Anda di halaman 1dari 20

DASAR DASAR PEMAHAMAN PESERTA DIDIK

MAKALAH

Disusun dan Diajukan guna Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata kuliah : Bimbingan dan Konseling

Dosen pengampu : Ujang Khiyarusoleh, M.Pd

Oleh:

1. Saras Okta Permatasari NIM. 40222120


2. Anan Sudiningtiyas NIM. 40222140
3. Muhammad Haekal W. NIM. 40222132

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PERADABAN BUMIAYU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam yang telah memberikan taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada The Spiritual Father, Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat, dan para pengikut jejaknya hingga hari perhitungan nanti, semoga Allah SWT
mengagungkan perjuangan mereka.
Makalah yang berjudul “Dasar Dasar Pemahaman Peserta Didik ” ini disusun guna
memenuhi tugas terstruktur kelompok pada mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang
diampu oleh Ujang Khiyarusoleh,M.Pd Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Peradaban. Penulisan makalah ini juga
dimaksudkan sebagai media untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dalam
penelitian serta penulisan karya ilmiah mahasiswa.
Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
baik moril maupun materiil. Untuk itu, tim penyusun menyampaikan penghargaan yang
setinggitingginya dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Akhirnya, kritik dan saran dari para pembaca sangat kamu harapkan demi
kesempurnaan di masa mendatang. Dan kiranya, makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Semoga Allah SWT berkenan menjadikan karya ilmiah ini sebagai amal jariyah bagi tim
penyusun serta pihak-pihak yang pandangannya dikutip dalam makalah ini. Aamiin.

Bumiayu, 3 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i

KATA PENGANTAR ...........................................................................................


ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

Bab I PENDAHULUAN.......................................................................................
1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................


1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..............................................................
2
Bab II PEMBAHASAN ........................................................................................
3

A. Pengertian Konsep Dasar Perkembangan.............................................


3
B. Perspektif Psikologi.............................................................................. 4
C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Peserta Didik................................................................
7
D. Tugas-tugas dan Karakteristik Perkembangan
Peseta Didik.........................................................................................11
Bab III SIMPULAN ............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ .18

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada peserta
didik dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif, dilakukan secara
sistematis dan herkesinambungan, supaya peserta didik dapat memahami dirinya
sehingga sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan
tuntutan tugas-tugas perkembangan. Upaya bantuan ini dilakukan secara terencana
dan sistematis untuk semua peserta didik berdasarkan identifikasi kebutuhan mereka,
pendidik, institusi dan harapan orang tua dan dilakukan oleh scorang tenaga
profesional bimbingan dan konseling yaitu konselor.

Masalah Memahami peserta didik, merupakan sikap yang harus dimiliki dan
dilakukan guru, agar guru dapat mengetahui aspirasi/tuntutan peserta didik yang bisa
dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta
didik, sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan, minat
mereka dan tepat berdasarkan dengan perkembangan mereka. Beberapa dasar
pertimbangan perlunya "Memahami dasar dasar pemahaman Peserta Didik" yaitu
sebagai berikut:

Peserta didik yang dihadapi oleh guru tersebut adalah individu-individu yang
unik dan berbeda satu dengan lainnya. Mereka hadir dari berbagai latar belakang, baik
sosial, cultural, strata ekonomi, maupun agama yang berbeda. Untuk dapat
menghadapi dan membelajarkan perserta didik yang beragam tersebut, maka guru
perlu mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik. Dengan begitu
berarti guru harus menguasai dan mendalami aspek-aspek perkembangan peserta
didik, yaitu sebagai berikut:

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar dan aspek perkembangan ?
2. Apa yang yang dimaksud perspektif psikologi?
3. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?
4. Apa saja tugas tugas dan karakteristik perkembangan periode bayi, anak
anak, dan remaja?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Untuk mengetahui maksud dari konsep dasar dan aspek perkembangan.
2. Mengetahui perspektif psikologi pada peserta didik
3. Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
4. Mengetahui tugas dan karakteriksik perkembangan pada periode bayi, anak
anak, dan remaja.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep Dasar Perkembangan

Isitilah "perkembangan" (development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep


yang cukup kompleks. Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat
memahami konsep dasar perkembangan, perlu dipahami beberapa konsep lain yang tekandung
didalamnya, diantaranya: pertumbuhan, kematangan, dan perubahan.

Perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin


membesar, melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung
secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi- fungsi jasmaniah dan rohaniah yang
dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari
tahap aktivitas sederhana ke tahap yang lebih tinggi. Perkembangan itu bergerak secara
berangsur-angsur tapi pasti. melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian
hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berahir pada kematian.
Aspek-aspek perkembangan;
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan dalam konteks perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan,
pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya.
Pertumbuhan fisik meningkat, menetap, dan kemudian mengalami kemunduran sejalan
dengan bertambahnya usia. Ini berarti bahwa pertumbuhan fisik ada puncaknya. Sesudah suatu
masa tertentu, fisik mulai mengalami kemunduran dan berakhir pada kerunthan di hari tua,
dimana kekuatan dan kesehatannya berkurang, pancaindra menjadi lemah atau lumpuh sama
sekali. Berbeda halnya dengan perkembangan aspek mental atau psikis yang relative
berkelanjutan, sepanjang individu yang bersangkutan tetap memeliharanya.
2. Kematangan
Kematangan mula-mula merupakan suatu hasil dari adanya perubahan- perubahan tertentu
dan penyesuaian struktur pada diri individu, seperti adanya kematangan jaringan-jaringan
tubuh, saraf, dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan biologis. Kematangan terjadi pula
pada aspek-aspek psikis yang meliputi keadaan-keadaan berpikir, rasa kemauan, dan lain-lain,
serta kematangan pada aspek psikis ini yang memerlukan latihan-latihan tertentu. Misalnya
anak yang baru berusia lima tahun dianggap masih belum matang untuk menangkap masalah-
masalah yang bersifat abstrak, oleh karena itu, anak yang bersangkutan belum bisa diberikan
matematika dan angka-angka. Pada usia empat bulan, seorang anak belum matang didudukan,
karena berdasarkan penelitian bahwa kemampuan leher dan kepalanya belum mampu tegak.
Usaha pemaksaan terhadap kecepatan tibanya masa kematangan yang terlalu awal akan
mengakibatkan kerusakan atau kegagalan dalam perkembangan tingkah laku individu yang
bersangkutan
3. Perubahan
Perkembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan
bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan itu tidak pula mempengaruhi proses
perkembangan sseseorang dengan cara yang sama. Perubahan-perubahan dalam perkembangan

3
bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana ia hidup.
Untuk mencapai tujuan ini, realisasi diri atau yang biasanya disebut dengan "aktualisasi diri"
merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan ini dapat dianggap sebagai suatu dorongan
untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk menjadi manusia seperti yang diinginkan baik
secara fisik maupun psikis.

Selain itu, dapat kita ketahui bahwa dalam anak usia dini setidaknya terdapat 6
aspek perkembangan yang harus dikembangkan secara seimbang, aspek
perkembangan tersebut adalah aspek nilai agama dan moral, aspek seni, aspek
kognitif, aspek sosial emosional, aspek bahasa, dan aspek fisik – motorik pada anak
usia dini. Untuk mengembangkan keenam aspek perkembangan tersebut maka
pendidik maupun orangtua memerlukan panduan atau pedoman.
a. Aspek Nilai Agama dan Moral adalah kemampuan anak untuk bersikap dan bertingkah
laku. Islam telah mengajarkan nilai – nilai positif yang bermanfaat dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini menyebabkan perlunya pengembangan pembelajaran terkait
nilai – nilai agama dan moral.
b. Aspek Seni pada aspek ini seni pada anak usia dini adalah salah satu proses pencapaian
anak dalam bidang seni dengan berpatokan standar tingkat pencapaian perkembangan
anak usia dini. Melalui aktifitas seni, dapat meningkatkan daya cipta seta kreatifitas
yang orisinil dan bersifat individual.
c. Aspek Kognitif adalah kemampuan anak dalam berpikir, perhatian, mengingat, dan
memproses informasi, belajar mengevaluasi, menganalisis, hingga membandingkan
dan memahami hubungan sebab akibat. Itu sebabnya kemampuan kognitif juga
menjadi bagian dari perkembangan otak.
d. Aspek Sosial Emosional adalah proses dimana anak belajar beradaptasi untuk
memahami situasi dan emosi dalam berinteraksi dengan orang – orang disekitarnya,
mendengarkan, mengamati, dan meniru apa yang mereka lihat.
e. Aspek Bahasa pada aspek ini bahasa pada anak adalah perkembangan bahasa yang
harus dimiliki anak sebagai salah satu dari kemampuan dasar, sesuai dengan tahapan
usia dan karakteristik perkembangannya.
f. Aspek Fisik – Motorik merupakan proses perkembangan yang berkesinambungan,
terjadi secara signifikan dalam pembentukan tulang, tumbu kembang gerakan otot –
otot dan saraf sesuai dengan rentang usianya yang akan mempengaruhi keterampilan
anak dalam bergerak.

B. Perspektif Psikologi

Perspektif psikologi merujuk pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan dalam
bidang psikologi untuk memahami dan menjelaskan perilaku dan proses mental manusia. Ini
melibatkan serangkaian teori, konsep, dan metode yang digunakan oleh psikolog untuk
mempelajari berbagai aspek kehidupan manusia.

Perspektif psikologi menyediakan kerangka kerja untuk melihat dan menganalisis perilaku
manusia dari berbagai sudut pandang. Setiap perspektif menekankan aspek tertentu dalam
memahami perilaku dan proses mental. Beberapa perspektif psikologi yang umum meliputi:

1. Perspektif Kognitif

4
Perspektif kognitif dikemukakan oleh Jean Peaget (1896-1980): perspektif kognitif
adalah tingkat kecerdasan,perkembangan bahasa, kreatif serta kemampuan berfikir kritis dan
keahlian menyelesaikan masalah.

Psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemrosesan informasi. Bagaimana cara kita
memperoleh informasi mengenai dunia dan bagaimana pemerosesannya.. bagaimana informasi
itu disimpan dan diproses oleh otak,bagaimana informasi itu disampaikan dengan struktur
penyusunan bahasa, dan proses-proses tersebut ditampilkan dengansebuah prilaku yang dapat
diamati dan juga yang tidak dapat diamati.

Perkembangan berdasarkan perspektif kognitif yaitu:

a. Schemata muncul ketika seseorang memperoleh cara baru.


Schemata merupakan sebuah pemikiran psikologis yang di usulkan sebagai bentuk
representasi mental untuk pengetahuan kompleks. Schemata mewakili prototype pengetahuan
(fenomena) yang telah di amati untuk menafsirkan dan mengatur persepsi. Jadi, Schemata
muncul ketika seseorang memperoleh cara baru berarti ketika seseorang melihat suatu kejadian
atau fenomena maka dengan sendirinya muncul pengetahuan baru yang berkaitan dengan apa
yang di lihatnya,
b. Kemampuan kognitif muncul dari tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
liingkugan.
Kemampuan kognitif berfokus pada keterampilan berfikir, termasuk belajar,
pemecahan masalah, rasional dan mengingat. Perkembangan keterampilan kognitif
berhubungan secara langsung dengan perkembangan keterampilan lainnya, termasuk
komunikasi, motorik, social, emosi, dan keterampilan adaptif.
Aplikasi perspektif kognitif dalam pendidikan yaitu:
a. Guru memahami kemampuan murid.
Setiap murid memiliki kemampuan berbeda-beda karena itu seorang guru harus
mampu memahami kemampuan setiap muridnya, karena jika guru menyamakan kemampuan
semua muridnya maka akan memunculkan ketidakseimbangan pengetahuan atau pemahaman
yang dimiliki oleh murid-muridnya.
b. Guru memberikan pelajaran berdasarkan kemampuan murid.
Seperti yang telah dijelaskan pada poin a, guru harus mampu mengetahui kemampuan
murid dan memberikan pelajaran sesuai kemampuan muridnya.
c. Murid lebih cepat menangkap.
Murid akan cepat menangkap materi pelajaran apabila seorang guru mampu
menjelaskan materi dengan baik. Karena itu, Seorang guru sebaiknya memiliki kemampuan
khusus dalam mengajar agar muridnya cepat mengerti dengan materi yang di ajarkannya.
Perbedaan perspektif kognitif dengan perspektif lain adalah memberikan pengajaran sesuai
dengan level peserta didik.
2. Perspektif Biologis
Perspektif biologis adalah paham yang memandang bahwa perkembangan manusia
terkait dengan perkembangan biologisnya. Juga dikatakan bahwa perspektif biologis yaitu

5
sebuah pendekatan psikologi yang menekankan pada berbagai peristiwa yang berlangsung
dalam tubuh memengaruhi perilaku, perasaan dan pemikiran seseorang. Psikologi biologis
menjelaskan prilaku dalam hal neurologis, yaitu fisiologi dan struktur otak dan bagaimana ini
mempengaruhi prilaku.
Perkembangan berdasarkan perspektif biologis:
a. Umumnya digunakan untuk mengukur perkembangan fisik .
b. Standar merupakan hasil riset yang berupa "rata-rata"
c. Ada standar yang diikuti
Aplikasi perspektif bilogis dalam pendidikan ialah standar kompetensi yang menjadi
target peserta didik berdasarkan usia.
Perbedaan perspektif bilogis dengan perspektif lainnya yaitu lebih menekankan kepada
"standar" yang menjadi patokan perkembangan.
Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik mempertimbangkan
bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang genom manusia dipetakan, mungkin, suatu
hari nanti kita akan memahami lebih tepatnya bagaimana perilaku dipengaruhi oleh DNA.
Faktor biologis seperti kromosom, hormon dan otak semua memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perilaku manusia, untuk jenis kelamin misalnya. Pendekatan biologis berpendapat
bahwa perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi (atau evolusi) adaptif. Misalnya,
dalam minggu-minggu segera setelah kelahiran anak, tingkat testosteron pada ayah hampir
lebih dari 30 persen.
3. Perspektif Behaviourisme
Perspektif behaviorisme dikemukakan oleh John Broades Watson: perspektif
behaviourisme adalah paham yang sangat percaya bahwa segala tingkah laku manusia adalah
hasil dari pembelajaran. Manusia dilahirkan dengan sejumlah reflex yang terbatas. Sedangkan
belajar adalah hasil dari pengkondisian reflek-reflek tersebut.
Perkembangan berdasarkan perspektif behaviourisme :
a. Hasil belajar terlihat dari perubahan tingkah laku
b. Perubahan dapat diamati atau di ukur
c. Perkembangan terjadi (sebagian besar) karena lingkungan
Aplikasi perspektif behaviourisme dalam pendidikan yaitu:
a. Guru memberi latihan
b. Berulang-ulang
c. Siswa berlatih karena latihan berulang
Behaviorisme berbeda dengan kebanyakan pendekatan lain karena mereka melihat
orang (dan hewan) sebagai dikendalikan oleh lingkungan mereka dan secara khusus bahwa
kita adalah hasil dari apa yang telah kita pelajari dari lingkungan kita. Behaviorisme berkaitan
dengan bagaimana faktor lingkungan (disebut rangsangan) mempengaruhi perilaku yang dapat
diamati (disebut respon). Pendekatan behavioris mengusulkan dua proses utama dimana orang
belajar dari lingkungan mereka. Pengkondisian yaitu klasik dan operant conditioning
Pengkondisian klasik melibatkan pembelajaran oleh asosiasi, dan pengkondisian operan
melibatkan belajar dari konsekuensi perilaku.

6
4. Perspektif Humanisme
Dikemukakan oleh Carl Ransom Roger dan Abraham Maslow perspektif humanisme adalah
paham dimana kebutuhan, kepentingan dan kepuasan manusia menjadi hal yang utama bahkan
lebih utama.
Perkembangan di pandang dari perspektif humanism yaitu:
a. Memahami karakteristik masing-masing individu
b. Kemampuan individu untuk menentukan masa depan
c. Kemampuan individu untuk menyelesaikan masalah
d. Kemampuan individu untuk menciptakan kondisi yang dia inginkan
Aplikasi perspektif humanisme dalam pendidikan
a. pengajar harus memahami kemampuan siswanya
b. tidak mem"bodoh" kan siswanya
c. menerima pendapat siswanya . mendorong siswanya mencapai prestasi yang optimal
Perbedaan perspektif humanisme dengan perspektif lain adalah menekankan pilihan
seseorang dalam menentukan pengembangan potensi dirinya.

C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik

Kajian medidik dan psikologi perkembangan menunjukkan bahwa disamping


dipengaruhi oleh faktor bawaan, kualitas individu juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
lain. seperti faktor lingkungan yang tidak lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor
bawaan atau sering juga disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini
berbeda-beda antara individu yang satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan perbedaan
yang disebut dengan istilah individual differences. Berdasarkan hal ini, masing-masing individu
memiliki keunikan atau kekhasan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan berfikir, merasakan sesuatu,
serta sikap dan perilakunya sehari-hari. Dalam melihat dan menyikapi perbedaan tersebut,
hendaknya pendidik menyadari bahwa tidak semua individu dapat diperlakukan dengan cara
yang selalu sama. Masing-masing individu memiliki kekhasan sendiri, sehingga pendekatan
yang sifatnya personal maupun institusional tentu berbeda.
Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan individu adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Internal
a. Faktor Genetika (hereditas)
Gen adalaah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tingga tubuh, warna kulit.
dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme mahluk hidup, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.

Hereditas merupakan "totalitas karakeristik individu yang diwariskan orang tua kepada
anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi
sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Meskipun peranan gen sangat penting. factor genetis bukan satu-satunya factor yang
menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan karena juga dipengaruhi oleh factor lainnya.

7
b. Faktor Fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik


individu. Factor fisiologis yang mempengaruhi perkembangan peserta didik diantaranya
adalah:
1. Tubuh dan warna kulit.
Tubuh merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang tidak bisa
disamakan dengan yang lainnya, begitupun dengan warna kulit seseorang. Hal ini akan sangat
berpengaruh perkembangannya. terhadap perkembangan seseorang sesuai dengan tahap
perkembangannya.
2. Faktor Gizi atau Asupan Makanan.
Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan berimbang. Hal
ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang tumbuh kembang individu dan
merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang merupakan bagian paling penting
dalam menentukan tumbuh dan kembang individu.
3. Cacat dan Penyakit.
Kondisi individu yang cacat atau mempunyai penyakit tertentu, tentu saja akan
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pengarah yang diberikan tidak hanya pengaruh
pada fisik saja, melainkan juga secara psikologis. Cacat atau penyakit banyak disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:
a. Pengaruh genetik
b. Ibu yang kurang gizi pada saat mengandung.
c. Obat-obatan dan alkohol.
d. Radiasi
e. Penyakit yang diderita Ibu selama kehamilan
f. Keadaan Emosi pada Ibu saat hamil.

c. Faktor Psikologis.
Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Kondisi fisik yang tidak sempurna
atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun
dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena
kerusakan sistem syaraf, kerusakan otak atau mengalami retardasi mental.
Dalam hal kejiwaan, kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi setiap orang itu
berbeda. Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,
memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dan kecerdasan dalam perkembangan sosial anak.
Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses perkembangan siswa.
hormone, intelegensi, motivasi, sikap, dan bakat.
1. Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi mengendalikan berbagai fungsi di dalam
tubuh. Meskipun kadarnya sedikit, hormone memberikan pengaruh yang nyata dalam
pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormone akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada mahluk hidup beragam jenisnya.
2. Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan

8
demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-
organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan
organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai
pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak
yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat
diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior,
ratarata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan
hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan
bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
3. Seks
Perbedaan perkembangan antara kedua jenis seks tidak tampak jelas yang nyata
kelihatan adalah kecepatan dalam pertumbuhan jasmaniyah, Pada waktu lahir anak laki-
lakilebih besar dari perempuan, tetapi anak perempuan lebih cepat perkembangannya dan lebih
cepat pula dalam mencapai kedewasaannya dari pada anak laki-laki. Anak perempuan pada
umumnya lebih cepat mencapai kematangan seksnya kira-kira satu atau dua tahun lebih awal
dan pisiknya juga tampak lebih cepat besar dari pada anak lakilaki. Hal ini jelas pada anak
umur 9 sampai 12 tahun.
4. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa inginn melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,
mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi juga diartikan
sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku
seseorang. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh
untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi
juga telah menjadi kebutuhannya.
5. Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses
belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan
sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Sutirna, 2003). Sikap siswa dalam belajar
dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau
lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar,
guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab
terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya: berusaha mengembangkan kepribadian sebagai
seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan
pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang
dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
6. Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses perkembangan adalah bakat. Secara
umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Sutirna, 2013), Berkaitan dengan
belajar, Slavin (Sutirna,2013) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat
seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung
proses belajarnya sehingga kernungkina, besar ia akan berhasil. Pada dasarnya, setiap orang

9
mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya
masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah
memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan
dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hal-hal yang datang atau ada di luar diri siswa/peserta
didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa
tersebut dengan lingkungan. faktor eksternal yang memengaruhi perkembangan dapat
digolongkanmenjadi 7 macam yaitu: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif,
religious dan lingkungan.
a. Faktor Biologis
Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan
keperluan primer seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh
yang datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.
b. Faktor Physis
Faktor ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau
kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan
hunian (Soctjiningsih, 1998). Semua kondisi di atas sangat mempengaruhi bagaimana individu
dapat menjalankan proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman
karena adanya pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses
imitasi atau peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu.
Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau kebersihan
lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta keadaan geografis yang
sulit, misalnya karena di daerah terpencil yang jauh dari informasi, sulit dijangkau, serta rawan
akan bencana alam, selain dapat mempengaruhi tekanan psikis juga mempengaruhi faktor
kesehatan karena pengobatan yang sulit didapatkan. Semua ini jelas membawa dampak
masing-masing terhadap perkembangan anak-anak yang lahir dan dibesarkan disana.
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan
dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional.
c. Faktor Ekonomis/Status Sosial Ekonomi
Dalam proses perkembanganya, betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti
memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk membeli
peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi olch
kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan
memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam
konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. "ia anak siapa". Secara tidak langsung dalam
pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang
berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak
memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Schubungan dengan
itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa "menjaga" status sosial dan ekonomi
keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud "menjaga status sosial keluarganya" itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat
berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi "terisolasi" dari kelompoknya. Akibat lain mereka
akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri.
d. Faktor Cultural

1
0
Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat
yang masing-masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini
jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak.
e. Faktor Edukatif
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa
perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepadapeserta didik yang
belajar di kelembegaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan
kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku
kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Faktor pendidikan ini relatif paling besar
pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.
f. Faktor Religious
Sebagai contoh seorang anak yang hidup dilingkungan yang kental dengan suasana
religius. sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak berada dalam lingkungan
religi yang kental, yang sekedar terhitung orang beragama, lebih-lebih yang memang tidak
beragama sama sekali, ini adalah persoalan perkembangan pula, menyangkut proses
terbentunya prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor penting yang
mempengaruhinya karena pondasi agama merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam perkembangan peserta didik.
g. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi perkembangan anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran
dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa
kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
2) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan
perkembangan belajar.Ketegangan keluarga, sifat sifat orangtua, demografi keluarga (letak
rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis
akan membantusiswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
3) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses perkembangan belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis
antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang
dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.

D. Tugas Tugas Dan Karakteristik Perkembangan Periode Bayi, Anak, dan Remaja
1. Tugas Tugas Dan Karakteristik Perkembangan Pada Periode Bayi
Masa bayi merupakan masa dimana perubahan dan pertumbuhan berjalan sangat cepat,
terutama yang terpesat adalah dalam tahun pertama.
1. Perkembangan Fisik
a. Selama enam bulan pertama, pertumbuhan terus terjadi dengan pesat, kemudian mulai
menurun, dan dalam tahun kedua tingkat pertumbuhan cepat menurun.

1
1
b. Selama tahun pertama, peningkatan berat tubuh lebih besar daripada peningkatan
tinggi, sedangkan pada tahun kedua terjadi sebaliknya.
c. Proporsi tubuh: Pertumbuhan kepala berkurang sedangkan pertumbuhan badan dan
tungkai meningkat, sehingga bayi berangsur-angsur menjadi kurang berat di atas, dan
pada masa akhir bayi tampak lebih ramping dan tidak gempal.
d. Selama tahun kedua, ketika proporsi tubuh berubah, bayi mulai memperlihatkan
kecenderungan bangun tubuh yang khas, seperti ektomorfik, mesomorfik, atau
endomorfik.
2. Perkembangan Motorik
a. Gerak refleks tersenyum muncul pada minggu pertama, sedangkan senyum sosial
(reaksi terhadap senyum orang lain) mulai antara bulan ketiga dan keempat.
b. Dalam posisi tengkurap, bayi dapat menahan kepala secara tegak dalam usia 1 bulan,
dalam posisi telentang pada usia 5 bulan, dan dalam posisi duduk pada usia 4 atau 6
bulan.
c. Pada usia 2 bulan, bayi dapat berguling dari samping ke belakang, pada 4 bulan dari
tengkurap ke samping, dan pada usia 6 bulan dapat berguling sepenuhnya.
d. Pada usia 4 bulan, bayi dapat ditarik ke posisi duduk, usia 5 bulan dapat duduk dengan
dibantu, tujuh bulan dapat duduk tanpa dibantu sebentar, dan duduk tanpa bantuan
selama sepuluh menit atau lebih pada usia 9 bulan.
e. Gerakan ibu jari menjauhi jari-jari lain dalam usaha menggenggam muncul pada usia
3 atau 4 bulan, dan dalam usaha mengambil benda antara 8 – 10 bulan.
f. Pada akhir minggu kedua, bayi dapat memindahkan tubuh dengan cara menendang.
Pada usia 6 bulan, dapat bergerak dalam posisi duduk. Bayi bisa merangkak pada usia
sekitar 8 –10 bulan, menarik diri sendiri ke posisi berdiri pada usia 10 bulan, berdiri
dengan bantuan pada 11 bulan, berdiri tanpa bantuan pada usia 1 tahun, dan berjalan
tanpa bantuan pada usia 13 atau 14 bulan.
3. Perkembangan Bahasa
a. Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk bahasa - tertulis, lisan, isyarat
tangan, ungkapan musik, dan sebagainya. Dalam komunikasi, orang harus mampu
mengerti apa yang disampaikan orang lain (fungsi reseptif) dan mampu mengutarakan
pikiran dan perasaannya kepada orang lain (fungsi ekspresif).
b. Ada kesenjangan fungsi reseptif dan ekspresif. Kemampuan mengerti apa yang
disampaikan orang lain sudah mulai berkembang pada tahun pertama masa bayi,
sedangkan kemampuan mengutarakan pikiran/perasaan baru berkembang kemudian.
c. Ekspresi muka pembicara, nada suara, dan isyarat-isyarat tangan membantu bayi untuk
mengerti apa yang dikatakan padanya. Pada usia 3 bulan, bayi sudah mengerti
ungkapan rasa marah, takut, dan senang.
d. Pada usia 6 bulan, sebagian besar bayi bisa mengucapkan “ma-ma, da-da, na-na, ta-ta”
(babling)
e. Pada usia 12 – 18 bulan, bayi sudah mengerti kata-kata, misalnya ibu-bapak,
makananmainan, bagian badan-binatang.
f. Pada usia 18 bulan, bayi memasuki tahapan dua kata, yaitu sudah mulai mampu
mengucapkan dua kata, tetapi masih terpotong, misalnya: mama pergi -> mama ..gi.
tahapan dua kata ini terdiri atas open class words (dalam contoh di atas adalah kata
mama), dan pivot words (dalam contoh tadi adalah kata ..gi). Open class words
biasanya merupakan kata-kata yang lebih dulu dikenal, sedangkan pivot words
diperoleh kemudian.
4. Perkembangan Sosial
a. Attachment (kelekatan, hubungan kasih sayang/mesra yang dibentuk seseorang
dengan orang lain) merupakan bentuk sosialisasi dini (early socialization). Biasanya,
pengalaman pertama sosialisasi bayi adalah dengan ibunya. Usia 2 bulan (social

1
2
period), bayi responsif terhadap manusia dan bukan manusia. Usia 7 bulan terjadi
generalisasi pada semua orang (indiscriminate attachment). Pada usia 7 – 12 bulan
terbentuk specific attachment, dimana bayi mulai takut terhadap orang asing dan
attachment terarah kepada ibu (atau orang yang paling dekat hubungannya).
b. Sekitar usia 6 bulan, mulai muncul senyum sosial, yaitu senyum yang ditujukan pada
seseorang (termasuk kepada bayi lain), bukan senyum refleks karena reaksi tubuh
terhadap rangsang.
c. Pada usia 9 – 13 bulan, bayi mencoba menyentuh pakaian, wajah, rambut bayi lain,
dan meniru perilaku dan suara mereka.
d. Pada usia 16 – 18 bulan, bayi mulai menunjukkan negativisme, barupa keras kepala
tidak mau mengikuti perintah/permintaan orang dewasa.
e. Usia 18 – 24 bulan, bayi berminat bermain dengan bayi lain dan menggunakan bahan-
bahan permainan untuk membentuk hubungan sosial dengannya.
f. Usia 22 – 24 bulan, bayi mau bekerjasama dalam sejumlah kegiatan rutin, seperti
mandi, makan, berpakaian.
5. Perkembangan Emosi
Reaksi emosional bayi selalu disertai dengan aspek fisiologis.
a. Reaksi emosional bayi selalu disertai dengan aspek fisiologis.
b. Tertawa/tersenyum merupakan indikator dari rasa senang.
c. Pada masa bayi mulai muncul rasa takut terhadap sesuatu yang asing atau tidak
menyenangkan, misalnya takut terhadap orang yang baru bertemu, takut jatuh, takut
mendengar suara dentuman yang keras.
d. Kecemasan juga mulai muncul pada masa bayi ini, terutama kalau bayi harus
menghadapi situasi baru atau memenuhi tuntutan orangtua, misalnya cemas karena
penyapihan dan toilet training.
e. Pada usia 1-2 tahun, anak mulai menunjukkan kemarahan dan agresi.

2. Tugas – Tugas dan Karakteristik Perkembangan Pada Periode Anak


1. Fisik dan motorik • Pertumbuhan fisik lambat tetapi organ-organ jasmaninya tampak
benar-benar serasi dan proporsional. Sedangkan gerakan-gerakan organ jasmaninya
terarah dan lincah
2. Kognitif/intelektual dan bahasa • Selain kemampuan kognitif sebagaimana yang sudah
dimiliki pada usia pra sekolah, anak juga sudah mulai bisa berpikir sistematis, melakukan
analisis dan sintesis, tetapi terbatas pada benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang
konkret.

• Egosentrisme anak mulai berkurang, artinya anak sudah mulai memiliki kemampuan
mengkoordinasikan pandangan-pandangan orang lain dengan pandangannya sendiri, dan
memiliki persepsi positif bahwa pandangannya hanyalah salah satu dari sekian banyak
pandangan orang.
• Ucapan, kosa kata, pengertian, dan struktur kalimat berkembang pesat, namun isi
pembicaraan cenderung merosot.
3. Psikososial
Anak berminat dalam kegiatan-kegiatan dengan teman-teman dan ingin menjadi bagian
dari kelompok yang mengharapkan anak untuk menyesuaikan diri dengan pola perilaku,
nilai-nilai, dan minat anggota-anggotanya. Ia harus ‘berjuang’ untuk mencapai hal ini.
Dalam diri anak akan timbul perasaan bergairah dan mampu melakukan sesuatu, bila
dalam pergaulannya ia bisa mendapatkan bermacam-macam keterampilan dan
kemampuan, mengetahui apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya (apalagi

1
3
bila hal ini diketahui orang dewasa, misalnya guru/ orang tua). Tapi bila sebaliknya, maka
dalam dirinya akan timbul rasa rendah diri.
4. Moral
• Anak menentukan keburukan perilaku berdasarkan tingkat hukuman akibat keburukan
tersebut • Perilaku baik dihubungkan dengan penghindaran dari hukuman • Perilaku baik
dihubungkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan tanpa mempertimbangkan
kebutuhan orang lain. Jadi, suatu perilaku akan dianggap baik bila perilaku tersebut bisa
memenuhi kebutuhannya.
• Berperilaku sesuai dengan aturan dan patokan moral agar memperoleh persetujuan orang
dewasa (dianggap ‘anak baik’), bukan untuk menghindari hukuman.
• Perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya. Jadi ada perkembangan
kesadaran tentang perlunya aturan
• Beranggapan bahwa hukum harus ditaati oleh semua orang
5. Penghayatan keagamaan
• Sikap keagamaan reseptif, tapi sudah ada pengertian. • Pandangan dan paham ketuhanan
diterangkan secara rasional bersumber pada indikator alam semesta sebagai manifestasi
keberadaan dan keagungan-Nya. (catatan: perkembangan kognitif anak ada pada fase
operasi konkret) • Penghayatan secara rohani sudah mulai mendalam, sedangkan
pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusn moral. (catatan: dari segi
perkembangan moral, anak sudah menyadari adanya aturan yang harus dilakukan)

Perkembangan Periode Anak

1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.


2. Membina sikap yang sehat (positif) terhadap dirinya sendiri sebagai seorang individu yang
sedang berkembang, seperti kesadaran tentang harga diri dan kemampuan diri. 3. Belajar
bergaul dengan teman-teman sebaya sesuai dengan etika moral yang berlaku di
masyarakatnya.
4. Belajar memainkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya.
5. Mengembangkan dasar-dasar keterampilan membaca, menulis, dan berhitung. 6.
Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan kehidupan sehari-hari. 7. Mengembangkan
kata hati. moral, dan skala nilai yang selaras dengan keyakinan dan kebudayaan yang berlaku
di masyarakatnya.
8. Mengembangkan sikap objektif baik positif maupun negatif terhadap kelompok dan lembaga
kemasyarakatan.

3. Tugas Tugas Dan Karakteristik Perkembangan Periode Remaja


Definisi Perkembangan manusia merupakan suatu proses sepanjang kehidupan dari
pertumbuhan dan perubahan fisik, perilaku, kognitif, dan emosional. Sepanjang proses ini, tiap
individu mengembangkan sikap dan nilai yang mengarahkan pilihan, hubungan, dan
pengertian (understanding). (Huberman, 2002) Salah satu periode dalam perkembangan
adalah masa remaja. Kata remaja (adolescence) berasal dari kata adolescere (Latin) yang
berarti tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968 dalam Sarwono, 2011: h.11). Istilah
kematangan di sini meliputi kematangan fisik maupun sosial-psikologis.Pada tahun 1974,
WHO memberikan definisi konseptual tentang remaja, yang meliputi kriteria biologis,
psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO (Sarwono, 2011), remaja adalah suatu masa di
mana:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. (kriteria biologis)

1
4
2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak
menjadi dewasa. (kriteria sosial-psikologis)
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri. (kriteria sosial-ekonomi)
Karakteristik Masa Remaja
Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal (11/12-
16/17 tahun) dan remaja akhir (16/17-18 tahun). Pada masa remaja akhir, individu sudah
mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.Masa remaja merupakan
suatu periode penting dari rentang kehidupan, suatu periode transisional, masa perubahan,
masa usia bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri, usia menyeramkan
(dreaded), masa unrealism, dan ambang menuju kedewasaan. (Krori, 2011) Menurut Hall
(Sarwono, 2011), masa remaja merupakan masa “sturm und drang” (topan dan badai), masa
penuh emosi dan adakalanya emosinya meledak-ledak, yang muncul karena adanya
pertentangan nilai-nilai. Emosi yang menggebu-gebu ini adakalanya menyulitkan, baik bagi si
remaja maupun bagi orangtua/ orang dewasa di sekitarnya. Namun emosi yang menggebu-
gebu ini juga bermanfaat bagi remaja dalam upayanya menemukan identitas diri. Reaksi
orang-orang di sekitarnya akan menjadi pengalaman belajar bagi si remaja untuk menentukan
tindakan apa yang kelak akan dilakukannya.Krori (2011) menyatakan bahwa perubahan sosial
yang penting pada masa remaja mencakup meningkatnya pengaruh teman sebaya (peer
group), pola perilaku sosial yang lebih matang, pembuatan kelompok sosial yang baru, dan
munculnya nilai-nilai baru dalam memilih teman dan pemimpin serta nilai dalam penerimaan
sosial. Minat universal paling penting pada masa remaja dapat digolongkan menjadi 7
kategori, yaitu: (Krori, 2011)
1. Minat rekreasi
2. Minat pribadi
3. Minat sosial 4. Minat pendidikan 5. minat vokasional 6. Minat religius 7. Minat dalam
simbol status.
Tugas Perkembangan Masa Remaja
Menurut Havighurst (Hurlock, 1990), tugas perkembagan remaja meliputi: 1. Mencapai pola
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai
dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat. 2. Mencapai peranan sosial
sesuai dengan jenis kelamin, selaras dengan tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya. 3.
Menerima kesatuan organ-organ tubuh/ keadaan fisiknya sebagai pria/wanita dan
menggunakannya secara efektif sesuai dengan kodratnya masing-masing. 4. Menerima dan
mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di tengah - tengah
masyarakatnya. 5. Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya dan mulai menjadi “diri sendiri”. 6. Mempersiapkan diri untuk mencapai karir (jabatan
dan profesi) tertentu dalam bidang kehidupan ekonomi. 7. Mempersiapkan diri untuk memasuki
dunia perkawinan dan kehidupan berkeluarga. 8. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika
sebagai pedoman bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk keperluan kehidupan
kewarganegaraannya.

1
5
KESIMPULAN

Perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar,


melainkan didalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-
menerus dan bersifat tetap dari fungsi- fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu
menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar. Aspek-aspek
perkembangan meliputi, perubahan, kematangan, pertumbuhan. Selain itu, dapat kita
ketahui bahwa dalam anak usia dini setidaknya terdapat 6 aspek perkembangan yang
harus dikembangkan secara seimbang, aspek perkembangan tersebut adalah aspek nilai
agama dan moral, aspek seni, aspek kognitif, aspek sosial emosional, aspek bahasa,
dan aspek fisik – motorik pada anak usia dini. Untuk mengembangkan keenam aspek
perkembangan tersebut maka pendidik maupun orangtua memerlukan panduan atau
pedoman. Perspektif psikologi merujuk pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan
dalam bidang psikologi untuk memahami dan menjelaskan perilaku dan proses mental
manusia. perspektif psikologi yang umum meliputi: perspektif kognitif,biologis,
behaviorisme,dan humanisme. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Perkembangan individu
berlangsung secara berurutan atau berkesinambungan melalui periode atau masa. Secara
faktual, perkembangan dimulai sejak terjadinya konsepsi. Setelah lahir, bayi menjalani masa
kanakkanak, remaja, dewasa, sampai hari. Manusia tidak pernah statis. Organisme yang
matang selalu mengalami
perubahan yang progresif. Proses perkembangan itu berkesinambungan dalam arti bahwa
perkembangan itu merupakan proses siklus dengan berkembangnya kemampuan-kemampuan
dan kemudian menghilang, dan yang akan muncul kembali pada usia berikutnya.

1
6
DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2009.Psikologi Perkembangan Pesera Didik. Bandung:PT Remaja Rosdakarya


Monks F.J. Knoer A.M.P & Siti Rahayu H. 1984. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta;
Gadjahmada University Press
Desmita, 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik Bandung: Remaja Rosdakarya
Hurlock. Elizabeth B.2002. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga Http://Rumahbelajarpsikologi.Com/Index.Php/Remaja.Html
Monks, F.J., Knoers, A.M.P.,dan Haditono, S.R. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada Press.
Soeparwoto, 2004. Psikologi Perkembangan, Semarang: UPT Unnes Press.
Sutirna, 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta: Andi Offset
Hurlock, Elizabeth B, Developmental Psychology, Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo,
Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 1980
Hetherington, E.M., Parke, R.D. 2000. Child Psychology. California: Mc. Graw Hill College.
Hurlock, E. 1990. Developmental Psychology, A Life-Span Approach. 5th edition. (terj. oleh
Istiwidayanti). Jakarta: Penerbit Erlangga

1
7

Anda mungkin juga menyukai