Oleh
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah, sebagai syarat pemenuhan kenaikan pangkat dengan judul
“PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA”
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
Metode berasal dari bahasa Yunani “Metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata,
yaitu: “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan
atau cara.[1] Secara istilah, sebagaimana yang disampaikan oleh Armai Arief
bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan
pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.
Metode merupakan bagian dari komponen dari proses pendidikan serta merupakan
bagian yang integral dengan sistem pengajaran, maka dalam perwujudannya tidak
dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain.
Kata “diskusi” menurut Armai Arief berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus”
yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”.
“Dis” artinya terpisah, sementara “cuture” artinya menggoncang atau memukul.
Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu.
Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan
atau menguraikannya (to clear away by breaking up or cuturing). Secara umum
pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih,
berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi
(information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam
memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).[2]
Jadi pengertian metode diskusi menurut Armai Arief adalah salah satu alternatif,
metode / cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat
memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat peserta didik.
Keberhasilan metode diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu:
pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan rasa saling menghormati.[3]
B. Macam-Macam Diskusi
1. Diskusi Formal
2. Diskusi Informal
Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada diskusi-diskusi lainnya, karena
sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya bisa dalam diskusi keluarga, dan dalam
belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana satu
sama lain bersifat “Face to face relationship”.
3. Diskusi Panel
Dalam diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu: peserta aktif dan non aktif.
Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non aktif
hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari beberapa
kelompok yang memiliki wakil-wakil yang ditugasi berbicara atas nama
kelompoknya.
Diskusi ini hampir sama dengan diskusi formal lainnya, hanya saja
diskusisymposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya
lebih). Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya
mengenai topik yang sama atau salah satu dari topik yang sama tersebut. Dan
diskusi symposium ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.
5. Lecture Discussion
6. Whole Group
7. Buzz Group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 4-5
orang. tempat diatur agar peserta didik dapat berhadapan muka dan bertukar
pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pelajaran dengan
maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan.
8. Sundicate Group
Suatu kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6
orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru
menjelaskan garis besarnya problema kepada peserta didik, guru menggambarkan
aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (sydicate) diberi tugas untuk
mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-
sumber informasi lain.
Dalam diskusi ini setiap kelompok harus menyumbangkan ide-ide baru tanpa
dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar
yang diharapkan agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang
ditemukannya yang dianggap benar.
10. Fish Bowl
Diskusi ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui sebuah diskusi dan tujuan
diskusi ini adalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat
duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap ke
peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,
seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkok (fish bowl).[5]
2. Peserta didik tidak terjebak kepada jalan pemikiran sendiri yang kadang-
kadang salah, penuh prasangka dan sempit.
Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi merupakan cara belajar yang
menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan
ide-ide,uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu sehingga dapat
pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan
dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.
- Suasana kelas lebih hidup sebab peserta didik mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan yaitu partispasi peserta
didik dalam metode ini lebih baik.
- Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami peserta didik karena para peserta
didik mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
- Rasa sosial mereka dapat dikembangkan karena bisa saling membantu dalam
memecahkan soal atau masalah dan mendorong rasa kesatuan.
- Memperluas pandangan.
- Sulit menduga hasil yang dicapai karena waktu yang digunakan untuk
diskusi cukup panjang.
1. Sisi positif
2. Sisi negatif
- Jalannya diskusi akan lebih sering didominasi oleh peserta didik yang
pandai.
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
PT. Intermasa
Santosa, Puji, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Situs Web:
- http://www.seorangpelajar.com/2015/11/makalah-penerapan-metode-
diskusi-untuk-memotivasi-peserta didik-dalam-belajar.html?m=1
http://sumigiyati.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html?m=1