Kecamatan Kejayan telah berjalan
sesuai dengan harapan peneliti dan menunjukkan bahwa peserta didik belajar matematika
lebih baik tentang materi perkalian dasar saat menggunakan metode jarimatika di kelas 3
SDI Kejayan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap hasil belajar siswa kelas 3 SDI Kejayan selama
kegiatan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak dua siklus menggunakan
media korek api pada materi perkalian dasar maka dapat disimpulkan bahwasannya hasil
belajar siswa menunjukkan adanya peningkatan yang dapat dilihat dari persentase
ketuntasan minimal yang dapat dicapai oleh siswa pada siklus I sebesar 64% serta
meningkat pada siklus II menjadi 93%. serta penggunaan metode jarimatika memberikan
dampak positif dalam penyampaian materi perkalian dasar yang dilihat dari adanya
peningkatan pada hasil belajar siswa pada setiap siklusnya.

DAFTAR PUSTAKA
Wardani, I.G.A.K & Wihardit, Kuswaya. ( 2022). Penelitian Tindakan Kelas. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka
W, Sri Anitah, dkk. (2022). Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka.
Wardani,IG.A.K. (2022). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Suryanto, Adi & Djatmiko Tedjo. (2022). Evaluasi Pembelajaran di SD. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Muhsetyo, Gatot, dkk. (2022). Pembelajaran Matematika SD. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Siagian, S. (2023) . Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Materi
Perkalian Dasar Dengan Metode Jarimatika di kelas 3-B SD ST.YOSEF
SIDIKALANG T.A 2021/2022. Quaerite Veritatem : Jurnal Pendidikan.2(2),
Afriani, Deni. (2019). Pengaruh Metode Jarimatika Dalam Meningkatkan Kemampuan
Berhitung Perkalian. Journal of Elementary Education. 2 (05)
Perdana,Dina N. (2021). Meningkatkan Kemampuan Berhitung Perkalian Dengan
Jarimatika Pada Siswa Kelas III SDN 32 KOTO SANI. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Scholastic. 5(3)
Kartinah. (2015). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
Menggunakan Media Konkret di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Khatulistiwa. 4 (7)
Juliatmi, Salsabila. ( 2023). Penerapan metode jarimatika terhadap hasil belajar peserta
didik pada materi perkalian. Other thesis, UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai