Anda di halaman 1dari 11

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGUNAKAN

METODE MAKE A MACTH PADA MATA PELAJARAN IPS


DI KELAS IV SDN 8 LUBAI MUARA ENIM

OLEH
UNTARI
NIM 856801613
@gmail.com

UNIVERSITAS TERBUKA
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH
PRABUMULIH
2023
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGUNAKAN
METODE MAKE A MACTH PADA MATA PELAJARAN IPS
DI KELAS IV SDN 8 LUBAI MUARA ENIM

Untari
Natriani Syam1, Hasnah2, Herni3
Mohammad Nor Aufa

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IV SDN 8 Lubai. Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru dan siswa kelas IV yang
berjumlah 24 siswa yang terdiri dari 13 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki, jadi semua subjek
penelitian berjumlah 24. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes, dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu kondensasi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Berdasarkan pengamatan
terhadap guru pada siklus I dan siklus II taraf keberhasilan yang didapat yaitu kategori baik (B). Begitu
juga dengan aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dan II sudah berjalan dengan
baik sehingga diperoleh kategori baik (B). Peningkatan hasil belajar ditunjukkan pada siklus I dengan
nilai rata-rata hasil belajar yang berada pada kualifikasi cukup (C), dan meningkat pada siklus II
dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa berada pada kualifikasi baik (B). Kesimpulan dalam
penelitian ini adalah dengan mengunakan metode pembelajaran make a match dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi Kerajaan – kerajaan di nusantara di kelas IV SDN 8 Lubai Muara
Enim.

Kata Kunci : Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match


PENDAHULUAN
Pendidikan dalam pengertian secara umum, yakni suatu pengetahuan dari satu orang kepada
orang lainnya atau dari generasi satu ke generasi lainnya. Dalam arti sederhana pendidikan sering
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan.
Dalam pendidikan di sekolah, banyak aspek yang dibutuhkan sehingga pembelajaran bisa
berjalan dengan baik. Salah satu aspek tersebut adalah penerapan model pembelajaran yang digunakan
oleh guru. Sanjaya mengemukakan bahwa guru memiliki peran penting dalam mengajar di sekolah.
Selain mengajar, guru juga memiliki peran penting dalam mengarahkan, mengatur serta menciptakan
suasana belajar yang kondusif di dalam kelas (Asyhariyah, 2018).
Menurut Fajar et al, (2018) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran pada jenjang
pendidikan di tingkat sekolah, yang dikembangkan secara terintegrasi dengan meengambil konsep-
konsep esensial dari Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. IPS Mengkaji berbagai masalah-masalah dan
fenomena sosial yang ada di masyarakat. Ilmu pengetahuan sosial merupakan perpaduan dari berbagai
disiplin ilmu pengetahuan, antara lain seperti Ekonomi, Sejarah, Geografi, dan Sosiologi yang disusun
secara sistematis dan terpadu yang kemudian menjadi suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dipecah lagi
karena telah terintegrasi dalam ilmu pengetahuan Sosial. Guru juga merupakan faktor penentu untuk
peningkatan kualitas pendidikan karena guru yang berhadapan langsung dengan siswa.
Menurut Israwaty et al., (2020) Untuk menciptakan SDM yang dapat beradaptasi dengan zaman
dan memberikan solusi atas permasalahan kehidupan, maka proses pembelajaran harus bertransisi dari
standar dalam pendidikan ke proses pembelajaran yang inovatif.
IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial serta kegiatan dasar
manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam
kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup
berbagai kehidupan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah maupun politik, semuanya dipelajari
dalam ilmu sosial ini. IPS adalah kehidupan sosial di masyarakat, oleh karena itu masyarakatlah yang
menjadi sumber pembelajaran utama IPS.
Tujuan IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap suatu
masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi dikehidupan sehari-hari,
baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai
apabila program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Arah mata pelajaran
IPS ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan
menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap
saat. Dengan demikian, dalam proses pembelajarannya diperlukan model pembelajaran yang tepat
sehingga siswa tidak merasa sulit ataupun bosan dalam mempelajarinya. Salah satu komponen yang
berpengaruh dalam pendidikan adalah proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan interaktif edukatif antara peserta didik dengan guru, peserta
didik dengan lingkungan sekolah. Guru adalah salah satu unsur penting dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pendidikan di sekolah, guru merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan, di dalam
proses belajar mengajar guru mempunyai tugas yang besar untuk mendorong siswa agar mampu
memahami pada saat proses pembelajaran.
Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas
untuk membantu proses perkembangan siswa. Secara terperinci tugas guru berpusat kepada mendidik
dengan titik berat memberikan arahan dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun
jangka panjang, memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai,
dan membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti : sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri.
Dari uraian di atas, jelas bahwa guru merupakan salah satu yang sangat berperan dalam
meningkatkan hasil belajar siswa-siswanya. Guru dapat melaksanakannya melalui dua hal yaitu,
suasana belajar dan proses pembelajaran. Penggunaan model dan media pembelajaran haruslah
diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar, agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran
berupa test yang disusun secara terencana baik tertulis maupun lisan. Dalam hal ini hasil belajar yang
dimaksud berupa nilai ulangan yang diperoleh
Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan pada bulan oktober tahun 2023 dengan melihat data
dan dokumen serta aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran, ditemukan hasil belajar siswa masih
rendah dalam proses pembelajaran yang didapatkan bahwa banyaknnya siswa yang memiliki nilai
belum mencapai standar ketuntasan belajar minimal (SKBM) hal tersebut dibuktikan dengan
memperoleh data diri guru kelas tentang nilai ulangan harian siswa di kelas IV SD Negeri 8 Lubai yang
terdiri dari 24 siswa 11 laki-laki dan 13 perempuan. 14 orang siswa belum mencapai nilai ≥ 70 SKBM
sedangkan 10 orang siswa yang mencapai nilai ≥ 70 SKBM yang telah ditetapkanoleh pihak sekolah
dengan Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) adalah 70.
Jika ingin meningkatkan hasil belajar siswa, tentu saja guru harus mampu untuk memberikan
pembelajaran di kelas dengan menarik. Menurut Subahti, et al (Asrul et al., 2022) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah suatu keberhasilan dan perubahan kemampuan siswa yang terjadi sebagai
akibat dari proses pembelajaran yang meliputi komponen kognitif, afektif dan psikomotorik. Lebih
lanjut, Rasmi (2020) hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan hasil interaksi dari lingkungan belajar. Zahrah et
al.,(2021) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan atau suatu hasil yang dimiliki siswa
setelah melakukan aktivitas belajar dan terjadi suatu perubahan yang ada pada diri siswa yang terkait
dengan aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik yang dapat diukur dengan kriteria atau patokan-
patokan tertentu.
Berdasarkan hasil observasi, dari aspek siswa, Siswa kurang memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru, siswa kurang memahami pelajaran, siswa kurang terlibat aktif dalam proses
pembelajaran berkelompok. Sedangkan dari aspek guru, guru jarang menggunakan model pembelajaran
yang bervariasi, guru masih menjadikan buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar, guru kurang
dalam mengaktifkan siswa bekerja sama secara berkelompok.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam materi yang diajarkan
serta membuat siswa menjadi aktif dan bersemangat dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran
make a match. Model pembelajaran make a match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, memiliki
unsur permainan sehingga model pembelajaran tipe make a match ini tidak membuat pem- belajaran
dikelas menjadi monoton dan tidak membuat siswa menjadi gampang bosan.
Menurut Huda (Darmawan, 2020) make a match merupakan sebuah model pembelajaran
dimana siswa mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dengan suasana
yang menyenangkan.

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih untuk
menggambarkan kegiatan siswa dan guru pada pelaksanaan pembelajaran. Menurut Rukin (2019)
menyatakan bahwa penelitian kualitatif bertujuan untuk menerima pemahaman yang mendalam terkait
menggunakan masalah-masalah manusia dan sosial. Rukajat (2018) menjelaskan bahwa pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata
tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. lebih lanjut Hakim et al.,(2022, h.433)
menyatakan bahwa “Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian yang
cenderung menggunakan analisis”. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
tindakan kelas (PTK).
Menurut Saputra et al. (2021), mengemukakan bahwa PTK dapat diartikan sebagai proses
peninjauan masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan
masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang telah terencana dalam situasi yang nyata serta
menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 8 Lubai beralamat di Jalan lintas Pagar Gunung Ogan Ilir Desa
Tanjung Kec. Lubai Kab. Muara Enim. Pada tanggal 25 Oktober sampai 16 November 2023. Penelitian
ini terdiri dari 2 siklus, setap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Adapun indikator keber- hasilan yaitu indikator keberhasilan proses dan indikator
keberhasilan hasil yang dikatan berhasil jika mencapai taraf keberhasilan lebih dari 70%.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Siklus I

1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan hal yang diperlukan saat pelaksanaan tindakan
dengan menerapkan model pembelajaran make a match untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang
kerajaan-kerajaan di nusantara. Adapun yang dilakukan peneliti pada tahap perencanaan sebagai
berikut:
a. Menyusun jadwal kegiatan sesuai dengan mata pelajaran IPS yang berlaku di kelas IV SDN 8
Lubai di semester ganjil.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam peroses pembelajaran dengan menggunakan model pembalajaran Make
A Match.
c. Mempersiapkan media, alat dan sumber belajar yang akan mendukung pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dan menyiapkan
perangkat tes dalam bentuk essay.
d. Mmbuat lembar observasi aktifitas guru untuk melihat penguasaan guru (peneliti) dalam
menggunakan model pembelajaran Make A Match selama proses belajar langsung.
e. Membuat lembar observasi aktifitas siswa untuk melihat kondisi kegiatan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
f. Mendesain dan menata kelas sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Oktober 2023 Pukul 07.30-
08.40 WIB dengan jumlah siswa 24 orang. Pelaksaaan tindakan kelas pada siklus I terdiri dari 2
pertemuan. Setiap pertemuan berdurasi 2 kali 35 menit. Sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
dibuat dalam RPP, pada pertemuan awal guru melakukan orientasi tentang pentingnya materi yang akan
dipelajari. Saat orientasi siswa diperkenalkan tentang berbagai macam jenis kerajaan yang ada di
nusantara. Selanjutnya peneliti melaksanakan apa yang sudah direncanakan secara tertulis dalam RPP
dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. Langkah-langkah yang diterapkan dalam
pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Kegiatan diawali dengan memasuki ruang kelas dan mengucapkan salam, setelah siswa
menjawab kemudian salah satu siswa memimpin doa sebelum proses pembelajaran dimulai, selanjutnya
guru mengecek kehadiran siswa. Membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Memberikan motivasi untuk bersemangat belajar.
Pada kegiatan inti dari proses pembelajaran, peneliti menampilkan gambar dari kerajaan yang
ada di nusantara menggunakan kertas warna. Guru memberikan informasi tentang kompetensi yang
ingin dicapai, peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Peneliti mengarahkan
siswa menjadi 2 kelompok (kelompok 1 mendapat kartu soal, dan kelompok 2 mendapat kartu jawaban)
Kemudian guru memberikan kesempatan untuk memahami materi pelajaran, sebelum memulai
permainan guru memberikan kepada tiap siswa dalam kelompoknya 1 jawaban/soal. Guru mengarahkan
kepada setiap siswa untuk mencari pasangan jawaban/soal dari kartu yang dipegang selama 5 menit.
Kemudian siswa yang sudah menemukan pasangannya, membacakan soal dan jawaban yang mereka
peroleh. Guru meluruskan kembali jika ada jawaban siswa yang kurang tepat dan memberikan umpan
balik dan penguatan terhadap hasil pembelajaran pada siswa.
Pada kegiatan akhir, Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, menyampaikan
rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kemudian mengarahkan siswa untuk berdo’a dan
mengucap salam. Diakhir siklus I , peneliti memberikan tes hasil belajar I untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa menguasai pelajaran yang telah disampaikan.
3. Observasi
a) Dari pengamatan terhadap guru (peneliti) diperoleh temuan sebagai berikut :
1) Dalam melakukan kegiatan penyampaian materi ajar, guru (peneliti) sudah dapat
menyampaikan dengan baik. Hal ini dikarenakan guru (peneliti) menguasai materi yang diajarkan.
2) Guru (peneliti) dalam menggunakan model pembelajaran di dalam proses belajar
mengajar sudah baik, hanya saja masih kurang maksimal dalam memberikan reward
kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru (peneliti).
3) Guru (peneliti) masih kurang mampu dalam melihat karakteristik siswa sehingga tujuan
pembelajaran yang harus dicapai kurang maksimal.
b) Dari pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan :
1) Ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
2) Beberapa siswa kurang memahami penjelasan yang diberikan oleh guru.
3) Ada beberapa siswa memperoleh hasil kurang memuaskan.
4) Ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam berdiskusi dengan teman satu kelompoknya.
5) Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar cukup baik.
4. Refleksi
Peneliti mengadakan refleksi. Kegiatan ini bertujuan untuk menilai seluruh kegiatan
pembelajaran dengan model pembelajaran make a match. Berdasarkan hasil refleksi dapat diketahui
kekurangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada pertemuan 1 sehingga dapat digunakan untuk
menentukan tindakan pada pertemuan berikutnya. Selama pengamatan berlangsung masih ditemukan
masalah yaitu:.
a. Guru belum menguasai materi dan model make a match sepenuhnya, sehingga
penyampainnya belum optimal, jadi guru harus lebih mempelajari dan menguasai materi dan
model make a match agar kedepannya lebih optimal.
b. Beberapa siswa kurang memperhatikan dan kurang serius saat pembelajaran berlangsung.
Jadi guru harus mengondisikan kelas terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai dan
mem- berikan motivasi agar siswa lebih focus dan semangat dalam menerima pembelajaran.
c. Masih ada sebagian siswa yang kelihatan bingung dan sulit dalam memahami materi yang
dipelajari
Dari hasil tes akhir siklus I yang diberikan menunjukkan bahwa dari 24 siswa pada tes hasil
belajar nilai rata-rata siswa adalah 64,8%. Siswa yang tuntas dalam proses pembelajaran adalah 10
orang dan tidak tuntas 14 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada
siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan hanya 10 orang
siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 (SKBM). Sedangkan 14 siswa lainnya masih di bawah standar.
Berdasarkan data yang diperoleh terlihat bahwa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai pada
pembelajaran pertemuan 1 belum tercapai secara optimal. Dengan demikian guru dan observer
mengadakan refleksi dengan maksud memperbaiki dan lebih meningkatkan pembelajaran berikutnya.
Maka dari itu peneliti melanjutkan ke per- temuan 2

Siklus II

1. Perencanaan
Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan siswa dan meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai
pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II direncanakan sebagai berikut :
a. Guru harus bisa mempertahankan atau meningkatkan pengelolaan dalam kegiatan
pembelajaran.
b. Guru harus bisa membimbing siswa agar pembelajaran menjadi terarah.
c. Guru harus bisa memotivasi siswa agar mampu menyelesaikan tugas dengan baik dan benar.
d. Guru bisa mengontrol waktu sehingga pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan
permasalahan siklus I, peneliti membuat rencana tindakan II untuk mengatasi kekurangan
dan kegagalan pembelajaran tersebut. Maka rencana tindakan yang akan dilakukan pada
tahap ini adalah :
Perencanaan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :
a. Menyusun jadwal kegiatan sesuai dengan mata pelajaran IPS yang berlaku di kelas IV SDN
8 Lubai semester ganjil.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah kegiatan
yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembalajaran Make A Match.
c. Mempersiapkan media, alat dan sumber belajar yang akan mendukung pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dan menyiapkan
perangkat tes dalam bentuk pilihan ganda sebagai Post test II.
d. Mmbuat lembar observasi aktifitas guru untuk melihat penguasaan guru (peneliti) dalam
menggunakan model pembelajaran Make A Match selama proses belajar langsung.
e. Membuat lembar observasi aktifitas siswa untuk melihat kondisi kegiatan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
f. Mendesain dan menata kelas sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai guru dan guru kelas bertindak
sebagai observer. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Jum’at,
16 November 2023 Pukul 07.30-08.40 WIB dengan jumlah siswa 24 orang. Materi yang diajarkan
pada siklus 2 ini adalah mengenal kerajaan-kerajaan yang pernah ada di nusantara. Siklus II dilakukan
sebanyak 1 kali pertemuan dengan alokasi waktu 1x35 menit per pertemuan. Sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat, maka langkah-langkah yang diterapkan dalam
pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan awal dimulai dengan mengucap salam dan menanyakan kabar, mempersiapkan
kelas untuk memulai pelajaran, mengajak siswa untuk mengucap basmalah secara bersama. Membuka
pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Memberikan motivasi untuk bersemangat belajar.
Menumbuhkan percaya diri dengan memberikan dorongan dan kesempatan kepada siswa untuk berani
mengemukakan pengetahuan awalnya tentang kerajaan-kerajaan yang ada di nusantara.
Pada kegiatan inti dari proses pembelajaran, peneliti menampilkan gambar kerajaan-kerajaan
yang ada di nusantara menggunakan kertas kambing, Peneliti memberikan informasi tentang
kompetensi yang ingin dicapai, peneliti menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Peneliti
megelompokkan siswa menjadi 2 kelompok. Kelompok 1 mendapat kartu soal, kelompok 2 mendapat
kartu jawaban. Kemudian guru memberikan kesempatan untuk siswa memahami materi pelajaran,
sebelum memulai permainan guru memberikan kepada tiap siswa dalam kelompoknya 1 jawaban/soal.
Guru mengarahkan kepada setiap siswa untuk mencari pasangan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
selama 5 menit. Kemudian siswa yang sudah menemukan pasangannya, membacakan soal dan jawaban
yang mereka peroleh, dan siswa lainnya memberi tanggapan atas pertanyaan dan jawaban yang
dipaparkan oleh temannya. Guru meluruskan kembali jika ada jawaban siswa yang kurang tepat dan
memberikan umpan balik dan penguatan terhadap hasil pembelajaran pada siswa.
Pada kegiatan akhir, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran,
menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Kemudian mengarahkan siswa untuk
berdo’a dan mengucap salam. Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus II, peneliti memberikan tes hasil
belajar II untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa menguasai pelajaran yang telah disampaikan.
Test dikerjakan secara individual.
3. Observasi
Berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan oleh peneliti pada siklus
II dan berdasarkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa dalam pelaksanaannya bisa
dikategorikan maksimal. Adapun hasil observasi guru yang diamati oleh observer (wali kelas IV)
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
1. Dari pengamatan terhadap guru (peneliti) diperoleh temuan sebagai berikut :
a) Penyampaian materi pelajaran sudah jelas sesuai dengan rencana pengajaran.
b) Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa.
c) Guru dapat mengelola pembelajaran dengan baik dan benar.
d) Guru dapat membimbing siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.
e) Guru dapat mengarahkan siswa dalam pembelajaran.
2. Dari pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan sebagai berikut :
a) Siswa lebih termotivasi dan bersemanagat dalam melakukan pembelajaran.
b) Suasana ketika kegiatan pembelajaran berlangsung lebih terkendali dan tertib.
c) Siswa dapat memaparkan pemikirannya.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi guru dan siswa bahwa proses pelaksanaan tindakan pada siklus II telah
menunjukkan peningkatan yang sangat memuaskan jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Hasil
evaluasi dan observasi pelaksanaan tindakan siklus II telah menunjukkan peningkatan yang maksimal.
Pada tahap ini peneliti bersama guru kelas IV sebagai observer (pengamat) secara kolaborasi mengamati
dan mengevaluasi hasil belajar siswa pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Dari hasil seluruh
kegiatan yang dilakukan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa:
1) Peneliti melaksanakan tugasnya dengan baik pada pembelajaran walaupun masih ada yang
perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya.
2) Melakukan observasi semua kegiatan yang dilakukan peneliti dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
3) Dengan menerapkan model pembelajaran make a match ini dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IV.
Hasil belajar siswa berdasarkan hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa dari 24 siswa pada tes
belajar nilai rata-rata siswa adalah 72,7%. Siswa yang tuntas dalam proses pembelajaran adalah 22
orang dan siswa yang tidak tuntas ada 2 orang. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa
pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan. Hal ini dikarenakan hanya 2
orang siswa yang memperoleh nilai dibawah 70 standar ketuntasan belajar minimal (SKBM).
Pembahasan Penelitian
Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian yang ditemukan melalui pre test dan post test,
penerapan model pembelajaran Make A Match dalam proses pembelajaran IPS terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan, berhasilnya guru membangun rasa percaya diri
dan semangat siswa untuk belajar dan mampunya guru mendesain pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan sehingga pembelajaran berhasil dilaksanakan.
Pada test awal dari 24 siswa jumlah siswa yang tuntas hanya 4 orang (17%), Sedangkan 20
siswa (83%) dinyatakan tidak tuntas dengan nilai rata-rata (47,8%). Setelah pemberian tindakan
penerapan model pembelajaran Make A Match pada siklus I diperoleh hasil persentase ketuntasan
belajar siswa sebesar (42%) dengan nilai rata-rata (64,8%) dengan jumlah siswa yang tuntas 10 orang
dan siswa yang belum tuntas 14 orang (58%).
Berdasarkan analisis data siklus I diperoleh kesimpulan sementara bahwa penerapan model
Make A Match yang dilakukan peneliti belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga perlu
perbaikan dan pengembangan dengan menggunakan model Make A Match pada siklus II. Pada siklus
II siswa memperoleh nilai rata-rata 72.7% dengan jumlah siswa yang tuntas 22 orang (92%) dan siswa
yang tidak tuntas berjumlah 2 orang (8%). Lebih jelasnya peningkatan hasil belajar dapat dilihat rata-
rata saat test awal, hasil belajar siklus I dan pada siklus II, seperti tabel di bawah ini :
Tabel 5. Hasil Belajar Siswa Pada Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
No Deskripsi Nilai Nilai Rata-rata

1 Tes awal 47,8%

2 Siklus I 64,8%

3 Siklus II 72,7%

Pada tindakan siklus II merupakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I.
Dari tes hasil belajar diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat, hal ini berarti pembelajaran dengan
menggunakan model Make A Match yang dilaksanakan peneliti dapat meningkatkan hasil belajar IPS
pada siswa kelas IV SDN 8 Lubai. Hal tersebut dapat dilihat pada perubahan hasil belajar siswa dimulai
pra tindakan, siklus I dan siklus II .
Berdasarkan hasil peneliti dan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa upaya
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dalam menyesuaikan soal-soal yang diberikan. Dengan demikian pembelajaran model
Make A Match mempunyai peranan penting sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan analisi data pada penelitian ini, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Penerapan model pembelajaran Make a match tentang kerajaan-kerajaan yang ada di
nusantara dapat meningkatkan proses pembelajaran guru dan siswa kelas IV SD Negeri 8
Lubai.
2. Penerapan model pembelajaran Make a match tentang kerajaan-kerajaan yang ada di
nusantara dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 8 Lubai.
Saran
Adapun beberapa saran yang dianggap perlu untuk dipertimbangkan dan dipergunakan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti berikutnya, dapat menjadi rujukan dengan mengembangkan dan memberikan inovasi-
inovasi terbaru untuk pendekatan Model Pembelajaran Make a Match pada materi dan pembelajaran
lain.
2. Bagi guru, sebaiknya membuat banyak kartu yang lebih menarik lagi contohnya menambahkan
gambar mengenai materi yang diajarkan sehingga siswa lebih fokus dan mening- katkan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi sekolah, sebaiknya selalu mendukung dan memfasilitasi guru dalam menerapkan model-model
pembelajaran sebagai salah satu upaya mengembangkan sekolah kearah yang lebih baik terutama dalam
kualitas pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran make a match.
4. Bagi siswa, sebaiknya memperhatikan dan mengikuti semua langkah-langkah sesuai dengan model
make a match agar terlaksana dengan baik.

DAFTAR RUJUKAN
Asrul, M., Jannah, N., & Natsir, N. A. M. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Scramble Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Juara SD: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah Dasar,
1(2).
Asyhariyah, S. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Index Card Match (ICM) untuk Meningkatkan
Keaktifan Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas IX MTs Negeri Gem- olong. Ijtimaiya:
Journal of Social Science Teaching, 2(2).
Darmawan. (2020). Peningkatan Hasil Bela- jar Siswa Dengan Pembelajaran Kooperatif Make a match
Pada Aplikasi Jarak Dan Perpindahan. GE- OGRAPHY: Jurnal Kajian, Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan, Vol. 8, No. 1.
Djabba, Rasmi. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 48 Parepare. Klasikal: Journal of Education, Languege
Teaching and Science. Vol 2(1). Hal 24.
Fajar, Hasnah, & Syafrudding. (2018). Pen- erapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heat To- gether Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematikan Kelas XI. Jurnal Publikasi
Pendidikan, 1(1), 21 – 28.
Hakim, A., Yulia, Y., & Rahmadani, R. (2022). Penerapan Model Pembelaja- ran Kooperatif Tipe Two
Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Keberagaman Suku Dan Budaya Di
Indonesia Siswa SD Kelas IV. JIKAP PGSD: Jurnal Ilmiah Ilmu Kependidikan, 6(2), 431-437
Israwaty, I., Fajar, & Muliasari, V. (2020).
Penerapan Pendekatan STEM (Sci- ence, Technology, Engineering, and Mathematics) : Experiment
Box untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Macam-macam Gaya di Kelas IV UPT SDN
62 Pinrang. Jurnal Publikasi Pendidikan, 10(10), 1–6.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Grub Penerbitan Cv Budi Utama.
Rukin. (2019). Metodologi Penelitian Kuali- tatif. Jakarta: Yayasan Anmar Cen- dekia Indonesia.
Saputra, N., Zhanty, L. S., Gradini, E., Jah- ring, Rif'an, A., & Ardian. (2021). Penelitian Tindakan
Kelas. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Zahrah, Nurjannah, & Syam, N. (2021). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Lima Di Kabu- paten Pinrang. Jurnal
Of Education. Vol 1 (2).

Anda mungkin juga menyukai