Anda di halaman 1dari 10

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pelajaran Bahasa Indonesia Dengan

Pendekatan Saintifik Melalui Model Problem Based Learning (PBL) Di SDIT


Al-Fikri

Aprilia Puspitasari1),
Dewi Amiroh2)

1)Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Terbuka
2)Dosen PendidikanFisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Khairun

E-mail: puspitapril86@gmail.com1), dewiamiroh@unkhair.ac.id2)

ABSTRAK

Penelitian ini mengacu pada rendahnya minat dan hasil belajar siswa kelas III SDIT Al-Fikri tahun
ajaran 2022-2023 pada pelajaran Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu
bagaimana pendekatan saintifik melalui model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan
pembelajaran Bahasa Indonesia materi lambang pramuka dan simbol rambu petunjuk arah.
Penelitian ini berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus kemudian
setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan. Subjek penelitian siswa kelas III SDIT Al Fikri yang
berjumlah 30 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran melalui
pendekatan saintifik dengan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan aktifitas belajar
siswa kelas III SDIT Al-Fikri tahun pelajaran 2022/2023. Ini terlihat dari adanya peningkatan rata-
rata kelas yang pada tes awal sebesar 56.44, siklus 1 terjadi peningkatan 68,0, sedangkan pada
siklus II juga meningkat menjadi 80,5. Sedangkan hasil belajar dari siklus I, untuk siswa tuntas
belajar (nilai ketuntasan 60) pada tes awal hanya berjumlah 15 siswa dengan persentase 47%, pada
siklus 1 sebanyak 23 siswa dengan persentase 72% dan pada tes siklus II semakin meningkat
menjadi 32 siswa dengan persentase 100%.

Kata kunci: Hasil Belajar, PBL, pendekatan saintifik.

Pendahuluan

Pendidikan formal menerapkan prinsip dasar membangun pengetahuan,, kepribadian, akhlak


dan budi pekerti. Dengan demikian, pemberian informasi dasar tentang pendidikan formal
berpengaruh positif terhadap kualitas pendidikan pada jenjang selanjutnya. Kemampuan untuk
melakukan perubahan paradigma dalam belajar, bagaimana mengubah cara belajar dengan peran
seorang guru sebagai fasilitator, sangat berperan penting dalam kelancaran fungsi pendidikan
formal. Dewasa ini pembelajaran pada pendidikan formal mengalami banyak perubahan,
perubahan fokus dan arah pembelajaran.
Pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa. guru harus
menciptakan suasana belajar yang melibatkan interaksi siswa. Oleh karena itu, perlu diciptakan
suasana belajar dengan hubungan antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa lainnya.
hubungan yang baik membutuhkan investasi dalam merangsang dan mengembangkan
pembelajaran siswa. Kegiatan ini menentukan keberhasilan belajar dan tujuan belajar. Untuk itu
diperlukan guru yang aktif. Kegiatan belajar yang sukses didukung oleh strategi atau metode yang
digunakan.
Penggunaan strategi pembelajaran penting karena memfasilitasi pembelajaran untuk hasil
yang optimal. Tanpa pembelajaran, strategi tidak berjalan efektif dan efisien. Namun, ternyata
selama belajar Bahasa Indonesia di SDIT Al Fikri kelas III, masih ditemukan bahwa suasana
belajar yang menyenangkan belum tercapai.
Disadari bahwa khususnya dalam pengenalan pramuka dan simbol penunjuk arah sebagian
siswa masih belum paham dan belum bersemangat mengikuti pembelajaran.Pengamatan pertama
yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa siswa tidak menunjukkan minat dan ketertarikan
dalam belajar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap tidak antusias dengan menjadi siswa yang
pasif, sehingga pembelajaran yang efektif dan menyenangkan tidak tercapai.
Keadaan tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa menjadi rendah terutama saat
mempelajari Bahasa Indonesia, materi pramuka dan simbol petunjuk arah. Hasil belajar siswa yang
kurang baik terlihat pada 15 siswa yang nilainya dibawah KKM, hanya 17 siswa dari 32 siswa di
kelas III B yang berhasil .
Hal ini terjadi karena guru menyampaikan materi kurang menarik dan membosankan, model
pembelajaran yang digunakan kurang variatif yaitu hanya menggunakan metode pembelajaran
klasikal sehingga kurang menarik bagi siswa, dan materi hanya berpusat pada guru. Berdasarkan
pada fakta diatas, diperlukan inovasi yang dapat menggugah semangat siswa dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia. Sehingga guru dituntut untuk selalu kreatif, dengan salah satunya melakukan
pembelajaran menggunakan metode PBL (Problem Based Learning) kurikulum 2013 yang
dilaksanakan dengan pendekatan saintifik (sientific approach), yaitu suatu gagasan ( dalam tataran
filosofis) pencapaian tujuan yang dapat dicapai oleh siswa, di mana saja, dan kapan saja.
Pendekatan saintifik digunakan oleh setiap guru pada mata pelajaran apapun untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Problem based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang terdiri dari
masalah nyata, berfikir kritis dan memiliki keterampilan memecahkan masalah, serta pengetahuan
(Duch, 2001)
Strategi guru juga memainkan peran penting dalam pencapai tujuan pembelajaran. Guru
harus memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat agar proses belajar siswa berjalan
dengan baik. Dengan cara ini, guru dapat mudah mengidentifikasi strategi pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Jika strategi pembelajaran diterapkan dengan
benar, maka kegiatan belajar mengajar akan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan dan siswa
lebih cepat menyerap pelajaran. Ini lebih mudah untuk memenuhi harapan keberhasilan akademik.
Pembelajaran berbasis masalah dapat dilihat sebagai jenis pengembangan program dan
sistem bimbingan yang mengembangkan strategi pemecahan masalah, simulasi, dan basis
pengetahuan dan keterampilan di mana siswa secara aktif berpartisipasi dalam memecahkan
masalah sehari-hari yang kurang terstruktur. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dirumuskan
masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana pendekatan saintifik dipadukan dengan Model
Pembelajaran Berbasis masalah (PBL) meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia di SDIT Al
Fikri.
Bedasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari penelitian untuk mengetahui bagaimana
pendekatan saintifik menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan
hasil belajar dan aktivitas belajar. Penelitian ini berfokus pada pendekatan saintifik yang
dipadukan dengan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) untuk meningkatkan hasil dan
aktivitas belajar mata pelajaran bahasa Indonesia melalui pengenalan pathfinder dan pedoman di
SDIT Al-Fikri.

Metode

Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kualitatif.


Tujuan dari penelitian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas guru dan hasil belajar
melalui penggunaan metode dan media baru yang lebih kreatif dan inovatif. Penelitian tindakan
kelas adalah penelitian yang berpusat pada kelas yang tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan kualitas dan hasil pengajaran yang dipimpin guru di kelas (Hamzah & Sraini, 2013).
Subyek penelitian ini adalah siswa kelasIII SDIT Al-Fikri.
Penelitian ini melibatkan 32 mahasiswa dan peneliti yang menggunakan teknik non random
sampling dimana peneliti menentukan sampel dengan menetapkan karakteristik tertentu untuk
menjawab masalah penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data diperlukan untuk
mengetahui bagaimana pembelajaran berbasis masalah meningkatkan hasil belajar siswa dalam
bahasa Indonesia. Analisis data adalah studi,deskripsi, dan integrasi beberapa elemen data untuk
menarik kesimpulan tentang tindakan yang diambil.
Dalam studi analisis komparatif, analisis dilakukan pada saat penelitian, yaitu dari awal
pengajaran di Siklus 1 sampai akhir Siklus 2.Siklus 2 meliputi tindakan untuk meningkatkan fungsi
Siklus 1. Dilakukan perbandingan a ntara Siklus 1 dan Siklus II, dan dianalisis seberapa besar
peningkatannya dalam nilai. berada di antara Siklus 1 dan 2 adalah. Analisis ini merupakan analisis
deskriptif komparatif.
Jika hasil penelitian siklus kedua lebih baik dari siklus pertama dan siswa diterima dalam
KKM, kemudian keberhasilan seluruh kelas juga menentukan keberhasilan penelitian in. dalam
penelitian ini, 90 persen dianggap berhasil untuk setiap siklus hasil tes.
Untuk mengetahui seberapa kuat respon siswa terhadap pembelajaran, peneliti
menggunakan hasil observasi yang kemudian dianalisis secara deskriptif dan kualitatif. Unsur-
unsur Selama proses pembelajaran diamati reaksi siswa terhadap pembelajaran,semangat belajar
dan partisipasi aktif dalam pembelajaran.

Hasil Dan Pembahasan

Hasil

1. Prasiklus
Kegiatan awal penelitian, langkah awal melakukan kegiatan observasi atau mengamati
perkembangan kegiatan pembelajaran. Hasil instrumen tabel observasi yang terdiri dari tabel
observasi pembelajaran dan formulir tes formatif dianalisis untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam proses pembelajaran. Saat belajar, anda dapat melihat ini sebagai berikut:
a. Siswa ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan.
b. Dia tidak berani tampil di depan kelas.
c. Mukanya sedih, posisi duduknya terkesan kaku.
d. Kurang bersemangat menanggapitindakan guru.
e. Menunjukan sikap bosan saat belajar, dibuktikan dengan siswa menyendiri, mengobrol dan
menguap.
Situasi ini mengakibatkan hasil belajar yang buruk. Dari 32 siswa, hanya 15 (47%) yang
memenuhi kriteria ketuntasan (KKM), sedangkan 17 siswa (53%) tidak tuntas. Jika nilai minimal
kesempurnaan adalah 60. Hasil belajar siswa ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
perolehan nilai rata- persentase Jumlah persentase jumlah tidak
nilai rata lulus lulus tdk lulus lulus
Pra siklus 56,44 47% 15 53% 17
Tabel 1. Hasil belajar siswa prasiklus
Pada tahap ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa adalah 56,44, nilai tersebut masih
belum memenuhi kriteria kesempurnaan minimal (KKM).
Rendahnya hasil belajar disebabkan karena guru memberikan materi yang kurang menarik dan
membosankan, model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi. Selain itu, sikap guru
menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran, misalnya:
a. Guru kurang fokus saat pembelajaran berlangsung.
b. Siswa yang kurang bergaul.
c. Kurang menghargai jawaban siswa.
d. Guru kurang memperhatikan ketika kelas bereaksi negatif terhadap jawaban siswa yang salah
dan kurang memperhatikan penjelasan dan tugas dari guru.
2. Siklus I
Pada Siklus 1, peneliti meminta siswa untuk mengerjakan tugas kelompok agar mereka dapat
mempelajari tentang tanda -tanda. Rambu adalah petunjuk atau pemberitahuan bagi pengemudi
atau pengguna jalan tentang arah perjalanan atau letak kota yang akan dituju dan letaknya. Para
siswa kemudian dibagi menjadi lima kelompok yang masing-masing menentukan arah dan lokasi.
Siswa diminta mengisinya dengan cara menuliskannya di papan tulis, mengisinya sesuaidengan
posisi titik pada gambar, kemudian mempresentasikannya di depan kelas.
Sebelum mengerjakan tugas kelompok peneliti terlebih dahulu memberikan motivasi
terhadap semangat belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran mari mengenal simbol dan
rambu-rambu dan marka jalan patroli, mengungkap pengalaman serta pengetahuan awal yang
dimiliki peserta didik mengenai materi yang akan dipelajari.
Kemudian peneliti menjelaskan tentang lambang dan lambang materi edukasi (rambu lalu
lintas, pramuka dan lambang negara), dengan mengamati benda-benda yang ada di sekitar.
Membagikan latihan berupa lembar kerja yang telah disediakan, dan selanjutnya peserta didik
diminta untuk mengerjakannya secara berkelompok. Sebagai tindak lanjut, guru memberikan tugas
kepada siswa agar di luar jam pelajaran atau di rumah guna meningkatkan pemahaman materi
yang telah diberikan. Beberapa siswa ketika diberikan materi tentang simbol petunjuk arah sudah
mulai ada yang banyak bertanya dan paham dengan materinya.
Apalagi ketika guru sebelum memulai pembelajaran mengadakan kegiatan penyemaangat
(Ice Breaking). Menerangkan materi petunjuk arah dengan gambar berwarna tampak terlihat
banyaknya siswa yang mulai fokus dan banyak bertanya dengan materi yang disampaikan. Dengan
keadaan demikian maka dikatakan aktivitas siswa sudah mulai meningkat tetapi belum begitu
signifikan, karena masih ada siswa yang kurang fokus dan tidak paham materi yang disampaikan.
Semakin aktifnya siswa,maka hasil belajar siswa juga meningkat. Hasil belajar siswa siklus I
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
perolehan nilai rata- persentase persentase jumlah tidak
jumlahlulus
nilai rata lulus tdk lulus lulus
Siklus 1 68 72% 23 28% 9
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
Nilai rata-rata yang diperoleh siswa meningkat menjadi 68, nilai ini telah memenuhi kriteria
KKM. Tingkat ketuntasan pada siklus 1 telah meningkat jadi 72% atau 23 siswa, namun
dikarenakan masih terdapat 28% atau 9 siswa yang nilainya masih belum mencapai KKM maka
dilakukanlah perbaikan pembelajaran siklus 2.
Dari data dapat disimpulkan pendekatan saintifik melalui model problem based learning
hasil belajar siswa sudah meningkat tetapi belum signifikan. Hal tersebut karena masih terdapat
beberapa siswa yang belum mencapai batas minimal KKM maka peneliti melanjutkan ke siklus II.
3. Siklus II
Sebelumnya telah dilaksanakan proses kegiatan pembelajaran siklus I, namun hasil yang
didapatkan masih kurang maksimal, untuk itu peneliti membuat kegiatan rencana perbaikan
pembelajaran siklus II menerapkan metode pembelajaran Problem Based Learning menggunakan
media gambar.
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan berupa:
a. Lakukan siklus kedua dari rencana studi pengembangan
b. Membuat lembar kerja siswa sebagai alat penilaian
c. siapkan lembar observasi untuk melihat kondisi pembelajaran di kelas
d. Menyiapkan media belajar berupa gambar
Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan langkah-langkah diantaranya yaitu:
a. Peneliti menyampaikan materi yang kemudia disimak oleh siswa
b. Siswa mengamati gambar tanda rambu lalu lintas yang telah disiapkan
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
d. Siswa secara berkelompok mengenali jenis rambu lalu lintas beserta artinya
e. Siswa secara berkelompok berdiskusi mengenairambu-rambu lalu lintas
f. Siswa diberikan soal oleh peneliti dan diselaskan secara berkelompok
g. Bersama dengan siswa, kami menarik kesimpulan tentang hasil pembelajaran hari ini
h. Ilmuwan mengkonfirmasi materi yang diberikan
Pada tahap observasi peneliti melaksanakan pengamatan mengenai jalannya proses
pembelajran pada siklus II. Dari hasil observasi dapat dilihat siswa lebih aktif dalam pembelajaran,
kemampuan siswa menguasai materi dan memecahkan masalah dikatakan berhasil.
Dengan keadaan demikian maka dikatakan aktivitas siswa sudah mulai meningkat dengan
signifikan. Hal ini terjadi karena hampir seluruh siswa mengenali masalahnya dengan baik, dalam
menggunakan tahapan pemecahan masalah dalam pembelajarannya pun keseluruhannya
meningkat Dengan meningkatnya aktivitas siswa maka hasil belajar siswa juga menjadi
meningkat. Dimana hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
perolehan nilai rata- persentase persentase jumlah tidak
jumlahlulus
nilai rata lulus tdk lulus lulus
siklus 2 80,5 100% 32 0% 0
Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Pada musim gugur II, terlihat bahwa nilai rata-rata murid adalah 80.50 yaitu nilai tersebut
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). 32 siswa lulus dengan persentase 100% dan yang
tidak lulus 0% . Menyelesaikan dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan
saintifik melalui model PBL hasil belajar siswa meningkat secara signifikan pada siklus ke-2. Hal
tersebut terjadi karena siswa sudah mampu menyampaikan pendapat, berinteraksi dengan guru dan
mampu mendemonstrasikan hasil pembelajaran kelompok dan ikut terlibat aktif dan kreatif dalam
mendiskusikan pembelajaran.
Pembahasan

Penulis menemukan bahwa kualitas masalah mempengaruhi kinerja kelompok, yang pada
gilirannya berdampak kuat pada waktu yang dihabiskan individu untuk belajar. Menghabiskan
lebih banyak waktu untuk belajar pribadi juga mengarah pada peningkatan hasil belajar. Model ini
telah disempurnakan dalam penelitian lain yang melihat lebih detail apa yang sebenarnya terjadi
pada siswa selama analisis masalah, penelitian individu, dan pelaporan.
Di sini, penulis menemukan bahwa kualitas masalah pembelajaran yang dihasilkan selama
tahap analisis masalah mempengaruhi seberapa baik mereka digunakan dalam studi individu.
Meningkatnya penggunaan masalah belajar dalam belajar mandiri juga mempengaruhi kualitas
penelitian siswa dengan mengarahkan mereka pada penjelasan yang lebih mendalam, sehingga
mempengaruhi kedalaman pembahasan selama periode pelaporan. Terakhir, “kedalaman berif
terhadap belajar siswa.
Pendekatan saintifik melalui model PBL dalam penelitian ini pembelajaran yang
menerapkan pendekatan saintifik pada tahapan pemecahan masalah melalui pembelajaran berbasis
masalah adalah siswa menggali konsep yang perlu dikuasainya sendiri, dan siswa didorong untuk
bertanya. dan berdebat melalui diskusi, mengasah keterampilan investigasi, dan mengkaji proses
kerja ilmiah lainnya.
Dengan menggunakan pendekatan saintifik, model pembelajaran PBL ini memungkinkan
siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dengan baik, menemukansemua jawaban atas masalah
melalui belajar mandiri dan bertukar informasi dalam diskusi kelompok, berinteraksi dengan baik
dengan teman sebaya, dan secara umum aktif melakukan langkah-langkah pembelajaran yang
sepenuhnya dimiliki siswa, berorientasi dan terpusat.
TUNTAS TIDAK TUNTAS NILAI RATA-
SIKLUS
Jumlah persentase jumlah persentase RATA
PRASIKLUS 15 47% 17 53% 56,44
SIKLUS 1 23 72% 9 28% 68,0
SIKLUS 2 32 100% 0 0% 80,5
Tabel 4. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Antar Siklus
Kegiatan pembelajaran prasiklus, Siklus I dan Siklus II seharusnya sudah berhasil. Hal ini
tercermin dari hasil belajar siswa yang meningkat dan aktivitas siswa yang meningkat selama sesi
pembelajaran. Siswa yang tingkat ketuntasan hanya 47% yang semula pada Siklus 1 meningkat
menjadi 72% yang kemudian pada Siklus II kecakapan berada pada (100%) atau semua siswa
dinyatakan lulus. Siswa aktif memberikan tanya jawab dan kerjasama antar siswa membuat mereka
semakin mantap untuk melaksanakan pembelajaran kelompok ini. Hal ini menunjukkan
pendekatan saintifik dan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dikelas Bahasa Indonesia tentang pelaksanaan patroli dan petunjuk di SDIT Al Fikri.

Kesimpulan

Menggunakan metode saintifik melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III SDIT Al-Fikri dalam mengenal
rambu-rambu jalan tahun ajaran 2022/2023. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai rata-rata kelas
pada tes pertama menjadi 56,44. Pada siklus 1 sebesar 68,0. siklus II sebesar 80,5. Jumlah siswa
yang mendapatkan nilai lulus (nilai kkm 60), angkanya adalah 47% (15 siswa) pada prasiklus ,
72% (23 siswa) pada Siklus 1 dan 100% (32 siswa) pada Siklus II.

DAFTAR PUSTAKA

Arsika, I Made Budi dkk. (2016). Buku Pedoman Problem Based Learning. Denpasar: Unit
Penjaminan Mutu Fakultas Hukum Universitas Udayana

Duch, B. J. (2001). The Power Of Problem Based Learning. Sterling, Virginia: Stylus.

Gultom, Maharani dan Dini Hariyati Adam (2018). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Problem
Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Di MTS Negeri Rantaupat. Jurnal
Pembelajaran dan Biologi Nukleus 4(2) 1-5.

Krissandi, Apri Damai Sagita dkk. (2018). Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk SD.
Bekasi:Media Maxima

Muslihun dan Abdul Wachid B.S. (2021). Analisis Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menggunakan Pendekatan Saintifik. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) Vol.5 No.3

Purbarani, Dyah Aini dkk. (2018). Pengaruh Problem Based Learning Bebantuan Media
Audiovisual Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Dan Hasil Belajar IPA Di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia 2(1) 24-34.
Sidiq, Ricu dkk. (2021). Model-Model Pembelajaran Abad 21. Kota Serang-Banten:
CV.AA.Rizky

Sofyan, Hermanto dkk (2017). Problem Based Learning Dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta:UNY Press

Suja, I Wayan (2019). Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Abad XXI. Disampaikan pada
seminar Doktor berbagi dengan tema Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Abad XXI
yang diselenggarakan oleh LPPPM Universitas Pendidikan Ganesha.

Syamsidah dan Hamidah Suryani. (2018). Buku Model Problem Based Learning (PBL).
Yogyakarta: Deepublish

Yusita, NK Pebry dkk (2021). Model Problem Based Learning Meningkatkan Hasil Belajar
Tematik Muatan Pelajaran Bahasa Indonesia. Journal for Lesson and Learning Studies
volume 4, Number 2,2021 pp.176-182.

Anda mungkin juga menyukai