Anda di halaman 1dari 19

“ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar

Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar”.

Oleh
Nama : Erni Aleda Wanma
Nim : 2021014134864

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


PJJ GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
BIAK
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan
mengarahkan untuk pembentukan watak atau karakter bangsa. Hal ini yang dapat
melahirkan bangsa yang berbeda dengan bangsa lainnya. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Pendidikan sangatlah penting untuk membentuk karakter pada peserta didik.
Bahkan guru juga bukan hanya mengajar saja melainkan mendidik siswa untuk
membangun karakter dan mengembangkan potensi siswa dengan cara memberikan
motivasi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan oleh siswa itu sendiri.

Sekolah Dasar adalah salah satu komponen yang terpenting dalam sistem pendidikan
nasional. Karena, Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga formal pendidikan yang
paling dasar untuk peserta didik sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Sekolah Dasar sangatlah penting untuk perkemangan siswa, karena pendidikan dasar siswa
akan membentuk karakter untuk menjadi seperti apa di masa yang akan mendatang.

Selama proses belajar mengajar, salah satu mata pelajaran yang guru ajarkan adalah
Matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam
dunia pendidikan maupun dunia teknologi. Matematika merupakan mata pelajaran yang
diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang yang lebih tinggi yaitu Perguruan
Tinggi (PT).

Hakikatnya Matematika sering disebut dengan ilmu deduktif karena proses pencarian
kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan yang lainnya. Sehingga matematika membutuhkan benda yang konkret untuk
menyampaikan materi agar siswa dapat memahami materi tersebut. Menurut James dan
James matematika itu adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga
bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri2 . Matematika merupakan mata pelajaran
yang diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD) hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT).
Pada umumnya, di Sekolah Dasar pembelajaran Matematika sering menggunakan
metode pembelajaran ceramah dibandingkan menggunakan metode pembelajaran yang
ada. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta
didik. Salah satu penyebabnya adalah cara guru mengajar yang masih konvensional
dengan ceramah, menjelaskan materi di depan kelas, dan melakukan tanya jawab dengan
peserta didik yang bisa atau aktif di dalam kelas. Hal ini membuat proses pembelajaran
didominasi oleh guru dan beberapa peserta didik saja. Sedangkan bagi peserta didik yang
pasif, tidak memiliki banyak peran dalam proses pembelajaran .

Sehingga siswa kurang memahami materi yang guru jelaskan dan hanya bergantung
pada guru dan teman-temannya saja. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang efektif
dan materi yang disampaikan tidak tersampaikan dengan jelas. Prestasi siswa pada mata
pelajaran matematika masih rendah, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian oleh
PISA (Programme for Internasional Student Assesment) pada tahun 2018. Dalam
kompetensi pembelajaran matematika pada tahun 2015 Indonesia mencapai 386 poin, dan
pada tahun 2018 mendapatkan 379 poin. Dengan hal ini Indonesia mengalami penurunan
sebesar 7 poin, meskipun masih rendah dengan poin rata-rata OECD (Organisation for
Economic Co-operation and Development) sebesar 478 poin. Dalam kompetensi
matematika di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan dengan beberapa negara
lainnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yaitu salah
satunya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut
Boud and Feletti pada jurnal Waldopo mengutarakan bahwa Problem Based Learning is
an approach to structuring the curriculum which involves confronting students with
problems from practice which provide a stimulus for learning. Jadi, Problem Based
Learning adalah pendekatan untuk menyusuh sebuah kurikulum yang melibatkan siswa
dengan menghadapkan masalah dari praktik yang memberikan siswa rangsangan untuk
belajar. Ciri-ciri dari pembelajaran PBL ini, diawali dengan adanya guru memberikan
masalah kepada siswanya. Biasanya masalah yang diberikan oleh guru memiliki konteks
dengan dunia nyata. Siswa secara berkelompok aktif dalam merumuskan atau
memecahkan masalah sesuai dengan pengetahuan mereka, setelah selesai menyelesaikan
masalah tersebut siswa diminta untuk melaporkan hasil diskusi dengan kelompoknya. Ada
pun langkah-langkah Problem Based Learning sebagai berikut: memberikan orientasi
tentang permasalahan kepada siswa, mengorganisir siswa untuk meneliti, membantu
investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan danmempresentasikan hasil laporan,
serta menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Terdapat beberapa penelitian meta-analisis yang telah dilakukan menyasar bidang


diberbagai metode pembelajaran dan keterampilan berbahasa. Namun sampai saat ini,
belum adanya penelitian tentang metaanalisis terbaru khususnya mengenai pengaruh
model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran matematika kelas V sekolah dasar. Dari masalah ini dan latar belakang tersebut,
peneliti melakukan penelitian meta-analisis artikel penelitian untuk melihat seberapa besar
pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa
dengan judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Sekolah Dasar”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru.
2. Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Banyaknya penelitian tentang model pembelajaran Problem Based Learning pada
pembelajaran Matematika yang belum dirangkum menjadi temuan penelitian di tingkat
sekolah dasar.

C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka diperlukan
batasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian, sebagai berikut:

1. Subjek penelitian berupa jurnal nasional terakreditasi dan dipublikasikan dalam


rentang tahun 2016-2022. 2. Penelitian dilakukan pada artikel penelitian yang telah
dipublikasikan secara nasional di Indonesia.

2. Penelitian hanya berfokus pada artikel penelitian tentang mode pembelajaran


Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran Matematika dengan jenis
metode penelitian eksperimen

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa
besar effect size model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini dalam
pembelajaran Matematika di sekolah dasar?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui besar effect size penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) ini dalam pembelajaran Matematika secara keseluruhan di sekolah dasar.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian meta-analisis ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan
gambaran tentang rata-rata pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning dalam
pembelajaran Matematika, dan dapat menginspirasi guru atau pembaca untuk membentuk
keefektifan, kreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar pembelajaran Matematika di kelas
atau lembaga pendidikan lainnya sehingga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
hasil belajarnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lanjut
untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil
belajar siswa untuk waktu masa yang akan datang mengenai keefektifan model
pembelajaran terkait.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan pembelajaran yang digunakan
untuk tujuan belajar tertentu dan juga sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
sehingga melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Menurut Kardi
dan Nur ada 5 model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran,
yaitu pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah,
diskusi dan learning strategi . Salah satu model pembelajaran berdasarkan masalah yaitu
Problem Based Learning. Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang
dimulai dengan menghadapkan siswa kepada suatu permasalahan yang terdapat dalam
dunia nyata dan menuntunnya untuk dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah
tersebut melalui kegiatan atau pengalaman belajar yang dilakukan selama proses
pembelajaran .Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, guru
sebagai fasilitator serta menjadi mediator siswa.

Pembelajaran Problem Based Learning diawali dengan guru memberikan suatu


masalah kepada siswa, lalu siswa mengidentifikasi masalah sesuai dengan kemampuan
siswa masing-masing, kemudian siswa mengaitkan masalah dengan kehidupan nyata
sehingga siswa dapat membuat kesimpulan dan solusi dari masalah yang guru berikan.
Pembelajaran model Problem Based Learning juga dapat membuat peserta didik lebih
aktif dan berpikir kritis dalam melakukan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Problem Based Learning adalah
suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah .

PBL yaitu model pembelajaran yang didalamnya melibatkan sasaran didik untuk
berusaha memecahkan masalah dengan beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa
diharapkan mampu untuk mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah
tersebut dan sekaligus siswa diharapkan mampu memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah.

Menurut Trianto dalam Buku Model Problem Based Learning bahwa belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan
antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukkan kepada
peserta didik berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik .
Jadi menurut penjelasan diatas model pembelajaran Problem Based Learning adalah
pembelajaran yang melibatkan peserta didik lebih aktif selama pembelajaran berlangsung
dengan guru memberikan masalah berupa soal kemudian peserta didik menyelesaikan soal
tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik masing-masing.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning

Pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning ini dapat diartikan
dengan proses aktivitas pembelajaran yang menekankan siswa untuk menyelesaikan suatu
masalah secara ilmiah. Dengan begitu kita harus mengetahui karakteristik tentang model
pembelajaran Problem Based Learning tersebut yaitu karakteristik metode PBL dalam
Bekti Wulandari adalah:

a) Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang mengambang yang


berhubungan dengan kehidupan nyata.

b) Masalah dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran.


c) Siswa menyelesaikan masalah dengan penyelidikan autentik.
d) Secara bersama-sama dalam kelompok kecil, siswa mencari solusi untuk
memecahkan masalah yang diberikan.
e) Guru bertindak sebagai tutor dan fasilitator.
f) Siswa bertanggung jawab dalam memperoleh pengethuan dan informasi yang
bervariasi, tidak dari satu sumber saja.
g) Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dalam bentuk produk tertentu .

Kemudian menurut Herminarto Sofyan dalam bukunya memaparkan Karakteristik


Problem Based Learning adalah sebagai berikut:

1. Aktifitas didasarkan pada pernyataan umum, artinya setiap masalah memilki


pernyataan umum, yang diikuti dengan masalah yang bersifat ill-structured atau masalah
yang dimunculkan selama proses pemecahan masalah.
2. Belajar berpusat pada peserta didik dan guru sebagai fasilitator, sebagaimana
mestinya guru harus membuat lingkungan belajar yang memberi peluang peserta didik
untuk menyesuaikan dirinya dalam pilihan cara belajar mereka sendiri.

3. Peserta didik bekerja kolaboratif, artinya peserta didik dengan pembelajaran


menggunakan model berbasis masalah dapat membangun keterampilan bekerja sama
dalam timnya.

4. Belajar digerakan oleh konteks masalah, hal ini peserta didik memerlukan
informasi dan konsep yang dipelajari dan strategi yang digunakan secara langsung pada
konteks situasi belajar.

5. . Belajar interdisipliner, dengan ini peserta didik dituntut untuk membaca dan
menulis, mengumpukan dan menganalisis data, berpikir dan menghitung

Pada hakikatnya model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model


pembelajaran yang berbasis pada masalah di dalam pembelajaran. Dengan begitu
pembelajaran tersebut diawali dengan berdasarkan masalah yang dapat dipecahkan oleh
peserta didik. Dalam model pembelajaran ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator,
manager dan ahli dalam strategi yang memberikan layanan konsultan dan akses pada
sumber masalah sehingga siswa dapat berpikir dan memecahkan masalah yang diberikan
oleh guru.

C. Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


Guru akan melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah
harus menyiapkan seluruh perangkat pembelajaran mulai dari masalah hingga
perlengkapan yang dibutuhkan saat pembelajaraan dimulai. Siswa juga harus sudah
memahami proses pembelajaran berbasis masalah dan sudah membentuk kelompok kecil.

Menurut Shoimin dalam Arie Anang Setyo dkk menjelaskan bahwa langkah-langkah
dalam model pembelajaran Problem Based Learning yaitu:
1) Penyampaian tujuan pembelajaran, memotivasi dan menyiapkan logistic yang
dibutuhkan.
2) Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, mengumpulkan data, hipotesis,
dan pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyediakan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

Menurut Sanjaya dalam Lilis Lismaya yang mengutip pendapat John Dewey seorang
ahli pendidikan berkebangsaan Amerika berpendapat 6 tahapan model PBL yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (Problem Solving), sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan


dipecahkan.

2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.

3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai


kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan untuk pemecahan masalah.

4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan


informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil dan merumuskan


kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa


menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai dengan rumusan

Jadi menurut pendapat diatas, tahapan Problem Based Learning ada 6 tahapan yaitu
merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan
masalah, mengumpulkan data hasil diskusi, membuat kesimpulan hasil diskusi dan
menjelaskan hasil diskusi dengan kelompoknya

d. Peran Guru Dalam Pembelajaran Problem Based Learning

Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang dapat mendorong siswanya untuk
mampu belajar mandiri dan berpikiran yang sangat luas. Lingkungan sekitar guru harus
mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. peran seorang guru dibutuhkan dalam
mewujudkan pembelajaran yang baik. Guru harus dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan penuh semangat dan menyenangkan.

Peran guru dalam pembelajaran Problem Based Learning ini adalah untuk memfasilitasi
dan mensupport pembelajaraan siswa, membimbing siswa hingga memonitor proses
pembelajaran siswa. Guru juga harus bisa membangun kepercayaan diri setiap siswa dan
begitu juga dengan kepercayaan diri kelompok untuk dapat memecahkan masalah. Jadi
disini peran guru hanya menjadi fasilitator sedangkan siswa harus mencari solusi dari
masalah yang diberikan oleh guru baik secara mandiri ataupun secara berkelompok.

e. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning ini tidak luput dari kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki. Menurut Widiasworo dalam jurnal Imam Taufiq, dkk
menjelaskan keunggulan dari model pembelajaran Problem Based Learning ini yaitu: (1)
Penerapan dalam pembelajaran akan dapat mengarahkan peserta didik untuk belajar
bermakna, (2) Peserta didik dapat menggabungkan teori-teori yang telah dipelajari dengan
keterampilan yang dimiliki secara bersamaan serta peserta didik dapat menerapkannya
dalam konteks yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan tersebut, (3)
Peserta didik dapat menumbuh kembangkan keterampilan berpikir kritisnya, sifat inisiatif,
motivasi dari dalam diri serta peserta didik dapat motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembakan hubungan interpersonal yang ada di dalam dirinya sendiri ketika ia bekerja
kelompok

Menurut Warsono dan Hariyanto dalam Hosaini dkk kelebihan Problem Based
Learning yaitu:

1. Peserta didik lebih terbiasa menghadapi permasalahan serta merasa tertantang


dalam menyelesaikan masalah, yang tidak hanya berkaitan dengan pembelajaran dalam
kelas, namun juga dalam kehidupan sehari-hari.

2. Model Problem Based Learning (PBL) dapat memupuk solidaritas social


peserta didik dengan terbiasa berdiskusi dengan rekan-rekan sekelompok kemudian
berdiskusi dengan rekan-rekan sekelasnya.

3. Dapat mempererat hubungan antara peserta didik dengan pendidik


Pembelajaran model Problem Based Learning ini tidak lupa dengan adanya
kekurangannya. Menurut Sanjaya dalam Arie Anang Setyo memaparkan bahwa disamping
kelebihan, PBL juga mempunyai kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Sulitnya menemukan solusi pemecahan masalah ketika peserta didik tidak


memiliki minat dan kepercayaan diri sehingga peserta didik menjadi enggan dan untuk
mencoba.

2. Membutuhkan lebih banyak waktu untuk persiapan.

3. Butuh pemahaman yang mendalam tentang tujuan yang akan dipelajari agar
peserta didik belajar sesuatu yang ingin ia pelajari

Menurut pemaparan di atas kelebihan dan kekurangan model Problem Based Learning
menunjukan bahwa perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi juga
konsep materi yang akan di pelajari serta perlu diperhatikan juga oleh guru terkait waktu
dan biaya yang diperlukan, karena tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning.

2. Hakikat Matematika

a. Pengertian Matematika

Menuru James dan James dalam Fahrurrozi dkk berpendapat bahwa matematika adalah
ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar,
analisis dan geometri . Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang sistematis yang
menelaah pola hubungan, pola berpikir, seni dan bahasa yang semuanya dikaji dengan
logika serta bersifat deduktif.

Matematika merupakan suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang
dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang
menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri
dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan .
Jadi matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentukbentuk, susunan,
besaran dan konsep yang terhubung dengan satu dan lainnya. Matematika juga dikaji
dengan logika dan bersifat deduktif.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

Dalam Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 halaman 148 perihal standar isi yakni
pembelajaran matematika mempunyai tujuan agar peserta didik mempunyai keahlian
yaitu:

a) Mengerti konsepsi matematika, menuturkan ketergantungan menyangkut


konsepsi dan menerapkan konsepsi tersebut dengan fleksibel, cermat dan benar dalam
memecahkan permasalahan.

b) Memakai intelek berpikir pada model dalam pembentukan kesimpulan secara


umum dengan menyusun data atau menuturkan ide atau gagasan matematika.

c) Pemecahan permasalahan yang mencangkup kemahiran mencerna, membuat


acuan matematika mengatasi acuan juga menguraikan jalan keluar yang didapat.

d) Menyampaikan ide menggunakan tabel, simbol, diagram dalam menerangkan


situasi atau permasalahan.

e) Mempunyai karakter menyanjung, memandang peran matematika dalam


hidup sehari-hari.
Tujuan pembelajaran menurut Kemendikbud tahun 2013 yaitu
(1) meningkatkan kemampuan intelektual,
(2) kemampuan menyelesaikan masalah.
(3) hasil belajar yang tinggi,
(4) melatih berkomunikasi,
(5) mengembangkan karakter siswa. Adapun tujuan pembelajaran matematika di tingkat
MI/SD yaitu agar siswa dapat mengetahui dan mengenal angka-angka sederhana, operasi
hitungan sederhana, pengukuran dan bidang.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bawah tujuan pembelajaran


matematika yaitu siswa dapat mengerti tentang konsepsi matematika, dapat membuat
kesimpulan atau menyampaikan ide dengan menggunakan tabel, dapat menyelesaikan
masalah dan juga siswa dapat mengetahui dan mengenal angka serta operasi hitungan yang
sederhana.

3. Hasil belajar Matematika


a. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah proses untuk melihat sejauh mana siswa dapat menguasai
pembelajaran setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengajar atau keberhasilan yang
dicapai seorang peserta didik setelah mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan bentuk
angka, huruf atau simbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan.
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku peserta didik dari yang tidak tahu menjadi tahu dari yang tidak
mengerti menjadi mengerti

Dari hasil pemaparan diatas bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh
siswa setelah kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dengan nilai dalam bidang
kognitif, afektif, atau psikomotorik.

Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang sekolah dan
seterusnya untuk siswa sekolah dasar. Matematika memiliki pengaruh besar dalam
kehidupan sehari-hari, karena itu ilmu kompleks yang tidak hanya mengajarkan tentang
konsep saja namun juga mengajarkan bagaimana untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hitung menghitung. Matematika adalah ilmu
yang mempelajari ilmu hitungan, estimasi ataupun kemampuan berpikir secara runtut dan
logis, kritis dan sistematis. Jadi matematika adalah ilmu pengetahuan yang kompleks yang
menuntuk untuk siswa berpikir secara logika dan logis, kritis dan sistematis untuk
memahami konsep matematika.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah prestasi siswa dalam belajar
matematika di sekolah dalam jangka waktu tertentu dan dapat ditentukan berupa skor atau
angka. Artinya hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa dalam usaha
untuk menguasai matematika yang dinyatakan dengan nilai diperoleh setelah diadakan
evaluasi.

b. Indikator Hasil Belajar Matematika


Indikator hasil belajar adalah tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dimiliki oleh
siswa setelah mereka melakukan proses pembelajaran tertentu seperti ranah kognitif, ranah
afektif dan ranah psikomotorik. Menurut Anderson ssecara garis besar dibagi menjadi tiga
ranah yaitu ranah kognitif, efektif dan psikomotorik.

1) Ranah kognitif, ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak). Menurut


Anderson, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Terdapat enam jenjang proses berpikir yaitu: mengingat, memamhami,
menerapkan, menganalisis, menilai dan menciptakan.
2) Ranah efektif, ranah yang meliputi rasa, nilai, apresiasi antusiasme, motivasi,
dan sikap. Kompetensi peserta didik yang mencerminkan afektif yang baik dapat terlihat
dari sikap kedewasaan yang sesuai dengan usia dan perkembangan peserta didik dan
tercermin pada prilaku atau attitude sehari-hari pada proses pembelajaran baik dalam kelas
maupun luar kelas.
3) Ranah psikomotorik, ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Terdapat
lima aktivitas untuk mengkategorikan kemampuan psikomotorik yaitu: meniru,
memanipulasi, ketepatan, perangkaian dan naturalisasi

Menurut pemaparan diatas adalah indikator hasil belajar adalah tujuan pembelajaran
yang diinginkan guru terhadap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta
didik dan kesesuai hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang sudah ditetapkan oleh guru sesuai dengan ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan sebagai salah satu tujuan pencapaian belajar siswa dikelas.
Tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Menurut Purwanto dalam Arsyi Mirdanda menyatakan yang dapat mempengaruhi hasil
belajar terdiri dari faktor dalam diri peserta didik (intern) dan faktor dari luar peserta didik
(ekstern). Faktor dari dalam yakni fisiologi dan psikologi sedangkan dari luar yakni
lingkungan dan instrumental

Menurut Slameto dalam Hasrian Rudi Setiawan berpendapat bahwa faktor secara umum
dapat dijabarkan dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal

1. Faktor internal
Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik, yang tergolong kedalam
faktor ini adalah faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

2. Faktor ekternal
Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya. Ada dua faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar seseorang peserta didik, yaitu manusia atau yang
disebut dengan faktor sosial dan faktor non-manusia yang menyangkut banyak hal, seperti
keadaan suhu udara, keadaan cuaca,keadaan ruangan, sarana dan fasilitas.

Dari hasil pemaparan diatas faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu terdiri
dua faktor yakni faktor dalam diri peserta didik dan luar diri peserta didik. Dari dalam
peserta didik faktornya ada cara belajar, pertumbuhan, penampilan serta sikap dalam
pembelajaran siswa. Kemudian dari luar peserta didik faktornya ada lingkungan sekitar
siswa serta keluarga siswa untuk memberikan dampak positif agar mendapatkan hasil
belajar siswa yang meningkat
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dari sembilan artikel jurnal dan skripsi maka dapat
disimpulkan, bahwa model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika kelas V sekolah dasar sangat positif dan memiliki
efek yang sangat besar dalam peningkatan hasil belajar siswa sekolah dasar. Hal ini dapat
ditunjukkan dari hasil rata-rata effect size secara keseluruhan yaitu 0,827 masuk dalam
kategori sangat besar. Maka, model pembelajaran Problem Based Learning sangat efektif
untuk peningkatan hasil belajar siswa kelas V sekolah dasar. Berdasarkan hasil
perhitungan Cohen’s Effect terhadap hasil belajar mendapatkan rata-rata 0,826 dengan
interpretasi sangat besar. Dengan begitu model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V sekolah dasar sangat
efektif dan sangat berpegaruh dalam meningkatkan hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Fahrurrozi. (2017). Metode Pembelajaran Matematika. NTB: Universitas Hamzanwadi.


Hal 3.

Fauzia, Hadist Awalia. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD, Jurnal Primary Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Riau.
Vol 7 No. 1. April. Hal 41.

Hartati, Sri, Ismail Nurdin. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media
Sahabat Cendikia. Hal 38

Hasratuddin. Membangun Karakter Melalui Pembelajaran Matematika. Jurnal


Pendidikan Matematika PARADIKMA. Volume Nomor 2. Hal 132.

Hosaini, dkk. (2022). Metode dan Model Pembelajaran Untuk Merdeka Belajar.
Kediri: CV Kreator Cerdas Indonesia. Hal 62.

Juarsih, Cicih, Dirman. (2014). Penilaian dan Evaluasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal
15

Kemendikbud, Hasil Pisa Indonesia 2018: Akses Makin Meluas, Saatnya Tingkatkan
Kualitas 2019. https://www.kemdikbud.go.id. Diakses pada tanggal 13 April 2022.

Lismaya, Lilis. (2019) Beprikir Kritis & PBL (Problem Based Learning). Surabaya:
Media Sahabat Cendikia. Hal 28.
Mirdanda, Arsyi. (2017). Motivasi Berprestasi & Disiplin Peserta Didik. Pontianak:
Yudha English Gallery. Hal 36.

Mudjiono, Dimyati. (2006). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 3.

Nindrea, Rievan Dana. (2016). Pengantar Langkah-Langkah Praktis Studi Meta


Analisis. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Hal 11.

48 Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Prihandini, Wiwiek. (2020). Korupsi APBD; Sebuah Meta Analisis. Sleman: Penerbit
CV Budi Utama. Hal 33.

Rahma, Nur. Hakikat Pendidikan Matematika. (2013) Vol 2,


https://www.researchgate.net/publication/328633629_Hakikat _Pendidikan_Matematika.
hal 3.

Rosmala, Amelia, Isrok’atun. (2018). Model-Model Pembelajaran Matematika. Jakarta:


PT Bumi Aksara. Hal 43.

Setiawan, Hasrian Rudi, Achmad Bahtiar. (2023). Monograf: Metode Role Play (Upaya
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik. Medan: UMSU Press. Hal 29-31.

Setyo, Arie Anang dkk. (2020). Strategi Pembelajaran Problem Based Learning.
Makassar: Yayasan Barcode. Hal 22

Sofyan, Herminarto, Warigan, dkk. (2017). Problem Based Learning Dalam Kurikulum
2013. Yogyakarta: UNY Press. Hal 62.

Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hal 22.

Syamsidah, Dkk. (2012). Buku Model Probem Based Learning. Sleman: CV Budi
Utama. Hal 13.
Tahrim, Tasdin, Firman Patawi dkk. (2020) Inovasi Model Pembelajaran.
Tasikmalaya: Edu Publisher. Hal 38.

Waldopo. (2012) Pembelajaran Berbasis Masalah, Sebuah Strategi Pembelajaran


Untuk Menyiapkan Kemandirian Pesert Didiki. Jurnal Teknodik Vol. XIV Nomor 3.
Wulandari, Bekti. (2013). Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar
Ditinjau Dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3 Nomor 2.
Juni. Hal 181.

Anda mungkin juga menyukai