Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan tekhnologi


modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya fikir
manusia. Perkembangan dibidang tekhnologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi
oleh perkembangan matematika. Untuk menguasai dan menciptakan tekhnologi di masa depan
diperlukan matematika yang kuat sejak dini.
Mata pelajaran matematika perlu diberikan pada semua siswa melalui proses
pembelajaran mulai dari Sekolah Dasar, untuk membekali siswa dengan kamampuan berfikir
logis, kritis dan kreatif serta mempunyai kemampuan bekerja sama. Hal tersebut diperlukan agar
siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, dan tidak pasti.
Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar merupakan unsur yang penting, ada
tidaknya motivasi belajar dalam diri siswa akan menentukan apakah siswa akan terlibat secara
aktif atau pasif dalam proses pembelajaran. Disamping itu di lingkungan belajar, hubungan
antara siswa dan guru turut mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. Betapa pentingnya
kedudukan guru dalam proses pembelajaran di kelas, karena guru merupakan motor penggerak
yang akan menentukan berhasil tidaknya seorang siswa.
Keberhasilan siswa dapat ditentukan dari beberapa faktor antara lain faktor internal dan
eksternal. Faktor yang timbul dari dalam diri siswa, antara lain kemauan, rasa takut, tingkat
intelektual dan sebagainya. Sedang faktor eksternal dapat berupa sikap guru, pendekatan
pengajaran, metode, alat peraga, dan sumber-sumber lain. Kesemuanya itu akan berpengaruh
terhadap keberhasilan pembelajaran.
Demikian yang peneliti alami di sekolah, meskipun berupaya sebaik-baiknya ternyata
hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi tes formatif pada
mata pelajaran matematika dengan kompetensi dasar membandingkan dan mengurutkan pecahan
dikelas IV semester I SDN 091410 SARIMATONDANG,KAB.SIMALUNGUN.
Dari hasil tes formatif yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) hanya 14
dari 32 siswa atau 43.75 %. Untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelaja
ran tersebut, peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas
( PTK ).
1. Identifikasi Masalah
Dari hasil tes formatif pelajaran matematika dengan materi pokok membandingkan dan
mengurutkan pecahan siswa kelas IV Semester I di SD Negeri 091410 SARIMATONDANG
diketahui hanya 14 siswa atau 43.75 % yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ).
Peneliti meneliti hal-hal yang menyebabkan ketidak berhasilan pembelajaran. Beberapa masalah
tersebut adalah :
a. Perhatian siswa terhadap pelajaran kurang.
b.Motivasi belajar siswa kurang.
c. Pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan kurang.
d. Siswa terlalu pasif dalam proses pembelajaran.
e. Siswa tidak fokus dalam pembelajaran.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan beberapa kekurangan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, dan
berdasarkan hasil penelitian maka terungkap beberapa kekurangan yang yang menyebabkan
rendahnya penguasaan siswa terhadap pokok bahasan membandingkan dan mengurutkan
pecahan, siswa di kelas IV semester I SD Negeri 091410 Sarimatondang , Kecamatan
Sidamanik, Kabupaten simalungun tahun pelajaran 2021 / 2022 adalah :
a. Guru kurang memotivasi siswa sehingga minat belajar siswa kurang.
b. Penjelasan guru tergesa-gesa.
c. Guru tidak memperhatikan kemampuan siswa.
d. Dalam mengelola kelas monoton.
e. Metode yang digunakan belum sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran
kooperatif tipe NHT ( Numbered Heads Together ) pada mata pelajaran matematika tentang
membandingkan dan mengurutkan pecahan siswa di kelas IV semester I SD Negeri 091410
Sarimatondang , Kecamatan Sidamanik, Kabupaten simalungun tahun pelajaran 2021 / 2022
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian dalam proses perbaikan
pembelajaran tersebut adalah :
1. Mendiskripsikan proses pembelajaran matematika tentang membandingkan dan
mengurutkan pecahan melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered Heads
Together ).
2. Mendiskripsikan cara mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika melalui model
pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered Heads Together ).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
- Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
- Meningkatkan hasil belajar siswa.
- Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
2. Bagi Guru
 Memperbaiki pembelajaran yang dikelola.
 Membantu guru berkembang secara professional.
 Memperluas pengalaman mengajar di kelas dalam rangka perencanaan pembelajaran
yang efektif.
 Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan meningkatkan proses
pembelajaran di kelas.
3. Bagi Sekolah
 Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah pembelajaran yang
dihadapi di sekolah.
 Menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka yang akan peneliti sajikan merupakan landasan dalam merencanakan dan
melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran serta menjadi rujukan dalam membahas hasil
penelitian ini. Kajian pustaka menguraikan tentang teori atau konsep yang sudah disinggung
dalam latar belakang dan akan memperkuat teori yang sudah diungkap.
A. Landasan Teori
a. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Dalam keseluruhan proses pendidikan kegiatan belajar merupakan kegiatan inti.
Pendidikan dapat diartikan sebagai bantuan perkembangan dengan melalui kegiatan belajar.
Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh perubahan tingkah
laku.
Setiap proses belajar mengajar yang berlangsung secara harmonis menurut guru untuk
mempersiapkan diri sebelum mengajar yaitu dengan membuat rencana pembelajaran sebaik
mungkin agar kegiatan KBM dapat berlangsung efektif, efisien dan bermanfaat bagi peseta didik.
Pembelajaran matematika di SD merupakan suatu permasalahan yang menarik. Adanya
perbedaan karakteristik khususnya antara hakekat anak dan hakekat matematika. Anak usia SD
sedang mengalami perkembangan dalam tingkat berfikirnya dikarenakan tahap berfikir mereka
belum formal, tetapi para siswa SD di kelas rendah bukan tidak mungkin sebagian dari mereka
berada pada tahapan pra konkret, sementara itu matematika adalah ilmu abstrak yang
dikemukakan oleh Karso dkk, 1998 bahwa : Matematika adalah ilmu dekduktif,aksiomatik,
formal, hierarkis, abstrak bahasa simbol yang padat arti dan semacamnya, sehingga para ahli
matematika dapat mengembangkan sebuah sistem matematika (Karso dkk, 1998 : 1-4).
Mengingat adanya perbedaan karakteristik itulah maka diperlukan adanya kemampuan
khusus dari seorang guru untuk menjembatani antara dunia anak yang belum berfikir secara
dekduktif untuk dapat mengerti dunia matematika yang bersifat dekduktif.
Menurut ET Ruseffendi, 1989 dalam Buku Sujarwo (2004: 12) Matematika adalah
pelajaran yang tesusun secara berurutan yang berjenjang dari mudah ke rumit oleh karena itu
pembelajaran matematika diberikan secara bertahap untuk mendapatkan pengertian, hubungan-
hubungan, simbol-simbol dan menerapkan dalam konsep baru.
Berdasarkan uraian di atas matematika adalah ilmu abstrak yang tersusun secara berurutan
dari mudah ke rumit. Maka dari itu matematika harus dipelajari sejak dini di mulai dari hal yang
mudah.
b.Hasil belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-
perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Gagne dalam kutipan Martinis Yamin belajar merupakan kegiatan yang
kompleks, dimana setelah belajar tidak hanya memilki pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai akan tetapi siswa harus mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mengembangkan
pemikiranya karena belajar proses kognitif, Martinis Yamin(2007:106). Selain itu belajar
Menurut Watsot dalam kutipan Asri Budiningsih adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon , namun stimulus dan respon yang dimaksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan dapat diukur (Asri Budiningsih 2005:22). Sedangkan menurut ( Nana Sudjana
2008:28) definisi belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui
berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.
Dari beberapa definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan interaksi antar individu untuk memperoleh perubahan kemampuan, perubahan tingkah
laku yang didapat dari pengalaman dan akan bertahan lama.
Ciri- ciri belajar adalah :
a. Perubahan perilaku relatif permanent. Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah ubah. Tetapi perubahan
tersebut tidak akan terpancang seumur hidup.
b. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku. Drs. H. Baharudin, M. Pd. I dan Esa Nur Wahyuni, M. Pd. Dalam bukunya Teori
Belajar dan Pembelajaran, 2008 : 13-17.
Maka sebagai guru di SD agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, perlu
memahami faktor yang mempengaruhi merosotnya hasil belajar siswa.
Menurut Dimyati dan Mudjiono dari hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Menurut Oemar Hamalik
hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi tingkah laku pada orang tersebut.
Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan
Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu
antara lain :
1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam ( 6 ) aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.
2) Ranah fektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah efektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan
suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah psikomotor meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda.
Diambil dalam (http: //indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-
definisi.html)
Berdasarkan pengertian diatas, maka hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan siswa dengan menggunakan bantuan pengajaran antara siswa
dengan guru maupun siswa tanpa guru.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor dari dalam individu
yang belajar. Adapun faktor yang mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis,
antara lain yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).
Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Hal
ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah
mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, dan pembentukan sikap.
3. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
Belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa.
Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa, diambil dalam Nana
Sudjana dalam http :// techonly13 wordpress. com/2009/07/04/pengertian-hasil-belajar.
c. Model pembelajaran Numbered Head Together
1. Pengertian
Numbered Head Together ( NHT) atau penomoran berpikir bersama menurut Herdian
(2009) mengatakan bahwa model pembelajaran tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan
akademik.
Sri Rahayu (2009) berpendapat bahwa Numbered head together adalah suatu Model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

2. Langkah-langkah Numbered Head Together


Menurut Trianto dalam Tarjo, 2009 : 16 langkah-langkah Numbered Head Together
adalah :
a. Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam Numbered Head Together, dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang
dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda,
sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.
b. Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di
pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
c. Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk
menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua
anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
d. Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok
yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas,
kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut,
selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan
berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan secara sederhana langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam model pembelajaran Numbered Head Together adalah :
1. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan masing-masing dalam setiap kelompok
mendapatkan nomor urut.
2. Guru memberi tugas tugas masing-masing kelompok untuk mengerjakan suatu
permasalahan.
3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor dan siswa yang bernomor tersebut melaporkan hasil kerja
kelompoknya,
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Membuat kesimpulan.
3. Keunggulan Numbered Head Together ( NHT )
a. Mengembangkan rasa tanggung jawab.
b. Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok.
c. Membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugasnya.
d. Siswa dapat bertanya kepada kelompok lain.
e. Membuat siswa lebih berani mengemukakan pendapat dan bertan kepada kelompok lain.
4. Kelemahan Numbered Head Together ( NHT )
a. Bagi siswa yang kurang pandai akan berpikir pasif
b. Tugas kelompok akan dikerjakan oleh orang tertentu atau siswa yang rajin dan pintar
c. Sulit memberi tugas yang sesuai dengan perbedaan individu.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori tersebut di atas dapat diambil pokok pikiran bahwa hasil belajar
matematika di SD dapat meningkat apabila siswa belajar sambil bermain, dibentuk secara
berkelompok, bekerja bersama dan dapat mencetuskan ide-ide yang siswa miliki. Dengan ini
model pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together ( NHT ) dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis
tindakan penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (
Numbered Heads Together ) dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada
siswa kelas IV SDN 091410 Sarimatondang Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten
Grobogan Tahun Pelajaran 2010/2011
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subyek Penelitian
1. Lokasi dan Waktu
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN 091410 SARIMATONDANG, Kecamatan
Sidamanik, Kabupaten Simalungun.
Dilaksanakan dua tahap yaitu :
a. Siklus I hari Selasa, tanggal 29 November 2022
b. Siklus II hari Selasa, tanggal 6 Desember 2022
2. Mata Pelajaran dan Kelas
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika dengan Kompetensi
Dasar Membandingkan dan Mengurutkan Pecahan pada siswa kelas IV SDN 091410
SARIMATONDANG,KEC.SIDAMANIK,KAB.SIMALUNGUN.
3. Karakteristik Siswa
Dari pengamatan yang peneliti lakukan dapat diperoleh data tentang karakteristik siswa
sebagai berikut :
a. Minat belajar siswa yang kurang.
b. Perhatian orang tua terhadap belajar siswa yang sangat minim, terbukti banyak siswa yang
sering tidak mengerjakan PR.
d. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan formal.
B. Deskripsi Per Siklus
Untuk meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, maka peneliti melakukan perbaikan
pembelajaran melalui pola Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Dalam penelitian ini terdapat dua
siklus yang masing-masing siklus terdiri dari beberapa tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan
- Identifikasi masalah dan perumusan masalah.
- Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
- Menyusun lembar kerja siswa, lembar observasi, serta menyusun alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
- Guru memberi salam serta memberi motivasi kepada siswa
- Memberi apersepsi dengan memberi pertanyaan yang mengacu pada materi yang akan
disampaikan.
- Guru memberi contoh soal di papan tulis kemudian bersama siswa membahas cara
penyelesaiannya.
- Guru kembali menulis beberapa soal di papan tulis kemudian menyuruh siswa untuk
mengerjakan kedepan.
- Setelah semua soal selesai dikerjakan, guru memandu siswa membentuk kelompok.
- Setelah kelompok terbentuk, guru memberi nomor kepala kepada setiap siswa dalam
kelompok dan memberi tugas sesuai masing-masing nomor siswa.
- Guru memandu siswa dalam berdiskusi.
- Setelah selesai berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil diskusi kemudian ditanggapi oleh
kelompok lain.
- Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi siswa.
- Guru memberi penegasan serta pemantapan materi.
- Guru mengulas kembali materi yang telah dibahas.
- Guru mengadakan evaluasi.
c. Pengamatan
- Selama proses pembelajaran berlangsung observer mengawasi jalannya pembelajaran dengan
cermat. Pada ahkir pembelajaran pengamat melaporkan pada guru berupa masukan bijak secara
lisan serta tulisan.
- Dari hasil pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan masi kuang efektif.
2. Siswa belum focus terhadap pelajaran.
3. Keaktivan siswa masih kurang
4. Kemampuan kerja sama siswa dalam berdiskusi belum optimal.
d. Refleksi
- Dalam proses pembelajaran masih banyak hambatan karena terbentur oleh siswa yang belum
menguasai perkalian.
- Hasil tes formatif masih banyak siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal
( KKM ) di bawah 60.
- Guru memerlukan metode yang variatif.
- Siswa harus dibimbing dalam hal berdiskusi.
2. Siklus II
a. Perencanaan
- Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi pada perbaikan
pembelajaran siklus I.
- Menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus II
- Menyusun lembar kerja siswa, lembar observasi, serta menyusun alat evaluasi.
b. Pelaksanaan
- Guru memberi salam serta memberi motivasi kepada siswa
- Memberi apersepsi dengan memberi pertanyaan tetang materi yang lalu.
- Guru memberi contoh soal di papan tulis kemudian bersama siswa membahas cara
penyelesaiannya.
- Guru kembali menulis beberapa soal di papan tulis kemudian menyuruh siswa untuk
mengerjakan kedepan.
- Setelah semua soal selesai dikerjakan, guru memandu siswa membentuk kelompok.
- Setelah kelompok terbentuk, guru memberi nomor kepala kepada setiap siswa dalam
kelompok dan memberi tugas sesuai masing-masing nomor siswa.
- Guru memandu siswa dalam berdiskusi.
- Setelah selesai berdiskusi, siswa mempresentasikan hasil diskusi kemudian ditanggapi oleh
kelompok lain.
- Guru memberi penguatan terhadap hasil diskusi siswa.
- Guru memberi penegasan serta pemantapan materi.
- Guru mengulas kembali materi yang telah dibahas.
- Guru mengadakan evaluasi.
c. Pengamatan
- Selama proses pembelajaran berlangsung observer mengawasi jalannya pembelajaran dengan
cermat. Pada ahkir pembelajaran pengamat melaporkan pada guru hasil pengamatannya.
- Dari hasil pengamatan diperoleh hal-hal sebagai berikut :
1. Metode yang digunakan sudah efektif.
2. Siswa sudah fokus terhadap pelajaran.
3. Keaktivan siswa sudah baik
4. Kemampuan kerja sama siswa dalam berdiskusi sudah optimal.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II banyak terjadi perubahan serta
terjadi peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran serta siswa lebih percaya diri, itu terbukti siswa berani bertanya serta
mempresentasikan hasil diskusi tanpa harus dipandu guru.

\
DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Muhammad, 2007. Pemeliharaan Tindakan Kelas, Badun ; Bumi Rancaekek Kencana

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Standar Isi Kelas V, Jakarta ; BSNP

Budiningsih, Adri, 2008, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta ; PT. Renika Kencana

Ekawarna, 2009. Pnelitian Tindakan Kelas, Jakarta ; Gaung Persada

Ekawarna, dkk, 2010, Penelitian Tindakan Kelas (Panduan Untuk Penulisan Skipripsi) Jakarta;
Gaung Persada Press

Emosda, 2010, Psikologi Pendidikan, FKIP Universitas Jambi

Slavin Robert, 2009, Cooperative Learning, Bandung; Nusa Media

Sufri, dkk, 2010, Model Pembelajaran Matematika, Jambi; Universitas Jambi

Suherma, Erman, 2003, Srategi Pembelajran Kontenporer, Bandung; Universitas Pendidikan


Indonesia

Sukma Dinata, Syaodih Nana, 2007, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung; Rosda

Yani, Muhammad, 2010, PT; 2007, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; Universitas Terbuka

Wardani, Igak dan Wihardit, Kuswaya, 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; Universitas
Terbuka

Wirana Putra, Udin S, dkk, 2007, Strategi, Belajar Mengajar, Jakarta; Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai