Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA KELAS VIII SMP YP PGRI 4 MAKASSAR MELALUI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

INCREASING ACTIVENESS AND MATH LEARNING ACHIEVEMENT


FOR THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP YP PGRI 4
MAKASSAR THROUGH BLENDED LEARNING MODEL

Yohanes Supardi Aben1 , NurfaidaTasni 2 , Andika Saputra 3


Jurusan Pendidikan Matematika
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Yayasan Pendikan Ujung Pandang
STKIP-YPUP
e-mail : yohanes.aben00@gmail.com
e-mail : nurfaidatasni@stkip.ypup.ac.id
e-mail : sandika800@gmail.com

Abstrak
Yohanes Supardi Aben, 2021. Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar Melalui Penerapan Model Pembelajaran Blended
Learning. Dibimbing oleh Nurfaida Tasni dan Andika Saputra.
Penelitian ini menerapkan model Blended Learning dengan Media pembelajaran Whatsapp
group dan Google Meet bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar
matematika siswa. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek pada
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar yang berjumlah 28 siswa.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Pengumpulan data
Keaktifan menggunakan lembar observasi sedangkan untuk hasil belajar siswa menggunakan
tes hasil belajar berbentuk uraian. Hasil penelitian ini menunjukan persentasi keaktifan
mengalami peningkatan disetiap siklus yaitu 71,37% dan 76,75%. Skor rata-rata hasil belajar
siswa yaitu Siklus I 69,49 dan Siklus II 80,38 dimana 96% siswa memperoleh skor diatas
KKM pada akhir siklus. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Model
Pembelajaran Blended Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII SMP YP PGRI 4 Makassar.
Kata Kunci: Keaktifan Belajar; Hasil Belajar; Blended Learning; Whatsapp Group; Google
Meet.
Abstract
Yohanes Supardi Aben, 2021. Increasing Activeness and Math Learning Achievement for
the Eighth Grade Students of SMP YP PGRI 4 Makassar through Blended Learning Model.
Supervised by Nurfaida Tasni and Andika Saputra

This research aims at increasing students’ activeness and Math learning achievement through
Blended learning model through Whatsapp and Google Meet. This research was an action
research. The subject of the research was 28 students. This research was done in two cycle I
and II. The data was collected using observation sheet and essay test. The result indicated that
the activeness increased in every cycle that is 71.37 % and 76.75 %. The average score of
learning achievement in cycle I was 69.49 and cycle II was 80.38 where 96 % got higher
score above minimum standard. Based on the finding, it can be concluded that blended
learning can increase learning activeness and learning achievement on Math for the eighth
grade students of SMP YP PGRI 4 Makassar.

Keywords: Learning activeness; learning achievement; blended learning; Whatsapp; Google


Meet
1. Pendahuluan

Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang pentingnya
penguasaan matematika oleh siswa sehingga dalam pendidikan formal matematika perlu diberikan
kepada anak didik mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi. Kemampuan
yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis dan kreatif (Soekardjo & Sugiyanta, 2018).
Penguasaan terhadap matematika bagi kehidupan terus meningkat, sehingga diperlukan
suatu pembelajaran matematika yang bermutu seiring dengan tuntutan dunia pendidikan yang
harus dapat mengikuti perkembangan-perkembangan baru ilmu dan teknologi. Sejalan dengan
harapan dan tujuan terhadap kemampuan untuk menguasai matematika, terdapat banyak persoalan
yang terjadi di dalam pembelajaran matematika itu sendiri (Kusrini, 2018).
Pengajaran matematika akan bisa disebut berjalan dan berhasil dengan baik, manakala
siswa terlibat didalam proses pengajaran, dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung.
Dengan demikian factor guru menjadi sangat strategis dan penting dalam mencapai keberhasilan
dalam pembelajaran. Artinya guru harus memiliki kompetensi dalam mengelola pembelajaran agar
mutu dan hasil belajar Siswa dapat meningkat. Penataan pembelajaran yang baik harus
diperankan oleh guru yang berkualitas (Barios, 2014).
Guru yang berkualitas harus mampu merancang, melaksanakan dan menilai suatu
pembelajaran sehingga Siswa menjadi aktif dan hasil belajarnya optimal.
Adapun hasil wawancara observasi awal pada dua sekolah yang berbeda, ditemukan
masalah yang hampir sama, yang mana capaian belajar siswa sangat menurun selama
pembelajaran daring, antusias siswa dalam mengikuti pelajaran sangat rendah sehingga capaian
belajar siswa menurun. Hal ini karena materi ajar kurang tersampaikan dengan baik karena
fasilitas belajar siswa kurang memadai, karena hal tersebut guru pelajaran matematika menuturkan
bahwa selama pembelajaran daring tidak ada target yang harus dicapai intinya pembelajaran masih
bisa berjalan walaupun kurang maksimal.
Pandemi Covid-19 telah menggeser paradigma dalam dunia pendidikan. Dengan adanya
pandemi Covid-19, kegiatan belajar mengajar yang tadinya dilaksanakan di sekolah, berganti
menjadi belajar di rumah melalui belajar daring. Pembelajaran daring dilakukan dengan
menggunakan berbagai macam aplikasi sebagai media untuk menunjang pembelajaran seperti
whatsapp, google meet, google classroom, Zoom dan e-learning. Kebijakan pembelajaran jarak
jauh secara tidak langsung telah mengubah sistem pembelajaran konvensional yang semula tatap
muka di kelas kemudian berubah menjadi secara virtual dan tidak bertemu langsung di kelas
(Roshonah et al., 2020).
Menurut Imania (2019) pembelajaran daring merupakan bentuk penyampaian
pembelajaran konvensional yang dituangkan pada format digital melalui internet. Pada dasarnya,
pembelajaran daring menuntut anak didik untuk lebih mandiri. Beberapa kendala yang dihadapi
oleh siswa selama proses pembelajaran secara daring, seperti: keterbatasan fasilitas pendukung
seperti smartphone, kuota internet, dan jaringan internet yang tidak semua anak dan daerah
memiliki akses yang sama. Belum lagi keterbatasan dari sisi orang tua yang merasa kesulitan
dalam mendampingi.
Menurut Semler dalam (Husamah, 2014) Blended learning adalah model pembelajaran
yang mengkombinasikan aspek terbaik dari pembelajaran online, aktivitas tatap muka terstruktur,
dan praktek dunia nyata. Sistem pembelajaran online, latihan dikelas, dan pengalaman on-the-job
akan memberikan pengalaman berharga bagi diri mereka. Tujuan Blended learning pada dasarnya
dilaksanakan untuk mendapatkan pembelajaran yang “paling baik” dengan menggabungkan
berbagai keunggulan masing-masing komponen, dimana metode tatap muka memungkinkan untuk
melakukan pembelajaran secara interaktif sedangkan metode online memberikan materi secara
online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal.
Model pembelajaran Blended learning baik digunakan oleh pengajar karena model
pembelajaran Blended learning dapat membantu proses komunikasi non-stop antara pengajar dan
siswa sehingga menjadi lebih mudah dan membantu proses percepatan pengajaran, oleh karena itu
apabila pengajar menerapkan model pembelajaran Blended learning dalam pembelajarannya maka
kemungkinan besar model pembelajaran Blended learning dapat membantu siswa untuk belajar
secara maksimal serta bisa mendapatkan lebih banyak informasi yang dapat menunjang proses
pembelajaran (Husamah, 2014).
2. Metode

Peningkatan Keaktifan dan Hasil belajar Matematika siswa melalui penerapan model
pembelajaran blended learning dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research), dilaksanakan di SMP YP PGRI 4 Makassar pada kelas VIII. Salah satu tujuan
dari Penelitian Tindakan Kelas yaitu untuk meningkatkan serta memperbaiki kualitas
pembelajaran di kelas.
Wina Sanjaya (2008) menyebutkan tiga istilah penting berhubungan dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu: Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang
dilakukan secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Kedua, tindakan adalah perlakuan tertentu
yang dilakukan oleh peneliti. Ketiga, kelas menunjukkan pada tempat proses pembelajaran
berlangsung.
Siklus I diawali dengan tahap perencanaan, yaitu: Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), Media Pembelajaran, Lembar kerja siswa (LKS), Lembar Observasi,
Menentukan pokok bahasan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru melaksanakan pembelajaran
berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran yang telah
disiapkan.
Tahap observasi dilakukan selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Tujuan dari
pada kegiatan ini adalah untuk mengamati sikap serta keaktifan siswa serta masalah yang dihadapi
siswa selama proses pembelajaran. Tahap evaluasi untuk mengukur aspek kognitif siswa setiap
akhir siklus dimana siswa diberikan tes untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa selama
penerapan model pembelajaran blended learning dengan media pembelajaran whatsapp group dan
google meet. Selanjutnya refleksi yang dilakukan pada akhir setiap siklus dan mengacu pada hasil
yang diperoleh selama tahap observasi dan evaluasi. Hasil refleksi ini menjadi dasar pertimbangan
untuk mengkaji kembali dan melakukan perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan tindakan
pada siklus berikutnya agar mencapai tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.
Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, jika pada siklus I keaktifan
dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator ketuntasan yang mana untuk keaktifan siswa
yaitu 75% dari keseluruhan siswa dan hasil belajar mengacu pada kriteria ketuntasan minimum
(KKM) yaitu 75, dan kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85% dari keseluruhan siswa. Siklus II
dilaksanakan mengikuti alur pada siklus I.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran blended learning pada pembelajaran
daring yaitu: 1) Peneliti mengupload materi pembelajaran dan LKS pada WhatsApp Group agar
dipelajari oleh siswa sebelum pembelajaran berlangsung, 2) Peneliti membagikan link join google
meet sebelum memulai pembelajaran, 3) Melakukan presensi untuk mengetahui tingkat kehadiran
siswa, 4) Melakukan apersepsi, 5) Menjelaskan materi yang sudah di bagikan pada WhatsApp
group dan tujuan yang ingin dicapai siswa dalam pembelajaran, 6) Memotivasi dan membimbing
siswa selama pembelajaran dan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi siswa di
WhatsApp group maupun secara individu, 7) Memberikan apresiasi pada siswa yang aktif selama
pembelajaran berlangsung, 8) Mengevaluasi pembelajaran diakhir siklus.
Berdasarkan hasil evaluasi pada Siklus I, masih belum mencapai indikator ketuntasan
yang ditetapkan sebelumnya walaupun ada peningkatan dari tes awal. Oleh karena itu pada tahap
refleksi peneliti mengkaji kembali masalah-masalah yang dihadapi siswa selama proses
pembelajaran untuk dilakukan perbaikan untuk pelaksanaan siklus II. Pada Siklus II langkah-
langkah pembelajaran daring masih sama dengan siklus I, akan tetapi guru selalu mendorong agar
siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, memberikanan penjelasan yang lengkap tentang
langkah– langkah yang ada di LKS, mempersiapakan pelaksanaaan kegiatan pembelajaran
semaksimal mungkin, memperhatian aktivitas terhadap siswa secara merata, memberikan
penghargaan kepada siswa yang mendapat nilai tertinggi, Mengapresiasi kelompok terbaik yang
hasilnya tertinggi dan sangat aktif dan membahas kembali soal-soal yang belum dipahami pada
saat evaluasi dalam hal ini yaitu membahas soal pada siklus I.
Teknik Pengumpulan dalam penelitian ini yaitu dengan melaksanakan observasi, tes,
catatan lapangan, dan dokumentasi baik secara tatap muka dikelas maupun secara daring melalui
google meet. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistic deskriptif
menggunakan analisis kulitatif untuk hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi. Analisis kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar siswa dan guru
selama proses pembelajaran. Analisis kuantitatif menganalisis hasil belajar siswa, analisis
kuantitatif dikaji dalam bentuk persentase, jumlah dan rata-rata, yang mana hasil perhitungan
disesuaikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa yang di klasifikasikan dalam dua kategori
yaitu tuntas dan tidak tuntas yang mengacu pada KKM dan ketuntasan klasikal.
3. Hasil dan Pembahasan

Berikut ini merupakan ringkasan data keaktifan belajar siswa selama penelitian
berlangsung dari awal pelaksanaan Siklus I hingga akhir pelaksanaan siklus II.
Tabel 3.1. Ringkasan Data Keaktifan Belajar Siswa
Tahapan Jumlah Skor Persentase Peningkatan Kriteria
Siklus I 1.259 71,37% - Sedang

Siklus II 1.355 76,75% 7,54% Tinggi

Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus I, skor keaktifan belajar siswa sebesar
1.259 dengan persentase keaktifan 71,37%, belum mencapai indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II telah diperbaiki berdasarkan hasil refleksi pada
siklus I. Adapun perbaikan tindakan yang dilaksanakan pada siklus II yaitu, mempersiapakan
pelaksanaaan kegiatan pembelajaran semaksimal mungkin, peneliti mendorong siswa agar
berpatisipasi aktif dalam pembelajaran serta memberikan solusi atas kendala yang di hadapi siswa,
memperhatikan aktivitas siswa secara merata, memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif
dalam peoses pembelajaran agar siswa yang lain akan termotivasi untuk belajar, Mengapresiasi
kelompok terbaik yang aktif selama diskusi kelompok, mendorong siswa untuk bertanya lebih
aktif lagi kepada guru jika belum memahami materi.
Persentase skor keaktifan belajar siswa pada siklus II sebesar 76,75%, Capaian siswa pada
siklus II sudah mencapai indikator keaktifan yang telah ditentukan yaitu 75% dari keseluruhan
siswa, Peningkatan yang terjadi karena waktu belajar dengan penerapan blended learning ini tidak
terbatas sehingga siswa secara mandiri bisa belajar tanpa ada batasan waktu untuk terus berdiskusi
di media pembelajaran WhatsApp, dengan waktu belajar siswa lebih banyak sehingga siswa lebih
memahami materi yang sedang dibahas. Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Galang et al.,
2016) dan (Purwitasari et al., 2019) melakukan penelitian terkait dengan penggunaan model
pembelajaran blended learning. (Galang et al., 2016) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa
pada kelas dengan menggunkanan model pembelajaran blended learning lebih baik dari pada hasil
belajar pada kelas yang dibelajarkan secara konvensional. (Abroto, et al., 2021) menyimpulkan
Motivasi belajar peserta didik melalui model pembelajaran blended learning lebih baik dengan
peserta didik yang mengguankan model pembelajaran konvensional, juga adanya perbedaan hasil
belajar peserta didik yang menggunakann model pembelajaran blended learning jika di
bandingkan dengan peserta didik yang menggunakan model pembelajaran konvensional,
pembelajaran dengan menggunakan model blended learning lebih unggul dari segi motivasi dan
hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. (Purwitasari et al., 2019)
menyimpulkan bahwa penerapan Blended learning berbantuan Schoology telah berhasil
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa.
Tabel 3.2. Ringkasan Hasil belajar Matematika Siswa

No Kategori Tes Awal Sikus I Siklus II


F P F P F P
1. Tidak Tuntas 18 64,29% 15 53,53% 4 4%
2. Tuntas 10 35,71% 13 46,43% 24 96%
Rata-Rata 67,89 69,49 80,38
Peningkatan - 2,36% 15,67%
Ketuntasan Klasikal 35,72% 46,42% 96%
Keterangan :
F = Frekuensi; P = Persentase
Berdasarkan Tabel 2 Diatas dapat dilihat bahwa pada tes awal nilai rata-rata siswa pada
yaitu 67,89 dan keuntasan klasikal 35,72% nilai rata-rata siswa dan ketuntasan klasikal masih jauh
dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75 dan ketuntusan
klasikal 85% dari jumlah siswa yang tuntas belajar, rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan
siswa belum terbiasa dengan perubahan model pembelajaran yang diterapkan, hal ini juga sejalan
dengan hasil penelitian yang relevan dari (Roshonah et al., 2020).
Pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat dengan rata-rata 69,49 dan ketuntasan
klasikal 46,42% jika dibandingkan dengan capaian pada tes awal. Berdasarkan capaian belajar
siswa pada siklus I masih belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) dan ketuntasan
klasikal, hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan penerapan model pembelajaran
blended learning dengan media pembelajaran whatsapp group dan google meet apalagi
pembelajaran yang dilakukan sebelumya hanya berpatokan pada media whatsapp group dengan
metode penugasan yang dilakukan oleh guru kelas dan tidak ada target yang ingin dicapai dalam
proses pembelajaran sebagai mana yang dijelaskan pada hasil observasi awal pra penelitian,
sehingga dengan penerapan model pembelajaran blended learning ini siswa perlu adaptasi dengan
model pembelajaran yang diterapkan sehingga pada siklus I hasil belajar siswa masih belum
tercapai. Perubahan pada proses pembelajaran menyebabkan beberapa siswa kesulitan dalam
belajar karena belum terbiasa untuk belajar secara mandiri. Siswa masih belum terbiasa untuk
menggunakan fasilitas belajar secara online dan masih di dominasi oleh siswa yang memang aktif
dari awal pembelajaran. sehingga pelaksanaan blended learning masih kurang optimal
(Purwitasari, 2019).
Pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 80,38 dan
ketuntasan klasikal mencapai 96%, berdasarkan capaian tersebut hasil belajar siswa pada siklus II
sudah tercapai dengan melampaui kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang ditentukan yaitu 75
dan ketuntasan klasikal sudah tercapai dengan capaian 96% melampaui target yang ditentukan
yaitu 85% dari keseluruhan siswa.
Hal ini sejalan dengan penelitian (Indrayany et al.,2021) dan (Galang, 2016) melakukan
penelitian terkait dengan penggunaan model pembelajaran blended learning. (Maemonah, 2021)
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam pembelajaran bauran (blended
learning) terhadap motivasi belajar siswa yang berarti pembelajaran blended learning lebih baik
daripada pembelajaran konvensional. (Sudiarta, 2016) menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa
pada kelas dengan menggunkanan model pembelajaran blended learning lebih baik daripada hasil
belajar pada kelas yang dibelajarkan secara konvensional.
4. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran blended learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika
siswa. Hal ini bisa dilihat dari peningkatan capaian belajar siswa setiap siklus, model
pembelajaran blended learning sangat penting untuk terus dikembangkan, karena dengan model
blended learning siswa dapat mencari materi secara mandiri tanpa ada batasan waktu seperti
pembelajaran konvensional, dengan penerapan blended learning siswa akan berkembang lebih
baik, secara akademis hasil belajar juga lebih baik.
5. Saran

Adapun saran yang disampaikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut.
Kepada peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan model pembelajaran
yang sama disarankan untuk mengambil sampel yang lebih besar dan materi yang lebih luas, dan
media pembelajaran yang lebih variatif.
Pembelajaran blended juga perlu jadikan sarana belajar bersama oleh guru-guru secara
kolegial, karena itu sangat disarankan jika penerapan blended learning ini dikombinasikan dengan
prinsip-prinsip lesson study.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksaan
penelitian sampai berakhir.
Referensi

Abroto, A Maemonah, M., & Ayu, N. P. (2021). Pengaruh Metode Blended Learning Dalam
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu…,3(5),
1993–2000. https://www.edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/703
Galang, A., Suryaningtiyas, W., & Kristanti, F. (2016). Penggunaan Model Pembelajaran Blended
Learning terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas VIII di SMPN 38 Surabaya. MUST: Journal
of Mathematics Education, Science and Technology, 1(1), 10.
https://doi.org/10.30651/must.v1i1.97

Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended learning). Jakarta: Prestasi Pustaka Riyana, C. 2009.
Pedoman Bagi Guru. Tersedia pada http://kurtek.upi/edu/tik/content/ blended.pdf.

Indrayany, E. S., Lestari, F., Wahidiyah, U., & Kediri, K. (2021). Penerapan Pembelajaran Blended
Learning untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Mandiri Siswa Kelas VII SMP pada Materi
Perbandingan. 2, 68–76.
Kusrini, S. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penggabungan Metode
Drill dan Demonstrasi Siswa Kelas I-B MIN Wonosari Tahun Pelajaran 2016 / 2017. Jurnal
Pendidikan Madrasah, 3(1), 2527–6794.
Purwitasari, D. ., Astawa, I. W. ., & Sudiarta, I. G. . (2019). Penerapan Blended Learning Berbantuan
Schoology Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Viii a1
Smp Negeri 6 Singaraja. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika Indonesia, 8(2), 50–
59. https://doi.org/10.23887/jppm.v8i2.2852
Roshonah, A. F., Sutihat, & Alam, A. (2020). Penerapan Model Blended Learning untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika di SDN Pisangan 01. 1–10.
Soekardjo, M., & Sugiyanta, L. (2018). Analisis Strategi Pembelajaran Matematika Kurkulum 2013
Dalam Rangka Meningkatkan Nilai Pisa Matematika. JKKP (Jurnal Kesejahteraan Keluarga
Dan Pendidikan), 5(1), 42–64. https://doi.org/10.21009/jkkp.051.05
Sudiarta, I. G. P., & Sadra, I. W. (2016). Pengaruh Model Blended Learning Berbantuan Video
Animasi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Pemahaman Konsep Siswa. Jurnal
Pendidikan Dan Pengajaran, 49(2), 48. https://doi.org/10.23887/jppundiksha.v49i2.9009

Anda mungkin juga menyukai