Oleh:
Kelompok : A (MATEMATIKA)
TAHUN 2023
2
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka
dalam penyajian materi pelajaran matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai
dengan kondisi dan keadaan siswa. Menjadikan matematika sebagai pelajaran yang disenangi
bukanlah hal yang mudah. Diperlukan ide-ide kreatif guru agar suasana kelas tidak monoton.
Untuk itulah perlu adanya model dan media khusus yang diterapkan oleh guru. Hal ini tentu
saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk
belajar. Sebagaimana menurut Suprijono (2010:7) yaitu : “Hasil Belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif”.
Oleh karena itu model dan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
matematika siswa Indonesia yang masih rendah haruslah tidak membuat siswa jenuh dan
tertekan namun dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Matematika memang bukanlah pelajaran yang mudah dipahami, tetapi bukan berarti
tidak mungkin untuk bisa dikuasai. Selama ini rendahnya hasil belajar matematika siswa
lebih banyak disebabkan karena pendekatan, metode, atau pun model tertentu yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran masih bersifat tradisional.
Agar pemahaman konsep matematika berkembang maka siswa perlu dilibatkan secara
aktif dalam proses belajar matematika. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada
cara penyajian materi pembelajaran, dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada
proses belajar mengajar.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan salah satu guru bidang studi
matematika di SMP Negeri 13 Medan yaitu ibu Jurihati yang mengajar di kelas VIII di SMP
Negeri 13 Medan. Peneliti melakukan observasi mengenai kegiatan belajar mengajar
Matematika yang berlangsung di sekolah tersebut, dari pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti Guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik dalam mengajarkan
pembelajaran matematika. Sehingga kegiatan belajar mengajar Matematika yang berlangsung
terpusat kepada Guru dan siswa tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar matematika
tersebut. Peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan mengenai masalah yang dihadapi
mengenai pencapaian hasil belajar siswa pada materi Theorema Pythagoras melalui
wawancara. Dari penuturan Ibu Jurihati siswa kelas VIII masih bermasalah dalam
menyelesaikan soal-soal bersangkutan Teorema Pythagoras yang berkenaan dengan bentuk
4
soal aljabar, siswa juga kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbeda dari contoh soal
yang diberikan. Sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Materi Pythagoras merupakan materi yang cukup menantang untuk dipelajari karena
dalam materi ini siswa dituntut untuk menemukan serta membangun pemikirannya untuk
membuktikan dan menggunakan Teorema Pythagoras serta bagaimana syarat berlakunya.
Soal – soal Pythagoras juga dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa. Materi ini
banyak dimunculkan dalam soal – soal olimpiade yang menggunakan kreativitas dalam
penyelesaiannya.
Metode mengajar yang digunakan guru mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar dimana siswa akan merasa tertarik dan mau berperan aktif dalam
mencari pemecahan masalah, bukan hanya menerima saja sehingga tercapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu model dan media
pembelajaran yang dapat mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Banyak macam model dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
menyajikan suatu materi pelajaran. Salah satu diantaranya adalah model Problem Based
Learning (PBL)
PBL mengajak siswa untuk mengaitkan masalah nyata dengan pembelajaran. PBL atau
pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
penyelesaian masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Dengan begitu siswa akan aktif dalam proses pembelajaran yang
berlangsung.
Agar siswa mampu mengaitkan permasalahan di kehidupan sehari – hari dengan
konsep belajar, maka diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa di dalam
prosesnya. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)) dapat kita gunakan sebagai
alternatif pembelajaran. Dengan pemakaian model tersebut diharapkan akan meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada materi SPLDV Berdasarkan uraian di atas, maka saya
tertarik untuk melaksanakan best practice dengan judul :Meningkatkan motivasi belajar
SPLDV dengan menggunakan model problem based learning berbantuan alat peraga
papan SPLDV.
5
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam best practice pembelajaran ini adalah materi kelas VIII
dengan materi pokok relasi dan fungsi serta SPLDV.
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah Kurangnya minat peserta didik pada
materi pelajaran tersebut karena Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton ,
Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran karena lebih banyak mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru, Siswa kesulitan untuk mengerjakan soal
berbentuk teks,Terkadang siswa tidak menjawab soal dengan baik padahal jawabannya
ada di buku,
efektif, dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat sehingga
minat peserta didik untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan
Tujuan mengajar pada umumnya adalah materi pelajaran yang disampaikan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik. Penguasaan ini dapat ditunjukkan dari hasil belajar
atau prestasi belajar yang diperoleh siswa. Akan tetapi, kenyataannya di lapangan
masih ada masalah yang terjadi selama proses pembelajaran maupun pada hasil
belajar, terutama pada mata pelajaran matematika. Salah satu penyebab kurang
berhasilnya siswa dalam pembelajaran matematika adalah siswa cenderung kurang
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sehingga pemahaman siswa hanya
sementara. Pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif,
kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/
lingkungan belajar yang mendukung. Kenyataan di lapangan, proses pembelajaran
matematika di kelas pada umumnya adalah siswa mempelajari matematika hanya
diberi tahu oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Itu semua
mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam belajar.
Tantangan yang ada diatas harus diselesaikan dengan baik oleh seorang guru yaitu :
Guru harus memilih media pembelajaran yang menarik dan bisa dipergunakan
langsung oleh peserta didik
Dampak dan hasil refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah saya lakukan
adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based learning dan media LKPD berorientasi soal kontekstual berlangsung
aktif dan menyenangkan. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terpacu
untuk menjawab benar dari setiap kartu soal yang ada, Pembelajaran yang
dilakukan dengan menerapkan
model pembelajaran Problem Based learning dan media LKPD berorientasi ini
meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Hal ini terlihat
dari perserta didik bersama teman kelompoknya saling memberikan pendapat untuk
menyelesaikan masalah pada kartu soal sampai menemukan jawaban yang benar.
Penerapan model pembelajaran Problem Based learning dan media LKPD berorientasi
soal kontekstual meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal
8
ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk menjawab stimulus yang diberikan
guru dan untuk menemukan jawaban dari soal pada LKPD yang ada.Peserta didik juga
menjadi lebih semangat mengerjakan soal evaluasi dan berdampak pada hasil evaluasi
peserta didik
E. HASIL SIKLUS II
Pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi
pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/ lingkungan
belajar yang mendukung. Kenyataan di lapangan, proses pembelajaran matematika di
kelas pada umumnya adalah siswa mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh
gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Itu semua mengindikasikan bahwa siswa
tidak aktif dalam belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan
kemampuan matematis siswa dapat berkembang.
Kondisi belajar yang efektif dapat dibuat dengan menciptakan suatu proses
pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan, sehingga siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Selain itu, kecenderungan guru untuk mendominasi proses
pembelajaran harus dikurangi. Sehingga, dibutuhkan model pembelajaran yang tidak
hanya berpusat pada guru, tetapi siswa turut aktif dalam mengkonstruksi konsep. Untuk
itu, dalam upaya memperbaiki pembelajaran matematika siswa dan memperbaiki kualitas
proses pembelajaran dikelas, maka dalam penulisan karya Best Practice ini penulis
menawarkan alternatif model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS yaitu model
pembelajaran Problem Based Learning dengan media LKPD Dan berbantuan alat
peraga papan SPLDV. Sebab, aspek terpenting dalam pembelajaran adalah
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan model pembelajaran ini siswa
diajak berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. Metode penemuan juga
membiasakan siswa dalam memecahkan masalah.
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini. Kondisi
yang menjadi latar belakang masalah Kurangnya minat peserta didik pada materi
pelajaran tersebut karena Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton , Peserta
didik kurang aktif dalam pembelajaran karena lebih banyak mendengarkan materi
yang disampaikan oleh guru, Siswa kesulitan untuk mengerjakan soal berbentuk
teks,Terkadang siswa tidak menjawab soal dengan baik padahal jawabannya ada di
buku, Lemahnya siswa dalam perkalian,pembagian dan perhitungan, Jarang melibatkan
orang tua dalam pembelajaran dikelas, Terkesan orang tua hanya memberikan tanggung
jawab pendidikan pada sekolah, Model pembelajaran yang digunakan kurang optimal
untuk dapat mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Sebagai guru mempunyai
tanggungjawab untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, dengan
10
menggunakan model dan media pembelajaran yangtepat sehingga minat peserta didik
untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
Tantangan yang ada diatas harus diselesaikan dengan baik oleh seorang guru yaitu :
Berdasarkan penyebab dari permasalahan diatas tantangan yang dihadapi guru yaitu:
SPLDV dan siswa mampu mengembangkan keterampilan dalam menggali konsep aljabar
sejak dini menggunakan alat peraga. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut, pertama,
bagi siswa, sebagai media pembelajaran agar siswa dapat lebih mudah memahami
penyelesaian SPLDV melalui konsep bentuk aljabar dengan mempraktekkannya secara
11
langsung menggunakan alat peraga yaitu papan SPLDV. Kedua, bagi guru, sebagai bahan
alternative pada saat akan menanamkan konsep SPLDV bagi siswa. Berikut alat peraga
papan spldv :
4. Cara mengajar matematika agar siswa cepat mengerti adalah dengan mengajarkan
konsep secara kontektual. Guru dapat menggunakan media pembelajaran atau peraga yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
5. Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan
LKPD yang berorientasi pada sintaks problem based learning dengan mempertimbangkan
waktu disetiap fasenya.
Dampak bagi peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah setelah
dilakukan refleksi pembelajaran yaitu peserta didik merasa tertarik dan senang mengikuti
proses pembelajaran karena mereka dapat terlibat langsung. Peserta didik yang tadinya
kurang tertarik menyimak dapat fokus mendengarkan karena penggunaan media yang
menarik perhatian peserta didik. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) secara sistematis dan cermat serta sesuai petunjuk, pembelajaran dengan model
problem based learning dan media LKPD berorientasi soal kontektual Penerapan model
pembelajaran Problem Based learning dan media LKPD berorientasi soal kontekstual
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari
tingkat partisipasi siswa untuk menjawab stimulus yang diberikan guru dan untuk
menemukan jawaban dari soal pada LKPD yang ada.Peserta didik juga menjadi lebih
semangat mengerjakan soal evaluasi dan berdampak pada hasil evaluasi peserta didik
sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar matematika siswa dan menjadikan
proses pembelajaran menarik, peserta didik dapat terlibat aktif dan kegiatannya
menyenangkan serta membuat peserta didik berpikir kritis, kreatif, dan mampu
menentukan solusi dari permasalahan yang disajikan guru.
12
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. Hasil
Hasil yang dapat diilaporkan dari best practice ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
problem based learning dan media pembelajaran LKPD berlangsung aktif dan
menyenangkan. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terpacu untuk
menjawab benar dari setiap kartu soal yang ada.
2. Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem based
learning dan media pembelajaran LKPD meningkatkan kemampuan siswa dalam
melakukan transfer knowledge. Hal ini dapat dilihat dari siswa bersama-sama dengan
teman kelompoknya saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan soal pada kartu soal
sampai menemukan jawaban yang benar.
3. Penerapan model pembelajaran problem based learning dan media pembelajaran
LKPD meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat partisipasi siswa untuk menemukan jawaban dari soal yang ada.
4. Penerapan model pembelajaran problem based learning dan media pembelajaran
LKPD juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem
solving). Hal ini dapat dilihat dari kegiatan Siswa bersama-sama anggota
kelompoknya menemukan solusi/jawaban dari setiap soal yang ada pada kartu.
B. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi pada permainan adalah siswa terlihat aktif dan bersemangat
dalam proses pembelajarannya, akan tetapi ketika menjawab soal pada kartu soal siswa
memerlukan waktu yang lumayan lama untuk menyelesaikan soal.
C. Cara Mengatasi Masalah
Cara mengatasi masalah di atas adalah guru lebih memberikan pemahaman kembali
kepada siswa untuk lebih sering melatih diri mengerjakan soal-soal. Dengan kita sering
berlatih menyelesaikan soal, maka kita akan terbiasa dan menjadi lebih paham. Dari kita
paham kita menjadi lebih cepat mengerjakan soal, tentunya tidak lepas pula dari konsep dasar
perkalian yang wajib diketahui siswa terlebih dulu yang telah dipelajarinya saat dibngku
sekolah dasar. Jika siswa belum hapal perkalian, maka untuk menjawab soal matematika
dalam konsep apa pun akan sulit.
13
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Modul Penulisan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Untuk Ujian Sekolah,
Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016.
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah.