Anda di halaman 1dari 8

USULAN PROPOSAL

CALON MAHASISWA PROGRAM PASCASARJANA


BIDANG PEMINATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Metode


Pembelajaran Blended Learning pada materi Persamaan Kuadrat untuk Siswa Kelas IX di
UPTD SMP Negeri 2 Pulo Bandring

NAMA : Ida Rosianna Imelda Manalu


Alamat E-mail : idarosiannaimelda@gmail.com

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


UNIVERSITAS TERBUKA
2023/2024
PENDAHULUAN

Latar belakang pentingnya penelitian ini dilakukan adalah kemampuan komunikasi


matematis siswa dalam proses pemecahan masalah matematika masih sangat minim, pada siswa
yang ada disekolah peneliti yaitu UPTD SMP Negeri 2 Pulo Bandring.
Mengingat pentingnya pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran matematika, proses
pembelajaran diawali dengan suatu masalah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang tertera
pada Peraturan Menteri Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (Depdiknas, 2006: 345) yaitu
“dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan
masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem)”.
Dengan memberikan masalah kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui pemecahan masalah sehingga pada akhirnya
siswa dapat menguasai konsep matematika. Dengan kata lain, pembelajaran dengan melibatkan
proses pemecahan masalah oleh siswa hingga pada akhirnya siswa mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri itulah yang merupakan pembelajaran yang sesuai dengan ide/esensi dari
pembelajaran sesungguhnya.
Dalam tahapan membimbing siswa, menggunakan metode pembelajaran blended learning
dirasa penting untuk dapat memaksimalkan proses pembelajaran, yaitu pembelajaran secara tatap
muka dan juga pembelajaran secara daring dengan memanfaatkan media online seperti ruang
virtual ataupun berbagai aplikasi belajar.
Hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini sangatlah luas, agar penelitian ini dapat lebih
mendalam maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada pengembangan model pembelajaran
matematika berbasis masalah dengan metode pembelajaran Blended Learning untuk siswa UPTD
SMP kelas IX semester 2.
Berdasarkan pembatasan masalah, rumus masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah model pembelajaran berbasis masalah dengan metode pembelajaran Blended


Learning yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika?

2. Bagaimanakah kualitas model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan metode


pembelajaran Blended Learning dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa, sehingga mereka mampu dalam menggunakan ide matematikanya,
memahami dalam memecahkan masalah matematis yang dituangkan baik dalam lisan maupun
tulisan.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menghasilkan model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan metode pembelajaran
Blended Learning yang mencakup sintak/langkah pembelajaran, sistem sosial, prinsip reaksi, dan
dampak instruksional dan pengiring yang valid, praktis, dan efektif serta dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika.
2. Mengetahui kualitas model pembelajaran matematika berbasis masalah dengan metode
pembelajaran Blended Learning yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis
siswa, sehingga mereka mampu dalam menggunakan ide matematikanya, memahami dalam
memecahkan masalah matematis yang dituangkan baik dalam lisan maupun tulisan.
Apabila tujuan penelitian ini terpenuhi, manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.

1. Manfaat Praktis
a. Sebagai alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru dan siswa dalam
pembelajaran matematika berbasis masalah dengan metode pembelajaran Blended Learning di
SMP.
b. Sebagai alternatif pembelajaran matematika yang menekankan pada kemampuan komunikasi
matematis siswa dalam pemecahan masalah.
c. Membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran matematika berbasis masalah dengan
metode pembelajaran Blended Learning

2. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan model


pembelajaran matematika berbasis masalah dengan metode pembelajaran Blended Learning
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dalam pemecahan masalah.
KAJIAN PUSTAKA

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan nasional No. 41 tahun 2007 tentang standar proses
dijelaskan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan, bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Nitko & Brookhart (2007: 18) menyatakan, “instruction is the process
you use to provide students with the conditions that help them achieve the learning
targets”.
Selanjutnya, Joyce, Weil, & Calhoun (2004: 13) menyatakan bahwa in the process of learning,
the mind stores information, organizes it, and revises previous conceptions. Learning is not just a
process of taking in new information, ideas, and skills, but the new material is reconstructed by
the mind.
Artinya bahwa dalam proses pembelajaran, pikiran memberikan informasi, mengolah dan
memperbaiki konsep sebelumnya. Pembelajaran tidak hanya berupa proses memberikan
informasi baru, ide dan keterampilan, tetapi dikonstruksi kembali dari materi baru. Peristiwa
belajar mengajar terjadi apabila subyek di didik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan
belajar yang diatur oleh guru.
Di sisi lain, NCTM (2000: 20-21) mendeskripsikan beberapa prinsip dalam pembelajaran
matematika, antara lain yaitu (1) mempelajari matematika dengan pemahaman adalah suatu hal
yang esensial, (2) siswa dapat mempelajari matematika dengan pemahaman. Pemahaman dalam
pembelajaran matematika merupakan hal yang esensial karena pemahaman memungkinkan siswa
untuk menyelesaikan jenis masalah masalah baru yang mungkin akan ditemui siswa dimasa
mendatang.
Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di tingkat menengah pertama (SMP),
terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu yang
tercantum dalam Peraturan Menteri (PERMEN) nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi.
Berikut disajikan tujuan dari pembelajaran matematika, yaitu agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut (Depdiknas, 2006: 346).

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan


konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model


matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.

Lebih lanjut, dalam standar isi tersebut juga diuraikan bahwa pendekatan pemecahan
masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
pemecahan masalah merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika, khususnya

dalam pembelajaran matematika untuk tingkat menengah pertama. Selain itu, ditinjau dari segi
tingkat perkembangan kognisi anak usia SMP yaitu pada tingkat formal operasional, pemecahan
masalah cocok untuk diterapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika di tingkat
SMP.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Posamentier, Smith & Stepelman (2010:107) yaitu “it is
important for teacher to built problem solving skills in all of their students, whether they be
concrete operational or formal operational individuals”. Dengan demikian, proses pemecahan
masalah pada pembelajaran matematika sesuai dan penting untuk ditekankan sesuai dengan
tingkat perkembangan kognisi siswa.
Slavin (2011: 50) mengemukakan bahwa “anak-anak pada tahap operasi konkret dapat
membentuk konsep, melihat hubungan dan memecahkan masalah tetapi hanya sejauh jika mereka
melibatkan objek dan situasi yang sudah tidak asing lagi”. Sejalan dengan pendapat tersebut
Posamentier, Smith & Stepelman (2010:106) mengemukakan “the concrete operational students
can order and organize that which is immediately present, but does not recognize and evaluate
the possible”.
Dengan demikian, siswa pada tahap operasi konkret masih mampu untuk memecahkan masalah
yang sederhana dan dekat dengan siswa, serta siswa belum bisa untuk menyadari dan
mengevaluasi kemungkinankemungkinan yang lain. Di sisi lain, siswa pada tahap perkembangan
operasi formal telah mampu untuk berpikir abstrak dan melihat sejumlah kemungkinan yang ada
(Slavin, 2011:52). Senada dengan pendapat Slavin, Posamentier, Smith & Stepelman (2010:107)
menyatakan Formal operational students are capable of hypothetical thought and logical
reasoning from a proposition. They are capable of forming all combinations of objects and
isolating variables in the analysis of problem situation.
Dengan demikian dapat disimpulkan untuk siswa pada tahap perkembangan operasi konkret baru
dapat menyelesaikan masalah yang telah disajikan tanpa mempertimbangkan kemungkinan-
kemungkinan yang lainnya, sedangkan siswa pada tahap operasi formal talah mampu membuat
hipotesis dan alasan yang logis dari berbagai kemungkinan yang ada.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Produk yang akan dikembangkan yaitu
model pembelajaran matematika berbasis masalah (problem based learning) beserta perangkat
pendukung pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) dan Tes Hasil Belajar (THB) untuk siswa SMP kelas IX semester 1
dengan menggunakan langkah-langkah yang ada dalam penelitian pengembangan.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini mencakup instrumen untuk menilai kualitas
produk yang meliputi aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Sebelum instrumen
digunakan untuk menilai kevalidan, kepraktisan dan keefektifan produk, terlebih dahulu perlu
dilakukan validasi terhadap instrumen yang akan digunakan dengan cara meminta pertimbangan
ahli untuk memberikan penilaian dan memberikan saran perbaikan langsung pada teks instrumen.
Oleh karena itu, diperlukan lembar validasi instrumen penelitian yang akan digunakan para ahli
untuk menilai semua instrumen yang akan dipakai dalam penelitian.
Validasi terhadap keseluruhan instrumen dalam penelitian mencakup aspek petunjuk, isi dan
bahasa. Secara lebih lengkap, lembar validasi instrumen penelitian.
Sebelum instrumen digunakan untuk menilai kevalidan, kepraktisan dan keefektifan produk,
perlu dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif, teknik yang digunakan
yaitu dengan meminta pertimbangan ahli untuk memberikan penilaian dan memberikan saran
perbaikan langsung pada teks instrumen.
Selanjuntya secara kuantitatif, kelayakan instrumen dapat diukur dari validitas isi yakni
validitas tampilan (face validity) dan validitas logis (logical validity) (Allen & Yen, 1979: 95-96).
Validitas logis diperoleh melalui pemeriksaan terhadap item-item instrumen untuk
membuat kesimpulan bahwa instrumen mengukur aspek yang relevan, yang didapat dengan
membuat tabel spesifikasi yang menggambarkan hal yang diukur. Validitas tampilan dilihat dari
format penampilan instrumen.
Analisis data penelitian bertujuan untuk mengetahui kriteria kevalidan, kepraktisan dan
keefektifan produk pengembangan. Data yang diperoleh dari para ahli dan praktisi dianalisis
untuk menjawab pertanyaan, apakah model pembelajaran yang dikembangkan sudah dikatakan
valid ditinjau dari kekuatan landasan teoritis dan konsistensi diantara komponen-komponen
secara internal. Sedangkan data hasil uji coba lapangan digunakan untuk menjawab kategori
kepraktisan dan keefektifan pembelajaran yang dikembangkan. Berikut akan dijelaskan teknik
analisis data untuk mengetahui kualitas Model pembelajaran yang akan
dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Polya, G. (1973). How to solve it. Princeton, NJ: Princeton University press.
Polya,G.(1962). Mathematical discovery: On understanding, learning and teaching problem
solving. New York: John Wiley and son, Inc.
Pretz, J.E, Naples, J. A, & Sternberg, J.E. (2003). Recognizing, defining, and representing
problems. Dalam Davidson, J.E, & Strenberg,
R.J.(Eds).(2003). The Psychology of Problem Solving. New York: Cambridge University Press
Saifuddin Azwar. (2010). Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Savin-Baden, M. (2003). Facilitating problem-based learning: Illuminating perspectives.
Philadelphia, PA: SRHE and Open University Press.
Slavin, R.E. (2011). Psikologi pendidikan: teori dan praktik. (Terjemahan Marianto Samosir).
Boston, MA: Pearson Education. (Buku asli diterbitkan tahun 2009).
Smith, M & Cook, K. (2012). Attendance and achievement in problem-based learning: The value
of scaffolding. Interdisciplinary Journal of Problembased Learning: Vol. 6: Iss. 1,
Article 8. Diakses pada 18 Juli 2012 dari http://docs.lib.purdue.edu/ijpbl/vol6/iss1/8.
Sri Wardhani & Rumiati. (2011). Instrumen penilaian hasil belajar matematika SMP: Belajar
dari pisa dan timss. Diambil pada tanggal 10 oktober 2012 dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=instrumen%20penilaian%20program%20
bermutu&source=web&cd=2&cad=rja&ved=0CCIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fp4t
kmatematika.org%2Ffile%2FBermutu%25202011%2FSMP%2F4.INSTRUMEN%25
20PENILAIAN%2520HASIL%2520BELAJAR%2520MATEMATIKA%2520.....pdf
&ei=wI5zUIzcOsHUrQejuIGYBQ&usg=AFQjCNHm8Pg2fy_7UZe1jtM0MMJw0j7
Y8w.
Sudjana. (1996). Teknik analisis regresi dan korelasi bagi para peneliti. Bandung:
Tarsito. Tasdikin.(2012). Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP.
Tesis Magistr, tidak diterbitkan, Universitas Pendidikan Indonesia. Diambil pada tanggal 4 Juli
2012, dari http://repository.upi.edu/tesisview.
Tan, Oon-Seng. (2004). Cognition, metacognition, and problem-based learning, in enhancing
thinking through problem-based learning approaches. Singapore: Thomson Learning.

Anda mungkin juga menyukai