Anda di halaman 1dari 16

Nama : Rahma Desmita

NIm : 856722106
MK : Penelitian Tindakan Kelas
Tugas : 2

1. Proposal PTK adalah gambaran terperinci tentang proses yang akan dilakukan peneliti (guru)
untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan tugas (pembelajaran). Proposal atau sering
disebut juga sebagai usulan penelitian adalah suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau
rancangan kegiatan penelitian secara keseluruhan. Proposal PTK penelitian berkaitan dengan
pernyataan atas nilai penting dari suatu penelitian.

2. Sistematika Usulan PTK


1. Judul
Judul PTK haruslah dirumuskan secara singkat dan jelas, tetapi mampu menggambarkan
masalah yang diteliti, tindakan perbaikan, dan hasil yang diharapkan. Judul penelitian
hendaknya disusun tidak lebih dari 20 kata.
Contoh judul PTK:
a. Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII F SMP Negeri 2 Gatak
Melalui Pola Latihan Berjenjang.
b. Penerapan Metode Eksperimen IPA Berbasis Lingkungan untuk Meningkatkan Aktivitas
Siswa Kelas VII SMPN 1 Malang.
c. Pelaksanaan Metode Diskusi dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP
Sriwijaya Natar: Sebuah Penelitian Tindakan Kelas
2. Pendahuluan
Bagian ini yang merupakan Latar Belakang Masalah menjelaskan tentang masalah
pembelajaran di kelas, proses identifikasi masalah, penyebab timbulnya masalah, dan alasan
mengapa masalah itu penting untuk diteliti.
3. Perumusan dan Pemecahan Masalah
a. Perumusan masalah. Bagian ini merupakan masalah yang telah dirumuskan dan dibuat
dalam bentuk kalimat tanya. Jika diperlukan, bagian ini dapat memuat definisi, asumsi, dan
lingkup yang menjadi batasan penelitian.
b. Pemecahan masalah. Bagian ini berisi uraian tentang alternatif tindakan yang diambil
untuk memecahkan masalah. Cara pemecahan masalah ditentukan berdasarkan pada akar
penyebab timbulnya masalah dalam bentuk tindakan (action) yang jelas dan terarah.
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian. Bagian ini mengemukakan secara singkat tujuan penelitian tindakan
kelas yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada rumusan masalah yang telah
dikemukakan. Tujuan penelitian ini berkaitan dengan usaha mencari jawaban apakah
tindakan perbaikan yang dilakukan berhasil sebagaimana yang diharapkan. Sebagai ilustrasi
dapat dilihat contoh berikut.
Contoh:
Rumusan Masalah: ”Bagaimana penerapan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas
VII Semester 2 dalam meningkatkan hasil belajar siswa?
Tujuan Penelitian: Mendeskripsikan cara menerapkan metode diskusi pada mata pelajaran
IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Manfaat Penelitian. Pada bagian ini diuraikan manfaat PTK ini terhadap kualitas
pembelajaran dan/atau pendidikan, sehingga nampak manfaatnya bagi siswa, guru, sekolah,
dan mungkin juga komponen sekolah lainnya.
5. Kajian Pustaka
Pada bagian ini dicantumkan uraian kajian teori dan pustaka yang relevan dan
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan PTK. Kemukakan juga teori, temuan, dan
hasil penelitian lain yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi masalah yang telah
dirumuskan dan terjadi pada pembelajaran di kelas. Perlu dikemukakan indikator yang
menggambarkan keberhasilan tindakan yang dilakukan. Jika dipandang perlu, pada bagian
akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan.
6. Metode penelitian / Prosedur penelitian
Prosedur penelitian hendaknya dirinci mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan evaluasi, hingga analisis dan refleksi yang bersifat daur ulang atau siklus
tindakan. Pada bagian ini ditunjukkan juga siklus-siklus tindakan yang hendak dilakukan
dengan menguraikan indikator keberhasilan yang ingin dicapai. Jumlah siklus yang dilakukan
bergantung pada kepuasan peneliti, tetapi hendaknya paling sedikit 2 (dua) siklus tindakan.
Perhatikan daur (siklus) PTK berikut.
7. Jadwal kegiatan penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian meliputi persiapan, pelaksanaan, analisis dan persiapan siklus
berikutnya, penyusunan laporan, dan penyerahan laporan. Jadwal penelitian sebaiknya
dibuat dalam bentuk bar chart dan disusun sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
8. Personalia Penelitian
Seluruh tim peneliti yang terlibat harus tercantum dengan jelas, nama, NIP, pangkat/
golongan, jabatan, bidang keahlian, alamat sekolah, alamat rumah, telpon, dan tugas pada
pelaksanaan PTK.
9. Biaya Penelitian
Berisi rincian pengeluaran biaya penelitian, mulai dari honor/upah peneliti, persiapan,
pelaksanaan (pra observasi, pelaksanaan observasi, analisis data, dll), sampai pada
penyusunan laporan.
10. Daftar Pustaka
Semua pustaka yang dirujuk guna mendukung penelitian yang dilaksanakan harus dituliskan
pada bagian ini. Daftar Pustaka ditulis secara konsisten mengikuti urutan abjad dan
mengikuti aturan tertentu, misalnya American Psychology Association (APA).
• Untuk buku teks: Nama penulis, Tahun., Judul buku., Kota penerbit : Penerbit.
• Jika sumber bacaan (buku atau lainnya) tidak ada nama penulis, maka nama penulis
diganti dengan sebutan ”Anonim”.
• Untuk Jurnal/Majalah: Nama Penulis, Tahun., Judul Tulisan., Nama jurnal/majalah (huruf
miring), No., Volume.
• Untuk Hasil Penelitian/Laporan Penelitian: Nama Peneliti, Tahun., Judul penelitian, Jenis
penelitian., Kota: Sponsor/Sumber dana.
11. Lampiran
Pada bagian beisi lampiran-lampiran yang diperlukan untuk mendukung usulan PTK, umunya
meliputi:
1. Curriculum Vitae Semua Tim Peneliti
2. Lain-lain yang dianggap perlu.

3. 1. Perencanaan Siklus 1

Skenario Perbaikan Siklus 1


Tujuan perbaikan : 1. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika MelaluiBantuan Alat
Peraga Konkrit Siswa Kelas III SDN 4 Sembawa.
Siklus ke : 1

Hari/tanggal : 15 November 2022

Hal yang diperbaiki/ditingkatkan: Skenario perbaikan siklus 1


Setelah melakukan diskusi, akhirnya penulis, dan supervisor 2 menyepakati beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi menghitung luas dan
volume melalui media gambar siswa kelas III SDN 4 Sembawa adalah :
1. Lebih berinteraksi dengan anak didik, memberikan motivasi dan
memberi penguatan berupa rewads seperti tanda bintang yang berarti hebat atau pintar.
2. Menambah alat peraga yang digunakan agar lebih menarik
3. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, untuk menumbuhkanrasa percaya diri anak.
4. Memberi tambahan alokasi waktu agar anak mempunyai banyak waktu untuk bereksplorasi.

Perbaikan Siklus 1
Secara umum prosedur pembelajaran pada siklus 1, setiap pertemuan pada siklus ini juga diberi
sedikit variasi agar anak tidak mengalami kebosanan dan suasana lebih menyenangkan. Adapun
variasi pertemuan yaitu :
1. Merubah tempat duduk anak.
2. Merangsang pengetahuan siswa dengan alat peraga yang dapat di lihat dan di pegang
langsung oleh siswa
3. Merangsang anak dengan pertanyan-pertanyaan materi pelajaran sehingga anak dapat lebih
termotivasi dan percaya diri.
4. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP)

Sekolah : SD
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : III/1
Tema : Keragaman, Pertumbuhan
Standar Kompetensi : 1.Melakukan pengerjaan hitung bilangan tiga angka
Kompetensi Dasar : 1.1 Menentukan letak bilangan pada garis bilangan
Indikator : 1.1.1 Mengenal garis bilangan.

1.1.2 Mengurutkan bilangan dan menentukan posisinya pada garis bilangan.

1.1.3 Menaksir bilangan yang ditentukan letaknya pada garis bilangan.

1.1.4 Menentukan pola pada barisan bilangan.

1.1.5 Menentukan pola bilangan segitiga dan segi empat.


Alokasi Waktu : 5 × 35 menit (3 kali pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan arti garis bilangan.
2. Siswa dapat mengurutkan bilangan dan menentukan posisinya pada garis bilangan.
3. Siswa dapat menaksir bilangan yang ditentukan letaknya pada garis bilangan.
4. Siswa dapat menentukan pola bilangan.
5. Siswa dapat menentukan pola bilangan segitiga dan segi empat. B. Materi Ajar

1. Garis Bilangan
2. Pengerjaan Hitung Bilangan

C. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, demonstrasi, diskusi, tugas, dan ceramah bervariasi.

D. Langkah-Langkah Kegiatan
Pertemuan Pertama (1 × 35 menit)

Pendahuluan
Apersepsi: Mengingat urutan bilangan sampai dengan 10.

Motivasi : Materi ini bermanfaat bagi tukang kayu/mebelair.


Kegiatan Inti
1. Guru menginformasikan tentang pengertian garis bilangan.
2. Bersama teman sebangku siswa menuliskan bilangan secara urut dan secara loncat.
3. Siswa menuliskan urutan bilangan yang dibuat pada garis bilangan.
4. Siswa menentukan letak bilangan pada garis bilangan yang ditunjukkan guru.
5. Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada buku sumber Matematika III, karangan
Nur Akhsin dan Heny Kusumawati, halaman 3. Penutup
1. Dengan bimbingan guru, siswa merangkum hasil pembelajaran.
2. Guru memberi tugas rumah.

Pertemuan Kedua (2 × 35 menit)


Pendahuluan
Apersepsi: Mengingat kembali tentang urutan bilangan dan letaknya pada garis bilangan.
Motivasi : Seorang penjahit dan desainer memerlukan materi ini.
Kegiatan Inti
1. Bersama teman sebangku siswa menuliskan bilangan secara loncat yang berbeda dengan teman
pada bangku lain (loncat dua, tiga, empat, dan sebagainya).
2. Salah satu siswa dari kelompok maju menuliskan hasil pekerjaan dengan teman sebangkunya.
3. Guru menginformasikan tentang pola bilangan yang telah ditulis siswa.
4. Siswa menuliskan pola bilangan yang dibuat pada garis bilangan.
5. Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada buku sumber Matematika III, karangan
Nur Akhsin dan Heny Kusumawati, halaman 6. Penutup
1. Dengan bimbingan guru, siswa membuat rangkuman.
2. Guru memberi tugas rumah.

Pertemuan Ketiga (2 × 35 menit)


Pendahuluan
Apersepsi: Mengingat kembali tentang membilang loncat dan pola
bilangan. Motivasi : Materi ini sangat penting bagi desainer. Kegiatan
Inti
1. Beberapa siswa maju untuk menuliskan pola bilangan pada garis bilangan.
2. Siswa menentukan bilangan yang masih kosong pada garis bilangan yang ditunjukkan guru.
3. Guru menggambar pola bilangan segitiga dan pola bilangan persegi. Siswa melanjutkan gambar
yang dibuat guru (dengan titik-titik).
4. Siswa menuliskan pola bilangan segitiga dan pola bilangan persegi dengan bilangan.
5. Siswa mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat pada buku sumber Matematika III, karangan
Nur Akhsin dan Heny Kusumawati, halaman 8. Penutup
1. Dengan bimbingan guru, siswa melakukan refleksi tentang pola bilangan.
2. Guru memberi tugas rumah.
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku Matematika III, karangan Nur Akhsin dan Heny Kusumawati, tahun 2006, halaman 2–10.
F. Penilaian
Teknik : Kuis, pertanyaan
Bentuk instrumen : Lisan, tertulis
Contoh instrumen:
1. Tentukan bilangan dalam kotak sehingga membentuk garis bilangan.
11 15 17 23
2. Urutkan dari yang terkecil.
1, 5, 7, 2, 4, 6, 3
3. Tuliskan lima bilangan segitiga yang pertama.

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Kelas

____________________ ____________________
NIP. NIP.

5.. Proposal PTK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 4 SEMBBAWA
KECAMATAN SEMBAWA, KAB.BANYUASIN MELALUI BANTUAN ALAT PERAGA BENDA KONKRIT
SEMESTER I

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan media pembelajaran alat peraga
benda konkrit dalam meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 2 Japanan
Kecamatan cawas Kabupaten Klaten.Penelitian ini disebut penelitian populatif yang berupa tindakan
kelas dengan subyek penelitian adalah semua siswa kelas III SD negeri 4 Sembawa Kecamatan Sembawa
yang berjumlah 24 siswa pada tahun pelajaran 2010/2011.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi langsung yang dilakukan peneliti selama
proses pembelajaran berlangsung adalah observasi partisipatif agar hasilnya obyektif, selain itu
observasi juga dilakukan untuk mengamati siswa dalam mengikuti pembelajaran dan Tes yang
dilaksanakan pada awal penelitian untuk mengetahui sejauh mana kemampuan membaca anak dan
pada akhir setiap siklus untuk mengetahui prestasi belajar matematiika siswa. Teknik analisis data
adalah deskriptif komparatif.

Berdasarkan analisis penelitian, diketahui bahwa nilai rata-rata pada siklus I sebesar 35 % sebesar 61,6
pada siklus II yang telah mencapai rata-rata 7,3 dengan persentase ketuntasan belajar 70,8 %. dan
Sehingga hasil belajar yang diperolehpun meningkat drastis. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus
sebelumnya sampai siklus III ini meningkat hingga daya serapnya mencapai 88 %. Semula hanya
mencapai rata-rata 6,2 kini meningkat menjadi 8,8. peningkatan ini telah melebihi dari yang peneliti
targetkan (KKM) pada siklus III. maka dapat diambil kesimpulan hasil penelitian : bahwa penggunaan
media pembelajaran benda konkrei dan alat peraga dengan nyata efektif dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa kelas SD negeri 4 Sembawa Kecamatan Sembawa.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam pelaksanaan
pendidikan di sekolah. Pada era globalisasi ini penerapan ilmu pengetahuan dan tekhnologi harus
didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar
dewasa ini telah berkembang amat pesat, baik materi maupun kegunaannya. Namun sayang,
sampai saat sekarang matematika masih dipandang sebagai pelajaran yang membosankan dan tidak
menarik.

Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol, maka konsep-konsep
matematika harus dipahami terlebih dahulu, sebelum memanipulasi simbol-simbol itu. Seseorang
akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari pada apa yang telah
diketahuinya. Dalam hal ini penulis mengangkat materi pecahan untuk dijadikan bahan penelitian
karena selama penulis mengajar di kelas III SD negeri 4 Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten
Banyuasin dapat ditarik kesimpulan bahwa materi pecahan kurang diminati siswa. Hal ini tercermin dari
kurang antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran khususnya pada materi pecahan serta kurang
adanya respon positif dan siswa yang dapat mengerjakan soal tes formatif dengan betul kurang dari 65%
dengan ketuntasan kurang dari 60%.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah cara meningkatkan hasil belajar siswa
kelas III SD negeri 4 Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin tahun pelajaran dalam
materi pecahan melalui bantuan alat peraga benda konkret” ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III SD negeri 4
Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin semester I tahun pelajaran 2010/2011 dalam
materi pecahan melalui bantuan alat peraga benda konkret.

Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi siswa
Dengan adanya penelitian ini diharapkan:
a. Pengetahuan dan kemampuan siswa dalam berpikir semakin meningkat,
b. Dapat membentuk sifat logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin,
c. dapat mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar di kelas yang lebih
tinggi,
2. Manfaat bagi guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat:
Memperoleh kemudahan dalam penyampaian materi sehingga mudah dipahami oleh siswa,
memperoleh banyak variasi dalam mengajar,
3. Manfaat bagi sekolah
Dengan adanya penelitian ini diharapkan:
a. Mutu pendidikan di sekolah semakin meningkat,
b. dapat melahirkan siswa yang siap dalam jenjang pendidikan yang lebih bermutu, dan sekolah
semakin dipercaya oleh masyarakat.

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Landasan teori

1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang harus disadari dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil
proses dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan aspek-aspek lain pada individu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut karena adanya
interaksi.
Menurut Nasution (1982:38) mengartikan belajar sebagai berikut. Belajar adalah perubahan tingkah laku
akibat pengalaman sendiri. Dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku, sehingga
terjadi perubahan baik pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kelakuannya. Dengan kata lain ada
perbedaan sikap dan tingkah laku antara sebelum dan sesudah belajar.
2. Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar itu komplek sekali, tetapi juga dapat dianalisis dan diperinci dalam bentuk asas-asas atau
prinsip-prinsip belajar. Menurut Abu Ahmadi (1986:14) prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut.
Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan akan menuntutnya dalam belajar untuk mencapai harapan-
harapannya.
Belajar memerlukan bimbingan. Baik bimbingan dari guru atau buku pelajaran itu sendiri.
Belajar memerlukan atas hal-hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian-pengertian.
Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa yang telah dipelajari dapat dikuasainya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Pada proses belajar mengajar, hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari
dalam (Internal) dan faktor yang berasal dari luar (external).
4. Pengajaran Matematika
Pengertian Matematika
Menurut R. Soedjadi dan masriyah (1994:1), menyatakan Meskipun terdapat berbagai pendapat yang
tampaknya berlainan, tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang sama, yakni matematika mempunyai objek kajian
yang abstrak, matematika mendasarkan diri pada kesepakatan-kesepakatan, matematika sepenuhnya
menggunakan pola pikir deduktif, dan matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi.
5. Teori Belajar Matematika
Ada beberapa teori belajar yang populer dan cocok untuk diterapkan pada pembelajaran matematika di
Pendidikan Dasar, diantaranya adalah sebagai berikut.

Teori belajar dari William Brownell


Menurut William Brownell, dalam mengerjakan matematika di Pendidikan Dasar sebaiknya:
1) Menggunakan alat peraga benda konkret;
2) materi disajikan secara permanen dan terus menerus dalam jangka waktu yang lama.
Teori belajar dari Richard Skemp
Menurut Richard Skemp (dalam Amin Suyitno, 2005:35), belajar matematika perlu dua tahap, yaitu
sebagai berikut.
Perlu menggunakan benda-benda konkret untuk memberikan basis bagi siswa dalam menghayati ide-ide
matematika yang abstrak.
Tingkat abstrak, yaitu mulai meninggalkan benda konkret untuk menuju kepemahaman matematika
yang memang memuat objek-objek abstrak.
Dari beberapa teori belajar matematika di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
matematika di Pendidikan Dasar sangat diperlukan suatu media pengajaran matematika.
6. Media Pengajaran Matematika
Hubungan antar Media dan Proses Pembelajaran
Pada hakikatnya pembelajaran (belajar dan mengajar) merupakan proses komunikasi antar guru dan
siswa. Sebagai komunikasi pada proses pembelajaran di atas adalah siswa, sedangkan komunikatornya
adalah guru dan siswa. Jika sekelompok siswa menjadi komunikator terhadap siswa lainnya dan guru
sebagai fasilitator, maka akan terjadi proses interaksi dengan kadar pembelajaran yang tinggi. Seorang
guru perlu menyadari bahwa proses komunikasi tidak selalu berjalan dengan lancar, bahkan proses
komunikasi dapat menimbulkan kebingungan, salah pengertian, atau bahkan salah konsep.
Pengertian Media Pembelajaran

1) Menurut Darhim
Alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah tertuang
dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) dan bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran
(Kegiatan Belajar Mengajar).

2) Menurut Anderson

Alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang digunakan untuk membantu guru mengajar.

7. Pegertian Pecahan

Pecahan adalah salah satu cara untuk menuliskan bilangan. Pecahan menunjukkan bahwa jika sebuah
bilangan merupakan bagian dari satu bilangan utuh (Lynette Long dalam John Wiley & Sons, Inc, 2003:1)
a. Bilangan cacah diadakan untuk menggambarkan salah satu sifat himpunan. Banyaknya anggota
setiap himpunan adalah bilangan cacah. Pecahan diadakan untuk menggambarkan satu atau
beberapa bagian dari suatu benda. Relasi dua pecahan

3) Nama lain suatu pecahan (pecahan senilai) Kita dapat menunjukkan kepada siswa bahwa :

= = dan seterusnya, dengan beberapa cara:

• Dengan peragaan luas


• Dengan garis bilangan

Penjumlahan pecahan dengan garis bilangan

Contoh:

a)

B. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran komponen utamanya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran
berhasil, guru harus dapat membimbing siswa, sehingga dapat mengembangkan pengetahuannya.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut guru harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan.
Namun pada kenyataannya siswa cenderung enggan untuk belajar jika materi tidak dapat dipahami,
sehingga konsep-konsep baru akan sulit dipahami apabila konsep-konsep yang relevan belum dimiliki
oleh siswa.

C. Hipotesis Tindakan

Melalui pembelajaran dengan alat peraga benda konkret maka hasil belajar siswa kelas III SD Negeri 2
Japanan Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten semester I tahun pelajaran 2010/2011 dalam materi
pecahan dapat ditingkatkan.
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III SD negeri 4 Sembawa Kecamatan Sembawa
Kabupaten Banyuasin yang beralamat di desa Sembawa Kecamatan Sembawa. Salah satu Sekolahan
yang berada di wilayah kecamatan Sembawa dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi orang tua
yang beragam hal ini menjadikan daya tarik tersendiri untuk melakukan penelitian tindakan kelas.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas III SD negeri 4 Sembawa Kecamatan Sembawa
Kabupaten Banyuasin Jumlah siswa kelas III sebanyak 24 siswa terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 11 siswa
perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian tindakan kelas ini ditempuh secara bertahap. Tahapan tersebut meliputi
tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan atau tindakan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi.
Tahapan tersebut disusun dalam tiga siklus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1.Pelaksanaan Siklus I

1) Pemberian materi tentang pengenalan pecahan sederhana dengan bantuan gambar-gambar bangun
datar.

2) Penyajian alat peraga berupa model bangun datar yang terbuat dari plastik dan kertas warna-warni
untuk menjelaskan pecahan bernilai dan seterusnya.

3) Guru meminta beberapa siswa untuk menunjukkan pecahan yang bernilai dan seterusnya dengan
bantuan alat peraga yang telah disediakan. Pada tes akhir pembelajaran baru 58% siswa yang mendapat
nilai di atas 6, dari 24 siswa hanya 14 siswa yang dinyatakan tuntas sedangkan 10 siswa masih mendapat
nilai rendah karena masih kurang memahami materi, contohnya siswa masih belum paham dan belum
dapat membedakan antara pembilang dan penyebut.

Contoh soal:

a.Tuliskan nilai pecahan gambar di bawah ini pada daerah yang diarsir!

Jawab :

b.Buatlah gambar yang sesuai dengan nilai pecahan 1/3!

Jawab:

Ketelitian siswa terhadap penulisan pecahan baik lambang pecahannya maupun dengan kata-kata masih
sangat kurang.

TABEL ANALISIS TES FORMATIF SIKLUS I


Skor yang diperoleh Ketercapaian

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %

1. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah

2. 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60 Belum

3. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Belum

4. 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sudah

5. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sudah

6. 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sudah

7. 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 Sudah

8. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 Belum

9. 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Sudah

10. 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 10 Belum

11. 1 1 1 1 1 0 0- 1 1 1 8 80 Sudah

12. 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah

13. 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah

14. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sudah

15. 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 60 Belum

16. 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Sudah

17. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Belum

18. 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 10 Belum

19. 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 5 50 Belum

20. 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 Sudah

21. 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 Sudah

22. 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 5 50 Belum

23. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sudah

24. 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 2 20 Belum

Jumlah skor 19 17 18 15 11 12 14 14 15 13 148 1480 Sdh=14

Blm=10

Jumlah skor maks 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 240 2400


Ket. Capaian (%) 79 70 75 63 46 50 58 58 63 54 61,6 616 Sdh=58,3%

Blm=41,7%

2. Pelaksanaan Siklus II

1. Bimbingan dan pengawasan terhadap siswa ketika sedang mengerjakan tugas belum dilakukan secara
menyeluruh.

2. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat belum muncul secara keseluruhan, hanya siswa
tertentu saja yang terlihat aktif.

3. Keterampilan siswa dalam menulis di papan tulis belum terlihat rapi, siswa tidak memperhatikan
contoh yang telah diberikan.

3. Pelaksanaan Siklus III

1.Guru memberikan soal-soal latihan kepada siswa. Setelah selesai diterangkan dan siswa terlihat sudah
paham, guru membuat beberapa soal latihan untuk melatih keberanian siswa dalam berpendapat, guru
menawarkan pada siswa untuk maju mengerjakan soal di depan kelas.

3. Diadakan tes formatif pada akhir pertemuan. Pada 20 menit menjelang akhir pertemuan diadakan tes
formatif untuk mengukur tingkat keberhasilan .

ANALISIS HASIL TES FORMATIF SIKLUS III

Hasil tes formatif pada siklus III meningkat drastis, daya serapnya mencapai 87,9% dan ketuntasan
belajar mencapai 83,3% dengan nilai rata-rata 8,8. Peningkatan ini telah melebihi dari yang peneliti
targetkan.

Berikut adalah tabel partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan tabel prestasi siswa dalam
menyerap materi pelajaran selama diadakan penelitian yang terdiri dari 3 siklus dan ditempuh sebanyak
6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 12 jam pelajaran.

1. Partisipasi Siswa dalam Proses Belajar Mengajar

Siklus I Siklus II Siklus III

Jumlah

Siswa persentase Jumlah

Siswa persentase Jumlah

Siswa persentase

Acuh 10 41,7% 6 25% 3 12,5%

Sedang 8 33,3% 11 45,8% 6 25%

Aktif 6 25% 7 29,2% 15 62,5%


Jumlah 24 100% 24 100% 24 100%

2. Prestasi Siswa dalam Menyerap Materi Pelajaran

Siklus I Siklus II Siklus III

Jumlah

Siswa persentase Jumlah

Siswa persentase Jumlah

Siswa persentase

Nilai

< 7,5 10 41,7% 7 29,2% 4 16,7%

Nilai

≥ 7,5 14 58,3% 17 70,8% 20 83,3%

Tuntas

Belajar 14 58,3% 17 70,8% 20 83,3%

Tidak

Tuntas 10 41,7% 7 29,2% 4 16,7%

Nilai

Rata-rata 148 : 24 = 6,2 178 : 24 = 7,3 211 : 24 = 8,8

Daya

Serap 61,7×100% = 61,7% 73,3×100% = 73,3% 87,9×100% = 87,9%

B.PEMBAHASAN

1.Siklus I

Dari faktor-faktor penghambat yang peneliti peroleh di atas sangat mempengaruhi hasil pembelajaran
sehingga pembelajaran pada siklus I ini belum dapat berjalan dengan baik. Setelah diadakan tes formatif
pada akhir pembelajaran diperoleh nilai rata-rata hanya 6,1 dari 24 siswa, hanya 14 siswa yang tuntas
belajar sedangkan 10 siswa lainnya tidak tuntas, sedangkan persentase keaktifan siswa hanya 35 % saja.
Untuk itu peneliti akan terus berusaha lebih keras lagi pada pembelajaran di siklus berikutnya.

2.Siklus II
Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil tes formatif yang diperoleh siswa di akhir pembelajaran pada
siklus II yang telah mencapai rata-rata 7,3 dengan persentase ketuntasan belajar 70,8 %. Dari 24 siswa
hanya 29,2 % saja yang tidak tuntas. Namun selain kekurangan yang ada pada siswa, guru pengajar juga
masih mempunyai banyak kekurangan diantaranya dalam penggunaan alat bantu pembelajaran seperti
alat peraga benda konkret yang digunakan harus dikembangkan lagi, serta kekreatifan guru dalam
menggunakan alat peraga dan variasi mengajar yang digunakan perlu ditingkatkan agar siswa lebih
termotivasi sehingga siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran.

3. Siklus III

Pelajaran matematika yang sebelumnya membosankan dan materi pecahan yang sebelumnya
membingungkan kini berubah menjadi menyenangkan dan selalu dinanti-nantikan sebagaimana
layaknya seperti yang harus dialami oleh siswa kelas tiga pada umumnya.

Sehingga hasil belajar yang diperolehpun meningkat drastis. Rata-rata nilai yang diperoleh pada siklus
sebelumnya sampai siklus III ini meningkat hingga daya serapnya mencapai 88 %. Semula hanya
mencapai rata-rata 6,2 kini meningkat menjadi 8,8. peningkatan ini telah melebihi dari yang peneliti
targetkan (KKM). Sehingga, melihat dari hasil penelitian yang cukup baik pada materi pecahan ini dapat
dikatakan bahawa penggunaan peraga benda konkrit dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan
dari hasil ini maka peneliti akan melanjutkan dan menggunakan cara-cara yang sudah peneliti tempuh
pada materi-materi lainnya tentunya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.

PENUTUP

A. Simpulan

Dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Hasil belajar materi pecahan pada siswa kelas III SD negeri 4
Sembawa Kecamatan Sembawa Kabupaten Banyuasin, dapat meningkat melalui bantuan alat peraga
benda-benda konkret. Telah dibuktikan pada akhir siklus III, skor rata-rata yang diperoleh 8,8 dengan
daya serap 87,9%. Ini berarti, alat peraga benda konkret yang peneliti gunakan sebagai media perantara
dalam menjelaskan materi pecahan ini, sangat membantu dan dapat menumbuhkan semangat belajar
siswa serta memacu guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan proses pembelajaran
yang lebih baik lagi. Dengan bantuan alat peraga benda konkret ini telah membuktikan bahwa hasil
belajar pada materi pecahan dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

B. Saran

Guru juga hendaknya memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang alat-alat peraga apa
saja yang dapat digunakan sebagai alat bantu komunikasi yang sesuai dengan materi pecahan yag
nantinya tidak akan membingungkan siswa melainkan dengan adanya bantuan alat peraga benda
konkret ini akan lebih membantu siswa untuk menguasai materi sehingga proses pembelajaran akan
berjalan lebih aktif dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Djauzak. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 2000. Pedoman Pembuatan dan Penggunaan Alat Peraga/Praktik Sederhana Mata Pelajaran
matematika Untuk Sekolah Dasar. Bandung: CV. Tidar.

Long, Lynette. 2001. Fabulous Fractions. Canada: John Wiley & Sons,Inc.

Nasution. 1982. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Janmer.

Sudjana, Nana. 1989. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiarto. 2005. Matematika Sekolah II. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Sugiarto dan Isti Hidayah. 2004. Workshop Pendidikan Matematika. Semarang: FMIPA Universitas Negeri
Semarang.

Sukahar dan dwi Juniati. 2004. Matematika 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Suyitno, Amin. 2004. Matematika Sekolah I. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Suyitno, Amin. 2005. Pendidikan Matematika I. Semarang: FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai