Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERKEMBANGAN SEPANJANG HAYAT

PERKEMBANGAN KOGNITIF REMAJA

DOSEN

Erna Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si

DISUSUN OLEH

Cindi Santika - 46118010095

Arum Kuslandari - 46118010109

Enrico Arief Pratama - 46118010137

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
Makalah Perkembangan Sepanjang Hayat. Dalam Makalah ini penulis membahas
tentang Perkembangan Kognitif Remaja.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menempuh mata
kuliah Perkembangan Sepanjang Hayat. Makalah ini dibuat dengan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tugas Makalah
Perkembangan Sepanjang Hayat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Perkembangan Sepanjang Hayat, Ibu Erna Multahada, S.HI.,
S.Psi., M.Si yang telah membimbing penulis agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun dan memahami makalah Perkembangan Kognitif
Remaja.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat serta pembaca


dapat memahami tentang isi dari makalah penelitian ini. Makalah ini telah penulis
susun sebaik mungkin, tetapi pasti terdapat kekurangan di dalamnya. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun akan diharapkan selalu.

Jakarta, 8 Maret 2020

II
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 4


1.2. Rumusan Penelitian.................................................................. 5
1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 6

2.1........................................... Pandangan Perkembangan Kognitif ............6


2.1.1 Teori Piaget...................................................................... 6
2.2............................................. Pandangan Pemrosesan Informasi ............7
2.2.1 Sumber Daya Kognitif..................................................... 7
2.2.2 Mekanisme Perubahan..................................................... 8
2.2.3 Atensi dan Memori.......................................................... 9
2.2.4 Fungsi Eksekutif.............................................................. 11
2.3.......................................... Pandangan Psikometrik / Inteligensi ............12
2.2.5 2.3.1 Tes Inteligensi........................................................ 12
2.2.6 2.3.2 Inteligensi Majemuk.............................................. 13
2.4.............................................................................Kognisi Sosial ............13
2.4.1 Egosentrisme Remaja........................................................ 13
2.4.2 Pengambilan Perspektif .................................................... 14

BAB III PENUTUP..................................................................................... 15

3.1. Kesimpulan............................................................................... 15
3.2. Saran.......................................................................................... 16

III
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 17

IV
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“Remaja”, kata yang mengandung berbagai macam kesan. Beberapa orang


mengatakan bahwa remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak berbeda
dengan kelompok manusia yang lain. Sedangkan beberapa pihak lain menganggap
bahwa remaja adalah kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang tua.
Selain pendapat tersebut, terdapat juga yang berpendapat bahwa remaja adalah
potensi yang harus dimanfaatkan (Mappiare, 1982)

Akan tetapi, pendapat remaja mengenai pribadinya, maka mereka akan


menyatakan kesan yang lain. Di antaranya mungkin akan berbicara tentang
ketidakacuhan, atau ketidakpedulian orang dewasa terhadap kelompok mereka.
Terdapat pula yang akan memberikan kesan bahwa kelompok mereka adalah
kelompok minoritas yang memiliki “dunia” tersendiri dan tidak dapat dijamaholeh
orang-orang tua.

Berdasarkan kesan yang telah dipaparkan, kesan yang sangat penting adalah
remaja merupakan kelompok yang memiliki potensi yang harus dimanfaatkan. Hal
tersebut karena remaja merupakan kelompok yang bertanggung jawab terhadap
bangsa dan masa depan. Berdasarkan fakta di Indonesia, jumlah remaja kurang lebih
sepertiga dari jumlah penduduk. Selain itu, pada masa remaja memiliki Vitalitas yang
tinggi dan semangat patriotis. Oleh karena itu, remaja merupakan harapan bagi
penerus bangsa (Mappiare, 1982)

Remaja sebetulnya tidak memiliki tempat yang jelas. Mereka sudah tidak
termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk
masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada diantara anak dan orang dewasa.
Oleh karena itu, remaja sering kali dikenal dengan fase “mencari jati diri”atau fase
“topan dan badai”. Akan tetapi, dalam fase remaja merupakan fase perkembangan

5
yang tengah berada pada masa anak potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi,
maupun fisik (Hartinah, 2008).

Perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual dari cara berpikir remaja
memungkinkan untuk mengintegrasikan dirinya kedalam masyarakat dewasa,"tetapi
juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode
perkembangan. Perkembangan intelektual yang terus menerus, menyebabkan remaja
mampu berpikir operasional formal. Tahap tersebut memungkinkan remaja mampu
berpikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis, dan mempertimbangkan apa saja
peluang yang ada padanya dari pada sekedar melihat apa adanya. Kemampuan
intelektual seperti ini yang membedakan masa remaja dari masa-masa sebelumnya.

Selain itu, perkembangan bakat khusus atau minat pada remaja juga sudah
mulai tertata serta mulai berkurang berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi
baik dari diri sendiri maupun dari lingkungannya. Semua remaja sedikit banyak
memiliki minat-minat khusus tertentu yang terdiri dari berbagai kategori.

Perkembangan intelektual dan bakat khusus atau minat tersebut merupakan


bagian dari perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja. Perkembangan kognitif
ini mempengaruhi bagaimana cara berpikir, menganalisis sebuah permasalahan, serta
kesukaannya terhadap suatu hal tertentu.

1.2. Rumusan Penelitian

Bagaimanakah Perkembangan Kognitif pada masa Remaja?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Perkembangan Kognitif pada masa Remaja

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pandangan Perkembangan Kognitif

2.1.1 Teori Piaget

Teori piaget adalah teori yang sangat terkenal dan merupakan teori
perkembangan kognitif mengenai remaja yang paling banyak dibahas secara luas.
Menurut teori piaget, remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal
ini merupakan suatu bentuk adaptasi biologis. Remaja secara aktif
mengonstruksikan dunia kognitifnya sendiri, dengan demikian informasi-
informasi dari lingkungan tidak hanya sekedar dituangkan didalam pikiran
mereka. Agar dunia itu dapat dipahami, remaja mengorganisasikan pengalaman-
pengalamannya, memisahkan gagasan-gagasan penting dari gagasan-gagasan
yang kurang penting, dan menggabungkan gagasan-gagasan itu sama lain.
Mereka juga mengadaptasikan gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan
ini dapat meningkatkan pemahaman mereka.

Ketika mengonstruksikan dunianya, remaja menggunakan skema. Skema


(schema) adalah sebuah konsep atau kerangka kerja mental yang diperlukan
untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan skema-skema mereka melalui
dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi (Piaget 1952). Asimilasi
(assimilation) adalah memasukan informasi-informasi baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi (accommodation) adalah
menyesuaikan sebuah skema yang sudah ada terhadap masuknya informasi baru.
Ekuilibrium (equilibrium) suatu proses lain yang diindentifikasi oleh Piaget,
adalah mengubah pemikiran dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Suatu waktu
remaja mengalami konflik kognitif atau mengalami ketidakseimbangan
(disequilibrium) ketika remaja itu berusaha untuk memahami dunianya.

7
2.2. Pandangan Pemrosesan Informasi

2.2.1 Sumber Daya Kognitif

Perubahan perkembangan dalam pemrosesan informasi sepertinya


dipengaruhi oleh meningkatnya kapasitas dan kecepatan pemrosesan (Frye,
2004). Kedua karakteristik ini sering kali dirujuk sebagai sumber daya kognitif
(cognitive resource) yang diduga berpengaruh terhadap memori dan pemecahan
masalah. Selama masa remaja, “individu secara bertahap mengembangakan
potensi untuk mengelola dan menyebarkan sumber daya kognitifnya dalan cara-
cara tertentu secara terkontrol dan bertujuan” (Kuhn & Franklin, 2006).

Biologi dalam pengalaman berkontribusi terhadap pertumbuhan sumber daya


kognitif ini. Pikirkan betapa cepat kemampuan anda dalam memproses informasi
yang disajikan dengan menggunakan bahasa ibu, dibandingkan informasi yang
disajikan dengan menggunakan bahasa kedua. Perubahan-perubahan yang
berlangsung didalam otak memberikan dasar biologis untuk meningkatkan
sumber daya kognitif. Perkembangan biologi yang penting berlangsung dalam di
struktur otak, seperti perubahan-perubahan yang ada di lobus frontal, serta
ditingkat neuron, seperti berkembangnya dan terpangkasnya koneksi-koneksi di
antara neuron-neuron (Nelson, Thomas, & de Haan, 2006). Di samping itu,
myelinasi (proses menyelubungi akson dengan memvran myelin) meningkatkan
kecepatan impuls-impuls elektris didalam otak. Myelinasi ini berlangsung terus
selama masa kanak-kanak dan masa remaja.

Sebagian besar Psikolog pemrosesan informasi menyatakan bahwa


meningkatnya kapasitas ini juga meningkatkan pemrosesan informasi (Case,
2000; Halford, 2004). Sebagai contoh, ketika kapasitasn pemrosesan informasi
meningkat, mereka cenderung dapat menahan beberapa dimensi dari suatu topic
atau persoalan secara simultan dalam pikirannya, sementara anak yang lebih
kecil cenderung lebih terfokus hanya pada satu dimensi saja.

8
Para peneliti telah menemukan sejumlah cara yang dapat digunakan untuk
mengukur kecepatan pemrosesan. Sebagai contoh, kecepatan pemrosesan dapat
diukur melalui tugas waktu-reaksi (reaction-time task) dimana individu diminta
untuk memencet sebuah tombol sesegera mungkin ketika mereka melihat sebuah
stimulis seperti cahaya. Atau individu dapat diminta untuk memasangkan huruf-
huruf atau angka-angka dengan symbol-simbol di layar computer.

2.2.2. Mekanisme Perubahan

Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik dalam pandangan


pemrosesan informasi. Karakteristik pertama adalah penekanan pada kegiatan
berpikir sebagai pemrosesan informasi. Menurut Siegler, ketika remaja
menangkap, encoding, mempresentasikan dan menyimpan informasi dari luar,
mereka sedang terlibat dalam kegiatan berpikir. Menurut Siegler kegiatan
berpikir itu sangat fleksibel, memungkinkan individu beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang berlangsung di dalam
lingkungannya, dengan tuntutan-tuntutan tugas, serta tujuan-tujuannya (Siegler &
Alibali, 2005). Meskipun demikian, kemampuan berpikir manusia yang luarbisa
ini memiliki sejumlah kelemahan. Individu-individu hanya dapat memproses
informasi dalam jumlah yang terbatas dalam suatu waktu, dan mereka dibatasi
oeleh seberapa cepat dapat memprosesnya.

Karakteristik kedua dari pandangan pemrosesan informasi adalah


penekanannya pada mekanisme perubahan. Dalam hal ini Siegler menyatakan
bahwa empat mekanisme (pengkodean, otomatisasi, strategi konstruksi, dan
generalisasi) bekerja sama untuk menciptakan perubahan-perubahan dalam
keterampilan kognitif anak dan remaja.

Pengkodean (encoding) adalah suatu prses dimana informasi dimasukan ke


dalam memori. Kunci dalam pemecahan masalah adalah melakukan pengkodean
yang relevan dengan informasi dan mengabaikan informasi yang tidak relevan.
Otomatisasi (automaticity) merujuk pada kemampuan untuk memproses

9
informasi dengan hanya mengunakan sedikit atau tanpa usaha sama sekali.
Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, perosesan informasi menjadi
otimatis sehingga mereka dapat mendeteksi koneksi-koneksi yang terdapat di
antara berbagai gagasan dan peristiwa yang mungkin dapat terabaikan.
Konstruksi Strategi adalah penemuan sebuah prosedur baru untuk memproses
informasi. Siegler menyatakan bahwa agar dapat memecahkan sebuah persoalan,
remaja perlu melakukan pengkodean terhadap informasi yang penting dan
kemudian menemukan cara untuk mengoordinasikan informasi yang relevan
dengan pengetahuanyang sudah dimiliki sebelumnya.

Karakteristik ketiga dari pandangan pemrosesan informasi adalah fokusnya


pada modifikasi diri (self modification). Kemajuan yang dicapai oleh versi
kontemporer mengenai pandangan pemrosesan informasi, sebagai yang terjadi di
teori Piaget, adalah bahwa remaja memainkan peranan aktif dalam
perkembangannya (Kuhn & Franklin, 2006). Mereka menggunakan pengetahuan
dan strategi-strategi yang telah dipelajarinya untuk mengadaptasikan responsnya
ke situasi belajar yang baru (Pressley & Hilden, 2006). Melalui cara ini, remaja
mengonstruksikan rspon yang lebih canggih dibandingkan pengetahuan dan
strategi-strategi sebelumnya.

2.2.3. Atensi dan Memori

Atensi (attention) adalah berkonsentrasi dan upaya mental yang terfokus.


Atensi memiliki sifat selektif dan dapat beralih. Sebagai contoh, ketika remaja
menyelesaikan sebuah tes, mereka harus mampu memfokuskan upaya mentalnya
pada stimuli tertentu (pertanyaan-pertanyaan tes) sembari mengabaikan stimuli
lain. Aspek penting dari atensi ini sidebut selektivitas. Ketika remaja gagal
melakukan seleksi, mereka kesulitan untuk mengabaikan stimuli yang tidak
relevan. Sebagai contoh, apabila sebuah televise dinyalakan ketika remaja sedang
belajar, remaja itu mungkin mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi.

10
Atensi tidak hanya bersifat selektif, atensi juga dapat beralih ( shiftable).
Apabila seorang guru meminta para siswa untuk memberikan atensi pada sebuah
pertanyaan tertentu dan merwka melakukannya, perilaku yang tampil
mengindikasikan bahwa mereka dapat mengalihkan upaya mentalnya untuk
berfokus pada sebuah stimulus tertentu di antara stimuli lainnya. Apabila telepon
berbunya ketika remaja sedang belajar, remaja itu mungkin akan mengalihkan
atensinya dari belajar ke telepon. Meskipun demikian, stimulus eksternal tidak
harus adauntuk membuat remaja mengalihkan atensinya terhadap suatu hal. Di
setiap saat, remaja dapat mengalihkan atensinya dari topic yang satu ke topic
lainnya. Mereka mungkin memikirkan kapan saat terakhir pergi bermain,
kemudian mengalihkan pikiran mereka ke recital music yang akan datang,
demikian seterusnya.

Dalam sebuah penyelidikan mengenai kemampuan mengalokasikan atensi di


antara dua tugas, ditentukan bahwa performa anak berusia 12 tahun lebih baik
dibandingkan performa anak berusia 8 tahun, namun sedikit lebih buruk dari
performa remaja berusia 20 tahun (Manis. Keating & Marrison, 1980). Remaja
mungkin lebih memliki persedian sumber daya dibandingkan anak-anak atau
mereka lebih terampil dalam mengarahkan sumber daya yang dimiliki.

Memori (memory) adalah mempertahankan informasi dalam jangka waktu


lama. Memori merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan mental dan bagi
pemrosesan informasi. Agar dapat belaar dan bernalar secara berhasil, remaja
perlu mempertahankan informasi dan mengeluarkannya kembali ketika
diperlukan. Ketika belajar, remaja melibatkan tiga system memori, yaitu memori
jangka pendek, memori kerja dan memori jangka panjang. Memori Jangka
Pendek (short-term memory) adalah suatu system memori dengan kapasitas
dimana informasidipertahankan selama 30 detik, selama tidak melakukan
pengulangan terhapap informasi yang masuk. Melalui pengulangan, kita dapat
mempertahannkan informasi dalam memori jangka pendek untuk periode waktu
yang lama. Salah satu metode yang digunakan untuk menilai memori jangka

11
pendek adalah dengan menyajikan suatu daftar item-item yang harus diingat,
yang sering kali disebut tugas rentang memori. Memori kerja (working
memory) merupakan “bangku kerja” mental, di mana individu dapat
memanipulasi dan mengumpulkan informasi ketika membuat keputusan,
menyelesaikan masalah, dan mengusai bahasa tertulis dan lisan (Baddeley, 1999,
2000). Memori Jangka Panjang (long-term memory) adalah system memori
yang relative permanen yang mempertahankan sejumlah besar informasi dalam
periode waktu yang lama. Memori jangka panjang meningkat secara berarti
dimasa kanak-kanak menengah dan akhir serta cenderung meningkat selama
masa remaja, meskipun hal ini belum di dokumentasikan dengan cukup baik oleh
para peneliti. Segala sesuatu yang diketahui mengenai memori jangka panjang itu
tergantung pada aktivitas belajar yang terlibat ketika belajar dan ketika
mengingat informasi (Pressley & Schneider, 1997; Siegler & Alibali, 2005).
Sebagian besar aktivitas belajar cocok untuk dimasukan dalam kategori strategi,
yaitu aktivita yang berada di bawah kendali yang disadari oleh orang yang
belajar. Terdapat banyak aktivitas semacam itu, namun salah satu yang
terpenting adalah organisasi, tendensi untuk mengelompokan atau mengatur
item-item ke dalam kategori-kategori.

2.2.4. Fungsi Eksekutif

ketika remaja menangkap informasi dan kemudian mempertahankannya,


mereka menggunakan informasi itu untuk melakukan sejumlah aktivitas kognitif
tinglat tinggi, seperti mengambil keputusan, bernalar, berpikir secara kritis,
berpikir secara kreatif dan metakognisi. Jenis-jenis proses kognitif tingkat tinggi
yang kompleks ini sering di sebut fungsi ekssekutif. Dalam model fungsi
kognitifnya yang telah dideskripsikan, Alan Baddeley (1998, 2002) mengenali
pentingnya proses-proses kognitif tingkat tinggi dan menyebut aspek dari
modelnya ini sebagai eksekutif sentral.

12
Pengambilan Keputusan, masa remaja merupakan suatu masa meningkatnya
pengambilan keputusan, seperti kawan mana yang dipilih, orang mana yang
hendak diajak kencan, dan seterusnya (Breynes, 1998, 2003, 2005; Galotti &
Kozberg, 1996; Jacobs & Klacynski, 2005; Klacynski, 2005; Parker & Fischhoff,
2002; Reyna dkk., 2005). Sebuah study mencatat bahwa remaja yang paling tua
lebih baik dalam mengambil keputusan dibandingkan remaja yang paling muda
(Lewis, 1981).

Singkatnya, remaja yang paling tua sering kali membuat keputusan yang lebih
baik dibandingkan remaja yang lebih muda, yang juga membuat keputusan lebih
baik dibandingkan anak-anak. Kemampuan untuk meregulasi emosi selama
pengambilan keputusan, untuk mengingat keputusan sebelumya serta
konsekuensinya, dan untuk beradaptasi terhadap pengambilan keputusan
selanjutnya berdasarkan konsekuensi tersebut, agaknya meningkat seiring degan
bertambahnya usia selama masa dewasa muda (Klaczynski, Byrnes & Jacobs,
2001).

Penalaran (reasoning) adalah pemikiran logis yang menggunakan induksi


dan deduksi untuk meraih sebuah kesimpulan. Kita akan memulai dengan
memfokuskan pada penalaran induktif. Penalaran induktif merupakan penalaran
yang dimulai dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang umum. Penalaran
deduktif adalah penalaran yang dimulai dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang
khusus. Berpikir kritis mengambil keputusan secara kompeten dan bernalar
secara logis memiliki kaitan yang erat dengan berpikir kritis, sebuah kata-kata
yang akhir-akhir ini banyak diucapkan didunia pendidikan dan psikologi.
Berpikir Kreatif adalah kemampuan untuk berpikir dengan menggunakan cara-
cara yang baru dan untuk menemukan solusi-solusi yang unik terhadap
persoalan.

2.3. Pandangan Psikometrik/Inteligensi

2.3.1 Tes Inteligensi

13
Tes Binet pada tahun 1904, French Ministry of Education meminta psikolog
Alfred Binet memikirkan sebuah metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan anak-anak yang tidak memperoleh keuntungan dari
pengajaran di kelas biasa. Binet dan muridnya yang bernama Theophile Simon
kenudian berusaha mengembangakan sebuah tes inteligensi untuk memenuhi
permintaan ini. Tes itu terdiri dari 30 pertanyaan yang isinya berkisar dari
kemampuan menyentuh telinganya sendiri hingga kemampuan untuk
menggambar sebuah desain dari memori, serta mendefinisikan konsep-konsep
abstrak.

Skala Wechcler, tes ini dikembangkan oleh David Wechler. Di tahun 1939,
Wechler memperkenalkan bagian pertama dari skalanya, yang dirancang untuk
orang dewasa (Wechsler, 1939). Di edisinya yang ketiga, Wechsler Adult
Intelligence Scale-III (WAS-III), telah disertai dengan Wechsler Intelligence
Scale for Children-IV (WISC-IV) untuk anak-anak antara usia 6 hingga 16 tahun,
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-III (WPPSI-III) untuk
anak-anak usia 4 hingga 7 tahun.

2.3.2 Inteligensi Majemuk

Menurut Gardner, manusia memiliki inteligensi majemuk dan tes IQ


mengukur hanya beberapa diantaranya. Inteligensi-inteligensi ini bersifat mandiri
satu sama lain. Untuk membuktikan adanya inteligensi majemuk, Gardner
menggunakan informasi mengenai bagaimana kemampuan-kemampuan kognitif
tertentu dapat menyelamatkan jenis-jenis cedera otak tertentu. Ia juga menunjuk
anak-anak berbakat dan beberapa individu yang terbelakang atau autistic namun
memiliki keterampilan yang luar biasa dibidang tertentu.

2.4. Kognisi Sosial

2.4.1 Egosentrisme Remaja

14
Egosentrisme Remaja adalah meningkatnya kesadaran dir pada remaja, yang
tercermin dalam keyakinan mereka bahwa orang lain berminat terhadap diri
mereka seperti halnya mereka terhadap dirinya sendiri. David Elkind (1976)
berpendapat bahwa Egosentrisme Remaja mengandung dua jenis pemikiran
social yaitu imaginary audience dan personal fable.

2.4.2 Pengambilan Perspektif

Para peneliti telah menemukan bahwa perubahan-perubahan dalam


pengambilan perspektif, yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan sudut
pandang orang lain serta memahami pikiran dan perasaannya, cenderung
berperan dalam perkembangan egosentrisme remaja (Lapsley & Murphy, 1985).
Munculnya kaitan antara pengambilan perspektif dan egosentrisme remaja
disebabkan karena kemajuan dalam pengambilan pespektif menyebabkan remaja
cilik itu menjadi lebih peduli mengenai hal-hal yang dipikirkan orang lain.
Pengambilan perspektif dapat meningkatkan pemahaman diri remaja,
meningkatkan status kawan sebaya, dan kualias persahabatan mereka (Selman &
Adalbjarnardottir, 2000; Selman & Schultz, 1999).

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pandangan perkembangan kognitif menurut Piaget Menurut teori piaget,


remaja termotivasi untuk memahami dunianya karena hal ini merupakan suatu
bentuk adaptasi biologis. Remaja secara aktif mengonstruksikan dunia
kognitifnya sendiri, dengan demikian informasi-informasi dari lingkungan tidak
hanya sekedar dituangkan didalam pikiran mereka. Agar dunia itu dapat
dipahami, remaja mengorganisasikan pengalaman-pengalamannya, memisahkan
gagasan-gagasan penting dari gagasan-gagasan yang kurang penting, dan
menggabungkan gagasan-gagasan itu sama lain. Mereka juga mengadaptasikan
gagasan-gagasan baru karena informasi tambahan ini dapat meningkatkan
pemahaman mereka.

Pandangan pemrosesan informasi Perubahan perkembangan dalam


pemrosesan informasi sepertinya dipengaruhi oleh meningkatnya kapasitas dan
kecepatan pemrosesan (Frye, 2004). Kedua karakteristik ini sering kali dirujuk
sebagai sumber daya kognitif (cognitive resource) yang diduga berpengaruh
terhadap memori dan pemecahan masalah. Selama masa remaja, “individu secara
bertahap mengembangakan potensi untuk mengelola dan menyebarkan sumber
daya kognitifnya dalan cara-cara tertentu secara terkontrol dan bertujuan” (Kuhn
& Franklin, 2006).

Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakteristik dalam pandangan


pemrosesan informasi. Karakteristik pertama adalah penekanan pada kegiatan
berpikir sebagai pemrosesan informasi. Menurut Siegler, ketika remaja
menangkap, encoding, mempresentasikan dan menyimpan informasi dari luar,
mereka sedang terlibat dalam kegiatan berpikir. Menurut Siegler kegiatan
berpikir itu sangat fleksibel, memungkinkan individu beradaptasi dan

16
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang berlangsung di dalam
lingkungannya, dengan tuntutan-tuntutan tugas, serta tujuan-tujuannya (Siegler &
Alibali, 2005). Meskipun demikian, kemampuan berpikir manusia yang luarbisa
ini memiliki sejumlah kelemahan. Individu-individu hanya dapat memproses
informasi dalam jumlah yang terbatas dalam suatu waktu, dan mereka dibatasi
oeleh seberapa cepat dapat memprosesnya. Tes inteligensi, Tes Binet pada tahun
1904, French Ministry of Education meminta psikolog Alfred Binet memikirkan
sebuah metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan anak-anak yang
tidak memperoleh keuntungan dari pengajaran di kelas biasa. Tes itu terdiri dari
30 pertanyaan yang isinya berkisar dari kemampuan menyentuh telinganya
sendiri hingga kemampuan untuk menggambar sebuah desain dari memori, serta
mendefinisikan konsep-konsep abstrak. Skala Wechcler, tes ini dikembangkan
oleh David Wechler. Di tahun 1939, Wechler memperkenalkan bagian pertama
dari skalanya, yang dirancang untuk orang dewasa (Wechsler, 1939). Di edisinya
yang ketiga, Wechsler Adult Intelligence Scale-III (WAS-III), telah disertai
dengan Wechsler Intelligence Scale for Children-IV (WISC-IV) untuk anak-anak
antara usia 6 hingga 16 tahun, Wechsler Preschool and Primary Scale of
Intelligence-III (WPPSI-III) untuk anak-anak usia 4 hingga 7 tahun.

3.2. Saran

Berdasarkan makalah yang telah dibuat menunjukan bahwa Perkembangan


Kognitif Remaja sangat penting sekali. Diharapkan pembuat makalah bisa
menyampaikan  hal ini kepada semua pihak dengan baik. Pada pembuat makalah
harus meningkatkan kembali kualitas pembuatan makalah. Agar makalah bisa
dipakai dan disampaikan lebih meluas lagi. Bagi para pembaca makalah kami
berharap makalah ini bisa dibuat sebagai bahan bacaan yang bisa mengarahkan
pada kondisi yang lebih baik lagi. Karena kami berharap para pembaca bisa
mengambil banyak hikmah dan bisa mengaplikasikan pada kehidupan sehari –
hari. Bagi pembaca dari kalangan mahasiswa bisa membantu kami dalam
membenahi makalah ini jika ditemukan masalah didalamnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W. 2007. Adolescence; Remaja, edisi kesebelas. Jilid I. Jakarta :


Erlangga

18

Anda mungkin juga menyukai