OLEH
INDANA ZULFA
NIM. 859494874
ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
INDANA ZULFA
NIM. 859494874
iii
KATA PENGANTAR
iv
5. Ibu Hj. Herlina Rahim,S.Pd,SD. Selaku Kepala Sekolah SD Negeri 016
Tandung Kecamatan Tinambung Kabupaten Polewali Mandar.
6. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 016 Tandung Kecamatan Tinambung
Kabupaten Polewali Mandar.
7. Ayah dan Ibu yang telah menjaga dan membesarkan serta mendidik
peneliti dengan kasih sayang dan dengan memberikan do’a yang tulus
sampai terselesainya Program Studi ini.
8. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga dengan segala bantuan yang telah diberikan kepada peneliti
mendapat balasan kebaikan disisi Allah Subhanahu Wata’ala. Akhirul kalam
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan dan
kemampuan profesional guru khususnya guru sekolah dasar.
Wassalaamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
INDANA ZULFA
NIM. 859494874
v
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................... i
Lembar Pengesahan............................................................................................ ii
Lembar Pernyataan Bebas Plagiat.................................................................... iii
Kata Pengantar.................................................................................................... iv
Daftar Isi............................................................................................................... vi
Daftar Tabel......................................................................................................... vii
Daftar Lampiran.................................................................................................
..........................................................................................................................viii
Abstrak................................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran............................................... 3
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran............................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA.............................................................................. 5
A. Motivasi Belajar........................................................................................ 5
B. Model Pembelajaran CIRC........................................................................ 5
C. Pembelajaran Bahasa Indonesia................................................................ 6
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
..........................................................................................................................`12
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian, Pihak yang Membantu............... 12
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran................................................. 13
C. Teknik Analisis Data................................................................................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 17
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran.................................. 17
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran............................. 20
BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT.................................. 22
A. Simpulan.................................................................................................... 22
B. Saran Tindak Lanjut.................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 23
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
ABSTRAK
viii
BAB I
PENDAHULUAN
9
melakukan sesuatu”1. Pendapat tersebut menunjukkan betapa pentingnya peranan
motivasi didalam belajar. Dengan demikian motivasi yang erat kaitannya dengan
proses belajar mengajar dan tentunya juga berdampak pada prestasi belajar peserta
didik.
Menurut Djamarah “Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar,
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan
mungkin melakukan aktivasi belajar. Motivasi merupakan faktor internal yang
dimliki oleh siswa, karena penting dalam menentukan prestasi belajar. Hal
tersebut dapat dimengerti karena siswa merupakan subyek utama yang menjadi
sasaran dalam proses belajar. Motivasi juga dapat dikatakan sebagai serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga siswa mau dan ingin
melakukan sesuatu2.
Dalam proses belajar mengajar motivasi juga dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai. Adanya motivasi baik yang dimiliki siswa dalam belajar akan
menunjukan prestasi yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha
yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka siswa yang belajar akan
menghasilkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi siswa akan menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Dimana prestasi belajar merupakan hasil
dari proses pembelajaran. Peran motivasi tidak perlu diragukan dalam belajar3.
1. Analisis Masalah
Keaktifan peserta didik masih rendah dikarenakan metode atau model
pembelajaran yang digunakan oleh guru masih tergolong konvensional dan
kesannya membosankan. Hal ini disebabkan karena penggunaan
model.pembelajaran yang sifatnya teacher center, dimana proses
1
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta:Grafindo, 2008), h. 75.
2
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 148
3
Ibid, hlm. 149.
10
pembelajaran didominasi oleh guru sehingga minat dan motivasi belajar siswa
jadi rendah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan penggunaan metode CIRC pada
pembelajaran Bahasa Indonesia materi berhitung dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik kelas V SD Negeri 016 Tandung Kabupaten Polewali Mandar?
11
b. Dapat meningkatkan kemampuan belajar membaca
c. Dapat meningkatkann keakifan, keterampilan dan pemahaman peserta
didik tentang pelajaran bahasa indonesia.
2. Manfaat bagi guru:
Agar guru dapat lebih memahami dalam materi bahasa indonesia melalui
penggunaan model pembelajaran CIRC yang dapat meningkatkan motivasi
belajar peserta didik dan juga dapat mengembangkan inovasi pembelajaran
dalam dunia pendidikan.
3. Manfaat Bagi sekolah:
Bagi sekolah merupakan sumbangsih pemikiran dalam usaha-usaha yang
mengarah pada meningkatkan hasil belajar peserta didik.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu bertindak atau
berbuat. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan
aktifitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi
merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dan memenuhi
kebutuhannya4. Mc Donald dalam Hamalik mengemukakan motivasi adalah
suatu perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan 5. Stanley Vance dalam
Danim mengemukakan bahwa pada hakikatnya motivasi adalah peranan atau
keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk
melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari perspektif
pribadi dan terutama organisasi. Motivasi diartikan sebagai kekuatan,
dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan atau mekanisme psikologi yang
mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu
sesuai apa yang dikehendakinya. Motivasi dipandang sebagai suatu proses,
pengetahuan tentang proses ini dapat membantu guru menjelaskan tingkah laku
yang diamati dan meramalkan tingkah laku orang lain. Motivasi paling tidak
memiliki memuat tiga unsur esencial. Pertama, faktor pendorong atau
pembangkit motif baik internal maupun eksternal. Kedua, tujuan yang ingin
dicapai. Ketiga, strategi yang diperlukan oleh individua atau kelompok untuk
mencapai tujuan tersebut6
Motivasi merupakan suatu yang memberi alasan seseorang untuk
berbuat sesuatu, belajarpun harus didasari suatu motivasi, sebab belajar
4
Uno. B, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 3.
5
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 106.
6
Sudarwan Danim, Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok (Jakarta: Rineka
Cipta, 2011), hlm. 65.
13
merupakan suatu keaktifan untuk mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh kuat
lemahnya motivasi tersebut. Dengan motivasi dapat mendorong timbulnya
tingkah laku atau perbuatan, oleh karena itu tanpa motivasi tidak akan timbul
suatu perbuatan misalnya belajar. Motivasi dapat juga berfungsi sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Selain itu motivasi juga berfungsi sebabai penggerak, artinya
menggerakkan tingkah laku seseorang7.
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi memiliki komponen dalam dan komponen luar. Ada kaitan yang erat
antara motivasi dan kebutuhan serta drive dengan tujuan dan insentif. Motivasi
berfungsi sebagai pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Motivasi
mempunyai nilai dalam menentukan keberhasilan, demokratisasi pendidikan,
membina kreativitas dan imajinitas guru, pembinaan disiplin kelas dan
menetukan efektivitas pembelajaran8.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)
yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat
timbul karena factor intrinsic berupa hasrat dan keinginan berhasil dan
dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor
entrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif,
dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat kedua factor tersebut
diseababkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk
melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Hakikat motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang
belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan
7
Oemar Hamalik, Op.Cit., hlm. 108
8
Zainal Aqib, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran (Surabaya: Insan Cendekia,
2010), hlm. 50.
14
beberapa indicator atau unsure yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan
besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar9.
Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan
menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.
Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran,
antara lain dalam (a) Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar,
(b) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) Menentukan ragam
kendali terhadap rancangan belajar, (d) Menentukan ketekunan belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang
belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan dan
hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
Motivasi dapat menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat
memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami
suasanaitu, agar dia dapat membantu siswanya dalam memilih factor-faktor
atau keadaan yang ada dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar.
Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan
kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang
dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi
anak. Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha
mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan memperoleh hasil yang baik
Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya
hasrat dan keinginan berhasil; 2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar; 3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; 4) adanya penghargaan
dalam belajar; 5) adanya keinginan menarik dalam belajar; 6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa
dapat belajar dengan baik10.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar adalah
sebagai berikut:
9
Dr.Hamzah B. Uno, M.Pd, Teori Motivasi & Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), hlm. 23.
10
Dr.Hamzah B. Uno, M.Pd, Teori Motivasi & Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), hlm. 27.
15
a. Cita-cita atau aspirasi
Ialah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna
bagi seseorang. Cita-cita juga akan memperkuat motif instrinsik maupu
motif ekstrisik.
b. Kemampuan belajar siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan
mencapainya. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat
dari siswa, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya fikir, fantasi.
Dalam kemampuan belajar perkembangan berfikir siswa menjadi ukuran.
Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi biasanya lebih
termotivasi dalam belajar.
c. Kondisi siswa
Kondidsi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar kaitannya dengan
kondisi fisik damn kondisi psikologis.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari diri siswa.
Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya
ada tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya
dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang
lemah dan bahkan hilang sama sekali. Misalnya kondisi-kondisi yang
sifatnya kondisional.
f. Upaya guru membelajarkan siswa
Maksudnya adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam
mempelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi hasil belajar
siswa, dan lain-lain11.
A. Kerangka Berfikir
11
Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran (Semarang: IKIP Semarang, 2010) hlm. 65
16
Penggunaan kurikulum 2013 di sekolah yang berbasis karakter dan
kompetensi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh karena itu kunci
sukses lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan
berkarakter perlu adanya keterkaitan yang bersinergi didalam menjalankan
implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi yang tinggi antara
kepemimpinan kepala sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik,
sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik,
dan partisipasi warga sekolah dan dalam membudidayakan kurikulum yang
baru ini.
Peran motivasi belajar siswa di dalam implementasi kurikulum 2013
sangatlah vital, karena konsistensi dan validitas setiap kompetensi harus sesuai
dengan asumsinya, meskipun tujuanyan selalu diuji kembali berdasarkan
masukan yang memungkinkan terjadinya perubahan, salah satu keunggulan
yang menjadi ketertarikan siswa di dalam mendongkrak motivasi belajarnya
agar dapat mengikuti dengan baik sesuai dengan yang di cita-citakan maka
perlu adanya pengelolaan dan pengembangan proses pembelajaran yang
berorientasi pada peserta didik atau mengembangkan pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk secara
kreatif menciptakan lingkungan yang kondusif, dengan manajemen kelas yang
efektif, untuk selalu memberikan motivasi ataupun pengarahan agar dapat
menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan
efektivitas penerapan kurikulum yang lebih baik dengan tanpa membebani
keinginan peserta didik.
Pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa dengan dikuasainya
pemahaman guru tentang penggunaan kurikulum 2013 kepada siswa maka
diharapkan akan membangkitkan motivasi belajar siswa di dalam mengikuti
pembelajaran dengan implementasi kurikulum baru. Jadi dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman guru pada penggunaan kurikulum
2013 terhadap siswa maka akan semakin besar motivasi belajar siswa.
Sehingga pelaksanaan pembelajaran melalui kurikulum baru memiliki
pengaruh yang positif.
17
B. Model Pmbelajaran Cooperative Integrated Reading and Comprehension
(CIRC)
Metode CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
diperuntukkan bagi siswa sekolah dasar hingga menengah pertama (kelas 2-8).
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan program
pembelajaran komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada siswa
kelas dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah
(Slavin, 2008: 16). Selain itu, metode pembelajaran Cooperative Integrated
Reading and Composition (CIRC) merupakan kurikulum komprehensif yang
dirancang 24 untuk digunakan dalam pelajaran membaca pada kelas 2-8 (Slavin,
2008: 11). CIRC, sebuah program yang komprehensif untuk mengajari
pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi
di sekolah dasar (Slavin, 2008:200). Pengembangan CIRC difokuskan pada
metode-metode pengajaran, merupakan sebuah usaha untuk menggunakan
pembelajaran kooperatif sebagai sarana memperkenalkan teknik terbaru dalam
pengajaran praktis pembelajaran membaca dan menulis. Pendekatan pembelajaran
kooperatif menekankan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab dari tiap
individu.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan salah satu jenis metode
pembelajaran kooperatif yang dirancang khusus untuk pembelajaran membaca
dan menulis secara komprehensif yang diterapkan pada kelas 2-8 (dari sekolah
dasar sampai menengah pertama).
18
sosialnya. Ia memungkinkan tiap orang untuk mempelajari kebiasaan, adat
istiadat, kebudayaan serta latar belakangnya masing-masing.
Bahasa Indonesia sendiri sudah ada sejak sebelum kemerdekaan yang saat
itu masih disebut sebagai bahasa melayu dan masih menggunakan dialek melayu.
Hingga pada tanggal 28 Oktober 1928 dalam konggres pemuda yang dihadiri oleh
aktivis dari berbagai daerah di Indonesia, bahasa melayu diubah namanya menjadi
bahasa Indonesia yang diikrarkan dalam sumpah pemuda sebagai bahasa
persatuan dan bahasa nasional. Pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan merupakan peristiwa pentng dalam perjuangan bahasa Indonesia.12
Bahasa adalah suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer,
digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerjasama, berkomunikasi dan
mengidentifikasi diri.13 Sebagai sebuah sistem, maka bahasa itu terbentuk oleh
suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik pada bidang tata bunyi, bentuk
kata, maupun bentuk kalimat. Apabila kaidah atau aturan-aturan tersebut
terganggu, maka komunikasipun dapat terganggu pula. Melalui bahasa seseorang
menyampaikan pikiran, pengalaman, gagasan, pendapat, perasaan, keinginan,
harapan kepada sesama manusia. Dengan bahasa itu pula orang dapat mewarisi
dan mewariskan, menerima dan menyampaikan segala pengalaman dan
pengetahuan lahir batin.14
Menurut Gorys Keraf bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang
mempergunakan simbol-simbol vocal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang
dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata, ia merupakan simbol
karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia harus diberikan
makna tertentu, yaitu mengacu kepada sesuatu yang dapat dicerap panca indra. 15
Berarti bahasa mencakup 2 bidang, yaitu bunyi vocal yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia, dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vocal
12
Yakub Nasucha, dkk, Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah, (Yogyakarta:
Media Perkasa, 2010), hal. 6
13
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006), hal. 1
14
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang, (Yogyakarta: UP
Indonesia, 1984), hal.5
15
Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Flores: Nusa Indah,
2004), hal. 2
19
dengan barang atau hal yang diwakilinya itu. Bunyi itu merupakan getaran yang
merangsang alat pendengar kita, sedangkan arti adalah isi yang terkandung di
dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan dari orang lain.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia memberikan beberapa pengertian
“Bahasa” ke dalam tiga batasan, yaitu: (a) Sistem lambang bunyi berartikulasi
(yang dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat sewenang-wenang dan
konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan
dan pikiran. (b) Perkataanperkataan yang dipakai oleh suatu bangsa (suku, bangsa,
daerah, Negara, dan sebagainya. (c) Percakapan (perkataan) yang baik sopan
santun, tingkah laku yang baik.16
Menurut Widjono, Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang
digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakatnya. Bahasa yang baik
berkembang berdasarkan sistem yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Sistem tersebut yaitu: (1) Sistem yang mermakna dan dapat
dipahami oleh masyarakat pemakaainya, (2) Sistem lambing bersifat
konvensional, (3) Lambang-lambang tersebut arbitrer, (4) Sistem lambing bersifat
terbatas, tetapi produktif yang artinya yaitu sistem yang sederhana dan jumlah
aturan yang terbatas, (5) Sistem lambang bersifat unik, khas, dan tidak sama
dengan lambing bahasa yang lain, (6) Sistem lambang dibangun berdasarkan
kaidah yang bersifat universal.17
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa bahasa
adalah suatu sistem lambang atau simbol-simbol bunyi yang bersifat konvensional
dan arbiter serta digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat tertentu. Dan
bahasa merupakan suatu sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol
vocal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-
gerik badaniah yang nyata serta digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat
Indonesia.
Bahasa Indonesia sendiri memiliki fungsi sebagai berikut:18
16
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
17
Widjono Hs, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangkan Kepribadian di
Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005) hal.10-11
18
Yakub Nasucha, dkk, Bahasa Indonesia…, hal. 8-10
20
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
sebagai bahasa nasional bahasa Indonesia berfungsi sebagai lambang
kebanggaan kebangsaan, lambang identitas nasional, alat pemersatu berbagai
suku bangsa, dan alat perhubungan antar daerah dan antar budaya.
2. Bahasa Indonesia sebagai lambang kebangaan nasional
tidak semua bangsa di dunia mempunyai sebuah bahasa nasional yang dipakai
secara luas dan dijunjung tinggi. Adanya sebuah bahasa yang dapat
menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda merupakan suatu kebanggaan
bagi bangsa Indonesia. Ini menunjukkan bahwa bagsa Indonesia sanggup
mengatasi perbedaan yang ada.
3. Bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional
Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan bahasanya
berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri yang kuat, sebuah bagsa
memerlukan identitas, identitas sebuah bangsa bisa diwujudkan di antaranya
melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang mengatasi berbagai
bahasa yang berbeda, suku-suku bangsa yang berbeda dapat mengidentikkan
diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa tersebut.
4. Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa
sebuah bangsa yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya dan
bahasanya berbeda akan mengalami masalah besar dalam melangsungkan
kehidupanya. Bahasa Indonesia berfungsi untuk menyatukan suku-suku bangsa
yang berbeda, yang akan menyatukan suku-suku bagsa yang berbeda.
Belajar merupakan suatu komponen pendidikan yang berkenaan dengan
tujuan dan bahan acuan interaksi. Teori-teori yang dikembangkan dalam
komponen ini meliputi teori tentang tujuan pendidikan, organisasi kurikuum, isi
kurikulum dan modul-modul pengembangan kurikulum.19 Belajar selalu dikaitkan
dengan kegiatan perubahan pemahaman melalui suatu komponen yang terdapat
dari apa yang dipelajari dan selalu bergerak pada hal yang dituju untuk menjadi
sebuah ilmu.
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna PembelajaraN: untuk Membutuhkan Memecahkan
Problemetika Belajar dan Mengajar, cet.5, (Bandung: Alfabeta, 2005), hal.11
21
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar
dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis Hal ini relevan dengan kurikulum
2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek,
yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Seseorang mempelajari suatu bertujuan untuk memiliki penguasaan
kemampuan berbahasa atau kemampuan berkomunikasi melalui bahasa yang
digunakanya. Kemampuan ini melibatkan 2 hal, yaitu (1) kemampuan untuk
menyampaikan pesan, baik secara lisan (melalui berbicara) maupun tertulis
(melalui tulisan), serta (2) kemampuan memahami, menafsirkan, dan menerima
pesan, baik yang disampaikan lisan (melalui kegiatan menyimak) maupun tertulis
(melalui kegiatan membaca).20
Tujuan utama pembelajaran Bahasa Indonesia adalah meningkatkan
keterampilan peserta didik dalam Bahasa Indonesia. Pengetahuan bahasa
diajarkan untuk menunjukkan peserta didik terampil berbahasa, yakni terampil
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa hanya bisa
dikuasai dengan latihan yang terus menerus dan sistematis, yakni harus sering
belajar, berlatih, dan membiasakan diri.21 Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah
program untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan sikap positif
terhadap Bahasa yang mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis.
Guru bahasa harus memahami benar-benar bahwa tujuan akhir pengajaran
bahasa ialah agar para peserta didik terampil berbahasa, dengan kata lain, agar
para peserta didik mempunyai kompetensi bahasa yang baik. Apabila seseorang
mempunyai kompetensi bahasa yang baik, maka diharapkan dapat berkomunikasi
dengan orang lain dengan baik dan lancar, baik secara lisan maupun tulisan.
Oleh karena itu mengajar Bahasa Indonesia sebaiknya diajarkan secara
terpadu, baik antar aspek dalam bahasa itu sendiri (kebahasaan, kesastraan, dan
keterampilan berbahasa) atau bahasa dengan mata pelajaran lainya. Di tingkat
20
Solchan T.W., dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, (Banten: Universitas Terbuka,
2014), hal. 1.31
21
Asul Wiyanto, Terampil Menulis Paragraf, (Jakarta: Grasindo, 2009), hal. 7
22
dasar pembelajaran bahasa Indonesia lebih difokuskan kepada penguasaan
kemampuan berbahasa peserta didik kemampuan tersebut yaitu:
1. Kemampuan menyimak atau mendengarkan
Kemampuan ini meliputi kemampuan memahami dan menafsirkan
pesan yang disampaikan secara lisan oleh orang lain. Peningkatan keterampilan
menyimak dalam pebelajaran dapat diberikan/diajarkan melalui mendengarkan
percakapan, berita, ceramah, cerita, penjelasan dan sebagainya.
2. Kemampuan Berbicara
Kemampuan untuk menyampaikan pesan secara lisan kepada orang
lain. Pesan di sini adalah pikiran, perasaan, sikap, tanggapan, penilaian, dan
sebagainya. Kemampuan berbicara merupakan keterampilan yang kurang
penting. Mereka beranggapan bahwa berbicara mudah dan dapat dipelajari
dimana saja. Anggapan seperti ini merupakan anggapn yang kelliru. Sekedar
berbicara dengan teman atau anggota keluarga mungkin tidak terlalu sulit.
Tetapi, berbicara secara sistematis dengan sikap yang sesuai dan penggunaan
bahasa Indonesia yang tepat dalam berbagai situasi tentu tidak mudah.
Berbicara juga bermacam-macam berinteraksi dengan sesama, berdiskusi dan
berdebat, berpidato, menjelaskan, bertanya, menceritakan, melaporkan, dan
menghibur. Oleh karena itu keterampilan berbicara harus dilatih oleh guru agar
peserta didik dapat berbicara sesuai dengan kaidah bahasa yang baik dan benar
3. Kemampuan Membaca
Kemampuan untuk memahami dan menafsirkan pesan yang
disampaikan secara tertulis oleh pihak lain. Kemampuan ini tidak hanya
berkaitan dengan pemahaman simbol-simbol tertulis, tetapi juga memahami
pesan atau makna yang disampaikan oleh penulis.
4. Kemampuan Menulis
Kemampuan menyampaikan pesan kepada pihak lain secara tertulis.
Kemampuan ini bukan hanya berkaitan dengan kemahiran peserta didik
menyusun dan menuliskan simbol simbol tertulis, tetapi juga mengungkapkan
pikiran, pendapat, sikap, dan perasaan secara jelas dan sistematis sehingga
dapat dipahami oleh orang yang menerimanya, seperti yang dia maksudkan.
23
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
24
2022/2023, dengan jumlah peserta didik keseluruhan 15 orang yang terdiri
dari 6 laki-laki dan 9 perempuan.
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 16 Tandung Kabupaten Majene,
yang beralamat di Jalan Poros Majene - Polewali Mandar. Tempat tersebut
dipilih sebagai tempat penelitian karena peneliti sebagai salah satu tenaga
pendidik di sekolah itu. Sehingga peneliti dapat melakukan penelitian dengan
efisien baik tenaga, dana, maupun waktu.
3. Waktu Penelitian
Rentang Waktu Pelaksanaan Penelitian diadakan dalam waktu, mulai
tanggal 03 mei sampai 16 mei 2023.
25
meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, dan instrumen
penilaian, 3) Akan disiapkan lembar pengamatan yang akan digunakan oleh
supervisor, serta 4) Penetapan hari/tanggal pelaksanaan perbaikan pembelajaran
pada setiap siklus. Adapun prosedur penelitian yang diperhatikan adalah sebagai
berikut: (1) Tahap Perencanaan, (2) Tahap Pelaksanaan, (3) Tahap Pengamatan,
dan (4) Tahap Refleksi.
1. Siklus 1
Siklus 1 berlangsung selama dua kali pertemuan, dua kali pertemuan
digunakan sebagai proses pembelajaran dan akhir pembelajaran pada
pertemuan kedua untuk tes siklus 1.
a. Pertemuan Pertama
1) Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
a) Menganalisis kurikulum 2013 khusus kelas I (satu) semester genap
b) Menentukan materi yang akan diajarkan
c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
d) Membuat pedoman observasi
2) Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan ini
adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan posisi peserta didik dalam ruangan dengan mengecek
kehadiran disaat mengikuti pembelajaran.
b) Memberikan perhatian peserta didik agar termotivsi belajar.
c) Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah
disusun sebelumnya.
d) Mengamati kesungguhan dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran.
e) Menginformasikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
teknik penilaian
26
f) Mengadakan penilaian terhadap peserta didik dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di kelasnya.
3) Observasi
Dalam peroses pembelajaran berlangsung pengamat atau teman sejawat
mengamati jalannya dan hasil proses pembelajaran dengan mengisi format
observasi.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
a) Mencatat setiap hasil pemantauan selama proses berlangsung.
b) Menganalisis data-data hasil observasi.
4) Refleksi
Hasil yang didapat pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis
serta direnungkan dan mencari solusi yang bisa dikembangkan pada siklus
ke 2. Dalam hal ini peneliti tetap berdiskusi dengan teman sejawat dan
supervisor.
b. Pertemuan Kedua
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama
sama dengan pertemua kedua. Namun pada pertemuan ini diberikan tugas
agar peneliti mengetahui kemampuan para peserta didik dalam materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
1) Perencanaan
a) Menentukan pelajaran yang akan diajarkan yang ada hubungannya
pelajaran pada pertemuan pertama.
b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c) Mengembangkan alat bantu yang sesuai dengan pelajaran.
d) Menyusun soal-soal ulangan dalam bentuk tes uraian.
e) Membuat alat penilaian dan lembar kerja peserta didik.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Mengarahkan perhatian peserta didik.
b) Mengatur dan memperbaiki tempat duduk dan posisi peserta didik.
c) Mengontrol kehadiran peserta didik .
27
d) Menginformasikan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran dan
teknik penilaian.
e) Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan alat bantu.
f) Pemberian tugas pada peserta didik.
g) Megontrol cara kerja peserta didik.
h) Mengadakan penilaian terhadap tindakan dalam proses pembelajaran.
3) Observasi
Dalam proses pembelajaran berlangsung, pengamat atau teman sejawat
mengamati jalannya dan hasil proses pembelajaran dengan mengisi format
observasi seperti yang dilakukan pada pertemuan pertama.
4) Refleksi
Pada tahap ini peneliti dapat merefleksikan setiap hal yang diperoleh
melalui lembar observasi, kemudian menilai dan mempelajari
perkembangan hasil peserta didik pada siklus 1, dan hasil inilah yang
selanjutnya dijadikan acuan bagi peneliti untuk merencanakan perbaikan
pada siklus berikutnya atau pada siklus 2.
2. Siklus 2
Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan siklus 2 ini adalah megulang
kembali tahap-tahap yang dilakukan pada siklus sebelumnya. Disamping itu
dilakukan sejumlah rencana baru atau penggunaan alat peraga untuk
memperbaiki atau merancang tindakan baru sesuai dengan pengalaman dan
hasil refleksi yang diperoleh pada siklus 1.
22
Rostina Sundayana, Statistika Penelitian Pendidikan (Semarang: Widyakarya, 2014), h.
151.
28
Skor Posttest−Skor Pretest
N-Gain (g) =
Skor Maksimum−Skor Pretest
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
29
Tandung setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Data hasil penelitian adalah data siswa yang
diperoleh dari tes hasil belajar bahasa Indonesia setelah pelaksanaan tindakan
siklus I dan siklus II dan hasil observasi selama pelaksanaan tindakan serta hasil
angket respon siswa setiap akhir siklus. Hasil dan pembahasan yang diperoleh dari
dua siklus pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap
perencanaan ini adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran berdasarkan model pembelajaran CIRC
untuk pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga.
2) Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan
perubahan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran berlangsung
pada pelaksanaan tindakan siklus I.
3) Mempersiapkan angket respon siswa untuk mengetahui pendapat siswa
terhadap tindakan yang dilakukan yang akan diberikan pada akhir siklus
I.
4) Mempersiapkan alat evaluasi berupa soal tes siklus I.
5) Mempersiapkan kertas sebagai lembar jawaban yang akan digunakan
siswa untuk menjawab soal tes siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I ini berlangsung selama 2
kali pertemuan dengan lama waktu setiap pertemuan adalah 2 jam pelajaran.
Pertemuan I sampai pertemuan III diisi dengan kegiatan belajar mengajar
dengan menerapkan model pembelajaran CIRC dan pertemuan III diisi
dengan pemberian tes siklus I, dengan pokok bahasan ”Menulis Wacana
Argumentasi”. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
Pertemuan I
30
Pada pertemuan pertama ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 3
Mei 2023 dengan materi yang akan dibahas adalah membuat ringkasan
berdasarkan pokok pikiran dari teks nonfiksi.
Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran, memotivasi siswa dan
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, menyiapkan siswa,
mengecek kehadiran siswa, menyampaikan judul materi pokok pembahasan,
dan menjelaskan sambil memberikan motivasi belajar, mengingatkan
kembali tentang materi dengan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-
hari. Selanjutnya, pada kegiatan inti guru menyajikan informasi tentang
materi yang akan diajarkan dengan menggunakan alat peraga seperti kertas
kopian yang dibentuk sesuai dengan materi yang dibahas, guru memberikan
permasalahan berupa latihan menjawab soal yang berkaitan dengan materi
wacana argumentasi kepada siswa, guru membimbing pelatihan kepada
siswa sampai benar-benar menguasai konsep yang dipelajari. Sebelum
mengakhiri kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini siswa dan guru
bersama-sama menyimpulkan/merangkum materi yang telah dibahas dan
guru mengingatkan kepada siswa untuk mempelajari materi yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya.
Pertemuan II
Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 6 Mei
2023 dengan materi yang dibahas adalah membuat ringkasan berdasarkan
pokok pikiran dari teks nonfiksi. Secara umum, langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan pada pertemuan kedua hampir sama dengan kegiatan
pertemuan sebelumnya, karena mengacu pada langkah-langkah kegiatan
yang telah direncanakan pada RPP dengan penerapan model CIRC. Hal-hal
yang lebih khusus pada pertemuan kedua antara lain:
a. Siswa mengingat kembali materi yang dibahas pada pertemuan I dan
guru menyampaikan hasil latihan pada pertemuan lalu, guna memotivasi
siswa untuk lanjut ke pembahasan berikutnya.
b. Kegiatan pembelajaran mengacu pada RPP, dan latihan (teks wacana
argumentasi)
31
Pertemuan III
Pertemuan ketiga ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Mei
2023 dengan memberikan soal evaluasi untuk mengetahui sejauh mana
peningatan hasil belajar siswa setelah penerapan model CIRC yang
dilaksanakan pada pertemuan 1 dan 2.
c. Tahap observasi dan evaluasi
Pada siklus I tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar
observasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I
Pertemuan ke- Persentase
No. Komponen yang Diamati
1 2 3
1 Siswa yang hadir pada saat 12 13
proses pembelajaran
berlangsung
2 Siswa yang mendengarkan 10 10
atau memperhatikan
penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran
berlangsung
3 Siswa yang mengajukan 2 1
pertanyaan kepada guru
Tes evaluasi
32
1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di
pertemuan I siklus I berjumlah 12 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah
23 siswa, dengan persentase 83,33%.
2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada
saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah
10 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 10 siswa, dengan persentase
66,67 %.
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 2 siswa,
pertemuan II siklus I berjumlah 1 siswa, dengan persentase
keseluruhannya adalah 10 %.
4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain
pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I
berjumlah 1 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 1 siswa, dengan
persentase keseluruhannya adalah 6,67 %.
5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus I berjumlah 17
siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 12 siswa, pertemuan II siklus I
berjumlah 23 siswa, dengan persentase 83,33%.
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus I berjumlah 2
siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 3 siswa, dengan pesentase 16,67
%.
Selanjutnya, pada siklus I ini dilaksanakan tes hasil belajar setelah
penyajian materi selama 2 kali pertemuan.
Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus I di
kelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi
dan persentase skor seperti disajikan pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V SDN 016 Tandung pada Siklus I
Skor Kategori Frekuensi Persentase
90-100 Sangat Tnggi 0 0
33
80-89 Tinggi 3 20%
70-79 Sedang 3 20%
60-69 Rendah 5 33.33%
˂ 59 Sangat Rendah 4 26.67%
Berdasarkan tabel 4.4 di atas bahwa siswa yang berada pada kategori
tidak tuntas sebanyak 9 siswa dengan persentase 60%, sedangkan siswa
yang berada pada kategori tuntas sebanyak 6 siswa dengan persentase 40%.
Selanjutnya respons siswa terhadap pembelajaran yang telah
diterapkan pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Data Respon Siswa pada Siklus I
No Frekuensi
Aspek yang direspon
. Positif Negatif
Apakah Anda suka belajar bahasa
1 7 8
Indonesia?
2 Apakah Anda suka belajar bahasa 10 5
Indonesia dengan model pembelajaran
34
kooperatif tipe CIRC?
Apakah pembelajaran dengan model
3 kooperatif tipe CIRC menjadikan Anda 10 5
siswa yang aktif dan kreatif?
Apakah pembelajaran dengan model
4 pembelajaran kooperatif tipe CIRC cocok 11 4
digunakan untuk belajar bahasa Indonesia?
Apakah Anda senang dengan cara guru
Anda menyampaikan pelajaran dengan
5 11 4
model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC?
Apakah Anda merasa ada perubahan pada
diri Anda setelah diterapkan pembelajaran
6 10 2
dengan model kooperatif tipe CIRC dalam
belajar bahasa Indonesia?
Apakah Anda termotivasi untuk belajar
d. Refleksi
1) Umumnya siswa menunjukkan antusias belajar yang positif, seperti
menanggapi pertanyaan, keberanian mengajukan pertanyaan atau
tanggapan pada guru, dan keinginan untuk menyelesaikan latihan.
Namun karena siswa belum terbiasa dengan tindakan yang diberikan
35
maka kelas menjadi agak gaduh sehingga pengelolaan kelas lebih
ditekankan pada siklus II.
2) Masih ada beberapa siswa yang sulit dalam menyelesaikan latihan. Untuk
itu guru harus membimbing siswa tersebut.
3) Dari hasil tes siklus 1, masih terdapat beberapa siswa yang mendapatkan
nilai di bawah KKM. Hal ini disebabkan karena dalam kegiatan
pembelajaran selama 3 pertemuan sebelumnya, beberapa siswa tersebut
kurang aktif dalam pembelajaran, tidak memperhatikan penjelasan, dan
tidak hadir dalam beberapa pertemuan.
e. Keputusan
Hasil belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu tuntas individu jika memperoleh
skor rata-rata 70 ke atas, sehingga pelaksanaan tindakan masih dilanjutkan
pada siklus II dengan berbagai perbaikan berdasarkan pada refleksi pada
siklus I.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini
adalah:
1) Membuat skenario pembelajaran berdasarkan model CIRC untuk
pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Dimana skenario
pembelajaran ini sedikit berbeda dengan siklus I yakni penggunaan alat
peraga lebih ditekankan untuk menghindari kegaduhan di kelas serta
komunikasi antara guru dan siswa lebih lancar sehingga materi lebih
mudah dipahami dan dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh.
2) Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas dan
perubahan tingkah laku siswa selama belajar mengajar berlangsung pada
pelaksanaan tindakan siklus II.
3) Mempersiapkan angket respons siswa untuk mengetahui pendapat siswa
terhadap tindakan yang dilakukan, yang akan diberikan pada akhir siklus
II.
36
4) Mempersiapkan lembar kerja siswa (latihan) yang dikerjakan secara
individu pada setiap pertemuan.
5) Mempersiapkan alat evalusi berupa soal tes siklus II.
6) Mempersiapkan kertas lembar jawaban yang akan digunakan siswa untuk
menjawab soal tes siklus II.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 13 Mei 2023 dengan materi yang akan dibahas adalah menentukan
pokok pikiran dari teks nonfiksi. Secara umum, langkah-langkah kegiatan
yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan kegiatan siklus
sebelumnya, karena mengacu pada langkah-langkah kegiatan yang telah
direncanakan pada RPP dengan penerapan model CIRC. Hal-hal yang lebih
khusus pada siklus kedua ini adalah guru lebih sering mendatangi siswa
yang selalu malu dan enggan bertanya ataupun menjawab pertanyaan.
Pertemuan II
Pertemuan kedua pada siklus II ini dilaksanakan pada hari sabtu
tanggal 16 Mei 2023 dengan materi yang akan dibahas adalah menentukan
pokok pikiran dari teks nonfiksi. Pada pertemuan kedua siklus II ini,
motivasi dan minat siswa untuk belajar bahasa Indonesia mulai meningkat.
Hal ini ditandai dengan bertambahnya jumlah siswa yang aktif dalam
mengajukan pertanyaan, semakin banyak siswa yang menjawab pertanyaan
dan meningkatnya jumlah siswa yang mengerjakan lembar latihan. Hal ini
menandakan bahwa siswa mulai mempunyai kesungguhan dalam belajar
bahasa Indonesia.
Pertemuan III
Memasuki pertemuan terakhir penelitian pada siklus II ini, terlihat
bahwa proses belajar mengajar telah menemukan strategi yang tepat dan
sesuai yang diharapkan. Setiap siswa terbiasa dengan kegiatan yang
dilakukan di kelas dengan penerapan model pembelajaran CIRC. Pada
siklus II ini, siswa sudah dapat mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia
37
yang diberikan secara individu. Selain itu terlihat keseriusan siswa dalam
memperhatikan pelajaran dan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan pada siklus II ini mengalami
peningkatan dibanding pada siklus I. Hal ini terlihat pada kehadiran siswa
meningkat, keseriusan siswa memperhatikan pelajaran, minat, sikap dan
motivasi mereka juga meningkat.
c. Tahap Observasi dan Evaluasi
Pada siklus II tercatat aktivitas siswa yang terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung. Aktivitas tersebut diperoleh dari lembar
observasi yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II
Pertemuan ke- Persentase
No. Komponen yang Diamati
1 2 3
1 Siswa yang hadir pada saat 15 15
proses pembelajaran
berlangsung
2 Siswa yang mendengarkan 12 12
atau memperhatikan
penjelasan guru pada saat
proses pembelajaran
berlangsung
3 Siswa yang mengajukan 5 7
pertanyaan kepada guru
Tes evaluasi
38
Berdasarkan tabel 4.2 di atas bahwa terdapat beberapa komponen
yang diamati dalam mengobservasi aktivitas siswa pada siklus I
diantaranya:
1. Siswa yang hadir pada saat proses pembelajaran berlangsung di
pertemuan I siklus II berjumlah 15 siswa, pertemuan II siklus II
berjumlah 15 siswa, dengan persentase 100%.
2. Siswa yang mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru pada
saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah
12 siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 12 siswa, dengan persentase 80
%.
3. Siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru pada saat proses
pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 5 siswa,
pertemuan II siklus I berjumlah 7 siswa, dengan persentase
keseluruhannya adalah 40 %.
4. Siswa yang menjawab pertanyaan, baik dari guru maupun dari siswa lain
pada saat proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II
berjumlah 5 siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 5 siswa, dengan
persentase keseluruhannya adalah 33,33 %.
5. Siswa yang aktif mengerjakan LKS di pertemuan I siklus II berjumlah 15
siswa, pertemuan II siklus I berjumlah 15 siswa dengan persentase 100%.
6. Siswa yang melakukan kegiatan lain (ribut, bermain, tidur dll) pada saat
proses pembelajaran berlangsung di pertemuan I siklus II berjumlah 1
siswa, pertemuan II siklus II berjumlah 0 siswa, dengan pesentase 6,67
%.
Selanjutnya, pada siklus II ini dilaksanakan tes hasil belajar setelah
penyajian materi selama 2 kali pertemuan.
Jika skor hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus II di
kelompokkan ke dalam lima kategori, maka diperoleh distribusi frekuensi
dan persentase skor seperti disajikan pada Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar Bahasa
Indonesia Siswa Kelas V SDN 016 Tandung pada Siklus I
39
No Skor Kategori
1 90-100 Sangat Tinggi
2 80-89 Tinggi
3 70-79 Sedang
4 60-69 Rendah
5 ˂ 59 Sangat Rendah
Berdasarkan tabel 4.8 di atas bahwa siswa yang berada pada kategori
tidak tuntas sebanyak 1 siswa dengan persentase 6,67%, sedangkan siswa
yang berada pada kategori tuntas sebanyak 14 siswa dengan persentase
93,33%.
Selanjutnya respons siswa terhadap pembelajaran yang telah
diterapkan pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Data Respon Siswa pada Siklus I
No Frekuensi
Aspek yang direspon
. Positif Negatif
1 Apakah Anda suka belajar bahasa 15 0
40
Indonesia?
Apakah Anda suka belajar bahasa
2 Indonesia dengan model pembelajaran 14 1
kooperatif tipe CIRC?
Apakah pembelajaran dengan model
3 kooperatif tipe CIRC menjadikan Anda 13 2
siswa yang aktif dan kreatif?
Apakah pembelajaran dengan model
4 pembelajaran kooperatif tipe CIRC cocok 15 0
digunakan untuk belajar bahasa Indonesia?
Apakah Anda senang dengan cara guru
Anda menyampaikan pelajaran dengan
5 15 0
model pembelajaran kooperatif tipe
CIRC?
Apakah Anda merasa ada perubahan pada
diri Anda setelah diterapkan pembelajaran
6 15 0
dengan model kooperatif tipe CIRC dalam
belajar bahasa Indonesia?
Apakah Anda termotivasi untuk belajar
d. Refleksi
41
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan menulis wacana argumentasi pada siswa V SDN 016 Tandung
melalui model CIRC, guru selaku peneliti tidak terlepas dari perhatian dan
perubahan sikap siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat
pada lembar observasi yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan.
Kegiatan siswa pada siklus II ini, semangat dan perhatian siswa
dalam proses pembelajaran meningkat. Hal ini tampak dari perhatian siswa
dalam memperhatikan materi dan siswa yang mengajukan pertanyaan. Pada
saat guru memantau siswa dalam mempelajari materi pada umumnya aktif.
Selain itu, siswa yang melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan
pembelajaran mengalami penurunan.
Berdasarkan hasil observasi yang mempengaruhi semangat belajar
meningkat, yaitu:
1. Guru memberikan penguatan dan memberikan motivasi pada siswa,
2. guru mengubah struktur dan variasi dalam mngajar agar setiap siswa
mampu menulis resume serta tampil mempertanggungjawabkan tugas
dengan baik di depan temannya,
3. guru menampilkan media yang menarik sesuai dengan konteks dan
kebiasaan anak,
4. guru memberikan penilaian secara proporsional terhadap tugas yang
dikerjakan oleh siswa.
42
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I menunjukkan belum
tuntas atau berada pada kategori sangat rendah.
Sementara itu hasil belajar bahasa Indonesia pada pokok bahasan
menentukan ide pokok dari teks nonfiksi dan menjawab soal yang diajarkan pada
siklus II dengan menggunakan model CIRC diperoleh nilai rata-rata pada siklus II
sebesar 84,33 dari skor ideal yang ingin dicapai yaitu 100. Siswa yang
memperoleh ketuntasan belajar dari 15 siswa yaitu 14 siswa atau 93,33%. Dari
segi ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus II menunjukkan
telah tuntas atau kategori tinggi.
Pada siklus II terjadi peningkatan rata-rata hasil belajar yang diperoleh
pada siklus I yaitu 61,84 dan meningkat pada siklus II yaitu 84,33. Ditinjau dari
segi ketuntasan individu juga terjadi peningkatan pada siklus I berjumlah 6 siswa
dan pada siklus II meningkat menjadi 14 siswa. Dengan demikian secara klasikal
pada siklus II telah tuntas dibandingkan dengan siklus I.
Berdasarkan hasil analisis kualitatif dapat disimpulkan bahwa dari lembar
observasi aktifitas siswa terjadi penigkatan dari siklus I ke siklus II yang
dibedakan menjadi keaktifan sikap, keaktifan mental, dan keaktifan sosial.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa: Pembelajaran dengan penerapan model CIRC dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa SDN 016 Tandung pada mata pelajaran
43
bahasa indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan skor rata-
rata hasil belajar bahasa Indonesia dari siklus I 61,84 dengan pencapaian
ketuntasan belajar dari siklus I yaitu 24% dan skor rata-rata hasil belajar
meningkat pada siklus II menjadi 84,33 dengan pencapaian ketuntasan belajar
pada siklus II yaitu 93,33%. Demikian juga terjadinya peningkatan pembelajaran
dengan penerapan model CIRC sebahagian besar dari siswa yang menjadi subjek
penelitian merespon secara positif pada siklus I 44% meningkat pada siklus II
92%
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer (2006), Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Asul Wiyanto (2009), Terampil Menulis Paragraf, Jakarta: Grasindo
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia
44
Dr.Hamzah B. Uno, M.Pd (2010), Teori Motivasi & Pengukurannya Jakarta:
Bumi Aksara
Dr.Hamzah B. Uno, M.Pd, (2010), Teori Motivasi & Pengukurannya Jakarta:
Bumi Aksara
Gorys Keraf (2004), Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Flores:
Nusa Indah
Max Darsono (2010), Belajar dan Pembelajaran Semarang: IKIP Semarang
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Oemar Hamalik, Op.Cit.,
Poerwadarminta (1984), Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang,
Yogyakarta: UP Indonesia
Syaiful Sagala (2005), Konsep dan Makna PembelajaraN: untuk Membutuhkan
Memecahkan Problemetika Belajar dan Mengajar, cet.5, Bandung:
Alfabeta
Solchan T.W. (2014), dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, Banten:
Universitas Terbuka
Sudarwan Danim (2011), Motivasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok
Jakarta: Rineka Cipta
Uno. B. (2010), Teori Motivasi dan Pengukurannya Jakarta: Bumi Aksara
Widjono Hs (2005), Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangkan Kepribadian
di Perguruan Tinggi, Jakarta: PT. Grasindo
Yakub Nasucha, dkk, Bahasa Indonesia
Yakub Nasucha, dkk (2010), Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah,
Yogyakarta: Media Perkasa
Zainal Aqib (2010), Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran Surabaya: Insan
Cendekia
Lampiran 1
Kepada
Kepala UPBJJ Universitas Terbuka Majene
di Majene
45
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : SARI INTANG, S.Pd.SD
NIP : 19670707 198803 2 027
Tempat Mengajar : SDN 016 TANDUNG
Alamat Sekolah : SEPABATU, KEC. TINAMBUNG
Telepon : 0813 4224 1153
Lampiran 2
PERENCANAAN PTK
Perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia
46
pembelajaran Bahasa Indonesia materi berhitung yang diuraikan pada bagian
pendahuluan ternyata selama pembelajaran berlangsung guru lebih banyak
menjelaskan sehingga peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan
guru.
Identifikasi Masalah:
a. Tingkat penguasaan peserta didik kelas V SDN 016 Tandung.
b. Peserta didik tidak dapat menjawab pertanyan yang diajukan oleh guru
pada pembelajaran Bahasa Indonesia.
c. Peserta didik kurang memperhatikan pada saat guru menjelaskan
pembelajaran Bahasa Indonesia.
d. Guru tidak menggunakan pendekatan keterampilan selama proses
pembelajaran Bahasa Indonesia berlangsung.
Analisis Masalah:
a. Penjelasan guru kurang memotivasi peserta didik dan tidak menggunakan
media dan alat sederhana dan banyakan peserta didik yang kurang
memperhatikan penjelasan guru sehingga pembelajaran di kelas tidak
maksimal.
b. Guru kurang memberikan praktek/latihan langsung di dalam pembelajaran
matematika kelas V (lima) SDN 016 Tandung Kabupaten Polewali
Mandar.
c. Guru tidak memberikan kesempatan ke peserta didik untuk menanyakan
apa-apa saja yang belum dimengerti pada saat pembahasan materi.
47
Rumusan Masalah:
1. Bagaimanakah penggunaan metode CIRC dalam meningkatkan motivasi
belajar peserta dalam pelajaran Bahasa Indonesia?
RPP Perbaikan:
Siklus 1 dan Siklus 2.
Lampiran 3
(RPP)
48
Materi : Membaca Cepat
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
49
C. TUJUAN
1. Dengan metode Cooperative Integrated Reading and Composition siswa
mampu menemukan pokok pikiran dan informasi penting dalam teks
bacaan serta Menjawab pertanyaan terkait isi teks nonfiksi.
2. Siswa diharapkan mampu membuat ringkasan berdasarkan pokok pikiran
dari teks nonfiksi.
3. Dengan penerapan metode ini diharapkan siswa berani dalam
menyampaikan pendapatnya masing-masing dan tampil di depan kelas.
D. MATERI
1. Menemukan informasi penting dari teks ” Jenis-jenis ekosistem”.
2. Menjawab Pertanyaan terkait apa, dimana, kapan, siapa, mengapa dan
bagaimana berdasarkan teks ”Jenis-jenis ekosistem”.
3. Menyatakan pendapat terkait informasi dari teks ”Jenis-jenis ekosistem”.
4. Menyimpulkan isi teks ”Jenis-jenis ekosistem” berdasarkan pokok pikiran
dari teks menggunakan bahasa sendiri.
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
50
5. Guru menjelaskan langkah-langkah
pembelajaran dengan menggunakan
metode Cooperative Integrated Reading
and Composition
Inti 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru
tentang cara menentukan ide pokok dan
menemukan informasi penting dalam
teks bacaan nonfiksi.
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru
dengan seksama
3. Siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri dari 4 atau 5
orang secara heterogen.
4. Setiap kelompok mendapatkan wacana
yang sesuai dengan topik dan materi
yang diajarkan.
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru
tentang maksud pembelajaran dan tugas
masing-masing anggota kelompok.
6. Siswa mengamati, saling membacakan
wacana dan menemukan informasi
penting dalam wacana yang diberikan
guru kemudian menuliskan ke dalam
bukunya
7. Siswa mempresentasikan atau
membacakan hasil kelompok dan
kelompok lain menanggapinya.
8. Setelah selesai penampilan kelompok
guru memberikan penguatan terhadap
penampilan masing-masing kelompok.
Penutup 1. Guru bersama siswa menyimpulkan
materi pembelajaran yang telah
disampaikan.
2. Guru memberikan soal latihan.
3. Guru meminta siswa untuk mempelajari
materi selanjutnya.
4. Guru mengakhiri pembelajaran dengan
membaca hamdalah dan mengucapkan
salam.
51
didik dan memberikan motivasi untuk
menambah semangat belajar peserta
didik
3. Guru menyampaikan tugas dirumah
kerja sama dengan Orang Tua, (Mandiri)
4. Menyanyikan salah satu lagu daerah
untuk menumbuhkan rasa Nasionalisme,
Persatuan, dan Toleransi.
Salam dan do’a penutup di pimpin oleh salah
satu peserta didik. (Religius)
G. PENILAIAN
1. Lingkup Penilaian : Sikap, pengetahuan, keterampilan.
2. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap : Observasi (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan : Tertulis (terlampir)
c. Penilaian Keterampilan : observasi
(RPP)
52
Materi : Ekosistem
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis, dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
53
C. TUJUAN
4. Dengan metode Cooperative Integrated Reading and Composition siswa
mampu menemukan pokok pikiran dan informasi penting dalam teks
bacaan serta Menjawab pertanyaan terkait isi teks nonfiksi.
5. Siswa diharapkan mampu membuat ringkasan berdasarkan pokok pikiran
dari teks nonfiksi.
6. Dengan penerapan metode ini diharapkan siswa berani dalam
menyampaikan pendapatnya masing-masing dan tampil di depan kelas.
D. MATERI
1. Menemukan informasi penting dari teks ”Penggolongan hewan berdasarkan
jenis makanannya”.
2. Menjawab Pertanyaan terkait apa, dimana, kapan, siapa, mengapa dan
bagaimana berdasarkan teks ”Penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya”.
3. Menyatakan pendapat terkait informasi dari teks ”Penggolongan hewan
berdasarkan jenis makanannya”.
4. Menyimpulkan isi teks ”Penggolongan hewan berdasarkan jenis
makanannya” berdasarkan pokok pikiran dari teks menggunakan bahasa
sendiri.
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
54
dengan menggunakan metode Cooperative Integrated
Reading and Composition
Inti 1. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara
menentukan cara menyampaikan pendapat dan
membuat ringkasan dengan bahasa yang baik dan
sesuai dengan isi teks bacaan nonfiksi.
2. Siswa memperhatikan penjelasan guru dengan
seksama.
3. Siswa diminta untuk kembali duduk sesuai
kelompoknya pada pertemuan sebelumnya.
4. Setiap kelompok mendapatkan wacana yang sesuai
dengan topik dan materi yang diajarkan.
5. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
maksud pembelajaran dan tugas masing-masing
anggota kelompok.
6. Siswa mengamati, saling membacakan wacana dan
menemukan informasi penting dalam wacana yang
diberikan guru kemudian menuliskan ke dalam
bukunya.
7. Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil
kelompok dan kelompok lain menanggapinya.
8. Setelah selesai penampilan kelompok guru
memberikan penguatan terhadap penampilan
masing-masing kelompok.
Penutup 1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi
pembelajaran yang telah disampaikan.
2. Guru memberikan soal latihan.
3. Guru meminta siswa untuk mempelajari materi
selanjutnya.
4. Guru mengakhiri pembelajaran dengan membaca
hamdalah dan mengucapkan salam.
G. PENILAIAN
1. Lingkup Penilaian : Sikap, pengetahuan, keterampilan.
2. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap : Observasi (terlampir)
b. Penilaian Pengetahuan : Tertulis (terlampir)
c. Penilaian Keterampilan : observasi.
55
2. Sumber Belajar : Buku Pedoman Guru dan Buku siswa Tema :
EKOSISTEM, Kelas 5 (Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013, Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013).
Polewali Mandar, 5
Mei 2023
Kepala SD Negeri 016 Tandung Guru Kelas V
LAMPIRAN:
1. Penilaian Teks Tertulis (Lembar Kerja Peserta Didik)
LKPD Pertemuan 1
Bacalah teks dibawah ini, kemudian jawablah pertanyaan sesuai teks yang
kamu baca!
56
Ayo Berlatih !
57
LKPD Pertemuan ke-2
58
59
Ayo Berlatih !
No Tanggung
Disiplin Interaktif Percaya Diri Skor Ket.
. Jawab
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1.
2.
3.
4.
Penilaian
Nilai 4 diberikan kepada siswa yang melakukan semua indikator.
Nilai 3 diberikan kepada siswa yang melakukan 3 indikator.
60
Nilai 2 diberikan kepada siswa yang hanya melakukan 2 indikator.
Nilai 1 diberikan kepada siswa yang hanya melakukan 1 indikator.
Kriteria Penilaian
1 – 4 = Sangat Kurang (SK)
5 – 8 = Kurang (K)
9 -12 = Baik (B)
…………………….
61
Lampiran 8
Siklus 1
62
FOTO KEGIATAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DI SDN 016 TINAMBUNG
Siklus 2
63