Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI PECAHAN

MENGGUNAKAN ALAT PERAGA BENDA KONKRET PELAJARAN


MATEMATIKA KELAS III SD NEGERI 07 BAHAGIA PANTI,
KECAMATAN PANTI, KABUPATEN PASAMAN
Elmida Sahro1)
Janu Arlinwibowo2)
1)
Mahasiswa Program Studi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar-BI Universitas Terbuka
Email: elmidasahro05@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pencapaian belajar siswa di
Kelas III SD Negeri 07 Bahagia Panti Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Terutama dalam
pembelajaran materi pecahan memanfaatkan bantuan benda konkret. Metode Dalam penelitian ini,
digunakan pendekatan penelitian kelas dengan menerapkan metode pembelajaran demonstrasi.
Subjek penelitian ini mencakup siswa yang berada di tingkat kelas III SD Negeri 07 Bahagia Panti
Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman terdiri dari 22 siswa, diantaranya 8 siswa laki-laki dan 14
siswa perempuan. Hasil penelitian ini dilakukan berdasarkan 2 siklus, Pada siklus I sejumlah siswa
berhasil menyelesaikan pembelajaran 5 siswa (22,7%) Dan beberapa siswa tidak berhasil
menyelesaikan pembelajaran 17 siswa (77,2%). Hasil pada siklus II sejumlah siswa berhasil
menyelesaikan pembelajaran 18 siswa (81,8 %) Dan sejumlah siswa tidak berhasil menyelesaikan
pembelajaran 4 siswa (18,1 %) dengan nilai tengah kelas 75. Dari hasil analisis penelitian yang
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan benda konkret sebagai alat peraga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kata Kunci: Pecahan, Alat Peraga, Benda Konkret

ABSTRACT
This research was conducted with the aim of increasing student learning achievement in
Class III of SD Negeri 07 Bahagia Panti, Panti District, Pasaman Regency. Especially in learning
fraction material, use the help of concrete objects. Method In this research, a classroom research
approach was used by applying the demonstration learning method. The subjects of this research
included students who were in class III at SD Negeri 07 Bahagia Panti, Panti District, Pasaman
Regency, consisting of 22 students, including 8 male students and 14 female students. The results of
this research were carried out based on 2 cycles. In the first cycle, 5 students (22.7%) succeeded in
completing the learning and 17 students (77.2%) did not succeed in completing the learning. The
results in cycle II, a number of students successfully completed learning, 18 students (81.8%) and a
number of students did not succeed in completing learning, 4 students (18.1%) with an average class
score of 75. From the results of the research analysis obtained, it can be concluded that the use of
objects Concrete as a teaching aid can improve student learning achievement.

Keywords: fractions, props, concrete objects


PENDAHULUAN

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan di sekolah sangat diharapkan melalui


efektivitas proses pembelajaran. Di tengah era globalisasi, pentingnya dukungan
sumber daya manusia berkualitas dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
menjadi semakin nyata. Perkembangan pesat dalam ilmu dasar seperti Matematika,
baik dari segi materi maupun penerapannya, menambah kompleksitas dalam proses
pembelajaran. Dalam konteks ini, unsur kunci dalam pelaksanaan pembelajaran adalah
peran guru dan siswa. Meskipun demikian, masih banyak keluhan yang menyatakan
bahwa mata pelajaran Matematika dianggap membosankan dan kurang menarik. (Leni
Damayanti, 2020). Pelajaran matematika dianggap sulit, seolah-olah tidak
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Pendidikan matematika berperan sebagai sarana untuk menggali kemampuan-


kemampuan esensial harus dikuasi oleh para murid, termasuk kemampuan berpikir
logis, kreativitas, keterampilan dalam menyelesaikan masalah, kebiasaan bekerja keras
dan mandiri, integritas, kedisiplinan, sikap sosial yang positif, serta beragam
keterampilan dasar yang menjadi kebutuhan dalam kehidupan (Nia Kania, 2018).
Maka, ketika seseorang belajar mata pelajaran matematika yang baru, pengalaman
belajar mereka sebelumnya akan memengaruhi proses pembelajaran tersebut (Eni
Ratnawati, 2022).

Penggunaan media yang konkret dapat mempermudah pemahaman dan menarik


minat siswa lebih efektif. Siswa cenderung kesulitan memahami konsep-konsep
abstrak, sehingga materi matematika yang diberikan sebaiknya disajikan dengan
menggunakan contoh nyata. Dengan mengintegrasikan konsep-konsep matematika ke
dalam situasi kehidupan nyata, diharapkan siswa dapat lebih cepat memahami materi
pembelajaran. Seorang guru juga perlu memiliki keterampilan yang baik dalam
mendidik siswa agar dapat mengatasi hambatan pemahaman mereka terhadap materi .
Karenanya variasi metode diimplementasikan guru menjadi krusial. Pendekatan ini
bertujuan untuk mendorong keterlibatan aktif murid pada tahapan belajar, dengan
demikian sasaran materi bisa dicapai lebih efektif. Selain itu, penggunaan metode yang
bervariasi juga dapat meningkatkan kegembiraan siswa dan menghindarkan mereka
dari rasa bosan selama proses belajar.
Dalam hal ini peneliti mengkaji lebih dalam mengenai penggunaan materi
pecahan menjadi fokus penelitian sebab observasi saat mengajar di tingkat kelas III SD
Negeri 07 Bahagia Panti menunjukkan adanya kecenderungan bahwa siswa kurang
tertarik terhadap materi tersebut. Terlihat pada lembar tugas setelah peneliti berikan
kepada para pelajar. Dengan benar kurang dari 65%, dan pencapaian ketuntasan di
bawah 60%. Dari 22 siswa SD Negeri 07 Bahagia Panti, hanya 5 siswa (22,7%) yang
tuntas pada mata pelajaran matematika pecahan dan 17 siswa (77,2%) tidak tuntas pada
mata pelajaran matematika.

Metode pengajaran matematika sangat penting untuk meraih kesuksesan dalam


proses pembelajaran matematika dalam hal pecahan yaitu metode baru yang ditemui
peneliti yaitu berupa bantuan visual berupa benda konkret. Untuk menyukseskan
Materi pecahan di tingkatan SD maka alat peraga matematika sangatlah diperlukan
terutama dalam proses belajar siswa tentang benda-benda konkret (Yuliati Zebua,
2020). Maka dari itu diharapkan pemanfaatan bantuan visual dalam proses pengajaran
matematika bersama cara yang sesuai dan benar dapat memberikan kemudahan siswa
memahami pelajaran pecahan (Syahrul Azmi, 2019). Dengan memanfaatkan benda
konkret sebagai media pembelajaran, anak-anak dapat lebih mendalami konsep pecahan
dengan konkret berasal dari hasil yang benar serta bisa mereka lihat. Hal ini membuat
pemahaman topik yang diajarkan menjadi lebih mudah bagi mereka.

Dalam pandangan Pramudjono (2015:7), alat peraga merupakan objek nyata yang
sengaja dientu, dihimpun, atau disusun untuk mendukung proses penanaman atau
pengembangan konsep matematika.

Faizal Menyatakan, alat peraga adalah sarana pendidikan dalam instrumen audio
atau visual yang bertujuan untuk meningkatkan daya tarik pembelajaran dan
membangkitkan minat siswa dalam memahami suatu materi.

Menurut Tarigan (2016:10), ia juga menyatakan bahwa peran alat peraga dalam
pengajaran sangat signifikan sebagai bantuan dalam menciptakan proses pembelajaran
yang optimal efekti.

“Ibrahim dan Suparni (2014: 116-117) Alat peraga merupakan Alat peraga dapat
berkontribusi dalam mengembangkan pola pikir yang teratur dan berkelanjutan, sambil
juga mendukung pembentukan pemahaman dan pengalaman baru bagi para siswa.
Berdasarkan berbagai pendapat berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa alat peraga berperan sebagai sarana dukungan dalam menyampaikan
konsep diajarkan oleh guru berguna untuk komunikasi supaya siswa dapat dengan lebih

materi pelajaran menjadi lebih mudah dipahami tersebut. Bahan demontrasi dapat
berwujud objek nyata, model atau replika, gambar, serta perangkat elektronik yang
dapat dilihat, didengar, atau keduanya sekaligus.

Pemanfaatan Alat peraga atau media berperan sangat penting dalam proses
pembelajaran sebab penggunaannya mampu mengalihkan minat peserta didik, merasa
pelajaran matematika menyenangkan sehingga tidak membosankan. Benda konkret
sebagai alat peraga dapat dianggap memegang fungsi yang penting dalam pembelajaran
matematika. Fungsinya mencakup kemampuan untuk membantu guru dalam
menyampaikan prinsip-prinsip dasar matematika memfasilitasi peserta didik saat
memahami pemikiran saat diajarkan oleh pendidik. Pemanfaatan alat peraga benda
konkret dalam pemahaman konsep pecahan diharapkan dapat membantu siswa dalam
penerapannya pada kehidupan sehari- hari. Media yang digunakan saat ini masih
bersifat nyata, contoh ilustrasi yang terdapat dalam buku pelajaran dan ilustrasi saat
disajikan di papan dari seorang pengajar. Metode-metode pengajaran yang diterapkan
mencakup ceramah, sesi tanya jawab, dan melibatkan siswa untuk memecahkan soal
dengan menyajikannya di papan tulis.

Dari latar belakang dan penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa perlunya
penggunaan benda sebagai media peraga abstrak bisa mendukung peserta didik
memahami pecahan dalam pelajaran matematika. Sesuai dengan permasalahan di kelas
III SD Negeri 07 Bahagia Panti dugaan ini timbul karena penggunaan alat peraga yang
kurang, sehingga berpotensi menyebabkan prestasi peserta didik dengan kurang
memuaskan. Oleh sebab itu, peneliti merasa penting untuk menjalankan penelitian lebih
jauh tentang “Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Pecahan Menggunakan
Alat Peraga Benda Konkret Pelajaran Matematika Kelas III SD Negeri 07 Bahagia
Panti, Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman”.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian aktivitas kelas.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas III SD Negeri 07 Bahagia Panti, Kecamatan
Panti, Kabupaten Pasaman. Penelitian ini dijalankan bulan September 2023.
Subjek dan Objek Penelitian
Peserta penelitian ini adalah murid-murid kelas III di SD Negeri 07 Bahagia
Panti untuk tahun pelajaran 2023/2024, dengan total 22 peserta penelitian terdiri dari 8
pelajar pria dan 14 pelajar wanita. Perhatian utama penelitian ini tertuju pada hasilnya
pembelajaran Matematika peserta didik.
Rancangan Penelitian
Prosedur penelitian ini mengikuti pola rancangan penelitian tindakan kelas.
Setiap siklus melibatkan tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi.
Metode Perolehan Informasi
Metode pengumpulan data dapat diterapkan pada penelitian ini mencakup
penggunaan tes dan pengamatan.
Instrumen Penelitian
Alat yang diterapkan pada penelitian ini mencakup kisi-kisi pertanyaan ujian,
kisi-kisi aktivitas siswa, dan pedoman aktivitas guru. Pedoman tersebut didasarkan
pada cara guru menyampaikan materi pecahan yang disajikan melalui bahan nyata,
serta kegiatan peserta didik terlibat dalam pengajaran dengan bahan nyata.
Teknik Analisa Data
Informasi dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui lembar observasi
selama proses pengajaran dan evaluasi evaluasi prestasi akademis peserta didik setiap
rangakaian. Informasi ini akan dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif, baik
secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis kuantitatif melibatkan perhitungan rata-
rata dan persentase dari setiap aspek yang diobservasi. Selanjutnya, data kuantitatif
akan diuraikan dalam bentuk kalimat sebagai analisis kualitatif. Rumus dapat
digunakan untuk menghitung persentase dari setiap hasil observasi.
Skor yang di peroleh
Persentase (%) = x 100 %
skor maksimal

Kriterian Pencapaian
Kriteria Pencapaian pada penelitian dapat diukur melalui pancapaian akhir
pembelajaran, yang dievaluasi dengan membandingkan nilai rata-rata prestasi belajar
siswa pada uji awal dan uji akhir pada setiap kegiatan. Standar Skor minimal Kriteria
Ketuntasan Minimal untuk pelajaran materi pecahan di kelas III sudah ditetapkan
sebesar 75. Keberhasilan penelitian akan dinyatakan apabila 100% siswa mencapai atau
melebihi KKM, dan hasil tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor
kelas sebelum penggunaan media benda nyata dalam proses pembelajaran. Proses
penelitian ini terbagi menjadi dua siklus, dengan langkah-langkah yang telah dirancang
secara cermat yaitu Fase pertama dan fase kedua.

HASIL PENELITIAN DAN ANALISISNYA


Fase pertama
Dilaksanakan kegiatan Fase persiapan sebelum siklus dan dilakukan refleksi
pelaksanaan kegiatan pra siklus, kegiatan perbaikan dilanjutkan dengan kegiatan siklus
I. Siklus ini dilaksanakan pada hari Senin, 31 Oktober 2023. Dalam setiap sesi
pertemuan, langkah-langkah siklus ini dapat dijelaskan seperti yang tertera:
1. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana ini adalah evaluasi permulaan dari aktivitas penelitian,
didasarkan pada temuan studi pendahuluan.
2. Implementasi
Dalam fase hal ini, tindakan-tindakan yang dilakukan mencakup pelaksanaan
rencana yang telah dihasilkan secara tiruan dan disesuaikan. Pada putaran pertama,
dimulai saat menyiapkan kondisi lokal, dilanjutkan dengan melakukan kegiatan
apersepsi dan mengeksplorasi kemampuan awal siswa.
3. Observasi
Pada tahap ini, dilakukan pengamatan atau observasi secara bersamaan saat
pelaksanaan langkah-langkah. Ini disebabkan oleh peran ganda guru sebagai
peneliti dan pengajar. Selama tahap ini, juga dilakukan pengumpulan data yang
relevan.
4. Evaluasi Diri
Proses evaluasi diri dilaksanakan oleh peneliti bersama dengan kolega sejawat.
Pada fase ini, terdapat demonstrasi oleh peneliti baik sebagai pendidik atau sebagai
pengamat bersama rekan sejawat

Uraian pembahasan siklus yang saya peroleh dari output dari pengamatan dan
refleksi dapat dirangkumkan masih terdapat banyak hambatan, terutama dalam
pemahaman materi mengenai pecahan sulitnya yang dianggap oleh sebagian siswa, hal
ini dapat diamati dari kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran mengenai
pecahan, yang mengakibatkan sejumlah besar siswa tidak memberikan perhatian pada
penjelasan guru.
Di samping itu, beberapa siswa dalam satu kelas terlihat cenderung bersikap
diam, dan berdasarkan pengamatan, mereka menunjukkan keterlambatan dalam
memahami materi pelajaran yang disampaikan.
Berdasarkan Hasil analisis dari pertanyaan dan jawaban dalam dokumen yang
telah dijelaskan menunjukkan bahwa dari 22 siswa yang aktif menjawab, hanya 5 di
antaranya yang benar-benar terlibat secara positif. Dari kelompok tersebut, 5 siswa
terlihat lebih suka bermain sendiri tanpa memberikan perhatian yang memadai terhadap
proses pembelajaran yang berkelanjutan. Sementara siswa lainnya mungkin hadir
secara fisik namun hanya menonton dengan diam, tanpa menunjukkan keterlibatan aktif
dan ekspresi wajah yang tampak kosong. Maka, kesimpulannya adalah bahwa hasil
pembelajaran pada Fase I belum mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan. Untuk
informasi lebih lanjut, terdapat tabel yang memuat partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran pada siklus 1.

Tabel 1. (siklus 1)
Partisipasi siswa Jumlah siswa Persentase
Aktif 5 22,7%
Acuh 5 22,7%
tidak mengerti 12 54,5%
Jumlah 22 100%
Selain peneliti masih memegang atau memiliki hal tersebut beberapa kelemahan
dalam memberikan dan menyampaikan materi, juga dalam menggunakan alat peraga
yang tidak cukup mendapatkan perhatian peserta didik. Untuk meningkatkan Semangat
belajar para murid, tentu peneliti iperlukan untuk meningkatkan kondisi di dalam kelas
yang kurang memadai kondusif belajar menjadi kurang baik.
Peneliti juga perlu menghidupkan kembali semangat belajar siswa yang
tampaknya mulai menghilang di kalangan mereka, mungkin karena ketidakpuasan
terhadap Isi pelajaran yang diajarkan. Kendala-kendala yang menghambat telah
diidentifikasi oleh peneliti memengaruhi output belajar, oleh karena itu proses
pengajaran pengetahuan dalam tahap tidak bisa sesuai dengan efisien.
Oleh karena itu, peneliti akan terus menambah keterampilan dalam pelajaran
pecahan tersebut pada siklus berikutnya. Peneliti masih mempunyai banyak
kesenjangan antara lain penyediaan perlengkapan sekolah, penggunaan media
pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, kemampuan menjalankan
kelas, kemampuan memotivasi dan menstimulasi pembelajaran. Untuk itu, segala
kekurangan Pada fase pertama, akan dilakukan perbaikan oleh peneliti saat Fase kedua.

Fase Kedua
Saat fase kedua dilaksanakan satu kali kegiatan yaitu Fase kedua dijalankan
dalam periode waktu selama 70 menit 03 November 2023
1. Perencanaan
Berdasarkan hasil yang ditemukan selama Fase kedua, dirancanglah suatu rencana
pelaksanaan tahap II, adalah tahap perbaikan dari tahap pertama. Perbaikan terjadi
saat tahap kedua adalah perolehan Rangkuman temuan pengamatan dengan cara
menyeluruh. Dalam fase perencanaan ini, peneliti yang juga berperan sebagai
pendidik, menyusun suatu set pelajaran seperti setelah dilakukan saat fase pertama.
2. Implementasi
Menurut perancangan pembelajaran, implementasi yang dilakukan saat fase kedua
sesuai dengan rencana mengajar harian, mirip dengan apa kegiatan yang
dilaksanakan selama tahap pertama. Namun, saat tahap kedua, penekanan khusus
diberikan saat penerapan Alat Peraga Benda Konkret untuk secara maksimal
meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran Matematika tentang Pecahan.
3. Observasi
Telah melaksanakan langkah-langkah yang diambil oleh peneliti observasi
terhadap Setiap perubahan tingkah laku yang diperlihatkan oleh peserta didik,
sesuai dengan pendekatan yang diterapkan saat fase pertama. Observasi ini
dilaksanakan dengan memanfaatkan pedoman pengamatan dan lembar penilaian.
4. Evaluasi Diri
Setelah melaksanakan tindakan dan observasi, peneliti kembali melakukan refleksi
terhadap hasil yang telah diperoleh sebelum memasuki Fase kedua ini.
Saat pengajaran pada tahap kedua telah menunjukkan perkembangan positif.
Tingkat partisipasi siswa telah meningkat, kesiapan mereka dalam mengikuti pelajaran
juga terlihat lebih baik, dan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Hal ini
mencerminkan adanya semangat belajar baru yang mungkin telah kembali muncul pada
siswa, mungkin disebabkan oleh adanya perubahan suasana yang sedikit berbeda yang
diterapkan.
Siswa sekarang menunjukkan keberanian dalam menyampaikan pendapat,
menyajikan temuan mereka, dan melibatkan diri dalam tugas di papan tulis. Mereka
juga lebih aktif dalam melakukan interaksi tanya jawab dengan guru, dan kondisi
belajara dengan siswa dilihat membaik. Seluruh group bekerja secara bersamaan pada
menyelesaikan pekerjaannya, meskipun cuma sedikit siswa Individu tersebut tidak
begitu aktif karena memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik sejak lahir. Postur
atau perilakunya dipengaruhi oleh faktor bawaan yang kurang optima. Acuh tak acuh
sebelumnya tampak saat murid mulai berkurang. Ketika membahas dalam contoh soal,
sejumlah besar pelajar berani mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan pendapat
mereka.
Sejumlah murid telah menunjukkan keberanian untuk menampilkan hasil
pekerjaan mereka, bahkan beberapa sebagian dari mereka masih memanfaatkan
perangkat peraga mereka pada memverifikasi hasil pekerjaan tersebut. Ini menunjukkan
bahwa benda konkret yang sudah dipersiapkan untuk keperluan ilustrasi benar-benar
mendukung murid pada mengatasi permasalahan-permasalahan terkait pecahan terlihat
jelas melalui hasil tes proses yang dicapai siswa kelas III, mencapai nilai rata-rata 7,5
dengan tingkat ketuntasan belajar. Dari 22 murid yang berhasil menyelesaikan
pembelajaran menjadi 18 murid (81,8 %) dan mereka yang tidak berhasil
menyelesaikan pembelajaran yaitu 4 murid (18,1 %) di siklus II ini siswa sudah
mengalami kemajuan dalam pelajaran Matematika materi Pecahan terlihat pada tabel
sebagai beriku:
Tabel 2. (siklus 2)
Partisipasi siswa Jumlah siswa Persentase
Aktif 18 81,8%
Acuh 0 0%
tidak mengerti 4 18,2%
Jumlah 22 100%

Walaupun siswa memiliki kekurangan tertentu, perlu diakui bahwa guru juga
memiliki banyak kelemahan. Salah satu aspek yang perlu ditingkatkan adalah
penggunaan alat bantu pembelajaran, khususnya dalam hal pengembangan benda-benda
spesifik yang digunakan. Selain itu, kreativitas guru dalam memanfaatkan alat dan
perlengkapan pembelajaran juga perlu ditingkatkan. Pentingnya variasi dalam metode
pengajaran juga harus diperhatikan supaya murid dapat lebih terdorong, aktif, antusias
saat mengikuti proses belajar-mengajar.

KESIMPULAN
Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disarankan bahwa
peningkatan Capaian pembelajaran mengenai materi pecahan pada murid kelas tiga di
Sekolah Dasar Negeri 07 Bahagia Panti Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman mulai
dicapai dari pemanfaatan benda nyata berupa Objek yang nyata atau benda-benda yang
dapat dirasakan secara fisik. Hal ini terbukti di akhir fase atau tahap siklus II, di mana
dari 22 siswa yang berhasil memahami materi, sebanyak 18 siswa (81,8%) mengalami
peningkatan, sementara 4 siswa (18,1%) tidak berhasil. Dengan demikian, peralatan
demonstrasi objek yang nyata yang digunakan oleh Peneliti sebagai alat atau perantara
pembelajaran mampu memberikan kontribusi positif, memotivasi siswa, dan
mendorong pendidik supaya menjadi menunjukkan lebih banyak kreativitas dan inovasi
dalam pengembangan proses peningkatan pengetahuan. Kesuksesan ini membuktikan
emanfaatan objek demonstrasi dapat memperbaiki atau meningkatkan pencapaian
capaian pembelajaran pada konsep pecahan sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. ( 2015). Penelitian Tindakan Kelas : Edisi Revisi. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Azmi, Syahru., dkk. 2019. Pelatihan Pembuatan Alat Peraga Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkanprofesionalismeguru-Guru Sd Gugus Ii Ampenan Utara. Mataram: Jurnal
Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat.
Damayanti, Leni. 2020. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Melalui
Bantuan Alat Peraga. Panusupan Workshop Nasional Penguatan Kompetensi Guru Sekolah
Dasar.
Faizan. (2017). Media Pembelajaran. Yokyakarta :CV Pustaka Abadi.
Ibrahim dan Suparni. (2014). Pembelajaran Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Suka-
Press UIN Sunan Kalijaga.
Prastiyo Fendika, S.pd, (2019). Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Model
Kooperatif Jigsaw Pada Materi Pecahan. CV Kekata Group: Surakarta.
Ratnawati, Eni. 2022. Peningkatan Hasil Belajar Dalam Materi Pecahan Melalui Bantuan Alat
Peraga Benda Kongkret Pada Siswa Kelas III Sd Negeri Karangmalang Tahun Pelajaran
2020/2021. Pekalongan: Peningkatan Hasil Belajar Melalui Bantuan Alat Peraga Benda
Kongkret.
Sundayana, Rostina. (2015). Media dan Alat Peraga Dalam pembelajaran Matematika.
Bandung:Alfabeta.
Wardani, Ig.A.K, Wihardit, Kuswaya. (2021). Penelitian Tindakan Kelas (Edisi 2): Tanggerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Zebua, Yuliati. 2020. Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Materi Pecahan Melalui Bantuan Alat
Peraga Benda Konkret. Gunungsitoli: Jurnal Global Edukasi.

Anda mungkin juga menyukai