Anda di halaman 1dari 26

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI

KONSTITUSI MELALUI METODE INTERAKTIF DENGAN


MEDIA GAMBAR DI KELAS VIII B SMP NEGERI 1
MERAWANG

Disusun Oleh :
AGUSTINO
NIM. 015329457
E. Mail : agustino104@yahoo.com
ABSTRAK

Penelitian mengenai meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester I SMP
Negeri 1 Merawang Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi konstitusi dengan menggunakan metode
interaktif dan media gambar. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari
2013, yang melatar belakangi penelitian ini adalah guru tidak menggunakan mtode
mengajar yang tepat dimana dalam pembelajaran terjadi satu arah, dimana guru
mendominasi pembelajaran sedangkan siswa dibiarkan pasif dalam proses belajar
mengajar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga guru
akan semakin profesional dalam menjalankan tugasnya dengan menambah
pengalaman dan pengetahuan dalam melakukan refleksi pembelajaran dan
penggunaan metode pembelajaran. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas melalui 3 siklus perbaikan pembelajaran, subjek pelaku pembelajaran
adalah guru P Kn kelas VIII, dan subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII B
semester I tahun pelajaran 2012/2013 SMP Negeri 1 Merawang. Data yang
dikumpulkan melalui hasil evaluasi, catatan observasi. Dari penelitian didapatkan
bahwa nilai rata-rata siswa selama proses perbaikan dari siklus I sampai siklus III
mengalami peningkatan mencapai 87,50, dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
adalah 72, dan selama perbaikan pembelajaran keaktifan siswa juga mengalami
peningkatan pada siklus III mencapai 100 %. Dari hasil pelaksananaan Penelitian
Tindakan Kelas, siklus pertama, siklus kedua dan siklus ketiga dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode interaktif dan media gambar dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang kecamatan
Merawang Kabupaten Bangka pada mata pelajaran P Kn Kompetensi konstitusi .

Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode Interaktif, Media Gambar.

A. Latar Belakang
Pembangunan dalam konteksnya dengan perkembangan bangsa memiliki
makna sebagai pembangunan manusia seluruhnya dan pembangunan yang

1
optimal tidak lepas dari peran manusia sebagai faktor penentu dari proses
pembangunan. Salah satu upaya dalam rangka memperbaiki kualitas dan potensi
sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan. Dengan pendidikan
diharapkan tercapainya kualitas manusia yang mampu menyesuaikan diri terhadap
perubahan dan perkembangan zaman yakni perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, keberhasilan adalah hal utama


yang diupayakan oleh setiap guru. Merupakan kepuasan tersendiri jika kita
memberikan atau menyajikan materi pelajaran kepada siswa dengan waktu yang
sedikit serta alat peraga yang sederhana dapat diterima, dibuktikan dengan
dilakukannya evaluasi pada akhir pelajaran menunjukkan hasil belajar yang
sangat signifikan. Banyak komponen yang mendukung dalam keberhasilan proses
belajar mengajar, di antaranya adalah guru, siswa, metode, ruang kelas dan alat
peraga. Sementara ini yang menjadi komponen utama keberhasilan dalam belajar
adalah guru. Asumsi kebanyakan orang tentang prestasi akan baik dan kurang
baik tersorot hanya kepada guru. Padahal keberhasilan proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh banyak hal. Guna mengantisipasi asumsi tersebut, sebagai guru
harus menyikapi dengan tepat.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik, tampak bahwa
peserta didik dan pendidik merupakan faktor dominan yang perlu diperhatikan
dalam pelaksanaan peningkatan kualitas pendidikan. Namun, realitas
menunjukkan bahwa masih banyak ditemui hambatan pelaksanaan di lapangan
dalam upaya melaksanakan peningkatan kualitas pendidikan. Pembelajaran
mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai
konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, pendidik mengajar supaya
peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu

2
objektif yang ditentukan, juga dapat mempengaruhi perubahan sikap, serta
keterampilan seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pendidik saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara pendidik dengan peserta didik.

Karakter materi pelajaran harus dipahami benar agar kita memberikan materi
baru dapat diterima dengan cepat. Metode yang tepat diharapkan membantu siswa
dalam penerimaan dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang diterimanya.
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah dapat dilakukan
dengan konteks berbangsa dan bernegara melalui kehidupan sosial
lingkungannya, sehingga guru sebagai pendidik dapat menggali potensi yang
telah dimiliki oleh siswa melalui lingkungannya sendiri. Dengan demikian
pembelajaran tidak akan monoton dan guru tidak akan mendominasi
pembelajaran.
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Merawang,
tergolong mata pelajaran yang kurang digemari. Hal ini terlihat dari hasil atau
nilai tes yang diperoleh siswa menunjukkan nilai yang kurang memuaskan,
sehingga penulis berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan
hasil belajar siswa, dengan mencoba menggunakan metode pembelajaran yang
tepat yaitu metode interaktif dengan media gambar pada materi lambang
konstitusi.
Saat peneliti memberikan materi tentang konstitusi pada siswa kelas VIII
B SMP Negeri 1 Merawang, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi tersebut. Saat observasi awal, siswa masih belum
memahami materi dengan baik. Saat pembelajaran siswa juga kurang
bersemangat. Saat ditanya mengapa mereka tidak bersemangat sehingga hasil
belajarnya tidak maksimal, siswa mengeluhkan kesulitan mereka dalam
memahami materi konstitusi karena alur materi dan soal yang masih sulit mereka
pahami dan banyak hafalan.
Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan siswa yang rata-ratanya masih
rendah. Dari 34 orang siswa hanya 9 orang atau 26,47 % yang mendapat nilai di
atas kreteria ketuntasan minimal (KKM) 72,00. Hal ini berarti nilai yang
diperoleh jauh dari nilai keberhasilan. Kelemahan guru kurangnya media
pembelajaran dan suara guru kurang jelas. Harapan guru menginginkan nilai yang

3
memuaskan, oleh karena itu guru harus berusaha agar harapan tersebut dapat
terwujud. Dalam rangka mewujudkan harapan itu maka guru perlu mengadakan
penelitan tindakan kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan
menggunakan metode interaktif dan media gambar yang dianggap tepat,
diupayakan secara terpadu supaya kemampuan siswa dalam menguasi soal
konstitusi.
Berdasarkan kondisi di atas, peneliti berasumsi bahwa pembelajaran
materi konstitusi akan menarik dan akan meningkatkan kemampuan siswa bila
disajikan dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Atas dasar
itulah, peneliti tertarik untuk menerapkan metode interaktif dengan media gambar
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi konstitusi. Dengan
penggunaan metode ini, diharapkan agar minat siswa belajar Pendidikan
Kewarganegaraan akan meningkat sehingga hasil belajar mereka juga akan
semakin baik.
Berdasarkan kondisi di atas, peneliti melakukan refleksi diri dengan
berdiskusi dengan supervisor 2, dan hasil refleksi penulis didapatkan beberapa
kelemahan dalam proses belajar mengajar yaitu, dalam proses belajar mengajar
komunikasi hanya terjadi satu arah dimana guru mendominasi sedangkan siswa
dibiarkan pasif dalam pembelajaran, dilihat dari materi pembelajaran, ternyata
materi dapat disampaikan melalui penggunaan media pembelajaran sehingga
siswa akan lebih mudah dalam mencerna materi pelajaran. Dan dengan hasil
refleksi tersebut maka penulis menindaklanjutinya dengan melakukan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilakukan sebanyak
tiga siklus perbaikan pembelajaran dengan judul : Upaya meningkatkan hasil
belajar P Kn materi Konstitusi melalui metode interaktif dengan media gambar di
kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang teridentifikasi dalam


penelitian ini adalah :

a. Dalam proses pembelajaran siswa merasa bosankan.


b. Pembelajaran terkesan terburu - buru.
c. Hasil evaluasi belajar siswa pada pembelajaran rendah

4
d. Metode yang digunakan guru kurang sesuai dengan materi yang
disampaikan,
e. Kurangnya media dalam pembelajaran.

2. Analisis Masalah
Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
materi konstitusi masih rendah. Dari hasil refleksi diri dan diskusi dengan
supervisor 2 permasalahan yang dapat dianalisis dalam kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan, diantaranya :
a. Hasil belajar siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
72,00.
b. Keaktifan belajar siswa masih kurang.
c. Metode yang digunakan guru kurang tepat.
d. Kurangnya media dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimana metode interaktif dengan media gambar dapat meningkatkan


hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang Kecamatan Merawang
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tentang konstitusi ?.

C. Tujuan Penelitan
Adapun yang menjadi tujuan akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui Bagaimanakah penggunaan metode interaktif
dengan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII B
SMP Negeri 1 Merawang Kecamatan Merawang mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tentang konstitusi.

D. Manfaat Penelitian
Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini maka penelitian ini akan
memberikan manfaat Bagi :

5
1. Siswa
a. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan menarik dan
menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1
Merawang Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka akan meningkat
melalui metode interaktif dengan media gambar dalam pembelajaran.

b. Hasil belajar dan keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1
Merawang Kecamatan Merawang pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tentang konstitusi akan meningkat dengan pembelajaran
menggunakan metode interaktif dan media gambar,
2. Guru
a. Memperbaiki kinerja guru pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan,
b. Guru memiliki metode mengajar yang bervariasi terutama pada
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
c. Menjadikan guru lebih berkualitas terutama pada pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan,
3. Sekolah
Dengan meningkatnya mutu proses belajar mengajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, akan menciptakan lulusan sekolah yang
berkarakter bangsa.

E. KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


Dalam persekolahan di negara kita, nama mata pelajaran PKn SMP/SMA
pernah muncul dalam kurikulum tahun 1957 dengan istilah Kewarganegaraan
yang merupakan bagian dari mata pelajaran Tata Negara. Kemudian, pada tahun
1961 muncul istilah civics dalam kurikulum sekolah di Indonesia. Pada tahun
1968, mata pelajaran civics berubah nama menjadi Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn) atau Civic Education.
Dalam kurikulum 1975 nama mata pelajaran PKN berubah menjadi
Pendidikan Moral Pancasila (PMP), kemudian dalam kurikulum 1994 berubah
menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Selanjutnya, dalam

6
kurikulum tahun 2004 nama mata pelajaran PPKn berubah menjadi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn).
Mata pelajaran PKn sangat esensial diberikan di persekolahan di negara
kita sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil dan
berkarakter (National Character Building) yang setia dan memiliki komitmen
kepada bangsa dan negara Indonesia yang majemuk. Selain itu, pentingnya mata
pelajaran PKn diberikan di sekolah adalah dalam rangka membina sikap dan
perilaku siswa sesuai dengan nilai moral Pancasila dan UUD 1945 serta
menangkal berbagai pengaruh negatif yang datang dari luar baik yang berkaitan
dengan masalah ideologi maupun budaya.
Membahas tujuan PKn tidak bisa dipisahkan dari fungsi mata pelajaran
PKn karena keduanya saling berkaitan, di mana tujuan menunjukkan dunia cita,
yakni suasana ideal yang harus dijelmakan, sedangkan fungsi adalah
pelaksanaan-pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu,
fungsi menunjukkan keadaan gerak, aktivitas dan termasuk dalam suasana
kenyataan, dan bersifat riil dan konkret.
Sementara itu, mata pelajaran PKn berfungsi sebagai wahana untuk
membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada
bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Permasalahan yang mendasar dalam dunia pendidikan kita adalah berkenaan
dengan kualitas, kuantitas, dan relevansi. Berbicara kualitas pendidikan salah
satu komponen yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah materi
pelajaran yang ada dalam kurikulum, dengan tidak melupakan unsur guru,
input/siswa, dan sarana prasarana pendidikan. Khusus yang berkaitan dengan
kurikulum, dipandang perlu untuk memberikan berbagai upaya, terutama yang
berkaitan dengan pembaharuan atau perubahan sehingga kurikulum yang
berkembang dapat memenuhi harapan masyarakat.

2. Konstitusi
Konstitusi berasal dari bahasa Prancis Constituere yang artinya
membentuk. Pemakaian istilah konstitusi dimaksud sebagai pembentukan atau
penyusunan suatu negara.

7
Konstitusi bagi suatu negara merupakan keseluruhan sistem aturan yang
menetapkan dan mengatur tata kehidupan kenegaraan melalui sistem pemerintahan
negara dan tata hubungan secara timbal balik antara pemerintah negara dan orang
seorang yang berada di bawah pemerintahnya.
Konstitusi diartikan juga sebagai hukum dasar, hukum dasar tersebut
dapat tertulis dan dapat juga tidak tertulis. Konstitusi atau hukum dasar yang
tertulis disebut juga Undang-Undang Dasar, sedangkan konstitusi atau hukum
dasar yang tidak tertulis disebut juga konvensi, yakni aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek-praktek penyelengaraan negara meskipun
tidak tertulis. Dengan demikian, konstitusi lebih luas dibandingkan dengan
Undang-Undang Dasar (UUD), atau UUD merupakan salah satu bagian dari
konstitusi.

1. FUNGSI KONSTITUSI

Fungsi konstitusi, dapat ditinjau dari sudut penyelenggaraan


pemerintahan atau berdasarkan tujuannya. Ditinjau dari sudut pemerintahan
fungsi konstitusi sebagai landasan struktural penyelenggaraan pemerintahan
menurut suatu sistem ketatanegaraan yang pasti yang pokok-pokoknya dalam
suatu aturan-aturan konstitusi atau UUD-nya.
Sedangkan ditinjau dari sudut tujuannya, fungsi kontitusi adalah untuk
menjamin hak-hak anggota warga negara atau masyarakat dari tindakan
sewenang-wenang penguasa.

2. ISI ATAU MUATAN KONSTITUSI


Menurut A.A.H. Struycken, UUD sebagai suatu konstitusi yang
tertulis merupakan dokumen formal yang memuat:
a) Hasil perjuangan politik bangsa di waktu lampau
b) Tingkatan-tingkatan perkembangan tertinggi ketatanegaraan bangsa
c) Pandangan tokoh-tokoh bangsa yang hendak diwujudkan, baik waktu
sekarang maupun yang akan datang.
d) Sutau keinginan dengan mana perkembangan ketatanegaraan bangsa
hendak dipimpin.

8
3. KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA
Semenjak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai sekarang,
di Indonesia telah berlaku tiga macam UUD dalam empat periode:
1) Periode 18 Agutus 1945 sampai dengan 27 Desember 1949 berlaku UUD
Proklamasi yang kemudian dikenal dengan UUD 1945
2) Periode 27 Desember 1949 sampai dengan 17 Agustus 1950 berlaku
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS)
3) Periode 17 Agutus 1950 sampai dengan 5 Juli 1959 berlaku Undang-
Undang Dasar Sementara (UUDS 1950)
4) Periode 5 Juli 1959 sampai dengan sekarang berlaku UUD 1945

C. Media Belajar
Proses mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara guru
dan peserta didik, dimana guru bertindak sebagai pengantar pesan dan siswa
sebagai penerima pesan. Pesan yang dimaksud dalam hal ini adalah isi/materi
pelajaran yang dikemas dalam simbol-simbol komunikasi verbal (kata-kata atau
tulisan) mupun nonverbal. Namun demikian, komunikasi yang demikian sangat
memungkinkan sekali akan mengalami hambatan, artinya tidak selamanya pesan
yang disampaikan oleh pengirim pesan mudah diterima oleh penerima pesan.
Bahkan kemungkinan terjadi pesan yang diterima tidak sesuai dengan maksud
yang disampaikan. Inilah yang dimaksud dengan kesalahan komunikasi.Banyak
hal yang dapat menjadi penyebab kesalahan komunikasi tersebut. Menurut
Sanjaya (2008) ada beberapa faktor yang menyebabkan kesalahan komunikasi
yaitu:pertama faktor lemahnya kemampuan pengirim pesan dalam
mengomunikasikan informasi, sehingga pesan yang disampaikan tidak jelas
diterima, atau mungkin salah menyampaikannya. Kedua, faktor lemahnya
kemampuan penerima pesan dalam menerima pesan yang disampaikan, sehingga
ada kesalahan dalam menginterpretasi pesan yang disampaikan.

Oleh sebab itu untuk mempermudah penyampaian pesan dan untuk


menghindari kesalahan komunikasi maka diperlukan saluran yang berfungsi

9
untuk mempermudah penyampaian pesan. Inilah hakikat dari Media
pembelajaran, dalam konteks komunikasi seperti di atas, fungsi media adalah
sebagai alat bantu untuk guru dalam mengomunikasikan pesan, agar proses
komunikasi berjalan dengan baik dan sempurna sehingga tidak mungkin lagi ada
kesalahan. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah
berarti perantara (Winataputra et.al, 2005). Pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis atau elektronik
untuk menangkap maupun proses dan menyusun kembali informasi visual atau
verbal.

D. Media Gambar
Media gambar yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam
kelompok gambar fotografik atau seperti fotografik yang termasuk dalam gambar
diam/mati (still pictures), misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat
atau objek lainnya yang ada kaitannya dengan isi/bahan pembelajaran yang akan
disampaikan kepada siswa. Menurut Sanjaya (2008) dilihat dari sifatnya maka
media gambar temasuk dalam media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat
saja, tidak mengandung unsur suara, yang termasuk ke dalam media ini adalah
film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang
dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya. Dalam pelaksanaannya, guru
dapat melibatkan pada siswa untuk mencari atau membuat gambar ini. Menurut
Anitah (2008) keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan media
gambar dalam pembelajaran adalah;
1. Dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih
realistik.
2. Banyak tersedia dalam buku-buku teks.
3. Mudah menggunakannya dan tidak memerlukan peralatan lain.
4. Tidak mahal, bahkan mungkin tanpa mengeluarkan biaya untuk
pengadaannya.
5. Dapat dipergunakan pada setiap tahap pembelajaran.

E. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode

10
Metode berasal dari bahasa latin methodos yang berarti jalan yang
harus dilalui. Menurut Sudjana (2002) Metode adalah cara yang digunakan
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pelajaran, oleh karena ituu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk
menciptakan proses belajar mengajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
kegiatan pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai
tujuan yang ingin dicapai.
2. Metode Interaktif
Interaktif didefinisikan sebagai kemampuan sistem/program yang
bisa menanyakan sesuatu pada pengguna (mengadakan tanya jawab),
kemudian mengambil tindakan berdasarkan respon tersebut.
Kata interaktif merupakan kata sifat yang berasal dari kata dasar
interasi. Interaksi didefinisiakan oleh Purwodarminto, (1982), sebagai
pengaruh timbal balik atau saling mempengaruhi satu sama lain.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode interaktif
adalahmetode pembelajaran yang mengedepankan komunikasi dua arah
antara siswa dengan guru, sehingga semua komponen yang ada (siswa dan
guru) terliba aktif dalam proses pembelajaran

3. Ruang Lingkup Metode Interaktif

Menurut Surya (2008) mengelompokkan jenis metode dua arah


(interaktif) sebagai berikut:
a. Metode Tanya Jawab
b. Metode Demonstrasi
c. Metode Diskusi
d. Metode Penugasan.
e. Metode Latihan
Metode Interaktif ini sejalan dengan Model Quantum Teaching. Bobbi
De Porter et.all. (dalam Hernawan, 2003) merumuskan Model Quantum
Teaching adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan
disekitar momen belajar.

11
Dijelaskan pula bahwa model Quantum Teaching didasarkan pada
azas utama Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, Antarkan Dunia Kita ke
Dunia Merekaserta bertumpu pada 5 (lima) prinsip interaktif, yaitu:
a. Segalanya berbicara
b. Segalanya bertujuan
c. Pengalaman sebelum pemberian nama
d. Akui setiap usaha
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan.
(Hernawan, 2003).

F. Hasil Belajar
Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam belajar,
esensinya adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan siswa dalam upaya
mengubah perilaku belajar mengajar di sekolah dasar. Menurut Anitah (2008)
hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar
akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan,
keterampilan, atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Menurut para ahli psikologi
tidak semua perubahan perilaku dapat digolongkan ke dalam hasil belajar.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari
pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan emosional
terjadi.
Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga
ranah, yaitu, pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan penguasaan
nilai-nilai atau sikap (afektif). Ketiga ranah tersebut di dalam kurikulum
terkandung dalam rumusan kompetensi. Oleh karena perubahan perilaku siswa
dalam proses pembelajaran menjadi sasaran atau tujuan yang akan menjadi acuan
proses yang harus dicapai maka perubahan perilaku yang harus dimiliki siswa
setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan harus dirumuskan terlebih
dahulu.

12
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek Penelitian
Lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah SMP Negeri 1 Merawang,
Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
tempat penulis bertugas. Sedangkan kelas yang dijadikan tempat penelitian adalah
kelas VIII A SMP Negeri 1 Merawang, berjumlah 34 orang siswa, terdiri dari 18
orang perempuan dan 16 orang laki-laki yang memiliki kemampuan rendah,
sedang dan tinggi

Perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan di


kelas VIII A SMP Negeri 1 Merawang, Kabupaten Bangka dimulai dari tanggal
14 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret 2013 dengan jadwal pelaksanaan
sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

Jam Pokok Bahasan Tanggal


Mata Pelajaran Siklus
ke Pelaksanaan
5 I 14 Maret 2013
Pendidikan II
5 Konstitusi 21 Maret 2013
Kewarganegaraan
5 III 28 Maret 2013

B. Deskripsi Tiap siklus.


Dalam membuat laporan prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Merawang, terlebih
dahulu disusun secara sistematika sebagai berikut, menentukan tujuan yang terdiri
atas:
1) Mendeskripsikan Standar Kompetensi,
2) Mendeskripsikan Kompetensi Dasar,
3) Merumuskan tujuan pembelajaran dan perbaikan pembelajaran.
4) Merancang lembar observasi
5) membuat Lembar Kerja Siswa

13
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 3 siklus, dengan prosedur
pelaksanaannya adalah seperti berikut :

1. Perbaikan Pembelajaran Siklus I


a. Perencanaan
Dalam perencanaan Siklus I, peneliti dibantu oleh supervisor 2 terlebih
dahulu merumuskan masalah yang terjadi sebelum dilakukan perbaikan,
yaitu siswa belum mampu menguasai materi pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tentang konstitusi. Adapun kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut.
1) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran Siklus I.
2) Menyiapkan lembar observasi.
3) Menyiapkan lembar evaluasi.
4) Menyiapkan LKS.
b. Pelaksanaan
Proses perbaikan pemelajaran pertama dilaksanakan dengan
pertimbangan hasil evaluasi dan observasi pembelajaran pra siklus dengan
langkah seperti berikut :
1). Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
siswa kompetensi konstitusi dan siswa menjawab pertanyaan guru
2). Guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan
disajikan
3). Guru menyajikan media gambar yang telah disiapkan, siswa diminta
untuk menjelaskan pengertian konstitusi sesuai kemampuannya
masing-masing untuk menterjemahkan gambar dalam bentuk tulisan,
siswa diminta menyampaikan hasil kerjanya kepada guru.
4). Siswa dan Guru bersama-sama mengamati dan membahas gambar
yang disajikan,
5). Guru mengajukan beberapa gambar baru dan meminta siswa untuk
menjelaskan konstitusi dengan memberikan prioritas kepada siswa
yang belum tuntas dalam pembelajaran.
6). Secara individual siswa mengerjakan evaluasi.

14
7). Siswa bersama guru mengamati bersama dan menjelaskan konstitusi
sesuai dengan gambar dan membuat kesimpulan tentang materi
pelajaran
8). Guru memberikan tugas PR kepada siswa.

c. Observasi
Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan berpedoman pada lembar observasi yang
telah disiapkan. Pengamatan dilakukan terhadap kinerja guru saat melakukan
pembelajaran dan keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung dengan
memberikan checklist sesuai dengan kondisi pembelajaran yang
sesungguhnya. Pengamatan dilakukan oleh supervisor 2.

d. Refleksi
Refleksi terhadap kinerja siswa dalam menyelesaikan soal tes akhir dan
kinerga guru dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini penulis dibantu oleh
supervisor 2. adapun hasilnya :
1. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menggunakan media
pembelajaran berupa gambar dalam penyampaian materi konstitusi pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Melakukan refleksi terhadap penerapan media gambar untuk
mempertimbangkan langkah pembelajaran selanjutnya.
3. Melakukan refleksi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, dan melakukan refleksi terhadap hasil
belajar siswa.
Berdasarkan hasil refleksi, kekurangan yang belum bisa diatasi pada
Siklus I akan diperbaiki pada Siklus II.
`2. Perbaikan Pembelajaran Siklus II
a. Perencanaan
Perencaan pembelajaran Siklus II didasarkan pada kekurangan
pembelajaran Siklus I. Dalam perencanaan Siklus II, peneliti dibantu oleh
supervisor 2 terlebih dahulu merumuskan masalah yang terjadi sebelum
dilakukan perbaikan, yaitu siswa belum mampu menguasai materi

15
konstitusi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Kegiatan
yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran Siklus II.
2. Menyiapkan lembar observasi.
3. Menyiapkan lembar evaluasi.
4. Menyiapkan lembar kerja siswa.

b. Pelaksanaan
Proses perbaikan pemelajaran pertama dilaksanakan dengan
pertimbangan hasil evaluasi dan observasi perbaikan pembelajaran siklus I
dengan langkah seperti berikut:
1). Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
siswa Kompetensi konstitusi dan siswa menjawab pertanyaan guru.
2). Guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan
disajikan
3). Guru menyajikan media gambar yang telah disiapkan, siswa diminta
untuk menjelaskan konstitusi sesuai kemampuannya masing-masing
untuk menterjemahkan gambar dalam bentuk tulisan, siswa diminta
menyampaikan hasil kerjanya kepada guru.
4). Siswa dan Guru bersama-sama mengamati dan membahas gambar
yang disajikan,
5). Guru mengajukan beberapa gambar baru dan meminta siswa untuk
menjelaskan konstitusi dengan memberikan prioritas kepada siswa
yang belum tuntas dalam pembelajaran.
6). Secara individual siswa mengerjakan evaluasi.
7). Siswa bersama guru mengamati bersama dan menjelaskan konstitusi
sesuai dengan gambar dan membuat kesimpulan tentang materi
pelajaran
8). Siswa bersama guru membahas soal-soal evaluasi dan membuat
kesimpulan tentang materi pelajaran.

16
c. Observasi
Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan berpedoman pada lembar
observasi yang telah disiapkan. Pengamatan dilakukan terhadap kinerja
guru saat melakukan pembelajaran dan keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung dengan memberikan checklist sesuai dengan
kondisi pembelajaran yang sesungguhnya. Pengamatan dilakukan oleh
supervisor 2.

d. Refleksi
Kegiatan refleksi mengadakan evaluasi terhadap kinerja siswa dalam
menyelesaikan soal tes akhir dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan ini penulis dibantu oleh supervisor 2, adapun hasilnya
adalah :
1) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menggunakan
media pembelajaran berupa gambar.
2) Melakukan refleksi terhadap penggunaan media pembelajaran dan
mempertimbangkan langkah pembelajaran selanjutnya.
3) Melakukan refleksi terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
4) Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil refleksi, kekurangan yang belum bisa diatasi pada
Siklus II akan diperbaiki pada Siklus III.

3. Perbaikan Pembelajaran Siklus III


a. Perencanaan
Perencaan pembelajaran Siklus III didasarkan pada kekurangan
pembelajaran Siklus II. Dalam perencanaan siklus ini, peneliti dibantu
oleh supervisor 2 terlebih dahulu merumuskan masalah yang terjadi pada
perbaikan pembelajaran Siklus II. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran Siklus III.
2. Menyiapkan lembar observasi.

17
3. Menyiapkan lembar evaluasi.
4. Menyiapkan LKS.

b. Pelaksanaan
Proses perbaikan pemelajaran pertama dilaksanakan dengan
pertimbangan hasil evaluasi dan observasi perbaikan pembelajaran siklus
II dengan langkah seperti berikut:
1). Guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
siswa Kompetensi konstitusi dan siswa menjawab pertanyaan guru.
2). Guru menyampaikan informasi tentang materi pelajaran yang akan
disajikan
3). Guru menyajikan media gambar yang telah disiapkan, siswa diminta
untuk menuliskan konstitusi sesuai kemampuannya masing-masing
untuk menterjemahkan gambar dalam bentuk tulisan, siswa diminta
menyampaikan hasil kerjanya kepada guru.
4). Siswa dan Guru bersama-sama mengamati dan membahas gambar
yang disajikan,
5). Guru mengajukan beberapa gambar baru yang sama dan meminta
siswa untuk menjelaskan konstitusi dengan memberikan prioritas
kepada siswa yang belum tuntas dalam pembelajaran.
6). Secara individual siswa mengerjakan evaluasi yang sama dengan
siklus I dan siklus II.
7). Siswa bersama guru mengamati bersama dan menjelaskan konstitusi
sesuai dengan gambar dan membuat kesimpulan tentang materi
pelajaran
8). Siswa bersama guru membahas soal-soal evaluasi dan membuat
kesimpulan tentang materi pelajaran.

c. Observasi
Pengamatan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan berpedoman pada lembar
observasi yang telah disiapkan. Pengamatan dilakukan terhadap kinerja
guru saat melakukan pembelajaran dan keaktifan siswa selama
pembelajaran berlangsung dengan memberikan checklist sesuai dengan

18
kondisi pembelajaran yang sesungguhnya. Pengamatan dilakukan oleh
supervisor 2.

d. Refleksi
Refleksi dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
1.Merefleksi proses pembelajaran yang menerapkan media pembelajaran
materi Pendidikan Kewarganegaraan.
2.Merefleksi hasil belajar siswa melalui penggunaan media pembelajaran
dalam proses perbaikan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Kompetensi konstitusi.
3. Menganalisis hasil akhir penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengolahan Data

1. Kenaikan Nilai Rata-rata


Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan oleh guru
bersama supervisor 2 bahwa hasil belajar siswa meningkat, hal ini dapat
dilihat dari kenaikan nilai rata-rata siswa dalam proses perbaikan
pembelajaran pada digrafik 4.1 berikut ini :
Grafik 4.1 :
Grafik Nilai Rata-rata dari Pra Siklus sampai Siklus III

100 87,50
78,38
90
80 67,35

70 56,18
60
Nilai

50
40
30
20
10
0
pra siklus siklus I siklus II siklus III

Pembelajaran
19
Gambar grafik 4. 1 :
a. Nilai rata-rata siswa materi konstitusi pada pembelajaran pra siklus adalah
56,18 dari jumlah siswa 34 orang sehingga proses pembelajaran dikategorikan
kurang.
b. Nilai rata-rata pada siklus I guru berusaha memperbaiki proses pembelajaran
dengan menggunakan metode interaktif dengan media gambar sehingga nilai
rata-rata siswa meningkat menjadi 67,35 dan pembelajaran masih
dikategorikan kurang.
c. Dengan menggunakan metode interaktif dengan media gambar pada siklus II
peningkatan nilai rata-rata cukup memuaskan menjadi 78,38 dan perbaikan
pembelajaran dikategorikan baik.
d. dengan memantapkan penggunaan metode interaktif dengan media gambar
peningkatan nilai rata-rata pada siklus III sangat signifikan yaitu 87,50 dan
dikategorikan sangat baik, sehingga dalam proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan materi konstitusi dengan menggunakan metode interaktif
dengan media gambar sangat memuaskan.

2. Ketuntasan Belajar Siswa


Untuk persentase siswa yang tuntas mencapai nilai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) 72,00 yang dilakukan selama perbaikan pembelajaran
berdasarkan hasil tes tertulis terhadap 34 orang siswa kelas VIII B SMP
Negeri 1 Merawang adalah sebagai berikut :
Grafik 4.2 :
Grafik Ketuntasan Belajar dari Pra Siklus sampai Siklus III
100,00
100
73,53 67,65
80
58,82
persentase

60 41,18
26,47 32,35
40
20 20
0,00
0
Gambar Grafik 4. 2 :
a. Persentase siswa yang tuntas dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan kompetensi konstitusi pada pra siklus adalah 9 orang siswa
atau 26,47 % dan yang tidak tuntas adalah 25 orang siswa atau 73,53 % dari
jumlah siswa 34 orang siswa dari KKM 72,00 dan dikategorikan kurang.
b. Guru berusaha menggunakan metode interaktif dengan media gambar untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kompetensi konstitusi melalui
perbaikan pembelajaran siklus I. Persentasi ketuntasan siswa meningkat
menjadi 11 orang siswa atau 32,35 % dan yang tidak tuntas menjadi 23 orang
siswa atau 67,65 % dari jumlah siswa 34 orang dari KKM 72,00 dan masih
dikategorikan kurang.
c. Dengan menggunakan metode interaktif dengan media gambar pada siklus II
ketuntasan siswa meningkat menjadi 20 orang siswa atau 58,82 % dan tidak
tuntas adalah 14 orang siswa atau 41,18 % dari KKM 72,00 dan dikategorikan
baik.
d. Dengan pemantapan metode interaktif dengan media gambar dalam proses
pembelajaran materi konstitusi pada siklus III terdapat peningkatan ketuntasan
belajar siswa yang sangat signifikan yaitu 100 % dan tidak tuntas 0 %.
Sehingga dengan menggunakan metode interaktif dengan media gambar
kompetensi siswa sangat baik.

3. Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa


Berikut ini data hasil observasi terhadap aktifitas belajar 34 orang siswa
kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang pada saat mengikuti proses perbaikan
pembelajaran :

21
Grafik 4.3 :
Grafik Keaktifan Belajar dari Pra Siklus sampai Siklus III
100,00
100 85,29
90
74,47
80
70
persentase

52,91
60 47,09
50
40
25,53
30
14,71
20
10 0,00
0
pra siklus siklus I siklus II siklus III

Aktif
Pembelajaran
Tidak Aktif

Gambar Grafik 4. 3
a. Pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kompetensi konstitusi
dengan metode ceramah siswa yang aktif 8 orang siswa atau 25,53 % dan yang
tidak aktif 26 orang siswa atau 74,47 % pada proses pembelajaran itu
dikategorikan pasif.
b. Pada siklus I guru berusaha menggunakan metode interaktif dengan media
gambar agar siswa lebih aktif sehingga keaktifan siswa meningkat menjadi 16
orang siswa atau 47,09 % dan yang tidak aktif 18 orang siswa atau 52,91 %
sehingga masih dikategorikan kurang.

22
c. Pada siklus II dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode interaktif
dengan media gambar keaktifan siswa meningkat menjadi 29 orang siswa atau
85,29 % dan yang tidak aktif 5 orang siswa atau 14,71 % dan dikategorikan baik.
d. Pada siklus III pemantapan penggunaan metode interaktif dengan media gambar
pada kompetensi konstitusi meningkat drastis yaitu menjadi 100 % dan tidak aktif
0 % sehingga pembelajaran kompetensi konstitusi dengan menggunakan metode
interaktif dengan media gambar, keaktifan siswa sangat baik.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian penulis pada Siklus III, siswa telah
menunjukkan hasil pembelajaran yang jauh lebih baik jika dibandingkan pada
Siklus I, apalagi dibandingkan dengan hasil pembelajaran pada saat pembelajaran
sebelum dilaksanakan perbaikan (Pra Siklus). Hal ini disebabkan penulis telah
melaksanakan program perbaikan pembelajaran. Pada Siklus I, siswa yang
mampu memperoleh nilai di atas kreteria ketuntasan minimal (KKM) 72,00 ke
atas sebanyak 11 orang atau 32,35 % dengan nilai rata-rata 67,35. Pada Siklus II,
ada 20 orang siswa yang mampu memperoleh nilai di atas kreteria ketuntasan
minimal (KKM) 72,00 atau 58,82 % siswa yang tuntas dengan nilai rata-rata
78,38. Pada Siklus III, 34 orang siswa sudah memperoleh nilai di atas kreteria
ketuntasan minimal (KKM) 72,00 atau 100 % dengan nilai rata-rata 87,50. Hal
ini menjadi indikator bahwa penggunaan metode interaktif dengan media
pembelajaran berupa gambar dalam pembelajaran sangat membantu dalam
meningkatkan daya serap siswa terhadap materi pelajaran. Dengan demikian,
dapat dikatakan seluruh siswa telah mampu menjawab pertanyaan dengan baik.

Dari pembelajaran pra siklus dapat dilihat siswa pasif, tidak memiliki
semangat belajar, siswa tidak mampu untuk menuangkan hasil pengamatannya
tentang gambar konstitusi, dan tidak ada keberanian untuk bertanya sehingga
hasil belajar siswa sangat rendah dengan hanya 8 orang siswa yang aktif dengan
rata-rata kelas 56,18. Dengan demikian guru berupaya melakukan perbaikan
pembelajaran pada kompetensi konstitusi dengan menggunakan media

23
pembelajaran berupa gambar dimana siswa diminta lebih aktif, dan pendekatan
guru lebih mengarah pada penunjukkan kasih sayang. maka terjadi peningkatan
keaktifan belajar siswa pada siklus I, II dan III menjadi 100 % siswa yang aktif.

Perhatian guru terhadap siswa juga meningkat, dimana guru terfokus pada
motivasi belajar siswa, dimana siswa semakin senang mengikuti pembelajaran.
media gambar yang diberikan guru sudah cukup baik membuat siswa lebih
tertarik untuk mengikuti pembelajaran, siswa yang aktif menunjukan gambar
konstitusi melalui pengamatan gambar yang di tampilkan guru juga meningkat.
Sehingga pada siklus ke III seluruh siswa sudah tuntas yaitu sebanyak 34 orang
siswa atau 100 % dengan nilai rata-rata sudah baik sebesar 87,50. Secara
keseluruhan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran
sebelum diadakan perbaikan dan setelah ada perbaikan dapat diatasi dengan baik
sehingga kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran dapat meningkat.

Kondisi ini menunjukkan bahwa penggunaan metode interaktif dan media


pembelajaran berupa gambar dalam pembelajaran sangat membantu siswa dalam
memahami materi pelajaran yang diberikan guru di kelasnya. Jadi, dengan
menggunakan metode interaktif dengan media gambar pemahaman siswa
bertambah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan pembelajaran dengan
menggunakan metode interaktif dan media pembelajaran berupa gambar akan
meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran.

KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A Kesimpulan
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.

a. Hasil belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang terhadap materi
pelajaran konstitusi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat
ditingkatkan melalui penggunaan metode interaktif dengan media gambar
yang tepat sasaran.

24
b. Dengan menggunakan metode interaktif dengan media gambar dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kompetensi konstitusi dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Merawang.

c. Penyajian pembelajaran dengan menggunakan metode interaktif dengan


media belajar berupa gambar sebagai satuan belajar dan mengajar akan
membuat proses pembelajaran lebih efektif dan lebih banyak memberikan
realitas dalam belajar siswa.

B Saran Tindak Lanjut


Berdasarkan kesimpulan tersebut, beberapa hal yang sebaiknya dilakukan
oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya menumbuhkan
kreativitas siswa antara lain adalah sebagai berikut.

a. Guru hendaknya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

b. Guru hendaknya menggunakan metode belajar yang variatif dalam


menyajikan pembelajaran.

c. Guru hendaknya menggunakan media atau alat peraga yang tepat dalam
proses pembelajaran.

e. Guru hendaknya berusaha terus melakukan perbaikan pembelajaran untuk


meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Pendidikan Kewarganegaraan.


Jakarta: Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.

Hernawan, A.H. (2003). Pengembangan Kirukulum dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

25
Purwodarminto, WJS, (1982) Kamus Besar Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta :
Depdikbud,

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta : Prenada Media Group

Sudjana N. (2002). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Remaja


Rodaskarya

Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran inovatif Progresif. Jakarta: Prenada


Media Group

26

Anda mungkin juga menyukai