Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“MEMAHAMI TAHAP PERKEMBANGAN KONITIF AUD”


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Quriah Elfina, M.Pd

Disusun Oleh :
1. Suranta (2020191101609)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SEPAKAT SEGENEP
KUTACANE
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Memahami Tahap Perkembangan Konitif
AUD”

Ada pun isi dari makalah ini adalah tentang Anak Usia Dini adalah sesuatu yang merujuk
pada perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak
konsepsi hingga usia 8 tahun.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan dapat memenuhi tugas yang
Ibu berikan kepada penulis.

Penulis merasa penyusunan ini masih terdapat kekurangan untuk itu, penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis untuk masa
yang akan datang.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Kutacane, Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN DISLEKSIA


A. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini ....................................... 2
B. Urgensi Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini .................. 5
C. Teori Dasar Perkembangan Kognitif ........................................................... 6
D. Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kognitif..................................... 8
E. Proses-proses Kognitif Anak Usia Dini ....................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu bertumbuh dan berkembang.
Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu bertumbuh dan berkembang
bahkan lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas
perkembangan anak di masa depanya, sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya
sejak dini.

Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini adalah hal sangat penting
mengingat 80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini. Elastisitas
perkembangan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun
kehidupannya, 20% siasanya ditentukan selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-
kanak. Dan tentu saja bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat
sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini.

Perkembangan Anak Usia Dini meliputi beberapa aspek diantaranya aspek


pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik, aspek perkembangan kognitif, aspek
perkembangan sosio emosional, aspek perkembangan bahasa, serta aspek perkembangan
moral agama. Pengembangan seluruh aspek-aspek tersebut secara menyeluruh dan
berkesinambungan menjadi suatu hal yang sangat berarti. Dalam memberikan stimulasi
untuk mengembangkan aspek-aspek tersebut, tentunlah pemahaman akan konsep dasar
berkaitan dengan hal tersebut sangat diperlukan. Untuk itulah makalah ini mengupas
berbagai hal berkaitan dengan konsep dan teori serta strategi yang dapat digunakan untuk
mengembangan kemampuan dasar anak usia dini terutama pada perkembangan kemampuan
kognitif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan
dalam makalah ini antara lain:
1. Apakah definisi perkembangan kognitif anak usia dini?
2. Apakah urgensi pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini?
3. Apa teori dasar perkembangan kognitif?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini?
5. Bagaimana proses-proses kognitif pada anak usia dini?
6. Bagaimanakah tahap perkembangan kognitif anak usia dini?
7. Bagaimana klasifikasi perkembangan anak usia dini?
8. Apa strategi Pengembangan Kemampuan Kognitif untuk Anak Usia Dini?

1
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan
dalam makalah ini antara lain:
1. Menjelaskan definisi perkembangan kognitif anak usia dini
2. Menyebutkan pentingnya pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini
3. Mendeskripsikan teori dasar perkembangan kognitif
4. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini
5. Menjelaskan proses-proses kognitif pada anak usia dini
6. Menjelaskan tahap perkembangan kognitif anak usia dini
7. Menjelaskan klasifikasi perkembangan anak usia dini
8. Menyebutkan strategi Pengembangan Kemampuan Kognitif untuk Anak Usia Dini

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini


Dalam sub bab ini akan dibahas beberapa hal yang akan membantu memudahkan
dalam memahami definisi perkembangan kognitif anak usia dini antara lain: definisi
perkembangan, definisi kognitif, dan definisi anak usia dini.
1. Definisi Perkembangan Kognitif
Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk , pengertian perkembangan menunjuk pada
suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali. Dalam pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan
pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya, istilah
pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi
fisik murni. Menurut banyak ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat
mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul.
Perkembangan menurut Berardo yang dikutip oleh Santrock ialah pola gerakan atau
perubahan yang dimulai dari pembuatan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan.
Kebanyakan perkembangan meliputi pertumbuhan, walaupun perkembangan juga
mencakup pembusukan (seperti dalam kematian dan orang mati). Pola atau pernyataan-
pernyataan dari kelompok-kelompok penekan yang sangat vokal. Para pembuat kebijakan
sering terjebak dalam isu-isu ideologis dan moral yang diperdebatkan secara panas, seperti
keluarga berencana dan aborsi, atau undang-undang perawatan anak dan cuti melahirkan.
Pada poin ini, tidak ada indikasi yang jelas bahwa perbedaan-perbedaan yang tajam tentang
peran keluarga dan pemerintah akan diselesaikan sesuai dengan solusi yang rasional di masa
depan yang dekat.
Maka perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai suatu yang merujuk pada
perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan manusia,
sejak masa konsepsi sampai mati, tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan
bersifat tetap. Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan secara kuantitatif dan
perubahan secara kualitatif. Perubahan secara kuantitatif itu seperti perubahan dalam tinggi
badan, penguasaan jumlah kosakata, perubahan berat badan, dan sebagainya. Sedangkan
perubahan secara kualitatif, seperti perubahan dalam struktur dan organisasi dalam
kemampuan berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan motorik
kasar dan motorik halus, perubahan dalam mengelola emosi, perubahan kemampuan sosial
dan sebagainya.
Menurut pakar perkembangan masa hidup, Paul Baltes seperti yang dikutip oleh
Santrock bahwa perkembangan masa hidup manusia mencakup tujuh kandungan dasar:
perkembangan adalah seumur hidup, multidimensional, multidireksional, plastis, melekat
secara kesejarahan, multidisiplin, dan kontekstual.
Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong) yang dimaksud adalah tidak ada
periode usia yang mendominasi perkembangan. Para peneliti semakin mempelajari
penaglaman dan orientasi psikologis orang dewasa pada saat yang berbeda dalam
perkembangan mereka. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi
dalam cara yang dinamis sepanang siklus kehidupan.

3
Perkembangan adalah multidimensional, maksudnya ada;ah perkembangan terdiri
atas dimensi-dimensi yang berupa dimensi biologis, kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu
dimensi seperti intelegensi, ada banyak komponen, seperti intelegensi abstrak, intelegensi
nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain.
Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa atau komponen dari suatu dimensi
dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara atau komponen lain menurun. Misalnya,
orang dewasa tua dapat semakin arif karena mampu menjadikan pengalaman sebagai
panduan bagi pengambilan keputusan intelektual, tetapi melaksanakan secara lebih buruk
tugas-tugas yang menuntut kecepatan dalam memproses informasi.
Perkembangan adalah lentur (plastis), maksudnya ia bergantung pada kondisi kehidupan
individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan. Suatu agenda penelitian
perkembangan kunci ialah pencarian akan kelenturan dan hambatan-hambatannya.
Misalnya, para peneliti telah mendemonstrasikan bahwa kemampuan penalaran orang
dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan.
Perkembangan melekat secara kesejarahan (historically embredded), yang
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan. Pengalaman orang-orang yang berusia 40
tahun yang hidup pada masa Depresi Berat (Great Depression) sangat berbeda dari
pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada akhir Perang Dunia II yang
optimistik. Orientasi karir kebanyakan perempatan berusia 30 tahun pada tahun 1990-an
sangat berbeda dari orientasi karir kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada tahun
1950-an.
Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin. Para psikolog, sosiologi,
antorpologi, neurosains, peneliti kesehatan, dan dunia pendidikan semuanya mempelajari
perkembangan manusia dan berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan
sepanjang masa hidup.
Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara tegrus menerus merespons dan bertindak
berdasarkan konteks, yang meliputi make up biologis, lingkungan lingkungan fisik, serta
konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan seseorang. Dalam pandangan kobtekstual,
individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.
Menurut Myrnawati , kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam otak pada
waktu manusia sedang berpikir atau proses pengolahan informasi.
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui.
Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan,dan penggunaan
pengetahuan . Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara
bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat
susunan syaraf. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang
dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar .
Beberapa ahli yang berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefenisikan intelektual
atau kognitif dengan berbagai pendapat. Seperti halnya defenisi intelegensi menurut
Gardner. Menurut Gardner intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Lebih
lanjut Gardner mengajukan konsep pluralistis dari intelegensi dan membedakannya kepada
delapan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari, intelegensi itu tidak berfungsi

4
dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari sejumlah
intelegensi yaitu intelegensi linguistic, ligis,spasial, music, kinestetika, intrapribadi dan
antarpribadi, dan naturalistis.
Perkembangan Kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari
berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan,
dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, dari hari ke hari sepanjang
pertumbuhannya. Perkembangan pikirannya, seperti: (1) belajar tentang orang, (2) belajar
tentang sesuatu, (3) belajar tentang kemampun-kemampuan baru, (4) memperoleh banyak
ingatan, dan (5) menambah banyak pengalaman. Sepanjang perkembangannya pikran anak,
maka anak akan menjadi lebih cerdas .

2. Definisi Anak Usia Dini


Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational Young Children)
merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat
dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya, berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Sedangkan anak usia dini disarikan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa mereka adalah anak yang berada pada
rentang usia sejak lahir sampai dengan enam tahun. Dan jika disesuaikan dengan pendapat
internasional, maka anak usia dini di Indonesia adalah mereka yang sejak lahir ( usia 0
tahun) hingga memasuki jenjang SD awal.
Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi (dalam
kandungan), janin telah berkembang dan terbukti telah dapat dilakukan stimulasi yang dapat
mengembangkan berbagai kepekaan dan kemampuan dasarnya. Berdasarkan hal tersebut
penulis meyakini bahwa pendidikan atau stimulasi pendidikan sudah mulai dapat dilakukan
sejak dalam kandungan, karena itu yang lebih dini sebelum kelahiran. Maka penulis sepakat
bahwa anak usia dini adalah sosok makhluk yang berkembangan dan bertumbuh dengan
pesat serta fundamental sejak masa konsepsi hingga usia 8 tahun setelah kelahiran.
3. Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa
perkembangan kognitif anak usia dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-
perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia
delapan tahun.

B. Urgensi Pengembangan Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini


Adapun proses kognisi meliputi berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran,
simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan dengan hal ini Piaget berpendapat,
bahwa pentingnya pendidik mengembangkan kognitif adalah :
1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang dilihat,
didengar dan rasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan
komprehensif
2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang
pernah dialaminya
3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka
menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
4. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya

5
5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah
(spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan)
6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada
akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri
Menurut Sunaryo Kartadinata dakan jurnal pendidikan Pedagogia Vol. 1 April 2003
yang telah dikutip oleh Ahmad Susanto menyebutkan bahwa perkembangan otak,
struktur otak anak tumbuh terus setelah lahir. Sejumlah riset menunjukkan bahwa
pengalaman usia dini, imajinasi yang terjadi, bahasa yang didengar, buku yang
ditunjukkan, akan turut membentuk jaringan otak.

Dengan demikian, melalui pengembangan kognitif, fungsi pikir dapat digunakan


dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan suatu masalah.

C. Teori Dasar Perkembangan Kognitif


Ada beberapa tokoh yang merumuskan teori kognitif berdasarkan hasil penelitian
mereka masing-masing, beberapa diantaranya yang terkenal adalah Jean Piaget, Bruner, Lev
Vygotsky.
1. Teori Kognitif Jean Piaget
Para ahli perkembangan anak bersepakat bahwa anak bukan seorang dewasa kecil karena
hingga mencapai usia 15 tahun, anak tidak dapat dapat membuat alasan atas tindakannya
seperti orang dewasa. Informasi ini didasarkan pada karya Jean Piaget yang oleh Siti Aisyah
, seorang ahli perkembangan biologi yang mendedikasikan hidupnya untuk mengamati dan
mencatat secara dekat kemampuan intelektual bayi, anak dan adolesen. Tahapan-tahapan
perkembangan yang dirumuskan oleh Piaget berhubungan dengan pertumbuhan otak.
Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga akhir masa adolesen.
Bahkan otak laki-laki kadang-kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga awal masa
dewasa.
a. Inteligensi
Latar belakang Piaget dalam bidang Zoology cukup terlihat dari defenisi inteligensi yang
dikemukakannya bahwa intelegensi adalah dasar fungsi hidup yang membantu organisme
beradapatasi dengan lingkunggannya. Ia mengamati penyesuaian seperti itu dengan melihat
bagaimana seorang anak toodler menyalakan televisi, bagaimana anak usia sekolah
memutuskan membagi lilin kepada teman-temannya atau seorang remaja yang beranjak
dewasa berjuang dan berhasil memecahkan masalah geometri yang sulit. Piaget juga
mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan yang menjadi
kecendrungan semua sturktur kognitif. Maksudnya adalah semua kegiatan intelektual
dilakukan dengan satu tujuan dalam pikirannya, yaitu menghasilkan keseimbangan atau
keharmonisan hubungan antara proses berpikir seseorang dengan lingkungannya. Piaget
menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin
tahu. Ia secara terus menerus merasa ditantang oleh banyak rangsangan dan kejadian yang
tidak langsung dapat ia mengerti. Dia meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk
berpikir anak dan kejadian dalam lingkungannya, memaksa anak membuat penyesuaian
mental yang membuatnya dapat memecahkan pengalaman baru yang membingungkan dan
kemudian menghasilkan keseimbangan kognitif.
b. Skema Kognitif: Susunan Intelegensi

6
Piaget menggunakan istilah skema untuk mendeskripsikan model atau struktur mental yang
kita ciptakan untuk mempersentasikan, mengorganisasi, dan menginterpretasi pengalaman
kita. Piaget mendeskripsikan tiga macam susunan intelektual yaitu:

1) Skema perilaku (Sensori Motor)


Skema perilaku adalah pola atau bentuk perilaku yang terorganisasi dan digunakan anak
untuk menampilkan kembali dan merespons suatu benda atau pengalaman. Untuk bayi
berumur 9 bulan, sebuah bola tidak diterima dengan konsep sebuah mainan berbentuk
bundaryang mempunyai nama resmi, melainkan sebuah benda yang dapat dipeluk dan
digelindingkan oleh dia dan teman-temannya.
2) Skema simbolik
Selama tahun kedua, anak mencapi tingkatan, dimana ia dapat memecahkan masalah dan
berpikir tentang benda dan kejadian tanpa harus menyentuh atau mengalaminya. Dengan
kata lain, mereka mampu untuk menampilkan kembali pengalamannya secara mental dan
menggunakan symbol mental atau skema simbolik ini untuk mencapai tujuan mereka.
Contoh: anak usia 16 tahun dapat mencontoh perilaku buruk temannya pada hari lain dan
tidak langsung pada hari itu juga.
3) Skema operasional
Menurut Piaget pikiran anak 7 tahun dan anak yang lebih tua diwarnai oleh skema
operasional. Pengertian operasi kognitif adalah suatu kegiatan mental secara internal yang
ditunjukkan seseorang pada objek yang dipikirkannya untuk mencapai kesimpulan yang
logis. Contoh: anak 8 tahun akan berpikir bahwa pola plastisin (plastisin berbentuk bola)
yang diratakan/dipipihkan jumlahnya sama dari sebelumnya karena ia akan dengan mudah
mengembalikan dalam bentuk aslinya dengan tangannya. Namun anak yang berusia 5 tahun
mugkin akan berpikir bahwa palstisin yang diratakan mempunyai jumlah lebih banyak dari
bentuk sdebelumnya karena dapat menutup area yang lebuh luas. Meskipun ia dapat
memahami bahwa plastisin yang diratakan tersebut dapat dibentuk menjadi bola kembali
namun ia tetap berpikir bahwa jumlah plastisin yang diratakan lebih banyak dari jumlah
plastisin berbentuk bola.
Dalam skema Piaget menyatakan bahwa ketika anak berusaha membangun pemahaman
mengenai dunia, otak berkembang membentuk skema. Inilah tindakan atau representasi
mental yang mengatur pengalaman.dalam teori Piaget, skema perilaku( aktivitas fisik)
merupakan ciri dari masa bayi dan skema mental (aktivitas kognitif) berkembang pada masa
kanak-kanak. Skema bayi disusun melalui tindakan sederhana yang bias dilakukan terhadap
objek-objek, seperti menyedot, melihat, dan menggenggam. Anak yang lebih tua
mempunyai skema yang meliputi strategi pengklafikasian objek menurut ukuran, bentuk,
atau warna .
2. Teori Kognitif Bruner
Dalam teori perkembangan kogintif menurut Bruner dikatakan bahwa dalam evolusi
perkembangan manusia, Bruner menemukan tiga bentuk system berpikir manusia yang
menstruktur kemampuan manusia dalam memahami dunianya yaitu :
1. Enactive representation, yakni membangun kemampuan berfikir melalui pengalaman
empiric atau pengalaman nyata.
2. Iconic representation,berkaitan dengan kemampuan manusia dalam menyimpan
pengalaman empiric dalam ingatannya.

7
3. Symbolic representation berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami
konsep dan peristiwa yang disajikan melalui bahasa.

3. Teori Kognitif Lev Vygotsky


Terdapat dua hal pokok yang dirumuskan dalam teori kognitif yang dikembangkan oleh
Vygotsky sebagai berikut:
a. Konsep ZPD (Zone of Proximal Development) yang diterapkan melalui scaffolding yaitu
proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimiliknya kepada apa yang harus diketahuinya.
b. Scaffolding merupakan aspek penting dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran
untuk anak usia dini.

D. Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Kognitif


Banyak faktor yang dapat memengaruhi perkembangan kognitif, namun sedikitnya faktor
yang memengaruhi perkembangan kognitif dijelaskan sebagai berikut (Susanto, 2011: 59-
60):
1. Faktor hereditas/keturunan
Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat Schopenhauer,
berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat
dipengaruhi oleh lingkungan. Dikatakan pula bahwa taraf inteligensi sudah ditentukan sejak
anak dilahirkan. Para ahli psikologi Lehrin, Lindzey, dan Spuhier berpendapat bahwa taraf
inteligensi 75-80% merupakan warisan atau faktor keturunan.
2. Faktor lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Meskipun teorinya masih
berada dalam perdebatan, namun teorinya yang disebut dengan teori tabularasa ini belum
dapat sepenuhnya dipatahkan. Teori ini menyatakan bahwa manusia dilahirkan dalam
keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikitpun
ini. Menurut John Locke, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh lingkungannya.
Berdasarkan pendapat Locke, taraf inteligensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan yang diperolehnya dari lingkungan hidupnya.
Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantoro melengkapi pendapat ini dengan menyebutkan bahwa
seseorang dibentuk oleh perpaduan dari dasar dan ajar. Artinya bahwa seorang anak yang
sudah memiliki dasar potensi bawaaan akan menjadi siapa dan seperti apakah dia juga
dipengaruhi oleh faktor ekternal berupa ajar atau penagajaran yang diperolehnya dari
lingkungan.
3. Faktor kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia
kronologis (usia kalender).
4. Faktor pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang memengaruhi perkembangan
inteligensi. Pembentukan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal)
dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia berbuat
inteligen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk poenyesuaian diri.
5. Faktor minat dan bakat

8
Minat mengarahkan oerbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan utnuk berbuat
lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang
akan memengaruhi tingkat kecerdasaannya. Artinya seseorang akan memiliki bakat tertentu,
maka akan semakin mudah dana cepat memperlajarinya.

6. Faktor kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti
bahwa manusia memilih metode-metode tertentu dalam menyelesaikan masalah-masalah,
juga bebas dalam memiilih masalah sesuai kebutuhannya.

E. Proses-proses Kognitif Anak Usia Dini


Piaget seperti yang dikutip oleh Santrock yakin bahwa seorang anak melalui
serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui
tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri (adapt) dengan
lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) dan adanya pengorganisasian struktur
berpikir. Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda dari setiap individu. Cara
anak-anak berpikir pada satu tahap tertentu sangat berbeda dari cara mereka berpikir pada
tahap lain.
Anggapan ini dijelaskan lebih terperinci oleh Piaget seperti yang dikutip oleh F.J.
Monks,dkk. bahwa setiap organisme hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan
fundamental, yaitu kecenderungan untuk (a) adaptasi dan kecenderungan untuk (b)
berorganisasi.
1. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecendurungan bawaan setiap organisme untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kecenderungan adaptasi ini mempunyai dua
komponen atau dua proses yang komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi.
a. Asimilasi yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah lingkungan guna
menyesuaikan dengan dirinya. Contoh: seorang bayi yang memperoleh kebiasaan pola
tingkah laku terhadap lingkungannya berupa memegang apapun yang ia jumpai di
sekitarnya. Setiap anak berada pada stadium atau tingkatan perkembangan tertentu. Stadium
ini sebagian besar menentukan cara anak dalam menginterpretasi suatu tugas verbal yang
diberikan padanya. Misal: anak umur 4 tahun dengan anak umur 6 tahun dapat diberikan
suatu tugas verbal identik, tetapi harus disadari bahwa mereka hanya akan mengerti tugas
tersebut sesuai dengan struktur yang mereka miliki pada tahap atau stadium perkembangan
mereka. Anak mengasimilasi tugas tersebut sesuai dengan struktur kognitifnya.
Pada awalnya, seorang bayi akan mencoba berasimilasi dengan menyentuh, meremas,
bahkan merobek benda-benda yang dijangkaunya. Selanjtnya, anak akan mengasimilasi
objek tersebut dengan memasukkannya ke dalam mulut sebagai ekspresi rasa ingin tahu.
Kemudian , anak akan mengasimilasi dengan cara mencium, menatap dengan detail,
mencoret-coretnya, dan lain sebagainya. Dari pengalaman berasimilasi itulah anak
mempunyai pengetahuuan tentang sesuatu benda. Misalnya, kertas. Anak dapat memiliki
pengetahuan tentang kertas engan cara mengenal bahwa kertas akan kucal jika diremas,
sobek jika ditarik, hancur jika kena air, dapat ditulisi, diwarnai dan lain sebagainya. Inilah
proses asimilasi sebagai sumber pengetahuan pada anak usia dini.

9
b. Akomodasi yaitu kecenderungan organisme untuk merubah dirinya sendiri guna
menyesuaikan diri dengan kelilingnya. Suatu contoh, apabila bayi hendak meraih sesuatu
maka bayi tersebut harus menyesuaikan pengamatannya dengan objek tersebut untuk dapat
melihat dengan baik sehingga ia mampu meraihnya menggunakan tangan setelah
menyesuaikan pola gerakannya sedemikian rupa. Dan pada akhirnya pun ia harus
menyesuaikan raihannya dengan bentuk atau ukuran atau juga berat benda yang dirainya
itu.
Antara proses asimilasi dan proses akomodasi memiliki hubungan yang komplementer.
Dalam setiap tingkah laku anak pasti akan ditemukan proses asimilasi dan akomodasi. Hal
ini dapat dilihat salah satunya melalui cara bayi dalam meraih seseuatu.
2. Kecenderungan organisasi.
Hal ini dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Contoh pada bayi,
yang pada mulanya mempunyai dua struktur tingkah laku yang terpisah: ia dapat meraih
dan ia dapat mengamati sesuatu. Semula anak belum mampu untuk mengintegrasi kedua
struktur tingkah laku ini. Baru kemudian kedua struktur ini dikoordinasi menjadi satu
struktur dalam tingkatan yang lebih tinggi, yaitu dalam apa yang disebut koordinasi mata,
tangan atau koordinasi visio-motorik.
Hubungan antara adaptasi dan organisasi juga bersifat komplementer. Bila seorang anak
melakukan organisasi aktivitasnya, maka ia akan mengasimilasi kejadian baru pada struktur
yang sudah ada dan mengakomodasi struktur yang sudah ada pada situasi baru. Piaget
menamakan kedua proses tadi sebagai faktor biologis.
Ekuilibrium (keseimbangan) juga menduduki tempat yang penting dalam teori Piaget.
Prinsip ekuilibrium yang bersifat biologis ini menjaga agar perkembangan tidak menjadi hal
yang tak karuan, melainkan suatu proses yang teratur. Proses asimilasi dan akomodasi yang
komplementer menyebabkan seseorang selalu berusaha mencapai keadaan yang seimbang
lagi.
Hal ini hanya dapat dilakukan dengan menggabungkan asimilasi dan akomodasi ebagimana
disebutkan di atas. Sebagai contoh, anak –anak pada usia 5- 6 tahun telah terampil
mengendarai sepeda roda tiga. Dalam kemampuannya itu , anak telah mampu merangkai
beberapa ide, sperti kaki mengayuh pedal, tangan memegang setir, mata menatap ke depan,
dan seringkali keala anak tersebut menoleh ke kanan dank e kiri untuk menjaga keselamatan.
Inilah yang disebut dengan organisasi dalam bahasa tendensi biologis.
F. Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Tahap perkembangan kognitif anak usia dini berarti tahap perkembangan kognitif anak dari
sejak lahir sampai pada usia ±8 tahun. Piaget membaginya dalam tahap sensori motorik
untuk usia ±0 – 24 bulan dan tahap pra opersional ±18 – ± 7 tahun. Untuk perkembangan
kognitif pada tahapan sensori motorik, dapat lebih mudah dipelajari melalui tabel yang telah
disarikan dari buku Santrock berikut:
Perkembangan Kognitif Permanensi Objek
Tahap 1 (± 0 – 1 bulan)
Skema refleks bawaan (berwujud tingkah laku refleks)

Tahap 2 (±1 – 4 bulan)


Modifikasi skema stadium 1 atas dasar pengaruh pengalaman, mengakibatkan koordinasi
antara lain koordinasi mata tangan (reaksi sirkuler yang primer) tertuju pada badan sendiri,

10
misal mulai bermain 3 bulan: menolong meraban, bermain-main dengan jari kakinya sendiri
Tahap 1 dan 2 (± 0-4 bulan)
Bayi mengikuti objek yang bergerak dengan mata sampai objek menghilang, perhatian
segera hilang dan memandang sebentar pada tempat objek menghilang
Tahap 3 (± 4-8 bulan)
Perkembangan skema yang menyebabkan akibat yang menarik dalam lingkungan orientasi
ekstern, (reaksi sirkuler yang sekunder ditujukan pada lingkungan, misalnya membuka pintu
atau tas)
– Reaksi sirkuler yang sekunder (Piaget)
– Functionlust(K. Buhler)
– Motivasi efektif = bergaul secara efektif dengan lingkungan (White)
Tiga macam nama untuk satu gejala yang sama, tingkah laku satu mengundang tingkah laku
berikutnya (sirkuler) Tahap 3 (± 4-8 bulan)
Mengikutin objek dengan mata, fiksasi bila gerakan objek berhenti, tahu sebelumnya posisi
yang akan datang berdasarkan proses gerakan. Mengikuti secara visual sampai melampaui
tempat menghilangnya objek Imisal, membungkuk dari kursi untuk melihat objek yang
jatuh). Dapat mengenal objek yang hanya nampak sebagian. Tidak mencoba memegang bila
menghilang meskipn mampu. Tidak heran bila objek menghilang.
Tahap 4 (± 8-12 bulan)
Koordinasi respons stadium 3 mengakibatkan tingkah laku intensional, nampak seperti
“inteligen” (koordinasi reaksi-reaksi sekunder) Tahap 4 (± 8-12 bulan)
Mencoba memegang dengan tangan objek yang menghilang dari pandangan mata.nmencari
terus di tempat menemukan sebelumnya meskipun melihat kalau dipindah. Kebiasaan
motorik: “Carilah di tempat yang sebelumnya kau menemukannya” penting di sini pola aksi
sensoris.
Tahap 5 (± 12-18 bulan)
Trial and error yang aktif, dorongan eksplorasi tertuju pada penemuan skema alat-tujuan
(reaksi sirkuler yang tersier mulai sekarang bukan secara kebetulan melainkan atas dasar
dorongan untuk mengadakan eksplorasi dan manipulasi dengan objek-objek baru) Tahap 5
(± 12-18 bulan)
Mencari objek di tempat yang untuk terakhir dilihatnya menghilang, misal di tangan, bukan
di bawah lap atau layar tempat objek ditinggalkan.
Tahap 6 (± 18-24 bulan)
Penemuan skema alat tujuan yang baru melalui kombinasi mental internal dari skema-skema
yang direpresentasi secara simbolis. Perpindahan dari fungsi sensori motoris ke fungsi
simbolis kognitif (permulaan berpikir) Tahap (± 18-24 bulan)
Anak menggunakan kecakapan simbolis yang baru berkembang untuk membayangkan
kemungkinan berbagai perpindahan yang tidak nampak daripada objek yang tersembunyi,
tidak khusus terikat pada perpindahan yang nampak.

Piaget seperti dalam kutipan Siti Aisyah telah mengidentifikasi 4 periode utama dalam
perkembangan kognitif, yaitu periode sensori motor (lahir s/d 2 tahun) periode
praoperasional (2 s/d 7 tahun), periode operasi konkret (7 s/d 11 tahun) dan periode operasi
formal (11 tahun ketas).
Dalam makalah ini hanya akan dibahas periode sensori motor dan periode praoperasional,
yaitu periode-periode dimana anak mencapai usia 7 tahun. Berikut adalah table kedua

11
periode tersebut beserta penjelasan ringkas tentang ciri-ciri perilaku yang muncul dalam
setiap tahap yang terdapat dalam kedua periode tersebut.
a. Tahap Sensori Motor (Lahir s/d 2 Tahun)
Tahap sensori motor, yaitu sejak lahir hingga sekitar dua tahun dari masa bayi adalah suatu
periode, dapat mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan gerakannya untuk
membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam lingkungan dan
megetahui lingkungannya. Selama dua tahun pertama, bayi berkembang dari mahluk yang
bergerak dengan reflex dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas kepada pemecahan
masalah (problem solver) yang telah belajar banyak tentang dirinya, teman dekatnya, dan
benda serta dalam kejadian dalam dunianya sehari-hari.
1. Perkembangan keterampilan pemecahan masalah
Piaget member cirri bulan pertama hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflex yaitu suatu
periode dimana perilaku bayi terbatas pada latihan reflex yang dialami, menambahkan
obyek baru kedalam skema refleksif ini (sebagai contoh, menghisap selimut dan mainan
seperti menghisap putting susu). Dan menghantarkan reflex kepada benda nyata (bayi mulai
mengenggam dan menghisap benda nyata).
2. Perkembangan imitasi (peniruan)
Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang signifikan bermakna, dan dia sangat
tertarik pada perkembangan adaptasi peniruan tersebut. Pengamatannya mengarahkan pada
keyakinan bahwa bayi tidak mampu meniru respons yang asli yang ditunjukkan oleh contoh
(orang dewasa) hingga usia 8-12 bulan. Akan tetapi skema peniruan bayi ini tidak akurat,
seperti yang dicontohkan. Ketika kita membengkokkan dan meluruskan jari kita, bayi
mungkin akan meniru dengan membuka dan menutup seluruh tangannya. Jadi, peniruan
yang akurat terhadap kejadian respons yang paling sederhana, mungkin akan memerlukan
latihan berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu, dan ratusan contoh dibutuhkan
sebelum bayi usia 8-12 bulan dapat memahami dan menikmati permainan sensori moto,
seperti “cilukba”.

3. Perkembangan ketetapan benda


Salah satu penemuan yang perlu dicatat dalam periode sensori motor ini adalah
perkembangan ketetapan benda, yaitu suatu pemikiran bahwa benda tetap ada ketika benda
tersebut tidak lagi dapat terlihat atau terdeteksi oleh indra lainnya. Jika kita memindahkan
sebuah jam dan menutupnya dengan buku, kita tetap menyadari bahwa jam tersebut masih
tetap ada. Tetapi bayi sangat tergantung pada panca indra dan kemampuan motorik untuk
memahami suatu benda maka ia berpikir bahwa suatu benda ada apabila dapat di indrai.
4. Evaluasi tahap sensori motor dari teori Piaget
Pencapaian intelektual anak selama periode sensori motor benar-benar terlihat. Dalam
waktu 2 tahun yang singkat, anak telah berkembang dari refleksif dan mahluk yang tidak
bergerak kepada pemikir yang terencana yang dapat bergerak sendiri., memecahkan
masalah dikepalanya dan bahkan mengkomunikasikan beberapa pemikirannya kepada
temannya. “penundaan peniruan” muncul lebih awal dari yang telah dikatakan Piaget, dan
bayi yang masi sangat mudah mengetahui lebih banyak tentang benda dari pada yang
diperkirakan orang dewasa padanya.
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Ketika anak memasuki tahap praoperasional, kita melihat peningkatan yang drastis dalam
penggunaan mental simbolnya (kata-kata dan imajinasi) untuk menggambarkan benda,

12
situasi dan kejadian. Pada dasarnya, suatu symbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain. Misalnya kata anjing mewakili binatang berkaki empat, ukuran sedang dan
bersifat lokal.
Contoh yang paling jelas dari penggunaan symbol bagi Piaget adalah bahasa. Contoh lain
penggunaan symbol pada anak kecil adalah penundaan, peniruan, menggambar,
perbandingan mental, dan permainan simbolik (misalnya berpura-pura menggunakan sepatu
sebagai telepon atau memberi makan anjing dengan bubur khayalan).
Masih mengutip piaget, menurutnya, perkembangan kognitif pada anak-anak bermula dari
perhatian mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Pada usia 4 (empat) bulan, misalnya ,
anak mampu mengembangkan apa yang disebut Piaget dengan istilah “Intentionality”.
Intentionnality adalah kemampuan anak dalam melakukan sesuatu agar apa yang
diinginkannya terpenuhi. Istilah ini juga sering disebut dengan tindakan agar rasa ingin
tahunya terjawab. Sekedar contoh, bayi “belajar” bahwa jika dirinya menangis, maka ibu
atau pengasuhnya akan datang. Oleh karena itu ketika bayi belum mampu berkata-kata
sebagaimana orang dewasa, ia hanya akan selalu menangis agara apa yang diinginkannya
dapat tercapai. Bahkan anak yang agak dewasapun, masih sering menangis jika
keinginannya tidak dipenuhi. Itulah,”belajarnya”bayi,menangis.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak–anak akan mencari apa yang dinginkannya secara
mandiri . misalnya nak ingin bermain boneka, maka ia akan mencari boneka yang pernah
dilihatnya. Ia datang mencari ke tempat dimana ia melihat boneka terakhir kalinya. Bahkan,
pada tahap ini anak mampu menyingkirkan barang-barang yang sekiranya menghalangi
boneka dengan dirinya. Dalam situasi tertentu, mungkin ia telah jengkel karena tidak
menemukan boneka yang dinginkannya. Ia protes dengan cara menangis. tetapi hal ini
dilaukann ketika ada orang dewasa di dekatnya. Tangisan itu dimaksudkan agar orang di
dekatnya mau membantu mencari boneka yang sedang dicarinya tersebut.
Kemudian, sekitar usia 18 bulan, penalaran anak-anak sudah mulai berkembang lebih tinggi
. ia sudah mampu mencari benda-benda yang sengaja disembunyikan di berbagai tempat
tersembunyi. Inilah sebabnya mengapa anak-anak pada tahap ini sangat senang jika diajak
bermain petak umpat. Mereka seolah-olah merasa tertantang dengan melakukan permainan
tersebut. Di samping itu, anak-anak pada tahap ini juga telah mampu mengingat perilaku
orang-orang di sekitarnya, mengingat kejadian di masa lalu, kemudian menirukannya.
Setelah itu pada usia antara 3 sampai dengan 4 tahun, anak-anak sudah mulai mampu
melakukan manipulasi lingkungan dan mencoba hal-hal baru. Bahkan, mereka telah mampu
menggeneralisasikan satu situasi kes ituasi yang lain. Dengan tekhnik tertentu, anak-anak
mampu membawa dirinya untuk menguasai berbagai rintangan di lingkungan yang baru saja
mereka temukan tersebut.
Pada tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, anak-anak mulai menaruh perhatian
pada simbol-simbol di sekitarnya. Dalam waktu yang tidak lama, mereka akan mengetahui
bahwa berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri. Pemahaman terhadap
berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri. Pemahaman terhadap
berbagai simbol tersebut secara tidak langsung meransang anak untuk menaruh perhatian
pada kertas yang terdapat gambar menarik dan tulisan di sampingnya. Mulai dari sisni, anak-
anak telah tertarik untuk Belajar membaca, menulis dan berhitung. Tahap ini biasanya
dilalui anak ketika usianya telah mencapai 5,5 hingga 6 tahun.
Selain Piaget, teori dasar kognitif juga dirumuskan oleh seorang ahli perkembangan dari
Rusia yang dikenal dengan nama Lev Vygotsky. Dia seperti yang diutip oleh Siti Aisyah

13
menekankan bahwa (1) perkembangan kognitif muncul dalam konteks budaya sosial yang
mempengaruhi bentuk yang diambilnya, dan (2) kemampuan kognitif anak yang paling
penting akan berkembang dari interaksi sosial dengan orang tua, guru, dan orang-orang lain
yang lebih kompeten.

1. Peranan Budaya dalam Perkembangan Intelektual


Vygotsky mengatakan bahwa bayi dilahirakn dengan sedikir fungsi mental awal yaitu
perhatian, sensasi, persepsi, dan ingatan yang akhirnya diubah oleh budaya ke dalam proses
mental yang lebih baru dan rumit yang ia sebut fungsi mental yang lebih tinggi. Kemampuan
awal anak mengingat dibatasi oleh keterbatasan biologis, yakni terbatas pada imajinasi dan
kesan yang dapat dihasilkan. Akan tetapi, masing-masing budaya menyediakan perangkat
kepada anak-anak untuk beradaptasi secara intelektual yang memungkinkan mereka
menggunakan fungsi-fungsi dasar mental secara lebih adaptif (lebih dapat menyesuaikan
diri).
2. Keaslian Sosial dari Kompetensi Kognitif Awal
Vygotsky setuju dengan pendapat Piaget bahwa anak kecil adalah penjelajah yang selalu
ingin tahu, yang scara aktif terlibat dalam belajar dan menemukan prinsip-prinsip baru.
Akan tetapi dia berpendapat bahwa penemuan yang dihasilkan karena inisiatif sendiri,
seperti yang dikemukakan Piaget, hanya sedikit berkontribusi (menyumbang) pada
perkembangan kognitif anak. Ia lebih memilih pentingnya kontribusi sosial pada
perkembangan kognitif.
3. Zone of Proximal Development (ZPD)
ZPD adalah istilah Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu rumit untuk dikuasai
sendiri, tetapi dapat dikuasai dengan panduan dan dorongan dari orang yang lebih ahli. Zona
of Proximal Development merupakan perbedaan antara apa yang dapat dicapai pembelajar
secara mandiri dan apa yang dapat dicapainya dengan panduan dan dukungan atau dorongan
dari orang yang lebih ahli. Contoh seorang anak yang sedang berusaha menyelesaikan
puzzle dan dilakukan dengan baik dengan bantuan ayahnya daripada tanpa bantuan. Dan
yang lebih penting lagi dia akan meresapi teknik penyelesaian masalah tersebut berdasarkan
pengalaman yang ia lakukan dalam berkolaborasi bersama ayahnya untuk kemudian dia
dapat menggunakannya sendiri.
Salah satu bentuk dari kolaborasi sosial yang mendorong pertumbuhan kognitif adalah
scaffolding (pijakan), yaitu kecenderugnan dari orang yang lebih ahli untuk secara hati-hati
menyesuaikan bantuan yang diberikannya kepada situasi pembelajar yang baru sehingga
pembelajar mendapat keuntungan dari bantuan tersebut dan meningkatkan pemahamannya
tentang suatu masalah. Scaffolding muncul bukan hanya dalam pendidikan formal, tetapi
setiap saat dapat terjadi jika orang yang lebh ahli menyesuaikan bantuannya untuk memandu
seseorang kepada tingkat kemampuan yang hamper sama dengannya. Perilaku ayah Annie,
seperti pada contoh terdahulu menggambarkan bukan hanya ZPD, tetapi juga scaffolding.
4. Masa Belajar dalam Berpikir dan Partisipasi Terbimbing
Pada beberapa budaya dikatakan Rogoff seperti yang ditulis oleh Siti Aisyah , bahwa anak
tidak belajar dengan pergi ke sekolah bersama anak lainnya, juga tidak belajar dari orang
tuanya yang mengajarkan secara formal pelajaran tertentu seperti menenun dan berburu.
Tetapi ia belajar melalui partisipasi yang terbimbing yaitu secara aktif berpartisipasi dalam
kegiatan yang relevan dengan budayanya bersama orang yang lebih ahli yang menyediakan
bantuan dan dorongan yang diperlukan.

14
Partisipasi terbimbing adalah suatu masa belajar dalam berpikir yang bersifat informal, di
mana kognisi anak dibentuk pada saat ia ikut serta bersama orang dewasa dan teman yang
ahli lainnya dalam tugas yang relevan dengan budayanya setiap hari, seperti menyiapkan
makanan, mencari jejak sasaran buruan, mencuci baju, bercocok tanam atau hanya
bercakap-cakap tentang dunia di sekelilingnya. Barbara Rogoff meyakini bahwa
pertumbuhan kognitif dibentuk sebanyak-banyaknya melalui transaksi informal orang
dewasa dengan anak dari pada pengajaran yang lebih formal atau pengalaman belajar dalam
pendidikan.

Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikannya juga telah


menetapkan kebijakan berkaitan dengan tahapan perkembangan anak yang dapat digunakan
sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum. Kurikulum yang disusun untuk
memberikan stimulasi pada Anak Usia Dini sesuai dengan capaian perkembangannya.
Berikut ini tabel standar tingkat pencapaian perkembangan kognitif pada Anak Usia Dini
sesuai Peraturan Menteri nomor 58 tahun 2009 tentang standar Pendidikan Anak Usia Dini:

Tabel Capaian Perkembangan Usia 0 – 12 bulan


Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan
<3
bulan 3 – < 6
bulan 6 – <9
bulan 9 – <12 bulan
A. Mengenali apa yang diinginkan Membedakan apa yang diinginkan (ASI atau DOT)
Memperhatikan permainan yang diinginkan Mengamati benda yang bergerak Mulai
memahami perintah sederhana
B. Menunjukkan reaksi atas rangsangan Berhenti menangis saat keiingannya terpenuhi
(setelah digendong atau diberi susu) Mengulurkan kedua tangan untuk digendong 1.
Berpaling ke arah sumber suara
2. Mengamati benda yang dipegang kemudian dijatuhkan 1. Menunjukkan reaksi saat
namanya dipanggil
2. Mencoba mencari benda yang disembunyikan
3. Mencoba membuka/melepas benda yang tertutup

Tabel Capaian Perkembangan Usia 12 – 24 bulan


Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan
12 – < 18 bulan 18 – < 24 bulan
A. Mengenali Pengetahuan Umum 1. Menyebut beberapa nama benda
2. Menanyakan nama benda yang belum dikenal
3. Mengenal beberapa warna primer (merah, kuning, biru)
4. Menyebut nama sendiri dan orang-orang yang dikenal 1. Mempergunakan alat permainan
dengan semaunya seperti memukul-mukul balok
2. Mulai memahami gambar wajah orang
3. Mulai memahami prinsip milik orang lain (milik saya, milik kamu)

15
B. Mengenal konsep ukuran dan bilangan Membedakan ukuran benda (besar-kecil)
Membilang sampai lima

Tabel Capaian Perkembangan Usia 2 – 4 tahun


Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan
2 – 3 tahun 3 – 4 tahun
A. Mengenali Pengetahuan Umum 1. Menyebut bagian-bagian suatu gambar seperti gambar
wajah orang, mobil, binatang, dsb.
2. Mengenal bagian-bagian tubuh (lima bagian) 1. Menemukan atau mengenali bagian yang
hilang dari suatu pola gambar seperti wajah orang, mobil, binatang, dsb.
2. Menyebutkan berbagai nama makanan dan rasanya (garam, gula, dan cabai)
3. Memahami perbedaan antara dua hal dari jenis yang sama seperti membedakan antara
buah rambutan dan pisang, perbedaan antara ayam dan kucing
B. Mengenal konsep ukuran, bentuk, dan pola 1. Mengenal konsep ukuran (besar-kecil,
panjang-pendek)
2. Mengenal tiga macam bentuk ( , , )
3. Mulai mengenal pola 1. Menempatkan benda dalam urutan ukuran (paling kecil-paling
besar).
2. Mulai mengikuti pola tepuk tangan.
3. Mengenal konsep banyak dan sedikit.

Tabel Capaian Perkembangan Usia 4 – 6 tahun


Lingkup Perkembangan
Kognitif Tingkat Pencapaian Perkembangan
4 – 5 tahun 5- 6 tahun
A. Pengetahuan umum dan sains 1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk
memotong, pensil untuk menulis)
2. Menggunakan benda-benda sebagai permainan simbolik (kursi sebagai mobil)
3. Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya
4. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap, terang,
temaram, dsb)
3. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri 1. Mengklasifikasikan benda
berdasarkan fungsi
2. Menunjukkan aktivitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi
ketika air ditumpahkan)
3. Menyusun perencanaan kegiatan apa yang akan dilakukan
4. Mengenal sebab-akibat tentang lingkungannya(angin bertiup menyebabkan daun
bergerak, air dapat menyebabkan sesuatu menjadi basah)
5. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan (seperti: ayo kita bermain pura-
pura seperti burung)
6. Memecahkan masalh sederhana dalam kehidupan sehari-hari
B. Konsep bentuk, dan pola 1. Mengklasifikasikan bentuk atau warna atau ukuran
2. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis
atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi

16
3. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
4. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna 1. Mengenal perbedaan
ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”; “paling/ter”
2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)
3. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak kedalam kelompok yang sama atau
kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi
4. Mengenal pola ABCD-ABCD
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya
C. Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf 1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit
2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
3. Mengenal konsep bilangan
4. Mengenal lambang bilangan
5. Mengenal lambang huruf 1. Menyebutkan lambing bilangan 1-10
2. Mencocokkan bilangan dengan lambing bilangan
3. Mengenal berbagai macam lambing huruf vocal dan konsonan

G. Klasifikasi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini


Dengan pengetahuan pengembangna kognitif akan lebih mudah bagi orang dewasa lainnya
dalam menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga akan tercapau optimalisasi
potensial pada masing-masing anak.
Adapun tujuan pengembangan kognitif diarahkan pada pengembangan kemampuan
auditory, visual, taktik, kinestetik, aritmetika, geometri, dan sains permulaan. Uraian
masing-masing bidang pengembangan ini sebagai berikut :
1. Pengembangan auditory
Kemampuan ini berhubungan dengan bunyi atau indra pendengaran anak, seperti : (a)
mendengarkan atau menirukan bunyi yang didengar sehari-hari, (b) mendengarkan
nyanyian atau syair dengan baik, (c) mengikuti perintah lisan sederhana, (d) mendengarkan
cerita dengan baik, (e) mengungkapkan kembali cerita sederhana, (f) menebak lagu atau
apresiasi musik, (g) mengikuti ritmis dengan bertepuk, (h) menyebutkan nama-nama hari
dan bulan, (i) mengetahui asal suara, (j) mengetahui nama benda yang dibunyikan.
2. Pengembangan visual
Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan, dan
persepsi anak terhadap lingkungan sekitarnya. Adapun kemampuan yang dikembangkan,
yaitu: (a) mengenali benda-benda sehari-hari, (b) membandingkan benda-benda dari yang
sederhana menuju ke yang lebih kompleks, (c) mengetahui benda dalam ukuran, bentuk,
atau dari warnanya, (d) mengetahui adanya benda yang hilang apabila ditunjukkan sebuah
yang belum sempurna atau janggal, (e) menjawab pertanyaan tentang sebuah gambar dari
seri lainnya, (f) menyusun potongan teka-teki mulai dari yang sederhana sampai pada yang
lebih rumit, (g) mengenali namanya sendiri bila tertulis, (h) mengenali huruf dan angka.
3. Pengembangan taktik
Kemampuan ini berhubungn dengan pengembangan tekstur (indera peraba). Adapun
kemampuan yang akan dikembangkan yaitu: (a) mengembangkan indera sentuhan, (b)
mengembangkan kesadaran akan berbagai tekstur, (c) mengembangkan kosakata untuk
mengembangkan berbagai tekstur seperti tebal, tipis, halus-kasar, panas-dingin, dan tekstur
kontras lainnya, (d) mengembangkan kosakata untuk menggambarkan berbagai tekstur, (e)

17
bermain di bak pasir, (f) bermain air, (g) dengan plastisin, (h) menebak dengan meraba
tubuh teman, meraba dengan kertas amplas, (i) meremas kertas koran, (j) meraup biji-bijian.
4. Pengembangan kinestetik
Kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan atau
motorik halus yang memengaruhi perkembangan kognitif. Kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan tangan dapat dikembangkan dengan permainan-permainan, yaitu: (a)
finger painting dengan tepung kanji, (b) menjiplak huruf-huruf geometri, (c) melukis dengan
cat air, (d) mewarnai dengan sederhana, (e) menjahit dengan sederhana, (f) merobek kertas
koran, (g) menciptakan bentuk-bentuk dengan balok, (h) mewarnai gambar, (i) membuat
gambar sendiri dengan berbagai media, (j) menjiplak bentuk lingkaran, bujur sangkar,
segitiga, atau empat persegi panjang, (k) memegang dan menguasai sebatang pensil, (l)
menyusun atau menggabungkan potongan gambar atau teka-teki dalam bentuk sederhana,
(m) mampu menggunakan gunting dengan baik, (n) mampu menulis.
5. Pengembangan aritmetika
Kemampuan yang diarahkan untuk penguasaan berhitung atau konsep berhitung permulaan.
Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengenali atau membilang angka,
(b) menyebut urutan bilangan, (c) menghitung benda, (d) mengenali himpunan dengan nilai
bilangan berbeda, (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda, (f)
mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian dengan menggunakan konsep dari konkret ke abstrak, (g) menghubungkan
konsep bilangan dengan lambang bilangan, (h) menggunakan konsep waktu misalnya hari
ini, (i) menyatakan waktu dengan jam, (j) mengurutkan lima hingga sepuluh benda
berdasarkan urutan tinggi besar, (k) mengenai penambahan dan pengurangan.
6. Pengembangan geometri
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Adapun
kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) memilih benda menurut warna, bentuk,
dan ukurannya, (b) mencocokkan benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya, (c)
membandingkan benda menurut ukurannya (besar, kecil, panjang, lebar, tinggi, dan rendah),
(d) mengukur benda secara sederhana, (e) mengerti dan menggunakan bahasa ukuran,
seperti besar-kecil, tinggi-rendah, dan panjang-pendek, (f) menciptakan bentuk dari
kepingan geometri, (g) menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk
geometri, (h) mencontoh bentuk-bentuk geometri, (i) menyebut, menunjukkan, dan
mengelompokkan segi empat, (j) menyusun menara dari delapan kubus, (k) mengenal
ukuran panjang, berat, dan isi, (l) meniru pola dengan empat kubus.

7. Pengembangan sains permulaan


Kemampuan ini berhubungan dengan berbagai percobaan atau demonstrasi sebagai suatu
pendekatan secara saintifik atau logis, tetapi tetap dengan mempertimbangkan tahapan
berpikir anak. Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengeksplorasi
berbagai benda yang ada di sekitarnya, (b) mengadakann berbagai percobaan sederhana, (c)
mengomunikasikan apa yang telah diaamti dan diteliti. Contoh kegiatan yang dapat
dikembangkan melalui permainan, sebagai berikut: proses merebus atau membakar jagung,
membuat jus, warna dicampur, mengenal asal mula sesuatu, balon ditiup lalu dilepas, benda
kecil dilihat dengan kaca pembesar, besi berani didekatkan dengan macam-macam benda,
biji ditanam, benda-benda dimasukkan ke dalam air, mengenal sebab akibat mengapa sakit
gigi, dan mengapa lapar.

18
H. Strategi Pengembangan Kemampuan Kognitif untuk Anak Usia Dini
Hal yang terpenting adalah cara menigkatkan perkembangan kognitif anak usia dini. Secara
sederhana, Suryadi menyebutkan perkembangan kognitif terdiri atas dua bidang: yakni
logika-matematika dan sains. Oleh karena itu, cara meningkatkan perkembangan kognitif
pada anak usia dini juga berkutat seputar dua bidang pelajaran tersebut, yakni logika-
matematika dan sains. Beberapa langkah berikut ini bisa dilakukan untuk meningkatkan
perkembangan anak usia dini.
a. Meningkatkan kemampuan berpikir logis
Berfikir logis sangat dibutuhkan anak-anak, karena kemampuan ini dapat mendidik
kedisiplinan yang sangat kuat. Logika berperan besar dalam menjadikan anak-anak semakin
dewasa dengan keputusan-keputusan matangnya.
b. Menemukan hubungan sebab akibat
Dalam pengertian yang lebih luas, menemukan hukum sebab akibat dapat ditempuh dengan
membuat hubungan anatara dua variabel atau lebih. Dari dua hubungan tersebut, dapat
diketahui, bahwa akibat dari suatu peristiwa ada sebabnya. Misalnya, penyebab kematian
adalah sakit, penyebab rumah terbakar adalah hubungan arus pendek, penyebab mesin
mogok adalah kerusakan dan lain sebagainya.
c. Meningkatkan pengertian pada bilangan
Pernahkan anda menemukan orang yang sangat cepat dalam menghitung. Bukan
menghitung dengan kalkulator atau komputer, melainkan berhitung secara awangan atau
mencongak.jika pernah, maka ketahuilah bahwa orang tersebut mempunyai kepekaan
terhadap bilangan sangat tinggi.
Dengan bekal kepekaan terhadap angka dan bilangan inilah anak menjadi lebih mengerti
dan cepat dalam memahami hubungan sebab-akibat.
Secara sederhana, berbagai elemen yang dapat meningkatkan perkembangan kognitifanak
usia dini dapat dibagi ke dalam dua konsep, yakni logika matematka dan sains.kedua konsep
ini dapatdilihat pada skema berikut :

Skema konsep stimulasi pengembangan kognitif melalui logika matematika pada anak usia
dini

Skema konsep stimulasi pengembangan kognitif melalui pelajaran sains pada anak usia dini

Skema konsep stimulasi pengembangan kognitif melalui pelajaran logika matematika pada
anak usia dini. Skema konsep stimulasi pengembangan koginitif melalui pelajaran sains
pada anak usia dini.
Setelah melakukan berbagai bentuk stimulasi yang mencakup minimaldua hal diatas (logika
matematika dan sains).diharapkan pengembangan kognitif padaanak usia dini dapat
meningkat tajam, sehingga ia mampu mencapai tahapan-tahapan perkembangan kognitif
inilah akan menopang kecerdasan anak tersebut.berikut ini tabel capaian perkembangan
kognitif pada anak usia dini.
Tabel Capaian Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini
No Anak Usia Capaian Perkembangan Kognitif
1 Lahir – 1 tahun a. Mengenal benda

19
b. Mengenal bentuk
2 1-2 tahun a. Mengenal warna
b. Mengenal rasa manis, pahit dan asin
c. Mengenal bilangan 1 dan 2
3 2-3 tahun a. Mampu mengelompokkan benda yang berbentuk sama
b. Mampu membedakan bentuk,lingkaran dan bujur sangkar
c. Mampu membedakan rasa dan warna
d. Mengenal bilangan hingga hitungan 5
4 3- 4 tahun a. Mampu membedakan bentuk dan ukuran (besar-kecil,panjang – pendek,
sedikit-banyak,dan lain-lain)
b. Mampu mengurutkan angka satu sampai dngan sepuluh
c. Mampu membeda – bedakan warna lebih banyak (merah- hijau, hitam – putih , biru-ungu,
dan lain-lain)
5 4- 5 tahun a. Menunjukkan rasa ingin tahu mengenai cara kerja sesuatu
b. Suka membongkar mainannya untuk sekedar melihat apa yang ada di dalamnya dan
kemudian dirangkai lagi
c. Suka mengurut urutkan (membuat urutan)sesuatu dari yang paling kecil, agak besar,
hingga yang paling besar, atau sebaliknya
6 5- 6 tahun a. Mampu mengurutkan bilangan 1 hingga (minimal) 50
b. Senang dengan permainan otak atik bilangan
c. Menyukai permainan dengan komputer
d. Dengan mudah meletakkan benda sesuai dengan kelompoknya

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini adalah sesuatu yang merujuk pada
perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak
konsepsi hingga usia 8 tahun.
2. Urgensi perkembangan kemampuan kognitif anak usia dini yaitu dimana melalui
pengembangan kognitif fungsi berpikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat
untuk mengatasi suatu situasi dan untuk memecahkan suatu masalah
3. Teori dasar perkembangan kognitif. Ada beberapa tokoh yang merumuskan teori
kognitif berdasarkan hasil penelitian mereka. Masing-masing yaitu yang terkenal
adalah Jean Piaget, Bruner, dan Lev Vygotsky.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu: (1) Hereditas/
Keturunan, (2) Lingkungan, (3) Kemantangan, (4) Pembentukan, (5) Minat dan
Bakat, dan (6) kebebasan
5. Proses Kogntif pada Anak Usia Dini yaitu:
Adaptasi, disini adabtasi mempunyai 2 proses komplementer yaitu asimilasi dan
akomodasi. Proses yang berikut yaitu kecenderungan organisasi.
6. Tahap perkembangan kognitif AUD berarti tahap perkembangan kognitif anak dari
sejak lahir sampai pada usia ± 8 tahun. Piaget membaginya dalam tahap sensori
motorik untuk usia ± 0-24 bln dan tahap pra operasioanal ± 18 – ± 7 tahun.
7. Klasifikasi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini yaitu: (1) Pengembangan
Auditory, (2) pengembangan visual, (3) Pengembangan taktik, (4) Pengembangan
kinestetik, (5) Pengemabangan Arimatika, (6) Pengembangan Geometri, (7)
Pengemabangan Sains Permulaan.
8. Strategi pengembagan kemampuan kognitif anak usia dini yaitu untuk: (1)
meningkatkan kemampuan berpikir logis, (2) menemukan hubungan sebab akibat,
(3) Meningkatkan pengertian pada bilangan.

B. Saran

Sebagai pendidik dan calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi orang tua dan calon
orangtua sebaiknya memahami perkembangan kognitif anak usia dini dan bisa
mengembangkannya sejak dari masa konsepsi agar dapat memberikan stimulasi yang tepat
pada anak sesuai dengan hakikat anak usia dini dan tahap perkembangannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2012. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Perdana Media Group.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Monks F.J., Knoers A.M.P., & Hadintono Siti R.. 2006. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Myrnawati, C.H. 2012. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 6 No. 2. Jakarta:
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Program Program Pascasarjana Universitas
Negeri Jakarta.
Santrock, John W.. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Erlangga
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini . Jakarta: Kencana
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta

22

Anda mungkin juga menyukai