PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bentuk adalah 1) lengkung; lentur 2)
bangun; gambaran 3) rupa; wujud 4) sistem; susunan 5) wujud yang ditampilkan
(tampak) 6) acuan atau susunan kalimat 7) kata bantu bilangan bagi benda-benda yang
berkeluk (cincin, gelang,dsb)1
Bentuk-bentuk metode berarti sistem atau susunan yang nantinya akan digunakan
untuk pembelajaran fiqih dan ushul fiqh.
Kemudian pengertian metode ialah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk
mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.2
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru
untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung pembelajaran,
dan penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif. Proses pembelajaran yang
baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau
saling bahu.
1
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,1991), Edisi ke-2, Cet. Ke-4, h. 119.
2
Ibid., h. 652.
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah
diprogramkan3
Kemudian defenisi Ushul Fiqih jika ditinjau keberadaannya sebagai julukan untuk
ilmu tertentu, adalah ilmu yang mengetahui atau membahas kaedah-kaedah dan dalil-dalil
umum, yang dengannya dapat menyimpulkan fikah (fiqih)4
3
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2004), h. 117.
4
Abdul Karim Zaidan, Kaedah Usul Fiqih, (Selangor: Tanpa Penerbit, 2004), h. xxi
5
Ibid., h. xix-xx.
1.3 Tujuan Penulisan.
1. Untuk mengetahui pengertian dari metode pembelajaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode pembelajaran.
3. Untuk mengetahui ruang lingkup dari pembelajaran Fiqh dan Ushul Fiqh.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk metode pembelajaran.
Ruang lingkup dalam penyusunan makalah ini dibatasi pada hal-hal yang berkaitan
dengan ruang lingkup bentuk-bentuk metode dalam pembelajaran Fiqh dan Ushul Fiqh
sahaja.
BAB II
PEMBAHASAN
Bertitik tolak pada pengertian metode pengajaran, yaitu suatu cara menyampaikan
bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode mengajar
tidak dapat diabaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil
tidaknya suatu proses belajar mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu
sistem pengajaran.
Oleh karena itu pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik
siswa, materi, kondisi lingkungan (setting) dimana pengajaran berlangsung. Bila ditinjau
secara lebih teliti sebenarnya keunggulan suatu metode terletak pada beberapa faktor
yang berpengaruh, antara lain: tujuan, karakteristik siswa, situasi dan kondisi ,
kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan. Dengan kata
lain perbedaan penggunaan atau pemilihan suatu metode mengajar disebabkan oleh
adanya beberapa faktor harus dipertimbangkan, antara lain:
1. Tujuan
2. Karakteristik siswa
3. Situasi dan kondisi
4. Perbedaan pribadi dan kemampuan guru
5. Sarana dan prasarana6
6
M.Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2005),
h. 32-33
7
Ahmad Tafsir, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1992), h. 33-34
Secara garis besar metode mengajar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian,
yakni:
a. Metode mengajar konvensional, dan
b. Metode mengajar inkonvensional.
Metode mengajar konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh
guru atau sering disebut metode tradisional. Sedangkan metode mengajar inkonvensional
yaitu suatu teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara
umum, seperti metode mengajar dengan modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit,
machine program, masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di
beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru-
guru yang ahli menanganinya. Berikut ini akan dibahas beberapa metode-metode
mengajar konvensional, antara lain:
1. Metode ceramah
2. Metode diskusi
3. Metode Tanya jawab
4. Metode demonstrasi dan eksperimen
5. Metode Resitasi
6. Metode kerja kelompok
7. Metode sosio-drama dan bermain peranan
8. Metode karya wisata
9. Metode drill
10. Metode sistim regu8
Menurut Armai Arief, metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan
pengajaran agama islam diantaranya adalah:
1. Metode Pembiasaan
2. Metode keteladanan
3. Metode Pemberian Ganjaran
4. Metode Pemberian hukuman
8
M.Basyiruddin Usman, Op.cit., h. 33-34
5. Metode Ceramah
6. Metode Mudzakarah
7. Metode Eksperimen
8. Metode Drill/Latihan9
Untuk mengukur sejauh mana keefektifan suatu metode yang digunakan dalam
pencapaian tujuan pengajaran, harus dilihat nilai dan kriteria metode yang digunakan
tersebut, antara lain meyangkut:
a. Bagaimana sifat dan ciri-ciri metode tersebut
b. Kapan metode tersebut tepat digunakan
c. Apa saja keunggulan dan kelemahannya
d. Bagaimana cara penggunaannya
Sekalipun demikian kita dengan mudah mengetahui bahwa metode utama yang
digunakan adalah metode ceramah, atau metode diskusi, dan sebagainya.
Ruang lingkup materi fiqih dan Usul Fiqh pada umumnya adalah:
9
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
h. 110-174
1. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara
pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat,
puasa, zakat, dan ibadah haji.
2. Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai
ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban,
serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.
Sedangkan Ushul Fiqh adalah mencari dalil-dalil yang umum dan membahasnya di
segi keberadaannya yang mengarah kepada hukum hakam syar’iy dari dalil-dalilnya
yang parsial.
Dibawah ini akan disajikan beberapa metode yang sesuai untuk diterapkan pada
pembelajaran Fiqh dan Ushul Fiqh.
A. Metode Ceramah.
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim
dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian
bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Peran murid di sini sebagai penerima pesan,
mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan-keterangan guru bilamana
diperlukan.
Metode ceramah layak dipakai oleh guru dalam menyampaikan pesan di muka
kelas bila:
1. Pesan yang disampaikan berupa fakta atau informasi
2. Jumlah siswanya terlalu banyak
3. Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa, dan dapat meransang
siswa.10
1. Penggunaan waktu yang efisien dan pesan yang disampaikan dapat sebanyak-
banyaknya.
2. Pengorganisasian kelas lebih sederhana, dan tidak diperlukan pengelompokan
siswa secara khusus.
3. Dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam belajar.
4. Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan
waktu terbatas dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja,
sedangkan bila materi sedikit sedangkan waktu masih panjang, dapat
diperjelaskan lebih mendetail.11
Dalam menggunakan metode ini perlulah diperhatikan beberapa hal dibawah ini:
10
M.Basyiruddin Usman, Op.cit., h. 34
11
Ibid.
12
Ibid., h. 35
b. Gunakan alat visualisasi, seperti penggunaan papan tulis atau media lainnya yang
tersedia untuk menjelaskan pokok bahasan yang disampaikan
c. Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu
siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya 13
Metode diskusi atau mudzakarah adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran
dengan memperdebatkan masalah atau membuat suatu pertemuan ilmiah yang membahas
suatu masalah . Cara ini menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam
belajar.
13
ibid.
dianggap kompeten oleh seorang kyai, maka santri tersebut dapat dijadikan
sebagai pengajar untuk kitab-kitab islam klasik.14
a. Kelebihan.
1) Santri lebih terdorong untuk mempelajari kitab-kitab islam klasik secara lebih
mendalam
2) Santri terlatih dalam memecehkan masalah-masalah dengan menggunakan
kitab-kitab yang tersedia
3) Kemampuan santri dapat diukur dan dinilai oleh seorang kyai
4) Pemahaman santri terhadap kitab-kitab islam klasik dapat dievaluasi
b. Kekurangan
1) Pelaksanaan metode ini waktunya tidak tetap, di samping memang ada waktu-
waktu tertentu yang telah ditetapkan
2) Bahan-bahan yang dijadikan acuan sangat terbatas pada kitab-kitab islam
klasik
3) Sempitnya ruang lingkup yang dibahas, hanya terbatas pada masalah
keagamaan saja
4) Adanya kecemburuan di kalangan para santri, sebab hanya santri yang
berkompeten saja yang diberikan kesempatan untuk menjadi juru bicara.15
Hal yang menarik tentang metode eksperimen ini ada kolerasinya dengan
pendidikan Agama Islam adalah bahwa metode ini ada kolerasinya dengan pendidikan
Agama Islam terutama bidang studi fiqih. Konkritnya adalah ketika ingin membuktikan
apakah segenang air temasuk air suci, air najis, atau air yang suci tapi tidak mensucikan.
14
Armai Arief, Op.cit, h. 158.
15
Ibid., h. 159
Kesemua permasalahan ini harus dibuktikan secara langsung dan harus dilakukan
penelitian secara ilmiah, maka metode eksperimen dengan tepat dapat membuktikannya.
a. Murid dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku.
b. Diharapkan dengan metode ini murid mendapat kepuasan dari hasil belajarnya.16
a. Kelebihan.
16
Ibid., h. 173.
17
Ibid.
1) Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah
permasalahan.
2) Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik.
b. Kekurangan.
D. Metode Pembiasaan.
1. Pengertian
Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, “biasa” adalah 1). Lazim atau umum; 2). Seperti sedia kala; 3). Sudah
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. 19 Dengan adanya
prefiks “pe” dan sufiks “an” menunjukkan arti proses sehingga pembiasaan dapat
diartikan dengan proses membuat sesuatu/seseorang menjadi terbiasa.20
18
Ibid.
19
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Op.cit., h. 218.
20
Armai Arief, Op.cit, h. 110.
21
Ibid.
2. Landasan Teori Metode Pembiasaan.
“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki
yang baik, sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran
Allah) bagi orang yang memikirkan…”(Q.S. al-Nahl : 67).22
Ayat di atas memberikan penjelasan hanya sebatas tentang manfaat yang dapat
diperoleh dari buah kurma dan anggur agar mereka merasakan demikian besarnya
kemahakuasaan Allah. Ayat ini sama sekali belum menyentuh garis hukum haramnya
minuman khamar. Isyarat ayat di atas dinilai sangat halus dan hanya dapat dirasakan oleh
orang yang bisa merasakan bahwa Allah SWT. Suatu saat pasti akan melarang minuman
yang memabukkan tersebut. Untuk tahap awal Allah berfirman:
Ayat ini mengisyaratkan adanya alternatif pilihan yang diberikan oleh Allah
antara memilih yang banyak positifnya dengan yang lebih banyak negatifnya dari
kebiasaan meminum khamar. Demikian tolerannya Alquran, sesungguhnya dapat
menyentuh perasaan dan fikiran setiap orang bahwa kebiasaan meminum khamar dan
perjudian adalah kebiasaan yang harus ditinggalkan.24
22
Ibid., h. 111.
23
Ibid., h. 112.
24
Ibid.
Tahap kedua, Allah menurunkan ayat yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan…” (Q.S al-Nisa: 43).25
Meminum khamar adalah perbuatan yang tidak terpuji. Sebagian diantara kaum
muslimin telah menyadari dan membiasakan diri untuk tidak lagi meminum minuman
yang memabukkan. Namun masih ditemukan juga sebagian yang lain yang sulit merubah
kebiasaan tersebut, sampai-sampaiu ingin melakukan salat pun mereka melakukan
kebiasaan tersebut.26
Tahap ketiga, secara tegas Allah melarang meminum khamar sebagaimana tercermin
dalam ayat yang berbunyi.
“Hai orang-orang yang beriman, sesunguhnya minuman keras, judi, korban untuk
berhala, dan tenung adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Oleh karena
itu jauhilah, agar kamu beruntung.” (Q.S al-Maidah : 90).27
Namun demikian pendekatan ini akan jauh dari berhasil jika tidak diiringi dengan
contoh tauladan yang baik dari si pendidik. Jadi dibawah ini akan kita lihat syarat-syarat
menggunakan pendekatan ini.
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat. Usia sejak bayi dinilai waktu yang
sangat tepat untuk mengaplikasikan pendekatan ini, karena setiap anak
25
Ibid., h. 113.
26
Ibid.
27
Ibid.
mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan
sekitarnya.
b. Pembiasaan hendaklah dilakukan secara kontiniu, teratur dan berprogram .
sehingga pada akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen
dan konsisten. Oleh karena itu faktor pengawasan sangat menentukan dalam
pencapaian keberhasilan dari proses ini.
c. Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas. Jangan memberi
kesempatan yang luas kepada anak didik untuk melanggar kebiasaan yang telah
ditanamkan.
d. Pembiasaan yang pada mula hnya bersifat mekanistis, hendaknya secara
berangsur-angsur dirobah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi
kebiasaan yang disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.28
a. Kelebihan
b. Kekurangan
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar
dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak
didik. Oleh karena itu pendidik yang dibutuhkan dalam mengaplikasikan pendekatan ini
adalah pendidik pilihan yang mampu menyelaraskan antara perkataan dan perbuatan,
28
Ibid., h. 114-115.
29
Ibid.
sehingga tidak ada kesan bahwa pendidik hanya mampu memberikan nilai tetapi tidak
mampu mengamalkan nilai yang disampaikannya terhadap anak didik.30
Jadi dapat kita simpulkan bahwa pendekatan pembiasaan pada intinya adalah
pengalaman. Karena apa yang kita biasakan itulah yang kita amalkan. Seorang
mahasiswa yang selalu bertanya, itu karena ia terbiasa dengan sikap kritis. Kebiasaan
kritisnya terbentuk dari apa yang ia amalkan dalam kesehariannya. Demikian juga dengan
kebiasaan-kebiasaan lainnya.
E. Metode bandongan
Namun metode bandongan bukanlah metode yang tepat untuk diaplikasikan pada
setiap proses belajar mengajar karena metode ini sendiri memiliki kelebihan dan
kekurangan. Apakah metode ini relevan atau efektif diberikan kepada anak didik atau
tidak, maka guru harus cermat memperhatikan situasi dan kondisi yang tepat dalam
mengaplikasi metode ini, di samping mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan yang
dimilikinya.32
a. Kelebihan.
30
Ibid., h. 115-116.
31
Ibid., h. 156.
32
Ibid., h. 157.
1. Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit
dipelajari33
2. Metode ini dikatakan sebagai metode yang sangat dianjurkan di dalam
mempelajari kitab-kitab klasik islam yaitu dengan cara bertalaqqi sehingga kita
mempunyai sanad atau saling menyambung pemahaman dari seorang guru kepada
guru sebelumnya sehingga terus kepada penulis kitab yang dipelajari sehingga
pemahaman yang dipahami dari kitab tersebut sesuai dengan yang dimaksud oleh
penulis dan tidak melenceng pemahamannya.
b. Kekurangan.
1. Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan.
2. Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang
disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuannya.
3. Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampaikan materi
sering diulang-ulang.34
F. Metode Drill/Latihan.
Metode drill/latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan agar anak didik:
a. Kecakapan motorik, seperti mengulas, menghapal, membuat alat-alat,
menggunakan alat/mesin, permainan dan atletik.
33
Ibid., h. 156.
34
Ibid.
35
M.Basyiruddin Usman, Op.cit., h. 55.
b. Kecakapan mental, seperti melakukan perkalian, menjumlah,mengenal tanda-
tanda/simbol dan sebagainya.36
c. Pengetahuan anak didik akan bertambah dari berbagai segi dan anak didik
tersebut akan memperoleh pemahaman yang lebih baik dan lebih mendalam.
Dalam pendidikan agama, metode ini sering dipakai untuk melatih ulangan
pelajaran Alquran dan praktek ibadah. Menurut riwayat, setiap bulan Ramadhan
Rasulullah saw mengadakan latihan ulang terhadap wahyu-wahyu yang telah
diturunkan sebelumnya.37
a. Dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda
dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam
pengajaran yang diberikannya.39
36
Ibid.
37
Armai Arief, Op.cit, h. 175.
38
M.Basyiruddin Usman, Op.cit., h. 57.
39
Ibid.
BAB III
PENUTUP
3.1 Rangkuman.
1. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh guru
untuk mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung
pembelajaran, dan penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif. Proses
pembelajaran yang baik hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode
mengajar secara bergantian atau saling bahu.
2. Ruang lingkup pembelajaran Fiqh dan Ushul Fiqh yaitu: Fiqih ibadah, yang
menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam
yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai
ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban,
serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.Sedangkan Ushul Fiqh
adalah mencari dalil-dalil yang umum dan membahasnya di segi keberadaannya
yang mengarah kepada hukum hakam syar’iy dari dalil-dalilnya yang parsial.
3. Dalam pemilihan metode ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu:
1)Tujuan; 2)Karakteristik siswa; 3)Situasi dan kondisi; 4)Perbedaan pribadi dan
kemampuan guru; 5)Sarana dan prasarana
4. Metode-metode pembelajaran Fiqh dan Ushul Fiqh yaitu: 1) Metode Ceramah; 2)
Metode Diskusi atau Muzakarah; 3) Metode Demonstrasi atau Eksperimen; 4)
Metode Pembiasaan; 5) Metode Bandongan; 6) Metode Drill/Latihan.