Anda di halaman 1dari 11

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Globalisasi Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas VI SDN Cakung Barat 01

Nama
Univ
Email

Abstract

The aim of this research is to improve student learning outcomes on the topic of Globalization by using a
Problem Based Learning learning approach in class VI at SDN Cakung Barat 01 located in East Jakarta.
This research methodology is known as Classroom Action research which is carried out in two cycles.
Each cycle has four stages, namely preparation, implementation, observation and reflection. The
research participants consisted of 30 class VI students at SDN Cakung Barat 01. This research used
observation data collection methods and learning outcomes tests. Research findings show that the
Problem Based Learning Model has a positive impact on the academic achievement of class VI students
at SDN Cakung Barat 01 in the Globalization subject. The average learning outcomes per class
increased in Pre-Cycle (43,33%), Cycle I (53,33%), and Cycle II (73,33%). Duration The research was
conducted during February and March 2023.

Keywords: Globalization, Learning Outcomes, Problem Based Learning

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada topik Globalisasi dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Based Learning pada kelas VI di SDN Cakung Barat 01
yang berlokasi di Jakarta Timur. Metodologi penelitian ini dikenal dengan penelitian Tindakan Kelas
yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus mempunyai empat tahap yaitu persiapan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Partisipan penelitian terdiri dari 30 siswa kelas VI SDN Cakung Barat 01.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data observasi dan ujian hasil belajar. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning memberikan dampak
positif terhadap prestasi akademik siswa kelas VI SDN Cakung Barat 01 pada mata pelajaran Globalisasi.
Rata-rata hasil belajar per kelas meningkat pada Prasiklus (43,33%), Siklus I (53,33%), dan Siklus II
(73,33%). Durasi Penelitian dilakukan selama bulan Februari dan Maret 2023.

Kata Kunci: Globalisasi, Hasil Belajar, Problem Based Learning


PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan komponen penting dalam peningkatan kualitas hidup dan diperlukan
untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di tingkat nasional dan negara. Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, khususnya Pasal 1 Ayat 1, mengartikan pendidikan
sebagai usaha yang disengaja dan terorganisir yang bertujuan untuk menumbuhkan lingkungan belajar
yang kondusif, memungkinkan peserta didik untuk secara aktif mengembangkan potensi dirinya dalam
hal kerohanian agama, kemandirian, dan kemandirian. disiplin, budi pekerti, intelektualitas, etika yang
berbudi luhur, dan keterampilan yang diperlukan untuk pertumbuhan pribadinya, serta demi kemajuan
bangsa dan negara.
Pengorganisasian suatu negara dan sistem pendidikan negara bagian yang efisien bergantung
pada produksi sumber daya manusia yang berkaliber tinggi. Kualitas pendidikan dilihat dari kemahiran
seorang guru dalam melaksanakan strategi belajar dan mengajar yang efektif di kelas. Pendidik yang
berkualitas merupakan faktor krusial dalam mencapai keunggulan sistem pendidikan yang terstruktur
dengan baik. Pendidik yang kompeten mampu menunaikan tanggung jawabnya secara efektif dalam
mendidik, mendidik, dan mempersiapkan pemimpin masa depan bangsa dan negara. Paradigma
sebelumnya mengaitkan pembelajaran dengan peran otoritatif guru di kelas sebagai satu-satunya pemberi
pengetahuan bagi siswa. Jika dicermati lebih dekat, menjadi jelas bahwa pendekatan ini tidak lagi cocok
untuk masa sekarang, karena mahasiswa tidak boleh hanya bergantung pada profesor untuk mendapatkan
informasi. Sebaliknya, siswa harus memperoleh banyak pengetahuan dari sumber informasi lain.
Peradaban modern abad ke-21 menekankan pada kemampuan siswa dalam memperoleh
pengetahuan dari berbagai sumber informasi. Hal ini mencakup pengembangan dan penggunaan
keterampilan literasi dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan menganalisis permasalahan terkini,
berpikir logis dan metodis, serta memahami teknologi. Skenario ini menunjukkan perlunya siswa untuk
terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, dengan pengajar mengambil peran sebagai fasilitator dan
bukan sebagai tokoh sentral di kelas. Guru hendaknya memilih pendekatan pedagogi yang
memungkinkan siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelas.
Guru terus menggunakan pendekatan tradisional, dengan proses pembelajaran yang sebagian
besar berpusat pada guru. Ario Arif (2013) menemukan bahwa beberapa instruktur menyadari beberapa
kesalahan dalam praktik pembelajaran mereka. Dalam dunia pendidikan, banyak pengajar yang masih
menggunakan pendekatan tradisional, termasuk praktik penyampaian perkuliahan. Siswa pada tataran
operasional konkrit mungkin akan mengalami ketidakjelasan dan cepat bosan jika hanya mendapat
ceramah dari instruktur. Menganggap instruktur sebagai gudang pengetahuan eksklusif (berpusat pada
guru). Faktor lain yang berkontribusi terhadap kebosanan siswa saat belajar adalah persepsi terkurung di
ruang yang relatif kecil, yaitu ruang kelas. Guru sering kali memiliki kemampuan yang lebih rendah
untuk menyegarkan kelas. Meskipun ada potensi untuk meningkatkan lingkungan kelas dengan warna-
warna cerah yang memberikan suasana ramah bagi siswa sepanjang pengalaman belajar mereka.
Sebagaimana dikemukakan oleh Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:14), hasil belajar mengacu
pada pencapaian suatu jenis modifikasi perilaku tertentu yang terus ada dalam aspek kognitif, emosional,
dan psikomotorik proses pembelajaran, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Observasi awal
terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi globalisasi kelas VI di SDN Cakung Barat 01
Jakarta Timur menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Berdasarkan analisis daftar nilai,
penyusunan, dan cakupan hasil belajar, diketahui bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai
rendah dan tidak memenuhi nilai ketuntasan minimal (kkm).
Proses pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi Globalisasi di kelas VI
SDN Cakung Barat 01 mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kurang optimalnya hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi Globalisasi. Hal ini terutama disebabkan oleh
penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang menarik dan interaktif. Kurangnya keterlibatan siswa
di kelas menyebabkan materi pembelajaran yang diberikan guru sering diabaikan. Saat ini terdapat
kekurangan dalam mempelajari ide-ide materi, dan siswa tidak memiliki pilihan untuk secara mandiri
mencari informasi pembelajaran spesifik yang mereka inginkan. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa
yang belum memenuhi nilai ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70, sehingga tidak sesuai dengan hasil yang
diantisipasi yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran sekolah. Standar nasional mencakup kemampuan
dasar, gagasan utama, dan tolok ukur kinerja yang diharapkan dapat dipenuhi oleh siswa. Namun kriteria
tersebut belum terpenuhi.
Oleh karena itu, salah satu pendekatan efektif untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan
adalah dengan menerapkan model pembelajaran baru dan memodifikasi model pembelajaran yang sudah
ada. Seorang guru harus memiliki pengetahuan dan menggunakan beragam teknik, kerangka kerja, dan
sumber daya pendidikan untuk memfasilitasi pemahaman siswa tentang materi pelajaran. Hal ini
termasuk membina keterlibatan siswa, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan mendorong
partisipasi aktif untuk meningkatkan pentingnya proses pembelajaran.
Contoh paradigma pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Problem Based Learning.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) merupakan pendekatan pendidikan yang mengedepankan
pembelajaran aktif dan mandiri pada siswa dengan menumbuhkan keterampilan pemecahan masalah
melalui eksplorasi data, sehingga menghasilkan solusi yang rasional dan autentik (Anatasya, 2023;
Dulyapit et al., 2023; Priyanti, 2022: Nining Sariyyah, 2018). Konsisten dengan pandangan di atas,
sebagaimana dikemukakan oleh Wena (2013), model ini menekankan pada suatu masalah yang
memerlukan penyelesaian siswa. Konsekuensinya, siswa memikul tanggung jawab menganalisis dan
memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuannya sendiri, sedangkan peran pendidik hanya
sebatas sebagai fasilitator dan pemberi bimbingan kepada peserta didik. Berdasarkan kedua sudut
pandang tersebut, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa PBL merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang dinamis dan otonom, dimana penekanannya diberikan pada suatu masalah yang
selanjutnya diperiksa dan diselidiki guna menumbuhkan kemampuan pemecahan masalah hingga siswa
sampai pada suatu pemecahan melalui kemampuannya. proses kognitif sendiri.
Menurut Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, model pembelajaran PBL sangat relevan dan
esensial untuk diterapkan dalam pendidikan. Pendekatan ini membantu pengembangan keterampilan abad
ke-21 dengan memaksimalkan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana pendekatan pembelajaran berbasis
masalah mempengaruhi hasil belajar siswa, maka peneliti tertarik untuk melakukan Penelitian Tindakan
Kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Globalisasi Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Based Learning Di Kelas VI SDN Cakung Barat 01”.

METODE
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian PTK atau dikenal
juga dengan Penelitian Tindakan Kelas. Djajadi (2019: 2) mengartikan PTK sebagai proses pemeriksaan
item secara sistematis melalui serangkaian siklus. Tujuan PTK adalah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan atau pengajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti sendiri, dengan harapan dapat
menghilangkan segala hambatan yang menghambat dinamika kelas selama proses pembelajaran. Tujuan
utama penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan strategi pedagogi dalam lingkungan kelas.
Seluruh peserta dalam penelitian ini secara aktif terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi untuk mengatasi tantangan pembelajaran spesifik dalam konteks lokal.
Penelitian dilakukan di kelas VI SDN Cakung Barat 01 yang Jl. Raya Bekasi Km. 23 Rt. 001/02,
Cakung Barat, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur Prov. D.K.I. Jakarta. Penelitian dilakukan pada semester
II tahun ajaran 2023/2024.
Partisipan penelitian ini terdiri dari 30 anak yang terdaftar di kelas VI SDN Cakung Barat 01.
Tugas peneliti dalam penelitian ini meliputi mengamati, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
melaporkan temuan penelitian. Pendidik menggunakan strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dengan menggunakan metodologi yang lebih efektif daripada yang digunakan sebelumnya.
Penelitian ini dilakukan dalam dua iterasi, dengan masing-masing iterasi terdiri dari empat fase
berbeda: (1) tahap perencanaan , (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap pengolahan data, dan (4) penyusunan
Laporan. Tahap-tahap tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
Gambar 1 Skema Model Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilakukan dalam dua iterasi. Pengamatan dikategorikan menjadi dua siklus, yaitu siklus
1 dan 2. Setiap siklus menjalani perlakuan yang sama, terdiri dari rangkaian kegiatan yang sama. Setiap
babak difokuskan pada sub mata pelajaran tertentu dan diakhiri dengan ujian formatif. Terdiri dari dua
iterasi, tujuannya adalah untuk meningkatkan sistem pendidikan yang sudah ada.
Peneliti menggunakan empat teknik pengumpulan data yang dianggap signifikan, yaitu:
1. Observasi
Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai
ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Observasi juga tidak terbatas pada
orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
2. Tes
Tes berfungsi sebagai sarana untuk menilai kemahiran individu. Peneliti menggunakan penilaian
untuk memastikan hasil belajar siswa sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang difasilitasi
dengan pengajaran reflektif. Untuk mengumpulkan data dari ujian tersebut, peneliti merumuskan
pertanyaan dalam bentuk tujuan dan melakukan ujian lisan. Penilaian dilakukan setelah
penyebaran pengetahuan yang diperoleh dari setiap iterasi. Tes digunakan dalam penelitian untuk
menilai hasil belajar siswa di kelas Matematika melalui evaluasi berbasis kinerja.
3. Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar
yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan
untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah.
Instrumen dalam penelitian ini digunakan secara berurutan dan dikombinasikan dengan instrumen
tambahan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran,
angket yang diberikan setelah proses pembelajaran, dan wawancara untuk menilai hasil belajar siswa
setelah diterapkannya pembelajaran reflektif pada materi globalisasi di Kelas VI SDN Cakung Barat 01.
Arikunto (2013: 199) menjelaskan bahwa wawancara bebas terpimpin adalah wawancara yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan secara bebas namun masih tetap berada pada pedoman wawancara yang
sudah dibuat. Pertanyaan akan berkembang pada saat melakukan wawancara.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari catatan lapangan, surat-surat pribadi, dan
catatan resmi lainnya. Dengan demikian, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian deskriptif
kualitatif. Penelitian ini juga menggunakan data kuantitatif berupa nilai numerik yang diperoleh dari
survei yang dilakukan untuk menilai besarnya motivasi siswa.
Proses penelitian terdiri dari empat tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan perbaikan, dan (3).
Pengamatan (4): Refleksi juga merupakan komponen dari siklus dua tahap, dimana usulan perubahan
dilakukan pada setiap tahap implementasi, serupa dengan siklus pertama.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu metodologi penelitian yang
menjelaskan aktualitas atau kebenaran informasi berdasarkan data yang diperoleh. Tujuan utamanya
adalah untuk memastikan pencapaian pendidikan siswa, serta untuk mengumpulkan umpan balik mereka
mengenai kegiatan pembelajaran dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran.
Untuk mengukur derajat pencapaian atau proporsi keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran
pada setiap iterasi, dilakukan dengan pemberian penilaian berupa soal ujian tertulis atau evaluasi kinerja
pada akhir setiap iterasi.
Analisis ini dihitung menggunakan ukuran statistik dasar, khususnya:
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti menghitung penjumlahan nilai yang diraih siswa, yang kemudian dibagi dengan jumlah
siswa dalam kelas tersebut untuk mendapatkan rata-rata nilai tes formatif.

X=
∑x
∑N
Dengan:
X = Nilai rata-rata
∑X = Jumlah semua nilai siswa
∑N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Rumus yang digunakan untuk menentukan persentase ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:

P=
∑ Siswa yang Tuntas Belajar x 100 %
∑ Siswa
Siklus dan penelitian akan diberhentikan jika nilai hasil tes belajar siswa mencapai persentase
rata-rata kelas ketuntasan “sedang” yaitu antara 65% - 79%
Tabel 1 Kriteria Tingkat Keberhasilan
Tingkat penguasaan Kategori
90% - 100% Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
65% - 79% Sedang
40% - 64% Rendah
0-39% Sangat Rendah

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sebelum melakukan tindakan apa pun, peneliti melakukan Pra-Siklus yang mana mereka
mengkaji data-data pembelajaran IPS di kelas. Pembelajaran guru pada pra siklus masih mengandalkan
gaya ceramah dan belum memasukkan pendekatan pedagogi Problem Based Learning. Pada pelaksanaan
pembelajaran pra siklus ini akan dinilai dengan menggunakan indikator penelitian yaitu hasil belajar
siswa yang ditunjukkan pada nilai tes IPS pada topik Globalisasi. (1) Menuliskan definisi globalisasi; (2)
Menjelaskan perbedaan globalisasi pada era lampau dan era modern (3) Menganalisis dampak positif dan
dampak negatif dari globalisasi; (4) Mengidentifikasi contoh pengaruh dari globalisasi di lingkungan
sekitarnya. Hal ini dilakukan sebagai acuan untuk menilai efektivitas penggunaan pendekatan
pembelajaran Problem Based Learning baik pada siklus I maupun siklus II, dibandingkan dengan metode
pembelajaran IPS tradisional. Dari total 30 siswa, hanya 17 siswa yang mencapai nilai ketuntasan belajar
di atas ambang batas ketuntasan minimal 75 dengan persentase ketuntasan sebesar 43,33%. Sisanya
sebanyak 13 siswa mendapat nilai di bawah 75 dengan persentase ketuntasan 56,67%. Nilai tersebut tidak
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum sekolah.
Tabel 2 Hasil Pembelajaran Pra-siklus
Nilai Rata-rata Jumlah Tidak Jumlah Siswa Presentase
Prasiklus Siswa Tuntas Tuntas Ketuntasan
66 17 13 43,33%

Siklus 1
Perencanaan Tindakan Siklus I melibatkan pembuatan strategi rinci untuk implementasi
kurikulum IPS yang secara khusus berfokus pada topik Globalisasi. Membuat lembar kerja
siswa. b) Sumber daya pendidikan untuk mengajar siswa. c) Menghasilkan pertanyaan penilaian
dan templat observasi.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I: Khususnya dengan menggunakan strategi yang telah ditetapkan
dan menerapkan paradigma Pembelajaran Berbasis Masalah. Setiap pertemuan terdiri atas tiga
prosedur kegiatan pembelajaran yang berbeda: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Peneliti berperan sebagai guru di ruang kelas. Peneliti mendefinisikan indeks prestasi
sebagai ukuran hasil belajar yang diharapkan siswa capai setelah mempelajari konten
Globalisasi. Indeks prestasi mengacu pada ukuran kuantitatif yang digunakan untuk menilai dan
mengevaluasi tingkat keberhasilan atau pencapaian dalam bidang atau domain tertentu. (1)
Mendefinisikan globalisasi: (2) Menjelaskan kesenjangan antara globalisasi pada zaman sejarah
dan zaman sekarang. (3) Mengevaluasi dampak menguntungkan dan merugikan globalisasi; (4)
Mengenali contoh-contoh dasar bagaimana globalisasi mempengaruhi lingkungan lokal.
Observasi Tindakan Siklus I melibatkan pemeriksaan tindakan yang dilakukan oleh siswa dan
instruktur sepanjang proses pembelajaran. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi yang dikembangkan secara khusus. Berdasarkan temuan observasi, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Observasi aktivitas guru: Secara keseluruhan, sebagian
besar instruktur memenuhi indikasi yang dipersyaratkan. Namun, masih ada ruang untuk
perbaikan dalam hal kemahiran dan antusiasme guru dalam meningkatkan keterlibatan siswa. 2.
Beberapa siswa aktif menyuarakan pikirannya, sedangkan sebagian besar diam. 3. Pembelajaran
pada siklus I relatif kurang efektif dan pasif karena masih berlangsungnya penyesuaian siswa
terhadap paradigma Problem Based Learning. Konsekuensinya, peneliti akan memberikan
penjelasan ulang terhadap proses pembelajaran selanjutnya. 4. Siswa belum mampu (1)
Merumuskan penjelasan ringkas mengenai globalisasi; (2) Menjelaskan kesenjangan antara
globalisasi pada masa sejarah dan masa kini. (3) Mengevaluasi dampak menguntungkan dan
merugikan globalisasi; (4) Mengenali dampak globalisasi terhadap lingkungan lokal.
Refleksi Tindakan Siklus I: Penerapan paradigma pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
direfleksikan berdasarkan temuan observasi selama pembelajaran Siklus I. a. Keterlibatan Siswa:
Terdapat variasi dalam partisipasi siswa, beberapa siswa aktif mengungkapkan pendapatnya
sementara yang lain cenderung lebih pasif. b. Analisis data observasi siklus I menunjukkan
bahwa terdapat 14 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM yaitu 75, dengan tingkat
ketuntasan sebesar 46,67%. Sedangkan nilai ketuntasan di atas batas minimal 75 siswa sebanyak
16 orang dengan tingkat ketuntasan 53,33%. Temuan refleksi siklus I menunjukkan bahwa
penerapan model PBL tidak memberikan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan, hanya
tercapai ketuntasan di bawah 60%-79%. Oleh karena itu, diperlukan penyempurnaan lebih lanjut
pada siklus berikutnya.
Tabel 3 Hasil Pembelajaran Siklus 1
Nilai Rata-rata Jumlah Siswa Jumlah Siswa Presentase
Siklus 1 Tuntas Tuntas Ketuntasan
73 14 16 53,33%

Siklus II
Perencanaan dan tindakan siklus II dilakukan sama seperti pada tahap siklus I.
Berdasarkan penelitian pada siklus II, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
telah menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hasil belajar siswa pada siklus II juga
dapat dilihat sebagai berikut: Jumlah siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata ketuntasan
(KKM) yaitu 75 sebanyak 8 orang atau 11,36% dari seluruh siswa. Sebaliknya, terdapat 22 siswa
yang mendapat nilai di atas nilai ketuntasan yaitu 75 atau mewakili 73,33% dari total siswa.
Pelaksanaan kegiatan kelas pada siklus II berjalan sesuai rencana dan terbukti berhasil,
ditunjukkan dengan peningkatan hasil belajar siswa memenuhi syarat ketuntasan “sedang” yaitu
60%-79%. Oleh karena itu, tidak perlu melanjutkan ke siklus III.
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Pembelajaran Pra-siklus, Siklus I, dan Siklus II
No Aspek Pra-siklus Siklus I Siklus II
1 Jumlah Seluruh Siswa 30 30 30
2 Jumlah Nilai 1980 2190 2340
3 KKM 75 75 75
4 Nilai Rata-rata 66 73 78
5 Nilai Tertinggi 100 100 100
6 Nilai Terendah 40 40 50
Jumlah Siswa Tuntas 13 16 22
Jumlah Siswa Tidak Tuntas 17 14 8
Presentase Ketuntasan
43,33% 53,33% 73,33%
Belajar

Setelah dilakukan perbaikan dapat diamati bagan diatas bahwa nilai dibawah rata-rata KKM 75
semakin meningkat dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Peningkatan hasil
pembelajaran siswa sebagai berikut: Presentase ketuntasan siklus I ke siklus II sebesar 20%.

SIMPULAN
Sekolah SDN Cakung Barat 01 menghadapi tantangan pada materi Globalisasi mata pelajaran
IPS, banyak siswa yang mendapat nilai rendah atau tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal 75.
Metode pembelajaran yang digunakan kurang aktif dan menyenangkan sehingga menyebabkan minat
siswa rendah dan mudah. menghadap materi. Pembelajaran konsep materi juga kurang, siswa tidak diberi
kesempatan untuk mencari informasi yang diinginkan.
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) telah diterapkan dengan baik sehingga
menghasilkan peningkatan hasil belajar siswa di kelas. Rata-rata peningkatan per kelas pada Prasiklus
(43,33%), Siklus I (53,33%), dan Siklus II (73,33%) rata-rata sebesar 43,33%, dengan indikator
ketuntasan “Sedang”. Tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pelajaran Globalisasi di SDN Cakung Barat 01, memastikan siswa mempunyai kesempatan untuk mencari
informasi yang diinginkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Haris dan Jihad Asep. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Anatasya, E. (2023). Meta Analisis Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil
Belajar Siswa di SD. L on Education, Volume 05, No. 03, Maret-April 2023, Hal. 5833-
5840, 5(3), 5833–5840. https://doi.org/10.33487/mgr.v2i1.1752

Dulyapit, A., Supriatna, Y., & Sumirat, F. (2023). BIJEE : Bima Journal of Elementary
Education. 1(1), 1–7.

Ekawarna, E., Salam, M., & Anra, Y. (2021). Memilih Masalah Untuk Penelitian Tindakan
Kelas: Bahan kajian untuk pelatihan Guru menyusun Laporan hasil PTK. Jurnal Karya
Abdi Vol. 5(1), 52–62. https://online-journal.unja.ac.id/JKAM/article/view/13805

Iskandar, Dadang dan Nasim. (2015). Penelitian Tindakan Kelas dan Publikasinya. Bandung:
Ihya Media

Lahagu, A. (2022). Penerapan model reciprocal teaching dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik di SMP Negeri 5 Namohalu. LAURU: Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi,
1(1), 28–33. https://doi.org/10.56207/lauru.v1i1.21

Mufidah, Z., Azizah, N., & Saputra, E. (2022). Penerapan Metode Pembelajaran Fishbowl dalam
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih. MA’ALIM:
Jurnal Pendidikan Islam, 3(01), 67–79. https://doi.org/10.21154/maalim.v3i1.3878

Nining Sariyyah. (2018). Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ipa Siswa Melalui
Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl). Diklabio: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Biologi, 2(1), 103–112. https://doi.org/10.33369/diklabio.2.1.103-112
Nuna, M., Bano, V. O., & Njoeroemana, Y. (2023). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui
Penerapan Metode Mind Mapping di SMA Negeri 1 Paberiwai. Jurnal Inovasi Penelitian,
3(9), 7683–7692.

Priyanti, A. (2022). Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar
Matematika. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 8(1), 58–64.
https://doi.org/10.51169/ideguru.v8i1.408

Purwaty, R., Marlina, M., & Fitrianti, H. (2022). Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi
Melalui Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW). Biormatika : Jurnal Ilmiah
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, 8(2), 245–254.
https://doi.org/10.35569/biormatika.v8i2.1362

Sugiyono. (2019). Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Thalita, A. R., Fitriyani, A. D., & Nuryani, P. (2019). Penerapan Model Pembelajaran TGT
Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas IV. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 4(2), 147– 156.

Wibowo, N. Z., Lyesmaya, D., & Nurasiah, I. (2022). Model Pembelajaran Value Clarification
Technique (VCT) untuk Meningkatkan Sikap Tanggung Jawab Siswa. Jurnal Basicedu,
6(3), 3792–3800. https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i3.2732

Wigati, S. (2019). Penggunaan Media Game Kahoot Untuk Meningkatkan Hasil Dan Minat
Belajar Matematika. AKSIOMA: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 8(3),
457–464. https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2445

Zaeriyah, S. (2022). Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Project
Based Learning (PjBL) Berbasis Tik-Tok. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru, 8(1), 106–
111. https://doi.org/10.51169/ideguru.v8i1.458

Anda mungkin juga menyukai