Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BAHASA


INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kenaikan Pangkat PNS

Dari Golongan III b ke III c

Oleh

Kaban Tuah Fernando Purba,S.Pd

NIP. 19830609 201001 1 019

SMA Negeri 1 Toapaya

Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan saya
kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan makalah, sebagai syarat pemenuhan kenaikan pangkat dengan judul
“PENERAPAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada teman guru Bahasa Indonesia yang telah membantu saya dalam menulis
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Toapaya, Nopember 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Metode diskusi diartikan sebagai cara “penyampaian” bahan pengajaran


yang melibat-aktifkan peserta didik untuk berbicara dan menemukan alternatif
pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta dan atau
kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang
dibicarakan dalam diskusi.

Metode diskusi dapat mendorong peserta didik untuk berdialog dan


bertukar pendapat baik dengan guru maupun teman-temannya sehingga mereka
dapat berpartisipasi secara optimal tanpa ada aturan-aturan yang berlaku keras
namun tetap mengikuti etika yang disepakati bersama. Menurut Suparlan (2007)
diskusi dapat dilaksanakan dalam dua bentuk yakni diskusi kelompok kecil dan
diskusi kelas. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, diskusi dapat membantu
terjadinya komunikasi dua arah.

Selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, pembelajaran bahasa


Indonesia juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar
untuk memperluas wawasan dan mempertajam kepekaan perasaan peserta didik.
Oleh karena itu, tujuan penerapan metode diskusi lebih ditekankan pada aspek
keterampilan berbicara. Dengan demikian, pembelajaran bahasa tidak hanya
sekedar mendengarkan guru menerangkan saja, tetapi diperlukan keaktifan peserta
didik di dalam proses belajar mengajar, sehingga terjalin interaksi baik antara
peserta didik dengan peserta didik maupun dengan guru.
B.          Rumusan Masalah

1.        Apa pengertian metode diskusi?

2.        Apa saja macam-macam diskusi?

3.        Apa tujuan penggunaan metode diskusi?

4.        Apa manfaat metode diskusi?

5.        Apa saja kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi?

6.        Bagaimana aplikasi metode diskusi?

7.        Bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode


diskusi?

C.          Tujuan Penulisan

1.        Mengetahui pengertian metode diskusi

2.        Mengetahui macam-macam metode diskusi

3.        Mengetahui tujuan penggunaan metode diskusi

4.        Mengetahui manfaat metode diskusi

5.        Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode diskusi

6.        Mengetahui aplikasi dalam metode diskusi

7.        Mengetahui bagaimana pembelajaran Bahasa Indonesia dengan


menggunakan metode diskusi
BAB II

PEMBAHASAN

A.          Pengertian Metode Diskusi

Metode berasal dari bahasa Yunani “Metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata,
yaitu: “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan
atau cara.[1] Secara istilah, sebagaimana yang disampaikan oleh Armai Arief
bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan
pelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran.

Metode merupakan bagian dari komponen dari proses pendidikan serta merupakan
bagian yang integral dengan sistem pengajaran, maka dalam perwujudannya tidak
dapat dilepaskan dengan komponen sistem pengajaran yang lain.

Kata “diskusi” menurut Armai Arief berasal dari bahasa latin, yaitu “discussus”
yang berarti “to examine”. “Discussus” terdiri dari akar kata “dis” dan “cuture”.
“Dis” artinya terpisah, sementara “cuture” artinya menggoncang atau memukul.
Secara etimologi, “discuture” berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu.
Atau dengan kata lain membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkan
atau menguraikannya (to clear away by breaking up or cuturing). Secara umum
pengertian diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua individu atau lebih,
berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan, saling tukar informasi
(information sharing), saling mempertahankan pendapat (self maintenance) dalam
memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).[2]
Jadi pengertian metode diskusi menurut Armai Arief adalah salah satu alternatif,
metode / cara yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat
memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat peserta didik.

Metode diskusi dimaksudkan untuk merangsang pemikiran serta berbagai jenis


pandangan. Ada 3 langkah utama dalam metode diskusi:

-            Penyajian, yaitu pengenalan terhadap masalah atau topik yang meminta


pendapat, evaluasi dan pemecahan dari murid.

-            Bimbingan, yaitu pengarahan yang terus-menerus dan secara bertujuan


yang diberikan guru selama proses diskusi. Pengarahan ini diharapkan dapat
menyatukan pikiran-pikiran yang telah dikemukakan.

-            Pengikhtisaran, yaitu rekapitulasi pokok-pokok pikiran penting dalam


diskusi.

Keberhasilan metode diskusi banyak ditentukan oleh adanya tiga unsur yaitu:
pemahaman, kepercayaan diri sendiri dan rasa saling menghormati.[3]

B.          Macam-Macam Diskusi

Untuk dapat malaksanakan diskusi di kelas, seorang Guru harus mengetahui


terlebih dahulu tentang jenis-jenis diskusi, sehingga dalam pelaksanaannya dapat
menyesuaikan jenis diskusi apa yang akan digunakan. Ditinjau dari sudut
formalitas dan jumlah peserta yang mengikutinya, diskusi digolongkan menjadi:

1.        Diskusi Formal

Diskusi ini terdapat pada lembaga-lembaga pemerintahan atau semi pemerintahan,


dimana dalam diskusi itu perlu adanya ketua dan penulis serta pembicara yang
diatur secara formal, contoh: sidang DPR 9.[4] Sedangkan menurut M. Syah,
aturan yang dipakai dalam diskusi ini ketat dan rapi. Jumlah peserta umumnya
lebih banyak bahkan dapat melibatkan seluruh peserta didik kelas. Ekspresi
spontan dari peserta biasanya dilarang sebab tiap peserta yang akan berbicara
harus dengan izin moderator untuk menjamin ketertiban diskusi.

2.        Diskusi Informal

Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada diskusi-diskusi lainnya, karena
sifatnya yang tidak resmi. Penerapannya bisa dalam diskusi keluarga, dan dalam
belajar mengajar dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar dimana satu
sama lain bersifat “Face to face relationship”.

3.        Diskusi Panel

Dalam diskusi ini ada dua kategori peserta, yaitu: peserta aktif dan non aktif.
Peserta aktif langsung melibatkan diri dalam diskusi, sedangkan peserta non aktif
hanya menjadi pendengar. Adakalanya peserta non aktif ini terdiri dari beberapa
kelompok yang memiliki wakil-wakil yang ditugasi berbicara atas nama
kelompoknya.

4.        Diskusi dalam bentuk Symposium

Diskusi ini hampir sama dengan diskusi formal lainnya, hanya saja
diskusisymposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umumnya
lebih). Pemrasaran secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya
mengenai topik yang sama atau salah satu dari topik yang sama tersebut. Dan
diskusi symposium ini biasanya tidak mencari kebenaran tertentu.

5.        Lecture Discussion

Diskusi ini dilaksanakan dengan membeberkan suatu persoalan, kemudian


didiskusikan. Disini biasanya hanya satu pandangan atau satu persoalan saja.

6.        Whole Group

Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila jumlah


anggota tidak lebih dari 15 orang.

7.        Buzz Group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri dari 4-5
orang. tempat diatur agar peserta didik dapat berhadapan muka dan bertukar
pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah atau di akhir pelajaran dengan
maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan.

8.        Sundicate Group

Suatu kelompok (kelas) dibagi mejadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 3-6
orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru
menjelaskan garis besarnya problema kepada peserta didik, guru menggambarkan
aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (sydicate) diberi tugas untuk
mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-
sumber informasi lain.

9.        Rain Storming Group

Dalam diskusi ini setiap kelompok harus menyumbangkan ide-ide baru tanpa
dinilai segera. Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasi belajar
yang diharapkan agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang
ditemukannya yang dianggap benar.

10.    Fish Bowl

Diskusi ini dipimpin oleh satu orang yang mengetahui sebuah diskusi dan tujuan
diskusi ini adalah untuk mengambil suatu kesimpulan. Dalam diskusi ini tempat
duduk diatur setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap ke
peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi,
seolah-olah melihat ikan yang berada dalam mangkok (fish bowl).[5]

C.          Tujuan Penggunaan Metode Diskusi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia seringkali dihadapkan pada persoalan-


persoalan yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara
saja, tetapi perlu menggunakan banyak pengetahuan dan macam-macam cara
pemecahan dan mencari jalan yang terbaik.

Tambahan pula banyak masalah di dunia dewasa ini yang memerlukan


pembahasan oleh lebih satu orang saja, yakni masalah-masalah yang memerlukan
kerjasama dan musyawarah. Dan apabila demikian maka musyawarah atau
diskusilah yang memberikan kemungkinan pemecahan yang terbaik.

Adapun tujuan penggunaan metode diskusi adalah:

1.        Berpikir secara demokratis.

2.        Pemecahan masalah secara demokratis.

3.         Partisipasi peserta didik.

D.          Manfaat Metode Diskusi

Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga terhadap


belajar peserta didik, antara lain:

1.        Membantu peserta didik untuk tiba kepada pengambilan keputusan yang


lebih baik daripada memutuskan sendiri.

2.        Peserta didik tidak terjebak kepada jalan pemikiran sendiri yang kadang-
kadang salah, penuh prasangka dan sempit.

3.        Diskusi kelompok/kelas memberi motifasi terhadap berfikir dan


meningkatkan perhatian kelas terhadap apa yang sedang mereka pelajari.

4.        Diskusi juga membantu mengerahkan atau mendekatkan hubungan antara


kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat pengertian dari pada anggota
kelas.

5.        Untuk mencari suatu keputusan suatu masalah.

6.        Untuk menimbulkan kesanggupan pada peserta didik dalam merumuskan


pikirannya secara teratur sehingga dapat diterima orang lain.
7.        Untuk membiasakan peserta didik mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran.
[6]

Apabila dilaksanakan dengan cermat maka diskusi merupakan cara belajar yang
menyenangkan dan merangsang pengalaman, karena dapat merupakan pelepasan
ide-ide,uneg-uneg dan pendalaman wawasan mengenai sesuatu sehingga dapat
pula mengurangi ketegangan-ketegangan batin dan mendatangkan keputusan
dalam mengembangkan kebersamaan kelompok sosial.

E.          Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi

1.        Kelebihan metode diskusi.

-       Suasana kelas lebih hidup sebab peserta didik mengarahkan perhatian atau
pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan yaitu partispasi peserta
didik dalam metode ini lebih baik.

-       Dapat menaikkan prestasi individu seperti: toleransi, demokrasi, berpikir


kritis, sabar dansebagainya.

-       Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami peserta didik karena para peserta
didik mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada kesimpulan.

-       Para peserta didik dilatih belajar mematuhi peraturan-peraturan dan tata


tertib dalam suatu masalah musyawarah sebagai latihan pada musyawarah yang
sebenarnya.

-       Rasa sosial mereka dapat dikembangkan karena bisa saling membantu dalam
memecahkan soal atau masalah dan mendorong rasa kesatuan.

-       Memperluas pandangan.

-       Memberi kemungkinan untuk saling mengemukakan pendapat.

2.        Kekurangan metode diskusi


-       Kemungkinan ada peserta didik yang tidak ikut aktif, sehingga bagi anak-
anak ini, diskusi merupakan kesempatan untuk melepaskan diri dari tanggung
jawab.

-       Sulit menduga hasil yang dicapai karena waktu yang digunakan untuk
diskusi cukup panjang.

-       Kadang-kadang terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah


yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi penyimpangan, sehingga
memerlukan waktu yang panjang.

-       Dalam diskusi menghendaki pembuktian yang logis.

-       Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.

-       Peserta mendapat informasi yang terbatas.

-       Dalam peleksanaan diskusi mungkin dikuasai oleh orang-orang yang suka


berbicara.

-        Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[7]

F.           Aplikasi Metode Diskusi

Pada dasarnya metode diskusi diaplikasikan untuk:

-            Mendorong peserta didik berpikir kritis.

-            Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

-            Mendorong peserta didik mengembangkan pikirannya untuk memecahkan


masalah bersama.

-            Mengambil satu alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban untuk


memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

-            Membiasakan peserta didik suka mendengar pendapat orang lain


sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri.

-            Membiasakan bersikap toleran.[8]


Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya aplikasi metode
diskusi mempunyai sisi positif dan sisi negatif.

1.        Sisi positif

-       Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang.

-       Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokrat, kritis dan berfikir


sistematis kepada peserta didik.

-       Kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat secara


mudah diingat peserta didik.

-       Memberikan pengalaman kepada peserta didik tentang etika bermusyawarah.

2.        Sisi negatif

-       Jalannya diskusi akan lebih sering didominasi oleh peserta didik yang
pandai.

-       Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang


dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana.

-       Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan


dengan prinsip efisiensi.

Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, maka Guru yang berkehendak


menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya
dengan rapi dan sistematis terlebih dahulu. Dan dalam hal ini, peran seorang Guru
sebagai encourageryang memberi encouragement (dorongan semangat dan
membesarkan hati) sangat diperlukan, terutama oleh peserta didik yang tergolong
kurang aktif atau pendiam.

G.         Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Metode Diskusi

Umumnya situasi belajar kreatif lebih banyak menuntut peserta didik


untuk aktif untuk melakukan kegiatan fisik dan diskusi. Sebagai pengajar di kelas,
kita tidak dapat menuntut peserta didik untuk duduk rapi dan diam ditempatnya
masing-masing. Guru harus lebih toleran dan menyadari akan kesibukan peserta
didiknya. Namun, guru juga harus dapat membedakan antara kesibukan yang aktif
dan diskusi yang produktif dengan kesibukan dan diskusi yang hanya sekedar
‘mengobrol’. Peran guru harus terbuka, mendorong peserta didik untuk aktif
belajar dapat menerima gagasan peserta didik, memupuk peserta didik untuk
memberikan kritik membangun dan mampu memberikan penilaian terhadap diri
sendiri, menghindari hukuman atau celaan terhadap ide yang tidak biasa, dan
menerima perbedaan waktu dan kecepatan setiap peserta didik dalam menuangkan
ide-ide barunya.

Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah


pertanyaan divergen(terbuka). Pertanyaan seperti ini dapat merangsang diskusi
karena memiliki banyak kemungkinan jawaban. Pertanyaan semacam ini
membantu peserta didik mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta,
merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Agar tampak
manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup bahan yang cukup dikenal
peserta didik. Oleh karena itu, guru pun disarankan untuk tetap berada dalam jalur
tujuan instruksional dari suatu pokok bahasan.

Melalui diskusi kelompok, anak memperoleh pengalaman dan latihan


mengungkapkan diri secara lisan dan berkomunikasi dengan orang lain. Diskusi
memungkinkan pengembangan penalaran, pemikiran kritis, dan kreatif, serta
kemampuan memberikan pertimbangan dan penilaian. Di lain pihak peran guru
juga sangat penting karena ia harus menjadi fasilitator yang dapat mengenalkan
masalah dan memberikan informasi yang diperlukan peserta didik untuk
membahas masalah. Selain itu guru juga harus tahu pada saat kapan peran
sertanya diperlukan, misalnya diskusi menjadi menyimpang dari materi yang
harus dibahas umtuk menghindari kesalahan-kesalahan tersembunyi. Meskipun
peran aktif dari peserta didik diperlukan, namun peserta didik juga tetap
memerlukan bimbingan dan pengarahan sesuai bakat dan kemampuannya.

Pertanyaan-pertanyaan, seperti apa akibatnya ..., seandainya ..., umumnya


pertanyaan yang dapat merangsang imajinasi peserta didik untuk menampilkan
gagasan baru, khususnya penemuan baru. Guru yang mendorong proses pemikiran
yang tidak hanya mengenai data yang sudah ada akan menghasilkan anak yang
bukan hanya pelaksana, tetapi juga pemikir, penemu maupun pencipta.

Tujuan digunakannya diskusi kelompok ini adalah melatih peserta didik


untuk mengeluarkan pendapat, dan mau menerima kritikan kalau pendapatnya
memang kurang benar. Melalui diskusi kelompok ini peserta didik dapat menguji
kebenaran pendapatnya mengenai sesuatu hal.

Adakalanya dalam diskusi kelompok ini didominasi oleh peserta didik-


peserta didik tertentu saja. Untuk menghindari hal ini perlu adanya moderator
yang dapat mengatur lalu lintas pembicaraan di dalam diskusi kelompok tersebut.

Disamping itu, dengan metode diskusi dapat melatih peserta didik


menghargai pendapat orang lain. Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok
dan diperlukan apabila guru hendak memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk mengekspresikan kemampuannya, berpikir kritis, menilai perannya dalam
diskusi, memandang masalah dari pengalaman sendiri dan pelajaran yang
diperoleh di sekolah, memotivasi dan mengkaji lebih lanjut. Melalui diskusi dapat
dikembangkan keterampilan mengklarifikasi, mengklasifikasi, menyusun
hipotesis, menginterpretasi, menarik kesimpulan, mengaplikasikan teori, dan
mengkomunikasikan pendapat. Melatih keberanian untuk mengutarakan pendapat,
mempertahankan pendapat, dan memberi rasional sehubungan dengan pendapat
yang dikemukakannya.

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Itulah


sebabnya sejak diberlakukan kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa
digunakan pendekatan komunikatif. Dengan pendekatan komunikatif ini peserta
didik harus diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk melakukan komunikasi
baik secara lisan maupun tulis. Supaya peserta didik mampu berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik benar maka peserta didik perlu
dilatih sebanyak-banyaknya atau diberi kesempatan sebanyak-banyaknya untuk
melakukan kegiatan ber-komunikasi atau dalam hal ini dinamakan dengan
berdiskusi. Itulah sebabnya, dalam pembelajaran bahasa dengan pendekatan
komunikatif, yang ditekankan adalah mengembangkan kompetensi komunikasi
peserta didik untuk mendukung performasi komunikasi peserta didik.

Itulah sebabnya, mengapa metode diskusi sangat diperlukan dalam


pembelajaran bahasa Indonesia, karena metode diskusi menjadikan peserta didik
untuk berpikir secara rasional dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Metode
diskusi juga memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengeluarkan
pendapat, dan memberikan solusi terhadap masalah yang dibahas. Dengan
demikian akan melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran
yang sedang berlangsung.
BAB III

PENUTUP

A.          Kesimpulan

·           Metode diskusi adalah salah satu alternative, metode/cara yang dapat


dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu
masalah berdasarkan pendapat peserta didik.

·           Macam-macam diskusi : Diskusi Formal, Diskusi Informal, Diskusi Panel,


Diskusi dalam bentuk Symposium, Lecture Discussion, Whole Group, Buzz
Group, Sundicate Group, Rain Storming Group dan Fish Bowl

·           Adapun tujuan penggunaan metode diskusi adalah untuk berpikir secara


demokratis. Pemecahan masalah secara demokratis. Partisipasi peserta didik
dalam proses pembelajaran serta membimbing peserta didik untuk saling
menghormati dan menerima pendapat orang lain.

·           Manfaat metode diskusi salah satu diantaranya ialah Untuk membiasakan


peserta didik mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya sendiri, dan membiasakan sikap toleran

·           Dalam metode diskusi juga terdapat kelebihan dan kekurangan tersendiri


dan metode ini pun diaplikasikan salah satunya untuk mendorong peserta didik
berpikir secara kritis

·           Metode diskusi sangat diperlukan dalam pembelajaran bahasa Indonesia,


karena metode diskusi menjadikan peserta didik untuk berpikir secara rasional
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
·           Metode diskusi merupakan salah satu metode yang berhasil dalam
memotivasi belajar peserta didik sehingga peserta didik antusias dan ikut
berpartisipasi dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa
Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu Ahmadi. 1986. Metode Khusus Pendidikan Agama Islam. Jakarta :


PT. Bima Aksara

 Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta:
PT. Intermasa

Hasibuan dan Moedjiono, 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Muhaimin, dkk. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media

Santosa, Puji, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Solehan, T. W. , dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Zuhairini, dkk., 1983. Metode Khusus Pendidikan Agama. Solo: Ramadhan

Situs Web:

-            http://www.seorangpelajar.com/2015/11/makalah-penerapan-metode-
diskusi-untuk-memotivasi-peserta didik-dalam-belajar.html?m=1 
            http://sumigiyati.blogspot.co.id/2012/06/normal-0-false-false-false-in-x-
none-x.html?m=1 

Anda mungkin juga menyukai