Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN


MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA
PEMBELAJARAN PKN KELAS IV SDN 2 SUMBEREJO

Oleh :

TANIA YUAN VIRANANDA


858782762

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TERBUKA
2022.2

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Negara Indonesia dengan sumber daya manusia yang besar membutuhkan
penanganan yang serius untuk meningkatkan mutu hidup bangsanya. Salah satu
cara yang harus ditempuh adalah melalui pendidikan yang bermutu. Apalagi pada
era globalisasi sekarang ini kesiapan untuk bersaing setiap bangsa sangat
diperlukan. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam meningkatkan
mutu hidup. Sudah semestinya pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas
utama yang harus dilakukan pemerintah. Indikator pendidikan bermutu adalah
dengan perolehan hasil belajar yang maksimal, hal tersebut dapat terlaksana
apabila pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien didukung sarana dan
prasarana yang memadai, peran serta masyarakat dan guru yang berkualitas. Salah
satu usaha guru agar berkualitas adalah dengan cara meningkatkan kemampuan
profesionalnya melalui Pemantapan Kemampuan Profesional dan dapat
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika dalam proses pembelajaran
tersebut memenuhi target penelitian yang maksimal yaitu dengan hasil penelitian
yang baik sehingga nantinya dapat mendukung siswa dalam mencapai prestasi yang
baik. Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan kompetensi dasar
pengaruh globalisasi di lingkungannya, pada siswa kelas IV SDN 2 SUMBEREJO Desa
Sumberejo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek prestasinya kurang
memuaskan.
Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang
Sekolah Dasar ( SD ) dan Madrasah Ibtidaiyah ( MI ) sampai saat ini masih jauh dari
apa yang kita harapkan mengingat standarisasi Ujian Akhir Sekolah (UAS) sering
dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa karena
khawatir tidak dapat lulus. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar
siswa tersebut beberapa upaya dipandang perlu dilakukan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa salah satunya melalui penerapan model pembelajaran
Examples Non Examples, yaitu menganalisa materi pembelajaran melalui alat
peraga serta diskusi kelompok, diharapkan dapat memperjelas pemahaman siswa
tentang materi sehingga hasil prestasi siswa dapat meningkat.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan analisa masalah dan solusi pemecahannya maka kami
merencanakan perbaikan pembelajaran dengan rumusan masalah sebagai berikut :
”Apakah melalui penerapan model pembelajaran Examples Non Examples
pada pembelajaran PKn kompetensi dasar pengaruh globalisasi dilingkungannya
dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa ?”

3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilaksanakannya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan
Kelas adalah :
a. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn kompetensi dasar
pengaruh globalisasi di lingkungannya di kelas IV semester II.
b. Mendiskripsikan penerapan model pembelajaran Examples Non Examples
untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
PKn kompetensi dasar pengaruh globalisasi di lingkungannya
c. Mendiskripsikan penggunaan alat bantu gambar berbagai dampak globalisasi
untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran
PKn kompetensi dasar pengaruh globalisasi di lingkungannya
 
4. MANFAAT PENELITIAN
Perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas sangat besar
manfaatnya, baik untuk guru, siswa maupun sekolah. Manfaat tersebut sebagai
berikut :
1. Manfaat bagi guru
a. Dengan mengadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan
kelas guru dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Perbaikan ini
menimbulkan rasa puas bagi guru karena ia sudah melakukan sesuatu untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas, guru
dapat berkembang secara profesional, karena mampu memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya.
c. Perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dapat membuat
guru lebih percaya diri. Ia dapat menemukan kelemahan dan kekuatan
dalam pembelajaran.
2. Manfaat bagi siswa
Penelitian tindakan kelas sangat besar manfaatnya bagi siswa. Karena
tujuan akhir dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah agar prestasi
belajar siswa dapat meningkat. Dengan demikian perbaikan pembelajaran
melalui penelitian tindakan kelas ini kesalahan dalam proses pembelajaran akan
cepat dianalisis dan diperbaiki, sehingga kesalahan tidak akan berlanjut.
3. Manfaat bagi sekolah
Sekolah yang berhasil mendorong inovasi para guru maka telah berhasil
pula meningkatkan kualitas pendidikan . Sekolah yang para gurunya sudah
mampu melaksanakan perubahan atau perbaikan mempunyai kesempatan yang
besar untuk berkembang pesat. Berbagai perbaikan akan dapat diwujudkan,
seperti penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru.
Dengan terbiasanya para guru melakukan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas, berbagai strategi atau teknik pembelajaran dapat
dihasilkan dari sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

 Andi Mappiare (1982:62) mengemukakan bahwa “Minat adalah suatu


perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,
pendirian, prasangka rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang
mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.” Dengan demikian, jika
seorang pendidik tidak menghiraukan minat anak didiknya, besar kemungkinan
proses pendidikan itu tidak akan berjalan dengan lancar, sebab tidak sesuai dengan
harapan, pendirian, perasaan, atau kecenderungan-kecenderungan anak didik.
Jones, dalam Djumhur dan M. Surya (1975 : 10 ) menyatakan bahwa :
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu-individu dalam
menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian dengan
Mortensen & Scmuller, dalam Prayitno dan E. Amti (1994 : 94)
Bimbingan juga dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan yang
membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan staf ahli
dengan cara mana, setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-
kemampuan dan kesanggupannya sepenuhnya sesuai dengan ide-ide demokrasi.

1. Hakekat Mengajar
Hakekat mengajar menurut Pasaribu dan Simanjutak (1982): Mengajar
adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Kalau pengertian dianut maka
tujuannya adalah penguasaan pengetahuan oleh anak. Hal ini berarti anak pasif
guru centered. Guru berperanan, lagi bahan pelajaran bersifat intelektualitas.
 Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada anak. Kalau ini yang
dianut maka masalahnya hampir sama seperti hal tersebut. Hanya disini
ditekankan penyampaian pewarisan pengetahuan (kebudayaan) pada hal
diharapkan dari anak mengembangkan kebudayaan dengan menciptakan
kebudayaan yang selaras dengan tuntutan zaman.

36
 Mengajar adalah suatu kegiatan mengorganisasi (mengatur) lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi
proses belajar. Kalau pengertian ini yang dianut maka pengertiannya sama
dengan pengertian mendidik. Guru hanya membimbing (mengatur
lingkungan) anak belajar untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

2. Hakekat Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan sebagainya. Belajar juga akan lebih baik, kalau subyek belajar itu
mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Disamping difinisi
tersebut, ada pengertian lain yang cukup banyak, baik dilihat secara mikro
maupun secara makro, dilihat dalm arti luas atau pun terbatas. Dalam pengertian
luas, belajar dapat diartikan sebagi kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan
pribadi seutuhnya, kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Relevan dengan ini maka ada
pengertian bahwa belajar adalah ” penambahan pengetahuan” (Sardiman, 1990:
22-23).
Difinisi atau konsep ini adalah praktek banyak dianut di sekolah-sekolah
bahwa belajar adalah proses mentransfer pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap untuk membentuk kepribadian seutuhnya.

3. Alat Bantu Pelajaran


Pengertian alat bantu pelajaran : Suatu alat bantu pelajaran adalah sebagai
perantara, pengantar pesan dari pengirim pesan. Dalam kaitannya dengan
pembelajaran, alat bantu pelajaran adalah suatu yang dapat menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan ,
perhatian dan minat siswa sehingga terjadi proses belajar.

36
Dengan penggunaan alat bantu pelajaran yang tepat dapat menambah
belajar seorang siswa dalam satu periode pengajaran dan mempercepat seluruh
proses pelatihan, sebaliknya penggunaan alat bantunpelajaran yang tidak tepat
akan menyebabkan siswa-siswa salah paham terhadap pokok yang diberikan dan
sangat merintangi mereka mencapai hasil belajar seperti yang diinginkan dari
pelajaran tersebut.
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad,2002:11) ciri media pendidikan
yang layak digunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :
a. Fiksatif (fixative property)
Media pembelajaran mempunyai kemampuan untuk merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa/objek.
b. Manipulatif (manipulatif property)
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa
dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-
lapse recording.
c. Distributif (distributive property)
Memungkinkan berbagai objek ditransportasikan melalui suatu tampilan
yang terintegrasi dan secara bersamaan objek dapat menggambarkan
kondisi yang sama pada siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif
sama tentang kejadian itu.

Rustaman (2003), mengemukakan alat bantu pelajaran berdasarkan


jenisnya dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Media asli hidup seperti Akuarium dengan ikan dan tumbuhannya, Terrarium
dengan hewan darat dan tumbuhannya, kebun binatang dengan hewan yang
ada, kebun percobaan, insektarium berupa kotak kaca yang berisi serangga.
b. Media asli mati misalnya herbarium,taksidermi, awetan dalam botol, bio
plastik dan diorama.

36
c. Media aasli benda tak hidup contohnya: berbagai contoh batuan mineral,
kkereta api, pesawat terbang, mobil, gedung dan papan temple.
d. Media asli tiruan atau model contoh: Model irisan bagian dalam bumi, model
penampang melintang batang dikotil, penampang daun, model torso tubuh
manusia yang dapat dilepas dan dipasang kembali, model globe model atum,
model DNA dan lain-lain.
e. Mediagrafis misalnya bagan, diagram, grafis, poster, plakat, gambar, foto,
lukisan, charta.
f. Media dengar misalnya program radio, program MP3, tape recorder, piringan
hitam, CD, kaset.
g. Media proyeksi terdiri dari proyeksi diam misalnya slide, transparan.
h. Proyeksi gerak misalnya film atau gambar bergerak
i. Media cetak misalnya buku cetak, koran.

Secara umum alat bantu pelajaran mempunyai manfaat antara lain:


a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik
(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.
c. Memudahkan pemahaman siswa terhadap bahan pelajaran yang
disajikan dengan ABP.
d. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran yang sedang
berlangsung.
e. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar.
f. Mempertinggi daya ingat siswa terhadap pelajaran yang telah
dipelajarinya.

4. Metode Mengajar
a. Metode Ceramah
 Pengertian Metode Ceramah.

36
Metode ceramah adalah cara mengajar dengan ceramah, yang dapat
dikatakan juga sebagai teknis kuliah, merupakan suatu cara mengajar
yang digunakan untuk menyampaikan keterampilan atau informasi, atau
uraian tenteng suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan (Strategi
Belajar Mengajar, Dra. Roestidjah, NIC 1991 H. 136)
 Alasan Penggunaan Metode Ceramah
Alasan menggunakan metode ceramah adalah:
 Sekolah tidak memiliki bahan bacaan tentang masalah yang akan
dibicarakan atau yang diajarkan.
 Jumlah siswa yang terlau banyak, tidak sesuai dengan alat bantu
pelajaran yang tersedia.
 Guru memiliki keterampilan berbicara yang dapat menarik perhatian
siswa.
 Guru yang sedang mengajar bermaksud membuat kesimpulan
pelajaran yang baru diberikan.
 Keunggulan metode ceramah
Ekonomis waktu dan biaya, sasaran siswa relatif banyak, guru dapat
mengulang dengan mudah
 Kelemahan metode ceramah
- kemungkinan menimbulkan verbalisme
- sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa
- ada dalam otoritas guru
b. Metode Tanya Jawab
 Pengertian Metode Tanya jawab.
Metode Tanya jawab adalah suatu tehnik untuk memberikan motivasi
pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama
mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-
pertanyaan itu, siswa menjawab.

36
Metode ini hampir mirip dengan metode diskusi hanya berbeda
dalam cara, jenis pertanyaan yang dikemukakan guru, dan sifat partisipasi
yang diharapkan dari siswa. Dalam metode tanya jawab, guru pada
umumnya berusaha menanyakan apa siswa telah mengetahui fakta
tertentu yang sudah diajarkan atau proses pemikiran yang dipakai oleh
siswa.
 Tujuan Menggunakan Metode Tanya Jawab.
Tujuan menggunakan Metode Tanya jawab adalah:
 Siswa dapat mengerti atau memahami tentang fakta yang
dipelajari, didengar atau dibaca sehingga mereka memiliki
pengetahuan yang mendalam tentang fakta tersebut.
 Siswa mampu menjalaskan langkah-langkah berpikir atau proses yang
ditimbulkan dalam memecahkan masalah.
 Menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran atau apa yang dibaca.
Dengan dibantu tanya jawab siswa akan tersusun jalan pikirannya
sehingga mencapai perumusan yang lebih baik dan cepat.
c. Metode Diskusi
 Pengetian Metode Diskusi
Pengertian diskusi menurut Pasaribu dan Simanjutak (1982)
adalah proses bertukar pikiran mengenai suatu top[ik tertentu sehingga
mendapat beberapa konklusi pendapat yang dapat diterima.
Melakukan sesuatu sangat berguna bila mengetahui terlebih
dahulu masalahnya dan turut membahasnya. Metode ini sangat tepat
situasi dimana: pertanyaan menarik minat siswa, pertanyaan
mempunyai kemungkinan jawaban yang lebih dari satu, pertanyaan
tidak menyatakan manakah jawaban yang benar.
 Tujuan Penggunaan Metode Diskusi
Tujuan menggunakan metode diskusi adalah:

36
 Mempertinggi partisipasi siswa dalam proses
belajar mengajar secara individu.
 Mempertinggi partisipasi kelas sebagai keseluruhan
dalam proses belajar mengajar.

d. Metode Pengamatan
Metode pengamatan merupakan suatu cara penyajian bahan dengan
mengamati obyek secara langsung dan siswa diberi tugas untuk melaporkan
hasil pengamatan.
 Keunggulannya :
- siswa dapat melihat langsung obyek/bahan pengajaran yang akan
dibahas
- siswa tidak verbalistik
 Kelemahannya :
- agak sulit untuk mengorganisasikan siswa
- memerlukan waktu yang lama

5. Model Pembelajaran Examples Non Examples.


Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut
example and non-example merupakan model pembelajaran yang menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun
dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah
bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Penggunaan
Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks
analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat
juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan
tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ; kemampuan berbahasa tulis
dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan kemampuan berinteraksi dengan
siswa lainnya. Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan
gambar dapat melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah
poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh,
sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.
Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep
yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari
melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang
dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Taktik ini bertujuan untuk
mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 hal yang terdiri dari
example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada, dan meminta
siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu
materi yang sedang dibahas, sedangkan non-example memberikan gambaran
akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.
Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi
konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi
definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa
terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa
untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode example and non-
example antara lain:
a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memper- luas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
komplek
b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman
dari example dan non example
c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Tennyson dan Pork (1980, hal 59) dalam Slavin (1994) menyarankan
bahwa jika guru akan menyajikan contoh dari suatu konsep maka ada tiga hal
yang seharusnya diperhatikan, yaitu:
a. Urutkan contoh dari yang gampang ke yang sulit.
b. Pilih contoh – contoh yang berbeda satu sama lain.
c. Bandingkan dan bedakan contoh – contoh dan bukan contoh

Menyiapkan pengalaman dengan contoh dan non-contoh akan


membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan lebih mendalam dari
sebuah konsep penting. Joyce and Weil (1986) dalam Buehl (1996) telah
memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan
model inkuiri untuk memperkenalkan konsep yang baru dengan metode
Example and Nonexample. Kerangka konsep tersebut antara lain:
a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang
menjelas kan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari
konsep baru. Menya- jikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk
memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut.
Selama siswa memikirkan tentang tiap examples dan non-examples
tersebut, tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu
berbeda.
b. Menyiapkan examples dan non examples tambahan, mengenai konsep
yang lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah
dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.
c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan
konsep examples dan non-examples mereka. Setelah itu meminta tiap
pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya
secara klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.
d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan
konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah
didapat dari examples dan non-examples.

Adapun langkah-langkah dalam Model Examples Non Examples


adalah sebagai berikut:
a. guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b. guru menempelkan gambar di papan tulis.
c. guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan dan menganalisa gambar;
d. melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa
gambar tersebut dicatat dalam kertas;
e. tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya;
f. mulai dari komentar/diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
g. kesimpulan.
BAB III
1. SUBYEK PENELITIAN
a. Lokasi
Penelitian di laksanakan di SDN 2 Sumberejo, Durenan Trenggalek
b. Waktu
Semester II tahun ajaran 2022-2023
c. Pihak yang Membuat PTK
d. Tania Yuan Virananda Mahasiswa UPBJJ UT Malang, Pokjat Bandung-
Tulungagung, Jawa Timur Semester 7
2. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
a. Rencana Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VI SDN 2 Sumberejo, Durenan
Trenggalek. Mata pelajaran yang menjadi subjek penelitian adalah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Penelitian akan berkolaborasi dengan Guru senior dan
teman sejawat.
b. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :
1. Perencanaan
Meliputi penyampaian materi pelajaran, persiapan alat peraga, pembagian
kelompok, diskusi kelompok (kegiatan penelitian utama), pembahasan
materi, ulangan harian.
2. Tindakan ( Action )/ Kegiatan, mencakup
1) Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.
2) Siklus II ( sama dengan I )
3) Siklus III ( sama dengan I dan II )
3. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk
dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.
 
3. JADWAL PENELITIAN

 No KEGIATAN MINGGU KE……..

1 Identifikasi Masalah 11 – 12 Oktober 2022


2 Merencanakan Tindakan 13 – 16 Oktober 2022
3 Menyusun Proposal 16 – 20 Oktober 2022
4 Menyeminarkan Proposal 21 -23 Oktober 2022
5 Merevisi Proposal 24 – 26 Oktober 2022
6 Pelaksanaan Penelitian (tindakan) 1 – 18 Nopember 2022
7 Membuat draf laporan 19 – 22 Nopember 2022
 8 Menyeminarkan draf PTK 23 – 27 Nopember 2022
28 – 30
9 Membuat laporan PTK Nopember
2022
 
4. BIAYA PENELITIAN
No. Uraian Biaya No. Uraian Biaya
1 Bantuan Sekolah 1 ATK
2 Biaya Sendiri 2 Pengadaan Instrumen
3 Pengetikan
4 Pembuatan Dokumentasi
5 Penggandaan
6 Penjilidan
7 Transportasi
Jumlah Jumlah
 
.

Anda mungkin juga menyukai