Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BERHITUNG


DI KELAS III SD NEGERI 54 BANDA ACEH

Oleh

RIA AGUSTINA SINAGA


1906104040069

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2022
A. Topik Penelitian
“Apakah dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan anak
terhadap mata pelajaran berhitung di kelas ?” (PTK Siswa Kelas III SDN 54 Banda Aceh)

B. Latar Belakang Masalah

Pelajaran berhitung adalah pelajaran yang banyak memerlukan keterampilan berpikir


dan berkonsentrasi, sebab materi-materi berhitung yang sangat padat (penjumlahan,
pengurangan, perkalian, pembagian, geometri dan sebagainya) maka perlu adanya
rumusan tujuan pelajaran berhitung yang terinci.

Dalam kenyataannya masih banyak sekali anak didik yang lemah dalam pelajaran
berhitung. Kadang-kadang mereka sangat pintar dalam pelajaran hafalan, tetapi nilainya
rendah pada pelajaran berhitung. Masalah ini memang paling banyak menimpa pada anak
SD N 54 Banda Aceh

Sebagai anak didik bahkan berpendapat bahwa pelajaran berhitung adalah


“momoknya” pelajaran. Karena itulah, diperlukan suatu metode belajar yang tepat
sehingga dapat meningkatkan daya serap anak didik pada pelajaran berhitung.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis berusaha membuat suatu metode yang tepat, dan
sekaligus melakukan penelitian, sampai seberapa jauhkah daya serap anak terhadap
pelajaran berhitung dengan menggunakan metode diskusi. Dari hasil penelitian ini,
nantinya dapat diketahui peningkatan prestasi dan nilai yang diperolah anak didik. Karena
seperti diketahui, dengan menggunakan metode ini , anak didik dituntut untuk berperan
aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga nantinya anak didik terbiasa untuk berfikir
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Pada dasarnya, pendidikan berhitung pada siswa SD N 54 Banda Aceh mempunyai


tujuan sebagai berikut :

1. Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.


2. Menumpuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik pada
masa sekarang dan masa mendatang.
3. Mengembangkan kemampuan dan sikap nasional, ekonomis dan menghargai
waktu.
4. Meletakkan landasan berhitung yang kuat untuk mempelajari pengetahuan lebih
lanjut.
Sehingga dengan diterapkan metode diskusi ini, diharapkan semua tujuan diatas dapat
tercapai, sehingga prestasi siswa dalam pelajaran berhitung dapat tercapai.

C. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Permasalahan mendasar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Bagaimana


maningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas SD N 54 Banda Aceh. Bertolak
dari pemasalahan ini, maka dibutuhkan suatu metode yang tepat yang mampu
meningkatkan daya serap anak terhadap mata pelajaran berhitung. Pada dasarnya masalah
dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

“Apakah dengan menerapkan metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan anak


terhadap mata pelajaran berhitung di kelas III?”

D. Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian

1. Tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menigkatkan prestasi belajar siswa kelas III khususnya melalui penerapan
metode diskusi.
b. Untuk menigkatkan daya serap anak terhadap mata pelajaran berhitung di kelas III.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru

Mempermudah dalam penyampaian mata pelajaran kepada peserta didik, karena peserta
didik telah aktif ikut dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Siswa

- Dapat meningkatkan prestasi daya serap siswa dalam pelajaran berhitung.

- Dapat menumbuhkan semangat dan kecerdasan belajar yang tinggi dikalangan peserta

didik

- Melatih siswa untuk mengeluarkan pendapatnya.

- Siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.


F. Alur Penelitian

Prinsip dasar setiap tindakan dalam penelitian ini mengacu pada siklus model
Kemmis dan Mc Taggart (dalam Monawati:1998:46) yaitu prencanaan, Tindakan,
observasi, dan refleksi. Kegiatan pengumpulan data pada setiap tahapan digambarkan
sebagai berikut :

Tahap Perencanaan (Planning)


a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang operasi hitung.
b. Menyiapkan materi dan media pembelajaran.
c. Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan dalam pembelajaran.
d. Menyiapkan instrument (lembar observasi, tes akhir)
e. Menyusun kelompok belajar siswa.

Tahap Melakukan Tindakan (Action)


a. Melaksanakan Langkah-langkah sesuai perencanaan.
b. Memperhatikan sumber-sumber belajar yang ada di kelas.
c. Melakukan pengamatan terhadap setiap siswa yang memperhatikan sumber-
sumber belajar di kelas.
d. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang
dilakukan.
e. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat
melakukan tahap Tindakan.

Tahap Mengamati (observation)


a. Observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan.
b. Aspek-aspek yang diamati adalah aktivitas guru dan siswa dalam KBM.
c. Mencatat cara-cara siswa mengerjakan tugas yang diberikan.

Tahap Refleksi (Reflection)


Hasil yang didapat dalam tahapan observasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga
memperoleh hasil refleksi kegiatan yang dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi
kegiatan yang telah dilakukan, digunakan data yang berasal dari observasi. Hasil analisis
data yang dilaksanakan dalam tahapan ini akan digunakan sebagai acuan untuk
merencanakan siklus selanjutnya.
G. Kerangka Teoritis/ Landasan Teoritis
1. Pengertian
Metode diskusi adalah cara menyimpan pelajaran dimana guru bersama-sama siswa
saling mengadakan tukar menukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam rangka
memecahkan persoalan yang dihadapi. Menurut Winarno Surachmad dalam bukunya
Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Persoalan atau pertanyaan yang mempunyai
kelayakan untuk didiskusikan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
a. Menarik minat anak didik yang sesuai dengan tarafnya.
b. Mempunyai kemungkinan-kemungkinan jawaban lebih dari sebuah yang dapat
dipertahankan kebenarannya.
c. Pada umumnya, tidak menanyakan “manakah jawaban yang benar”, tetapi lebih
mengutamakan penalaran yang mempertimbangkan dan membandingkan.

2. Klasifikasi
Dalam melaksanakan metode diskusi pimpinan diskusi dapat dipegang oleh guru atau
meminta salah satu siswa / peserta didik. Sedangkan berdasarkan tehnik pelaksanaannya
menurut Moh. Ali diklasifikasikan menjadi dua yaitu
a.Debat Dalam hal ini terjadi dua kelompok yang mempertahankan pendapatan masing-
masing yang bertentangan, sehingga pendengaran dijadikan sebagai kelompok yang
memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam keputusan akhir.
b. Diskusi Pada dasarnya merupakan musyawarah untuk mencari titik pertemuan
pendapat, tentang suatu masalah. Ditinjau dari segi pelaksanaannya diskusi dapat
dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu :
1. Diskusi kelas Diskusikan kelas adalah semacam “brainstorming”(pertukaran
pendapat).Dalam hal ini guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.
Jawaban dari siswa diajukan lagi kepada siswa lain sehingga terjadi pertukaran
pendapat secara serius dan wajar.
2. Diskusi kelompok Dalam hal ini guru menyampaikan masalah, setelah kemudian
dibagi menjadi beberapa sub masalah setelah itu siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok untuk membahas masing-masing sub, yang selanjutnya hasilnya
dilaporkan di depan kelas untuk ditanggapi.
3. Panel Merupakan diskusi yang dilakukan oleh beberapa orang saja (3 sampai 7
orang) sedangkan siswa yang lain bertindak sebagai pendengar (audiens). Ciri yang
lain terdapat dalam panel ini dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar ahli
memahami seluk beluk masalah yang didiskusikan, yang tidak bertujuan untuk
memperoleh kesimpulan akan tetapi merangsang berpikiran agar siswa
mendiskusikan lebih lanjut.
4. Konferensi Dalam konferensi ini anggota duduk saling menghadap, mendiskusikan
sesuatu masalah, sehingga setiap peserta harus memahami bahwa kehadirannya
harus sudah mempersiapkan pendapat yang akan diajukan.
5. Symposium Dalam pelaksanaannya dapat menempuh dua cara yaitu :
a. Mengundang dua pembicara atau lebih, dan setiap pembicara diminta untuk
menyajikan prasarana yang sama, namun dari sudut pandang yang berbeda-
beda.
b. Membagi masalah dalam beberapa aspek, setiap aspek dibahas oleh seorang
pemrasaran, selanjutnya disiapkan penyanggah umum yang akan menyoroti
prasaran-prasaran. Setelah selesai penyanggah umum memberikan sanggahan,
barulah pemrasaran diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban atas
sanggahan tersebut.
6. Seminar Merupakan pembahasan ilmiah yang dilaksanakan dalam meletakkan
dasar-dasar pembinaan tentang masalah yang dibahas. Ciri-ciri yang ada di
dalamnya adalah :
a. Pembahasan bertolak dari kertas kerja yang disusun oleh pemrasarana, yang
berisi uraian teoritas sesuai dengan tujuan dan maksud yang terkandung dalam
pokok seminar (tema).
b. Pelaksanaannya sering kali diawali dengan pandangan umum atau pengarahan
dari pihak tertentu yang berkepentingan.

H. Kerangka Konseptial / Definisi Operasional


A. Prinsip-prinsip Pengajaran Berhitung
Dengan pedoman pada ketujuh prinsip itu pengajar bisa manyampaikan materi
pelajaran berhitung dengan baik, jelas dan benar. Apabila dalam penyampaian materi bisa
baik, jelas dan benar, anakpun bisa memahami, mengerti dan mengerjakan tugas dengan
baik dan benar pula. Dengan demikian anakpun bisa mengeterapkan pengetahuannya
dalam kehidupan sehari-hari. Pencapaian nilai hasil evaluasi akan meningkat.
B. Menggunakan Metode Yang Tepat
Pendidikan harus tau bahwa tidak ada satu pun metode yang paling baik, tanpa
didukung oleh metode yang lain dalam proses belajar mengajar. Misalnya dalam kegiatan
pendidikan akan menggunakan metode ceramah. Maka akan menjadikan akan duduk
dengan catatan hafal (DDCH), sehingga membosankan bagi anak akibatnya akan enggan
belajar. Didalam mengajarkan pelajaran penghitung hendaknya pendidik menggunakan
beberapa metode atau “multi metode” yaitu penggabungan beberapa metode yang sesuai
kebutuhan. Metode-metode itu antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode
pemberian tugas, metode problem solving, metode eksperimen dan sebagainya. Dalam
penggunaan metode hendaknnya disesuaikan dengan kebutuhan sehingga kemungkinan
siswa tertarik dengan pelajaran dan menimbulkan minat untuk belajar lebih aktif dan
kreatif.
C. Hambatan-hambatan Pelajaran Berhitung
Pelajaran hitung adalah pelajaran yang menurut sejumlah individu serta berbagai
unsur pendidikan lainnya yang memiliki kemampuan berpikir, latar belakang pendidikan
karakter dan temperamen yang berbeda. Sehingga suatu system hambatan-hambatan
pelajaran berhitung pada dasarnya terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi
didalamnya. Untuk meniadakan hambatan-hambatan itu harus mengetahui kelemahan
yang terdapat pada unsur-unsur tersebut :
1. Guru menguasai materi Dengan daya perubahan kurikulum yang baru, mau tidak mau
guru harus bisa menyesuaikan diri. Akhirnya juga akan mempengaruhi proses belajar
mengajar. Dengan latar pendidikan yang mayoritas hanya SLTA, guru kurang begitu
mampu menguasai materi yang begitu banyak. Sehingga guru yang menguasai materi
pelajaran bahasa, mungkin kurang begitu menguasai materi pelajaran berhitung. Guru
yang menguasai materi pelajaran berhitung kurang begitu menguasai pelajaran lainnya
dan sebagainya. Akibatnya dalam menyampaikan materi pada anak kurang jelas,
akhirnya daya serap anak kurang baik sekali.
2. Potensi anak kurang terbina Menurut teori tabolarasa, anak diibaratkan kertas putih
yang bersih, jadi tergantung apa yang kita goreskan, itulah nanti hasilnya. Disini orang
tua, guru, lingkungan memegang peranan yang penting. Bagaimana kita
mengembangkan potensi anak secara baik.
3. Pendidikan orang tua rendah Dengan latar belakang pendidikan orang tua yang
mayoritas hanya tamatan SD akan berpengaruh besar pada anak. Orang tua adalah
guru yang utama, sebab waktu yang terbanyak adalah dengan orang tua (di rumah).
Misalnya, anak kurang paham dengan mata pelajaran, kemana dia akan bertanya,
sedang orang tuanya tidak mengerti. Pendidikan orang tua yang rendah dalam
pendidikan anak sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan orang tua yang
pendidikannya lebih tinggi.
4. Lingkungan sosial kurang mendukung Pengaruh yang jelek dari lingkungan anak akan
cepat berpengaruh pada diri anak dari pada pengaruh yang baik. Anak yang belum
kuat pendiriannya akan mudah terbawa oleh lingkungan yang jelek. Karena anak-anak
SD N Parung Jaya 2. bergaulnya masih didesa yang disitu banyak tamatan SD yang
tidak melanjutkan sekolah, yang akhirnya mengganggu anak-anak yang masih sekolah.
Anak yang tidak melanjutkan sekolah hanya bermain kesana-kesini, sebab selain
masih kecil tenaganya pun belum mampu untuk bekerja seperti orang dewasa.
Akibatnya hanya mengganggu di lingkungannya.
D. Upaya Upaya Peningkatan Daya Serap Terhadap Pelajaran Berhitung
Menyadari akan kenyataan dan kelemahan-kelemahan tersebut diatas maka dituntut
adanya upaya peningkatan gaya serap pelajaran berhitung. Upaya-upaya nyata untuk
mengatasi hambatan-hambatan pelajaran berhitung antara lain :
1. Mengadakan penataran-penataran bagi guru untuk mata pelajaran berhitung. Dengan
penataran pengetahuan guru akan bertambah dan penguasaan materipun bertambah
pula.
2. Pertemuan di KKG secara rutin untuk memecahkan masalah-masalah yg dihadapi di
lapangan.
3. Guru lebih sering membaca buku, Koran, majalah untuk meningkatkan kemampuan
dalam mengajar.
4. Guru memahami perbedaan bakat dan minat anak
5. Guru rajin mengadakan evaluasi yang selanjutnya mengadakan perbaikan dan
pengayaan.
6. Guru melakukan bimbingan dan penyuluhan pada anak.
7. Guru mau melakukan komunikasi dengan wali murid dan lingkungan sekolah
mengenai pendidikan. Pada akhirnya, betapapun sempurnanya system dan mutu guru
dalam mengajar yang mengarah pada peningkatan mutu pendidikan tetapi sebenarnya
keberhasilan pendidikan di sekolah tidak hanya ditentukan oleh guru, melainkan
ditentukan oleh semua pihak. Sekolah adalah lembaga yang terintregasikan dalam
masyarakat.
I. Asumsi / Anggapan Dasar dan Hipotesis atau Premis dan Pertanyaan Penelitian
(kuantatif)
1. Asumsi / Anggapan Dasar
Dengan mendasarkan diri pada konsep diskusi yang terdiri dari berbagi macam
bentuk diatas, maka agar pelaksanaannya dapat lebih efektif seorang tenaga pengajar
harus memperhatikan beberapa hal. Diantaranya adalah :
1. Persiapan / perencanaan diskusi
a. Tujuan diskusi harus jelas, agar pengarahan diskusi lebih terjamin.
b. Peserta diskusi harus memenuhi persyaratan tertentu dan jumlahnya disesuakan
dengan sifat diskusi itu sendiri.
c. Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga tidak akan berlarut-larut.
2. Pelaksanaan diskusi
a. Membuat struktur kelompok (ketua / pimpinan, sekretaris, anggota).
b. Membagi-bagi tugas dalam diskusi
c. Merangsang seluruh peserta untuk berpartisipasi
d. Mencatat ide-ide / sarana-sarana yang penting
e. Menghargai setiap pendapat yang diajukan peserta
f. Menciptakan situasi yang menyenangkan
3. Tindak lanjutan diskusi
a. Membuat hasil-hasil / kesimpulan dari diskusi
b. Memberikan kembali hasilnya untuk diadakan koreksi seperlunya
c. Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi untuk dijadikan bahan
pertimbangan dan perbaikan pada diskusi-diskusi yang akan datang.
4. Tujuan metode diskusi
a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi, berbicara dan
mengajukan pendapat sesuai dengan kemampuannya.
c. Membina sikap toleransi terhadap pendirian orang lain atau menghargai pendapat
orang lain.
d. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri.
e. Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang
“dilihat”, baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajar sekolah.
f. Mempertinggi rasa tanggung jawab untuk melaksanakan keputusa diskusi.

2. Hipotesis atau Premis


Hipotesis Tindakan dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apabila
dalam proses belajar mengajar khususnya pelajaran berhitung diterapkan metode diskusi,
maka daya serap anak terhadap pelajaran berhitung akan meningkat”.
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode diskusi
1. Prinsip-prinsip metode diskusi
a. Prinsip mengikutsertakan anak-anak dalam diskusi.
Pembicaraan jangan sampai diborong oleh beberapa orang anak. Perhatikan
anak yang selalu diam, kadang-kadang ia mempunyai pendapat yang baik.
Dalam hal anak terus diam, guru hendaknya menyuruh anak itu
mengemukakan pendapatnya.
b. Diskusi yang baik tidak asal berbicara, ramai, diperlukan suatu ketertiban,
baik dalam bergilir mengemukakan pendapat maupun memperhatikan orang
yang sedang berbicara.
c. Pertanyaan atau persoalan hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan
dan pengalaman anak.
d. Guru sebagai pemimpin yang memberi kepercayaan kepada anak untuk turut
serta dalam diskusi guna mendorong dan merangsang anak untuk melakukan
sumbangan pikiran.
e. Menyetujui atau menentang pendapat orang lain, anak-anak supaya tetap
berlaku sopan dan hormat, pendapat jangan hanya menang dan menyakiti atau
mematahkan semangat orang.
3. Pertanyaan Penelitian
1. Langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi
Secara umum langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode
diskusi adalah :
a. Menemukan masalah yang layak untuk didiskusikan.
b. Menjelaskan masalah tersebut.
c. Mengatur giliran pembicaraan.
d. Memberi kesempatan kepada orang-orang yang akan berbicara secara bergiliran.
e. Mengembalikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa kepada peserta diskusi.
f. Mengarahkan pembicaraan pada rel yang sebenarnya bila terjadi penyimpangan
pembicaraan.
g. Memimpin siswa dalam mengambil keputusan atau kesimpulan.
Dengan demikian peranan guru sebagai pemimpin diskusi adalah :
a. Sebagai pengatur lalu pembicaraan.
b. Sebagai dinding penangkis, artinya menerima pertanyaan dari anggota dan
melemparkannya kembali kepada anggota yang lain.
c. Sebagai petunjuk jalan (guide) yang memberikan pengarahan kepada anggota tentang
masalah yang sedangkan didiskusikan, sehingga tidak menyimpang dari pokok
pembicaraan.
2. Keuntungan-keuntungan dan kelemahan metode diskusi
a. Keuntungan-keuntungan metode diskusi
1. Mempertinggi partisipasi anggota secara individu
2. Mempertinggi partisipasi kelompok secara keselurahan
b. Kelemahan-kelemahan metode diskusi
1. Tidak mudah bagi pemimpin diskusi untuk meramaikan arah penyelesaian diskusi.
2. Tidak selalu mudah bagi anggota kelompok diskusi untuk mengatur cara berpikir
secara rapi, apalagi secara ilmiah.

J. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi :
Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu seputar ruang kelas SD N Parung Jaya 2 Kecamatan
Leuwimunding Kabupaten Majalengka..dengan jumlah siswa yaitu 21 anak pada semester
genap tahun pelajaran genap.
1. Dalam menyajikan topik-topik baru hendaknya dimulai dari tahap yang paling
sederhana menuju pada tahap yang paling kompleks, dari yang konkrit menuju yang
lebih abstrak, dari lingkungan yang dekat dengan anak menuju lingkungan yang lebih
luas.
2. Pengalaman-pengalaman sosial anak dan penggunakan benda konkrit perlu diperlukan
guru untuk membantu pemahaman anak-anak terhadap pengertian-pengertian dalam
hitungan. Setiap langkah dalam pengajaran berhitung hendaknya diusahakan melalui
penyajian yang menarik untuk menghindarkan terjadinya tekanan atau tegangan pada
diri anak. Setiap anak belajar dengan kesiapan dan kecepatan sendiri-sendiri. Tugas guru
selain memotivasi kesiapan juga memberikan pengalaman yang bervariasi.
3. Latihan-latihan sangat penting untuk memantapkan pengertian dan ketrampilan. Karena
latihan-latihan harus dilandasi dengan pengertian. Latihan akan sangat efektif apabila
dilakukan dengan melakukan prinsip-prinsip penciptaan suasana yang baik. Latihan
yang terlalu rumit, padat dan melelahkan hendaknya dihindari untuk mencegah
terjadinya ketegangan. Berlatih secara berkala, teratur dan mengulang kembali secara
ringkas, akan mendorong kegiatan belajar karena timbul rasa menyenangi dan
menghindari kelelahan.
b. Waktu Penelitian
Bulan Januari Minggu ke I (3 siklus).

2. Obyek Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu seputar ruang kelas III SD N Parung Jaya
2.dengan jumlah siswa yaitu 21 anak pada semester genap tahun pelajaran genap.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Partisipan
b. Dokumen
c. Wawancara terstruktur.
4. Jenis Data
Analisis Data, yaitu hasil obsrvasi , dokumen, dan wawancara, praktek dan analisa
untuk kemudian diambil kesimpulan.

K. Jadwal / Langkah-langkag Penelitian


a. Tahap Pra Lapangan
- Menyusun rancangan, mempersiapkan perijinan sekolah, membaca situasi lapangan,
mempersiapkan bahan yang akan didiskusikan.
b. Memahami latar belakang sekolah yang akan dilakukan diskusi
c. Tahap analsis data
- Konsep dasar analisis data
- Menemukan tema dan merumuskan hipotesis
- Menganalisis berdasarkan hipotesis.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar:Teori,


Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahmad Susanto. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran Disekolah Dasar. Jakarta:
Prenada Media

Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan. 2014. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Belajar.


Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai