Anda di halaman 1dari 14

1

LK 3.1 BEST PRACTICE


MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
SPLDV MENGGUNAKAN MODEL
PROBLEM BASED LEARNING
BERBANTUAN ALAT PERAGA PAPAN
SPLDV
(SITUASI, TANTANGAN, AKSI, REFLEKSI HASIL DAN
DAMPAK)

Oleh:

Nama : Indra Siswanto, S.Pd.

Kelompok : A (MATEMATIKA)

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN ANGKATAN II


UNIVERSITAS ISLAM SUMATRA UTARA (UISU)

TAHUN 2023
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang
pendidikan dasar, menengah pertama, menengah atas, bahkan sampai ke perguruan tinggi.
Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang selalu digunakan dalam segala
segi kehidupan, dan juga menopang cabang pengetahuan yang lain. Karena itu matematika
sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan
IPTEK sehingga matematika perlu dibekalkan kepada setiap peserta didik.
Matematika memiliki peranan yang sangat besar yang dapat dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat pada umumnya, sehingga menjadi ilmu dasar yang sangat penting untuk
diajarkan kepada siswa. Matematika juga merupakan sarana berpikir ilmiah yang sangat
diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan kemampuan logisnya. Dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), matematika memegang peranan penting karena
dalam pembelajaran matematika dituntut untuk berpikir kritis dan teliti untuk mengelola
informasi, memecahkan suatu persoalan/permasalahan sehingga berguna baik dalam
kehidupan sehari-hari serta sebagai bahasa atau sebagai pengembangan sains dan teknologi.
Pendidikan matematika berperan penting bagi setiap individu karena dengan
matematika setiap individu dapat meningkatkan kemampuan bernalar, berpikir kritis, logis,
sistematis dan kreatif. Namun pada kenyataannya sedikit sekali orang yang menyukai
matematika. Banyak orang beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang
sangat sulit dan menakutkan dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Dari peranan belajar
matematika tersebut sudah seharusnya hasil dari belajar matematika ini mempunyai hasil
yang baik, agar bisa menjadi bahan mempelajari ilmu yang lainnya.

Kenyataannya matematika tidaklah memiliki banyak penggemar sebagai pelajaran


favorit siswa-siswi di Indonesia dari tingkat dasar sampai menengah, melainkan terdapat isu-
isu bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipelajari dan akhirnya siswa sudah anti
pada matematika sebelum mempelajari matematika itu. Hal ini dibenarkan oleh Abdurrahman
(2011 : 252) bahwa “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika
3

merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak
berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.
Sebagai mata pelajaran yang berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka
dalam penyajian materi pelajaran matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai
dengan kondisi dan keadaan siswa. Menjadikan matematika sebagai pelajaran yang disenangi
bukanlah hal yang mudah. Diperlukan ide-ide kreatif guru agar suasana kelas tidak monoton.
Untuk itulah perlu adanya model dan media khusus yang diterapkan oleh guru. Hal ini tentu
saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan termotivasi untuk
belajar. Sebagaimana menurut Suprijono (2010:7) yaitu : “Hasil Belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif”.
Oleh karena itu model dan media yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
matematika siswa Indonesia yang masih rendah haruslah tidak membuat siswa jenuh dan
tertekan namun dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Matematika memang bukanlah pelajaran yang mudah dipahami, tetapi bukan berarti
tidak mungkin untuk bisa dikuasai. Selama ini rendahnya hasil belajar matematika siswa
lebih banyak disebabkan karena pendekatan, metode, atau pun model tertentu yang
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran masih bersifat tradisional.
Agar pemahaman konsep matematika berkembang maka siswa perlu dilibatkan secara
aktif dalam proses belajar matematika. Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada
cara penyajian materi pembelajaran, dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada
proses belajar mengajar.
Peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan salah satu guru bidang studi
matematika di SMP Negeri 13 Medan yaitu ibu Jurihati yang mengajar di kelas VIII di SMP
Negeri 13 Medan. Peneliti melakukan observasi mengenai kegiatan belajar mengajar
Matematika yang berlangsung di sekolah tersebut, dari pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti Guru belum menggunakan model pembelajaran yang menarik dalam mengajarkan
pembelajaran matematika. Sehingga kegiatan belajar mengajar Matematika yang berlangsung
terpusat kepada Guru dan siswa tidak aktif dalam kegiatan belajar mengajar matematika
tersebut. Peneliti juga memberikan beberapa pertanyaan mengenai masalah yang dihadapi
mengenai pencapaian hasil belajar siswa pada materi Theorema Pythagoras melalui
wawancara. Dari penuturan Ibu Jurihati siswa kelas VIII masih bermasalah dalam
menyelesaikan soal-soal bersangkutan Teorema Pythagoras yang berkenaan dengan bentuk
4

soal aljabar, siswa juga kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berbeda dari contoh soal
yang diberikan. Sehingga hasil belajar siswa masih rendah.
Materi Pythagoras merupakan materi yang cukup menantang untuk dipelajari karena
dalam materi ini siswa dituntut untuk menemukan serta membangun pemikirannya untuk
membuktikan dan menggunakan Teorema Pythagoras serta bagaimana syarat berlakunya.
Soal – soal Pythagoras juga dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa. Materi ini
banyak dimunculkan dalam soal – soal olimpiade yang menggunakan kreativitas dalam
penyelesaiannya.
Metode mengajar yang digunakan guru mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar dimana siswa akan merasa tertarik dan mau berperan aktif dalam
mencari pemecahan masalah, bukan hanya menerima saja sehingga tercapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu model dan media
pembelajaran yang dapat mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Banyak macam model dan media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
menyajikan suatu materi pelajaran. Salah satu diantaranya adalah model Problem Based
Learning (PBL)
PBL mengajak siswa untuk mengaitkan masalah nyata dengan pembelajaran. PBL atau
pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
penyelesaian masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Dengan begitu siswa akan aktif dalam proses pembelajaran yang
berlangsung.
Agar siswa mampu mengaitkan permasalahan di kehidupan sehari – hari dengan
konsep belajar, maka diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa di dalam
prosesnya. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)) dapat kita gunakan sebagai
alternatif pembelajaran. Dengan pemakaian model tersebut diharapkan akan meningkatkan
hasil belajar matematika siswa pada materi SPLDV Berdasarkan uraian di atas, maka saya
tertarik untuk melaksanakan best practice dengan judul :Meningkatkan motivasi belajar
SPLDV dengan menggunakan model problem based learning berbantuan alat peraga
papan SPLDV.
5

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Tujuan dan Sasaran


Tujuan penulisan best practice ini adalah untuk mendeskripsikan best practice penulis
dalam meerapkan pembelajaran berorientasi model pembelajaran problem based
learning.Sasaran pelaksanaan best practice ini adalah siswa kelas VIII semester 1 di SMPN 2
Besitang

B. Bahan/Materi Kegiatan
Bahan yang digunakan dalam best practice pembelajaran ini adalah materi kelas VIII
dengan materi pokok relasi dan fungsi serta SPLDV.

C. Cara Melaksanakan Kegiatan


Cara yang digunakan dalam pelaksanaan best practice ini adalah menerapkan
pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dan media pembelajaran
LKPD
Berikut ini adalah langkah-langkah pelaksanaan best practice yang telah dilakukan
penulis.
D. HASIL SIKLUS I

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini.
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah Kurangnya minat peserta didik pada
materi pelajaran tersebut karena Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton ,
Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran karena lebih banyak mendengarkan
materi yang disampaikan oleh guru, Siswa kesulitan untuk mengerjakan soal
berbentuk teks,Terkadang siswa tidak menjawab soal dengan baik padahal jawabannya
ada di buku,

Lemahnya siswa dalam perkalian,pembagian dan perhitungan, Jarang melibatkan


orang tua dalam pembelajaran dikelas, Terkesan orang tua hanya memberikan
tanggung jawab pendidikan pada sekolah, Model pembelajaran yang digunakan
kurang optimal untuk dapat mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Sebagai
guru mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan proses pembelajaran yang
6

efektif, dengan menggunakan model dan media pembelajaran yang tepat sehingga
minat peserta didik untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang
diharapkan

Tujuan mengajar pada umumnya adalah materi pelajaran yang disampaikan dikuasai
sepenuhnya oleh peserta didik. Penguasaan ini dapat ditunjukkan dari hasil belajar
atau prestasi belajar yang diperoleh siswa. Akan tetapi, kenyataannya di lapangan
masih ada masalah yang terjadi selama proses pembelajaran maupun pada hasil
belajar, terutama pada mata pelajaran matematika. Salah satu penyebab kurang
berhasilnya siswa dalam pembelajaran matematika adalah siswa cenderung kurang
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Sehingga pemahaman siswa hanya
sementara. Pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif,
kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/
lingkungan belajar yang mendukung. Kenyataan di lapangan, proses pembelajaran
matematika di kelas pada umumnya adalah siswa mempelajari matematika hanya
diberi tahu oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Itu semua
mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam belajar.

Tantangan yang ada diatas harus diselesaikan dengan baik oleh seorang guru yaitu :

1. Berkaitan dengan media pembelajaran dengan


LKPD Guru bisa menggunakan media konkret yang ada disekitar sekolah
sehingga peserta didik bisa lebih mengenal media yang ada, selain itu
penggunaan media pembelajaran bisa dikombinasikan dengan penggunaan model
pembelajaran problem based learning sehingga siswa peserta didik lebih mudah
memahami materi ajar yang disampaikan.

Guru harus memilih media pembelajaran yang menarik dan bisa dipergunakan
langsung oleh peserta didik

2. Guru harus mengemas materi pembelajaran berfokus pada masalah sehingga


materi yang tidak ada tidak perlu saat itu dipelajari oleh peserta didik. Hal ini
mengurangi beban peserta didik untuk menghapal atau menyimpan informasi.
3. Berkaitan dengan model pembelajaran, Guru juga diyakini sudah hapal dengan
sintak dari model pembelajaran yang akan dipilihnya dari mulai tahap awal
sampai ke tahap akhir yang dituangkan dalam kegiatan pembuka, inti dan
penutup. Dalam pembelajaran guru menggunakan model problem based learning
7

yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam


berkomunikasi,berkolaborasi dan berpikir kritis sehingga tercipta pembelajaran
yang menyenangkan da penuh tantangan bagi peserta didik dan pembelajaran
mengarah pada student centre learning
4. Seorang guru juga dituntut untuk menilai secara keseluruhan dari ranah afektif
konigtif dan psikomotorik.tentunya dalam intrumen yang lengkap mulai dari kisi
– kisi, indikator ketercapian seriap ranah dan rubrik penilaian keterampilan untuk
melengkapi penilaian akhir pembelajaran.

Langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut yaitu


berkaitan dengan pemilihan media pembelajaran, saya menggunakan model problem based
learning dan LKPD. Model ini saya pilih untuk mengaktifkan Peserta didik dalam
kegiatan berdiskusi, berkolaborasi dan berkomunikasi sehingga tercipta pembelajaran
yang menyenangkan dan pembelajaran mengarah pada student center. Dengan
menggunakan model Problem Based Learning, peserta didik lebih termotivasi daripada
menggunakan model pembelajaran konvensional terlihat dari indikator keaktifan peserta
didik naik dari sebelum menggunakan model Problem Based Learning. Media LKPD ini
dapat digunakan sebagai salah satu sember belajar peserta didik dalam diskusi kelompok
maupun mandiri sebagai sarana untuk menemukan ide dalam menyelesaikan masalah
kontekstual. Kegiatan mencoba dalam sebuah diskusi atau permainan yang menyenangkan
untuk melatih kemampuan siswa setelah mempelajari materi.

Dampak dan hasil refleksi dari kegiatan pembelajaran yang telah saya lakukan
adalah proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Based learning dan media LKPD berorientasi soal kontekstual berlangsung
aktif dan menyenangkan. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terpacu
untuk menjawab benar dari setiap kartu soal yang ada, Pembelajaran yang
dilakukan dengan menerapkan

model pembelajaran Problem Based learning dan media LKPD berorientasi ini
meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Hal ini terlihat
dari perserta didik bersama teman kelompoknya saling memberikan pendapat untuk
menyelesaikan masalah pada kartu soal sampai menemukan jawaban yang benar.
Penerapan model pembelajaran Problem Based learning dan media LKPD berorientasi
soal kontekstual meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal
8

ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi siswa untuk menjawab stimulus yang diberikan
guru dan untuk menemukan jawaban dari soal pada LKPD yang ada.Peserta didik juga
menjadi lebih semangat mengerjakan soal evaluasi dan berdampak pada hasil evaluasi
peserta didik

Respon peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah setelah


dilakukan refleksi pembelajaran yaitu peserta didik merasa tertarik dan senang
mengikuti proses pembelajaran karena mereka dapat terlibat langsung. Peserta didik
yang tadinya kurang tertarik menyimak dapat fokus mendengarkan karena penggunaan
media yang menarik perhatian peserta didik. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) secara sistematis dan cermat serta sesuai petunjuk, pembelajaran
dengan model problem based learning dan media LKPD berorientasi soal kontektual
yang dilaksanakan tidak sekedar berorientasi HOTS, tetapi juga mengintegrasikan
PPK, literasi, dan kecakapan abad

21 sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar matematika siswa dan menjadikan


proses pembelajaran menarik, peserta didik dapat terlibat aktif dan kegiatannya
menyenangkan serta membuat peserta didik berpikir kritis, kreatif, dan mampu
menentukan solusi dari permasalahan yang disajikan guru.

E. HASIL SIKLUS II
Pembelajaran yang efektif tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi
pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/ lingkungan
belajar yang mendukung. Kenyataan di lapangan, proses pembelajaran matematika di
kelas pada umumnya adalah siswa mempelajari matematika hanya diberi tahu oleh
gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Itu semua mengindikasikan bahwa siswa
tidak aktif dalam belajar. Melalui proses pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan
kemampuan matematis siswa dapat berkembang.

Tingkat pemahaman matematika seorang siswa lebih dipengaruhi oleh pengalaman


siswa itu sendiri. Sedangkan pembelajaran matematika merupakan usaha membantu
siswa mengkonstruksi pengetahuan melalui proses. Proses tersebut dimulai dari
pengalaman, sehingga siswa harus diberi kesempatan seluas – luasnya untuk
mengkontruksi sendiri pengetahuan yang harus dimiliki. Hal ini menunjukkan, bahwa
guru sangat berperan aktif untuk memfasilitasi peserta didik mengkontruksi
pengetahuannya.
9

Kondisi belajar yang efektif dapat dibuat dengan menciptakan suatu proses
pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan, sehingga siswa berperan aktif
dalam proses pembelajaran. Selain itu, kecenderungan guru untuk mendominasi proses
pembelajaran harus dikurangi. Sehingga, dibutuhkan model pembelajaran yang tidak
hanya berpusat pada guru, tetapi siswa turut aktif dalam mengkonstruksi konsep. Untuk
itu, dalam upaya memperbaiki pembelajaran matematika siswa dan memperbaiki kualitas
proses pembelajaran dikelas, maka dalam penulisan karya Best Practice ini penulis
menawarkan alternatif model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS yaitu model
pembelajaran Problem Based Learning dengan media LKPD Dan berbantuan alat
peraga papan SPLDV. Sebab, aspek terpenting dalam pembelajaran adalah
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dengan model pembelajaran ini siswa
diajak berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran. Metode penemuan juga
membiasakan siswa dalam memecahkan masalah.

Memecahkan masalah merupakan salah satu tingkat kemampuan keterampilan


berpikir tingkat tinggi (HOTS) selain berpikir kritis, kreatif, komunikasi matematis, dan
lain sebagainya. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah,
diharapkan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai masalah akan meningkat. Setelah
melaksanakan pembelajaran dengan model ini, penulis melihat bahwa proses belajar
mengajar menjadi lebih menyenangkan, siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran, dan
terpacu untuk menjawab benar dari setiap kartu soal yang ada.

Kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini. Kondisi
yang menjadi latar belakang masalah Kurangnya minat peserta didik pada materi
pelajaran tersebut karena Pembelajaran yang dilakukan guru masih monoton , Peserta
didik kurang aktif dalam pembelajaran karena lebih banyak mendengarkan materi
yang disampaikan oleh guru, Siswa kesulitan untuk mengerjakan soal berbentuk
teks,Terkadang siswa tidak menjawab soal dengan baik padahal jawabannya ada di
buku, Lemahnya siswa dalam perkalian,pembagian dan perhitungan, Jarang melibatkan
orang tua dalam pembelajaran dikelas, Terkesan orang tua hanya memberikan tanggung
jawab pendidikan pada sekolah, Model pembelajaran yang digunakan kurang optimal
untuk dapat mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran. Sebagai guru mempunyai
tanggungjawab untuk melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, dengan
10

menggunakan model dan media pembelajaran yangtepat sehingga minat peserta didik
untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

Tantangan yang ada diatas harus diselesaikan dengan baik oleh seorang guru yaitu :
Berdasarkan penyebab dari permasalahan diatas tantangan yang dihadapi guru yaitu:

1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam matematika materi soal spldv

2. Guru belum terbiasa menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning


karena gurukurang menguasai terkait penggunaan model-model pembelajaran yang
inovatif.
3. Pemilihan media pembelajaran kurang menarik dan kurang sesuai dengan
materi pembelajaran. serta berbagai faktor-faktor lain yang bersifat heterogen dari dalam
diri pesertadidik

4. sulitnya menentukan masalah yang tepat sehingga mampu menstimulus suasana


diskusi yang baik dan mampu menstimulus perkembangan intelektual siswa.

5. Hambatan waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan


pembelajaran disebabkan karena guru belum terbiasa dengan pembelajaran PBL.
Langkah apa yang dilakukan dalam menghadapi tantangan tersebut yaitu :

1. Materi menyelesaikan masalah yang terkait dengan SPLDV dibutuhkan


keterampilan siswa mulai dari membuat kalimat matematika, menentukan metode yang
digunakan untuk menyelesaikan masalah SPLDV sampai menentukan hasil. Dengan
menggunakan alat peraga papan SPLDV yang merupakan media untuk mendapatkan
metode cepat menyelesaikan masalah SPLDV sehingga keterampilan siswa menyelesaikan
masalah SPLDV tersebut menjadi meningkat dari sebelumnya.
2. Pada problem based learning, tugas-tugas yang diberikan harus diselesaikan secara
kolaboratif. Kerja kolaboratif dapat dilakukan baik antarsiswa dalam kelompok besar atau
kecil, maupun antara siswa dan guru.
3. Alat peragapapan spldv yaitu siswa dengan mudah memahami konsep
penyelesaian

SPLDV dan siswa mampu mengembangkan keterampilan dalam menggali konsep aljabar
sejak dini menggunakan alat peraga. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut, pertama,
bagi siswa, sebagai media pembelajaran agar siswa dapat lebih mudah memahami
penyelesaian SPLDV melalui konsep bentuk aljabar dengan mempraktekkannya secara
11

langsung menggunakan alat peraga yaitu papan SPLDV. Kedua, bagi guru, sebagai bahan
alternative pada saat akan menanamkan konsep SPLDV bagi siswa. Berikut alat peraga
papan spldv :

4. Cara mengajar matematika agar siswa cepat mengerti adalah dengan mengajarkan
konsep secara kontektual. Guru dapat menggunakan media pembelajaran atau peraga yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa.
5. Menyusun perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan
LKPD yang berorientasi pada sintaks problem based learning dengan mempertimbangkan
waktu disetiap fasenya.
Dampak bagi peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran ini adalah setelah
dilakukan refleksi pembelajaran yaitu peserta didik merasa tertarik dan senang mengikuti
proses pembelajaran karena mereka dapat terlibat langsung. Peserta didik yang tadinya
kurang tertarik menyimak dapat fokus mendengarkan karena penggunaan media yang
menarik perhatian peserta didik. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) secara sistematis dan cermat serta sesuai petunjuk, pembelajaran dengan model
problem based learning dan media LKPD berorientasi soal kontektual Penerapan model
pembelajaran Problem Based learning dan media LKPD berorientasi soal kontekstual
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif. Hal ini dapat dilihat dari
tingkat partisipasi siswa untuk menjawab stimulus yang diberikan guru dan untuk
menemukan jawaban dari soal pada LKPD yang ada.Peserta didik juga menjadi lebih
semangat mengerjakan soal evaluasi dan berdampak pada hasil evaluasi peserta didik
sehingga mampu meningkatkan motivasi belajar matematika siswa dan menjadikan
proses pembelajaran menarik, peserta didik dapat terlibat aktif dan kegiatannya
menyenangkan serta membuat peserta didik berpikir kritis, kreatif, dan mampu
menentukan solusi dari permasalahan yang disajikan guru.
12

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Hasil
Hasil yang dapat diilaporkan dari best practice ini diuraikan sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran
problem based learning dan media pembelajaran LKPD berlangsung aktif dan
menyenangkan. Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terpacu untuk
menjawab benar dari setiap kartu soal yang ada.
2. Pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem based
learning dan media pembelajaran LKPD meningkatkan kemampuan siswa dalam
melakukan transfer knowledge. Hal ini dapat dilihat dari siswa bersama-sama dengan
teman kelompoknya saling bertukar pikiran untuk menyelesaikan soal pada kartu soal
sampai menemukan jawaban yang benar.
3. Penerapan model pembelajaran problem based learning dan media pembelajaran
LKPD meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat partisipasi siswa untuk menemukan jawaban dari soal yang ada.
4. Penerapan model pembelajaran problem based learning dan media pembelajaran
LKPD juga meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah (problem
solving). Hal ini dapat dilihat dari kegiatan Siswa bersama-sama anggota
kelompoknya menemukan solusi/jawaban dari setiap soal yang ada pada kartu.
B. Masalah yang Dihadapi
Masalah yang dihadapi pada permainan adalah siswa terlihat aktif dan bersemangat
dalam proses pembelajarannya, akan tetapi ketika menjawab soal pada kartu soal siswa
memerlukan waktu yang lumayan lama untuk menyelesaikan soal.
C. Cara Mengatasi Masalah
Cara mengatasi masalah di atas adalah guru lebih memberikan pemahaman kembali
kepada siswa untuk lebih sering melatih diri mengerjakan soal-soal. Dengan kita sering
berlatih menyelesaikan soal, maka kita akan terbiasa dan menjadi lebih paham. Dari kita
paham kita menjadi lebih cepat mengerjakan soal, tentunya tidak lepas pula dari konsep dasar
perkalian yang wajib diketahui siswa terlebih dulu yang telah dipelajarinya saat dibngku
sekolah dasar. Jika siswa belum hapal perkalian, maka untuk menjawab soal matematika
dalam konsep apa pun akan sulit.
13

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.


1. Pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dan media
pembelajaran LKPD layak dijadikan best practice pembeljaran berorientasi HOTS
karena dapat meingkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer pengetahuan,
berpikir kritis, dan pemecahan masalah.
2. Dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara sistematis dan
cermat, pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dan media
pembelajaran LKPD yang dilaksanakan tidak sekedar berorientasi HOTS, tetapi juga
mengintegrasikan PPK, literasi, dan kecakapan abad 21.
14

DAFTAR PUSTAKA

Modul Penulisan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) Untuk Ujian Sekolah,
Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016.
Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Anda mungkin juga menyukai