Anda di halaman 1dari 17

METODE PEMBELAJARAN CERAMAH DAN DISKUSI

SERTA APLIKASINYA DALAM MATERI HIDROLISIS


UNTUK SMA

Disusun Oleh:
Farah Nur Rohmah, 4301418005

Pendidikan Kimia 18-A

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


TAHUN PELAJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan,
method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David,
1978). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi
pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan
metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang
disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Sebagaimana kita tahu bahwa metode mengajar merupakan sasaran interaksi
antara guru dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian yang perlu
diperhatikan adalah ketepatan sebuah metode mengajar yang dipilih dengan tujuan, jenis,
dan sifat materi pelajaran serta kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan
metode tersebut. Guru hendaknya cermat dalam memilih dan menggunakan metode
mengajar, terutama yang banyak melibatkan siswa secara aktif belajar mengajar
merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan
menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul daripada
metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran.

1.2. Rumusan Masalah


A. Bagaimana pengertian metode ceramah dan diskusi?
B. Mengetahui karakteristik dan langkah-langkah metode ceramah dan diskusi.
C. Apa saja jenis-jenis metode diskusi?
D. Bagaimana kelebihan dan kekurangan metode ceramah dan diskusi bila diterapkan
dalam kegiatan belajar mengajar?
E. Bagaimana implementasi pada materi kelas XI tentang hidrolisis?

1.3. Tujuan
A. Memahami pengertian metode ceramah dan diskusi.
B. Mengetahui karakteristik dan langkah-langkah metode ceramah dan diskusi.
C. Memahami jenis-jenis metode diskusi.
D. Mengerti tentang kelebihan dan kekurangan metode ceramah dan diskusi bila
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
E. Memahami implementasi pada materi kelas XI tentang hidrolisis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Ceramah dan Diskusi


1. Metode Ceramah
Secara etimologi istilah metode berasal dari bahasa Yunani “methodos”. Kata ini
berasal dari dua suku kata yaitu “Metha” yang berarti melalui dan “Hodhos” berarti jalan
atau cara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode adalah cara yang teratur dan
terpikir baik baik untuk mencapai maksud cara kerja bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian
metode dapat diartikan jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sebuah tujuan.
Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk
menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin
tersebut.
Ceramah dari aspek bahasa adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh
guru terhadap peserta didiknya di dalam kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini
adalah “berbicara". Metode ceramah dari aspek istilah, menurut Armai Arif (2002:135-
136), adalah cara menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan
kepada peserta didik atau khalayak ramai. Pengertian ini mengarahkan bahwa metode
ceramah menekankan pada sebuah pemberian materi pembelajaran dengan cara
penuturan lisan. Lisan dijadikan sebagai alat utama dalam menggunakan metode
ceramah untuk mengajarkan sebuah materi. Bila proses penyampaian itu yang
diandalkan oleh guru adalah penuturan lisan, maka seorang guru harus betul-betul
memperhatikan kemampuan suara dan tekniknya dalam penggunaan metode ceramah ini.
Adapun menurut M. Basyiruddin Usman (2002:34) yang dimaksud dengan
metode ceramah adalah “teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim
disampaikan oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara
penyampaian bahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan”. Pengertian ini
tampaknya memiliki kemiripan bahkan kesamaan dengan defenisi yang diutarakan oleh
Armai Arif sebelumnya, di mana sama-sama menekankan penyampaian materi
pembelajaran dengan lisan. Hanya saja pendapat Usman ini ada semacam penegasan
“bila mana diperlukan”. Hal ini barangkali disesuaikan dengan karakter materi, kondisi
peserta didik, dan lingkungan belajar peserta didik. Bila memang tidak sesuai dengan
tiga hal itu maka metode ceramah tidak diperlukan dalam proses penyampaian materi
pembelajaran, bahkan bisa saja menggunakan metode yang lain.
Pengertian senada juga diungkapkan oleh Mahfuz Sholahuddin dkk. (1986:43),
bahwa metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh
guru di depan kelas atau kelompok. Pengertian ini memang masih memiliki kemiripan
dengan defenisi sebelumnya yaitu penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Hanya saja
pengertian ini lebih spesifik di mana penyampaian bahan pelajaran itu secara lisan
diberikan kepada peserta didik di depan kelas.
Menurut Abuddin Nata (2011:181-182), metode ceramah adalah penyampaian
pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara
langsung di hadapan peserta didik. Ceramah dimulai dengan menjelaskan tujuan yang
ingin dicapai, menyingkap garis-garis besar yang akan dibicarakan, serta
menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan bahan yang telah disajikan.
Ceramah akan berhasil apabila mendapatkan perhatian yang sungguhsungguh dari
peserta didik, disajikan secara sistematik, menggairahkan, memberikan kesempatan
kepada peserta didik. Pada akhir ceramah perlu dikemukakan kesimpulan, memberikan
tugas kepada peserta didik serta adanya penilaian akhir.

2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan
kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2006).
Metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
kegiatan belajar mengajar dan menjadi penting bagi guru untuk memilih metode yang
lebih efektif untuk digunakan. Pada dasarnya semua metode yang digunakan dalam
mengajar adalah baik, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung pada guru.
Metode guru dapat menjadi baik akan menjadi jelek apabila guru tidak menguasai tehnik
pelaksanaan dari metode yang digunakan. Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok
siswa yang berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik
atau masalah, di mana setiap anak ingin mencari jawaban atau penyelesaian masalah
dari segala segi dan kemungkinan yang ada (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1994). Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran
pendapat, pemunculan ide-ide, serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa
orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk mencari kebenaran.
Metode diskusi merupakan metode yang dapat membuat siswa aktif karena siswa
memperoleh kesempatan berbicara atau berdialog untuk bertukar pikiran dan informasi
tentang suatu topik atau masalah dan mencari fakta atau pembuktian yang dapat
digunakan bagi pemecahan masalah.
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi
suatu persoalan atau masalah kepada siswa, dan para murid diberi kesempatan secara
bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya. Dalam diskusi
murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan
usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau
dari berbagai segi.

B. Karakteristik dan langkah-langkah dalam Metode Ceramah dan Diskusi


B.1 Karakteristik metode ceramah:
1. Digunakan apabila proses pembelajaran lebih bersifat pemberian informasi
berupa fakta atau konsep-konsep sederhana.
2. Proses pembelajaran secara klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak.
3. Bersifat monoton, guru lebih banyak berbicara.
4. Memerlukan adanya dukungan yang efektif dari guru seperti suasana emosional
yang dapat membangkitkan motivasi dan perhatian dari siswa selama
mendengarkan ceramah.

B.2 Langkah – Langkah dalam metode Ceramah


Langkah – langkah pembelajaran metode ceramah dapat dituliskan sebagai
berikut :
1. Tahap Persiapan
a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
b. Menentukan pokok – pokok materi yang akan diceramahkan
c. Mempersiapkan alat bantu.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pembukaan : merupakan langkah yang menentukan keberhasilan
melaksanakan metode ini.
b. Penyajian : tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur
agar ceramah berkualitas sebagai metode pembelajaran maka guru harus
menjaga perhatian siswa agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang
sedang disampaikan.
c. Penutupan : ceramah harus ditutup dengan pokok-pokok materi agar materi
pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai siswa tidak terbang kembali.
Ciptakan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa tetap mengingat
materi pelajaran.

B.3 Karakteristik metode diskusi


1. Terdiri dari beberapa orang, bisa lebih dari tiga orang.
2. Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusi pemecahannya.
3. Ada yang menjadi pemimpin.
4. Ada proses tukar pendapat atau informasi.
5. Menghasilkan rumusan alternatif pemecahan masalah yang sedang dibahas.

B.4 Langkah – Langkah dalam metode diskusi


Langkah-langkah penggunaan metode diskusi menurut Hasibuan (1985) dan
Sastrawijaya (1988) adalah sebagai berikut:
a. Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya.
b. Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih pimpinan diskusi
(ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat duduk, ruangan, sarana,dan
sebagainya dengan bimbingan guru.
c. Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng, sedangkan guru
berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain, menjaga ketertiban,
serta memberikan dorongan dan bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi
aktif dan diskusi dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui
secara persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi.
d. Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi dilaporkan
ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain. Guru memberikan
ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru menyimpulkan laporan
hasil diskusi dari setiap kelompok.

C. Jenis-jenis Metode Diskusi


1) Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yang ideal apabila
jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.
2) Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-
5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran
dengan mudah.Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan
maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap
individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan
pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh masing-
masing. Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki
pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-
kekeliruan.
3) Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek
tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang
moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga
secara tidak langsung (misalnya panel di televisi). Pada suatu panel yang murni,
audience tidak ikut serta dalam diskusi.
4) Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari
3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru
menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas:ia menggambarkan aspek-aspek
masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk mempelajari
suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-sumber informasi
lain.Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca bahan, berdiskusi, dan
menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat. Tiap laporan dibawa ke sidang
pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.
5) Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap anggota
kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar
anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa
percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang
dianggap benar.
6) Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek
tertentu, dan membacakan di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit).
Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga
dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia
perumus sebagai hasil simposium.
7) Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan
subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan perdebatan
normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat problematic,
bukan yang bersifat aktual.
8) Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari
audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterview
manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari siswa
atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau mahasiswa
akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.
9) Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu
diskusi untuk mengambil suatu keputusan. Tempat duduk diatur merupakan
setengah lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta diskusi.
Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah melihat
ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl). Sedang kelompok diskusi
berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran dapat masuk
duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan berbicara, ia dapat
langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai berbicara.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Ceramah Dan Diskusi


Secara esensial setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan. Dalam metode ceramah dan diskusi juga terdapat beberapa kelebihan dan
kekurangan yaitu sebagai berikut:
D.1. Kelebihan metode ceramah
Adapun kelebihan metode ceramah adalah :
a. Ceramah adalah metode yang mudah dan murah artinya dapat menampung
jumlah siswa yang banyak tanpa memerlukan peralatan-peralatan yang
lengkap dan siswa mempunyai kesempatan untuk mendengarkan karena
biaya yang diperlukan relatif kecil.
b. Konsep yang diberikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar
kepada siswa.
c. Fleksibel, jika waktu sedikit bahan dipersingkat, diambil yang penting-
penting saja, jika waktu banyak dapat disampaikan sebanyak-banyaknya.
d. Guru dapat memberikan tekanan-tekanan terhadap hal-hal yang penting
hingga waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
e. Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah murid
cukup banyak.
f. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih mudah, karena guru tidak harus
menyesuaikan dengan kecepatan belajar siswa.
g. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran dan alat bantu pelajaran tidak
menghambat dilaksanakannya pelajaran.
h. Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana karena tidak
memerlukan setting yang beragam.

D.2. Kekurangan metode ceramah


a. Kegiatan belajar mengajar berjalan membosankan, siswa – siswa menjadi
pasif, karena tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan.
Siswa hanya aktif membuat catatan saja.
b. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
c. Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil ceramah hanya terbatas pada apa
yang dikuasai guru.
d. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil ceramah akan cepat terlupakan.
e. Melalui ceramah sangat sulit ditentukan apakah seluruh siswa sudah mengerti
apa yang dijelaskan atau belom.
f. Ceramah menyebabkan belajar siswa menghafal.

D.3. Kelebihan metode diskusi


Dus
a. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar
mengajar.
b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing.
c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap
ilmiah.
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapat dalam diskusi,
diharapkan siswa dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri
sendiri.
e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap
demokratis para siswa.

D.4. Kekurangan metode diskusi


a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya
sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya.
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum
pernah dipelajari sebelumnya.
c. Jalannya diskusi dapat didominasi oleh beberapa siswa yang “mononjol”
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang
bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.
f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah
pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah.
g. Jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam kelas akan mempengaruhi
kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

E. Implementasi pada Materi Kelas XI tentang Hidrolisis


Metode ceramah dan diskusi dapat diterapkan dalam menjelaskan mengenai materi
hidrolisis. Teknis pelaksanaannya yaitu guru kimia menerangkan di depan mengenai
materi hidrolisis dan semua siswa mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan
oleh guru. Guru menerangkan tentang pengertian hidrolisis, macam-macam hidrolisis
garam dan penggunaan hidrolisis garam dalam kehidupan sehari-hari. Berikut materi
tentang hidrolisis kelas IX SMA :

Jika suatu garam dilarutkan ke dalam air, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
1. Garam akan bereaksi dengan pelarut air (mengalami hidrolisis) membentuk ion
H+ atau ion OH–. Akibatnya larutan akan bersifat asam atau basa. Yang dapat
mengalami hidrolisis adalah garam yang mengandung ion elektrolit lemah (ion
yang dapat menghantarkan arus listrik).
2. Garam tidak bereaksi dengan pelarut air (tidak terhidrolisis) sehingga larutan
tetap bersifat netral. Yang tidak terhidrolisis adalah garam yang tidak
mengandung ion elektrolit lemah (ion yang dapat menghantarkan arus listrik).
Oleh karena itu, garam-garam dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan asam dan
basa asalnya sebagai berikut.
1. Garam yang berasal dari asam kuat + basa kuat, misalnya NaCI, K 2SO4,
Ba(NO3)2, dsb.
2. Garam yang berasal dari asam lemah + basa kuat, misalnya CH 3COONa, K2CO3
, Na3PO4, dsb.
3. Garam yang berasal dari asam kuat + basa lemah, misalnya NH 4Cl, AgNO3,
CuSO4, dsb.
4. Garam yang berasal dari asam lemah + basa lemah, misalnya NH 4CN, Al2S3,
MgCO3, dsb.

A. Pengertian Hidrolisis Garam


Hidrolisis adalah istilah umum untuk reaksi zat dengan air (hidrolisis berasal
dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti peruraian). Menurut konsep ini,
komponen garam (kation atau anion) yang berasal dari asam lemah atau basa lemah
bereaksi dengan air (terhidrolisis) membentuk ion H3O+ (= H+) atau ion OH–. Jika
hidrolisis menghasilkan ion H3O+ maka larutan bersifat asam, tetapi jika hidrolisis
menghasilkan ion OH– maka larutan bersifat basa.
Hidrolisis garam sebenarnya adalah reaksi asam basa Bronsted Lowry.
Komponen garam yang berasal dari asam atau basa lemah merupakan basa atau
asam konjugasi yang relatif kuat dapat bereaksi dengan air, sedangkan komponen
garam yang berasal dari asam atau basa kuat. Reaksi asam dengan basa membentuk
garam dan air disebut reaksi penetralan. Akan tetapi larutan garam tidak selalu
bersifat netral.

B. Macam-macam Hidrolisis Garam


Sifat larutan garam itu bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa
penyusunnya. Sifat larutan garam disimpulkan pada tabel berikut:

Tabel 1. Sifat larutan Garam


Mengapa larutan garam ada yang bersifat asam, basa, atau netral? Untuk
menjelaskan sifat larutan garam digunakan konsep hidrolisis. Berdasarkan asam dan
basa penyusunnya, garam dikelompokkan menjadi 4 macam sebagai berikut:
1. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat dalam air mengalami
hidrolisis sebagian. Karena salah satu komponen garam (anion dan asam lemah)
mengalami hidrolisis menghasilkan ion OH–, maka pH > 7 sehingga larutan garam
bersifat basa.
Rumus:

Contoh Soal:
2. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air mengalami
hidrolisis sebagian karena salah satu komponen garam (kation basa lemah)
mengalami hidrolisis menghasilkan ion H+ maka pH < 7 sehingga larutan garam
bersifat asam.
Rumus:

Contoh soal:
3. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dalam air mengalami
hidrolisis total. Karena kedua komponen garam (anion asam lemah dan kation basa
lemah) terhidrolisis menghasilkan ion H+ dan ion OH– sehingga harga pH larutan ini
tergantung harga Ka dan Kb.
Rumus:

Berdasarkan rumus di atas maka harga pH larutan garam yang berasal dari asam
lemah dan basa lemah tidak tergantung pada konsentrasi ion-ion garam dalam larutan,
tetapi tergantung pada harga Ka dan Kb dari asam dan basa pembentuknya.
 Jika Ka = Kb maka larutan akan bersifat netral (pH = 7)
 Jika Ka > Kb maka larutan akan bersifat asam (pH < 7)
 Jika Ka < Kb maka larutan akan bersifat basa (pH > 7)
Contoh soal:

4. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat


Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat dalam air tidak mengalami
hidrolisis. Karena kedua komponen garam tidak terhidrolisis sehingga pH larutan
sama dengan air yaitu pH = 7 bersifat netral.

C. Penggunaan Hidrolisis
Penggunaan hidrolisis antara lain:
1. Untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, atau
titrasi antara basa lemah dengan asam kuat.
a. Penetralan asam lemah oleh basa kuat
Perubahan pH pada penetralan asam lemah oleh basa kuat, dalam hal ini 50
mL larutan CH3COOH 0,1 M yang ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M
sedikit demi sedikit hingga mencapai 60 mL, ditunjukkan oleh gambar:

Berdasarkan gambar dapat disimpulkan:


1. Titik ekivalen berada di atas 7, yaitu antara 8–9.
2. Lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen lebih sempit, hanya sekitar 3
satuan, yaitu dari pH ±7 hingga pH ± 10.
3. Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan fenolftalein. Metil merah
tidak dapat digunakan karena akan mengalami perubahan warna jauh sebelum
tercapai titik ekivalen.

b. Penetralan basa lemah oleh asam kuat


Perubahan pH pada penetralan basa lemah oleh asam kuat, misalnya 50 mL larutan
NH3 0,1 M yang ditetesi dengan larutan HCI 0,1 M sedikit demi sedikit hingga
mencapai 60 mL, ditunjukkan oleh gambar:

Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan:


1. Titik ekivalen pada penetralan basa lemah oleh asam kuat berada di bawah 7.
2. Lonjakan pH sekitar titik ekivalen juga lebih sempit, hanya sekitar 3 satuan,
yaitu dari pH ±7 hingga pH ±4.
3. Untuk menunjukkan titik ekivalen dapat digunakan indikator metil merah
(trayek: 4,2–6,3).
Contoh Soal:
2. Larutan pencuci
Dalam laboratorium atau dalam industri digunakan larutan natrium karbonat,
Na2CO3 atau NaHCO3 dan bukan larutan NaOH. Misalnya: kulit terkena asam kuat,
segera dicuci dengan larutan Na2CO3 atau NaHCO3 dan bukan larutan NaOH.
Sebaliknya jika kulit terkena basa kuat, dicuci dengan larutan amonium klorida dan
bukan larutan HCI.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi
suatu persoalan atau masalah kepada murid, dan para murid diberi kesempatan secara
bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya. Dalam diskusi
murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan
usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau
dari berbagai segi.
Sedangkan metode ceramah adalah metode mengajar yang dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau dengan cara
lisan.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, tidak kaku hanya menggunakan satu jenis
metode pembelajaran. Maksudnya disini seorang guru boleh memadukan antara metode
pembelajaran yang satu dengan yang lain disesuaikan dengan jenis materi yang akan
dibawakan agar mudah dipahami oleh siswa.

B. Saran
Dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan antara
kelemahan dan kelebihan dari metode pembelajaran tersebut dan disesuaikan dengan
pokok bahasan yang akan dibahas dalam sebuah mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. 2002. Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
cet. Ke-1.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Didaktik atau Metode Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hlm. 652.
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Harnanto, ari, Ruminten. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nata, Abuddin. 2011. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, cet. 2
Sholahuddin, Mahfuz, et. al. 1986. Metodologi Pendidikan Islam, Surabaya: PT. Bina
Ilmu.
Sanjaya, Wina. 2014. strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.
Usman, M. Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Islam, Jakarta: Ciputat Pers,
cet. ke-1.
Tambak Syahraini. 2014. Metode Ceramah: Konsep Dan Aplikasi Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Tarbiyah, Vol. 21, No.2

Anda mungkin juga menyukai