Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Pembelajaran PAI
Oleh:
Gena Lilisha
Khoirunnisa Mutmainah
M Fiqi Fathurahman
Dosen Pengampu:
Marpuah, M.M.Pd
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang mana berkat Rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik, lancar dan tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul Desain dan Praktek Metode Diskusi dalam Metode PAI.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode
Pembelajaran PAI dari Dosen pengampu mata kuliah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk memberikan tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan umumnya bagi para
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Marpuah, M.M.Pd selaku Dosen mata kuliah,
kepada kedua Orang Tua dan teman-teman seperjuangan. Tidak lupa pula bagi pihak-pihak lain
yang terlibat dalam penulisan makalah ini, penulis juga ucapkan terima kasih.
Terakhir, Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu, Penulis meminta maaf apabila terdapat banyak kesalahan dalam penulisan maupun isi dalam
makalah ini. Penulis sangat menerima kritik dan saran guna menyempurnakan makalah ini dan
membenarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Diskusi merupakan sebuah interaksi komunikasi antara dua orangatau lebih. Biasanya
komunikasi antara orang-orang tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang
akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar.
Metode diskusi dalam pembelajaran pendidikan Islam sudah lama dikenal. Metode diskusi
ini bertujuan untuk dapat menyadari dan menguji bukti-bukti sistem nilai, pendapat dan respon dari
suatu gagasan sendiri atau orang lain. Menguji secara kolektif tentang suatu gagasan yang
dikemukakan orang lain. Untuk bertukar pikiran dan ide, belajar mengungkapkan serta menanggapi
keterangan yang relevan. Mengaitkan data dan keadaan dari berbagai pandangan orang lain dan
latar belakangnya berbeda-beda.
Penguasaan guru pendidikan agama Islam terhadap metode diskusi menjadi penting untuk
mewujudkan peserta didik memiliki kemampuan berbicara, menyampaikan pendapat, menanggapi
pendapat peserta didik lain, dan menjadikan peserta didik memiliki sikap demokratis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Metode
Secara etimologi kata diskusi merupakan serapan dari bahasa Latin, yakni discutio,
yang memiliki arti bertukar pikiran. Sedangkan metode diskusi dalam pembelajaran adalah
sebuah metode yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan untuk diselesaikan
secara berunding dengan teman-teman dalam satu kelompoknya.
Metode diskusi berfokus pada siswa atau student center dan bukan pada guru,
sehingga diharapkan siswa dapat selalu aktif saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam
pelaksanaannya guru membimbing dan menjelaskan aturan diskusi pada siswa. Pada saat
kegiatan diskusi berlangsung, siswa dalam satu kelompok akan saling berbagi data,
pengalaman, serta pengetahuan untuk memecahkan suatu masalah.
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran dimana guru bersama-
sama peserta didik mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi. Atau dengan
kata lain, metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
Metode diskusi ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya sebagai
berikut (Syaifuddin Bahri Djamarah, 2002, 88):
1. Kelebihan
a. Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasanprakarsa, dan terobosan
baru dalam pemecahan suatu masalah.
c. Memperluas wawasan.
2. Kekurangan
d. Mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara atau menonjolkan diri.2
Untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar pendidikan agama Islam dengan
menggunakan metode diskusi, guru pendidikan agama Islam harus memberikan pertolongan
berupa penyajian problema sebagai perangsang, bimbingan dan pengarahan di dalam proses
belajar tersebut. Ada tujuh siklus desain metode diskusi sebagai panduan bagi guru pendidikan
1
Sobry,Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, ( Lombok : Holistica
Lombok :2019 ), h 37-38
2
Haq, Taufiq Ziaul, Metode Diskusi Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
TA’DIBUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2.2 (2019), 15
<https://doi.org/10.30659/jpai.2.2.15-24>.
agama Islam dalam menjalankan metode diskusi pada setiap pembelajaran PAI yang
dilangsungkan, yaitu
Tujuan pembelajaran ini sering juga disebut merumuskan tujuan diskusi dan dapat
diperhatikan oleh guru pendidikan agama Islam dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan
terkhusus dalam indikator pembelajaran.
Langkah ini sangatlah penting diperhatikan guru pendidikan agama Islam bila ingin
sukses dalam menggunakan metode diskusi. Mekanisme dan tata tertib diskusi harus ditentukan
pada awal pembelajaran agar proses pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berlangsung
dengan tertib dan nyaman hingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk keberhasilan diskusi, Topik diskusi hendaknya merupakan hal-hal yang menarik
minat dan perhatian peserta didik atau urgen. Peserta didik akan memiliki motivasi yang kuat
dalam memecahkan soal, kalau mereka berminat dan menaruh perhatian terhadap masalah itu.
Masalah itu harus mengundang banyak kemungkinan jawaban, dan masing-masing jawaban harus
dapat dijamin kebenarannya. Di samping itu masalah atau topik harus merangsang pertimbangan,
kemampuan berpikir logis dan usaha memperbandingkan.
Kelompok diskusi dalam pembelajaran dengan metode diskusi menjadi nilai pembeda
dengan yang lainnya dan hal ini harus diperhatikan dan diatur oleh guru PAI. Mengatur
kelompok-kelompok diskusi dilakukan setelah masalah atau topik yang akan dibahas telah
dibagikan. Maka diperlukan pengaturan kelompok dan hal itu menuntutuntuk diperhatikan secara
intensif disusun dengan baik.
5. Melaksanakan diskusi.
Setiap anggota diskusi hendaknya tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana
cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka
mempunyai hak bicara yang sama.
Pada siklus ini guru pendidikan agama Islam bersama dengan peserta didik
menyimpulkan hasil diskusi. Tahap ini dilakukan setelah presentasi kelompok telah selesai
dilangsungkan oleh suatu kelompok tertentu. Guru pendidikan agama Islam harus dapat
menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilangsungkan untuk memberikan penguatan terhadap
hasil diskusi.
7. Melakukan evaluasi.
Guru pendidikan agama Islam harus mampu melakukan evaluasi sebagai upaya
memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Evaluasi diperlukan
untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi yang
diajarkan melalui metode diskusi tersebut. 3
Sebelum mereka menuju tempat-tempat untuk diskusi kelompok guru menjelaskan dahulu
permasalahan yang perlu didiskusikan. Paling tidak guru harus menjelaskan terlebih dahulu tema
yang akan mereka diskusikan, sehingga mereka telah memahami permasalahan yang harus mereka
diskusikan. Misalnya kalau temanya tentang Pemerintahan yang Bersih dan Demokratis, guru
terlebih dahulu paling tidak menjelaskan tentang pemerintahan yang bersih dan pemerintahan yang
demokratis. Permasalahan yang akan mereka diskusikan misalnya mengapa di negara kita praktek
korupsi, kolusi, dan nepotisme subur sekali.
Siswa juga harus diberi tahu, agar mereka memilih ketua kelompok dan berapa lama waktu
yang diperlukan untuk diskusi kelompok, dan setelah diskusi kelompok, masing-masing segera
kembali ke kelas, untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka secara bergantian.
Sedangkan kelompok yang belum/ sudah menyajikan hasil diskusi kelompok mereka berperan
sebagai audien yang bertugas untuk memberikan sanggahan, pertanyaan, atau mungkin saran atau
masukan kepada kelompok penyaji. Posisi tempat duduk sebaiknya diatur sedemikian rupa agar
setiap mahasiswa dapat melihat semua temannya, sehingga diharapkan lebih komunikatif, dan dapat
terjadi interaksi antar semua mahasiswa. Posisi yang sebaiknya adalah bentuk angkare/ U.
Sedangkan kelompok penyaji di depan, di tengah kelompok- kelompok lain yang sedang tidak
menyajikan.
Kelompok penyaji diberikan waktu secukupnya untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
mereka, misalnya paling lama 7 menit. Dalam hal ini dosen dapat bertindak sebagai moderator.
Setelah kelompok selesai menyajikan, moderator membuka kesem- patan kepada seluruh peserta
diskusi untuk mengajukan tanggapan, sanggahan, pertanyaan, saran atau yang lainnya (misalnya tiga
orang) kepada kelompok penyaji. Kelompok penyaji diberikan kesempatan untuk menanggapi balik.
Demikian seterusnya, secara bergantian kelompok berkesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok mereka.
Apabila penyajian telah selesai, seluruh siswa dengan bimbingan guru untuk merumuskan
kesimpulan. Di samping itu diadakan evaluasi pelaksanaannya. Seluruh siswa diberikan kesempatan
untuk memberikan evaluasi tentang pelaksanaan diskusi, terutama tentang kelemahan-kelemahannya
sehingga kelemahan tersebut tidak terulang pada diskusi yang akan datang.
Ada beberapa yang harus dilakukan dan diupayakan guru, menurut Sagala (2009: 209) agar
diskusi berhasil dengan baik, yaitu:
2. guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Ia harus membagi-bagi pertanyaan
dan memberi petunjuk tentang jalannya diskusi. Guru juga berperan sebagai penangkis terhadap
pertanyaan yang diajukan peserta didik;
3. guru hendaknya memperhatikan pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Sebagai catatan, pada saat mahasiswa melaksanakan diskusi kelompok ini, dosen hendaknya
mengontrol, kalau-kalau ada kelompok yang mengalami kemacetan dalam diskusi, atau jika ada
individu-individu yang terlalu banyak berbicara sehingga kurang memberikan kesempatan kepada
teman lain, atau jika pembicaraan menyimpang dari permasalahan, dosen harus segera
meluruskannya.4
BAB III
PENUTUP
4
Tukiran, Model-model Pembelajaran Inovatif, ( Bandung : ALFABETA, cv : 2011 ), h. 27-30
Kesimpulan
Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran dimana guru bersama-
sama peserta didik mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi. Atau dengan
kata lain, metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan
masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.
5. Melaksanakan diskusi.
7. Melakukan evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Sobry,Metode & Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif
dan Menyenangkan, ( Lombok : Holistica Lombok :2019 ),