Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

Nama : Risdu Andika

Nim : 856332753

Makul : PDKG4401

1. Bila ditampilkan dalam wujud program Pendidikan, paradigma baru menuntut empat
syarat pokok. Jelaskan ke empat syarat yang dimaksud !

Jawab :

Paradigma baru dalam program Pendidikan menuntut empat syarat


pokok yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Relevansi dan Relevansi Konten: Paradigma baru membutuhkan


konten pendidikan yang relevan dengan kebutuhan siswa dan
tuntutan dunia nyata. Artinya, materi pelajaran harus berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari siswa dan mampu mempersiapkan
mereka untuk menghadapi tantangan masa depan. Ini berarti
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan zaman dan
kebutuhan pasar kerja.

2. Pembelajaran Aktif: Pembelajaran tidak lagi hanya berfokus pada


pengajaran satu arah, di mana guru hanya memberikan informasi
kepada siswa. Sebaliknya, paradigma baru menekankan
pembelajaran aktif di mana siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Mereka diajak untuk berpikir kritis, berkolaborasi, dan
berpartisipasi dalam diskusi, eksperimen, dan proyek.

3. Pembelajaran Berpusat pada Siswa: Paradigma baru menempatkan


siswa di pusat proses pembelajaran. Guru tidak hanya sebagai
pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator pembelajaran. Guru harus
mengenali gaya belajar siswa, minat mereka, dan memfasilitasi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individual siswa.

4. Evaluasi yang Holistik: Paradigma baru mengubah pendekatan


terhadap evaluasi. Evaluasi tidak hanya berfokus pada pengukuran
hasil akademik tradisional seperti ujian, tetapi juga menggambarkan
pemahaman yang lebih luas tentang prestasi siswa. Ini mencakup
aspek keterampilan, sikap, dan pengembangan karakter. Evaluasi
holistik memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang
pencapaian siswa.

Dengan memenuhi empat syarat pokok ini, program pendidikan dapat menjadi
lebih responsif terhadap kebutuhan dan tuntutan masyarakat dan siswa.
Paradigma baru ini mencerminkan perubahan dalam cara kita memandang
pendidikan sebagai alat untuk mempersiapkan generasi masa depan yang
kompeten, kreatif, dan siap menghadapi tantangan zaman.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan paradigma baru Pendidikan


kewaerganegaraan ?

Jawab :

Paradigma baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan mencerminkan


perubahan pendekatan dalam cara pendidikan mengenalkan dan
mempersiapkan siswa dalam hal kewarganegaraan. Paradigma ini mengakui
bahwa pendidikan kewarganegaraan tidak lagi hanya tentang pemahaman
konsep politik atau pengetahuan sejarah, tetapi juga melibatkan
pengembangan keterampilan, nilai-nilai, dan sikap yang dapat membentuk
siswa menjadi warga negara yang lebih aktif, sadar, dan berkontribusi secara
positif dalam masyarakat.

Beberapa elemen utama dalam paradigma baru Pendidikan


Kewarganegaraan adalah:

 Pendekatan Berbasis Keterampilan: Paradigma baru menekankan


pengembangan keterampilan yang dibutuhkan untuk berpartisipasi
dalam proses demokratis. Ini termasuk keterampilan berpikir kritis,
berdebat, bekerjasama, berkomunikasi, dan mengambil keputusan
yang informasi. Siswa diajarkan untuk berpartisipasi aktif dalam
diskusi dan merumuskan pendapat mereka sendiri.

 Pengembangan Sikap dan Nilai-nilai Demokratis: Selain


keterampilan, pendidikan kewarganegaraan dalam paradigma baru
menekankan pengembangan sikap positif terhadap nilai-nilai
demokratis, seperti toleransi, menghargai keragaman, keadilan, dan
tanggung jawab sosial. Siswa diajarkan untuk menghormati
pandangan yang berbeda dan untuk berperilaku secara etis dalam
interaksi mereka dengan orang lain.

 Pengintegrasian Materi dengan Isu-isu Aktual: Materi pelajaran


dalam paradigma baru dikaitkan dengan isu-isu sosial, politik, dan
lingkungan yang sedang terjadi. Ini membantu siswa memahami
relevansi materi dengan dunia nyata dan memberikan mereka
pemahaman yang lebih dalam tentang peran mereka dalam
mengatasi isu-isu ini.

 Partisipasi Aktif dalam Proses Demokratis: Paradigma baru


mengajarkan siswa untuk menjadi agen perubahan dalam
masyarakat. Mereka diajak untuk berpartisipasi dalam proses
demokratis, seperti pemilihan umum sekolah, program sosial, atau
proyek-proyek kewarganegaraan yang dapat memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat.

 Keterlibatan Guru sebagai Fasilitator: Guru tidak hanya berperan


sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator pembelajaran. Mereka
membimbing siswa dalam mendiskusikan isu-isu kewarganegaraan,
merumuskan pandangan mereka, dan mengembangkan pemahaman
yang mendalam.
Dengan paradigma baru ini, Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk
menciptakan warga negara yang lebih terlibat, sadar, dan aktif dalam
masyarakat demokratis. Pendekatan ini mengakui kompleksitas tantangan yang
dihadapi oleh masyarakat saat ini dan memberikan siswa alat dan pengetahuan
yang mereka butuhkan untuk menjadi agen perubahan yang positif.

3. Meskipun wilayah Indonesia tersebar diantara pulau-pulau, tidak menjadikan


penduduknya bercerai berai. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia telah
memiliki ikatan sejarah maupun juridis formal. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
ikatan sejarah dan yuridis formal yang dimaksud ?

Jawab :

"Ikatan sejarah" dan "ikatan yuridis formal" adalah dua konsep yang
penting dalam konteks persatuan bangsa Indonesia yang tersebar di antara
pulau-pulau. Berikut penjelasan mengenai keduanya:

 Ikatan Sejarah: Ikatan sejarah merujuk pada hubungan sejarah yang


membentuk identitas nasional dan rasa persatuan di antara beragam
kelompok etnis dan budaya di Indonesia. Ini mencakup berbagai
peristiwa sejarah yang menghubungkan berbagai komunitas di pulau-
pulau Indonesia. Contohnya adalah perjuangan bersama melawan
penjajah, yang membentuk rasa persatuan dan semangat
kemerdekaan. Ikatan sejarah ini juga mencakup nilai-nilai budaya
bersama, seperti Pancasila, yang menjadi dasar ideologi negara
Indonesia dan mendorong persatuan dalam keragaman.

 Ikatan Yuridis Formal: Ikatan yuridis formal merujuk pada aspek


hukum dan administratif yang mengikat bersama wilayah-wilayah
yang tersebar di Indonesia. Ini termasuk Konstitusi Indonesia,
undang-undang, peraturan pemerintah, dan sistem hukum yang
berlaku di seluruh negara. Ini menciptakan kerangka hukum yang
sama untuk seluruh Indonesia, yang mencakup berbagai wilayah dan
pulau. Selain itu, konsep federalisme tidak diterapkan di Indonesia,
sehingga semua wilayah berada di bawah satu pemerintahan pusat
yang mengatur berbagai aspek negara, termasuk politik, ekonomi,
dan sosial.

Dengan adanya ikatan sejarah dan ikatan yuridis formal ini, bangsa Indonesia
dapat menjaga persatuan dan kesatuan meskipun memiliki keragaman budaya
dan geografis yang besar. Ikatan sejarah mengingatkan masyarakat Indonesia
pada perjuangan bersama untuk mencapai kemerdekaan dan nilai-nilai bersama,
sementara ikatan yuridis formal menciptakan kerangka hukum yang merata dan
konsisten di seluruh negara. Kedua faktor ini berkontribusi pada stabilitas dan
persatuan bangsa Indonesia.

4. Pendidkan Kewarganegaraan (PKn) dalam konteks kurikulum persekolahan


mempunyai kedudukan yang amat penting dan strategis. Mengapa demikian
jelaskan !

Jawab :
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki kedudukan yang amat penting
dan strategis dalam konteks kurikulum persekolahan karena beberapa alasan
berikut:

1. Membangun Kesadaran Kewarganegaraan: PKn membantu siswa


memahami peran mereka sebagai warga negara. Ini membantu
mereka memahami hak dan kewajiban mereka dalam masyarakat dan
negara. Melalui PKn, siswa diajak untuk merasakan bahwa mereka
adalah bagian penting dari masyarakat yang lebih luas dan memiliki
tanggung jawab terhadap kemajuan dan kesejahteraan negara.

2. Mengembangkan Nilai-nilai Demokrasi: PKn membantu siswa


memahami nilai-nilai demokrasi seperti keadilan, kebebasan,
persamaan, dan partisipasi. Ini penting untuk membentuk warga
negara yang sadar akan prinsip-prinsip demokrasi dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai ini.

3. Memahami Proses Politik: PKn memberikan pemahaman tentang


proses politik dan tata pemerintahan dalam negara. Siswa belajar
tentang bagaimana pemilihan umum berlangsung, peran lembaga-
lembaga pemerintah, dan cara-cara berpartisipasi dalam politik.

4. Membentuk Keterampilan Sosial dan Kritis: PKn mengembangkan


keterampilan sosial seperti berbicara, mendengarkan, dan
berkolaborasi dalam diskusi dan pemecahan masalah. Selain itu,
siswa juga diajarkan untuk berpikir kritis dan menganalisis isu-isu
sosial dan politik dengan baik.

5. Persiapan sebagai Warga Negara yang Aktif: PKn mempersiapkan


siswa untuk menjadi warga negara yang aktif dan berpartisipasi dalam
proses demokratis. Mereka diajak untuk terlibat dalam kegiatan
kewarganegaraan seperti pemilihan umum, pengabdian masyarakat,
dan advokasi terhadap isu-isu sosial.

6. Menjaga Stabilitas Sosial dan Politik: Pendidikan


Kewarganegaraan dapat membantu mencegah konflik dan
ketegangan sosial dan politik dengan membangun pemahaman yang
mendalam tentang pluralisme dan toleransi di tengah keragaman
masyarakat.

7. Mengenali Tantangan Global: PKn juga membantu siswa


memahami tantangan global seperti perubahan iklim, perdagangan
internasional, dan isu-isu hak asasi manusia. Ini membantu mereka
merasa sebagai bagian dari komunitas global dan mempersiapkan
mereka untuk berkontribusi dalam isu-isu global.

Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan memegang peran penting dalam


membentuk warga negara yang sadar, aktif, dan siap untuk menghadapi
tantangan dan tugas kewarganegaraan dalam masyarakat dan negara. Ini
merupakan aspek integral dari kurikulum persekolahan untuk menciptakan
masyarakat yang berbudaya demokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kewarganegaraan.
5. Model pembelajaran bermain peran sangat penting dan strategis dipakai dalam
proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Mengapa demikian
Jelaskan !

Jawab :

Model pembelajaran bermain peran adalah alat yang sangat penting dan
strategis dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
dengan alasan berikut:

1. Pengalaman Praktis: Model bermain peran memungkinkan siswa


untuk mengalami situasi dan isu-isu kewarganegaraan secara
langsung. Mereka dapat berperan sebagai individu atau kelompok
dengan peran tertentu yang mencerminkan situasi dalam masyarakat
atau pemerintahan. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar
secara teoritis, tetapi juga mengalami pemahaman yang lebih
mendalam melalui pengalaman praktis.

2. Pengembangan Keterampilan Sosial: Model bermain peran


membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial seperti
berbicara, mendengarkan, berkolaborasi, dan bernegosiasi. Mereka
harus berinteraksi dengan teman-teman mereka dalam peran-peran
yang berbeda, yang membantu mereka memahami pentingnya
komunikasi yang efektif dalam konteks kewarganegaraan.

3. Pemahaman yang Lebih Mendalam: Bermain peran memungkinkan


siswa untuk melihat isu-isu kewarganegaraan dari berbagai perspektif.
Mereka dapat memahami berbagai sudut pandang yang mungkin ada
dalam masyarakat. Ini membantu mereka mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas isu-isu sosial
dan politik.

4. Partisipasi Aktif: Model bermain peran mendorong partisipasi aktif


siswa dalam pembelajaran. Mereka terlibat dalam berdiskusi,
perdebatan, dan pemecahan masalah dalam konteks peran yang
mereka mainkan. Hal ini meningkatkan keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran.

5. Pembelajaran yang Menyenangkan: Bermain peran seringkali


dianggap sebagai aktivitas yang menyenangkan oleh siswa. Ini
menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih menarik dan
memotivasi siswa untuk belajar. Mereka cenderung lebih termotivasi
untuk memahami isu-isu kewarganegaraan ketika mereka dapat
melibatkan diri dalam bermain peran.

6. Pengalaman Emosional: Dalam model bermain peran, siswa juga


dapat mengalami pengalaman emosional yang mendalam. Mereka
dapat merasakan empati terhadap orang-orang yang mungkin
menghadapi tantangan dalam situasi yang diperankan. Ini membantu
mereka mengembangkan empati dan pemahaman yang lebih dalam
tentang perasaan dan pengalaman orang lain.

Oleh karena itu, model pembelajaran bermain peran adalah alat yang kuat dalam
mengajar PKn karena tidak hanya memberikan pemahaman konsep, tetapi juga
mengembangkan keterampilan, empati, dan pengalaman praktis yang mendalam
tentang kewarganegaraan. Ini menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna
dan relevan untuk siswa.

Anda mungkin juga menyukai