Anda di halaman 1dari 10

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SDN 65 BANDA

ACEH PADA PELAJARAN TEMATIK DENGAN MATERI BENDA DI


SEKITARKU MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED
LEARNING TAHUN PELAJARAN 2021/2022

ERLIYANTI1
1
Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Terbuka

E-mail: Erliyanti@gmail.com

ABSTRAK
Problem Based Learning adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru
untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan dengan menggunakan masalah.
Penggunaan masalah dalam proses pembelajaran merupakan suatu bentuk kerja yang memuat tugas-
tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menantang dan
menuntun siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan
investigasi, serta memberikan kesempatan siswa untuk bekerja secara mandiri. Tujuan penggunaan
metode ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tematik di kelas III
SDN 65 Banda Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Tindakan
kelas. Subjek penelitian yaitu siswa kelas III sebanyak 24 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penggunaan metode problem Based Learning pada siklus I masih dalam ketegori rendah. Panguasaan
siswa pada tahap siklus II sudah menunjukkan kategori sedang. Sehingga antara siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan. Hasil penelitian menujukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata pelajaran
tematik dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning mengalami peningkatan
hasil belajar siswa.

Kata kunci: Problem Based Learning; Tematik; Hasil Belajar.

ABSTRACT
Problem Based Learning is a learning method that provides opportunities for teachers to manage
learning in the classroom by involving using problems. The use of problems in the learning process is
a form of work that contains complex tasks based on very challenging questions and problems and
leads students to design, solve problems, make decisions, carry out investigative activities, and
provide opportunities for students to work independently. The purpose of using this method is to
improve student learning outcomes in thematic subjects in class III SDN 65 Banda Aceh. The method
used in this research is classroom action research method. The research subjects were 24 students of
class III. The results showed that the use of the problem based learning method in the first cycle was
still in the low category. The mastery of students at the stage of the second cycle has shown a
moderate category. So that between cycle I and cycle II there was an increase. The results of the study
show that student learning outcomes in thematic subjects using the Problem Based Learning learning
method have increased student learning outcomes.

Keywords: Problem Based Learning; Thematic; Learning outcomes

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang


berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan potensinya, baik
jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang
menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik
yang berlangsung secara terus menerus guna mencapai tujuan hidupnya. Berdasarkan
rumusan tersebut, pendidikan bisa di pahami sebagai proses dan hasil (Rulam Ahmadi,
2014:38).
Pendidikan adalah salah satu sistem yang sangat strategis dalam membekali manusia
untuk menghadapi masa depannya, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat sehingga
pendidikan dan manusia saling berkaitan. Proses pendidikan terjadi perkembangan potensi
diri sehingga mempunyai kemampuan untuk menghadapi kehidupan dimasa depan. Seperti
diketahui, bahwa setiap pribadi mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda dalam hal ini
kurangnya hasil belajar yang harus ditingkatkan dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL).
Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia
seutuhnya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia.
Ibarat biji mangga bagaimanapun wujudnya jika ditanam dengan baik, pasti menjadi pohon
mangga dan bukannya menjadi pohon jambu. Maksudnya jika pendidikan yang di terima
seseorang itu baik maka hasil yang diaplikasi seseorang tersebut juga pasti baik, tidak
mungkin akan salah (Umar Tirtarahardja, 2005:1).
Menjadi guru adalah pekerjaan sungguh mulia. Seorang guru bertanggung jawab tidak
hanya menjadikan para anak manusia pandai dibidang ilmu pengetahuan, tetapi juga bermoral
baik dalam kehidupannya. Seorang manusia yang awal mulanya tidak mengerti apa-apa,
setelah mengenal dunia pendidikan manusia dapat memahami kehidupan secara lebih baik
dan mengenal dunia. Dipundaknya seorang guru terdapat tugas dan tanggung jawab
keberlangsungan masa depan generasi yang lebih cerdas dan berperadaban.
Proses pembelajaran yang diselenggarakan secara formal, kemampuan sangat
dibutuhkan oleh seorang guru sehingga ia mampu menjadikan peserta didiknya berminat
dalam proses pembelajaran. Faktor lain yang menunjang keberhasilanproses pembelajaran
adalah minat peserta didik untuk belajar dan berusaha. Namun dalam prakteknya tidak sedikit
guru yang menemukan kendala dalam mengajar di kelas karena kurangnya minat peserta
didik terhadap materi yang disampaikan jika hal ini terjadi maka proses pembelajaran akan
mengalami hambatan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian adanya minat
yang dimiliki oleh peserta didik terhadap objek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap objek tersebut. Karena minat menjadi sumber motivasi
yang kuat dan partisipasi serta keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran yang
menarik perhatian guru sehingga dapat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Keterkaitan antara hasil belajar dengan penerapan model Problem Based Learning
(PBL) dapat terlihat dari kecenderungan peserta didik untuk memperhatikan pembelajaran
dan menjawab suatu pertanyaan atau permasalahan yang di ajukan, munculnya kepuasaan
karena rasa suka ketika sukses menyelesaikan masalah, peserta didik menyukai ketika diberi
tugas untuk dipertanggungjawabkan terhadap permasalahan yang telah diselesaikan.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di SDN 65 Banda Aceh telah
diterapkan oleh guru Tematik materi Benda di sekitarku dalam proses pembelajaran.
Penerapan model Problem Based Learning (PBL) bertujuan untuk membangkitkan hasil
belajar peserta didik agar dapat memahami dan mengaplikasikan materi Tematik materi
Benda di sekitarku serta yang lebih penting lagi menuntut agar peserta didik aktif dalam
proses pembelajaran.
Sebelumnya pada kelas III SDN 65 Banda Aceh terkhusus pada pembelajaran Tematik
materi Benda di sekitarku terdapat sebagian besar peserta didik yang kurang minat dalam
pembelajaran tersebut, hal ini dibuktikan dengan beberapa indikator di antaranya tidak senang
mengikuti pelajaran Tematik materi Benda di sekitarku, kemudiam tidak percaya diri dalam
mengikuti pelajaran Tematik materi Benda di sekitarku. Bertolak dari masalah tersebut maka,
peneliti termotivasi untuk meneliti hasil belajar Tematik materi Benda di sekitarku peserta
didik dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) tepatnya pada
kelas III SDN 65 Banda Aceh.
Sehubung dengan hal yang diteliti, penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian yang menyangkut masalah “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Iii Sdn 65
Banda Aceh Pada Pelajaran Tematik Dengan Materi Benda Di Sekitarku Menggunakan
Metode Problem Based Learning Tahun Pelajaran 2021/2022, alasan melakukan penelitian di
sekolah tersebut masih kurangnya tingkat hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
Tematik materi Benda di sekitarku dan perlu diteliti adakah peningkatan hasil belajar peserta
didik setelah dilakukannya pengajaran menggunakan model tersebut.
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning
a. Pengertian Model Problem Based Learning
Model merupakan representasi tiga dimensi dari objek riil (Sharon, 2011: 23).
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial
(Trianto, 2012: 51).
Problem Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek
secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan
kepada orang lain (Eka mahendra:109).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pola pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir, proses
pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu
model pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis masalah.
Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan
pembelajaran inovatif yang berpusat pada peserta didik (student centered) dan menetapkan
guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana peserta didik diberi peluang bekerja secara
otonom mengkontruksi belajarnya (Trianto Ibnu Badar, 2014: 42). Model Problem Based
Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam
proses pembelajaran.
b. Karakteristik Model Problem Based Learning
Model pemebelajaran merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar,
dalam hal ini tidak semua karakteristik dari model pembelajaran tersebut cocok dengan
karakteristik yang dimiliki peserta didik. Model pembelajaran berbasis proyek (Problem
Based Learning), yaitu:
1) Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya.
2) Peserta didik sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.
3) Peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi
yang dikumpulkan.
4) Melakukan evaluasi secara kontinue.
5) Peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
6) Hasil akhir berupa produk dan evaluasi kualitasnya
7) Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan
(Zainal Aqib, 2013: 23).
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning
Kelebihan dari pembelajaran berbasis proyek (Problem Based Learning) antara
lain:
1) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam
mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan
dari pada komponen kurikulum lain.
2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber yang
mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi
lebih aktif dan berhasil memecahkan problem kompleks.
3) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan
keterampilan komunikasi.
4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimpelementasikan
secara baik maka peserta didik akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.
5) Meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber belajar.
6) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikan
keterampilan komunikasi.
7) Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik kompleks dan
dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata.
8) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik
maupun pendidik menikmati proses pembelajaran (Daryanto, 2014: 25).
Sebagai model pembelajaran tentu saja model pembelajaran berbasis proyek
(Problem Based Learning) juga memiliki kelemahan pembelajaran berbasis proyek
(Problem Based Learning) adalah:
1) Membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah dan
menghasilkan produk.
2) Membutuhkan biaya yang cukup.
3) Membutuhkan guru yang terampil dan mau belajar.
4) Membutuhkan fasilitas, peralatan, dan bahan yang memadai.
5) Tidak sesuai untuk peserta didik yang mudah menyerah dan tidak memiliki
pengetahuan serta ketrampilan yang dibutuhkan.
6) Kesulitan melibatkan semua peserta didik dalam kerja kelompok (Ridwan,
2014: 178-179).
Secara umum Abdurrahman menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.menurutnya juga anak-anak yang berhasil
dalam belajar ialah berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Adapun yang dimaksud dengan belajar Menurut Usman adalah “Perubahan tingkah laku pada
diri individu berkat adanya interaksi antara satu individu dengan individu lainnya dan antara
individu dengan lingkungan”. Lebih luas lagi Subrata mendefenisikan belajar adalah “(1)
membawa kepada perubahan, (2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkanya
kecakapan baru, (3) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja”. Dari
beberapa defenisi di atas terlihat para ahli menggunakan istilah “perubahan” yang berarti
setelah seseorang belajar akan mengalami perubahan.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar
berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman,
sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar
merupakan salah satu indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku
uyang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar.

METODE

Penelitian ini termasuk penelitian Classroom Action Research (Penelitian Tindakan


Kelas) yang berupaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran tematik di
SDN 65 Banda Aceh. Penelitian dilakukan pada siswa kelas III yang berjumlah 24 orang.
Penelitian ini sebagai bentuk upaya meningkatkan hasil belajar siswa di SDN 65
Banda Aceh pada mata pelajaran tematik. Penelitian ini terdiri dari dua siklus. Langkah
kegiatan PTK ini, antara lain: 1) planning (perencanaan), 2) action (tindakan), 3) observing
(observasi), dan 4) reflecting (refleksi). Adapun gambar siklus kegiatan PTK sebagai berikut:

Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan soal-soal essay sebagai bentuk
tes mengukur hasil belajar.Intrumen yang digunakan telah melalui proses validasi ahli dan
empiris serta dinyatakan valid. Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis secara deskriptif
yang bertujuan untuk data hasil belajar siswa pada mata pelajaran tematik.
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah Standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (SKKM) yang harus dipenuhi oleh siswa adalah 70. Jika seorang siswa memperoleh
skor ≥ 70 maka siswa yang bersangkutan mencapai ketuntasan individu. Jika minimal 85%
siswa mencapai skor minimal 70, maka ketuntasan klasikal telah tercapai dan penelitian ini
dikatakan berhasil meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tematik. Sementara
itu, keaktifan mahasiswa diperoleh dari banyaknya persentase kemampuan dalam bertanya,
menjawab, dan berpendapat menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning


Tabel 1.1 Hasil evaluasi siswa berdasarkan KKM pada siklus I
Siklus Nilai Frekuensi Tuntas Tidak Tuntas Persentase
≥70 15 √ 62.5%
I
<70 9 √ 37.5%
Jumlah 24 100%

Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah siswa yang sudah tuntas (di atas nilai KKM
70) sebanyak 15 siswa dengan persentase 62.5% dan terdapat 9 siswa yang belum tuntas
dengan persentase 37.5% karena dalam pelaksanaan siklus I belum tuntas secara klasikal
(80%), maka perlu dilanjut ke siklus II.
Berdasarkan temuan yang peneliti dapatkan pada siklus I, maka untuk pembelajaran
yang kedua yaitu pada siklus II. Peneliti merencanakan ingin melakukan perubahan ke arah
yang lebih baik agar keaktifan dan hasil belajar siswa lebih meningkat, yaitu dengan
Penerapan Problem Based Learning dalam proses belajar mengajar.
Maka untuk siklus ke II peneliti ingin membuat suatu perubahan dengan
merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model dalam proses belajar mengajar agar
siswa lebih bergairah, termotivasi siswa untuk belajar lebih aktif lagi khususnya pada
pembelajaran tematik dengan menggunakan penerapan Problem Based Learning agar hasil
belajar menjadi lebih baik.
Adapun hasil evaluasi siswa berdasarkan KKM pada Siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2 Hasil evaluasi siswa berdasarkan KKM pada siklus

Siklus Nilai Frekuensi Tuntas Tidak Tuntas Persentase


≥70 19 √ 79.2%
II
<70 5 √ 20.8%
Jumlah 24 100%
Berdasarkan tabel di atas, maka jumlah siswa yang sudah tuntas (di atas nilai KKM
70) sebanyak 19 siswa dengan persentase 79.2% dan terdapat 5 siswa yang belum tuntas
dengan persentase 20.8%, karena dalam pelaksanaan Siklus sudah tuntas secara kiasikal
(80%).
Dalam pelaksanaan tindakan siklus ke II ini siswa sudah mulai aktif, namun belum
secara keseluruhan. Pada Siklus ke II, siswa sudah berani melakukan tanya jawab walaupun
kadang-kadang masih ada yang ragu-ragu untuk bertanya. Pemahaman siswa dalam belajar
sudah mulai meningkat, sehingga perubahan pada hasil belajar siswa juga terjadi. Siswa sudah
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik walaupun masih ada sebagian siswa yang
jawabannya kurang tepat. Ada sedikit kendalanya, yaitu pada saat mempresentasikan hasil
kerja kelompok tidak semua siswa berani mempresentasikan hasil kerja mereka tetapi ada
peningkatan dalam proses belajar mengajar dibandingkan pada tindakan pembelajaran Siklus
I.
Pengkategorian skor hasil sebagai motivasi belajar siswa pada siklus pertama
menunjukkan hasil belajar siswa SDN 65 Banda Aceh belum menunjukkan hasil yang
optimal. Untuk merespon hal tersebut maka bentuk refleksi yang dilakukan memotivasi agar
lebih aktif dan lebih bersemangat dalam membangun hubungan kerja sama yang baik dengan
sesama kelompoknya serta memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuannya baik. Kemampuan secara individu maupun kelompok. Adapun
kendala yang ditemukan dalam proses pembelajaran yakni; 1) sebagain siswa masih kurang
mampu membuat perenacanaan kegiatan belajar; 2) siswa masih memiliki kecenderungan
individual dari pada berkalaborasi dengan temannya; 3) pengerjaan tugas kelompok masih
dilakukan oleh anggota kelompok siswa berakademik tinggi; 4) suasana diskusi atau presntasi
didominasi oleh siswa tertentu saja. Menyikapi berbagai masalah yang terjadi selama siklus I,
maka perbaikan yang dilakukan pada siklus II lebih ditekankan pada pengolaan kelas agar
lebih mengoptimalkan hasil belajar siswa untuk dapat meningkatkan hasil belajar tematik.
Situasi pembelajaran saat memasuki siklus II memperlihat kemajuan dari aspek
perhatian, hasil, motivasi. Hal tersebut berdampak pada peningkatan aktivitas dan hasil
belajar peserta didik. Pada pembelajaran Problem Based Learning peserta didik menjadi aktif,
karena peserta didik berperan sebagai subyek belajar di kelas. Siswa yang aktif mempelajari
materi pembelajaran, aktif mengemukakan pendapat, tanya jawab, mengembangkan
pengetahuannya, memecahkan masalah, diskusi dan menarik kesimpulan (Munir, 2008).
Faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut adalah bagaimana mengakumulasi
pengetahuan yang ada dan membangun kerangka konseptual. Individu tidak dapat
menafsirkan setiap pendapat dalam kerangka konseptual yang tidak sesuai dengan fakta-fakta
ilmiah. Hal ini menyebabkan proses belajar menjadi lebih sulit. Kesalahpahaman pengetahuan
terjadi jika konsep tidak dipelajari secara akurat, terstruktur dan bermakna (Kurt, 2013).
Penelitian Ames dan Archer (1988) melaporkan bahwa peserta didik menggunakan
strategi/metode pembelajaran dengan tantangan tugas secara lebih efektif, memiliki sikap
yang lebih positif terhadap kelas dan memiliki keyakinan kuat untuk keberhasilan dalam
belajar. Untuk mengembangkan kemandirian belajar siswa maka guru hendaknya
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menghindarkan sesuatu yang akan
mengganggu belajar siswa, mendorong siswa memahami metode dan prosedur yang benar
dalam menyelesaikan suatu tugas, membantu siswa mengatur waktu, menumbuhkan rasa
percaya diri pada siswa mereka mampu mengerjakan tugas yang diberikan, mendorong siswa
untuk mengontrol emosi dan tidak mudah panik ketika menyelesaikan tugas atau menghadapi
kesulitan, serta memperlihakan kemajuan yang telah dicapai siswa (Rijal dan Bachtiar, 2015).
Penerapan Problem Based Learning telah menunjukan bahwa pendekatan tersebut
sanggup membuat siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran
yang dikembangkan berdasarkan faham konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan
untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung, membuat
presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja
dalam kelompok, memberikan usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas
lainnya. Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya siswa belajar agar lebih
bermakna.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas III SDN 65 Banda Aceh. Sehubungan dengan kesimpulan dari hasil penelitian di atas,
maka saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti yakni agar guru senantiasa bersifat selektif,
memilih model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan hasil belajar
siswa, tentunya juga disesuaikan dengan karateristik dan kebutuhan di lapangan. Model
pembelajaran Problem Based Learning dapat menjadi salah satu alternatif dalam
menvariasikan model pembelajaran di kelas.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid dan Dian Andayani, (2005), Pendidikan Agama islam Berbasis Kompetensi, Cet.
II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Abdul Rachman Shaleh, (2005), Pendidikan Agama dan pembangunan Watak Bangsa,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ahmad Susanto, (2016), Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Cet. IV; Jakarta:
Prenada Media Group.

Arifin, (1996), Ilmu Pendidikan Islam, Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto, (2014), Pendekatan Pembelajaran saintifik kurikulum 2013, Yogyakarta: Penerbit


Gava Media.
I wayan eka mahendra,Project Based Learning bermuatan etnomatematika dalam pembelajar
matematika,jurnal kreatif vol. 6 No 1 P-ISSN: 2303-288X E-ISSN: 2541-72007.

Ridwan Abdullah Sani, (2014), Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Rulam Ahmadi, (2014), Pengantar pendidikan Asas dan Filsafat Pendidikan, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Sadirman, (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. XII; Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.

Sharon E. Smaldino, (2011), Deboran L Lowther, James D, Russel, Intrucsional Technilogy


& Media For Learning Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar, Jakarta:
Kencana.

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Cet. IV; Jakarta: PT
Rineka Cipta.

Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, (2014), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif
dan Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada kurikulum 2013,
(kurikulum tematik Integratif), Jakarta: Kencana.

Trianto, (2012) Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KPS). Jakarta: Bumi Aksara.

Umar Tirtarahardja dan La Sulo, (2012) Pengantar Pendidikan, Cet. I; Jakarta: PT Asdi
Mahasatya.

Anda mungkin juga menyukai