JON FINALDI
NIM. 856260789
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil diskusi dengan teman sejawat peneliti menemukan
beberapa masalah pembelajaran diantaranya:
1) Kurangnya motivasi dan semangat siswa dalam pembelajaran
matematika
2) Siswa sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru
3) Nilai siswa kelas III khususnya Matematika masih rendah
C. Analisis Masalah
Dari temuan masalah di atas peneliti menganalisis masalah yang
terjadi pada saat pembelajaran :
1) Pengelolaan kelas kurang, sehingga kurangnya motivasi dan
keingintahuan siswa dalam pembelajaran matematika
2) Siswa sulit memahami materi yang disampaikan guru karena guru tidak
menggunakan media
3) Cara mengajar guru yang mengunakan metode ceramah sehingga
membuat siswa kurang aktif dan termotifasi dalam belajar.
D. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas peneliti melakukan berbagai
alternative pemecahan masalah yaitu dengan menggunakan media dakon
agar pembelajaran menjadi menyenangkan dan hasil belajarnya optimal.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisis masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana meningkatkan hasil belajar siswa dengan
materi satuan panjang menggunakan media dakon ?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan materi satuan panjang
melalui media dakon siswa kelas III UPT SDN 13 Pasie Laweh.
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a) Siswa lebih aktif dan berkerjasama karena mengunakan media
konkret dalam proses pembelajaran
b) Membuat siswa lebih mandiri dan percaya diri karena mengunakan
media dakon dalam proses pembelajaran
c) Membuat siswa lebih terampil karena mengunakan media dakon
dalam proses pembelajaran
2. Bagi Guru
a) Meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik,
b) Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran terhadap
permasalahan yang terjadi di kelasnya,
c) Mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru dalam memilih
dan membuat media,
d) Memunculkan budaya meneliti di kalangan guru dan peneliti
sendiri.
3. Bagi sekolah
a) Meningkatkan kualitas pembelajaran yang berimplikasi pada
meningkatnya
b) Dengan pembelajaran pemahaman yang baik diharapkan dapat
menumbuhkan siswa untuk berprestasi dan memberikan nama baik
bagi sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk
menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam memahami konsep dalam
belajar. Apabila telah terjadi perubahan tingkah laku pada diri seseorang,
maka seseorang sudah dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar.
Sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik (2008:21) hasil belajar
adalah tingkah laku yang timbul, dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya
pertanyaan-pertanyan baru, perubahan dalam tahap kebiasaan keterampilan,
kesanggupan menghargai, perkembangan sifat sosial, emosional dan
pertumbuhan jasmani.
Hasil belajar ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan eksternal (Slameto, 2010 dalam Karomah). Pertama, faktor internal
merupakan faktor yang datang dari kemampuan diri peserta didik itu sendiri
seperti faktor jasmaniah, psikologis (misalnya kecerdasan, minat, bakat dan
kesiapan seseorang dalam belajar) dan fakor kelelahan. Kedua, faktor
ekternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik seperti
faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.
Sudijono (2012:32) hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki
oleh siswaa dalam menerima pengalaman belajarnya baik dari segi kognitif,
afektif maupun psikomotor. Penjabaran dari setiap aspeknya adalah sebagai
berikut :
1. Ranah Kognitif. Pada ranah kognitif memiliki enam taraf, yaitu:
a) Pengetahuan, mencakup ingatan tentang hal-hal khusus dan hal-hal
umum, metode-metode, atau pola struktur.
b) Pemahaman, mencakup pemahaman yang menunjukkan bahwa siswa
mengetahui yang sedang dikomunikasikan dan dapat menggunakan
bahan pengetahuan atau ide tertentu tanpa perlu menghubungkannya
dengan bahan yang lain.
c) Aplikasi, mencakup penggunaan abstark dalam stuasi yang khusus
dan kongkrit.
d) Analisis, mencakup penguraian suatu ide dalam unsur-unsur
pokoknya sehingga menjadi jelas.
e) Sintesis, mencakup kemampuan menyatukan unsur-unsur dan bagian-
bagian sehingga merupakan suatu keseluruhan.
f) Evaluasi, menyangkut penilaian bahan atau metode untuk mencapai
tujuan tertentu
2. Ranah Efektif di bagi menjadi lima taraf,yaitu
a) Menerima, berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa
untuk ikut dalam fenomena atau stimulus khusus (kegiatan dalam
kelas, musik, baca, dan lain lain)
b) Memperhatikan, mengenal kepekaan siswa terhadap fenomenaa-
fenomena dan perangsang - perangsang tertentu, yaitu menyangkut
kesediaan siswa untuk menerima dan memperhatikannya.
c) Merespon, tahap ini siswa sudah lebih dari memperhatikan fenomena
dan sudah memiliki motivasi sehingga bukan hanya mau
memperhatikan malainkan sudah memberikan respon.
d) Mengahayati nilai, pada taraf ini nampak bahwa siswa menghayati
nilai tertentu dimana prilaku siswa sudah konsisten dalam situasi-
situasi sehingga ia sudah dipandang sebagai orang yang telah
menghayati nilai-nilai yang bersangkutan.
e) Mengorganisasikan, yaitu dalam mempelajari nilai-nilai siswa perlu
mengorganisaiakan nilai-nilai tersebut menjadi suatu sitem yang
memberikan pengarahan kepadanya.
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
keterampilan, yaitu:
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.
c) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan
visual, membedakan auditif, motoris, dan lain-lain.
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,
dan ketepatan.
e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai
kepada keterampilan yang kompleks.
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspersif dan interpretatif.
Pada kurikilum 2013, penilaian pada proses pembelajaran diatur
dalam permendikbud no 23 tahun 2016 dimana penilaian hasil belajar
peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah meliputi
aspek: sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pada penelitian ini peneliti
memfokuskan penelitian pada pengetahuan.
B. Satuan Panjang
Pengukuran merupakan suatu prosedur membandingkan antara
atribut yang akan di ukur dengan alat ukurnya. Salah satunya adalah
pengukuran satuan panjang. Terdapat beberapa pengukuran dalam
pelajaran matematika di SD diantaranya: pengukuran sudut, pengukuran
satuan waktu, pengukuran satuan panjang, pengukuran satuan berat, dan
pengukuran satuan kuantitas. Di dalam pembahasan pengukuran tersebut
membahas bagaimana cara membandingkan suatu besar pengukuran,
bagaimana cara menyelesaiakan masalah yang berkaitan dengan satuan
tersebut, dan menentukan hubungan antar satuan pengukuran. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya membahas mengenai pengukuran satuan
panjang. ( Sukarwati, 2017 : 35)
Menurut (Rahmawati, 2022 : 34) Pengukuran (satuan panjang)
dalam kehidupan sehari-hari kita sering menggunakan satuan panjang
misalnya mengukur panjang meja, mengukur panjang buku dan lain
sebagainya.
1. Mengenal alat ukur satuan panjang. Untuk mengukur panjang suatu
benda di butuhkan alat ukur. Misalnya mengukur panjang buku,
mengukur panjang meja, bahkan mengukur panjang jalan
membutuhkan alat ukur yaitu misalnya mistar, meteran.
2. Hubungan antar satuan panjang. Dalam mengukur panjang suatu
benda, dapat menggunakan dua macam satuan yaitu menggunakan
satuan panjang tidak baku dan satuan panjang baku.
a. Satuan panjang tidak baku.
Satuan tidak baku merupakan sebuah pengukuran yang
memungkinkan perbedaan hasil karena menggunakan alat ukur
yang tidak standar. Beberapa contoh pengukuran dengan
menggunakan satuan tidak baku untuk mengukur panjang antara
lain sebagai berikut :
- Jengkal adalah pengukuran yang disesuaikan dengan jarak
paling panjang antara ujung ibu jari tangan dengan ujung jari
kelingking.
- Hasta adalah pengukuran yang dilakukan dengan ukuran
sepanjang lengan bawah dari siku sampai ujung jari tengah.
- Depa adalah pengukuran yang dilakukan dengan ukuran
sepanjang kedua belah tangan dari ujung jari tengah kiri
sampai ujung jari tengah kanan.
- Kaki adalah pengukuran yang dilakukan dengan ukuran
panjang sebuah kaki.
- Tapak adalah pengukuran yang dilakukan dengan ukuran
panjang sebuah tapak.
- Langkah adalah pengukuran yang dilakukan dengan ukuran
panjang sebuah langkah
b. Satuan panjang baku
Satuan ukuran panjang baku di tetapkan melalui
perjanjian internasional dan sifatnya tetap. Satuan ukuran
panjang baku standar internasional adalah kilometer (km),
hektometer (hm), dekameter (dam), meter (m), desimeter (dm),
sentimeter (cm), milimeter (mm)
Untuk mengetahui satuan ukur pada panjang, ada sebuah
tanga satuan yang digunakan untuk mempermudah dalam
melakukan konversi atau perubahan satuan panjang.Untuk
perhitungannya, setiap perubahan naik ke atas satu tangga dikali
dengan 10. Sedangkan setiap turun satu tangga dibagi dengan
10.
C. Media Dakon
Secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar. Menurut
Sadiman ( dalam Rahmawati, 2022: 33) bahwa, “Media adalah perantara
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan”. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam belajar diartikan dalam proses belajar mengajar
yang cenderung sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.
Media sebagai instrumen audio maupun visual yang dapat
digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik
dan membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi. Melalui
penggunaan media pembelajaran, guru dapat mengatasi keterbatasan
pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki oleh para siswa.Media
pembelajaran juga memungkinkan adanya interaksi langsung antara
peserta didik dengan lingkungannya, dan memberikan pengalaman yang
integral atau menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak. Jenis-
jenis media pembelajaran sangatlah beragam. Ada yang berbentu visual,
audio, media proyeksi tetap, media proyeksi bergerak, dan media cetak
(Rizkiani, 2020 : 142)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah alat atau media yang dapat digunakan untuk
membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas
makna pesan yang disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Media pembelajaran berfungsi dalam kegiatan belajar mengajar
memiliki pengaruh besar terhadap alat-alat indera, selain itu media
pembelajaran dapat membantu pembelajaran jauh lebih efektif dan dapat
diterapkan secara baik sesuai dengan materi pembelajaran yang akan
disampaikan.
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran matematika ialah Dakon merupakan sebuah produk untuk
membantu siswa dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan
berhitung siswa (Sulkhana,2022: 11). Dakon alat bantu dalam proses
pembelajaran matematika khususnya materi mengubah satuan panjang,
dakon terbuat dari sebuah papan, bisa terbuat dari bahan melamin,
triplek, kayu, gabus, atau kertas. Urutan satuan panjang tertulis berurutan
dari km sampai mm dalam sebuah kotak, satuan panjang ditulis dengan
tulisan yang bersifat permanen. Di bawah kotak urutan satuan panjang
terdapat beberapa kotak-kotak tempat menuliskan atau menempelkan
angka untuk mengkonversikan satuan panjang yang bersifat non
permanen (bisa dihapus/ bisa diganti) agar media belajar bersifat tidak
hanya sekali pakai ( Rahmawati, 2022: 33)
Media dakon dilihat dalam dua versi, yaitu dalam ukuran jumbo
dibuat sebagai media guru menjelaskan di depan kelas, sehingga dakon
terlihat oleh anak yang duduk di bangku paling belakang sekalipun.
Sedangkan dakotar mini dibuat sebagai media yang akan langsung
dipakai praktik oleh siswa. Jika dalam tangga konversi setiap lompatan
dikalikan atau dibagikan dengan kelipatan 10, pada media dakon untuk
mengubah satuan adalah memindahkan tanda koma (decimal) bilangan
yang akan dikonversikan.
Cara penggunaan media pembelajaran dakotar ini adalah sebagai
berikut :
b. Siswa harus mengetahui terlebih dahulu satuan panjang (km-hm-
dam-m-dm-cm-mm)
c. Sisipkan materi cara penulisan bilangan sesuai dengan nilai tempat,
termasuk bilangan desimal. Siswa diberikan penjelasan mengenai
jika bilangan 30 dapat pula ditulis dengan 30,00 atau bilangan 15,0
dapat ditulis 15. Pada bilangan 24,5 angka yang menempati tempat
satuan yaitu angka 4, bukan angka 5. Dalam penggunaan media
dakon satuan ini, dapat diberikan konsep “tanda koma selalu
menempel pada angka satuan”
d. Demonstrasi cara penggunaan dakotar untuk mengubah satuan
panjang.
e. Siswa berlatih secara mandiri atau berkelompok dengan media
masing-masing
Bedasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, media
dakotan ini dapat membantu siswa dalam mengubah satuan panjang
dengan mudah. Selain itu media dakotar juga dapat membuat suasana
belajar lebih menyenang.
Menurut ( Adamsyah,2023 : 30) Kelebihan dari media dakon yaitu :
1) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada
peserta didik dan lebih menghemat waktu dan tenaga karena guru tidak
harus menjelaskan materi pelajaran secara berulang-ulang, sebab dengan
sekali sajian menggunakan media peserta didik akan lebih mudah
memahami pelajaran.
2) Dapat melatih peserta didik pandai dalam berhitung
3) Dapat mengembangkan kemampuan berpikir sistematis peserta didik
sehingga mampu mendorong peserta didik menggunakan konsep materi
yang dimiliki
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
MATEMATIK
1 Siklus 1 Sabtu, 4 November 3 x 35
A
2023 Menit
MATEMATIK
2 Siklus 2 Kamis,9 November 3 x 35
A
2023 Menit
p anjang
dalam tiga tahap yaitu tahap kegiatan awal, tahap kegiatan inti, dan
b. Pelaksanaan
sebagai berikut:
a) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal berlangsung kurang lebih 10 menit, pada
b) Kegiatan Inti
c) Kegiatan Akhir
terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa. Pada tahap ini peneliti
2. Siklus 2
a. Perencanaan Tindakan 1
RPP yang digunakan masih memakai KD yang sama namun
dengan indikator yaitu mengkonversi satuan panjang .Pembelajaran
dirancang dengan mengubah formasi tempat duduk. Direncanakan
siswa belajar menggunakan kelompok .
b. Pelaksanaan
Sementara itu pertemuan kedua untuk siklus II dilaksanakan pada
hari Kamis, 9 November 2023. Pada siklus II ini, siswa yang hadir
sebanyak 10 orang. Indikator pembelajarannya adalah mengkonversi
satuan panjang. Berdasarkan RPP yang telah disusun pembelajaran
tetap dibagi dalam tiga tahap kegiatan , yaitu kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan akhir, Untuk lebih rinci sebagai berikut:
a) Kegiatan awal
Kegiatan awal berlangsung lebih kurang 10 menit, siswa
berdoa dan setelah itu guru menyiapkan kondisi kelas melihat
kebersihan disekitar siswa, serta guru mengecek kehadiran siswa.
Dan guru memberikan apserpsi kepada siswa dengan melakukan
tanya jawab terkait dengan materi yang telah dipelajari
sebelummya. Kemudian guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang akan di capai pada proses pembelajaran.
b) Kegiatan inti
Kegiatan ini dimulai dari guru meminta siswa untuk
duduk berkelompok, dimana terdapat 2 kelompok dengan
anggota kelompok 5 orang. Kemudian guru menyampaikan
informasi terkait kegiatan apa yang akan dilakukan selama
proses pembelajaran. Kemudian guru menjelaskan media dakon
yang akan digunakan untuk mengkonversi satuan panjang dan
membagikan media tersebut pada masing – masing kelompok.
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengajukan
pertanyaan terhadap materi yang tidak dimengerti.
Siswa memahami lembar kerja kelompok (LKK) yang
diberikan guru. Dan meminta siswa untuk menyelesaikan LKK
dengan menggunaakan media Dakon Kemudian masing –
masing kelompok mempresenasikan hasil pekerjaan mereka
secara bergiliran. Selanjutnya, guru memberikan masukan dan
pembenaran dari yang disampikan kelompok
c) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan akhir guru melaksanakan evaluasi dengan
memberikan latihan soal terkait dengan materi yang telah
dipelajari. Kemudian guru bersama siswa membuat kesimpulan
pelajaran dengan cara tanya jawab. Setelah itu guru
menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya serta menutup pembelajaran dengan membaca doa.
c. Observasi 1I
Pembelajaran dengan menggunakan media Dakon pada sisklus II
membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pelajaran,
perhatiannya bisa terfokuskan karena siswa merasa poses
pembelajarannya menarik dengan adanya media, dan hasil
belajarnya pun meningkat. Hal ini dibuktikan dengan lebih
banyaknya siswa yang aktif dalam pembelajaran.
Namun ditengah peningkatan tersebut masih ada 2 orang siswa
yang nilainya masih di bawah KKM yang telah ditetapkan. Guru
telah memberikan kesempatan bagi siswa untuk menanyakan hal-hal
yang belum dipahami siswa, guru membimbing siswa dalam
kelompok ataupun individu yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran. Dan siswa juga di minta untuk mempresentasikan
jawaban kelompoknya kedepan kelas, kemudian guru memberikan
reward kepada kelompok atau siswa yang tampil kedepan kelas.
Dengan adanya reward terebut maka akan membuat siswa merasa
termotivasi dan aktif dalam proses pembelajaran. Adapun hasil
belajar siswa pada siklus II adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Belajar Silklus II
No Nama KKM Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1 Jelita 70 100 √
2 Azam 70 100 √
3 Hafiz 70 100 √
4 Zafran 70 80 √
5 Hanin 70 80 √
6 Zifa 70 100 √
7 Habib 70 60 √
8 Irfan 70 60 √
9 Nita 70 80 √
10 Daffa 70 80 √
Jumlah 840
Rata – rata 84
Dari tabel hasil belajar di atas, terlihat rata-rata hasil belajar
siswa pada Siklus I adalah 65 sedangkan pada siklus II telah meningkat
menjadi 84. Pada siklus II ini 10 siswa telah mencapai nilai kriteria
ketuntasan minimal yang telah ditetapkan dan 2 siswa belum mencapai
nilai kriteria ketuntasan minimal, dengan persentase ketuntasan yang
didapat adalah 80 %
Mengingat hasil rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II telah
mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata 70, maka
peneliti dan teman sejawat sepakat bahwa penelitian tindakan dihentikan
pada siklus II.
d. Refleksi
Tahap refleksi dilakukan dengan menganalisis simulasi
pembelajaran yang berhubungan dengan proses, masalah, hambatan
yang ditemukan, dan dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.
Berdasarkan hasil analisis kegiatan guru dan hasil belajar siswa,
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada simulasi siklus I telah
diperbaiki pada siklus II ini.
3. Perbandingan Persiklus
Dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu memvariasikan media
dan metode dalam setiap pertemuan sehingga siswa merasa semangat dalam
belajar. Dari dua siklus yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik hasil
perbandingan antara siklus I dan siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat
pada tabel dan diagram berikut.
Tabel 4.3 Perbandingan Hasil Belajar Siklus 1 dan Siklus 2
Nilai
No Nama
Siklus I Siklus II
1 Jelita 100 100
2 Azam 100 100
3 Hafiz 80 100
4 Zafran 60 80
5 Hanin 60 80
6 Zifa 80 100
7 Habib 40 60
8 Irfan 40 60
9. Nita 60 80
10. Daffa 40 80
Jumlah 660 840
Rata-rata 66 84
(Sumber : Data hasil Penelitian, 2023)
Siklus I
60 Siklus II
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Siswa
B. Pembahasan
1. Pembahasan Siklus I
Hasil belajar merupakan penentu keberhasilan siswa dalam
proses pembelajaran. Dari hasil analisis siklus I hasil belajar siswa belum
tuntas, hal tersebut terlihat pada nilai ketuntasan siswa. Nilai rata-rata pada
siklus I adalah 66. Ketuntasan secara klasikal baru mencapai angka 40%.
terlihat, karena hanya sebagian kecil siswa yang bisa mencobakan media.
Hal ini disebabkan karena media yang di gunakan hanya satu sementara
2. Pembahasan Siklus II
Dengan hal itu, peningkatan hasil penilaian pada siklus 2 ini dapat
40
30
20
10
0
siklus 1 silkus 2
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan media Dakon pada
siswa kelas III UPT SD Negeri 13 Pasie Laweh dapat meningkatkan hasil
belajar. Peningkatan tersebut disebabkan karena media Dakon digunakan
guru sebagai alat bantu pada saat mengenalkan satuan panjang.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Diharapkan bagi guru hendaknya terus berusaha dalam menyiapkan
media pembelajaran yang kreatif dan inovatif supaya pembelajaran
lebih bervariasi dan tidak monoton menggunakan paradigma lama
sehingga anak tidak bosan.
2. Diharapkan guru lebih kreatif mendesain proses pembelajaran
seperti tempat duduk, formasi tempat duduk, jumlah penggunaan
media yang sesuai dengan jumlah siswa.
3. Diharapkan guru selalu memotivasi siswa untuk berbuat dan bekerja
sama dalam kelompok, karena biasanya di dalam kelompok yang
aktif itu kebanyakan siswa pintar saja.
DAFTAR PUSTAKA