BAHASA INDONESIA
KELAS : AP 03
NIM : 210403501035
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI DI KELAS X-2
SMA NEGERI 4 BANDUNG
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup
besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya.
Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam
perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa
sebagai generasi penerus dibentuk.
Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata,
disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup
besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada permasalahan klasik yakni kualitas
pendidikan. Kualitas pendidikan disini termasuk juga ke dalamnya adalah kualitas pembelajaran
dan salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa menunjukkan rendahnya kualitas pembelajaran. Hal ini terjadi di
banyak sekolah, salah satunya SMA Negeri 4 Bandung. SMA Negeri 4 Bandung termasuk ke
dalam salah satu SMA Negeri favorit di Kota Bandung, namun dalam mata pelajaran Geografi,
hasil belajar siswa sekolah tersebut masih kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Geografi Kelas X-2 di SMAN 4
Bandung, perhatian siswa selama pembelajaran Geografi sangatlah minim. Hal itu terlihat dari
banyaknya siswa yang tidak memperhatikan dengan benar selama pembelajaran berlangsung
seperti mengobrol di kelas atau tertidur, sehingga guru perlu terus menerus menegur siswa.
Sedangkan hasil wawancara dengan siswa menyebutkan bahwa Geografi dianggap sebagai
pembelajaran yang membosankan dan sulit dimengerti. Sehingga setiap diadakan test oleh
guru, siswa kesulitan untuk menjawab karena tidak paham. Akibatnya, hasil belajar pun rendah.
Berdasarkan daftar nilai rapor tengah semester genap tahun pelajaran 2010/2011 mata
pelajaran geografi kelas X-2 menunjukan perolehan nilai yang bervariasi. Hanya 21 orang siswa
atau sekitar 52,5% dari 40 siwa yang mendapat nilai ≥ 70. Sedangkan 19 orang siswa (47,5%)
mendapat nilai < 70. Padahal nilai 70 adalah nilai yang ditetapkan oleh sekolah untuk mata
pelajaran Geografi sebagai kriteria ketuntasan mengajar (KKM). Hal tersebut berarti, hampir
setengah dari jumlah siswa kelas X-2 tidak tuntas dalam mata pelajaran Geografi.
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi mungkin saja disebabkan karena
guru terus menerus menggunakan metode ceramah. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran
seolah-olah terpusat pada guru sedangkan siswa hanya diam dan mendengarkan. Pembelajaran
seolah-olah berlangsung dalam satu arah, yaitu transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
Bercermin dari masalah tersebut, maka guru memerlukan metode lain untuk meningkatkan
hasil belajar siswa agar dapat lebih memuaskan. Maka dalam penelitian ini, penulis akan
mencoba untuk menerapkan metode pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar
pada mata pelajaran Geografi di Kelas X-2.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
X-2 SMAN 4 Bandung dalam pembelajaran Geografi?
2. Bagaimanakah hasil belajar kognitif siswa kelas X-2 SMAN 4 Bandung dalam pembelajaran
Geografi?
3. Bagaimanakah hasil belajar afektif siswa kelas X-2 SMAN 4 Bandung dalam pembelajaran
Geografi?
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas X-2 SMA Negeri 4 Bandung dalam pembelajaran Geografi.
2. Untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa kelas X-2 SMAN 4 Bandung dalam
pembelajaran Geografi.
3. Untuk mengetahui hasil belajar afektif siswa kelas X-2 SMAN 4 Bandung dalam pembelajaran
Geografi.
E. MANFAAT
1. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi. Selain itu siswa juga
mendapat pengalaman belajar yang berbeda dari biasanya serta meningkatkan keaktifan dan
keterampilan berkomunikasi dalam sebuah kegiatan pembelajaran.
2. Bagi Guru
Dapat menambah wawasan dan kemampuan mengenai metode inkuiri serta membantu
memberikan jalan keluar bila menghadapi masalah mengenai hasil belajar siswa.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi guru sekolah lain agar memilki
kepedulian terhadap permasalahan pembelajaran, untuk mencari solusi terbaik bagi
pemecahannya dan meningkatkan kualitas pembelajaran.
1. Kajian Teoritis
Istilah inkuiri berasal dari Bahasa Inggris “inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan.
Piaget, dalam E. Mulyasa (2007 : 108) mengemukakan bahwa inkuiri adalah metode yang
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas
agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
dan mencari jawabannya sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lainnya, membandingkan apa yang ditemukan dengan apa yang ditemukan
peserta didik lain yang lain. Metode pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang
bernama Suchman. Suchman meyakinin bahwa peserta didik merupakan individu yang penuh
rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan langsung
kepada mereka.
Wina Sanjaya (2008:196) mengemukakan pengertian tentang metode inkuiri sebagai berikut :
Metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir
secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari sauatu
masalah yang ditanyakan, proses berpikir itu sendiri bisa dilakukan melalui tanya jawab antar
guru dengan siswa.
Metode inkuiri adalah sebuah model pembelajaran yang mampu menciptkan peserta didik yang
cerdas dan berwawasan. Dengan metode ini peserta didik dilatih untuk selalu berfikir karena
membiasakan peserta didik memecahkan suatu masalah sendiri. Model ini bertujuan untuk
melatih kemampuan peserta didik dalam meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan
masalah secara ilmiah.
Inkuiri merupakan metode yang bersifat student center (berpusat pada siswa) dan guru di sini
berperan sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah kerja siswa. Para peserta didik
didorong untuk mencari pengetahuan sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.
Dari seluruh uraian serta pendapat-pendapat para ahli pendidikan di atas, maka penulis
menyimpulkan bahwa inkuiri merupakan metode pembelajaran yang mencoba memberikan
pengalaman langsung kepada siswa untuk melakukan secara nyata proses pembelajaran yang
melibatkan seluruh aspek kemampuan siswa. Sehingga dengan melaksanakan langsung
keterlibatannya pada saat kegiatan pembelajaran siswa menjadi semakin yakin dengan
kemampuan yang dimilikinya sehingga proses pembelajaran benar-benar terjadi, dan akhirnya
terjadilah perubahan pada diri siswa baik perubahan pengetahuan, pemahaman, pengalaman,
serta tingkah laku.
Joyce mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan
inkuiri bagi siswa. Kondisi tersebut, antara lain :
• Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi; Hal ini
menuntut adanya suasana bebas (permisif) di dalam kelas, dimana setiap siswa tidak
merasakan adanya tekanan dan hambatan untuk mengemukakan pendapatnya.
• Inkuiri berfokus pada hipotesis; siswa perlu menyadari bahwa pada dasarnya semua
pengetahuan bersifat alternative.
• Penggunaan fakta sebagai evidensi; di dalam kelas dibicarakan validitas dan reliabilitas
tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis pada umumnya. Di dalam
pelaksanaan metode pembelajaran inkuiri, ada kondisi- kondisi umum yang perlu diperhatikan
supaya metode tersebut dapat tercipta dalam proses pembelajaran di sekolah.
• Kemampuan berfikir siswa diproses dalam situasi dan keadaan yang benar dihayati dan
diamati sendiri
• Membina dan mengembangkan sikap rasa ingin tahu atau sikap penasaran dan cara berfikir
objektif, kritis, analisis baik secara individual maupun secara kelompok.
Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran pada metode pembelajaran inkuiri adalah :
• keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; kegiatan belajar di sini
adalah kegiatan mental intelektual dan social emosional.
• mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self belief) tentang apa yang ditemukan
dalam proses pembelajaran inkuiri. Sasaran utama dalam kegiatan pembelajaran pada metode
inkuiri berpusat pada perkembangan kepribadian dan intelektual siswa.
• Orientation : siswa mengidentifikasi masalah, dengan arahan guru terutama yang berkaitan
dengan situasi kehidupan sehari-hari.
• Hypothesis : kegiatan menyusun suatu hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai
antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang diajukan.
• Exploration : pada tahap ini hipotesis diperluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dan
asumsi yang dikembangkan dari hipotesa tersebut.
• Evidencing : fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi
hipotesa tersebut/
• Generalization : pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil
kesimpulan terhadap pemecahan masalah.
6).Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Inkuiri
Dalam buku Suharismi (2008:76-77), teknik inkuiri ini memiliki keunggulan sebagai berikut :
• Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri sendiri, sehingga siswa
dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
• Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
• Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur,
dan terbuka/
• Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi.
• Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini
memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkuiri dengan cepat, dan dengan pelatihan
mereka akan terampil melakukan inkuiri.
• Guru kurang memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk berfikir dengan baik.
• Siswa tidak segera tahu apakah hipotesisnya itu betul atau salah.
Belajar mengandung dua pokok pengertian yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar disini
dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku,
sedangkan perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil belajar. Keberhasilan belajar di
sekolah biasanya ditunjukkan dari prestasi yang membanggakan. Berhasil baik atau tidaknya
belajar, tergantung kepada bermacam-macam factor. Adapun faktor-faktor itu dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu factor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut
sebagai factor individual dan factor yang ada di luar individu yang disebut sebagai factor social.
Yang termasuk ke dalam factor individual antara lain : factor kematangan pertumbuhan,
kecerdasan, latihan, motivasi, dan factor pribadi. Sedangkan yang termasuk ke dalam factor
social antara lain factor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat
yang digunakan dalam mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi
social.
Hasil belajar merupakan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar yang bersifat relative
menetap dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Hasil belajar dalam pengertiannya
banyak berhubungan dengan tujuan pembelajaran. Tipe-tipe hasil belajar biasanya tercantum
dalam tujuan yang ingin dicapai. Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan intelektual, sikap,
maupun keterampilan psikomotor. Benyamin Bloom mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam
tiga domain yaitu domain kognitif, domain afektif, dan psikomotor. Bloom membagi masing-
masing domain ke dalam tingkatan-tingkatan kategori yang dikenal dengan istilah Bloom’s
Taxonomy.
a. Ranah Kognitif
Berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek yang pertama
disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b. Ranah Afektif
Berhubungan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi,
penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah Psikomotoris
Berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris, yakni gerakan reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,
keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif serta
interpretative.
Menurut Keller, hasil belajar adalah prestasi actual yang ditampilkan oleh anak sedangkan
usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar. Ini berarti bahwa
besarnya usaha adalah indicator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh
besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan anak terhadap materi yang akan
dipelajari. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari
seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative
menetap.
2. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritis yang mendasari penelitian tindakan ini, maka hipotesis tindakan
yang diajukan atas permasalahan adalah : metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas X-2 di SMA Negeri 4 Bandung pada mata pelajaran Geografi.
G. RENCANA PENELITIAN
1. Setting Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di kelas X-2 dengan jumlah siswa 40 terdiri atas laki-laki 18 orang
dan perempuan 22 orang.
a. Siswa : Hasil belajar, meliputi nilai post test, keaktifan, dan respon.
3. Rencana Tindakan
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas 2 tindakan.
Siklus I
a. Perencanaan
• Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan sesuai dengan
kompetensi dasar dan indicator yang dipilih dengan menggunakan metode pembelajaran inkuiri
secara kolaboratif bersama observer.
• Merancang alat evaluasi berupa LKS (lembar kerja siswa) dan soal-soal tertulis secara angket
b. Pelaksanaan
• Melaksanakan tindakan penelitian sesuai dengan RPP yang telah dirancang dengan
menggunakan metode pembelajaran inkuiri.
c. Refleksi
Merenungkan sambil mengevaluasi tentang apa-apa saja rencana dan tindakan yang sudah
tercapai dan apa yang belum dapat dan sempat dilakukan pada siklus I. Berdasarkan hasil
refleksi ini, peneliti dan guru mitra merumuskan kembali rencana pembelajaran untuk
ditindaklanjuti pada tindakan berikutnya.
Siklus II
a. Perencanaan
• Merevisi dan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan
sesuai dengan kompetensi dasar dan indicator yang dipilih dengan menggunakan metode
pembelajaran inkuiri secara kolaboratif bersama observer.
• Merancang kembali alat evaluasi berupa LKS (lembar kerja siswa) dan soal-soal tertulis secara
angket
b. Pelaksanaan
c. Refleksi
Merenungkan sambil mengevaluasi tentang apa-apa saja rencana dan tindakan yang sudah
tercapai dan apa yang belum dapat dan sempat dilakukan pada siklus II. Apabila tujuan
pembelajaran telah tercapai maka akhir tindakan dibuat kesimpulan dan hasilnya dilaporkan.
4. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada yang disebut dengan data kualitatif dan ada yang disebut dengan data
kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan dengan penggunaan tindakan (deskriptif) , sedangkan
data kuantitatif diperoleh dari hasil test, observasi, wawancara, dan angket.
a. Hasil Test
Test digunakan untuk mengumpulkan data tentang pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
geografi. Tes diberikan dalam dua macam yaitu tes subjektif dan tes pilihan ganda (multiple
choice test).
b. Observasi
Menurut Kasbolah (1988/1999:91), observasi adalah semua kegiatan yang ditunjukkan untuk
mengamati, merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang
dicapai (perubahan yang terjadi) baik yang ditimbulkan oleh tindakan yang terencana maupun
akibat sampingannya.
c. Wawancara
d. Angket
Angket merupakan sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap subjek
peneliti (siswa) dengan meminta jawaban dengan dasar pengetahuan dan keyakinan
pribadinya. Angket diberikan setelah selesai proses pembelajaran.
5. Indikator Keberhasilan
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Geografi melalui penggunaan metode pembelajaran
inkuiri dikatakan meningkat manakala siswa telah mendapatkan nilai minimal 70 sebagai syarat
kriteria ketuntasan mengajar. Maka penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil belajar siswa
meningkat sampai mencapai nilai ≥ 70 dan 75 % siswa mencapai KKM, dimana pada setiap
tindakannya naik ≥ 5%.
H. DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada
Media.