Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

(Review Jurnal Kajian Topik Diskusi )

OLEH:

1. Bobiyono Daniel Anggumay (2107010151)

2. Dionisia Ali (2107010068)

3. Melania Murniyati Sera(2107010109)

4. Serena Gussatdy Jeida (2107010204)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2023
TOPIK DISKUSI
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperdebatkan masalah
berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan
bersama melalui saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif. Tujuan metode
diskusi adalah untuk dapat merangsang siswa dalam berpikir secara kritis mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu
masalah.

Beberapa artikel yang menjelaskan terkait topik diskusi.


1. Tahun 2018

JUDUL PENERAPAN METODE DISKUSI DALAM PENINKATAN


MINAT BELAJAR
VOLUME 1 volume 1
TAHUN 2018
LATAR Sekolah sebagai lembaga formal merupakan salah satu wadah untuk
BELAKANG
mewujudkan tujuan tersebut melalui kegiatan pembelajaran. Sekarang
ini berbagai pendekatan maupun metode mengajar banyak digunakan
agar tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai. Tapi, sampai saat
ini pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang berfokus
pada guru sebagai pusat pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi
pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Padahal belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagi
hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.
Bedasarkan pengamatan peneliti selama PPL di SMA Negeri 4 Palopo
menjumpai adanya beberapa permasalahan, diantaranya adalah
kurangnya guru menggunakan pendekatan dan metode yang tepat
sehingga siswa kurang aktif dan kurang bergairah dalam mengikuti
pembelajaran di kelas sehingga minat belajar belum maksimal.
Akibatnya, banyak siswa yang nilainya dibawah standar kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sehingga minat belajar siswa menjadi
rendah.
HASIL Penerapan metode diskusi dilaksanakan dalam 3 tahapan yaitu
a) Tahap sebelum pertemuan dimana guru memilih topik diskusi
dan memberikan penjelasan tentang topik yang akan
didiskusikan.
b) Tahap selama pertemuan yaitu guru mengelompokkan siswa
menjadi 4 kelompok, tiap kelompok diberikan sub materi yang
berbeda, guru dan siswa melaksanakan diskusi.
c) Tahap setelah pertemuan yaitu mengevaluai kembali materi
diskusi dan menyimpulkan pokok pembahasan.
Metode diskusi ini diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dan dapat
pula dibentuk dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil, yang
terpenting adalah siswa harus berpartisipasi di dalam setiap forum
diskusi.
Jenis-jenis Metode Diskusi
a) Diskusi Kelompok adalah metode pembelajaran yang
menggunakan cara dialog atau Tanya jawab antar sesama
anggota tim (kelompok). Tujuannya adalah untuk memperoleh
pengetahuan yang utuh dan komprehensif.
b) Diskusi Panel adalah diskusi yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang berbicara. Ada pendengar sebagai kelompok yang
diajar
c) Diskusi Simposium.Diskusi ini hampir sama dengan diskusi
panel, hanya sifatnya lebih resmi (formal). Diskusi Simposium
adalah ada beberapa orang ahli, minimal dua, diundang untuk
memberikan pidato tentang sautu masalah tertentu yang
disoroti dari beberapa aspek yang berbeda.
d) Debat Mula-mula dipilihkan suatu topik yang menarik dan baik
untuk diperdebatkan. Setelah itu kelompok dibagi menjadi dua.
Masing-masing mempunyai kemampuan yang sama.
Tujuan Penerapan Metode Diskusi
a) Mendorong siswa untuk berpikir kritis
b) Mendorong siswa mengepresikan pendapat secara bebas.
c) Memotivasi siswa menyumbangkan buah pikirannya dalam
memecahkan masalah bersama.
d) Mengambil satu atau beberapa alternative jawaban dalam
memecahkan masalah berdasarkan bertimbangan yang saksama
REFERENSI http://ejournal.iainpalopo.ac.id/index.php/iqro/article/viewFile/
312/246

2. Tahun 2019

JUDUL PENGGUNAAN METODE DISKUSI KELOMPOK GUNA


MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATERI MENEMUKAN IDE BACAAN
TEKS DI SMP
VOLUME 3 No.2
TAHUN 2019
LATAR BELAKANG Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar
siswa terhadap materi menemukan Ide Bacaan dalam teks di
SMP. Hal ini menjadi perhatian karena pelajaran Bahasa
Indonesia merupakan mata pelajaran yang penting dan menjadi
dasar dalam mempelajari mata pelajaran lainnya. Oleh karena
itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari alternatif metode
pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi tersebut. Penelitian dilakukan pada siswa
kelas VII SMP Negeri 3 Ketapang pada semester ganjil tahun
pelajaran 2018/2019. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode diskusi kelompok. Penelitian dilakukan
melalui 2 tahap, yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan.
Tahap perencanaan meliputi analisis kurikulum dan pembuatan
rencana pembelajaran, sedangkan tahap pelaksanaan meliputi
pelaksanaan pembelajaran, pengamatan, refleksi, dan
perencanaan ulang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan kontribusi dalam pengembangan metode
pembelajaran yang lebih efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi menemukan Ide Bacaan dalam teks.
HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode
diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi menemukan Ide Bacaan dalam teks di SMP. Hasil pre-
test menunjukkan rata-rata skor siswa sebesar 68,13, sedangkan
hasil post-test tahap I menunjukkan rata-rata skor siswa sebesar
72,27. Setelah dilakukan refleksi dan perencanaan ulang, pada
tahap II, hasil post-test menunjukkan rata-rata skor siswa sebesar
81,96. Selain itu, ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari
75,75% menjadi 93,33%. Dari hasil analisis data, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan Ide Bacaan
dalam teks dan dapat menjadi alternatif metode pembelajaran
yang efektif. Namun, penelitian ini juga menemukan beberapa
kendala dalam pelaksanaan kegiatan diskusi kelompok, seperti
kurangnya motivasi siswa dan kurangnya waktu yang tersedia
untuk kegiatan diskusi kelompok. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk mengatasi kendala tersebut agar kegiatan diskusi
kelompok dapat berjalan dengan lebih efektif.

REFERENSI http://dx.doi.org/10.26418/jurnalkpk.v3i2.41215

3. Tahun 2020

Judul Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Keterampilan Berbicara


Pada Siswa Kelas VIII MTSN 4 Palu
Volume 5
Tahun 2020
Latar Belakang Guru bahasa Indonesia umumnya menggunakan metode konvensional,
menyebabkan siswa pasif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penting
bagi guru untuk memilih metode yang mendorong keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran, salah satunya adalah metode diskusi. Metode diskusi
memberi siswa kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-
sama, mendorong berfikir sistematis, serta aktif dalam pembelajaran.

Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode diskusi dalam


pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII MTs Negeri 4
Palu. Observasi awal menunjukkan kurangnya keterlibatan siswa dalam
diskusi. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada
pengembangan ilmu pengetahuan dalam studi bahasa Indonesia,
memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya, dan bermanfaat bagi
siswa untuk meningkatkan kemampuan berbicara, serta bagi guru sebagai
acuan dalam menerapkan metode diskusi.
Hasil Penelitian ini mengamati beberapa aspek, termasuk aktivitas guru selama
pembelajaran, aktivitas siswa di kelas, dan hasil belajar siswa dalam
konteks penerapan metode diskusi untuk meningkatkan keterampilan
berbicara.

1) Observasi terhadap Kegiatan Guru:


Menilai keterampilan guru dalam membuka, membina, dan
menutup pembelajaran. Guru dinilai baik dalam membuka dan
menutup pembelajaran, sementara dalam membina diskusi telah
mencakup empat aspek yang ditentukan.
2) Observasi terhadap Aktivitas Siswa:
Siswa dinilai efektif dalam mengikuti proses pembelajaran,
memperhatikan materi, berdiskusi aktif, dan mengemukakan
pendapat. Beberapa siswa dinilai kurang efektif dalam
mempersiapkan buku dan tempat duduk.
3) Hasil Belajar Siswa:
Kemampuan siswa dalam keterampilan berbicara dievaluasi dalam
beberapa aspek: ekspresi, kelancaran, intonasi, dan pelafalan. Siswa
secara umum dinilai baik dalam kemampuan berbicara, dengan nilai
yang menunjukkan tingkat keberhasilan yang cukup tinggi.
4) Rata-rata Nilai Siswa:
Nilai rata-rata siswa menunjukkan sebagian besar siswa berada pada
kategori baikhingga sangat baik dalam kemampuan berbicara.
Dalam keseluruhan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penerapan metode diskusi dalam pembelajaran keterampilan
berbicara siswa kelas VIII A di MTs Negeri 4 Palu memberikan
dampak positif dengan peningkatan yang signifikan pada kegiatan
belajar mengajar serta hasil belajar siswa.
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dijabarkan, menunjukkan
bahwa penerapan metode diskusi sangat efektif diterapkan dalam
pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa kelas VIII A MTs Negeri
4 Palu Desa Taipaginggiri, Kecamatan Palu Utara. Hal ini didukung oleh
data yang telah diperoleh yakni dilihat dari penerapan metode diskusi
mendapatkan persentase sebesar 88%. Selain itu, data juga diperoleh dari
nilai rata-rata hasil belajar siswa yakni berdasarkan empat aspek yang
dinilai mencakup ekspresi, kelancaran berbicara, intonasi, dan pelafalan,
diperoleh nilai 80 dari jumlah 31 siswa. Nilai 80 tersebut termasuk kategori
baik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

4. Tahun 2021

Judul Penerapan Model Pembelajaraan Two Stay Two Stray Untuk Peningkatan
Hasil Belajar Keterampilan Diskusi Siswa X Ipa3 Negeri 3 Singkawang
Volume 1
Tahun 2021
Latar Belakang Kesulitan siswa dalam melakukan diskusi yang efektif di kelas, terutama
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Observasi menunjukkan bahwa
siswa kurang mengerti tentang diskusi yang baik, cenderung pasif, sulit
berbicara, dan enggan mengungkapkan gagasan saat berdiskusi.
Pembelajaran diskusi yang diterapkan belum efektif. Oleh karena itu,
peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran Two Stay Two Stray,
sebuah model kooperatif yang memungkinkan siswa berbagi hasil dan
informasi antar kelompok. Metode ini memungkinkan siswa berdiskusi
aktif, memiliki tanggung jawab, berwawasan luas, serta aktif
mengungkapkan ide dan gagasan mereka. Dengan model ini, diharapkan
siswa lebih aktif berbicara dalam diskusi, menciptakan suasana
pembelajaran yang menarik, dan membantu guru dalam membimbing
siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi penerapan metode
Two Stay Two Stray dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia guna
meningkatkan kemampuan diskusi siswa.
Hasil Penelitian ini membahas peningkatan keterampilan diskusi siswa pada
sebuah kelas X IPA2 melalui tahap pratindakan, siklus I, dan siklus II.
Dalam tahap pratindakan, skor rata-rata kelas tiap aspek keterampilan
diskusi siswa termasuk dalam kategori kurang, dengan sebagian besar
siswa masih kurang berani berbicara, kurang menguasai topik, dan tidak
lancar dalam berbicara. Penerapan metode pembelajaran "Two Stay Two
Stray" dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa, di
mana observasi terhadap pelaksanaan tindakan menunjukkan beberapa
siswa mulai aktif, tetapi sebagian masih pasif dan tidak fokus pada topik
diskusi. Siklus I menunjukkan peningkatan yang lebih baik dibanding tahap
pratindakan, di mana siswa mulai berani berbicara, saling berkolaborasi,
dan memotivasi anggota kelompok. Meskipun masih ada siswa yang belum
sepenuhnya menguasai topik, aktivitas diskusi secara keseluruhan
meningkat. Pada siklus II, keterampilan berdiskusi siswa mengalami
peningkatan lebih lanjut. Siswa menunjukkan kekompakan, aktif dalam
berbicara, dan mampu mengorganisasi kelompok dengan baik. Meskipun
demikian, beberapa kelompok masih memiliki keterampilan yang perlu
ditingkatkan, terutama dalam memotivasi anggota lainnya. Penelitian ini
mencakup aspek keberanian/semangat, kelancaran berbicara, kejelasan
ucapan, penguasaan masalah, dan penyampaian pendapat. Metode "Two
Stay Two Stray" memberikan manfaat dalam meningkatkan kerjasama,
kreativitas, serta minat siswa dalam pembelajaran.
Pada akhirnya, hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam
keterampilan berbicara siswa dari tahap pratindakan hingga siklus II
dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan dalam penelitian tindakan
kelas maka dapat disimpulkan bahwa Peningkatan hasil belajar dapat
diketahui dari kemampuan berdiskusi siswa sebelum dikenai tindakan dan
sesudah dikenai tindakan. Pada saat tes pratindakan, skor siswa masih
tergolong kurang. Siswa masih terlihat diam, malu, dan kurang aktif
melakukan diskusi. Siswa kurang berani menyampaikan ide/argumen dan
kurang lancar dalam berbicara. Setelah dikenai tindakan (siklus II),
kemampuan siswa mengalami peningkatan yang baik. Peningkatan
keterampilan diskusi siswa dapat dilihat dari 5 aspek, yaitu (1) aspek
keberanian/semangat, (2) aspek kelancaran berbicara, (3) aspek kejelasan
ucapan dan pilihan kata, (4) aspek penguasaan masalah, dan (5) aspek
penyampaian pendapat (persetujuan dan sanggahan). Peningkatan secara
hasil belajar berdasarkan jumlah skor rata-rata kelas yang diperoleh yakni
pada tes pratindakan sebesar 7,31 atau 29,63%, pada siklus I meningkat
menjadi 12,59 atau 50,54%, pada siklus II meningkat menjadi 17,09 atau
68,36%, dan pada akhir tindakan siklus II meningkat menjadi 20,90 atau
83,63%.

5. Tahun 2022

Judul MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA


MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK: LITERATURE
REVIEW
Volume dan Vol. 1, No. 2, September, 2022
Tahun
Latar Belakang Berfikir kritis adalah suatu kegiatan berfikir mengenai ide atau
gagasan yang berhubungan dengan konsep atau masalah yang
dipaparkan secara spesifik, dengan membedakannya secara tajam,
memilih, mengidentifikasi, mengkajinya untuk dikembangkan
menjadi sempurna (Tin Rustini, 2016). Keterampilan berfikir kritis
siswa dapat dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran yang
dikembangkan dengan menggunakan berbagai desain metode dan
model pembelajaran yang bervariasi. Salah satunya adalah
memadukannya dengan menggunakan metode diskusi. Metode
diskusi dalam proses pembelajaran menurut Suryosubroto (Anggrani,
2013) adalah suatu cara guru dalam menyajikanbahan pelajaran dengan
memberikan kesempatan kepada siswa secara berkelompok
melakukan diskusi ilmiah untuk mengutarakan dan mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan, dan menyusun alternatif pemecahan
permasalahan. Dengan menerapkan kegiatan yang dapat mendukung
meningkatkan keterampilan berfikir kritis siswa melalui kegiatan
pembelajaran diskusi, dapat memberikan pembelajaran yang
bermakna dan dapat dipahami oleh siswa untuk diterapkan dalam
kehidupannya. enerapan pembelajaran diskusi memberikan kesempatan
dan kebebasan siswa dalam mengutarakan berbagai
pandangan/pendapatnya terhadap suatu permasalahan yang terjadi
pada lingkungan masyarakat
Pembahasan Diskusi kelompok merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
dapat guru terapkan untuk mencapai tujuan kegiatan
pembelajaran sehingga menjadi pendukung dalam penguasaan
suatu konsep ataupun kemampuan memecahkan permasalahan melalui
suatu proses kegiatan yang mampu memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berfikir, melakukan interaksi sosial, dan melatih siswa
bersikap positif (Zulfanidardkk., 2016). Kegiatan belajar dengan diskusi
kelompok merupakan bagian kegiatan pembelajaran yang dirancang
dalam mendukung keikutsertaan siswa aktif memecahkan
permasalahan melalui jejak berpendapat. Penerapan metode diskusi
dalam proses belajar memiliki keunggulan, antara lain: 1) Memberikan
kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara langsung,
2) Dapat digunakan dengan mudah baik sebelum, selama,
atau sesudah diterapkannya metode-metode belajar lainnya,
3) Dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, partisipasi siswa,
demokratis, mengembangkan sikap, memotivasi serta mengembangkan
kemampuan berbicara atau berpendapat, 4) Memberikan
kesempatan siswa untuk menguji, mengubah, serta mengembangkan
pandangan, nilai serta pengambilan suatu keputusan yang
dipertimbangkan Bersama dalam suatu kelompok,
5) Dalam kegiatan diskusi kelompok dibutuhkan kemampuan siswa yang
memiliki kelemahan dalam memecahkan suatu permasalahan (Juniati,
2017).
Siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menarik
kesimpulan dari berbagai pendapat pemecahan masalah. Interaksi tidak
hanya terjadi dua arah antara siswa dan guru, akan tetapi melalui
diskusi kelompok terjadi interaksi aktif antara siswa dengan teman-
teman kelompok dan teman kelasnya (Lamajau, 2017).

Link https://jpee.lppmbinabangsa.ac.id/index.php/home/article/view/19/26

6. Tahun 2023

JUDUL Workshop Brainstorming: Mengaktifkan Pengetahuan Awal Siswa


Sebelum Memasuki Topik Diskusi
VOLUME DAN Vol.2, No.2 Juni 2023
TAHUN
LATAR Workshop brainstorming merupakan suatu kegiatan untuk mengaktifkan
BELAKANG pengetahuan awal siswa sebelum memasuki topik diskusi bertujuan
untuk memberikan instruktur yang efektif untuk melibatkandan
membangkitkan pengetahuan dan pengalaman awal siswa. Aktivasi
pengetahuan awal penting dalam proses pembelajaran karena
berfungsi sebagai dasar bagi informasi baru untuk diasimilasi dan
ditafsirkan. Pengajar dapat membuat koneksi, meningkatkan keterlibatan,
dan menumbuhkan pengalaman belajar yang lebih kaya dengan
melibatkan pengetahuan masa lalu siswa sebelum masuk ke topik diskusi
yang baru. ereka berpendapat bahwa dengan mengaktifkan
pengetahuan yang sudah ada, para pendidik membantu siswa dalam
menghubungkan materi baru dengan apa yang sudah mereka
ketahui, meningkatkan pemahaman dan retensi. Selanjutnya, para
psikolog kognitif membentuk teori skema, yang memberikan kerangka
teori untuk menjelaskan fungsi informasi masa lalu dalam
pembelajaran.
orkshop brainstorming merupakan suatu kegiatan untuk
mengaktifkan pengetahuan awal siswa sebelum memasuki topik diskusi
mengakui pentingnya pengetahuan awal dalam proses pembelajaran.
Program ini memberikan para pengajar cara-cara berbasis bukti untuk
mengaktifkan pengetahuan awal siswa secara efektif dengan
memanfaatkan wawasan dari penelitian dan kerangka kerja teoritis.
Guru dapat menggunakan taktik ini untuk menghubungkan siswa,
meningkatkan keterlibatan, mengklarifikasi miskonsepsi, dan
mengembangkan pengalaman belajar yang lebih kaya di kelas mereka.
HASIL kegiatan workshop ini dilakukan dalam bentuk ceramah. presentasi
materi dibuat dalam bentuk PowerPoint untuk menyampaikan materi
workshop membuat brainstorming ketika mengajar bagi mahasiswa
program micro teaching dan praktek pengalaman lapangan. Dan sub-
sub tema dalam kegiatan workshop ini antara lain; pentingnya
mengaktifkan pengetahuan sebelumnya, strategi untuk mengaktifkan
pengetahuan sebelumnya, menilai dan mengukur pengetahuan
sebelumnya, membedakan instruksi berdasarkan pengetahuan
sebelumnya, pembelajaran scafolding melalui aktivasi pengetahuan
awal.
pembahasan materi-materi dalam workshop dengan lebih detail
sebagai berikut:
1.Pentingnya Mengaktifkan Pengetahuan Sebelumnya Mengaktifkan
pengetahuan sebelumnya adalah aspek mendasar dari pembelajaran yang
efektif dan sangat penting dalam berbagai lingkungan pendidikan.
Selain itu, mengaktifkan pengetahuan awal akan menumbuhkan
hubungan yang bermakna antara apa yang telah diketahui oleh
peserta didik dan informasi baru yang mereka temui.
2.Strategi untuk Mengaktifkan Pengetahuan Sebelumnya. Latihan
brainstorming dapat digunakan untuk merangsang pengetahuan yang
sudah ada dengan mendorong peserta didik untuk menghasilkan ide,
konsep, dan asosiasi yang berkaitan dengan topik yang sedang dibahas.
Teknik ini tidak hanya memanfaatkan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya, namun juga mendorong kreativitas dan
kemampuan berpikir kritis. Pemetaan konsep adalah strategi ampuh
lainnya yang membantu siswa memvisualisasikan hubungan antara
pengetahuan sebelumnya dan konsep baru
3.Menilai dan Mengukur Pengetahuan Sebelumnya Menilai dan
mengukur pengetahuan awal sangat penting untuk menyesuaikan
instruksi dan memenuhi kebutuhan siswa yang beragam. Ada
beberapa metode yang efektif untuk mengevaluasi pengetahuan siswa
yang sudah ada. Menggunakan penilaian formatif, seperti kuis atau
gambar yang dapat memberikan umpan balik mengenai pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep tertentu. Penilaian ini memungkinkan
pendidik untuk mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan dan
menyesuaikan pengajaran mereka
4.Membedakan Instruksi Berdasarkan Pengetahuan Sebelumnya
Membedakan instruksi berdasarkan pengetahuan sebelumnya adalah
pendekatan utama untuk memenuhi beragam kebutuhan siswa di kelas.
Dengan mengadaptasi metode pengajaran, para pendidik dapat
memenuhi berbagai tingkat pengetahuan sebelumnya di antara para
siswa. Hal ini melibatkan penyediaan beberapa titik masuk ke suatu
topik, menggunakan strategi instruksional yang bervariasi, dan
menggunakan materi dan sumber daya yang berbeda.
5.Pembelajaran Scafolding melalui Aktivasi Pengetahuan Awal
Pembelajaran scafolding melalui aktivasi pengetahuan awal merupakan
pendekatan instruksional yang efektif yang mendukung siswa dalam
memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru. Dengan
membangun pengetahuan siswa yang sudah ada, pendidik dapat
membuat hubungan antara apa yang sudah diketahui siswa dengan topik
baru yang diperkenalkan. Pendekatan ini membantu siswa memahami
informasi baru dengan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah
mereka miliki sebelumnya.
KESIMPULAN workshop ini berfungsi sebagai sarana untuk menambah
keterampilan yang sudah dimiliki oleh para siswa, yang kemudian dapat
diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah tempat mereka
praktik. Oleh karena itu, sangat penting untuk kegiatan workshop ini
perlu diseminasikan dan disosialisasikan untuk mendorong
pemahaman dan pelaksanaan praktik mengajar mahasiswa yang lebih
efektif.
LINK https://journal.staiypiqbaubau.ac.id/index.php/jpmis/article/view/
297

Anda mungkin juga menyukai