Oleh
Nama : Erni Aleda Wanma
Nim : 2021014134864
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan untuk mencerdasakan kehidupan bangsa dan
mengarahkan untuk pembentukan watak atau karakter bangsa. Hal ini yang dapat
melahirkan bangsa yang berbeda dengan bangsa lainnya. Dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1
menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Pendidikan sangatlah penting untuk membentuk karakter pada peserta didik.
Bahkan guru juga bukan hanya mengajar saja melainkan mendidik siswa untuk
membangun karakter dan mengembangkan potensi siswa dengan cara memberikan
motivasi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan oleh siswa itu sendiri.
Sekolah Dasar adalah salah satu komponen yang terpenting dalam sistem pendidikan
nasional. Karena, Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga formal pendidikan yang
paling dasar untuk peserta didik sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Sekolah Dasar sangatlah penting untuk perkemangan siswa, karena pendidikan dasar siswa
akan membentuk karakter untuk menjadi seperti apa di masa yang akan mendatang.
Selama proses belajar mengajar, salah satu mata pelajaran yang guru ajarkan adalah
Matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam
dunia pendidikan maupun dunia teknologi. Matematika merupakan mata pelajaran yang
diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang yang lebih tinggi yaitu Perguruan
Tinggi (PT).
Hakikatnya Matematika sering disebut dengan ilmu deduktif karena proses pencarian
kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan yang lainnya. Sehingga matematika membutuhkan benda yang konkret untuk
menyampaikan materi agar siswa dapat memahami materi tersebut. Menurut James dan
James matematika itu adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan
konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga
bagian besar yaitu aljabar, analisis, dan geometri2 . Matematika merupakan mata pelajaran
yang diajarkan sejak Sekolah Dasar (SD) hingga jenjang Perguruan Tinggi (PT).
Pada umumnya, di Sekolah Dasar pembelajaran Matematika sering menggunakan
metode pembelajaran ceramah dibandingkan menggunakan metode pembelajaran yang
ada. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta
didik. Salah satu penyebabnya adalah cara guru mengajar yang masih konvensional
dengan ceramah, menjelaskan materi di depan kelas, dan melakukan tanya jawab dengan
peserta didik yang bisa atau aktif di dalam kelas. Hal ini membuat proses pembelajaran
didominasi oleh guru dan beberapa peserta didik saja. Sedangkan bagi peserta didik yang
pasif, tidak memiliki banyak peran dalam proses pembelajaran .
Sehingga siswa kurang memahami materi yang guru jelaskan dan hanya bergantung
pada guru dan teman-temannya saja. Hal ini menyebabkan pembelajaran kurang efektif
dan materi yang disampaikan tidak tersampaikan dengan jelas. Prestasi siswa pada mata
pelajaran matematika masih rendah, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian oleh
PISA (Programme for Internasional Student Assesment) pada tahun 2018. Dalam
kompetensi pembelajaran matematika pada tahun 2015 Indonesia mencapai 386 poin, dan
pada tahun 2018 mendapatkan 379 poin. Dengan hal ini Indonesia mengalami penurunan
sebesar 7 poin, meskipun masih rendah dengan poin rata-rata OECD (Organisation for
Economic Co-operation and Development) sebesar 478 poin. Dalam kompetensi
matematika di Indonesia masih cukup rendah dibandingkan dengan beberapa negara
lainnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yaitu salah
satunya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Menurut
Boud and Feletti pada jurnal Waldopo mengutarakan bahwa Problem Based Learning is
an approach to structuring the curriculum which involves confronting students with
problems from practice which provide a stimulus for learning. Jadi, Problem Based
Learning adalah pendekatan untuk menyusuh sebuah kurikulum yang melibatkan siswa
dengan menghadapkan masalah dari praktik yang memberikan siswa rangsangan untuk
belajar. Ciri-ciri dari pembelajaran PBL ini, diawali dengan adanya guru memberikan
masalah kepada siswanya. Biasanya masalah yang diberikan oleh guru memiliki konteks
dengan dunia nyata. Siswa secara berkelompok aktif dalam merumuskan atau
memecahkan masalah sesuai dengan pengetahuan mereka, setelah selesai menyelesaikan
masalah tersebut siswa diminta untuk melaporkan hasil diskusi dengan kelompoknya. Ada
pun langkah-langkah Problem Based Learning sebagai berikut: memberikan orientasi
tentang permasalahan kepada siswa, mengorganisir siswa untuk meneliti, membantu
investigasi mandiri dan kelompok, mengembangkan danmempresentasikan hasil laporan,
serta menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini, sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru.
2. Peserta didik kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Banyaknya penelitian tentang model pembelajaran Problem Based Learning pada
pembelajaran Matematika yang belum dirangkum menjadi temuan penelitian di tingkat
sekolah dasar.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, maka diperlukan
batasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian, sebagai berikut:
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa
besar effect size model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini dalam
pembelajaran Matematika di sekolah dasar?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui besar effect size penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) ini dalam pembelajaran Matematika secara keseluruhan di sekolah dasar.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian meta-analisis ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan
gambaran tentang rata-rata pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning dalam
pembelajaran Matematika, dan dapat menginspirasi guru atau pembaca untuk membentuk
keefektifan, kreatifitas dalam kegiatan belajar mengajar pembelajaran Matematika di kelas
atau lembaga pendidikan lainnya sehingga dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan
hasil belajarnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lanjut
untuk mengkaji pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil
belajar siswa untuk waktu masa yang akan datang mengenai keefektifan model
pembelajaran terkait.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
1. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan pembelajaran yang digunakan
untuk tujuan belajar tertentu dan juga sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
sehingga melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai yang diharapkan. Menurut Kardi
dan Nur ada 5 model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran,
yaitu pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berdasarkan masalah,
diskusi dan learning strategi . Salah satu model pembelajaran berdasarkan masalah yaitu
Problem Based Learning. Problem Based Learning merupakan suatu pembelajaran yang
dimulai dengan menghadapkan siswa kepada suatu permasalahan yang terdapat dalam
dunia nyata dan menuntunnya untuk dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah
tersebut melalui kegiatan atau pengalaman belajar yang dilakukan selama proses
pembelajaran .Dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, guru
sebagai fasilitator serta menjadi mediator siswa.
Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. Problem Based Learning adalah
suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah .
PBL yaitu model pembelajaran yang didalamnya melibatkan sasaran didik untuk
berusaha memecahkan masalah dengan beberapa tahap metode ilmiah sehingga siswa
diharapkan mampu untuk mempelajari pengetahuan yang berkaitan dengan masalah
tersebut dan sekaligus siswa diharapkan mampu memiliki keterampilan dalam
memecahkan masalah.
Menurut Trianto dalam Buku Model Problem Based Learning bahwa belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respons, merupakan hubungan
antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukkan kepada
peserta didik berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi
menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki,
dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik .
Jadi menurut penjelasan diatas model pembelajaran Problem Based Learning adalah
pembelajaran yang melibatkan peserta didik lebih aktif selama pembelajaran berlangsung
dengan guru memberikan masalah berupa soal kemudian peserta didik menyelesaikan soal
tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik masing-masing.
Pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Based Learning ini dapat diartikan
dengan proses aktivitas pembelajaran yang menekankan siswa untuk menyelesaikan suatu
masalah secara ilmiah. Dengan begitu kita harus mengetahui karakteristik tentang model
pembelajaran Problem Based Learning tersebut yaitu karakteristik metode PBL dalam
Bekti Wulandari adalah:
4. Belajar digerakan oleh konteks masalah, hal ini peserta didik memerlukan
informasi dan konsep yang dipelajari dan strategi yang digunakan secara langsung pada
konteks situasi belajar.
5. . Belajar interdisipliner, dengan ini peserta didik dituntut untuk membaca dan
menulis, mengumpukan dan menganalisis data, berpikir dan menghitung
Menurut Shoimin dalam Arie Anang Setyo dkk menjelaskan bahwa langkah-langkah
dalam model pembelajaran Problem Based Learning yaitu:
1) Penyampaian tujuan pembelajaran, memotivasi dan menyiapkan logistic yang
dibutuhkan.
2) Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, mengumpulkan data, hipotesis,
dan pemecahan masalah.
4) Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya yang sesuai
seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyediakan
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Menurut Sanjaya dalam Lilis Lismaya yang mengutip pendapat John Dewey seorang
ahli pendidikan berkebangsaan Amerika berpendapat 6 tahapan model PBL yang
kemudian dia namakan metode pemecahan masalah (Problem Solving), sebagai berikut:
2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari
berbagai sudut pandang.
Jadi menurut pendapat diatas, tahapan Problem Based Learning ada 6 tahapan yaitu
merumuskan masalah dan menjelaskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan
masalah, mengumpulkan data hasil diskusi, membuat kesimpulan hasil diskusi dan
menjelaskan hasil diskusi dengan kelompoknya
Guru harus menggunakan proses pembelajaran yang dapat mendorong siswanya untuk
mampu belajar mandiri dan berpikiran yang sangat luas. Lingkungan sekitar guru harus
mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. peran seorang guru dibutuhkan dalam
mewujudkan pembelajaran yang baik. Guru harus dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan penuh semangat dan menyenangkan.
Peran guru dalam pembelajaran Problem Based Learning ini adalah untuk memfasilitasi
dan mensupport pembelajaraan siswa, membimbing siswa hingga memonitor proses
pembelajaran siswa. Guru juga harus bisa membangun kepercayaan diri setiap siswa dan
begitu juga dengan kepercayaan diri kelompok untuk dapat memecahkan masalah. Jadi
disini peran guru hanya menjadi fasilitator sedangkan siswa harus mencari solusi dari
masalah yang diberikan oleh guru baik secara mandiri ataupun secara berkelompok.
Model pembelajaran Problem Based Learning ini tidak luput dari kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki. Menurut Widiasworo dalam jurnal Imam Taufiq, dkk
menjelaskan keunggulan dari model pembelajaran Problem Based Learning ini yaitu: (1)
Penerapan dalam pembelajaran akan dapat mengarahkan peserta didik untuk belajar
bermakna, (2) Peserta didik dapat menggabungkan teori-teori yang telah dipelajari dengan
keterampilan yang dimiliki secara bersamaan serta peserta didik dapat menerapkannya
dalam konteks yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan tersebut, (3)
Peserta didik dapat menumbuh kembangkan keterampilan berpikir kritisnya, sifat inisiatif,
motivasi dari dalam diri serta peserta didik dapat motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembakan hubungan interpersonal yang ada di dalam dirinya sendiri ketika ia bekerja
kelompok
Menurut Warsono dan Hariyanto dalam Hosaini dkk kelebihan Problem Based
Learning yaitu:
3. Butuh pemahaman yang mendalam tentang tujuan yang akan dipelajari agar
peserta didik belajar sesuatu yang ingin ia pelajari
Menurut pemaparan di atas kelebihan dan kekurangan model Problem Based Learning
menunjukan bahwa perlu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi juga
konsep materi yang akan di pelajari serta perlu diperhatikan juga oleh guru terkait waktu
dan biaya yang diperlukan, karena tidak semua materi pembelajaran dapat menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning.
2. Hakikat Matematika
a. Pengertian Matematika
Menuru James dan James dalam Fahrurrozi dkk berpendapat bahwa matematika adalah
ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dan lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar,
analisis dan geometri . Matematika adalah suatu disiplin ilmu yang sistematis yang
menelaah pola hubungan, pola berpikir, seni dan bahasa yang semuanya dikaji dengan
logika serta bersifat deduktif.
Matematika merupakan suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang
dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang
menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri
dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan .
Jadi matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentukbentuk, susunan,
besaran dan konsep yang terhubung dengan satu dan lainnya. Matematika juga dikaji
dengan logika dan bersifat deduktif.
Dalam Permendiknas nomor 22 Tahun 2006 halaman 148 perihal standar isi yakni
pembelajaran matematika mempunyai tujuan agar peserta didik mempunyai keahlian
yaitu:
Dari hasil pemaparan diatas bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh
siswa setelah kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dengan nilai dalam bidang
kognitif, afektif, atau psikomotorik.
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang sekolah dan
seterusnya untuk siswa sekolah dasar. Matematika memiliki pengaruh besar dalam
kehidupan sehari-hari, karena itu ilmu kompleks yang tidak hanya mengajarkan tentang
konsep saja namun juga mengajarkan bagaimana untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hitung menghitung. Matematika adalah ilmu
yang mempelajari ilmu hitungan, estimasi ataupun kemampuan berpikir secara runtut dan
logis, kritis dan sistematis. Jadi matematika adalah ilmu pengetahuan yang kompleks yang
menuntuk untuk siswa berpikir secara logika dan logis, kritis dan sistematis untuk
memahami konsep matematika.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah prestasi siswa dalam belajar
matematika di sekolah dalam jangka waktu tertentu dan dapat ditentukan berupa skor atau
angka. Artinya hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa dalam usaha
untuk menguasai matematika yang dinyatakan dengan nilai diperoleh setelah diadakan
evaluasi.
Menurut pemaparan diatas adalah indikator hasil belajar adalah tujuan pembelajaran
yang diinginkan guru terhadap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta
didik dan kesesuai hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang sudah ditetapkan oleh guru sesuai dengan ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Hasil belajar merupakan sebagai salah satu tujuan pencapaian belajar siswa dikelas.
Tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar itu sendiri.
Menurut Purwanto dalam Arsyi Mirdanda menyatakan yang dapat mempengaruhi hasil
belajar terdiri dari faktor dalam diri peserta didik (intern) dan faktor dari luar peserta didik
(ekstern). Faktor dari dalam yakni fisiologi dan psikologi sedangkan dari luar yakni
lingkungan dan instrumental
Menurut Slameto dalam Hasrian Rudi Setiawan berpendapat bahwa faktor secara umum
dapat dijabarkan dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal
1. Faktor internal
Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri peserta didik, yang tergolong kedalam
faktor ini adalah faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
2. Faktor ekternal
Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi aktivitas dan hasil belajarnya. Ada dua faktor eksternal yang dapat
mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar seseorang peserta didik, yaitu manusia atau yang
disebut dengan faktor sosial dan faktor non-manusia yang menyangkut banyak hal, seperti
keadaan suhu udara, keadaan cuaca,keadaan ruangan, sarana dan fasilitas.
Dari hasil pemaparan diatas faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu terdiri
dua faktor yakni faktor dalam diri peserta didik dan luar diri peserta didik. Dari dalam
peserta didik faktornya ada cara belajar, pertumbuhan, penampilan serta sikap dalam
pembelajaran siswa. Kemudian dari luar peserta didik faktornya ada lingkungan sekitar
siswa serta keluarga siswa untuk memberikan dampak positif agar mendapatkan hasil
belajar siswa yang meningkat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dari sembilan artikel jurnal dan skripsi maka dapat
disimpulkan, bahwa model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran matematika kelas V sekolah dasar sangat positif dan memiliki
efek yang sangat besar dalam peningkatan hasil belajar siswa sekolah dasar. Hal ini dapat
ditunjukkan dari hasil rata-rata effect size secara keseluruhan yaitu 0,827 masuk dalam
kategori sangat besar. Maka, model pembelajaran Problem Based Learning sangat efektif
untuk peningkatan hasil belajar siswa kelas V sekolah dasar. Berdasarkan hasil
perhitungan Cohen’s Effect terhadap hasil belajar mendapatkan rata-rata 0,826 dengan
interpretasi sangat besar. Dengan begitu model pembelajaran Problem Based Learning
terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas V sekolah dasar sangat
efektif dan sangat berpegaruh dalam meningkatkan hasil belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzia, Hadist Awalia. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD, Jurnal Primary Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Riau.
Vol 7 No. 1. April. Hal 41.
Hartati, Sri, Ismail Nurdin. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media
Sahabat Cendikia. Hal 38
Hosaini, dkk. (2022). Metode dan Model Pembelajaran Untuk Merdeka Belajar.
Kediri: CV Kreator Cerdas Indonesia. Hal 62.
Juarsih, Cicih, Dirman. (2014). Penilaian dan Evaluasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal
15
Kemendikbud, Hasil Pisa Indonesia 2018: Akses Makin Meluas, Saatnya Tingkatkan
Kualitas 2019. https://www.kemdikbud.go.id. Diakses pada tanggal 13 April 2022.
Lismaya, Lilis. (2019) Beprikir Kritis & PBL (Problem Based Learning). Surabaya:
Media Sahabat Cendikia. Hal 28.
Mirdanda, Arsyi. (2017). Motivasi Berprestasi & Disiplin Peserta Didik. Pontianak:
Yudha English Gallery. Hal 36.
Mudjiono, Dimyati. (2006). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 3.
Prihandini, Wiwiek. (2020). Korupsi APBD; Sebuah Meta Analisis. Sleman: Penerbit
CV Budi Utama. Hal 33.
Setiawan, Hasrian Rudi, Achmad Bahtiar. (2023). Monograf: Metode Role Play (Upaya
Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik. Medan: UMSU Press. Hal 29-31.
Setyo, Arie Anang dkk. (2020). Strategi Pembelajaran Problem Based Learning.
Makassar: Yayasan Barcode. Hal 22
Sofyan, Herminarto, Warigan, dkk. (2017). Problem Based Learning Dalam Kurikulum
2013. Yogyakarta: UNY Press. Hal 62.
Sudjana, Nana. (2013). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hal 22.
Syamsidah, Dkk. (2012). Buku Model Probem Based Learning. Sleman: CV Budi
Utama. Hal 13.
Tahrim, Tasdin, Firman Patawi dkk. (2020) Inovasi Model Pembelajaran.
Tasikmalaya: Edu Publisher. Hal 38.