Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Dalam Ilmu
Pendidikan Islam Pada Fakultas Agama Islam Universitas Al-Washliyah
OLEH:
Program Studi
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 1
BAB II ........................................................................................................................................ 11
3. Pengertian Spiritual............................................................................................... 15
i
8. Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Kecerdasan Emosional
D. Instrumen Penelitian...................................................................................................... 36
BAB IV....................................................................................................................................... 42
BAB V ........................................................................................................................................ 61
PENUTUP ................................................................................................................................. 61
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 61
B. Saran-saran........................................................................................................................ 62
ii
BAB I
PENDAHULUAN
bagaimana tatacara dalam pengurusan suatu perusahaan dan arah tindakan serta
alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan atau
pasukan, kapal, dan sebagainya menuju posisi yang layak. Didalam penelitian ini
tidak akan membahas tentang managemen perusahaan atau tentang seni perang
pembelajaran yang tepat dapat berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi
belajar.
Dapat kita lihat dizaman sekarang ini, telah banyak terbukti bahwa
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan otak (IQ) berperan sebatas syarat minimal
1
2
emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh
remaja, seperti kenakalan, tawuran, narkoba, minuman keras, perilaku seks bebas
dan sebagainya. Oleh karena itu, penting sekali mengajari anak-anak ketrampilan
mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju
dari seorang cendikiawan asal Iran, Ali Syariati. Beliau melihat bahwa manusia
adalah makhluk yang dua dimensi yang tentunya membedakan dengan makhluk
ciptakan yang lain yang hanya diciptakan dalam satu dimensi sehingga ini yang
duniawi atau kepekaan emosi serta intelegensi yang baik yaitu EQ (Emotional
Spiritual dianggap oleh banyak orang sebagai yang paling penting dari sekian
1
Ali Syariati, Tugas Cendikiawan Muslim, (Jakarta: Srigunting Press, cet. 2 2001), h.9
3
disergap oleh perasaan kekosongan dan hampa dalam diri batinnya. Setelah
prestasi puncak telah dipijak, ketika semua pemuasan kebendaan telah diraih,
setelah uang hasil jerih payah berada dalam genggaman dan puas dinikmati, ia
tidak tau ke mana harus melangkah, untuk apa semua prestasi itu diraihnya,
hingga tidak tahu dan mengerti untuk apa ia hidup dan di mana ia harus berpijak.
sebagai metode dan konsep dari jawaban kekosongan batin jiwa manusia dan juga
digunakan sebagai konsep yang universal yang digunakan oleh semua manusia.
2
Tony Buzan, The Power of Spiritual Intelligence: 10 Ways to Tap Into Your Spiritual
Genius, terj. Ana Budi Kuswandani, Kekuatan ESQ: 10 Langkah Meningkatkan Kecerdasan
Emosional Spiritual (Jakarta: PT. Pustaka Delapratasa, 2003) h.1.
3
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
4
tidak cukup hanya mengandalkan proses pembelajaran di kelas saja. Oleh karena
itu, harus ada program diluar kelas yaitu kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler
Pramuka. Ini karena mengingat hakikat pramuka adalah pendidikan diluar sekolah
seminggu sekali.
5
kecerdasan spiritual yang lebih tinggi dibanding dengan yang tidak mengikuti
emosional, hal ini karena dapat dilihat dari perilaku siswa yang mudah bergaul,
bisa menghadapi stres dengan baik, kuat dari segi mental, berdisiplin, sopan-
santun, patuh terhadap orang yang tua darinya, disiplin di dalam mengelola waktu
serta dan dari segi kecerdasan spiritual, melaksanakan kegiatan salat ketika sudah
masuk waktu.
20147, Medan, Sumatera Utara. yaitu pada guru-guru yang terlibat di dalam
B. Rumusan Masalah
dipecahkan menjadi:
6
2. Apa saja faktor pendukung dan hambatan upaya guru pramuka dalam
C. Batasan Istilah
sasaran khusus.4
Adapun yang dimaksud strategi dalam penelitian ini adalah strategi guru
mengajar.5
Adapun yang dimaksud guru dalam penelitian ini adalah guru-guru yang
4
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, cet. 4, 1991), h.964.
5
Ibid., h.330.
7
3. Pramuka
budinya.7
Medan.
batin)9
6
Ibid., h.1060.
7
Ibid., h.186.
8
Ibid., h.261.
9
Ibid., h.960.
8
Medan.
8. Ekstra kurikuler
D. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui apa saja faktor pendukung dan hambatan upaya guru pramuka
E. Manfaat Penelitian
dapat dibagi menjadi 2 yaitu teoritis dan praktis.Manfaat praktis yaitu manfaat
1. Secara Teoritis
Muallimin Medan.
pengetahuan.
2. Secara Praktis
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan manfaat bagi peneliti
F. Sistematika Pembahasan
sistematika pembahasan.
penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Kecerdasan
membaca, menulis, menghitung, sebagai jalur sempit keterampilan kata dan angka
yang menjadi fokus dalam pendidikan formal seperti sekolah dan sesungguhnya
baru yang berkembang adalah ada kecerdasan lain di luar IQ, seperti bakat,
a. Lay Theories: di dalam sejarah umat manusia, tidak ada penjelasan secara
10Mohd Azhar Abdul Hamid, EQ: Panduan Meningkatkan Kecerdasan Emosi (Selangor:
PTS Publications & Distributors, 2006) h.6.
11
12
pintar atau kurang pintar, lebih bodoh, kurang bodoh, lebih pandai, kurang
pandai.11
seseorang.12
dari faktor atau komponen dari kecerdasan. Setelah disadari akan adanya
apakah ia berkaitan antara satu sama lain. Ada yang mengatakan adanya
dalam kecerdasan itu ada dibalik komponen yang lebih spesifik dan ada
11
Howard Gardner, Frame of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (New York:
Basic Book, 2011) h.xxx.
12
ibid.
13
ibid xxx-xxxi
13
adanya General Intelligence [kecerdasan umum] atau “G“ Factor [faktor G].
pada tes kemampuan mental. Spearman mengatakan ketika seseorang bagus pada
satu bidang tertentu, dia akan cenderung bagus juga pada bidang yang lain sebagai
contoh, seseorang yang bagus pada tes verbal akan bagus juga pada tes di bidang
yang lain. Jadi faktor “G” ini mendasari semua perilaku orang.Bagi para ahli yang
setuju dengan teori ini memandang bahwa kecerdasan itu dapat dinyatakan dan
Spearman dan tidak suka memberi urutan menggunakan skala dari Spearman. Apa
yang L.L Thurstone lakukan adalah memberikan 56 tes yang berbeda terhadap
reasoning [logika]dan memory [memori]. Pada sistem ini kita bisa lihat bahwa
tapi kurang dalam numeric ability [kemampuan angka]. Namun ketika para ahli
skor tes yang tinggi pada suatu kemampuan selalu mendapatkan skor yang tinggi
juga pada bidang yang lain. Ini menunjukkan bahwa pada dasarnya teori
14
mereka tidak selalu serasi. Walaupun begitu, Spearman dan Thurstone membuka
bentuk yang berbeda-beda. Dia mencontohkan kerusakan otak pada satu bagian
yang mana memberi pengaruh terhadap suatu keterampilan tidak lah berpengaruh
terhadap bagian otak yang lain. Ini menunjukkan bahwa kita mempunyai berbagai
dengan situasi baru 3) Praktikal, atau kecerdasan praktikal untuk tugas sehari-hari.
Kedua model ini tampak masuk akal, dan karya Howard Gardner serta
Robert Sternberg telah membantu para guru mengapresiasi berbagai talenta siswa.
Namun penelitian menyebutkan bahwa semua cara untuk menjadi cerdas ini tidak
2. Pengertian Emosi
bergerak, kegembiraan dan kegusaran. Pada hari ini perkataan emosi digunakan
15
3. Pengertian Spiritual.
Spiritual secara sederhana dapat dipahami bahwa ia berasal dari dalam diri
atau jiwa manusia, ia dapat membantu kita menyembuhkan dan membangun diri
kita secara utuh, suatu hal yang membuat kita sering bertanya kenapa sesuatu itu
1)Spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan
rasa memiliki. Spiritual memberi arah dan arti pada kehidupan.2)Spiritual
memberi rasa dan arti pada kehidupan. 3)Spiritual adalah kepercayaan akan
adanya kekuatan nonfisik yang lebih besar daripada kekuatan diri kita; suatu
kesadaran yang menghubungkan kita langsung dengan Tuhan, atau apa pun yang
kita namakan sebagai sumber keberadaan kita.15
dari pengajar, pekerja, kepala sebuah instansi, eksekutif, anak-anak, remaja dan
sebagainya semuanya tunduk dengan gagasan bahwasanya umat ini perlu kepada
dianggap sebagai penting pada budaya saat ini? Di dalam memahami kecerdasan
emosional itu penting karena banyak orang salah dalam mengelola emosinya
dengan sukses dan dibutakan dengan reaksi emosionalnya sendiri atau gagal
dalam mengkontrol gejolak emosional dan bertindak melakukan hal yang bodoh
lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga supaya beban tekanan
oleh ahli psikologi Peter Salovey dari Universitas Harvard dan Jhon Mayer
menunjukkan betapa pentingnya peran emosi terhadap setiap kegiatan serta semua
adalah “sesuatu” yang ada didalam diri manusia yang dapat memberi pengaruh terhadap
18
Travis Bradberry dan Jean Greaves, Emotional Intelligence 2.0 (San Diego: Talent
Smart, 2009), cet ke-1, h.45.
18
berjudul “Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ” pada tahun
Kecerdasan emosi ini adalah satu konsep kecerdasan yang lebih luas dan
ada kaitan dengan kesedaran terhadap emosi dan perasaan serta bagaimana
Kata spiritual memiliki akar kata spirit yang berarti roh.Kata ini berasal
dari bahasa Latin, spiritus, yang berarti nafas.Roh bisa diartikan sebagai energi
berarti pula segala sesuatu diluar fisik, termasuk fikiran, perasaan dan karakter
19
Michael Cornwall, Go Suck a Lemon: Strategies for Improving Your Emotional
Intelligence (t.t.p: Nook Press, 2010), h. 190.
20
Daniel Goleman, Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ (London,
Bloomsbury Publishing, 1996), h.71.
21
Pati Anak Aleng, Transformasi Pendidikan dan Pembangunan Modal Insan (Selangor,
PTS Akademia, 2014), h.86.
22
Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligence)
(Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2013), h.22.
19
makna hidup, tujuan hidup, atau nilai-nilai tertinggi dalam hidup.Kecerdasan ini
secara tepat dan efektif, yang memungkinkan kita bekerjasama dengan lancer
kecedasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna
yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan
untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta
Ginanjar Agustian menjelaskan bahwa ada enam prinsip yang akan memiliki
dibawah ini:
semangat tinggi,
23Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ: Kecerdasan Spiritual (Bandung, Mizan Pustaka,
2000), h.4.
24
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ: Emotional Spiritual Quotient: The ESQ Way 165: 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam
(Jakarta: Arga Publishing, 2010), h.13.
20
2) Memiliki rasa aman, yaitu memegang prinsip yang kekal dan tidak
berubah, dengan memiliki prinsip yang kekal kita tidak akan goyah
perubahan yang selalu terjadi. Untuk mencapai tingkat ini perlu ada
penting.
hal yang kokoh yaitu memiliki prinsip kepada yang maha esa,
kemenangan.25
dijadikan sebagai contoh bagi manusia tentang integritas yang total untuk
4) Kebiasaan menolong
5) Saling percaya26
25Ibid., h.109-122.
26Ibid., h.126-137.
22
3) Sebagai pembimbing
d. Prinsip Pembelajaran, hasil daripada prinsip ini dapat dilihat dari perilaku
seperti
cermat,
alquran.28
e. Prinsip Masa Depan, pada tahap ini visi seseorang pun dimulai. Setiap
27Ibid., h.147.
28Ibid., h.197.
23
dan sosial.
29Ibid., h.199.
30Ibid., h.215.
31Ibid., h.239.
24
otak dan jiwa manusia, yang sumber terdalamnya adalah inti alam semesta sendiri
dapat menyadari dan menentukan makna nilai, serta cinta terhadap kekuatan yang
lebih besar dan sesama makhluk hidup, karena merasa sebagai bagian dari
keterampilan ini maka kecerdasan emosi yang lainnya akan mudah dicapai.
merasakan emosi diri sendiri dalam suatu momen dan memahami kecenderungan
diri lebih dari sekadar menolak sifat yang bermasalah atau tidak dapat
mengelola diri sendiri. Kompetensi ini lebih berfokus pada diri individu itu
adalah kemampuan untuk waspada atau sadar pada emosi diri sendiri dan
menangkap emosi orang lain dan memahami apa yang sebenarnya terjadi dengan
26
mereka. Ini sering berarti memahami apa yang difikirkan dan dirasakan orang lain
meskipun kita tidak merasakan hal yang sama dan sangat mudah terjebak dalam
emosi diri sendiri dan lupa untuk mempertimbangkan perspektif orang lain.
Kesadaran sosial ini mampu membuat kita memastikan kita tetap fokus dan
mampu menyerap informasi penting. Didalam keterampilan ini hal yang paling
kesadaran emosi diri sendiri dan emosi orang lain untuk mengelola interaksi
dengan sukses. Dapat berkomunikasi dengan baik dan menangani konflik secara
efektif adalah ciri-ciri dari keterampilan ini.Orang yang dapat mengelola dengan
baik dalam sebuah hubungan dapat melihat manfaat dari terhubung dengan
banyak orang yang berbeda bahkan dengan orang yang tidak mereka sukai.
perasaan orang lain, tingkah laku dan motivasi untuk meningkatkan kualitas
hubungan.
emosional itu dipandang sebagai suatu kecerdasan yang terdiri dari 4 macam
33David R. Caruso dan Peter Salovey, The Emotionally Intelligent Manager: How to
Develop and Use The Four Key Emotional Skills of Leadership (San Fransisco: Jossey Bass, 2004)
cet-ke-1, h.25-26.
27
mengidentifikasi secara akurat apa yang dirasakan diri sendiri dan orang-
kita harus lah memiliki sifat terbuka terhadap emosi diri sendiri untuk bisa
membuat keputusan.
terperinci.
(berpandangan “holistik”)
sebuah jurnal nya yang berjudul “Perbedaan kecerdasan emosional siswa ditinjau
34
Zohar dan Marshall, SQ, h.14.
29
ekstrakurikuler yang di ikuti oleh siswa memberi hasil yang berbeda juga. Peneliti
tersebut menggunakan sampel dari 163 orang siswa SMA Yapena yang aktif
keberagaman pada sifat dan tingkah laku siswa. Misalnya, siswa yang ikut
dengan orang lain, sedangkan siswa yang ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler
drum band akan lebih terkontrol dalam melakukan suatu hal dan juga memiliki
ekstrakurikuler olah raga yang terlihat dapat bekerjasama dalam kelompok dengan
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler dalam bidang akademik yang kurang dapat
35
Vety Dazeva, “Perbedaan Kecerdasan Emosional Siswa Ditinjau dari Jenis Kegiatan
Extrakurikuler” dalam Psikologia Online, vol. 7, h.86-87.
36
Ibid., h.88.
30
yang tinggi.37
beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, yaitu:
37
Ibid., h.86.
Ermi Yantiek, “Kecerdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual dan Perilaku Prososial
38
siswa lebih bisa mengontrol diri ataupun emosi, saling menghargai, rasa
empati yang begitu tinggi, kelas lebih aktif, efektif, dan menyenangkan.40
39
Siti Nurbaiti, “Strategi Guru Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi (Emotional
Quotient) Melalui Pendidikan Agama Islam Di SMA Negeri 2 Kecamatan Simpang Kiri Kota
Subulussalam” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, 2017), h.64.
40
Ibid.
41
Febri Sulistiya, “Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan pada Siswa di SMP 15
Yogyakarta” (Skripsi, Fakultas Ilmu keolahragaan, 2016), h.61.
32
tahun 2018. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peran guru PAI
Trenggalek.43
terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu kecerdasan emosional
dan spiritual. Akan tetapi dari keempat penelitian tersebut tidak ada yang benar-
42
Siti Fatimah, “Peran Guru Agama Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional dan
Spiritual pada Anak Di SMP Swasta Al-Hikmah Medan Marelan Pasar IV Barat” (Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2017), h.77.
43
Septin Masripah, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Kecerdasan Emosional dan Spiritual Siswa di SMK Islam 2 Durenan Trenggalek” (Skripsi,
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, 2018), h.102-103.
33
kualitatif.
tetapi memiliki perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan penulis yang
berfokus kepada strategi guru sedangkan penelitian yang dipaparkan di atas hanya
sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Strategi Guru
dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian-
METODOLOGI PENDIDIKAN
A. Lokasi Penelitian
B. Jenis Penelitian
1. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai
data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date.45 Jadi sumber data
44
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, cet. 4, 2015), h.12.
45
Ibid., h.68.
35
36
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data
sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik
D. Instrumen Penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen harus
ialah bahwa segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah,
fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang
46
Ibid.
47
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D)
(Bandung:Alfabeta, 2012), h.305.
37
diharapkan itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya.
pengumpulan data, analisis penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor
hasil penelitiannya.48
1. Observasi
aktif.Pada tahap awal peneliti hadir dalam lingkungan, tetapi peneliti tidak
tindakan secara fasif untuk mengenal lingkungan penelitian.Pada tahap ini, lebih
48
Lexy J, Moeleong, et.al, Metodologi Penelitian,(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
1989), h.169.
38
meneliti. Berikutnya, setelah peneliti telah membaur dengan remaja, maka tahap
peneliti mulai berperan aktif dengan meneliti hal yang akan diteliti.
2. Wawancara
adanya.
3. Dokumentasi
penyelidikan.50
Didalam teknik dokumentasi ini seluruh data yang telah terkumpul maka
49
Ibid.,h.186.
50
Sugiono,Metode, h.141.
39
yang di dokumentasikan dan data ini digunakan untuk melengkapi data dari hasil
Moleong,analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.51Adapun tujuannya adalah mencari makna dibalik data yang
tidak dimulai dari deduksi teori tetapi dimulai dari fakta empiris.Peneliti terjun ke
51
Siyoto dan Ali Sodik, Dasar, h.120.
52
Ibid, h.121.
40
menfokuskan pada hal-hal penting yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan,
tema dan polanya dicari kemudian membuang yang tidak perlu. Proses reduksi
data ini dilakukan oleh peneliti secara terus-menerus saat melakukan penelitian
diperoleh selama penggalian data di lapangan. Data yang diperoleh sudah pasti
rumit dan juga bercampur baur dengan data-data yang tidak ada kaitannya dengan
penelitian, maka dari itu proses penyederhanaan tanpa mengurangi data hasil
penelitian harus dilakukan dan tidak hanya itu, peneliti juga harus memastikan
data yang diolah merupakan data yang berkaitan dengan strategi guru
2. Penyajian data
disajikan dalam bentuk yang lebih jelas dan lebih baik.Penyajian data dalam
penelitian ini berbentuk tabel dan daftar serta hasil wawancara terhadap
responden.
Proses ini adalah tahap akhir dalam proses analisa data. Dalam bagian ini
53
Sugiono,Metode, h.345.
BAB IV
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif, dan
menjadikan lulusannya unggul dalam mutu, berbasis pada akhlaqul karimah dan
taqwa kepada Allah Swt. Sejak kelahirannya pada tahun 1958, Madrasah ini
Aziz, Drs. H. Kasim Inas, Drs. H.M. Rusydi, Drs. H. M. Nizar Syarif, Drs. H.
42
43
Aziz Harahap, Drs. Sutrisno, SH. dan sekarang dipimpin oleh Drs. Kasran MA.
sistem pembelajaran terpadu yang berbasis pada kompetensi ilmiah dan amaliah.
keahliannya.
a. Visi
b. Misi
bertanggung jawab.
Hadits.
Melalui visi misi yang telah dicanangkan oleh MTs Muallimin UNIVA
3. Struktur Organisasi
keharusan manajemen, organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efektif dan
efisien apabila terstruktur dengan baik. Setiap bagian dalam struktur tentu saja
mencapai visi, misi dan tujuan sekolah.Karena itu, MTs Muallimin UNIVA
Madrasah yang dijabat oleh Bapak Drs. Kasran, MA. Kepala Madrasah bekerja
sama dengan komite madrasah dan berkaitan erat dengan kepala tata usaha dalam
operasional madrasah, ketua tata usaha sendiri dipengang oleh Bapak Supriyadi,
SHI. Kepala Madrasah memiliki tiga Wakil Kepala Madrasah, yaitu Bapak
Azmi, S.Pd.I sebagai Wakil Kepala Madrasah bidang Kesiswaan dan Bapak H.M.
Syukur Abrazain BA. sebagai Wakil Kepala Madrasah bidang Pembiayaan dan
guru wali kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling, pengelola
a. Keadaan Guru
dan kemajuan madrasah. Selain guru, tenaga kependidikan juga sangat berperan
siswa yang berkualitas, maka guru pun harus berkualitas sehingga siswa yang
mengajar sesuai dengan bidang studi yang dikuasai. Sehingga tidak terjadi
kesenjangan dalam proses pembelajaran. Berikut adalah data pendidik dan tenaga
SU
14 Khairuna, S.Pd.I P GTY S.1 Tarbiyah Tafsir, M. 2071323603524
IAIN SU Hadits, SKI
15 M. Syukur P GTY D.3 Syariah Al Quran -
Abrazain, BA H UNIVA Hadits
16 Marwan Ingah, L GTT S.1 Al Azhar Faraidh -
Lc H Cairo
17 Mohd. Rusydi, L GTT S.1 Ushuluddin Fiqih -
Drs H UNIVA
18 Muhayan, MA L GTY S.2 PEDI UIN Q. Fiqih In.07/SP/M/009
3/2010
19 Muhyiddin L GTT S.1 Tarbiyah Tafsir -
Masykur, Drs Al Aqidah
20 Nelmi Hartati P GTY S.1 Sastra B. -
Srg, SS USU Indonesia
21 Nola Afni P GTY S.1 FKIP Matematika -
Oktavia, S.Pd UMN
22 Nudia Yultisa, P GTT S.2 Sastra B. Inggris -
MS Inggris UISU
23 Nugrah Pratama, L GTY S.1 PAI Al Khot -
S.Pd.I UNIVA
24 Rahmat Hidayat, L GTY S.1 Syariah Al B. Arab -
Lc H Azhar Cairo
25 Rosdani Hsb, P GTY S.1 FKIP B. 021015600485
S.Pd UMN Indonesia
26 Roslila, S.Pd.I P GTT S.1 Tarbiayah SKI -
IAIN
27 Saldan, Drs L GTT S.1 FKIP B. -
UISU Indonesia
28 Sibawaihi, Lc L GTY S.2 Tafsir UIN Tahsinul -
MTH H Qiroah
29 Sri Handayani, P PTY S.1 Harapan - -
ST
30 Supriyadi, S.HI L GTY S.1 Syariah Shorof 2071323902303
IAIN SU
31 Ulfa Aini, S.Pd.I P GTY S.1 Tarbiyah Fiqih -
IAIN SU
32 Dewi Puspita P GTT S.1 Fsikologi Tilawah -
Sari, S.Psi UMA
33 Fathurrahman L GTT S.1 PAI UIN M. Hadits -
Anshori SU
34 Yeninda Sartika, P GTT S.1 MIPA IPA -
S.Pd Unsyiah
35 Yusnita Anwar P GTT S.1MIPA IPA -
Nst, S.Pd UNIMED
48
b. Keadaan Siswa
Tsanawiyah Mualllimin UNIVA Medan (data periode Juli 2019), pada tahun
berjumlah 570 orang. Yang terdiri atas: Kelas VII; laki-laki 128 orang, perempuan
93 orang, jumlah 221 orang. Kelas VIII; laki-laki 98 orang, perempuan 97 orang,
jumlah 195 orang, dan kelas IX; laki-laki 88 orang, perempuan 66 orang, jumlah
154 orang.
Muallimin.
Muallimin, peneliti mendapati bahwa strategi yang digunakan oleh guru pramuka
adalah strategi kontekstual teaching and learning.Hal ini disampaikan oleh Bapak
49
sebagai berikut:
54
Hasil wawancara dengan Bapak Muhayyan, MA selaku Mabigus (Majelis Pembimbing
Gugus Depan) pramuka di Madrasah Tsanawiyah Muallimin pada tanggal 23 Oktober 2019.
55
Darmani, Optimalisasi Strategi Pembelajaran: Inovasi Tiada Henti Untuk
Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Peserta Didik (Indonesia: Guepedia, 2018),
h.131.
50
Jadi dari pernyataan tersebut bisa dikatakan strategi ini merupakan suatu
konsep yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang
Dengan proses yang panjang, strategi ini menekankan pada berpikirnya siswa ke
penganalisis dan pensintesis informasi dan data dari berbagai sumber dan
pandangan.
56
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Kencana, 2011), cet.8, h.255.
57
Hasil wawancara dengan Bapak Irham Azmi,S.Pd.I selaku ketua gugus depan pramuka
di Madrasah Tsanawiyah Muallimin pada tanggal 21 Oktober 2019.
51
menggunakan metode ceramah dan tidak jauh berbeda cara nya dengan guru biasa
pada umumnya. Untuk itu peneliti menelaah materi apa saja yang diberikan oleh
pengolongan di dalam kegiatan pramuka ini dan materi itu harus lah sesuai
yaitu (1) Kelompok umur 7-10 tahun, disebut dengan Pramuka Siaga. (2)
Kelompok umur 11-15 tahun, disebut dengan Pramuka Penggalang. (3) Kelompok
umur 16-20 tahun, disebut dengan Pramuka Penegak. (4) Kelompok umur 21-25
58
Hasil wawancara dengan Bapak Irham Azmi, S.Pd.I selaku ketua gugus depan pramuka
di Madrasah Tsanawiyah Muallimin pada tanggal 21 Oktober 2019.
59
Jaenudin Yusuf dan Tini Rustini, Panduan wajib Pramuka Superlengkap(Jakarta:
Bmedi, 2016), h. 27.
52
Tingkatan Pramuka Siaga: Siaga Mula, Siaga Bantu, Siaga Tata. (2) Tingkatan
pramuka Penggalang, karena subjek peneliti di dalam penelitian ilmiah ini adalah
SKU sangat banyak sekali, didalamnya berisikan 30 topik pembahasan. 61Di dalam
nya terdapat materi mulai dari program kerja, pengetahuan umum, pengetahuan
spiritual. Melihat materi tersebut, hal yang berkaitan dengan aspek kecerdasan
emosional bisa dilihat pada SKU nomor 5 dan nomor 6 yaitu dapat
60
Ibid., h. 28.
61
Ali Munir, Tuntas SKU Penggalang Ramu: Penuntun Menyelesaikan SKU Penggalang
Ramu (buku, tidak diterbitkan), h. 1-28.
62
Yusuf dan Rustini, Panduan, h. 4-5.
53
b. Strategi Afektif
yang menggambarkan afektif yang paling sesuai adalah pendidikan bukan istilah
nilai, yang mana sulit bagi kita untuk mengukurnya, oleh karena menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam. Dalam batas tertentu memang
afektif dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk
ketelitian dan observasi yang terus-menerus, dalam hal ini tidaklah mudah untuk
dilakukan apalagi nilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran
Strategi ini menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri
diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dalam strategi ini
Model yang bisa diterapkan adalah model konsiderasi yaitu model yang
Oleh karena itu, model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat
54
membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar siswa itu menjadi manusia yang
c. Strategi ekspositori.
disampaikan secara verbal dari guru kelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi secara optimal yang mana fokus utama dari pembelajaran
secara langsung.63
63
M. Chalish, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2011), h. 124.
64
Hasil wawancara dengan Bapak Irham Azmi S.Pd.I selaku ketua gugus depan pramuka
di Madrasah Tsanawiyah Muallimin pada tanggal 21 Oktober 2019.
55
kecerdasan emosional dan spiritual yang terjadi pada siswa memiliki faktor
a. Faktor Internal
1) Fisik
Faktor internal di dalam hal ini berkaitan secara fisik, bagian yang paling
anatomi saraf emosinya. Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu frontal
lobe dan sebagian bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu
sistem limbik.
65Hasil
wawancara dengan Bapak Muhayyan, MA selaku Mabigus (Majelis Pembimbing
Gugus Depan) pramuka di Madrasah Tsanawiyah Muallimin pada tanggal 23 Oktober 2019
56
a) Melihat lebih dalam lagi pada bagian frontal lobe berupa bagian
yang paling depan dalam otak. Frontal lobe itu berperan penting
mengatasinya.
b) Sistem limbik, bagian ini disebut dengan emosi otak yang letaknya
otak kita membuat keputusan. Beliau mengatakan bahwa apapun yang kita lihat,
cium, dengar, rasa dan sentuh akan melalui didalam tubuh badan secara sinyal
elektrik. Sinyal-sinyal ini akan melalui dari satu sel ke sel yang lain sebelum ia
mencapai tujuan akhirnya yaitu otak. Sinyal itu kemudian melewati bagian
pertama otak dan yang paling bawah dari otak dinamakan spinal cord, sinyal-
sinyal tadi haruslah sampai pada tujuan akhirnya yaitu frontal lobeatau dibelakang
dahi atau bagian paling depan otak. Pada bagian frontal lobeini adalah bagian
dimana kita berfikir secara rational, kemampuan berfikir secara logis berada pada
bagian ini.Jadi ketika sinyal-sinyal tadi untuk sampai ke bagian frontal lobe,
haruslah melewati bagian tengah otak yaitu dinamakan limbic system.Pada bagian
57
ini emosi kita diproses, ini menunjukkan sebelum kita berfikir secara rasional atau
berfikir secara logis, otak kita sebenarnya membuat kita berfikir secara emosional
karena sinyal-sinyal tadi tidak bisa langsung membawa kita bagian paling depan
otak dan harus melewati bagian tengah otak yaitu limbic systematau bagian yang
2) Psikis
kepada kerelaan siswa itu sendiri dalam mengikuti kegiatan pramuka dan memang
tidak ada paksaan dalam mengikuti pramuka baik dari guru-guru di sekolah
b. Faktor eksternal
1) Materi Pembelajaran
bagi kegiatan pramuka.Di dalam materi ini mencakup semua aspek dari
66
Travis Bradberry dan Jean Greaves, Emotional, h. 30-31.
58
2) Lingkungan
membuat keturunan selanjutnya pun turut cenderung melakukan hal yang sama.
ada yang mendukung ada yang enggak. Karena ayah saya dulu mengikuti
pramuka jadi dia menyaranin pramuka, cuma kalau dari bunda tidak
menyarankan karena itukan kegiatan untuk cowok karena banyak kegiatan diluar,
berbaur dengan orang banyak, jadi itu lebih cocok ke cowok.67
Kalau hambatan bisa jadi 2 faktor, dari sisi internal dan eksternal.Dari
sisi internal biasa sering terjadi seperti anggota atau siswa itu sendiri seperti
banyak yang belum terbuka fikirannya dan hatinya untuk dapat menerima dengan
baik pemahaman-pemahaman tentang kecerdasan emosional dan spiritual
tersebut.Namun dari sisi eksternal biasanya tidak terlalu banyak.68
Ada. Karena tidak semua orang tidak percaya dengan pramuka ini.Orang
menganggap bahwa kegiatan pramuka ini kegiatan-kegiatan yang bentuknya
penyiksaan.Masih banyak orangtua menganggap kegiatan pramuka ini
prodaman, pendidikan yang mengarah kepada militer, padahal salah.Bahwa
pramuka ini intinya adalah penanaman nilai spiritual, karena mereka orangtua
belum paham. Mereka menganggap bahwa kegiatan pramuka yang mereka lihat
masuk ke lumpur, disiksa, dirodam, makan nasi bercampur dengan makanan-
makanan yang kurang baik, nah ini yang masih ada di dalam pola pikir orangtua
siswa. Mereka tidak tau bahwa pramuka itu memang adalah konsepnya dari
spiritual dan melahirkan nilai spiritual dan emosional. Bakat lahir, kepekaan
67
Hasil wawancara dengan Vira yaitu siswi kelas IX di Madrasah Tsanawiyah Muallimin
pada tanggal 23 Oktober 2019
68
Hasil wawancara dengan Bapak Irham Azmi S.Pd.I selaku ketua gugus depan pramuka
di Madrasah Tsanawiyah Muallimin pada tanggal 21 Oktober 2019.
59
sesama manusia lahir, sesayang sama kawan lahir, cinta sama lingkungan lahir.
Emosional lahir dan spiritual pun lahir.69
guru pramuka ada 2 faktor yaitu internal dan eksternal.berikut adalah hasilnya:
a. Faktor internal.
1) Siswa
baik.
b. Faktor eksternal
2) Keluarga
Tsanawiyah Muallimin, maka guru pramuka harus lebih pandai dalam memahami
69
Hasil wawancara dengan Bapak Muhayyan, MA selaku Mabigus (Majelis Pembimbing
Gugus Depan) pramuka di Madrasah Tsanawiyah Muallimin pada tanggal 23 Oktober 2019
60
PENUTUP
A. Kesimpulan
ekspositori.
menjadi 2 yaitu internal dan eksternal . Faktor internal yaitu fisik. Fisik
berpikir dan kesadaran dari dalam diri sendiri melihat pentingnya kegiatan
pramuka itu. Adapun faktor eksternal yaitu materi. Materi yang digunakan
dan Dasadarma yang mana materi ini tidak hanya menyangkut kecerdasan
61
62
terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal. faktor internal disini
B. Saran-saran
dari kegiatan pramuka yang dikatakan hanya menyiksa fisik dan batin
siswa tetapi juga harus melihat kepada materi yang disampaikan serta hasil
dari kegiatan tersebut yang pada akhirnya membina kaum muda dalam
Bradberry, Travis dan Greaves, Jean. Emotional Intelligence 2.0. San Diego:
Talent Smart. 2009.
Buzan, Tony, The Power of Spiritual Intelligence: 10 Ways to Tap Into Your
Spiritual Genius, terj. Ana Budi Kuswandani, Kekuatan ESQ: 10 Langkah
Meningkatkan Kecerdasan Emosional Spiritual, Jakarta: PT. Pustaka
Delapratasa. 2003.
Doe, Mimi dan Walch, Marsha. 10 Principles For Spiritual Parenting: Nurturing
Your Child’s Soul. terj. Rahmani Astuti, 10 Prinsip Spiritual Parenting.
Bandung: Mizan Media Utama. 2001
64
65
Goleman, Daniel. Emotional Intelligence: Why it can matter more than IQ.
London: Bloomsbury Publishing. 1996.
R. Caruso, David dan Salovey, Peter. The Emotionally Intelligent Manager: How
to Develop and Use The Four Key Emotional Skills of Leadership. San
Fransisco: Jossey Bass. 2004
Zohar, Danah dan Marshall, Ian. SQ: Kecerdasan Spiritual. Bandung: Mizan
Pustaka. 2000.