Disusun Oleh:
Farah Nur Rohmah, 4301418005
1.3. Tujuan
A. Memahami pengertian metode ceramah dan diskusi.
B. Mengetahui karakteristik dan langkah-langkah metode ceramah dan diskusi.
C. Memahami jenis-jenis metode diskusi.
D. Mengerti tentang kelebihan dan kekurangan metode ceramah dan diskusi bila
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
E. Memahami implementasi pada materi kelas XI tentang hidrolisis.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan
kepada suatu masalah, yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2006).
Metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan
kegiatan belajar mengajar dan menjadi penting bagi guru untuk memilih metode yang
lebih efektif untuk digunakan. Pada dasarnya semua metode yang digunakan dalam
mengajar adalah baik, namun dalam pelaksanaannya sangat bergantung pada guru.
Metode guru dapat menjadi baik akan menjadi jelek apabila guru tidak menguasai tehnik
pelaksanaan dari metode yang digunakan. Diskusi adalah aktivitas dari sekelompok
siswa yang berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik
atau masalah, di mana setiap anak ingin mencari jawaban atau penyelesaian masalah
dari segala segi dan kemungkinan yang ada (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1994). Diskusi adalah percakapan ilmiah yang berisikan pertukaran
pendapat, pemunculan ide-ide, serta pengujian pendapat yang dilakukan oleh beberapa
orang yang tergabung dalam suatu kelompok untuk mencari kebenaran.
Metode diskusi merupakan metode yang dapat membuat siswa aktif karena siswa
memperoleh kesempatan berbicara atau berdialog untuk bertukar pikiran dan informasi
tentang suatu topik atau masalah dan mencari fakta atau pembuktian yang dapat
digunakan bagi pemecahan masalah.
Metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi
suatu persoalan atau masalah kepada siswa, dan para murid diberi kesempatan secara
bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya. Dalam diskusi
murid dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan
usul-usul, dan mengajukan saran-saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau
dari berbagai segi.
Jika suatu garam dilarutkan ke dalam air, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu:
1. Garam akan bereaksi dengan pelarut air (mengalami hidrolisis) membentuk ion
H+ atau ion OH–. Akibatnya larutan akan bersifat asam atau basa. Yang dapat
mengalami hidrolisis adalah garam yang mengandung ion elektrolit lemah (ion
yang dapat menghantarkan arus listrik).
2. Garam tidak bereaksi dengan pelarut air (tidak terhidrolisis) sehingga larutan
tetap bersifat netral. Yang tidak terhidrolisis adalah garam yang tidak
mengandung ion elektrolit lemah (ion yang dapat menghantarkan arus listrik).
Oleh karena itu, garam-garam dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan asam dan
basa asalnya sebagai berikut.
1. Garam yang berasal dari asam kuat + basa kuat, misalnya NaCI, K 2SO4,
Ba(NO3)2, dsb.
2. Garam yang berasal dari asam lemah + basa kuat, misalnya CH 3COONa, K2CO3
, Na3PO4, dsb.
3. Garam yang berasal dari asam kuat + basa lemah, misalnya NH 4Cl, AgNO3,
CuSO4, dsb.
4. Garam yang berasal dari asam lemah + basa lemah, misalnya NH 4CN, Al2S3,
MgCO3, dsb.
Contoh Soal:
2. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah dalam air mengalami
hidrolisis sebagian karena salah satu komponen garam (kation basa lemah)
mengalami hidrolisis menghasilkan ion H+ maka pH < 7 sehingga larutan garam
bersifat asam.
Rumus:
Contoh soal:
3. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah dalam air mengalami
hidrolisis total. Karena kedua komponen garam (anion asam lemah dan kation basa
lemah) terhidrolisis menghasilkan ion H+ dan ion OH– sehingga harga pH larutan ini
tergantung harga Ka dan Kb.
Rumus:
Berdasarkan rumus di atas maka harga pH larutan garam yang berasal dari asam
lemah dan basa lemah tidak tergantung pada konsentrasi ion-ion garam dalam larutan,
tetapi tergantung pada harga Ka dan Kb dari asam dan basa pembentuknya.
Jika Ka = Kb maka larutan akan bersifat netral (pH = 7)
Jika Ka > Kb maka larutan akan bersifat asam (pH < 7)
Jika Ka < Kb maka larutan akan bersifat basa (pH > 7)
Contoh soal:
C. Penggunaan Hidrolisis
Penggunaan hidrolisis antara lain:
1. Untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, atau
titrasi antara basa lemah dengan asam kuat.
a. Penetralan asam lemah oleh basa kuat
Perubahan pH pada penetralan asam lemah oleh basa kuat, dalam hal ini 50
mL larutan CH3COOH 0,1 M yang ditetesi dengan larutan NaOH 0,1 M
sedikit demi sedikit hingga mencapai 60 mL, ditunjukkan oleh gambar:
B. Saran
Dalam memilih metode pembelajaran sebaiknya mempertimbangkan antara
kelemahan dan kelebihan dari metode pembelajaran tersebut dan disesuaikan dengan
pokok bahasan yang akan dibahas dalam sebuah mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai. 2002. Pengantar dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers
cet. Ke-1.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Didaktik atau Metode Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hlm. 652.
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Harnanto, ari, Ruminten. 2009. Kimia 2 untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Nata, Abuddin. 2011. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, cet. 2
Sholahuddin, Mahfuz, et. al. 1986. Metodologi Pendidikan Islam, Surabaya: PT. Bina
Ilmu.
Sanjaya, Wina. 2014. strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.
Usman, M. Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembelajaran Islam, Jakarta: Ciputat Pers,
cet. ke-1.
Tambak Syahraini. 2014. Metode Ceramah: Konsep Dan Aplikasi Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Tarbiyah, Vol. 21, No.2