Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MENYELESAIKAN SOAL CERITA


TENTANG KPK DAN FPB DI KELAS V SDIT CITRA INSANI

Windi Royani1*, Jarnan M.Pd1, Okta Fitriani, M.Pd2


1)
Mahasiswa Program Studi PGSD, FKIP Universitas Terbuka
2,3)
Dosen FKIP Universitas Terbuka
1)
E-mail : windiroyani9@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian peningkatan metode pembelajaran ini didasari oleh rendahnya pencapaian
akademis dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika terutama dalam topik
menyelesaikan soal cerita materi KPK dan FPB kelas V SDIT Citra Insani. Siswa masih
mengalami kesulitan dalam berpartisipasi aktif, bertanya, dan fokus dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kurang tepatnya penggunaan metode mengajar yang
digunakan oleh guru. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V dengan
menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terkait menyelesaikan soal cerita tentang
KPK dan FPB menggunakan metode Problem Based Learning (PBL). Selain itu, penerapan
metode ini juga diharapkan dapat memperbaiki keterlibatan siswa dalam pembelajaran
matematika di SDIT Citra Insani. Sementara bagi guru, penerapan metode ini diharapkan
dapat meningkatkan profesionalisme dan efektivitas guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu Pra Siklus pada tanggal 16
Oktober 2023, Siklus I dimulai pada tanggal 23 Oktober 2023, dan Siklus II berlangsung
pada tanggal 27 November 2023. Setiap siklus menggunakan pola Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian
melibatkan 27 siswa kelas V, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Hasil
penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam hasil belajar siswa. Nilai rata-
rata pada Pra Siklus sebesar 60,741, pada Siklus 1 menjadi 70,37, dan mencapai 82,22 pada
Siklus II. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika terbukti meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V di SDIT Citra Insani pada materi menyelesaikan soal cerita tentang
KPK dan FPB

Kata kunci: Problem Based Learning, Hasil belajar siswa, Menyelesaikan soal cerita KPK dan FPB,
PENDAHULUAN
Pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang sangat pokok, karena melalui pendidikan
akan melahirkan generasi-generasi cerdas yang akan menyejahterakan bangsa ini. Melalui
pendidikan seorang manusia akan mampu menjalani kehidupan yang lebih baik lagi, karena
dalam proses ini setiap individu akan belajar mengembangkan potensi, kecerdasan, serta
keterampilan yang akan sangat berguna untuk kehidupan di masa depan (Ningsih, et.al,
2022).
Djamaluddin et. al (2019) menyatakan bahwa PBM yang merupakan singkatan dari
proses belajar mengajar, tentunya memberi andil yang besar dalam pendidikan, sebab roh dari
pendididkan itu adalah proses dalam belajar. Belajar dan mengajar adalah dua mata rantai
yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga pendidikan yang baik ada kemampun guru dalam
mengelolah kelas, seorang guru harus dapat memahami kondisi pembelajar agar proses
pendidikan bisa berjalan dengan maksimal. Kemampuan guru dalam memahami kondisi dan
karateristik siswa inilah sangat di butuhkan, guru yang baik juga adalah yang dapat
menggabung beberapa metode dan stategi dalam PBM, karena di satu sisi ada pembelajar
yang mampu belajar dengan metode visual dan di sisi lain ada yang menyukai metode audio
visual.
Guru harus mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
karekteristik perkembangan siswa. Penerapan proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan
karakteristik belajar siswa akan berdampak kepada rendahnya pecapaian tujuan pembelajaran.
Selain itu juga memicu munculnya penyakit-penyakit psikis pembelajaran seperti rendahnya
motivasi belajar, rendahnya minat belajar dan bahkan terjadinya proses kecemasan yang
dialami oleh siswa ketika kegiatan pembelajaran (Zulvira et.al, 2021). Hal tersebut apabila
dibiarkan akan berdampak kepada kualitas pembelajaran siswa.
Oleh sebab itu, guru harus mampu memahami karakteristik perkembangan siswa
sekolah dasar khususnya dalam mata pelajaran matematika. Kegiatan pembelajaran
seharusnya memiliki pola-pola pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran mutlak diperlukan
(Hendracita, 2021). Guru berperan dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa melalui
metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran, karena hal ini
sangat berpengaruh terhadap salah satu tujuan dari belajar itu sendiri (Sari et.al, 2022).
Ulandari et.al (2022) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruh siswa
kesulitan dalam mengerjakan soal matematika, mulai dari siswa sulit memahami dan
mengerjakan soal, kesulitan dalam menentukan rumus yang akan digunakan dan faktor utama
yang sangat berpengaruh pada pembelajaran matematika adalah siswa cenderung menghafal
rumus hampir sebagian siswa hanya menghafal rumus bukan memahami soal dan rumus yang
diberikan. Akibatnya jika guru memberikan soal yang berbeda maka siswa pun akan
kebingungan dalam mengerjakannya.
Matematika merupakan ilmu yang memiliki peranan penting dalam membentuk pola
pikir peserta didik, sehingga mereka dituntut memiliki kemampuan matematis guna sebagai
alat pemecahan masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang dianggap sulit, bukan hanya bagi peserta didik tetapi juga bagi guru. Guru sering kali
mengalami kesulitan dalam merancang pembelajaran matematika yang melibatkan peserta
didik secara langsung. Kesulitan ini membuat guru menyajikan materi mata pelajaran
matematika menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik sulit memahami materi
yang diajarkan. Kemampuan menyelesaikan soal cerita dalam mata pelajaran matematika di
tingkat SD merupakan keterampilan yang harus dikembangkan pada peserta didik sesuai
kurikulum 2013 yang mengharuskan peserta didik untuk berpikir kritis (Febrianti et.al, 2021)
Quraisin (2021) menyatakan bahwa dalam mencari KPK dan FPB, guru pada umumnya
menggunakan metode pembelajaran klasikal, yaitu ceramah. Model ini, guru akan
mengajarkan metode sederhana dan metode faktorial/pohon faktor. Namun kedua metode ini
seringkali siswa merasa kesulitan dalam pengerjaannya yang pada akhirnya siswa cenderung
khawatir takut salah, jenuh dan bosan sehingga akan mempengaruhi nilai hasil belajar
mereka. Untuk mengatasi hal tersebut, guru diharapkan mampu menerapkan suatu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan serta aktif dalam belajar.
Setiap siswa memiliki perbedaan cara belajar antara yang satu dengan lainnya dalam
aspek fisik, pola berpikir, dan cara merespon atau mempelajari sesuatu yang baru. Dalam
konteks belajar, setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran.
Oleh sebab itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai bentuk metode untuk dapat
memahami tuntutan perbedaan individual tersebut (Helmiati, 2013).
Setiap siswa memiliki perbedaan cara belajar antara yang satu dengan lainnyadalam
aspek fisik, pola berpikir, dan cara merespon atau mempelajari sesuatu yang baru. Dalam
konteks belajar, setiap siswa memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran.
Oleh sebab itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai bentuk metode untuk dapat
memahami tuntutan perbedaan individual tersebut (Helmiati, 2013).
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran
matematika adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based
Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dapat
mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajarannya, karena siswa akan mengenal
cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah di
dunia nyata khususnya yang berkaitan dengan materi KPK dan FPB (Quraisin, 2021).
Syamsidah et. al (2018) menyatakan bahwa secara umum langkah-langkah model
pembelajaran Problem Base Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
 Menyadari Masalah. Tahap ini diawali dengan kesadaran akan masalah yang harus
dipecahkan. Kemampuan yang harus dicapai peserta didik yaitu dapat
menentukan/menangkap kesenjangan yang dirasakan oleh manusia dan lingkungan
sosial.
 Merumuskan Masalah. Rumusan masalah berhubungan dengan kejelasan dan
kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data- data yang harus
dikumpulkan. Oleh karena itu, diharapkan peserta didik dapat menentukan prioritas
masalah.
 Merumuskan Hipotesis. Peserta didik diharapkan dapat menentukan sebab akibat
dari masalah yang ingin diselesaikan serta dapat menentukan berbagai kemungkinan
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan.
 Mengumpulkan Data. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengumpulkan
data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan adalah peserta didik dapat
mengumpulkan data dan memetakan serta menyajikan dalam berbagai tampilan
sehingga mudah dipahami.
 Menguji Hipotesis. Peserta didik diharapkan memiliki kecakapan menelaah dan
membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.
 Menentukan Pilihan Penyelesaian. Kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan untuk dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang
dapat terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilihnya.
METODE
Tujuan utama peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SDIT Citra Insani pada materi pembelajaran menyelesaikan soal cerita masalah
sehari-hari tentang KPK dan FPB dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan
sesuai, serta dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memperbaiki praktik
pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Peneliti menggunakan metode pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dalam penelitiannya dikarenakan merupakan metode
pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajarannya, karena
siswa akan mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan
masalah-masalah di dunia nyata khususnya yang berkaitan dengan materi KPK dan FPB
(Quraisin, 2021).
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Adapun tujuan dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika
materi menyelesaikan soal cerita masalah sehari-hari tentang KPK dan FPB menggunakan
metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Subyek dalam penelitian ini adalah
siswa-siswi kelas V (Lima) SDIT Citra Insani, Perum. Grand Cikarang City Blok F14 No.11-
14, Ds. Karangraharja, Kec. Cikarang Utara, Kab. Bekasi Prov. Jawa Barat, 17530. Dengan
jumlah siswa sebanyak 27 siswa, dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan siswi
perempuan berjumlah 15 orang. Penelitian ini dilaksanakan di SDIT Citra Insani. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada semester 1 sejak Oktober 2023 - November 2023.
Model yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain model Kemmis dan Mc
Taggart dalam Maliasih et.al (2017) yang berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus
berikutnya, terdiri dari : menyusun perencanaan tindakan (planning), melaksanakan tindakan
(acting), melaksanakan pengamatan (observing) serta melakukan refleksi (reflecting). Adapun
desain atau model yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 :

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Teknik analisis data dilakukan melalui observasi dan penilaian tes kemampuan pada
setiap tahapan siklus tindakan. Dengan melakukan dan penilaian tes kemampuan, guru
sebagai peneliti memiliki wawasan yang sifatnya mendalam. Lembar observasi digunakan
untuk mengukur atau menilai proses belajar yaitu tingkah laku siswa pada saat pembelajaran.
Dalam penggunaan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maka dilakukan
pengamatan dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa.
Lembar observasi diberikan tanda (√) pada kolom “ya” atau “tidak” untuk pengamatan
diberikan skor 2 jika observer mencentang kolom “ya” dan skor “1” jika observer mencentang
“tidak” berikut pedoman dalam memberikan skor akhir untuk ceklis sebagai berikut :

Tujuan dilakukannya tes kemampuan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
hasil belajar pederta didik mendapatkan nilai hasil belajar diatas rata-rata nilai KKM yang
ditentukan sesuai mata pelajaran matematika. Pengumpulan data dilakukan pada saat aktivitas
pembelajaran berlangsung, hal ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian. Ketuntasan belajar siswa ditentukan dengan KKM yang sudah ditetapkan di SDIT
Citra Insani untuk kelas V yaitu 70.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran
Dalam bab ini akan memaparkan data yang dikumpulkan selama pelaksanaan
penelitian. Deskripsi data disusun secara kronologis sesuai dengan urutan kegiatan yang
berbentuk siklus. Pelaksanaan tiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi penelitian tindakan ini mengambil mata pelajaran matematika
pada materi menyelesaikan soal cerita masalah sehari-hari tentang KPK dan FPB di kelas
V SDIT Citra Insani Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, menggunakan
metode Problem Based Learning (PBL).
Adapun hasil penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Deskripsi Pra Siklus
Berdasarkan hasil evaluasi penilaian Pra siklus, hasil belajar siswa menunjukkan
bahwa terdapat 17 orang siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM (70) sementara itu
yang mendapatkan nilai di atas KKM sebanyak 10 orang siswa , dengan persentase nilai
rata-rata sebesar 60,741. Berdasarkan hasil tersebut dinyatakan bahwa pembelajaran pada
Pra-Siklus harus dilanjutkan ke tahap siklus I.
Hasil observasi diambil berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan selama
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan Teknik ceklis. Hasil observasi dapat
ditunjukkan pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.
Hasil Observasi Siswa Pra Siklus

Berdasarkan lembar observasi siswa pada mata pelajaran matematika terdapat 5


aspek yang dinilai dan hanya 2 aspek yang muncul dan 3 yang belum muncul dalam Pra
Siklus. Maka presentase ketuntasannya adalah :

Selain melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, dilakukan juga observasi


terhadap aktivitas kinerja guru pada kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat pada tabel
2. sebagai berikut :
Tabel 2.
Hasil Observasi Kinerja Guru Pra Siklus

Kemunculan
No Aspek yang di Observasi
Ada Tidak Ada
Memberikan apersepsi (Menggali
1 pengetahuan awal siswa terkait √
dengan materi)
Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai
2 √
Memberikan bimbingan dan
motivasi dalam kegiatan belajar
3 √
Membimbing siswa untuk
4 √
berdiskusi dalam kelompok
5 Memberikan lembar kerja siswa √
kepada setiap kelompok
6 Menggunakan alat peraga dan

media pembelajaran yang menarik
7 Menguasai materi yang

terkait dengan pembelajaran
8 Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang √
materi yang belum dimengerti
9 Membimbing siswa dalam
menyimpulkan materi √
pembelajaran
10 Melakukan penilaian akhir √
Jumlah 4 6
Persentase 40% 60%

Berdasarkan lembar observasi guru pada mata Pelajaran matematika terdapat 10


aspek yang dinilai. Terdapat 4 aspek yang muncul dan 6 aspek yang belum muncul dalam
Pra Siklus. Maka prensentase ketuntasannya adalah sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran Pra Siklus di atas


kinerja guru masih perlu perbaikan karena belum memenuhi kriteria ketentuan
pelaksanaan pembelajaran yaitu 90%. Maka penulis memutuskan untuk melanjutkan
perbaikan pembelajaran Matematika tentang menyelesaikan soal cerita materi KPK dan
FPB menggunakan model Problem Based Learning (PBL) ke siklus I.
2. Deskripsi Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Berdasarkan hasil evaluasi penilaian hasil belajar siswa menunjukkan bahwa masih
terdapat 8 orang siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM, Sedangkan yang
mendapatkan nilai diatas KKM sebanyak 19 orang siswa. Dari hasil tersebut dinyatakan
bahwa pembelajaran pada Pra-siklus belum berhasil oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian lanjutan ke siklus I. Lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.
Hasil Observasi Siswa Siklus I
Berdasarkan lembar observasi siswa pada mata Pelajaran matematika terdapat 5
aspek yang dinilai dan hanya 3 aspek yang muncul dan 2 aspek yang belum muncul
dalam siklus I. Maka presentase ketuntasannya adalah :

Selain melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, pada penelitian siklus I


dilakukan juga observasi terhadap aktivitas kinerja guru pada kegiatan pembelajaran yang
dapat dilihat pada tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4.
Hasil Observasi Guru Siklus I
Kemunculan
NO Aspek yang di Observasi
Ada Tidak Ada
Memberikan apersepsi (Menggali
1 pengetahuan awal siswa terkait √
dengan materi)
Menyampaikan tujuan pembelajaran

yang akan dicapai
2
Memberikan bimbingan dan motivasi
3 √
dalam kegiatan belajar
Membimbing siswa untuk berdiskusi
4 √
dalam kelompok
Memberikan lembar kerja siswa
5 √
kepada setiap kelompok
Menggunakan alat peraga dan media
6 √
pembelajaran yang menarik
Menguasai materi yang
7 √
terkait dengan pembelajaran
Memberikan kesempatan kepada
8 siswa untuk bertanya tentang materi √
yang belum dimengerti
Membimbing siswa dalam
9 √
menyimpulkan materi pembelajaran
10 Melakukan penilaian akhir √
Jumlah 7 3
Persentase 70% 30%

Berdasarkan hasil observasi guru pada mata Pelajaran matematika terdapat 10


aspek penilaian. Terdapat 7 aspek yang muncul dan 3 aspek yang belum muncul dalam
siklus I. Diperoleh persentase ketuntasannya dihitung dengan formula sebagai berikut :

Berdasarkan hasil pengamatan pada kegiatan pembelajaran siklus I dengan


mendapatkan nilai persentase rata-rata 70,37 dan belum mencapai nilai KKM, maka hasil
perbaikan pembelajaran tersebut belum dianggap berhasil, maka penulis memutuskan
untuk melanjutkan perbaikan pembelajaran matematika tentang menyelesaikan soal cerita
materi KPK dan FPB ke siklus 2.
3. Deskripsi Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Tindakan perbaikan pembelajaran matematika pada siklus II dilakukan karena hasil
belajar matematika sudah mencapai KKM dan sedikit siswa yang belum mencapai
ketuntasan. Terdapat analisis aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran siklus II. Hasil
observasi diambil berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan selama kegiatan belajar
mengajar dengan menggunakan Teknik ceklis. Lembar observasi dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 5.
Hasil Observasi Siswa Siklus II
Kemunculan
No Aspek Yang Di Observasi Ada Tidak Ada

1 Aktif selama √
berlangsungnya KBM
2 Keberanian bertanya √

3 Keaktifan menjawab √
pertanyaan dari guru
4 Perhatian siswa terhadap √
materi
5 Diskusi dalam kelompok √
Jumlah 5 0
Persentase 100% 0%
Berdasarkan lembar observasi siswa pada mata Pelajaran matematika terdapat 5
aspek yang dinilai dan hanya 5 aspek telah muncul dalam siklus 2. Maka presentase
ketuntasannya adalah :

Selain melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, pada penelitian siklus II


dilakukan juga observasi terhadap aktivitas kinerja guru pada kegiatan pembelajaran yang
dapat dilihat pada tabel 6. sebagai berikut :
Tabel 6.
Hasil Observasi Guru Siklus II
Kemunculan
NO Aspek yang di Observasi
Ada Tidak Ada
Memberikan apersepsi (Menggali
1 pengetahuan awal siswa terkait √
dengan materi)
Menyampaikan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai
2
Memberikan bimbingan dan

motivasi dalam kegiatan belajar
3
Kemunculan
No Aspek yang di Observasi
Ada Tidak Ada
Membimbing siswa untuk
4 √
berdiskusi dalam kelompok
Memberikan lembar kerja siswa
5 √
kepada setiap kelompok
Menggunakan alat peraga dan
6 √
media pembelajaran yang menarik
Menguasai materi yang
7 √
terkait dengan pembelajaran
Memberikan kesempatan kepada
8 siswa untuk bertanya tentang √
materi yang belum dimengerti
Membimbing siswa dalam
9 menyimpulkan materi √
pembelajaran
10 Melakukan penilaian akhir √
Jumlah 9 1
Persentase 90% 10%
Berdasarkan lembar observasi guru pada mata Pelajaran matematika, terdapat 10
aspek penilaian. Terdapat 9 aspek telah muncul dalam siklus 2 maka presentase
ketuntasannya adalah :

Berdasarkan hasil penilaian hasil belajar pada kegiatan pembelajaran siklsu 2


menunjukkan bahwa semua siswa mendapatkan nilai persentase rata-rata sebesar 82,22.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semua siswa mendapatkan nilai diatas nilai KKM.
Dengan melihat hasil data diatas, disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran pada siklus
2 dinyatakan berhasil dan tuntas.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan di kelas
V pada mata Pelajaran matematika tentang menyelesaikan soal cerita materi KPK dan
FPB yang dilakukan sebanyak 2 siklus sebagai berikut :

Grafik 1.
Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Nilai Rata-Rata
Pra Siklus
82,22 60,741
Siklus I
70,37
Siklus II

Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa hasil penelitian perbaikan pembelajaran


pada tiga tahap sebagai berikut : tahap Pra Siklus niai rata-rata mencapai 60,741,
sedangkan tahap Siklus I yaitu nilai rata-rata mencapai 70,37 dan pada tahap Siklus II
nilai rata-rata mencapai 82,22.
1. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pra siklus
Berdasarkan hasil evaluasi penelitian hasil belajar siswa dari 27 peserta didik
kelas V SDIT Citra Insani, nilai tertinggi siswa mencapai 80 sedangkan untuk nilai
terendah siswa 20. Standar KKM 70 dengan nilai ketuntasan siswa mencapai 60,741
terdapat 17 siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM sedangkan yang
mendapatkan nilai di atas KKM sebanyak 10 orang siswa digambarkan dengan grafik
di bawah ini :
Grafik 2.
Persentase Hasil Belajar Perbaikan Pembelajaran Pra Siklus

100%

50%
63%
37%
0%
Belum Tuntas Tuntas

Berdasarkan lembar observasi siswa dan lembar observasi guru pada mata
Pelajaran Matematika. Berikut disajikan grafik persentase observasi guru dan siswa :
Grafik 3.
Persentase Observasi Siswa dan Guru Pra Siklus
60%
40%
20% 40% 40%
0%
Observasi Siswa Observasi Guru

2. Pembahasan Hasil Belajar Perbaikan Pembelajaran Siklus I


Pada pelaksaan perbaikan Siklus I, sudah mengalami kenaikan dalam
pemahaman materi oleh siswa dimana dilihat dari perolehan nilai siswa yang
meningkat. Hal tersebut digambarkan pada grafik di bawah ini :
Grafik 4.
Persentase Hasil Belajar Perbaikan Pembelajaran Siklus I
100% 70%
50% 30%

0%
Belum Tuntas Tuntas

Berdasarkan lembar observasi siswa serta lembar observasi guru pada mata
Pelajaran matematika dipaparkan pada grafik persentase berikut ini :
Grafik 5.
Persentase Observasi Siswa dan Guru Siklus I
80%
70%
70%
60%
60%
50%
Observasi Siswa Observasi Guru

3. Pembahasan Hasil Belajar Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada Siklus II
mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Hal tersebut menandakan bahwa
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dinyatakan telah berhasil,
dan digambarkan melalui grafik di bawah ini :
Grafik 6.
Persentase Hasil Belajar Perbaikan Pembelajaran Siklus II
100% 89%

50%
11%
0%
Belum Tuntas Tuntas

Berdasarkan lembar observasi siswa serta lembar observasi guru pada mata
Pelajaran matematika dipaparkan pada grafik persentase berikut ini :
Grafik 7.
Persentase Observasi Siswa dan Guru Siklus II
110%
100%
100%
90%
90%
80%
Observasi Siswa Observasi Guru

Hasil yang diperoleh setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus


II diantaranya yaitu : nilai rata-rata mencapai 82,22, lembar hasil observasi siswa
adalah 100%, serta lembar hasil observasi guru mencapai 90%. Indikator
keberhasilan yang ditetapkan pada siklus II dalam penelitian ini adalah 80. Maka
dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil, karena dapat
dilihat nilai siswa mengalami kenaikan yang signifikan dan terdapat perubahan pada
setiap siklus, yaitu : Pra Siklus nilai rata-rata 60,741, pada Siklus I nilai rata-rata
70,37 serta pada Siklus II mencapai nilai rata-rata 82,22, dimana nilai siswa jauh
melebihi KKM 70. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi siswa setelah proses
perbaikan pembelajaran dilaksanakan.

SIMPULAN DAN SARAN


A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran dikelas V dalam bentuk Kajian
belajar mengenai Tindakan kelas di SDIT Citra Insani Tahun Pelajaran 2023-2024
diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Belajar dan mengajar adalah dua mata rantai yang
tidak dapat dipisahkan. Sehingga pendidikan yang baik ada kemampun guru dalam
mengelolah kelas, seorang guru harus dapat memahami kondisi pembelajar agar proses
pendidikan bisa berjalan dengan maksimal. Problem Based Learning (PBL) merupakan
model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses
pembelajarannya, karena siswa akan mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam
kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah di dunia nyata. Berdasarkan hasil dari
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di
SDN Muktiwari 02.
B. SARAN DAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan pembelajaran. Saran penelitian bagi Siswa adalah setelah
pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning (PBL),
diharapkan siswa dapat terbiasa dalam memecahkan masalah secara berkelompok pada
pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika serta siswa dapat melakukan
pembelajaran secara berkelompok dengan waktu yang efisien. Selain itu, saran penelitian
bagi Guru adalah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dijadikan salah satu alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar siswa serta dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) guru dapat
menggunakan strategi waktu yang telah disepakati. Adapun saran penelitian bagi sekolah
adalah hendaknya sekolah dapat menyediakan alat peraga yang tepat dan lengkap untuk
melaksanakan pembelajaran disekolah serta menyediakan sarana dan prasarana yang baik
agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tercapai tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Djamaluddin, A., dan Wardana. (2019). Belajar dan Pembelajaran 4 Pilar Peningkatan
Kompetensi Pedagogis. Sulawesi Selatan : CV Kaaffah Learning Center.
Febrianti, A.A., R. Purwati., C. Casta. (2021). Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal
Cerita Operasi Hitung dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah di Sekolah
Dasar. ARJI (Action Research Journal Indonesia). 3 (4) : 301 – 313.
Helmiati. (2013). Model Pembelajaran. Yogyakarta : Aswaja Pressindo.
Hendracita, N. (2021). Buku Ajar Model Model Pembelajaran SD. Bandung : Multikreasi
Press.
Maliasih., Hartono., Nuraini. (2017). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar
Kognitif Melalui Metode Teams Games Tournaments dengan Strategi Peta Konsep
Pada Siswa SMA. Jurnal Profesi Keguruan. 3(2) : 222-226.
Ningsih, S.K., A.A. Amaliyah., dan C.P. Rini. (2022). Analisis Kesulitan Belajar Matematika
Pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Berajah Journal (Jurnal Pembelajaran dan
Pengembangan Diri). 2 (1) : 44-48.
Quraisin, Iin. (2021). Problem Based Learning Solusi Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran
Matematika dengan Topik KPK & FPB di Kelas IV SDI Ramah Anak Cilodong
Depok. ELEMENTARY : Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar. 1 (4) : 173-178.
Sari, L.E. et.al. (2022). Psikologi Pembelajaran : Penerapan Psikologi dalam Pendidikan.
Malang : Psychologyforum.
Syamsidah., H. Suryani. (2018). Buku Model Problem Based Learning (PBL). Yogyakarta :
Deepublish.
Ulandari, N.K.S., dan I.W. Suantara. (2022). Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa
Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 1 Bebalang. Jurnal Pendidikan Dasar Rare Pustaka. 4
(2) : 40-45.
Zulvira, R., Neviyarni., dan Irdamurni. (2021). Karakteristik Siswa Kelas Rendah Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai. 5 (1) : 1846-1851.

Anda mungkin juga menyukai