Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

PENGARUH MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA

KELAS 1 SD NEGERI 47 KOTA TERNATE

INDIRA SANGADJI

NPM: 03302011093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KHAIRUN

2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah

pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi perkembangan individu

baik dari segi moral maupun tingkah laku. sekolah sebagai dunia pendidikan hendaknya

membekali para siswa untuk mengikuti perkembangan pendidikan yang ada. Salah satu

pelajaran yang harus diikuti perkembangan pendidikannya, adalah pelajaran matematika.

Menurut Afgani pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa, mempelajari matematika tidak

hanya memahami konsepnya atau prosedurnya, tetapi banyak hal yang dapat muncul dari

hasil proses pembelajaran matematika. Namun, matematika merupakan ilmu yang sangat

penting, dalam kehidupan dan ilmu matemtika akan bermanfaat saat terjun langsung di

masyarakat.

Menurut PP No 22 Tahun 2016 standar proses pembelajaran pada suatu pendidikan

adalah pembelajaran di selenggarakan dengan interaktif, menyenangkan, pnuh inspirasi,

menantang dan dapat memotifasi siswa atau peserta didik agar lebih aktif, serta pembelajaran

yang menyediakan cukup ruang bagi kreativitas, prakarsa, dan kemandirian sesuai minat dan

bakat, dan perkembangan jasmani maupun rohani yang di dapatkan dari teladan pendidik.

Dengan berpedoman dari standar tersebut.

Selain itu salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah meningkatkan

kemampuan penalaran matematis siswa. Pembelajaran matematika disekolah yang

seharusnya dapat mempersiapkan siswa, untuk memiliki kemampuan penalaran matematis

sebagai bekal untuk menghadapi tantangan perkembangan dan perubahan. Namun, pada

kenyataannya kemampuan penalaran matematis peserta didik dalam pembelajaran

penjumlahan bilangan caca di kelas 1 SD Negeri 47 Kota Ternate masih dikatakan rendah

dan masih belum tercapai secara maksimal.


Upaya dalam pmbeharuan untuk memperbaiki atau meningkatkan pembelajaran

matematika sudah sejak lama dapat di lakukan di berbagai segala cara dan tujuan. upaya

pembaharuan tersebut berupa perubahan kurikulum beserta tujuan yang di perjelas, ada pun

juga pembaharuan melalui proses pembelajaran di kelas. Di Indonesia, kurikulum sudah

berulangkali mengalami perubahan sesuai dengan segala perkembangan zaman. Dimulai dari,

kurikulum 1947 yang merupakan kurikulum pertama sejak indonsia merdeka. Kurikulum

1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994,

kurikulum 2004, kurikulum 2006,( KTSP), dan terakir kurikulum 2013. Perubahan kurikulum

ini sejalan dengan tujuan yang akan di capai. selain perubahan kurikulum, upaya yang dapat

memperbaiki pembelajaran di sekolah yaitu melalui model pembelajaran yang tidak hanya

berorientasi pada produk. Model pembelajaran yang di perkenalkan itu mengacu pada aspek

konstruktivis. Dengan di kenalkannya berbagai model dalam sebuah pembelajaran. model-

model pembelajaran yang selama ini sudah ada tetap di gunakan dengan kombinasi yang

maksimal. Salah satu kemampuan yang dapat di miliki siswa adalah kemampuan penalaran

matematis. Penalaran merupakan salah satu proses berpikir dengan tujuan untuk menarik

kesimpulan dan membuat suatu pernyataan baru yang di dasarkan pada pernyataan yang telah

ada pada sebelumnya dan telah di buktikan kebenarannya melalui kehidupan sehari-hari

siswa.

Dalam pembelajaran yang bersifat realistik yang meliputi beberapa aspek-aspek

sebagai berikut: memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang “rill” bagi siswa

sesuai dengan pengalaman dan serta tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat

dalam pelajaran secara bermakna atau penting. Permasalahan yang di berikan tentu harus di

bimbing sesuai dengan tujuan yang ingin di peroleh dalam pelajaran tersebit. Siswa

mengembangkan atau menciptakan bentuk-bentuk simbolik yang bisa di umpamakan

terhadap persoaan atau masalah yang di ajukan.


Namun kenyataannya yang terjadi saat penelitian berlangsung di SD Negeri 47 Kota

Ternate Di Kelas 1 tidak sesuai dengan apa yang di harapkan, berdasarkan pengamatan awal

yang peneliti lakukan dalam memberikan soal penalaran kepada kelas 1 mengenai

penjumlahan bilangan caca, dari hsil soal tersebut di peroleh bahwa siswa mengalami

kesulitan dalam menafsirkan dan menyelesaikan penyelesaian dari soal penjumlahan bilangan

caca. Sehingga mereka belum tercapai rata-rata dari indikator-indikator kemampuan

penalaran. Kemampuan penalaran sangat penting untuk siswa tapi ternyata setelah saya

obserfasi dan lakukan penelitian atau wawancara di SD Negeri 47 Kota Ternate Tepatnya di

kelas 1 ternyata kemampuan penalaran siswa masi rendah, buktinya siswa kalau di suru untuk

mengerjakan soal yang di berikan terdapat kesulitan dalam mengerjakan dan memahami. Dari

pernyataan di atas menyatakan bahwa siswa masi belum memahami apa yang di ketahui dan

apa yang di berikan, kurangnya kemampuan siswa dalam mengerjaakan soal penjumlahan

bilangan caca, hal itu di karenakan kesulitan mereka untuk mengingat soal yang di berikan

oleh seorang guru.

Berdasarkan kondisi nyata tersebut, maka kita harus memerlukan pendekatan

pembelajaran yang harus membantu siswa untuk memahami dan menyelesaikan masalah

matematis, suatu pendekatan pembelajaran yang tidak beriorentasi ke hasil saja, namun harus

pada proses pengerjaan siswa. Selai pendekatan yang di gunakan, peran seorang guru dengan

siswa juga sangatlah penting, motifasi siswa untuk belajarar seharusnya tinggi sehingga

mereka semangat dalam belajar, dan bagaimana proses pengerjaan siswa. Guru sebagai suatu

pelaksanaan pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar

berlangsung untuk membantu siswa agar dapat memahami konsep-konsep matematis.

Dengan demikian dengan melaksanakan tugasnya guru di harapkan mampu menciptakan

kondisi yang nyaman dan menyenangkan serta kegiatan belajar yang efektif dan efisien.

Seperti yang di kemukakan kline dalam mulia sari “ learning is most effective when it’s fun”

atau “ belajar sangat efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan (Sari,2016).
Menyenangkan yang berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya

makna pengetahuan pemahaman ( penguasaan atau materi yang dipelajari ), dan nilai yang

memuaskan pada diri siswa.

Kebanyakan dari siswa, ketika menyelesaikan soal-soal yang khususnya pada materi

penjumlahan bilangan caca ada beberapa siswa atau banyak yang mengalami kesulitan.

Kesulitan tersebut terkait dengan pelajaran yang menuntut anak atau siswa memahami soal.

Merencanakan salah satu pemecahan masalah, serta melaksanakan pemecahan masalahnya.

Bagi anak yang berkemampuan intelektualnya tidak maksimal bahkan maksimal sekalipun.

Mengerjakan soal-soal penjumlahan bagi anak kelas 1 bukanlah hal yang mudah karena

kebanyakan berbentuk soal cerita. Di samping itu anak juga tidak terlatih untuk

menyelesaikan masalah matematika secara sistematis.

Melihat hal tersebut di atas, perlu di terapkan pembelajaran yang dapat menjadi

solusih permasalahan tersebut, adapun salah satu pendkatan pembelajaran yang dapat

menciptakan suasana belajar nyaman dan menyenangkan, sehingga dapat mengoptimalkan

kemampuan penalaran siswa yaitu dengan menerapkan pendekatan matematika realistik.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang bermula dari hal-hal yang nyata bagi siswa,

menekankan keterampilan proses matematis, yang pada akhirnya mengunakan matematika itu

untuk menyelesaikan permasalahan baik secara individu maupun berkelompok ( Wijaya,

2016). Pendekatan matematika realistik pada dasarnya merupakan pemanfaatan realitas dan

lingkungan yang di pahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran

matematika, sehingga melibatkan peran siswa dalam melaksanakan pembelajaran secara aktif

untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Proses belajar siswa akan terjadi ketika pengetahuan atau pembelajaran yang di

pelajari bermakna bagi siswa. Suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika

proses belajar melibatkan masalah realistik atau di laksanakan dengan suatu konteks.

Pengunaan konteks dalam suatu pembelajaran matematika dapat membuat konsep


matematika menjadi lebih bermakna bagi siswa, karena konteks dapat menyajikan konsep

matematika abstrak dalm bentuk repsentasi yang mudah di pahami siswa (Wijaya, 2016).

Berdasarkan uraiyan yang telah di sajikan di atas menyatakan bahwa kemampuan

penalaran matematis itu sangat pentig bagi siswa, maka dari uraian atau pernyataan di atas

penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul ” PENGARUH

MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN

MATEMATIS SISWA KELAS 1 SD NEGERI 47 KOTA TERNATE” Dengan

menerapkan materi penjumlahan bilang caca.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di identifikasi sebagi berikut:

1. Rendahnya tingkat kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis peserta

didik dengan pendekatan matematika realistic ( PMR)

2. Kemampuan penalaran matematis peserta didik dengan pendekatan PMR di sekolah

masi di katakana rendah dan masih belum tercapai secara maksimal

3. Pendekatan Matematika realistik (PMR) belum di terapkan di SD Negeri 47 Kota

Ternate

C. Pembatasan masalah

Karna keterbatasan penelitian, masalah yang akan saya teliti hanya pada poin ke 1 dan

ke 2 yang ada di identifikasi masalah:

1. Rendahnya tingkat kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis peserta

didik dengan pendekatan matematika realistic ( PMR)

2. Kemampuan penalaran matematis peserta didik dengan pendekatan PMR di sekolah

masi di katakana rendah dan masih belum tercapai secara maksimal

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:


Apakah terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran matematika realistik terhadap

kemampuan penelaran matematis siswa Kelas 1 SD Negeri 47 Kota Ternate.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti bertujuan untuk membuktikan secara

empirik dan ilmiah tentang pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap

kemampuan penalaran matematis siswa. Dan Mengetahui model pembelajaran

matematika realistik lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya yang

digunakan untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa.

F. Manfaat penelitian

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Penelitian ini di lakukan untuk mendapatkan gambaran suatu masalah keadaan

pendidikan dan serta solusi atau cara penyelesaiannya sehinga dapat bermanfaat

bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Khususnya yang berhubungan langsung

dalam pendekatan matematika realistik dan kemampuan penalaran matematis

siswa Kelas 1 SD Negeri 47 Kota Ternate.

2. Secara praktis

1. Bagi peneliti

Penelitian ini berharap dapat menambah pengetahuan atau wawasan seorang

peneliti dan juga sebagai sumber informasi untuk membantu mengatasi

permasalahan dalam pembelajaran matematika dengan model pembelajaran

matematika realistik khususnya dalam meningkatkan kemampuan penalaran

matematis siswa kelas 1AB SD Negeri 47 Kota Ternate.

2. Bagi guru
Memberikan suatu pemikiran dan bahan acuan dalam pembelajaran sehingga

meningkatkan kualitas pembelajaran yang berdampak pada pengaruh

matematika realistic terhadap kemampuan penalaran siswa Kelas 1 SD Negeri

47 Kota Ternate.

3. Peserta didik

Penerapan pembelajaran penjumlahan bilangan caca dengan pendekatan

matematika realistik dapat berdampak pada penumbuhan rasa percaya diri

terhadap pengetahuan yang sudah di miliki peserta didik.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini di jadikan sebagai acuan perubahan pembelajaran utuk

meningkatkan kualitas berpikir tingkat tinggi peserta didik dalam

mengembangkan konsep yang sudah di perolehnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual

1. Kemampuan penalaran matematis

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) mengemukakan bahwa

penalaran merupakan standar proses dalam melaksanakan pembelajaran matematik. Jadi

kemampuan bernalar memungkinkan seseorang mampu untuk melihat dan serta

meningkatkan pemahaman mengenai banyaknya fenomena yang terjadi. Orang yang

memiliki kesangupan bernalar tinggi biasanya berkeinginan untuk mengerjakan atau

melakukan sesuatu secara terstruktur,pola dan analitis.

Menurut Berqist, dkk. Menyatakan bahwa penalaran adalah salah satu cara berfikir

yang di ambil untuk mewujudkan pernyataan dan memperoleh kesimpulan. Ross Litner

menyatakan bahwa penalaran secara Implicit di pandang sebagai suatu proses yang di tandai

dengan pemikiran deduktif logis tingkat tinggi yang berhubungan dengan bukti-bukti

matematis formal.

Menurut Suherman dan Winataputra penelaran adalah proses berpikir yang di lakukan

dengan salah satu strategi untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang di peroleh dari hasil

bernalar, di dasarkan pada pengamatan data-data yang ada pada sebelumnya dan telah di uji

faktanya. Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq yang mengemukakan bahwa penalaran

merupakan suatu proses atau suatu aktifitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau

membuat suatu pernyataan yang baru atau benar berdasar pada beberapa pernyataan yang

kebenarannya telah di asumsikan atau di butuhkan sebelumnya.

Sedangkan menurut Kusumah menyatakan bahwa kemampuan penalaran matematis

merupakan kemampuan memahami pola hubungan di antara dua objek atau lebih berdasarkan
aturan , teorema, atau dalil yang telah terbukti kebenarannya. Oleh karena itu, kemampuan

penalaran matematis adalah kemampun unuk menarik sesuatu kesimpulan berdasarkan

sumber yang relevan dan berdasarkan pada beberapa pernyatan yang telah di buktikan

kebenarannya.

Berdasarkan uraian definisi dari ahli sebelumnya dari penelitian ini, bahwasanya

kemampuan penalaran matematis adalah salahsatu cara proses berpikir untuk menarik

kesimpulan dari beberapa pernyataan dan benar atau salahnya suatu pernyataan berdasarkan

sumber yang telah di buktikan kebenarannya.

Secara garis besar penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan

penalaran induktif. Penalaran deduktif merupakan penarikan kesimpulan dari hal yang umum

menuju hal yang khusus berdasarkan fakta-fakta yang ada. Menurut Pesce, penalaran

dedukatif adalah proses penalaran dan pengetahuan prinsip atau pengalamn umum yang

menuntun kita memperoleh kesimpulan untuk sesuatu yang khusus.

Penelaran induktif merupakan suatu proses berpikir dengan mengambil suatu

kesimpulan yang bersifat umum atau membuat salah satu pernyataan baru dari khasus-khasus

yang khusus. Seperti yang di kemukakan oleh Pierce, penalaran induksi adalah salah satu

proses penalaran yang menurunkan prinsip atau aturan umum dari pengamatan hal-hal atau

contoh-contoh khusus. Sedangkan menurut Copi, penalaran induktif merupakan proses

penalaran yang kesimpulannya di turunkan dari permis-permisnya dengan suatu probabilitas.

Menurut NCTM dalam ( Tria muharrom) bahwa suatu indikator penalaran terbagi

beberapa: menarik kesimpulan logis, memberikan penjelasan dengan mengunakan model,

fakta, sifat-sifat, dan hubungan, memperkirakan jawaban dan proses solusi, mengunakan pola

dan hubungan untuk menganalisis situasi matematik,analogi, dan generalisasi, menyusun dan

menguji konjektur, memberikan lawan contoh (counter examples), mengikuti aturan


inferensi, memeriksa validitas argumen, menyusun argumen yang valid, serta menyusun

pembuktian langsung, tak langsung dan menggunakan induksi matematika.

Berdasarkan uraian indikator penalaran matematika siswa dari ahli sebelumnya, maka

peneliti hanya mengambil 5 aspek yang menjadi indikator penalaran matematika dalam

penelitian ini adalah:

1. siswa memiliki kesempatan dan teratur untuk menggunakan kemampuan

bernalar, dan melakukan pendugaan;

2. mendorong siswa untuk melakukan pendugaan;

3. menolong siswa untuk memahami nilai balikan yang negatif dalam

memutuskan suatu jawaban;

4. dengan kemampuan bernalar melatih dan membantu anak untuk

mempelajari matematika.(Brodie, 2010)

2. Pendekatan matematika realistic

Realistic Mathematics Education (RME) telah lama dikembangkan di Belanda. RME

mengacu pada pendapat Freudhenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan

dengan realitas dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti harus dekat dengan

anak dan relevan dengan situasi sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia

maksudnya manusia harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep

matematika. Ide utama dari pendekatan matematika realistik adalah siswa harus diberi

kesempatan untuk menemukan kembali (reinvent) ide dan konsep matematika dengan

bimbingan orang dewasa melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan dunia nyata

atau real world.


Pendekatan matematika realistik (PMR) merupakan salah satu jawaban dalam

menerapkan proses belajar mengajar yang aktif dan efektif terutama pembelajaran

matematika. PMR cenderung memberikan penjelasan yang terkait dengan hal yang realistis,

sehingga peserta didik dengan mudah mencerna pembelajaran yang di sampaikan oleh guru.

Pendekatan Matematika Realistik adalah suatu teori pembelajaran yang

dikembangkan khusus untuk mata pelajaran matematika. Sejalan dengan pendapat di atas,

Gravermeijer mengemukakan bahwa PMR merupakan sebuah pendekatan yang berdasarkan

konsep Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia.

Sehingga Pendekatan matematika realistik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

matematika yang berorientasi pada siswa.

Selain itu matematika realistik merupakan sesuatu yang rel atau nyata sehinga siswa

dapat terlibat langsung dalam proses pembelajaran atau belajar mengajar secara

bermakna.adapun menurut para ahli sebagai berikut:

 Menurut Wirama dkk(2014:2)

Mengemukakan bahwa pendekatan matematika realistik kelas matematika

bukan tempat memindah matematika dari guru kepada siswa menemukan

kembali ide dan konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah

nyata. Mengaitkan pengalaman hidup nyata anak dengan ide-ide matematika

dalam pembelajaran di kelas penting di lakukan agar pembelajaran dapat

bermakna atau bermanfaat bagi siswa.

 Menurut Susanto (Fitrah, 2016: 92)

Pendektan Matematika Realistik merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika

adalah aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata


terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke pengalaman belajar yang

berorientasi pada hal-hal yang real (nyata).

Berdasarkan uraian definisi dari ahli sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran matematika realistik adalah teori pembelajaran yang berorientasi pada siswa,

dimana siswa diberikan kesempatan untuk memberikan ide atau konsep baru yang

dimilikinya dan di kaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. di dalam pembelajaran

matematika realistik(PMR) dapat di katakana bahwa siswa di tuntut untuk berperan aktif

dalam proses belajar mengajar.

Menurut Gravemeijer, PMR memiliki beberapa karakteristik, yaitu: a) the use of

context, b) the use of models,bridging by vertical instrument, c) student contribution, d)

interactivity dan e) intertwining. Penjelasan dari kelima karakteristik tersebut, secara singkat

sebagai berikut:

a. Penggunaan masalah kontekstual (the use of context)

Proses pembelajaran diawali dengan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah

kontekstual.

b. Digunakan model atau jembatan dengan Instrument vertical (the use of

models,bridging by vertical instrument)

c. Konsep atau ide metematika direkonstruksikan oleh siswa melalui model-model

instrument vertikal yang bergerak dari prosedur informasi ke bentuk formal.

d. Digunakannya produksi dan konstruksi oleh siswa (student contribution)

Siswa aktif mengkonstruksi sendiri bahan matematika berdasarkan

fasilitas dengan lingkungan belajar yang disediakan guru secara

aktif,menyelesaikan soal dengan cara masing-masing.

e. Adanya interaktivitas (interactivity)

Bentuk-bentuk interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan,

pembenaran, persetujuan, ketidak setujuan, pertanyaan atau refleksi,


digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal

yang diperoleh siswa.

f. Adanya Keterkaitan antara beberapa bagian dari materi pembelajaran

(intertwining)

Sedangkan menurut Treffers, pendekatan matematika realistik

memiliki lima karakteristik, yaitu:

a. The use of context (penggunaan konteks),

b. Theuse of models (penggunaan model),

c. The use of students own production and construction ( penggunaan

kontribusi dari siswa sendiri),

d. The interactive character of teaching process (interaktifitas dalam

proses pengajaran,dan

e. The interviewments of various learning strands (terintegrasi dengan

berbagi topik pengejaran lainnya)

Kelima karakteristik pembelajaran menurut filosofi Realistik inilah yang menjiwai

setiap aktivitas pembelajaran matematika. Meskipun kelima karakteristik tersebut menjadi

acuan dalam pengembangan pembelajaran matematika, namun dalam desain pembelajaran

kadang-kadang tidak semua prinsip itu dimunculkan.

Menurut Streefland, prinsip utama dalam belajar mengajar yang berdasarkan pada

pengajaran realistik adalah sebagai berikut:

a. Constructing and Concretizing

Pada prinsip ini dikatakan bahwa belajar matematika adalah aktivitas konstruksi.

Karakteristik konstruksi ini tampak jelas dalam pembelajaran, yaitu siswa menemukan

sendiri prosedur untuk dirinya sendiri. Pengkonstruksian ini akan lebih menghasilkan apabila

menggunakan pengalaman dan benda-benda konkrit.


b. Levels and Models

Belajar konsep matematika atau keterampilan merupakan proses yang merentang panjang

dan bergerak pada level abstraksi yang bervariasi. Untuk dapat menerima kenaikan dalam

level ini dari batas konteks aritmatika informal sampai aritmatika formal dalam pembelajaran

digunakan model supaya dapat menjembatani antara konkret dan abstrak.

c. Reflektion and Special Assignment

Belajar matematika dan kenaikan level khusus dari proses belajarditingkatkan melalui

refleksi. Penilaian terhadap seseorang tidak hanya berdasarkan hasil saja, tetapi juga

memahami bagaimana proses berfikir seseorang. Perlu dipertimbangkan bagaimana

memberikan penilaian terhadap jawaban siswa yang bervariasi

d. Social Context and Interaction

Belajar bukan hanya merupakan aktivitas individu, tetapi sesuatu yang terjadi dalam

kelpmpok dan langsung berhubungan dengan konteks sosiokultural. Maka dari itu di dalam

belajar, siswa harus diberi kesempatan bertukar pikiran, adu argumen, dan sebagainya.

e. Structuring and Interwining

Belajar matematika ialah tidak hanya terdiri dari penyerapan kumpulan pengetahuan dan

unsur-unsur keterampilan yang tidak berhubungan, tetapi merupakan kesatuan yang

terstruktur. Konsep baru dan objek mental harus cocok dengan dasar pengetahuan yang lebih

besar atau lebih kecil sehingga dalam pembelajaran diupayakan agar ada keterkaitan antara

yang satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan pada uraian diatas, pada dasarnya prinsip atau ide yang mendasari Realistic

MathematicEducation (RME) adalah situasi ketika siswa diberi kesempatan untuk

menemukan kembali ide matematika


Menurut Fitrah (2016: 97) langkah-langkah pendekatan matematika realistik dapat

diuraikan sebagai berikut:

 Memahami Masalah Kontekstual

Guru memberikan masalah (soal) kontekstual dan meminta siswa untuk memahami

masalah tersebut. Jika ada bagian-bagian yang kurang atau belum dipahami siswa, maka

siswa yang memahami bagian itu diminta menjelaskan kepada temannya yang belum paham

 Menyelesaikan Masalah Kontekstual

Siswa mendeskripsikan masalah kontekstual, melakukan interpretasi aspek matematika

yang ada pada masalah yang dimaksud , dan memikirkan strategi pemecahan masalah.

 Membandingkan dan Mendiskusikan Jawaban

Guru membentuk kelompok dan meminta kelompok tersebut untuk berkerja sama

mendiskusikan penyelesaian masalah-masalah yang telah diselesaikan secara individu

(negosiasi, membandingkan, dan berdiskusi).

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berikut hasil penelitian yang relevan yang berhubungan dengan pengaruh matematika

realistik terhadap kemampuan penalaran matematis Siswa Kelas 1 SD Negeri 47 Kota

Ternate terhadap penarapan materi penjumlahan bilangan caca.

1. Menurut Wirama dkk(2014:2)

Mengemukakan bahwa pendekatan matematika realistik kelas matematika bukan

tempat memindah matematika dari guru kepada siswa menemukan kembali ide dan

konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah nyata. Mengaitkan

pengalaman hidup nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di


kelas penting di lakukan agar pembelajaran dapat bermakna atau bermanfaat bagi

siswa.

Dari pendapat di atas maka Hasil penelitian yang di laksanakan oleh Indira

Sangadji (2022) menyimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan matematika

realistik prestasi belajar kelas 1 SD Negeri 47 Kota ternate dapat di tingkatkan.

Selain itu dari hasil penelitian juga terdapat peningkatan suatu partisipasi siswa dalam

belajar matematika dengan pembelajaran pendekatan matematika realistik.

2. Menurut Susanto (Fitrah, 2016: 92)

Pendektan Matematika Realistik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

matematika yang berorientasi pada siswa, bahwa matematika adalah aktivitas manusia

dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-

hari siswa ke pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang real (nyata)

Penjelasan menurut ahli di atas maka Indira Sangadji (2022) dalam

melaksanakan penelitian yang berjudul pengaruh matematika realistic terhadap

kemampuan penelaran matematis dengan pendekatan matematika realistic(PMR) pada

siswa kelas 1 SD Negeri 47 Kota Ternate menyimpulkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan prestasi belajar siswa dan kualitas proses pembelajaran yang ditandai

dengan partisipasi siswa meningkat dalam mengunakan pendekatan matematika

realistik.

C. Kerangka Teoritik

Pengaruh kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan model

pembelajaran matematika realistik.

Dalam kemampuan penalaran matematis, siswa dituntut untuk mampu melihat dan

mengembangkan pemahaman pada materi penjumlahan bilangan caca. Siswa yang memiliki

kemampuan bernalar tinggi biasanya cenderung untuk mengerjakan sesuatu secara


terstruktur, pola dan analitis. Kemampuan penalaran matematis adalah proses berfikir untuk

dapat menarik sebuah kesimpulan dari beberapa pertanyaan dan benar atau salahnya suatu

pertanyaan berdasarkan sumber yang telah diketahui kebenarannya sehingga memperoleh

kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar, didasarkan pada pengamatan

data-data yang ada sebelumnya.

Pembelajaran matematika realistik adalah pembelajaran yang bertolak dari hal-hal

yang ‘real’ bagi siswa. Pembelajaran ini bertujuan untuk mendekatkan pemikiran siswa

terhadap pembelajaran yang dipelajarinya agar materi ajar tersebut tidak terlalu abstrak

baginya. Pada pembelajaran matematika realistik ini peran seorang guru tidak lebih dari

sekedar seorang fasilitator, moderator atau evaluator bagi siswa sementara siswa itu sendiri

yang berfikir, mengkomunikasikan ide dan gagasan, serta melatih nuansa demokrasi dengan

menghargai berbagai pendapat orang lain terhadap konsep matematika itu. Dalam

pembelajaran matematika realistik siswa dituntut untuk meningkatkan kemampuan penalaran

siswa agar dapat memberikan ide dan gagasan dari daya nalar siswa terhadap materi yang

diajarkan.

menarik sebuah kesimpulan dari beberapa pertanyaan dan benar atau salahnya suatu

pertanyaan berdasarkan sumber yang telah diketahui kebenarannya sehingga memperoleh

kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil bernalar, didasarkan pada pengamatan

data-data yang ada sebelumnya.

Pembelajaran matematika realistik adalah pembelajaran yang bertolak dari hal-hal

yang ‘real’ bagi siswa. Pembelajaran ini bertujuan untuk mendekatkan pemikiran siswa

terhadap pembelajaran yang dipelajarinya agar materi ajar tersebut tidak terlalu abstrak

baginya. Pada pembelajaran matematika realistik ini peran seorang guru tidak lebih dari

sekedar seorang fasilitator, moderator atau evaluator bagi siswa sementara siswa itu sendiri

yang berfikir, mengkomunikasikan ide dan gagasan, serta melatih nuansa demokrasi
dengan menghargai berbagai pendapat orang lain terhadap konsep matematika itu. Dalam

pembelajaran matematika realistik siswa dituntut untuk meningkatkan kemampuan

penalaran siswa agar dapat memberikan ide dan gagasan dari daya nalar siswa terhadap

materi yang diajarkan.

Proses pembelajaran matematika realistic mengunakan masalah kontekstual sebagai

titik awal dalam blajar matematika. Siswa di beri kesempatan untuk mengorganisasi

masalah dan mencoba mengidentifikasi aspek mtematika yang ada pada masalah tersebut.

Berdasarkan latar belakang dan kajian Pustaka diketahui bahwa proses

pembelajaran matematika di SD N 47 Kota Ternate dapat dikatakan masih bersifat

konvensional. Hasil observasi menunjukkan, metode yang digunakan guru sebagian besar

adalah metode ceramah kenyataannya yang dapat di jumpai di sekolah selama ini adalah

pembelajaran berpusat pada guru yang eletakkan guru sebagai pemberi pengetahuan

kepada siswa, dan cara penyampaian pengetahuan cenderung masi di dominasi metode

ceramah.akibatnya tidak semua siswa berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran.

Dengan pembelajaran yang seperti ini maka dapat di katakana perolehan hasil belajar

masih sangat jauh yang di harapkan, sehingga dapat di katakana tujuan pembelajaran

belum tercapai. Walapun demikian bukan berarti metode ceramah tidak cocok di gunakan

untuk pembelajaran matematika. Agar hasil belajar yang dapat di peroleh menjadi lebih

baik, perlu di coba pembelajaran yang mengunakan metode cerama yang di kombinasikan

dengan pendekatan matematika realistik

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kejian teori dan kerangka berfikir seperti yang dikemukakan diatas, maka

dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu dengan penerapan pengaruh Pembelajaran

Matematika Realistik terhadap kemampuan penalaran matematis siswa pada materi

penjumlahan bilangan caca pada siswa kelas I SD N 47 Kota Ternate.


Ho: Tidak terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa dengan

menggunakan model pembelajaran matematika realistik (PMR).

Ha: Lebih baik kemampuan penalaran matematis siswa dengan menggunakan

model pembelajaran matematika realistik (PMR) daripada kemampuan penalaran

matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang lainya atau

konvrsional.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

penelitian ini di lakukan di SD Negeri 47 Kota Ternate tepatnya di jln Cakalang, dufa-

dufa, Kec. Ternate Utara.

Kegiatan penelitian yang dapat di lakukan pada Semester 1 Tahun pelajaran 2022/2023,

penempatan waktu penelitian dapat di tetapkan dan di sesuaikan dengan jadwal yang

telah di tetapkan oleh kepala sekolah. Dan adapun materi pembelajaran yang di pilih oleh

peneliti adalah “ Penjumlahan” tepatnya pada penjumlahan bilangan caca yang

merupakan materi yang ada pada silabus Kelas 1 SD Negeri 47 Kota Ternate yang belum

di pelajari pada semester tersebut.

B. Metode Penelitian(termaksut rangcangan eksperimen)

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen , penelitian ini mengunakan pendekatan

penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Dalam penelitian ini megunakan

rancangan penelitian Desain Randomizet Control Group Pre-test-Post-test dalam

penelitian ini terdapat pembagian dua kelompok penelitian yaitu kelas penelitian

eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan mengunakan pendekatan matematika

realistic (PMR) dan kelas control yang tidak mengunakan pendekatan matematika

realistik atau tidak mendapat perlakuan. Kedua kelompok yang terlibat dalam penelitian

ini di pilih secara rendom oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian.adapun kelas

eksperimen yaitu kelas yang dalam proses pembelajarannya mengunakan pendekatan


matematika realistik (PMR) dan kelas control yaitu kelas yang dalam penelitiannya tidak

mengunakan matematika realistik melainkan mengunakan pendekatan konvensional.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objel/subjek yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan setelah itu

di tarik kesimpulannya. Secara singkat populasi di artikan sebagai wilayah generalisasi dari hasil

penelitian. Generalisasi tersebut bisa saja di lakukan terhadap objek penelitian dan bisa di

lakukan terhadap subjek penelitian. Objek penelitian merupakan sesuatu yang akan menjadi

bahan perhatian penelitian kita. Sedangkan subjek penelitian merupakan di mana objek

penelitian tersebut melekat atau menjadi sumber dari objek penelitian, yang biasanya dalam

penelitian pendidikan terdapat peerta didik, guru, kepala sekolah, orang tua siswa dan semua

elemen pada pendidikan yang menghasilkan karakteristik-karakteristik atau salah satu sifat yang

menjadi perhatian peneliti. Adapun menurut (Sugiyono, 2016) populasi merupakan wilayah

umum yang terbagi atas subjek dan objek yang memiliki kerakteristik dan kualitas tertentu yang

di tentukan oleh pengamatan dalam di amati serta tarik kesimpulan.

Definisi populasi di atas yang menyatakan bahwa populasi merupakan wilayah

generalisasi yang meliputi subjek maupun objek penelitian, mengakibatkan populasi penelitian

terbagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:

a. Populasi Fisik
Populasi fisik merupakan populasi di mana objek penelitian bersumber, ini dapat di

katakana juga wilaya generalisasi yang berhubungan dengan subjek penelitian. Populasi fisik

terbagi menjadi dua yaitu:

1. Finite population

Mempunyai suatu sumber data yang jelas batas-batasnya secara kuantitatif,

mempunyai elemen atau angota yang dapat di hitung atau dapat di ketahui berapa

jumlahnya.

2. Infinite population

Mempunyai sumber data yang tidak dapat di tentukan batas-batasnya secara

kuantitatif, ia memiliki anggota yang tidak dapat di ketahui berapakah banyak

anggotannya. Contoh: jumlah pasir di laut.

b. Populasi Non fisik

Populasi non fisik adalah populasi yang berbentuk objek penelitian kita sendiri.

Misalkan kita akan meneliti pengaruh belajar siswa SD N 47 Kota Ternate.

Populasi ini tidak berbentuk bilangan akan tetapi dia ada.

Berdasarkan penjelasan populasi di atas, maka jenis populasi dalam

penelitian ini merupakan populasi terbatas ( Finite Population) karena terdapat

batas yang jelas secara kuantitatif. Yang menjadi populasi pada penelitian ini

adalah seluru siswa Kelas 1 SD N 47 Kota Ternate yang terdiri dari 47 siswa,

yang terdiri dari 2 Kelas dengan masing- masing jumlah siswa kelas 1A 28 siswa

dan 1B 19 siswa.dengan asumsi bahwa seluruh siswa tersebut memiliki


karakteristik yang heterogen dalam arti seluruh siswa kelas 1 memiliki

kemampuan yang pandai, sedang, dan rendah.

Tabel 3.1

Tabel seluruh siswa kelas 1 di SD Negeri 47 Kota Ternate

No Lokasi Laki-Laki Perempuan Total

1 1A 18 Siswa 1O Siswa 28 Siswa

2 1B 14 Siswa 5 Siswa 19 Siswa

Jumlah 47

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi

tersebut.apabila pengambilan sampel terjadi apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi tersebut.

Teknik pengambilan sampel yang di gunakan merupakan “Cluster Random sampling

ialah yang di gunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan di teliti atau sumber data

yang luas. Misalnya kita akan melakukan terhadap kondisi belajar siswa Kelas 1. Maka

pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah di tetapkan”.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel dan definisi pengambilan sampel yang di jelaskan di

atas bahwasanya sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1A yang

menjadi kelas eksperimen atau yang mendapat perlakuan dan kelas 1B Yang menjadi kelas
control yang tidak mendapat perlakuan. Pemilihan kelas tersebut di lakukan dengan pengundian

yang bertujuan untuk menghindari adanya subjektifitas penelitian terhadap sampel.

D. Variabel Penelitian

variabel riset yang merupakan sifat, atau atribut, atau nilai dari seorang individu kegiatan

atau objek, atau orang yang memiliki variabel tertentu yang telah di tetapkan oleh pengamat dan

di ambil simpulan (Sugiyono, 2016).

Berdasarkan korelasi di antara variabel satu dengan variabel lainnya, sehinga macam-macam

variabel pada penelitian dapat terbedakan menjadi:

1. Variabel bebas atau yang di katakanan dengan variabel dependen adalah variabel yang

menjadi sebab atau mempengaruhi timbulnya perubahan variabel dependen. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran matematika realistik.

2. Variabel terikat variabel ini yang juga di katakana dengan variabel dependen yaitu

variabel yang menjadi akibat atau di pengaruhi karena terdapatnya variabel independen

(Sugiyono, 2015). Variabel terikatnya ialah kemampuan penalaran matematis siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik obserfasi dan tes. Teknik tes ini

digunakan untuk mengumpulkan data pengaruh pendekatan matematika realistik terhadap

kemampuan penalaran matematika siswa pada kelas eksperimen (kelas yang mengikuti model

pembelejaran matematika realistik) dan kelas kontrol (kelas yang mengikuti model pembelejaran

konvensional). Teknik pengambilan data berupa pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk cerita dan

media pada materi penjumlahan bilangan caca sebanyak 10 butir soal, 10 soal dalam post-test 10

soal dalam pre-test.


Adapun teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi yang di gunakan pada saat mengidentifikasi masalah yang ada pada

suatu populasi saat penelitian berlangsung.

2. Memberikan pos-tes dan pre-tes untuk memperoleh data kemampuan

pembalaran matematis siswa dengan pendekatan matematika realistik pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

3. Melakukan analisis data pos-tes dan pre-tes yaitu uji normalitas, uji

homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah skor untuk setiap kelas.

Menghitung nilai rata-rata dari variabel X( bebas) dan Y(terikat) dengan menggunakan

Rumus:

X=
∑ ❑ Xi
n

Dimana :

X = rata-rata skor

∑X i= jumlah skor

n = jumlah sampel
b.  menghitung standar deviasi(s) varias (s 2) dengan rumus

s = √ n ∑ X i 2−¿ ¿ ¿

Untuk menghitung varian dengan mengkuadratkan standar deviasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai