Anda di halaman 1dari 5

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN

FLANEL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Agus Subaidi1, Rohmah Indahwati2, Shelvy Noer Ainy3


1,2,3*
Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura
Alamat: Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan
Email: agusunira@yahoo.com
Abstrak
Guru perlu menerapkan model pembelajaran yang dapat menjadikan siswa aktif dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Salah satu model
yang pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif dan berfikir kritis adalah model
Problem Based Learning. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan media papan flanel untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 2
Pademawu. Sedangkan tekhnik pengumpulan datanya melalui observasi, angket, dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 0, 34
yang semula pada siklus 1 sebesar 3,02 menjadi 3,36 pada siklus 2. Nilai tersebut termasuk
dalam kategori baik. Angket siswa mengalami peningkatan sebesar 11,25 % yang semula
pada siklus 1 sebesar 80 % menjadi 91,25 % pada siklus 2. Nilai tersebut termasuk dalam
kategori positif. Sedangkan rata-rata hasil tes siswa yang tuntas mengalami peningkatan
sebesar 15 % dari 75% di siklus 1 menjadi 90% di siklus 2. Berdasarkan hasil penelitian,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
dengan menggunakan media papan flanel dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok
bahasan segiempat kelas VII SMP Negeri 2 Pademawu.

Kata-kata Kunci: Problem Based Learning, Hasil Belajar, dan Segiempat

PENDAHULUAN dipaksa untuk mengingat dan menimbun


berbagai informasi tanpa dituntut untuk
Pendidikan merupakan bagian yang memahami informasi yang diingatnya itu
tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan pokok menghubungkan dengan kehidupan
manusia dalam kehidupan sehari–hari. sehari-hari (Zayyadi, 2014). Guru
Dengan majunya ilmu pengetahuan dan
merupakan pihak yang paling sering dituding
teknologi maka pendidikan akan semakin
sebagai orang yang bertanggung jawab
dibutuhkan oleh orang banyak terutama
terhadap kualitas pendidikan. Tudingan itu
Negara–negara berkembang seperti
tidak sepenuhnya benar, mengingat masih
Indonesia. Salah satu ilmu yang mendukung
banyak komponen pendidikan yang
kemajuan dan perkembangan ilmu
berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
pengetahuan dan teknologi adalah
Namun guru merupakan komponen yang
matematika.
paling strategis dalam proses pendidikan
Matematika merupakan salah satu
terutama dalam proses pembelajaran di
ilmu dasar yang berperan dalam ilmu
sekolah. Subaidi (2016) menyebutkan bahwa
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
guru berperan sebagai fasilitator dan
Matematika juga merupakan disiplin ilmu
mempunyai tugas untuk bisa
yang sangat penting diberikan kepada anak
mengembangkan model ataupun strategi
didik pada semua jenjang pendidikan mulai
belajar yang tepat dan sesuai dengan
tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai tingkat
karakteristik siswa sehingga nantinya
Perguruan Tinggi, sehingga dibutuhkan
diharapkan dapat terbentuk siswa yang
usaha yang sungguh–sungguh untuk
mandiri.
menumbuh kembangkan minat belajar siswa.
Fakta yang terjadi di lapangan
Salah satu elemen yang dapat meningkatkan
melalui interview peneliti dengan guru
minat belajar siswa adalah guru.
pengajar matematika SMP Negeri 2
Proses pembelajaran di dalam Pademawu yaitu Ibu Yuni Susiawati, S.Pd,
kelas diarahkan kepada kemampuan anak mengatakan bahwa siswa kelas VIIF kurang
untuk menghafal informasi, otak anak aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan

1
2 | ∑IGMA, Volume 3, Nomor 1, September 2017, Hlm 1-5

juga siswa kurang semangat pada saat mendemontrasikan. Oleh karena itu,
pelajaran matematika berlangsung, karena digunakan media papan flanel untuk
siswa menganggap bahwa pelajaran meningkatkan minat belajar siswa.
matematika adalah pelajaran yang Peneliti memilih materi segiempat
membosankan. Sehingga suasana belajar karena dari hasil interview penulis dengan
menjadi kurang menyenangkan. guru matematika SMP Negeri 2 Pademawu,
Sehubungan dengan hal itu siswa seringkali mengalami kesulitan dalam
diperlukan suasana pembelajaran yang memahami materi segiempat, terutama dalam
menyenangkan untuk dapat melatih dan menemukan konsep segiempat sehingga
mengembangkan kemampuan siswa sehingga berakibat peserta didik mengalami kesulitan
proses pembelajaran yang dilaksanakan dapat dalam menentukan luas dan keliling dari
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bangun tersebut. Dalam kehidupan sehari-
belajar menyelesaikan masalah nyata dan hari, bentuk segiempat dapat kita jumpai
guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa. ketika memegang buku, melihat kue, atap
Salah satu pembelajaran yang memberikan rumah ataupun bermain layang-layang serta
kesempatan kepada siswa untuk belajar masih banyak lagi contoh dalam kehidupan
menyelesaikan masalah matematika adalah sehari-hari.
melalui pembelajaran Problem Based Berdasarkan uraian yang telah
Learning (PBL). dikemukakan di atas, ada keingininan dari
Problem Based Learning (PBL) penulis untuk mengadakan penelitian dengan
adalah model pengajaran yang bercirikan judul “Penerapan Model Problem Based
adanya permasalahan nyata sebagai konteks Learning (PBL) dengan Menggunakan
untuk para peserta didik belajar berfikir kritis Media Papan Flanel untuk Meningkatkan
dan keterampilan memecahkan masalah serta Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan
memperoleh pengetahuan (Duch dalam Segiempat di Kelas VII SMP Negeri 2
Soimin, 2014:130). Sedangkan Barrow Pademawu”.
(dalam Huda, 2013:271) mendefinisikan
Problem Based Learning (PBL) sebagai METODE PENELITIAN
pembelajaran yang diperoleh melalui proses
menuju pemahaman akan resolusi suatu Penelitian ini termasuk penelitian
masalah. Sehingga dengan menggunakan tindakan kelas yang bertujuan untuk
model PBL ini diharapkan siswa terlibat aktif memperbaiki dan meningkatkan mutu atau
dan tidak membuat siswa merasa jenuh kualitas proses pembelajaran di kelas
dalam proses pembelajaran nantinya. diantaranya meningkatkan efektifitas metode
Peneliti memilih pembelajaran mengajar, pemberian tugas kepada siswa,
Problem Based Learning (PBL) karena penilaian dan lain sebagainya. Subjek dalam
model ini bisa membuat antusias siswa di penelitian ini yaitu siswa kelas VII F SMP
SMP Negeri 2 Pademawu untuk berfikir Negeri 2 Pademawu sebanyak 20 siswa
kritis tentang masalah nyata yang ada di semester II tahun pelajaran 2015/2016. Kelas
sekitar kita. Hal ini sesuai dalam Subaidi ini dipilih atas dasar kesepakatan peneliti dan
(2016) bahwa diberikannya masalah guru bidang studi matematika di kelas VII F,
matematika untuk menemukan penyelesaian dan siswa di kelas tersebut kurang cepat
diharapkan dapat melatih kemampuan siswa memahami materi pelajaran dan juga kurang
dalam mengaitkan informasi yang diberikan begitu aktif di dalam kelas. Penelitian ini
dengan pengetahuan siswa serta memberikan dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur
kesempatan untuk mengungkapkan alasan- penelitian tindakan kelas yang dipakai dalam
alasan secara logis sehingga dapat setiap siklus pada penelitian ini berdasarkan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. (Arikunto, 2010: 137) melalui empat langkah
Selain itu apabila proses belajar mengajar yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
dilengkapi dengan media, maka siswa akan pengamatan, dan (4) refleksi.
lebih banyak melakukan kegiatan belajar Dalam penelitian ini peneliti
sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan menggunakan teknik pengumpulan data
dari guru, tetapi juga aktivitas lain seperti dengan observasi, angket dan tes. Untuk
mengamati, melakukan, ataupun memperoleh data aktivitas siswa yaitu
Subaidi, Model Problem Based Lerning | 3

melalui pengamatan langsung pada saat terakhir pada siklus 1 adalah refleksi.
pembelajaran dengan berpedoman pada Beberapa hal yang dijumpai adalah pada
lembar observasi dalam menilai aktivitas tahap pendahuluan masih ada siswa yang
siswa, respon siswa diperoleh melalui belum memperhatikan penjelasan dari guru
pemberian angket kepada siswa dan hasil dan berbicara dengan temannya, sebagian
belajar matematika siswa diperoleh melalui besar siswa merasa kebingungan dalam
pemberian tes. Pada siklus 1 dilakukan mengisi LKS karena mereka belum pernah
Pengamatan, pemberian angket dan tes hasil belajar menggunakan Problem Based
belajar mengenai keliling trapesium. Setelah Learning, saat berdiskusi kelompok masih
data terkumpul pada siklus 1 tersebut ada beberapa siswa yang hanya berbicara dan
kemudian dianalisis untuk memperoleh tidak berdiskusi dengan kelompoknya, saat
kesimpulan bagaimana aktifitas siswa, respon bekerjasama dalam kelompok, masih ada
siswa, dan ketuntasan belajar siswa apakah sebagian siswa terlihat pasif dan hanya
sudah menunjukkan adanya peningkatan. melihat temannya yang berdiskusi.
Karena masih belum menunjukkan hasil yang Pada siklus 1, hasil observasi
diharapkan maka dilakukan siklus 2 yang aktivitas siswa 3,025 yang berkategori baik.
tahapannya sama dengan siklus 1 hanya saja Sedangkan hasil angket 80% yang
tes hasil belajar mengenai luas trapesium. berkategori positif. Hasil tes menunjukkan
Kemudian dianalisis kembali. secara klasikal 75% dengan rata – rata 68
tuntas. Hasil tersebut belum menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN hasil yang diharapkan karena ketuntasan
klasikal belum mencapai 85 % dan masih
Berdasarkan hasil penelitian dan terlihat beberapa aktifitas yang perlu
analisis data hasil penelitian, pada siklus 1 diperbaiki selama pembelajaran sehingga
pada tahap perencanaan peneliti dan guru perlu dilanjut ke siklus 2.
kelas merencanakan hal-hal yang perlu Pada siklus 2, pada tahap
disiapkan untuk diterapkan diantaranya perencanaan peneliti dan guru kelas
silabus matematika terkait mencari keliling berdiskusi untuk menindak lanjuti temuan-
trapesium, Rencana Pelaksanaan temuan yang menjadi penyebab tidak
Pembelajaran (RPP) tentang mencari keliling tercapainya target keberhasilan siklus I.
trapesium, Lembar Kerja Siswa (LKS), kisi- selain itu peneliti juga mempersiapkan
kisi lembar soal tes, lembar soal tes, perangkat pembelajaran seperti pada siklus 1.
penetapan pengamat (Observer), pembagian Kemudian pada tahap pelaksanaan tindakan
kelompok. Kemudian dilanjut pada tahap guru mengatasi beberapa kekurangan yang
pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini guru muncul, yaitu 1) Pada pendahuluan masih
melaksanakan pembelajaran menggunakan ada siswa yang belum memperhatikan
model pembelajaran Problem Based penjelasan guru dan berbicara dengan
Learning (PBL) dengan menggunakan media temannya. Oleh karena itu guru memberikan
papan flanel dan juga bersama pengamat teguran kepada siswa tersebut agar tidak
mengamati aktifitas siswa. Kegiatan pada mengulangi perbuatannya lagi pada saat jam
tahap ini terbagi dalam kegiatan pelajaran berlangsung, 2) Sebagian siswa
pendahuluan, inti, dan penutup. Kemudian merasa kebingungan dalam mengisi LKS
lanjut ke tahap observasi. Kegiatan siswa Karena mereka belum pernah belajar
pada siklus 1 cukup aktif pada saat menggunakan Problem Based Learning.
pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan Untuk mengatasi hal tersebut, guru
awal siswa memusatkan perhatian pada apa memberikan penguatan kembali terkait
yang disampaikan oleh peneliti, dan Problem Based Learning dan sebelum siswa
mengerjakan tugasnya dengan cukup baik. mengisi LKS, guru memberikan penjelasan
Akan tetapi pada tahap inti pada siklus 1 ini terkait pengisian LKS tersebut, 3) Saat
masih terdapat siswa yang tidak bisa berdiskusi kelompok masih ada beberapa
mengerjakan tugasnya dengan baik seperti siswa yang hanya berbicara dan tidak
pada saat diskusi kelompok terlihat beberapa berdiskusi dengan kelompoknya. Oleh karena
siswa berbicara sendiri dan tidak berdiskusi itu guru memberikan teguran kepada siswa
dengan anggota kelompoknya. Tahap tersebut, dan memintanya untuk
4 | ∑IGMA, Volume 3, Nomor 1, September 2017, Hlm 1-5

mendiskusikan atas permasalahan yang telah terhadap pengerjaan LKS, siswa terlihat
diberikan guru, 4) Saat bekerjasama dalam antusias dalam menyelesaikan permasalahan
kelompok, masih ada sebagian siswa terlihat yang diberikan guru, Kinerja siswa dalam
pasif dan hanya melihat temannya yang bekerjasama dalam kelompok terlihat jelas
berdiskusi. Menyikapi hal tersebut, guru dan membuat suasana kelas terasa lebih
berkeliling kelas secara keseluruhan untuk hidup, Keaktifan siswa baik dalam kelompok
mengamati pekerjaan siswa dan maupun saat mempresentasikan hasil
menginformasikan kepada siswa bahwa diskusinya mengalami peningkatan dari pada
keaktifan siswa pada saat pembelajaran siklus sebelumnya. Selain itu pada saat
dinilai oleh observer. pengerjaan soal tes, siswa mengerjakan
Kemudian pada tahap observasi. dengan sungguh-sungguh.
Kegiatan siswa pada siklus 2 sangat aktif Pada siklus 2, hasil observasi
pada saat pembelajaran berlangsung. Pada aktivitas siswa 3,36 yang berkategori baik.
kegiatan awal siswa memusatkan perhatian Sedangkan hasil angket 91,25% yang
pada apa yang disampaikan oleh peneliti, dan berkategori positif. Hasil tes menunjukkan
mengerjakan tugasnya dengan baik. Masalah secara klasikal 90% dengan rata – rata 80,3
yang sering muncul di siklus 1 telah tuntas. Hasil tersebut menunjukkan adanya
berkurang pada siklus 2. Tahap terakhir pada peningkatan dan sesuai target yang
siklus 2 yaitu refleksi. Beberapa hal yang diharapkan sehingga pada siklus 2 ini
dijumpai adalah Pada tahap pendahuluan dikatakan berhasil dan tidak perlu dilanjut
siswa banyak yang mendengarkan penjelasan pada siklus berikutnya.
yang diberikan guru, Setelah memberi Adapun grafik peningkatan siklus 1
penguatan terhadap Problem Based Learning ke siklus 2 sebagai berikut:
dan memberikan petunjuk yang jelas
Grafik 1
Grafik Peningkatan Siklus 1 ke Siklus 2

100
90
80
70
60 Aktifitas Siswa

50 Angket

40 Tes

30
20
10
0
SIKLUS 1 SIKLUS 2

SIMPULAN bahasan segiempat di kelas VII SMP


Berdasarkan hasil penelitian maka Negeri 2 Pademawu mengalami
dapat disimpulkan sebagai berikut: peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2
1. Aktivitas belajar siswa selama proses yaitu dari 3,025 menjadi 3,36 yang
penerapan model pembelajaran Problem keduanya termasuk dalam kategori baik.
Based Learning dalam meningkatkan 2. Respon siswa terhadap penerapan model
hasil pembelajaran siswa pada pokok pembelajaran Problem Based Learning
Subaidi, Model Problem Based Lerning | 5

dalam meningkatkan hasil pembelajaran Based Learning dalam meningkatkan


siswa pada pokok bahasan segiempat di hasil pembelajaran siswa pada pokok
kelas VII SMP Negeri 2 Pademawu juga bahasan segiempat di kelas VII SMP
mengalami peningkatan yaitu persentase Negeri 2 Pademawu adalah 68 pada
siswa yang menjawab “ya” pada siklus 1 siklus 1 dan 80,3 pada siklus 2. Untuk
adalah 80% dan pada siklus 2 menjadi persentase yang tuntas meningkat dari
91,25%. 75% di siklus 1 menjadi 90% di siklus
3. Rata-rata hasil belajar siswa dalam 2.
penerapan model pembelajaran Problem

DAFTAR PUSTAKA http://fkip.unira.ac.id/prosiding-seminar-


Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur nasional-2016/. Didownload 16-11-2017
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek.Jakarta : Rineka Cipta. Subaidi, Agus 2016. Hasil Belajar Siswa
Antara yang Diajar Menggunakan
Huda, Miftahul. 2013. Model- Model Model Pembelajaran Penemuan
Pengajaran dan Pembelajaran. Terbimbing Strategi Kerja Kelompok
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Kecil dengan Model Pengajaran
Langsung. http://stkippgri-bkl.ac.id/wp-
content/uploads/2017/04/Apotema-vol-
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model
2-no-2-jul2016-.pdf Didownload 07-01-
Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum
2018.
2013. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Zayyadi, Moh. 2014. Pengaruh Strategi


Subaidi, Agus. 2016. Profil Berpikir Kritis
Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Siswa SMA dalam Memecahkan
Berpikir Terhadap Hasil Belajar. 9(1).
Masalah Trigonometri Ditinjau dari
32-34.
Kemampuan Matematika Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai