PSIKOLOGI PENDIDIKAN
CIRI-CIRI KEMATANGAN
Dosen pengajar : Novia Winda, M.Pd.
Kelompok V
Tim Penyusun
BANJARMASIN
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyusun dan menyajikan makalah dengan judul “Psikologi Pendidikan Ciri-Ciri
Kematangan” dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi
Pendidikan dalam makalah ini membahas tentang apakah yang dimaksud dengan
kematangan, dan apa saja ciri-cirinya. Penyusunan makalah ini telah semaksimal
mungkin kami upayakan dan didukung bantuan dari berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Kematangan.............................................................................................................3
2.2 Ciri-ciri Adanya Kematangan...................................................................................4
2.3 Prinsip-prinsip Pembentukan Kematangan..............................................................5
2.4 Fungsi Kematangan Dalam Proses Perkembangan Atau Belajar..............................6
2.5 Hubungan Intelegensi Dengan Kehidupan Seseorang..............................................6
2.6 Lingkungan atau Kultur Sebagai Penyumbang Pembentuk Readiness.....................8
BAB III PENUTUP...............................................................................................10
3.1 Kesimpulan............................................................................................................10
3.2 Saran......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah sebagai bahan pengajaran dibidang
pendidikan maupun dibidang lainya, agar pembaca dapat memahami tentang ciri-
ciri kematangan, prinsip-prinsip kematangan dal lain sebagainya yang
menyangkut dengan kematangan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kematangan
Kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat seseuatu dengan
cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi. Intelegensi itu ialah
faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di dalamnya (ingatan,
fantasi, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya) turut mempengaruhi
intelegensi seseorang. Kematang disebabkan karena perubahan “genes” yang
mentukan perkembangan struktur fisiologi dalam system saraf, otak dan indra
sehingga semua itu memungkuinkan individu matang menngadakan reaksi-reaksi
terhadap setiap stimulus lingkungan.
Menurut English & English, kematangan adalah “Maturity is the state or
condition of complete or adult from structure, and function of anorganism, wether
in respect to a single trait or, more often, all traits.” (English & English,
1958:308).
Dari definisi di atas dapat di artikan bahwa kematangan adalah keadaan
atau kondisi bentuk, struktur dan kondisi yang lengkap atau dewasa pada suatu
organisme, baik terhadap suatu sifat, bahkan sering kali semua sifat.
Kematangan(maturity) membentuk sifat dan kekuatan dalam diri untuk bereaksi
dengan cara tertentu, yang disebut “readiness” (kesiapan). Readiness yang
dimaksud yaitu readiness untuk bertingkah laku yang instingtif,maupun
tingkahlaku yang dipelajari. Yang dimaksud dengan tingkah laku instingtif,yaitu
suatu pola tingkah laku yang diwariskan(melalui proses hereditas).
Berikut 3 ciri tingkah laku instingtif:
a) Tingkah laku instingtif terjadi menurut pola pertumbuhan
herediter.
b) Tingkah laku instingtif adalah tanpa didahului dengan latihan atau
praktek sebelumnya.
c) Tingkah laku yangf instingtif berulang setiap saat tanpa ada saraf
yang menggerakkannya.
3
Tingkah laku instingtif ini biasanya terjadi karena adanya kematangan
seksual, atau fungsi saraf yang termasuk tingkah laku yang diwariskan adalah
bukan hanya tungkah laku insting reaksi-reaksi psikologis seperti:reflex, takut,
berani, haus, lapar, marah, tertawa, dan lain-lain adalah tidak usah dipelajari
melainkan sudah diwariskan.
4
c) Berlangsungnya secara bersama-sama antarpertumbuhan kodrat
(kematangan) dengan pengajaran atau latihan adalah sangat
menguntungkan bagi perkembangan anak.
5
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, jelaslah bahwa apa yang telah
dicapai oleh seseorang pada masa-masa yang lalu akan mempunyai arti bagi
aktifitas-aktifitasnya sekarang. Apa yang telah terjadi pada saat sekarang akan
memberikan sumbangan terhadap readiness individu di masa mendatang.
6
mendapat kemajuan dalam kehidupannya. Ini disebabkan karena misalnya
kekuranganmampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat, atau
kurang memiliki cita-cita yang tinggi sehingga tidak atau kurang adanya untuk
mencapainya.
Sebaliknya ada pula yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang
saja, tetapi dapat maju dan mendapat kehidupan lebih layak berkat ketekunan dan
keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang mengganggu atau merintanginya.
Akan tetapi intelegensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk
maju dan bekembang, meskipun orang gigih dan tekun dalam usahanya.
Diharapkan individu mencapai tingkat-tingkat kematangannya sesuai
dengan tahap-tahap pertumbuhannya, belajarnya, dan lingkungan sosialnya.
a) Dasar-dasar Biologis Tingkah Laku
Tingkah laku individu didasari oleh pertumbuhan biologisnya.
Sistem saraf merupakan penggerak tingkah laku manusia secara biologis.
Sistem saraf terdiri atas komposisi sel-sel yang disebut neurons. Tiap-tiap
neurons mengandung tenaga yang berasal dari proses kimiawi dan
elektronik. Apabila mendapat stimulasi, neurons melepaskan dorongan-
dorongan elektronis yang merangsang gerakan neurons lainnya guna
merangsang gerakan urat-urat dan otot-otot tubuh.
Pusat sistem saraf terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.
Itulah yang berfungsi sebagai pengatur gerakan jasmaniah pada tubuh.
Berbagai fungsi otak telah dilokalisasi melalui proses-proses kegiatan
neural sebagai berikut:
1) Lokalisasi fungsi otak melalui stimulasi elektris dan kimiawi
terhadap semua bagia otak.
2) Lokalisasi fungsi otak melalui pencatatan aktifitas neural dibagian-
bagian otak yang berlainan posisi dan manfaat.
3) Lokalisasi fungsi otak melaui teknik pelukaan(pengarisan jejak-
jejak neural).
4) Lokalisasi melalui penelitian-penelitian neurons atomis dan
komparatif.
5) Lokalisasi melaui penelitian-penelitian biokimiawi.
7
Tingkah laku manusia dapat terbagi atas dua macam reaksi, yaitu:
1) “Respondent behavior”, yaitu tingkah laku bersyarat dan tidak
sengaja, selalu tergantung pada stimulus.
2) “Operant behavior”, yaitu tingkah laku disengaja dan tidak selalu
tergantung kepada stimulus.
b) Perubahan-perubahan dalam Otak yang menimbulkan kematangan
Setelah otak menjadi masak mengalami perubahan fisik pada
manusia. Perubahan ini dapat menimbulkan tingkah laku baru yang
tidak terduga sebelumnya.
c) Kematangan Sebagai Dasar dari Pembentukan Readiness
Pengaruh kondisi jasmaniah terhadap pola tingkah laku atau
pengakuan social sangat tergantung kepada:
1. Pengakuan individu yang bersangkutan terhadap diri sendiri
(self concept)
2. Pengakuan dari orang lain atau kelompoknya. Masing-
masing individu mempunyai sikap tersendiri terhadap
keadaan fisiknya.
Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan itu
mencapai kematangan. Kematangan ataupun kondisi fisik baru akan memperoleh
pengakuan social, apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social
learning” (belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta
menyesuaikan diri dengan nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan
diusahakannya hal di atas, diharapkan individu mencapai tingkat-tingkat
kematangannya sesuai dengan tahap-tahp pertumbuhannya, belajarnya, dan
lingkungan sosialnya.
8
Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang dihadapi atau
direaksi semakin luas. Meluasnya lingkungan dapat melalui bebrapa cara, antara
lain:
a. Perluasan paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik anak.
Makin tua umur manusia makin luas pula medan geografis yang
dihadapi, dan arah stimulasinya semakin melebar pula.
b. Manusia yang mengalami perkembangan kapasitas intelektual dan
di samping itu pemikirannya meningkat, maka dalam hidupnya
terjadi banyak perubahan lingkungan. Dengan perkataan lain,
lingkungan banyak mengalami perubahan di dalam diri manusia,
misalnya di dalam pengamatannya, kesan-kesannya, ingatannya,
imajinasinya, dan yang terlebih penting adalah dalam
pemikirannya.
c. Akibat dari keadaan itu, terjadilah perubahan lingkungan di dalam
kemampuan individu membuat keputusan. Perubahan lingkungan
itu terjadi akibat belajar serta bertambahnya kematangan manusia.
Semakin tua atau dewasa, manusia pun menjadi merdeka dan
bertanggung jawab. Dengan adanya kemampuan mengontrol
lingkungan yang lebih luas, maka makin banyaklah kesempatan
manusia untuk belajar. Dengan makin banyaknya manusia belajar,
maka kematangan tidak semakin berkurang, melainkan dapat
lestari bahkan mengikat.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan atau penjelasan data adapun kesimpulan yang
dapat kita ambil dari pembahasan makalah di adalah:
1. Kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat seseuatu
dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi.
Intelegensi itu ialah faktor total. Berbagai macam jiwa erat
bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian,
minat dan sebagainya yang turut mempegaruhi intelegensi
seseorang).
2. Adanya ciri-ciri kematangan pada diri anak ditandai dengan
adanya:
a. Perhatian si anak
b. Lamanya perhatian berlangsung
c. Kemajuan jika diajar atau dilatih.
3. Prinsip-prinsip pembentukan kematangan, di antaranya:
a. Semua aspek pertumubuhan berinteraksi dan bersama
membentuk readiness.
b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan
fisiologis individu.
c. Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam
perkembangan fungsi-fungsi kepribadian inidividu, baik
yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
d. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu
terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat tertentu
dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi
perkembangan pribadinya.
4. Dalam proses perkembangan atau belajar, fungsi kematangan itu
adalah sebagai berikut:
10
a. Pemberi bahan mentah atau bahan baku bagi sebuah
perkembangan; misalnya kematangan otot dan urat
kaki sebagai bahan untuk perkembangan berjalan.
b. Pemberi batas dan kualitas perkembangan, makin
baik kualitas perkembangan suatu fungsi akan
semakin baik kualitas hasil perkembangan yang
akan terjadi dan juga sebaliknya.
c. Pemberi kemudahan bagi pendidik atau pengasuh
apabila melatih, membimbing ataupun mengajarnya.
5. Hubungan intelegensi dengan kehidupan seseorang
Intelegensi ialah kemampuan umum mental individu yang
nampak dalam caranya bertindak atau berbuat dalam memecahkan
masalah atau dalam melaksanakan tugas yang taraf kualitas
kemampuannya diukur dengan kecepatan, ketepatan dan
keberhasilan dalam pelaksanaannya.
Diharapkan individu mencapai tingkat-tingkat
kematangannya sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhannya,
belajarnya, dan lingkungan sosialnya.
a. Dasar-dasar Biologis Tingkah Laku
b. Perubahan-perubahan dalam Otak yang
menimbulkan kematangan.
c. Kematangan Sebagai Dasar dari Pembentukan
Readiness
Pengaruh kondisi jasmaniah terhadap pola tingkah laku
atau pengakuan sosial sangat tergantung kepada:
a. Pengakuan individu yang bersangkutan terhadap
diri sendiri (self concept).
b. Pengakuan dari orang lain atau kelompoknya.
Masing-masing individu mempunyai sikap
tersendiri terhadap keadaan fisiknya.
11
6. Lingkungan atau kultur sebagai penyumbang pembentuk readiness
Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang
dihadapi atau direaksi semakin luas. Meluasnya lingkungan dapat
melalui bebrapa cara, antara lain:
a. Perluasan paling nyata adalah dalam arah stimulasi
fisik anak.
b. Manusia yang mengalami perkembangan kapasitas
intelektual dan di samping itu pemikirannya
meningkat.
c. Akibat dari keadaan itu, terjadilah perubahan
lingkungan di dalam kemampuan individu membuat
keputusan.
3.2 Saran
Menyadari bahwa kami penyusun masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan membahas lebih fokus dan detail, dalam menjelaskan
tentang makalah Psikologi Pendidikan dengan tema Ciri-ciri Kematangan yang
lebih banyak, lengkap dan juga dari berbagai sumber ilmu. Kami selaku penulis
mengharap pembaca dapat memberikritik dan sarannya atas hasil kerja kami.
12
DAFTAR PUSTAKA