Anda di halaman 1dari 33

METODE DISKUSI TERBUKA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah Implementasi Pembelajaran Tematik Di SD/MI
Dosen Pengampu :
1. Dr. H. Fahrul Razi, M.Pd

2. Roikhatul Janah, S.Pd.I., M.Pd

Disusun Oleh :
1. Anisa Satu Sapipah (12010157)

2. Susi Santika (12010138)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
TAHUN 2022
A. Latar Belakang Makalah

Pembelajaran tematik sudah digunakan dalam proses pembelajaran di Indonesia.


Pembelajaran tematik merupakan gabungan dari beberapa mata pelajaran.
Pembelajaran tematik merupakan proses pembelajaran yang penuh makna dan
berwawasan multikurikulum. Pembelajaran tematik menawarkan model-model
pembelajaran yang menjadi aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna
bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal, meliputi pembelajaran inquiry
secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan
memberdayakan, pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti
dan memahami dunia kehidupannya (Prastowo, 2019:3).1

Pembelajaran tematik memiliki tujuan pembelajaran agar tercapainya hasil dalam


proses belajar. Konsep yang ditanamkan sejak dini bisa membuat peserta didik lebih
mengerti tentang makna belajar. Tujuan dari pembelajaran tematik menurut Sukayati
(dalam Prastowo, 2019: 5) yaitu: pertama, meningkatkan pemahaman konsep yang di
pelajari lebih bermakna; kedua, mengembangkan ketrampilan menemukan,
mengolah, dan memanfaatkan informasi; ketiga, menumbuh kembangkan sikap
positif; keempat, menumbuhkembangkan ketrampilan sosial; kelima, meningkatkan
gairah dalam belajar dan memilih kegiatan sesuai dengan minat dan kebutuhan para
siswa.2

Kecermatan dari guru sangat dibutuhkan dalam pemilihan model pembelajaran


tematik untuk keberhasilan proses belajar mengajar yang dilaksanakan. Tidak hanya
itu guru juga memerlukan media pembelajaran akan menunjang keberhasilan dalam
proses pembelajaran.

1
Prastowo,Andi. Analisis pembelajaran tematik terpadu, Jakarta : Prenadamedia Group, 2019.hlm 3.
2
Ibid.,hlm5
B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana Konsep teori metode diskusi terbuka.


2.Apa kelebihan dan kekurangan metode diskusi terbuka.
3.Apa saja Langkah-langkah metode diskusi terbuka.
4.Bagaimana rencana pembelajaran menggunakan metode diskusi terbuka .
5.Bagaimana contoh dari implementasi metode diskusi terbuka.
C. Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui konsep teori metode diskusi terbuka
2.Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode diskusi terbuka
3.Untuk mengetahui langkah-langkah metode diskusi terbuka
4.Untuk mengetahui rencana pembelajaran menggunakan metode diskusi
terbuka
5.Untuk mengetahui contoh dari implementasi metode diskusi terbuka.

D. Konsep Teori Metode Diskusi Terbuka


Metode diskusi adalah sebuah metode pembelajaran yang berkaitan dengan
pemecahan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang. Metode ini sangat
cocok diterapkan pada kelompok yang berjumlah tidak terlalu banyak. Dalam
praktiknya metode diskusi ini lebih mengutamakan interaksi antar individu untuk
merangsang daya berpikir kritis pada setiap peserta kegiatan diskusi. 3
Tujuannya
ialah untuk memperoleh pemahaman yang lebih jelas dan lebih intensif tentang
sesuatu dan memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah
dan memahami informasi siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Andriani,
2019).4
Salah satu metode pembelajaran yang penggunaannya dapat diterapkan
hampir di semua mata pelajaran ialah metode diskusi. Melalui metode diskusi
suasana kelas menjadi lebih hidup. Selain itu metode diskusi juga dapat memberikan
stimulus pada siswa agar perhatiannya berfokus pada problem yang dibahas serta
memotivasi siswa agar dapat berpikir kritis dan tanggap dalam
berpendapat.Sutikno dalam bukunya mengungkapkan metode diskusi merupakan
satu dari sekian metode pembelajaran yang mencoba untuk mengatasi masalah yang
dihadapi, baik oleh setidaknya dua individu, yang saling mengajukan argumen dari
sudut pandang masing-masing. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan dan
menghidupkan suasana belajar sehingga siswa dapat merefleksikan dengan
mendalam tentang apa yang mereka pikirkan (Sutikno, 2009).5

Saat menggunakan metode diskusi pendidik harus memberikan kesempatan


yang sama kepada setiap siswa untuk aktif berpartisipasi dalam forum diskusi
sehingga siswa dapat mengembangkan hasil pemikiran mereka dan bertukar
pendapat yang nantinyaakan mempengaruhihasil belajar.Penggunaan strategi diskusi
dalam sistem pembelajaran dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk
inovatif dalam menyampaikan perasaan atau berkomentar, mengajukan pertanyaan,
menyanggah, memberikan ide, dan menoleransi atau menolak penilaian orang lain
(nasihah lulu’, 2015).6 Untuk mengetahui bagaimana ketercapaian hasil belajar
melalui metode diskusi dapat dilakukan dengan penilaian. Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk menilai suatu tindakan agar mengetahui sejauh mana
kegiatan tersebut telah membuahkan hasil(Anwar, 2021). 7

3
Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-Model Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan Kelas, (Semarang: Cv. Pilar Nusantara,
2018), 36.4 Andriani. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran
Akidah Akhlak Kelas VIII MTs Muhammadiyah Pattongko Kec. Sinjai Tengah Kab.Sinjai. 5 Sutikno, M. S. (2009). Belajar
dan Pembelajaran”Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Prospect.
Salah satu komponen pembelajaran yang memiliki peranan penting, dimana
tolak ukur keberhasilan siswa selama melakukan proses pembelajaran dapat
diketahui melalui evaluasi penilaian dengan tingkat penguasaan atau pemahaman
siswa terhadap materi yang dipelajari.(Hidayah, 2018).8 Dengan demikian hasil
belajar siswa mecakup segala hal yang dapat dipelajari di sekolah, baik itu sikap,
pengetahuan,dan keterampilan yang berkaitan denganmata pelajaran yang
diberikan.
Diskusi adalah memberikan alternatif jawaban untuk memecahkan berbagai
persoalan yang akan dipecahkan harus dikuasai secara mendalam. Diskusi terasa
kaku bila persoalan yang akan didiskusikan tidak dikuasai. Dalam diskusi, guru
menyuruh anak didik memilih jawaban yang tepat dari banyak kemungkinan
alternative jawaban (Djamarah, 2003:198).
Adapun menurut Mulyasa menjelaskan metode diskusi diartikan sebagai
percakapan responsive yang dijalin oleh peranyaan-pertanyaan problematis yang
diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah. Hal tersebut sejalan dengan
pengertian yang dikemukakan dalam kamus besar Bahasa Indonesia bahwa diskusi
adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Dalam
diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu di pecahkan (Mulyasa,
2007:116).
Metode diskusi digunakan dalam rangka pembelaajran kelompok atau kerja
kelompok yang didalamnya melibatkan beberapa orang murid untuk menyelesaikan
pekerjaan tugas atau permasalahan. Sering pula metode ini disebut sebagai salah
satu metode yang menggunakan pendekatan CBSA atau keterampilan proses.
Kegiatan diskusi ini dapat dilaksanakan dalam kelompok kecil (3-6 peserta),
kelompok sedang (8-12 peserta), kelompok besar (13-40 peserta) ataupun diskusi
kelas. Diskusi kelompok kecil lebih efektif dari pada diskusi kelompok besar atau
diskusi kelas. Kegiatan diskusi dipimpin oleh seorang ketua atau moderator untuk
mengatur pembicaraan cara mencapai target (Anita, 2009:52).
Adapun karakteristik penerapan metode diskusi menurut Anita (2009:52) adalah
bahan pelajaran harus dikemukakan dengan topik permasalahan atau persoalan yang
akan menstimulus murid menyelesaikan permasalahan/persoalan tersebut. Tugas
utama guru dalam kegiatan ini sebagai pembimbig, fasilitator, atau motivator supaya
interaksi dan aktifitas murid dalam diskusi menjadi efektif. Aktivitas murid harus
dibimbing melalui penerapan cara berfikir yang sistematik dengan menggunakan
logika berfikir yang ilmiah.
Roestiyah (2001:5) menyebutkan bahwa tujuan dari Teknik diskusi antara lain:
(a) Dengan diskusi murid didorong menggunakan pengetahuan dan pengalamannya
untuk memecahkan masalah, tanpa selalu bergantung pada pendapat orang lain; (b)
Murid mampu menyatakan pendapatnya secara lisan, karena hal itu perlu untuk
melatih diri untuk menyatakan pendapatnya sendiri secara lisan tentang suatu
masalah bersama; dan (c) Diskusi memberikan kemungkinan pada murid untuk
belajar berpartisipasi dalam pembicaraan.

6
nasihah lulu’, ali muchsan. (2015). UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA MELALUI METODE DISKUSI
PADA MATA PELAJARANAQIDAH AKHLAQ KELAS VIII A DI MTs. SUNAN AMPEL SEMANDING PARE.
Inovatif, 1(2), 136–163.
7
Anwar, K. (2021). Urgensi Evaluasi dalam Proses Pembelajaran. Rausyan Fikr : Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan, 17(1),
108–118. https://doi.org/10.31000/rf.v17i1.41838 Hidayah, U. (2018). Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Menuju Harmoni Sosial. Jurnal Pedagogik, 05(01), 69–81.
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi Terbuka
1. Kelebihan Metode Diskusi Terbuka
Sebagaimana metode pembelajaran lainnya, metode diskusi juga memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Beberapa kelebihan metode
diskusi, yaitu:
a. Dapat memberikan rangsangan pada siswa untuk lebih kreatif, terutama dalam
memberikan argumen.
b. Dapat melatihsiswa membiasakan diri untuk bertukar pendapat dalam
mengatasi setiap problematika.
c. Dapat membuat siswa mengeluarkan argumen secara verbal.

d. Membuat siswa untuk lebih mengahargai pendapat orang lain dan tidak
memaksakan kehendak pribadi.
2. Kekurangan Metode Diskusi Terbuka

Sedangkan kekurangan dari metode diskusi di antaranya, yaitu:

a. Pembahasan dalam diskusi meluas sehingga kesimpulannya terkadang kurang


tersampaikan.
b. Butuh waktu yang panjang dan terkadang tidak sesuai rencana.

c. Sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional dan tidak bisa di
kontrol. Akibatnya, ada pihak yang merasa tidak nyaman sehingga
mengganggu proses belajar mengajar.
d. Tidak bisa dipraktikkan dalam jumlah banyak, dikarenakan semakin banyak
peserta dapat membuat arah diskusi menjadi tidak jelas.
e. Hanya di kuasai oleh satu atau dua siswa yang mempunyai keterampilan
berbicara.*Untuk melaksanakan metode diskusi agar pembelajaran berjalan
dengan efektif dan efisien,
F. Langkah-langkah Metode Diskusi Terbuka
Untuk melaksanakan metode diskusi agar pembelajaran berjalan dengan
efektif dan efisien, terdapat langkah-langkah sistematis yang harus diikuti. Langkah-
langkah tersebut meliputi:
1.Langkah Persiapan

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan yang bersifat umum
maupun khusus.
b. Menentukan jenis diskusi yang dapat dilaksanakann sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai.
c. Menetapkan masalah yang akan dibahas.

d. Mempersiapakan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan


diskusi, misalnya ruang kelas dengan segala fasilitasnya, petugas-petugas
diskusi seperti moderator, notulis, dan tim perumus jika diperlukan.
2.Pelaksanaan Diskusi

a. Memeriksa segala persiapan yang dianggap penting.

b. Memberikan pengarahan sebelum melakukan diskusi, misalanya menyajikan


tujuan yang ingin dicapai serta aturan-aturan diskusi sesuai dengan jenis
diskusi yang akan dilaksanakan.
c. Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaan diskusi hendaklah memperhatiakan suasana atau iklim belajar yang
menyenangkan, misalnya tidak tegang dan tidak saling menyudutkan.

d. Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk


mengeluarkan gagasan dan ide-idenya.
e. Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang dibahas.
3.Menutup Diskusi

a. Membuat pokok-pokok pembahasan sebagai kesimpulan sesuai dengan hasil


diskusi.
b. Mereview jalannya diskusi dengan meminta pendapat dari seluruh peserta
sebagai umpan balik untuk perbaikan selanjutnya.

G. Rencana Pembelajaran Metode Diskusi Terbuka


Langkah-langkah Pembelajaran

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan1. Guru memberi salam (orientasi) 15 menit
15 enit 2. Guru memeriksa dan kebersihan dan kelengkapan
kelas.
3. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa, diawali
dengan yel – yel "Ayo Doa".
Kalau kau kelas satu duduk siap
Kalau kau anak pintar lipat tangan
Kalau kau kelas satu, kalau kau anak pintar, kalau
kau anak soleh ayo doa.
4. Kemudian berdoa bersama(Religius)
5. Absensi / mengecek kehadiran peserta didik.
6. Untuk mengingat pembelajaran sebelumnya, guru
mengingatkan peserta didik lagu "Pergi Belajar"
dengan meyanyikan bersama - sama .....
7. Kemudian guru bertanya "anak – anak, Ibu mau
bertanya, sebelum pergi sekolah apakah anak – anak
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
berpamitan dengan orang tua? Mengapa kita harus
berpamitan sebelum bepergian?"(apersepsi)
8. Guru menginformasikan pembelajaran.
"Anak – anak, hari ini kita akan belajar tentang tema
Kegemaranku dengan subtema Gemar Berolahraga
pembelajaran 1."
9. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
"Setelah pembelajaran ini, diharapkan anak – anak
dapat memahami kosakata tentang permainan dan
olahraga, mematuhi aturan yang belaku baik di
lingkungan rumah, di lingkungan sekolah, maupun
waktu bermain bersama teman dan dapat menirukan
bunyi alam dan bunyi buatan melalui lagu."
10. Informasi kegiatan pembelajaran
"Selama kegiatan pembelajaran ini
berlangsung, kita akan
melakukan kegiatan
menyenangkan seperti,
memilih kosakata yang tepat
untuk dipasangkan dengan
gambar, menentukan gambar
anak yang mematuhi peraturan
dan gambar anak yang tidak
mematuhi aturan, serta
menirukan bunyi alam dan
bunyi buatan. Ibu harap
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
selama pembelajaran
berlangsung, anak – anak
dapat dapat mengikuti dengan
aktif dan dapat bekerjasama
dengan baik." (Motivasi)
Kegiatan Intia. eksplorasi 145 menit
145 menit 1. Peserta didik dibimbing oleh guru untuk mengamati
gambar permainan dan olahraga.
2. Peserta didik mengamati gambar permainan dan
olahraga.
3. Peserta didik mencermati gambar permainan dan
olahraga.
b. elaborasi
4. Guru memberikan pertanyaan – pertanyaan untuk
mengecek pemahaman peserta didik.
" Anak – anak, apakah kamu suka bermain?"
" Permainan apa yang kamu sukai?"
" Tahukan kamu permainan lain yang menyehatkan?"
5. Guru menampilkan kartu kata berisi kosakata tentang
permainan dan olahraga yang berkaitan dengan
gambar sebelumnya.
6. Peserta didik menyimak setiap kata yang yang
dibacakan oleh guru.
7. Peserta didik ditugaskan untuk menirukan kosakata
yang dibacakan oleh guru tentang jenis – jenis
olahraga dan permainan.
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
8. Peserta didik menirukan kosakata yang dibacakan
oleh guru. (menanya)
9. Peserta didik dimotivasi untuk mengajukan
pertanyaan tentang makna kata – kata yang telah
dibaca.(mencoba)
10. Setelah membaca nyaring dan mengulang kosakata
tentang permainan dan olahraga, peserta didik
mengamati gambar –gambar pada Buku Siswa.
11. Peserta didik bersama dengan teman sebangkunya
berdiskusi untuk membedakan kegiatan yang
menyehatkan dan kegiatan yang tidak menyehatkan.
12. Peserta didik diarah untuk menemukan 3 cara
memelihara kesehatan diri.
13. Setelah peserta didik menemukan 3 cara memelihara
kesehatan diri, guru membacakan cerita tentang
aturan di rumah. (mengasosiasi)
14. Peserta didik menyimak cerita yang dibacakan oleh
guru. (strategi example non examples)
15. Guru melanjutkan dengan menampilkan 4 gambar
anak yang mematuhi ataran dan gambar anak yang
tidak mematuhi aturan.
16. Peserta didik berdiskusi bersama dengan teman
sebangkunya mengamati gambar untuk membedakan
gambar anak yang mematuhi aturan dengan gambar
anak yang tidak mematuhi aturan.
17. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
kepada peserta didik untuk memperhatikan dan
membedakan gambar.
18. Peserta didik bersama dengan teman sebangkunya
memberi tanda  pada gambar yang mematuhi
aturan dan tanda  pada gambar yang tidak
mematuhi aturan.
19. Peserta didik melaporkan gambar apa saja yang
mereka temukan.
20. Guru menstimulasi peserta didik untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai gambar –
gambar yang telah diidentifikasi, berkaitan dengan
sikap anak – anak di dalam gambar.
"Anak – anak, dari gambar yang sudah kita lihat tadi,
bagaimana dengan gambar yang pertama?
Apakah baik untuk dicontoh?
Mengapa baik?
Agar terlihat rapi, tidak terjadi bersenggolan dengan
teman, dan kita jadi lebih mudah melakukan
gerakan."
21. Peserta didik menyimak cerita guru tentang lomba
lari.
22. Guru memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dengan pertanyaan.
"Tahukah kamu bunyi peluit?"
23. Peserta didik ditugaskan menirukan bunyi peluit.
24. Guru menampilkan 10 gambar yang mengeluarkan
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
bunyi.
25. Peserta didik mengamati dan menirukan bunyi yang
terdapat pada gambar.
26. Peserta didik membedakan 4 gambar dengan
memberi tanda centang (√) untuk bunyi – bunyian
buatan, dan tanda (×) untuk bunyi – bunyian alam.
27. Guru menstimulusi peserta didik untuk berdiskusi
tantang sumber – sumber bunyi yang telah
diidentifikasi dan ditirukan.
Bunyi angin, petir, sungai, hujan, binatang, dan bunyi
lain yang dapat ditemukan di alam, tercipta bukan
karena manusia yang sengaja membuatnya
merupakan bunyi – bunyian alam.
Sedangkan bunyi gitar, bel sepeda dan bedug adalah
suara yang dibuat oleh manusia, disebut pula bunyi
buatan.
28. Peserta didik menyanyikan lagu "Senang Hati"
bersama – sama.
29. Peserta didik bernyanyi sambil bertepuk tangan dan
bergerak sesuai lirik lagu.
Penutup 1. Guru memotivasi peserta didik untuk mematuhi 15 menit
aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Guru menanyakan contoh-contoh sikap mematuhi
aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. Peserta didik menjawab secara bergantian.
4. Guru menutup pembelajaran dengan salam penutup
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
dan berdoa
H. Implementasi Metode Diskusi Terbuka
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa
dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan
yang bersifat diplomatis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. Lebih lanjut,
diskusi kelas merupakan salah satu sistem belajar yang mengharapkan agar siswa
dapat menguasai standar kompetensi yang ditetapkan. Diskusi memberi kesempatan
tidak hanya untuk menggunakan pikiran, tetapi bila digunakan dengan tepat.
Langkah pertama guru mengidentifikasi antara siswa yang daya tangkapnya
rendah dengan siswa yang memiliki daya tangkap tinggi. Pemilihan ini sangat
penting agar siswa yang daya tangkap rendah dapat terbantu oleh siswa yang daya
tangkapnya tinggi sehingga dapat ikut berperan serta dalam berdiskusi. Selain itu,
guru juga harus mengetahui basis daerah siswa, dari pengetahuan ini guru dapat
mengetahui potensi siswa.
Dengan pengetahuan ini, guru dapat memberikan perhatian yang detail kepada
siswa dan dapat membagi kelompok belajar dengan tepat. Langkah selanjutnya,
guru memberikan penjelasan awal tentang pokok-pokok permasalahan dari materi
yang akan didiskusikan. Kemudian guru memberikan pertanyaan kepada masing-
masing kelompok, selanjutnya dikembangkan, diambil kesimpulan dan apa yang
dapat diterapkan dari materi yang dibahas.
Data tentang hasil belajar Pendidikan Agama Islam siswa setelahproses
pembelajaran yang dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar/ulangan
harian. Selanjutnya data tes hasil belajar tersebut dianalisis untuk perbaikan proses
pembelajaran selanjutnya yang bertujuan meningkatkan hasil belajar.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara: (a) Tes Tertulis. Tes tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam
bentuk objektif/pilihan ganda; (b) Observasi. Untuk mengetahui aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa dilakukan pada proses pembelajaran dengan model
pembelajaran Diskusi yang diamati oleh pengamat; dan (c) Dokumentasi. Untuk
mengetahui aktivitas yang dilakukan guru dan siswa dilakukan pada proses
pembelajaran dengan model pembelajaran Diskusi yang disajikan dalam bentuk
gambar/foto.
Ketuntasan individu tercapai apabila siswa mencapai 77% dari hasil tes atau
nilai 77. Ketuntasan individu dihitung dengan rumus:
skor mentah
Nilai Akhir = skor ideal x 100%

(Wahyudin, 2007)
NS ≥ KKM maka kategori tuntas,
NS < KKM maka kategori tidak tuntas
NS = Nilai Siswa

Ketuntasan klasikal tercapai apabila 75% dari seluruh siswa memperoleh


dengan nilai minimal 77 maka kelas itu dikatakan tuntas. Adapun rumus yang
dipergunakan untuk menentukan ketuntasan klasikal sebagai berikut:
JT
KK = JS X 100 %

KK = Ketuntasan klasikal
JT = Jumlah siswa yang tuntas
JS = Jumlah siswa seluruhnya

Hasil belajar diukur dengan melakukan tes hasil belajar. Pada pengukuran
aktivitas guru, karena indikator aktivitas guru adalah 8,dengan pengukuran masing-
masing 1 sampai dengan 5 berarti skor maksimal dan minimal adalah 40 (8 x 5) dan
8 (8 x 1). Adapun aktivitas guru adalah sebagai berikut: (1) Guru menjelaskan
tentang permasalahan yang akan dibahas; (2) Guru memberikan motivasi kepada
peserta untuk memikirkan pemecahannya; (3) Guru menciptakan suasana yang
kondusif; (4) Guru memberikan secara adil kepada peserta untuk mengemukakan
pendapat, ide, atau gagasan; (5) Guru mengendalikan pembicaraan kearah pokok
permasalahan; (6) Guru memperhatikanwaktu yang telahditentukan; (7) Siswa harus
berperan secara jelas dan tepat; dan (8) Guru menyimpulkan berbagai pendapat.
Menentukan 5 klasifikasi tingkat kesempurnaan guru dalam menggunakan
model pembelajaran diskusi, dapat dihitung dengan cara: (1) Menentukan jumlah
klasifikasi yang diinginkan, yaitu 5 klasifikasi yaitu sangat sempurna, sempurna,
cukup sempurna, kurang sempurna, dan tidak sempurna.
Menentukan interval (I), yaitu: I =
Skor max−Skor min
=1=¿
5
40−8
=6,4=6
5
(2) Menentukan table klasifikasi standar penerapan model pembelajaran diskusi,
yaitu: (a) Sangat sempurna apabila 33 – 40; (b) Sempurna apabila 25 – 32; (c)
Cukup sempurna apabila 17 – 24; (d) Kurang sempurna apabila 9 – 16; dan Tidak
sempurna apabila 1-8.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik analisis data dengan cara
mengkategorikan hasil belajar serta mempresentasikan keberhasilan dan batas
ketuntasan.

1. Gambaran Umum Diniyah Takmiliyah Awaliyah (PDTA) Ittihadul Khairiyah


Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu

Secara umum Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah adalah lembaga


pendidikan islam yang telah dikenal sejak lama bersama dengan masa penyiaran
islam di Nusantara. Biasanya penyelenggaraan Pendidikan Diniyah Takmiliyah
Awaliyah mendapat dukungan dan bantuan dari masyarakat setempat.
Perubahan nama dari Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) menjadi Pendidikan
Diniyah Takmiliyah Awaliyah (PDTA) karena ada surat keputusan yang di
keluarkan oleh Depertemen Agama Propinsi Riau pada tanggal 7 oktober 2009.
(nomor Kw.04.5/4/PP.00.7/194/).

Madarasah Diniyah Awaliyah (MDA) / Pendidikan Diniyah Takmiliyah


Awaliyah (PDTA) Ittihadul Khairiyah didirikan pada tanggal 20 maret 1996
oleh masyarakat kubang jaya.

Adapun guru-guru yang mengajar di pendidikan Diniyah Takmiliyah


Awaliyah (PDTA) Ittihadul Khairiyah Kubang Jaya, semua berjumlah 7 orang
dengan jenjang pendidikan Tamatan S1 sebanyak 4 Orang dan Mahasiswa/I
sebanyak 3 Orang.

Adapun keadaan siswa di Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah


(PDTA) Ittihadul Khairiyah Kubang Jaya Tahun Ajaran 2016-2017 adalah: (1)
Kelas I yang terdiri dari 29 siswa yakni 15 laki-laki dan 14 perempuan; (2)
Kelas II yang terdiri dari 34 siswa yakni 16 lakilaki dan 18 perempuan; (3)
Kelas III yang terdiri dari 35 siswa yakni 20 laki-laki dan 15 perempuan; dan
(4) Kelas IV yang terdiri dari 40 siswa yakni 20 laki-laki dan 20 perempuan.
Jadi, jumlah total siswa yang ada di Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah
(PDTA) Ittihadul Khairiyah Kubang Jaya Tahun Ajaran 2016-2017 adalah 138
siswa yang terdiri dari 71 siswa laki-laki dan 67 siswa perempuan.

Kurikulum merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan


suatu proses pendidikan, yang membantu dalam kelancaran pelaksanaan proses
belajar mengajar. Melihat hal tersebut, maka Pendidikan Diniyah Takmilikyah
Awaliyah (PDTA) Ittihadul Khairiyah yang merupakan sekolah agama
bernaung di bawah Depertemen Agama RI. Dengan demikian kurikulum yang
digunakan adalah kurikulum Madrasah Diniyah Tahun 1983 yang diadaptasikan
dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), sebagaimana kurikulum
yang dierlakukan secara nasional diberbagai lembaga pendidikan di Indonesia
(Depertemen Agama Propinsi Riau, 2010 : 15).
Adapun program inti mata pelajaran yang wajib diikuti dan dikuasai
oleh siswa/I PDTA Ittihadul Khairiyah, adalah: (a) Aqidah Akhlak; (b) Al-
Quran; (c) Hadist; (d) Fiqih; (e) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI); (f) Bahasa
Arab; (g) Mahfuzah (Hafalan); (h) Khat; (i) Pengamalan ibadah; dan (j)

2. Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Murid Pada


MataPelajaran Fiqih di PDTA Ittihadul Khairiyah Kubang Jaya Kecamatan
Siak Hulu Kabupaten Kampar

Adapun hasil penelitian ini dibahas dan diuraikan sebagai berikut.

Hasil Penelitian Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan


yaitu perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat
pembelajaran terdiri dari buku bahan ajar Fiqih dan soal ulangan siklus I.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar pengamatan dan


tes hasil belajar Fiqih, naskah soal dan alternatif jawaban. Pada tahap ini
ditetapkan bahwa kelas yang dilakukan tindakan adalah kelas IV PDTA
Ittihadul Khairiyah Kubang Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.

Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dalam 2 pertemuan, dan pada setiap


pertemuan berdurasi selama 1 x 60 menit, dimana 1 pertemuan dilaksanakan
pembelajaran melalui penerapan pembelajaran Metode Diskusi, dan 1
pertemuan untuk mengoreksi tugas yang telah diberikan dan untuk
pelaksanaan ulangan harian. Tiap-tiap pertemuan akan diuraikan sebagai
berikut.

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 6 April 2016


kegiatan pembelajaran berlangsung selama 1 jam pembelajaran (1 x 60
menit) yang dimulai pada jam 14.30 WIB sampai dengan jam 15.30 WIB.
Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas tentang shalat 5
waktu. Kegiatan pembelajaran diawali dengan guru mengingatkan siswa
tentang materi yang telah lalu dengan melakukan tanya jawab bersama
siswa, ada beberapa siswa yang tidak dapat menjawab soal yang diberikan
oleh guru. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang
dilanjutkan dengan memotivasi siswa. Dalam aktivitas ini terlihat beberapa
siswa tidak memperhatikan guru dan guru menegur siswa dengan menasehati
siswa, apabila diulangi maka akan diberi sanksi.

Memasuki kegiatan inti, guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran


yang diterapkan, kemudian menyajikan informasi secara garis besar
mengenai shalat 5 waktu. Dalam penyampaian informasi ini, terlihat siswa
yang tidak memperhatikan guru dan sibuk dengan urusannya. Guru menegur
siswa yang tidak memperhatikan dan akan memberi sanksi jika diulangi.
Selanjutnya guru membagi kelompok diskusi tentang shalat 5 waktu, yang
terdiri dari 5 kelompok masing-masing kelompok berjumlah 8 orang dan
setiap kelompok membahas satu topic tentang shalat fardhu.

Kegiatan akhir dari pembelajaran ini adalah siswa dengan bimbingan guru
menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Kemudian
guru memberi tugas rumah kepada siswa.

Pertemuan Kedua

Pada pertemuan kedua dilaksanakan pengoreksian tugas yang telah diberikan


kemudian mengulas kembali pembelajaran yang telah dibahas pada
pertemuan pertama hal ini dilakukan selama 40 menit pelajaran dan
kemudian dilanjutkan dengan evaluasi hasil belajar selama 20 menit murid
setelah mengikuti pembelajaran pada pertemuan pertama. Evaluasi hasil
belajar ini dilakukan dengan cara memberikan soal-soal tes hasil belajar
Fiqih. Soal evaluasi dikerjakan dalam waktu 1 x 60 menit. Pada tahap
evaluasi murid bekerja secara individu. Setelah selesai waktu pengerjaan
guru menyuruh siswa mengumpulkan lembar jawaban dengan tertib dan
teratur. Setelah ulangan siklus berakhir peneliti berdiskusi dengan siswa
mengenai pembelajaran yang digunakan. Beberapa orang siswa berpendapat
bahwa penerapan pembelajaran metode diskusi menyenangkan karena
diadakan dengan peristiwa yang konkret dan siswa sendiri yang
melakukannya.

Tahap pengamatan

Tahap pengamatan pada siklus I dilakukan bersamaan dengan tahap


pelaksanaan pembelajaran tahap pengamatan dilakukan pada pertemuan
pertama oleh observer yang merupakan salah satu wali kelas IV di Ittihadul
Khairiyah Kubang Jaya. Pada pertemuan pertama ini observer memberikan
penilaian terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung
hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran
pada pertemuan selanjutnya penilaian terhadap aktivitas guru pada siklus I
pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1
Hasil Observasi Guru pada Siklus 1

No Aktivitas Guru Skor Nilai Persentasi


Pada Siklus 1
1 Gurumenjelaskan tentang permasalahan 3 60%
yang akan dibahas
2 Guru memberikan motivasi kepada peserta 3 60%
untuk memikirkan pemecahannya
3 Guru menciptakan suasana yang kondusif 4 80%
4 Guru memberikan secara adil kepada 4 80%
peserta untuk mengemukakan pendapat,
ide, atau gagasan
5 Guru mengendalikan pembicaraan kea rah 4 80%
pokok permasalahan
6 Guru memperhatikan waktu yang telah 4 80%
ditentukan
7 Siswa harus berperan secara jelas dan 3 60%
tepat
8 Guru menyimpulkan berbagai pendapat 3 60%
Jumlah 28 Rata-rata
Kategori Cukup Baik 70%

Berdasarkan tabel 1, terlihat aktivitas guru di pertemuan pertama pada


penerapan metode diskusi dengan materi shalat 5 waktu. Pada pertemuan pertama,
aktivitas guru memperoleh skor 28 yang mencapai kategori cukup baik. Dari
penjelasan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan pertama ini bahwa
aktivitas guru adalah cukup baik, hal ini disebabkan guru kurang mempersiapkan diri
dan segala sesuatunya untuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
diskusi.
Pertemuan kedua adalah pertemuan terakhir pada siklus I, dimana pada
pertemuan ini dilakukan pengoreksian tugas rumah bersama kemudian dilanjutkan
dengan tes akhir siklus I untuk mengetahui apakah meningkat hasil belajar Fiqih
siswa dengan menggunakn metode diskusi, tes akhir siklus I dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 13 Maret 2016. Pada tes akhir siklus I ini semua siswa kelas IV hadir
dengan jumlah 40 orang hasil dari tes akhir pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 2
Frekuensi Nilai Hasil Tes Akhir Siklus 1
No Nilai Frekuensi Total Skor
1 45 3 135
2 50 3 150
3 55 2 110
4 60 6 360
5 70 4 280
6 75 1 75
7 77 6 462
8 80 5 400
9 85 8 680
10 90 2 180
Total 40 282
Rata-rata 70,8
Ketuntasan Tidak Tuntas

Berdasarkan tabel hasil belajar siklus I diatas diperoleh rata-rata nilai siswa
70,8 dari 40 orang siswa ada masih 17 siswa yang mendapatkan nilai dibawah nilai
KKM, ini berarti kegiatan pembelajaran pada siklus I belum maksimal, dan masih
perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa dari 40 orang siswa yang
mengikuti tes akhir siklus I ada 3 orang siswa yang mendapatkan nilai 45, dan 3
orang siswa mendapatkan nilai 50, dan 2 orang siswa mendapatkan nilai 55, dan 6
orang siswa mendapatkan nilai 60, dan 4 orang siswa mendapatkan nilai 70, dan 1
orang siswa mendapatkan nilai 75, dan 6 orang siswa mendapatkan nilai 77, dan 5
orang siswa mendapatkan nilai 80, dan 8 orang siswa mendapatkan nilai 85 dan 2
orang siswa mendapatkan nilai 90.
Refleksi Siklus I
Adapun hasil dari siklus I yang dilakukan dua kali pertemuan dan satu kali
ulangan harian. Pada siklus I pelaksanaan pembejaran sudah baik, akan tetapi masih
ditemukan beberapa kelemahan. Sisi kelebihan yang peneliti temukan adalah
sebagian siswa sudah mulai terbiasa dengan proses metode diskusi sehingga dalam
pelaksanaan yaitu dalam bekerja kelompok sudah mulai paham. Sedangkan
kelemahan yang ditemukan peneliti adalah masih terdapat siswa yang kurang aktif
dalam proses pembelajaran dan terdapat sebagian siswa yang belum berani dalam
bertanya kepada guru mengenai hal yang belum dimengerti. Pada siklus I ini terdapat
kelemahan yang akan diperbaiki pada siklus selanjutnya.
Hasil Penelitian Siklus II
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan
yaitu perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Perangkat
pembelajaran terdiri dari bahan ajar berupa buku Fiqih dan soal ulangan siklus II.
Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar pengamatan dan tes hasil
belajar Fiqih, naskah soal dan alternatif jawaban. Pada tahap ini ditetapkan bahwa
kelas yang dilakukan tindakan adalah kelas IV PDTA Ittihadul Khairiyah Kubang
Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar.
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dalam 2 pertemuan, dan pada setiap
pertemuan berdurasi selama 1x60 menit, dimana 1 pertemuan dilaksanakan
pembelajaran melalui penerapan metode diskusi, dan 1 pertemuan untuk mengoreksi
tugas yang telah diberikan dan untuk pelaksanaan ulangan harian. Tiap-tiap
pertemuan akan diuraikan sebagai berikut.
Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan ini kegiatan pembelajaran membahas mengenai shalat 5
waktu. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengabsensi kehadiran siswa.
Kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa. Ketika
guru menyampaikan tujuan pembelajaran, siswa mendengarkan dengan baik. Pada
kegiatan inti, guru menyajikan informasi secara garis besar mengenai Bagaimana
shalat 5 waktu meneladani. Dalam penyampaian informasi ini, terlihat masih ada
siswa yang tidak memperhatikan guru. Guru menegur siswa yang tidak
memperhatikan. Selanjutnya guru membagi kelompok kepada masing-masing siswa
dengan materi yang berbeda setiap kelompok.
Kegiatan akhir dari pembelajaran ini adalah guru bersama siswa
menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini kemudian guru
memberikan tugas rumah kepada siswa berkaitan dengan meneladani perilaku baik
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Pertemuan Keempat
Pada pertemuan keempat dilaksanakan pengoreksian tugas rumah yang telah
diberikan pada pertemuan ketiga dan evaluasi hasil belajar. Pengoreksian tugas rumah
dilakukan selama satu jam pelajaran kemudian dilanjutkan dengan Evaluasi hasil
belajar hal ini dilakukan dengan cara memberikan soal-soal tes hasil belajar Fiqih
berupa ulangan harian. Soal evaluasi dikerjakan dalam waktu 1x40 menit. Pada tahap
evaluasi murid bekerja secara individu. Setelah selesai waktu pengerjaan guru
menyuruh siswa mengumpulkan lembar jawaban dengan tertib dan teratur. Setelah
ulangan siklus berakhir peneliti berdiskusi dengan siswa mengenai pembelajaran
yang digunakan. Beberapa orang siswa berpendapat bahwa penerapan pembelajaran
metode diskusi menyenangkan karena diadakan dengan peristiwa yang konkret dan
siswa sendiri yang melakukannya.
Tahap pengamatan
Tahap pengamatan pada siklus II dilakukan bersamaan dengan tahap
pelaksanaan pembelajaran pengamatan dilakukan pada pertemuan ketiga oleh
observer yang merupakan salah satu wali kelas di PDTA Ittihadul Khairiyah Kubang
Jaya. Pada pertemuan pertama ini observer memberikan penilaian terhadap aktivitas
guru selama proses pembelajaran berlangsung, penilaian terhadap aktivitas guru pada
siklus II pada pertemuan pertama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II
No Aktivitas Guru Siklus Nilai Persentasi
Pada Siklus I
1 Guru menjelaskan tentang permasalahan yang 4 80%
akan dibahas
2 Guru memberikan motivasi kepada peserta 4 80%
untuk memikirkan pemecahannya
3 Guru menciptakan suasana yang kondusif 4 80%
4 Guru memberikan secara adil kepada peserta 4 80%
untuk mengemukakan pendapat, ide, atau
gagasan
5 Guru mengendalikan pembicaraan kearah 4 80%
pokok permasalahan
6 Guru memperhatikan waktu yang telah 4 80%
ditentukan
7 Siswa harus berperan secara jelas dan tepat 3 60%
8 Guru menyimpulkan berbagai pendapat 5 100%
Jumlah 32 Rata-rata
Kategori Sempurna 80%

Berdasarkan tabel 3, terlihat aktivitas guru di pertemuan ketiga pada


penerapan metode diskusi dengan materi shalat 5 waktu. Pada pertemuan ketiga ini,
aktivitas guru memperoleh skor 32 yang mencapai kategori sempurna dan
mendapatkan penilaian lebih baik dari pada pertemuan sebelumnya. Dari penjelasan
tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan pertama ini bahwa aktivitas
guru adalah sangat baik, hal ini disebabkan guru benar-benar telah mempersiapkan
diri dan segala sesuatu nya untuk pelaksanaan pembelajaran dan telah menguasai
dengan baik menggunakan model pembelajaran metode diskusi.
Disamping itu siswa juga sudah terbiasa belajar dengan menggunakan metode
diskusi sehingga guru dengan mudah membimbing siswa dalam kelompok yang telah
dibagikan oleh guru. Pertemuan keempat adalah pertemuan terakhir pada siklus ke II
dimana pada pertemuan ini dilakukan pengoreksian tugas rumah bersama kemudian
dilanjutkan dengan tes akhir siklus II untuk mengetahui apakah meningkat hasil
belajar PAI siswa dengan menggunakan metode diskusi, tes akhir siklus II
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 20 April 2016. Pada tes akhir siklus II ini semua
siswa kelas IV hadir dengan jumlah 40 orang.
Tabel 4
Nilai Hasil Tes Akhir Siklus II
No Nilai Frekuensi Total Skor
1 45 1 45
2 50 1 50
3 55 1 55
4 60 1 60
5 65 2 130
6 77 5 385
7 80 3 240
8 85 7 595
9 90 8 720
10 95 9 855
11 100 2 200
Total 40 3335
Rata-rata 83,375
Ketuntasan Tuntas
Berdasarkan tabel diatas, hasil belajar siklus II diatas diperoleh rata-rata nilai
siswa 83,375 dari 40 orang siswa ada 34 orang siswa yang mendapatkan nilai diatas
KKM, ini berarti kegiatan pembelajaran pada siklus II sudah maksimal, dan sudah
mencapai pada batas ketuntasan yang telah ditentukan oleh sekolah.
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa dari 40 orang siswa yang
mengikuti tes akhir siklus II ada 1 orang siswa yang mendapatkan nilai 45, dan 1
orang siswa mendapatkan nilai 50, dan 1 orang siswa mendapatkan nilai 55, dan 1
orang siswa mendapatkan nilai 60, dan 2 orang siswa mendapatkan nilai 65, dan 5
orang siswa mendapatkan nilai 77, dan 3 orang siswa mendapatkan nilai 80, dan 7
orang siswa mendapatkan nilai 85, dan 8 orang siswa mendapatkan nilai 90, dan 9
orang siswa mendapatkan nilai 95, dan 2 orang siswa mendapatkan nilai 100.
Refleksi Siklus II
Adapun hasil refleksi siklus II yang dilakukan satu kali pertemuan dan satu
kali ulangan harian aktivitas guru sudah dikategorikan baik dilihat dari lembar
pengamatan, sesuai dengan langkahlangkah yang direncanakan. Sebagian besar siswa
sudah terlihat aktif walaupun belum semuanya, namun peneliti sudah merasa puas
karena proses pembelajaran telah sesuai dengan apa yang peneliti rencanakan. Siswa
sudah tidak ragu lagi dalam mengerjakan tugas yang diberikan dan semangat dalam
diskusi kelompok.

Dari pengamatan yang dilakukan peneliti di siklus II dapat disimpulkan


bahwa penerapan pembelajaran metode diskusi telah sesuai dengan yang
direncanakan dan merupakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Kemudian terdapat peningkatan pemahaman siswa terhadap tahap-tahap yang ada
pada pembelajaran metode diskusi. Sehingga hasil belajar siswa meningkat yang
ditandai dengan penguasaan konsep materi Fiqih.

I. Kesimpulan
 Metode diskusi adalah suatu teknik pembelajaran melalui diskusi yang memuat
suatu masalah dengan melakukan pertukaran pendapat, menghasilkan
pemikiran, serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang
tergabung dalam kelompok tersebut untuk mencari kebenaran
 Sebagai metode partisipatif, penggunaan metode diskusi memiliki banyak
keuntungan.Salah satu diantaranya: aspek yang didiskusikan oleh peserta bisa
berkembang bahkan melebihi aspek-aspek yang dikemukakan oleh penyuluh.
Namun disamping keuntungan itu ada pula kelemahan dari metode diskusi ini
diantaranya : Alih informasi akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama
dibandingkan dengan demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah sasaran
yang terlibat dalam diskusi terbatas.

 Adapun Langkah dalam penerapan metode diskusi

1. Langkah Persiapan

2. Pelaksanaan Diskusi

3. Menutup Diskusi

J. Daftar Pustaka

Andriani. (2019). PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK


MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN AKIDAH
AKHLAK KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH PATTONGKO KEC.
SINJAI TENGAH
KAB.SINJAI. Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai.
Anwar, K. (2021). Urgensi Evaluasi dalam Proses Pembelajaran. Rausyan Fikr :
Jurnal Pemikiran Dan Pencerahan, 17(1), 108–118.
https://doi.org/10.31000/rf.v17i1.4183
Hidayah, U. (2018). Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni
Sosial. Jurnal Pedagogik, 05(01), 69–81.
Nasihah lulu’, ali muchsan. (2015). UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI
SISWA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA
PELAJARANAQIDAH AKHLAQ KELAS VIII A DI MTs. SUNAN
AMPEL SEMANDING PARE. Inovatif, 1(2), 136–163.
Prastowo,Andi.(2019).Analisis pembelajaran tematik terpadu, Jakarta :
Prenadamedia Group.

Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran”Upaya Kreatif dalam


Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil. Prospect.

Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-Model Pembelajaran dalam Penelitian


Tindakan Kelas, (Semarang: Cv. Pilar Nusantara, 2018), 36

Anda mungkin juga menyukai