Anda di halaman 1dari 20

USULAN PENELITIAN

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

SOLVING UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERPIKIR

INDUKTIF SISWA PADA POKOK BAHASAN TEKANAN PADA

SISWA KELAS VIII SMP N 1 PETANAHAN

TAHUN 2010/2011

Disusun oleh:

Maesaroh (072150581)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2011
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan merupakan suatu system

yang menumbuhkan kemauan seorang pengajar untuk melakukan pengelolaan

pengajaran secara keseluruhan. Dalam proses belajar mengajar guru menempati

kedudukan sangat sentral, sebab peranannya sangat menentukan. Guru harus

mampu menterjemahkan dan menjabarkan isi yang terdapat dalam kurikulum,

kemudian mentransformasikan isi tersebut kepada siswa melalui proses belajar

mengajar. Lepas dari hal tersebut, peningkatan dan pengembangan mutu

pendidikan selalu diharapkan. Oleh karena itu, cara peningkatan dan

pengembangannya pun merupakan masalah bagi kita semua. Baik pemerintah,

masyarakat, maupun masing-masing individu harus merasa berkewajiban

menanggungnya.

Pendidikan sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang

komplek. Peristiwa tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar

manusia, sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia tumbuh

melalui belajar. Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan. Proses kegiatan tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor faktor yang

sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Masalah besar yang dihadapi oleh

dunia pendidikan pada saat ini adalah adanya krisis paradigma yang berupa

kesenjangan dan ketidaksesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dan paradigma

yang dipergunakan (Sumadi, 2005). Berbagai upaya telah dilakukan oleh

pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan fisika di Indonesia, namun

sampai saat ini belum memperoleh hasil yang optimal.


Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa berbagai pendekatan, gagasan atau

inovasi dalam dunia pendidikan fisika yang sampai saat ini diterapkan secara luas

ternyata belum dapat memberikan perubahan positif yang berarti, baik dalam proses

pembelajaran fisika di sekolah maupun dalam meningkatkan mutu pendidikan fisika

pada umumnya. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan

harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong

berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak

langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu upaya

meningkatkan kualitas hidup manusia. Pada intinya pendidikan bertujuan untuk

memanusiakan manusia, mendewasakan, merubah tingkah laku serta meningkatkan

kualitas hidup.

Untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia, Pemerintah membuat

perubahan-perubahan baru diantaranya Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Kurikulum ini menekankan pada kecakapan – kecakapan yang

berguna untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupan. Kecakapan fisika

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kecakapan hidup dan diperlukan untuk

dapat menghadapi dunia di sekitarnya, serta untuk berhasil dalam karirnya. Kecakapan

fisika yang dimaksud meliputi pemahaman konsep, penalaran adaptif, kemampuan

pemecahan masalah dan kemampuan berkomunikasi. Tujuan pendidikan menengah

menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pendidikan tidak hanya mengajarkan fakta dan

konsep tetapi juga harus membekali siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kehidupan.
Kecakapan hidup seseorang tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui

suatu proses yang terus berlanjut. Keberlanjutan perkembangan proses belajar

sebenarnya dapat diamati. Hal ini juga berlaku bagi siswa, dimana perkembangan

keterampilan berproses seorang siswa selama proses pembelajaran dapat diikuti atau

diamati. Saat kerjasama dengan orang lain, mendengarkan dengan aktif, berani

bertanya, mau menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan, dan kreatif dalam

memecahkan masalah merupakan salah satu ciri kecakapan hidup. Proses menuju ke

arah kecakapan hidup tersebut perlu suatu latihan serta membutuhkan suatu proses

yang disebut dengan keterampilan berproses.

Keterampilan berproses merupakan aspek yang sangat penting dalam belajar

fisika. Rendahnya keterampilan berproses akan mempengaruhi hasil belajar siswa di

sekolah, khususnya mengenai pemecahan masalah. Dengan menggunakan

keterampilan berproses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri

fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai. Seluruh

tindakan dalam proses belajar mengajar akan menciptakan kondisi belajar yang

melibatkan siswa aktif.

Fisika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Mata pelajaran fisika

telah diperkenalkan kepada siswa sejak tingkat dasar sampai ke jenjang yang lebih

tinggi, namun demikian kegunaan fisika bukan hanya memberikan kemampuan dalam

perhitungan-perhitungan kualitatif tetapi juga dalam penataan cara berpikir, terutama

dalam pembentukan kemampuan menganalisis, membuat sintesis, melakukan evaluasi

hingga kemampuan memecahkan masalah. Dengan kenyataan ini bahwa fisika

mempunyai potensi yang sangat besar dalam hal memacu terjadinya perkembangan

secara cermat dan tepat maupun dalam mempersiapkan masyarakat yang mampu

mengantisipasi perkembangan dengan cara berpikir dan bersikap pula. Pembelajaran

hendaknya lebih menekankan pada bagaimana upaya guru mendorong atau

memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Jadi, pembelajaran
fisika merupakan upaya guru mendorong atau memfasilitasi siswa dalam

mengkonstruksi pemahamannya akan fisika. Keberhasilan guru dalam pembelajaran

bukan hanya dilihat dari hasil belajar siswa tetapi juga pada proses dari pembelajaran

tersebut.

Salah satu metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMP N Petanahan

adalah metode ceramah,Tanya jawab, dan kooperatif learning. Keterampilan siswa

selama pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab dan kooperatif learning

belum memuaskan karena pembelajaran berlangsung satu arah saja. Guru tidak

mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran. Kalaupun siswa diberi kesempatan untuk

bertanya, sedikit sekali yang melakukannya. Hal ini karena siswa masih takut atau

bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih dalam

mengembangkan ide-idenya di dalam memecahkan masalah. Siswa masih minder atau

pasif, belum mampu berpikir kritis dan berani mengungkapkan pendapat. Dan dalam

pembelajarannya kurang memperhatikan keterampilan berproses siswa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan berproses belajar siswa,

khususnya mata pelajaran fisika adalah dengan menerapkan model pembelajaran

problem solving atau pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian dari

kurikulum fisika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun

penyesuaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan

pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan

masalah yang bersifat tidak rutin. Proses pemecahan masalah memberikan kesempatan

kepada siswa untuk berperan aktif dalam mempelajari, mencari, dan menemukan

sendiri informasi atau data untuk diolah menjadi konsep, prinsip atau simpulan.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran pokok bahasan tekanan diperlukan

keterampilan berproses dalam memecahkan masalah. Agar pembelajaran dapat

berjalan dengan baik, siswa terlebih dahulu dilatih keterampilan-keterampilan proses

memecahkan masalah. Keterampilan-keterampilan tersebut antara lain mengajukan


pertanyaan, menjawab pertanyaan/menanggapi, menyampaikan ide/pendapat,

mendengarkan secara aktif, berada dalam tugas, dan sebagainya.

Dengan begitu peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan judul

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK

PENINGKATAN KETRAMPILAN BERPIKIR INDUKTIF SISWA PADA POKOK

BAHASAN TEKANAN PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 PETANAHAN.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang di uraikan di atas, maka permasalahan

penelitian ini adalah:” Apakah ketrampilan berpikir induktif siswa kelasVIII SMP

N 1 Petanahan tahun pelajaran 2010/2011 dapat di tingkatkan melalui

pembelajaran problem solving.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran problem solving pada

pokok bahasan Tekanan Terhadap peningkatan ketrampilan berpikir induktif

siswa SMP N 1 Petanahan?

2. Apakah pembelajaran fisika pokok bahasan Tekanan dengan model

pembelajaran problem solving dapat mencapai ketuntasan belajar (keterampilan

berproses dan hasil belajar)?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif keterampilan berproses

model pembelajaran problem solving pada pokok bahasan tekanan terhadap

hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Petanahan.


b. Untuk mengetahui apakah pembelajaran fisika pokok bahasan tekanan dengan

model pembelajaran problem solving dapat mencapai ketuntasan belajar

(keterampilan berproses dan hasil belajar).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Bagi Guru:

Dengan dilaksanakan penelitian ini guru berkesempatan menerapkan model

pembelajaran yang dikembangkan.

b. Bagi Siswa:

1) Menumbuhkembangkan keterampilan berproses siswa dalam

memecahkan masalah.

2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar.

3) Membantu pengembangan kompetensi siswa dalam pembelajaran

fisika.

c. Bagi Peneliti:

1) Mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.

2) Memberikan bekal mahasiswa sebagai calon guru fisika untuk siap

melaksanakan tugas di lapangan sesuai kebutuhan di lapangan.

F. Penegasan Istilah

Penegasan Istilah dimaksudkan untuk memperoleh pengertian yang sama

tentang istilah dalam penelitian ini dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda

dari pembaca. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Keterampilan Berproses
Saat kerja sama dengan orang lain, mendengarkan dengan aktif, berani

bertanya, mau menyampaikan pendapat/menjawab pertanyaan dan kreatif dalam

memecahkan masalah merupakan salah satu ciri kecakapan hidup. Proses menuju

kearah kecakapan hidup tersebut perlu suatu latihan serta membutuhkan suatu

proses yang disebut keterampilan berproses. Keterampilan berproses adalah

kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku proses aktif yang kompleks dan

tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan strategi pembelajaran yang disusun

untuk mencapai hasil tertentu.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

Menurut oemar hamalik (1994:36) belajar adalah merupakan suatu proses,

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,

akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu

penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Menurut Gagne dalam buku The Conditions of Learning (1977) dikutip

oleh Ngalim Purwanto (1990:84) mengemukakan bahwa : “ Belajar terjadi apabila

dalam suatu situasi stimulasi bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa

sedimikian rupa perbuatannya (Performance –nya) berubah dari waktu sebelum ia

mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

Menurut Abu Ahmadi (1983) mengatakan bahwa terdapat prinsip – prinsip

belajar yaitu:

a. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menentukan dalam

belajar untuk mencapai harapan – harapannya.

b. Belajar memerlukan bimbingan, baik bimbingan dari guru atau

buku itu sendiri.

c. Belajar merupakan pemahaman atas hal – hal yang dipelajari

sehingga diperoleh pengertian – pengertian.

d. Belajar memerlukan latihan atau ulangan agar apa – apa yang telah

dipelajari dapat dikuasai.

e. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi saling pengaruh

secara dinamis antara murid lingkungannya.

f. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk

mencapai tujuan.
g. Belajar dianggap berhasil apabila telah sungguh – sungguh

menerapkan kedalam bidang praktik sehari – hari.

Kegiatan belajar memiliki beberapa maksud, antara lain :

a. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang sebelumnya

tidak pernah diketahui.

b. Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dibuat, baik

tingkah laku maupun keterampilan.

c. Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu

pengertian baru baik keterampilan, pengetahuan, konsep, maupun sikap

dan tingkah laku.

d. Dapat memahami dan menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsure –

unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar hamalik, 1994:57).

2. Pembelajaran fisika

Fisika merupakan bagian dari sains yang merupakan hasil kegiatan manusia

berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang berhubungan dengan alam sekitar

yang diperoleh dari pengalaman. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang

mempelajari gejala gejala alam dan interaksi didalamnya. Mata pembelajaran

fisika SMP menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi siswa agar guru mampu mengembangkan suatu

strategi dalam mengajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga

keaktivan siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data

dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat


keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan

kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu

merupakan indicator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.

Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:11) hasil-hasil

belajar berupa:

a. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilikan informasi

verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.

b. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk

berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep.

c. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep

dan kaidah dalam memecahkan masalah.

d. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

penilaian terhadap obyek tersebut.

Hasil belajar dapat dikatakan sebagai ukuran keberhasilan siswa yang

telah mengikuti suatu proses pembelajaran dengan membandingkannya terhadap

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Apabila siswa memperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum, secara otomatis siswa

tersebut dikatakan berhasil, demikian pula sebaliknya. Dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan, setiap mata pelajaran khususnya matematika memiliki standar

ketuntasan belajar minimal (SKBM) untuk setiap aspek penilaian. Aspek penilaian

dalam mata pelajaran matematika terdiri dari tiga, yaitu aspek pemahaman konsep,
aspek penalaran dan komunikasi matematik, dan aspek pemecahan masalah. Dalam

penelitian ini hasil belajar yang dinilai adalah hasil belajar aspek pemecahan

masalah.

Aspek pemecahan masalah

Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah

diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal.

Penilaian terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah

disarankan mencakup kemampuan yang terlibat dalam proses memecahkan

masalah, yaitu memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,

menyelesaikan masalah (melaksanakan rencana pemecahan masalah), menafsirkan

hasilnya. Dari hasil karya siswa dalam memecahkan masalah , dapat dilihat

seberapa jauh kemampuan siswa dalam memecahkan masalah ditinjau dari

kemampuan-kemampuan tersebut. Penilaian dapat dilakukan secara holistik

(keseluruhan) atau analitik (perbagian). Pada kenyataannya, siswa sering terhalang

dalam memecahkan masalah karena lemahnya (tidak terbiasa) mengembangkan

strategi pemecahan masalah dan kurangnya pemahaman konsep atau prosedur yang

terkandung dalam penyelesaian masalah.

Penilaian proses pembelajaran dilakukan terus menerus pada tiap

pertemuan dengan mengacu pada semua indikator yang telah ditetapkan di setiap

kompetensi dasar. Dari hasil penilaian beberapa pertemuan pada pembelajaran satu

kompetensi dasar akhirnya akan diperoleh deskripsi atau gambaran pencapaian

kompetensi tiap siswa pada satu kompetensi dasar yang mencakup semua

indikatornya.

4. Model Problem Solving

Problem solving atau disebut juga pemecahan masalah adalah cara

menyajikan bahan pelajaran dengan memberikan persoalan untuk dipecahkan


oleh siswa dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Suatu soal matematika

akan menjadi masalah bagi siswa, jika siswa tersebut :

a. memiliki pengetahuan/materi prasyarat untuk menyelesaikan soalnya;

b. diperkirakan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan soal tersebut;

c. belum mempunyai algoritma atau prosedur untuk menyelesaikannya;

d. punya keinginan untuk menyelesaikannya.

Tujuan Pembelajaran Problem Solving Berhasil tidaknya suatu

pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari

pembelajaran problem solving adalah seperti apa yang dikemukakan oleh

Hudojo (2003:155), yaitu sebagai berikut.

1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan

kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.

2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah

intrinsik bagi siswa.

3) Potensi intelektual siswa meningkat.

4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui

proses melakukan penemuan.

Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving

Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan oleh guru di dalam

memberikan pembelajaran problem solving yaitu sebagai berikut.

(1) Menyajikan masalah dalam bentuk umum.

(2) Menyajikan kembali masalah dalam bentuk operasional.

(3) Menentukan strategi penyelesaian.

(4) Menyelesaikan masalah.

Sedangkan menurut Hudojo dan Sutawijaya (dalam Hudojo, 2003:162),

menjelaskan bahwa langkah-langkah yang diikuti dalam penyelesaian problem

solving yaitu sebagai berikut.

1) Pemahaman terhadap masalah.


2) Perencanaan penyelesaian masalah.

3) Melaksanakan perencanaan.

4) Melihat kembali penyelesaian.

Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah adalah bagian dari strategi

belajar mengajar inkuiri. Penyelesaian masalah menurut J. Dewey (dalam Hudojo,

2003:163), ada enam tahap:

1) Merumuskan masalah: mengetahui dan menemukan masalah secara

jelas.

2) Menelaah masalah: menggunakan pengetahuan untuk memperinci,

menganalisis masalah dari berbagai sudut.

3) Merumuskan hipotesis: berimajinasi dan menghayati ruang lingkup,

sebab akibat dan alternatif penyelesaian.

4) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan

pembuktian hipotesis: kecakapan mencari dan menyusun data,

menyajikan data dalam bentuk diagram, gambar.

5) Pembuktian hipotesis: cakap menelaah dan membahas data,

menghitung dan menghubungkan, keterampilan mengambil

keputusan dan kesimpulan.

6) Menentukan pilihan penyelesaian: kecakapan membuat alternatif

penyelesaian kecakapan menilai pilihan dengan memperhitungkan

akibat yang akan terjadi pada setiap langkah.

5. Berpikir Induktif

Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh

atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip kemudian siswa di

bombing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan atau

menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penentuan Obyek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 1

Petanahan Kebumen yang berjumlah 240 siswa pada semester genap tahun

pelajaran 2010/2011. Kelas VIII terdiri dari 6 kelas yaitu kelas VIII A sampai

dengan kelas VIII F, setiap kelasnya terdiri dari 40 siswa.

2. Sampel penelitian

Penentuan sampel dalam penelitian ini dipilih dengan teknik cluster

random sampling dari populasi normal yang diasumsikan homogen dengan

pertimbangan siswa duduk pada jenjang kelas yang sama, guru yang mempunyai

kemampuan sama, materi berdasarkan pada kurikulum yang sama dan pembagian

kelas tidak ada kelas unggulan. Dari populasi yang tersebar dalam 6 (enam) kelas,

dipilih 1 (satu) kelas yang akan menjadi sampel yaitu kelas VIII D dan 1 (satu)

kelas untuk uji coba yaitu kelas VIII F.

3. Variabel penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan berproses

pembelajaran fisika dengan model problem solving (X).

2) Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar (Y) siswa kelas VIII

SMP N 1 Petanahan pada pokok bahasan tekanan Hasil belajar yang akan

dinilai dalam penelitian ini adalah aspek pemecahan masalah.


4. Desain Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti pada saat penelitian adalah sebagai

berikut.

a. Peneliti merancang kelas yang akan dijadikan sampel.

b. Peneliti membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk

penelitian.

c. Peneliti melaksanakan uji coba instrumen penelitian, menganalisis dan

menetapkan instrumen penelitian.

d. Peneliti melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian. Pada

pelaksanaan ini diterapkan model pembelajaran problem solving.

e. Peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penelitian pada

sampel dengan pengamatan untuk mengukur keterampilan berproses dan

tes untuk mengukur hasil belajar.

f. Peneliti menganalisis/mengolah data yang telah dikumpulkan dengan

metode yang telah ditentukan.

g. Peneliti menyusun dan melaporkan hasil-hasil penelitian.

B. Metode Pengumpulan Data

1. Lembar Observasi/pengamatan

Lembar pengamatan dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan

data tentang keterampilan berproses siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Petanahan

pembelajaran fisika dengan model problem solving.

2. Tes

Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa pada

pokok bahasan tekanan setelah proses pembelajaran.


Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK)

yang berkolaborasi dengan melibatkan rekan sejawat yang juga mengajar pada kelas VIII

C untuk bersama- sama melakukan penelitian. Peneliti bertindak sebagai pengajar.

Sedangkan observasi dilakukan bersama-sama antara peneliti dengan rekan sejawat yang

dilibatkan dalam penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap

siklus mempunyai 4 tahapan, yaitu: Planning (rencana), Action (tindakan), Observasition

(pengamatan), Reflection (refleksi). Tahapan-tahapan tiap siklusnya diterapkan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Rencana tindakan

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi getaran

dan gelombang dengan model pembelajaran problem solving.

2) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa selama

mengikuti pembelajaran problem solving.

3) Menyusun lembar kerja siswa I.

4) Menyiapkan alat pengumpulan data yaitu angket kemampuan berpikir

induktif siswa, lembar obsevasi aktifitas siswa, angket sikap siswa terhadap

pembelajaran problem solving dan soal tes akhir siswa.

5) Menyiapkan alat-alat bantu mengajar.

b. Pelaksanaan/tindakan

1) Guru membagi siswa kedalam kelompok di mana setiap kelompok terdiri

tingkat kemampuan heterogen.

2) Guru menyampaikan materi tentang getaran.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok dengan bimbingan guru tentang

materi yang disampaikan.


4) Siswa bersama kelompoknya melakukan praktikum tentang getaran dan

mengerjakan lks yang telah disediakan oleh guru.

5) Guru menyuruh salah satu kelompok untuk membacakan hasil praktikum.

6) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

7) Guru memberikan tes akhir siklus.

8) Guru memberikan angket kemampuan berpikir induktif dan sikap siswa.

c. Observasi

Peneliti sebagai guru dibantu seorang observer mengamati proses

pembelajaran dan menilai kemampuan berpikir induktif dan aktivitas siswa melalui

angket dan lembar observasi. Hasil belajar siswa diperoleh dari tes pada akhir

siklus dan lks yang dikerjakan siswa.

d. Refleksi

Menganalisis dan mengulas data meliputi hasil angket, hasil observasi, dan

tes untuk melihat apakah pembelajaran yang dilakukan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir induktif siswa, terutama pada pembelajaran materi getaran.

Hasil refleksi menjadi dasar untuk mengambil keputusan apakah pembelajaran

akan dilanjutkan pada siklus berikutnya atau tidak.

2. Siklus II

Prosedur penelitian tindakan kelas dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Perencanan Tindakan

Perencanaan pada siklus ini berdasarkan hasil dari siklus I. pada siklus II ,

rencana tindakan yang akan dilakukan adalah:

1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi

gelombang dengan menggunakan metode problem solving.

2) Menyusun lembar kerja siswa II yang akan digunakan untuk diskusi

kelompok dengan menggunakan metode problem solving.


3) Menyiapkan alat pengumpulan data yaitu angket kemampuan berpikir

induktif siswa, lembar obsevasi aktifitas siswa, angket sikap siswa

terhadap pembelajaran problem solving dan soal tes akhir siswa.

4) Menyiapkan alat-alat bantu mengajar.

b. Pelaksanaan/tindakan

1) Guru membagi siswa kedalam kelompok di mana setiap kelompok

terdiri tingkat kemampuan heterogen.

2) Guru menyampaikan materi tentang getaran.

3) Siswa belajar bersama dalam kelompok dengan bimbingan guru

tentang materi yang disampaikan.

4) Siswa bersama kelompoknya melakukan praktikum tentang getaran

dan mengerjakan lks yang telah disediakan oleh guru.

5) Guru menyuruh salah satu kelompok untuk membacakan hasil

praktikum.

6) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

7) Guru memberikan tes akhir siklus.

8) Guru memberikan penghargaan bagi kelompok terbaik.

9) Guru memberikan angket kemampuan berpikir induktif dan sikap

siswa.

c. Observasi

Pada siklus II ini masih dilakukan pengamatan untuk melihat peningkatan

aktivitas dan mengetahui segala perubahan aktivitas siswa setelah dilakukan

tindakan pada siklus II. Observasi yang dilakukan pada siklus II ini hampir

sama dengan pelaksanaan observasi pada siklus I.

d. Refleksi

Refleksi pada siklus II dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

peningkatan dan keberhasilan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah


mendapatkan pembelajaran menggunakan metode problem solving setelah

pelaksanaan perbaikan tindakan pada siklus I.

Indikator Keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila rerata kemampuan berpikir

induktif siswa 70 % yang diikuti dengan meningkatnya aktivitas, sikap dan hasil belajar

siswa.

Anda mungkin juga menyukai