Disusun Oleh :
1. Suranta (2020191101609)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-Nya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang “Memahami Tahap Perkembangan Konitif
AUD”
Ada pun isi dari makalah ini adalah tentang Anak Usia Dini adalah sesuatu yang merujuk
pada perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak
konsepsi hingga usia 8 tahun.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan kita semua dan dapat memenuhi tugas yang
Ibu berikan kepada penulis.
Penulis merasa penyusunan ini masih terdapat kekurangan untuk itu, penulis menerima
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai perbaikan bagi penulis untuk masa
yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 2
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu bertumbuh dan berkembang.
Anak usia dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu bertumbuh dan berkembang
bahkan lebih pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas
perkembangan anak di masa depanya, sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya
sejak dini.
Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini adalah hal sangat penting
mengingat 80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini. Elastisitas
perkembangan otak anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun
kehidupannya, 20% siasanya ditentukan selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-
kanak. Dan tentu saja bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat
sesuai dengan tingkat perkembangan anak usia dini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan
dalam makalah ini antara lain:
1. Apakah definisi perkembangan kognitif anak usia dini?
2. Apakah urgensi pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini?
3. Apa teori dasar perkembangan kognitif?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini?
5. Bagaimana proses-proses kognitif pada anak usia dini?
6. Bagaimanakah tahap perkembangan kognitif anak usia dini?
7. Bagaimana klasifikasi perkembangan anak usia dini?
8. Apa strategi Pengembangan Kemampuan Kognitif untuk Anak Usia Dini?
1
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan-pertanyaan penting yang dirumuskan
dalam makalah ini antara lain:
1. Menjelaskan definisi perkembangan kognitif anak usia dini
2. Menyebutkan pentingnya pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini
3. Mendeskripsikan teori dasar perkembangan kognitif
4. Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini
5. Menjelaskan proses-proses kognitif pada anak usia dini
6. Menjelaskan tahap perkembangan kognitif anak usia dini
7. Menjelaskan klasifikasi perkembangan anak usia dini
8. Menyebutkan strategi Pengembangan Kemampuan Kognitif untuk Anak Usia Dini
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perkembangan adalah multidimensional, maksudnya ada;ah perkembangan terdiri
atas dimensi-dimensi yang berupa dimensi biologis, kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu
dimensi seperti intelegensi, ada banyak komponen, seperti intelegensi abstrak, intelegensi
nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain.
Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa atau komponen dari suatu dimensi
dapat meningkat dalam pertumbuhan, sementara atau komponen lain menurun. Misalnya,
orang dewasa tua dapat semakin arif karena mampu menjadikan pengalaman sebagai
panduan bagi pengambilan keputusan intelektual, tetapi melaksanakan secara lebih buruk
tugas-tugas yang menuntut kecepatan dalam memproses informasi.
Perkembangan adalah lentur (plastis), maksudnya ia bergantung pada kondisi kehidupan
individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan. Suatu agenda penelitian
perkembangan kunci ialah pencarian akan kelenturan dan hambatan-hambatannya.
Misalnya, para peneliti telah mendemonstrasikan bahwa kemampuan penalaran orang
dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan.
Perkembangan melekat secara kesejarahan (historically embredded), yang
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan. Pengalaman orang-orang yang berusia 40
tahun yang hidup pada masa Depresi Berat (Great Depression) sangat berbeda dari
pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada akhir Perang Dunia II yang
optimistik. Orientasi karir kebanyakan perempatan berusia 30 tahun pada tahun 1990-an
sangat berbeda dari orientasi karir kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada tahun
1950-an.
Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin. Para psikolog, sosiologi,
antorpologi, neurosains, peneliti kesehatan, dan dunia pendidikan semuanya mempelajari
perkembangan manusia dan berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan
sepanjang masa hidup.
Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara tegrus menerus merespons dan bertindak
berdasarkan konteks, yang meliputi make up biologis, lingkungan lingkungan fisik, serta
konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan seseorang. Dalam pandangan kobtekstual,
individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.
Menurut Myrnawati , kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam otak pada
waktu manusia sedang berpikir atau proses pengolahan informasi.
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui.
Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan,dan penggunaan
pengetahuan . Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan
syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara
bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat
susunan syaraf. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk
menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses
kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang
dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar .
Beberapa ahli yang berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefenisikan intelektual
atau kognitif dengan berbagai pendapat. Seperti halnya defenisi intelegensi menurut
Gardner. Menurut Gardner intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Lebih
lanjut Gardner mengajukan konsep pluralistis dari intelegensi dan membedakannya kepada
delapan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari, intelegensi itu tidak berfungsi
4
dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari sejumlah
intelegensi yaitu intelegensi linguistic, ligis,spasial, music, kinestetika, intrapribadi dan
antarpribadi, dan naturalistis.
Perkembangan Kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari
berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan,
dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, dari hari ke hari sepanjang
pertumbuhannya. Perkembangan pikirannya, seperti: (1) belajar tentang orang, (2) belajar
tentang sesuatu, (3) belajar tentang kemampun-kemampuan baru, (4) memperoleh banyak
ingatan, dan (5) menambah banyak pengalaman. Sepanjang perkembangannya pikran anak,
maka anak akan menjadi lebih cerdas .
5
5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah
(spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan)
6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada
akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri
Menurut Sunaryo Kartadinata dakan jurnal pendidikan Pedagogia Vol. 1 April 2003
yang telah dikutip oleh Ahmad Susanto menyebutkan bahwa perkembangan otak,
struktur otak anak tumbuh terus setelah lahir. Sejumlah riset menunjukkan bahwa
pengalaman usia dini, imajinasi yang terjadi, bahasa yang didengar, buku yang
ditunjukkan, akan turut membentuk jaringan otak.
6
Piaget menggunakan istilah skema untuk mendeskripsikan model atau struktur mental yang
kita ciptakan untuk mempersentasikan, mengorganisasi, dan menginterpretasi pengalaman
kita. Piaget mendeskripsikan tiga macam susunan intelektual yaitu:
7
3. Symbolic representation berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami
konsep dan peristiwa yang disajikan melalui bahasa.
8
Minat mengarahkan oerbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan utnuk berbuat
lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai
potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang
akan memengaruhi tingkat kecerdasaannya. Artinya seseorang akan memiliki bakat tertentu,
maka akan semakin mudah dana cepat memperlajarinya.
6. Faktor kebebasan
Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti
bahwa manusia memilih metode-metode tertentu dalam menyelesaikan masalah-masalah,
juga bebas dalam memiilih masalah sesuai kebutuhannya.
9
b. Akomodasi yaitu kecenderungan organisme untuk merubah dirinya sendiri guna
menyesuaikan diri dengan kelilingnya. Suatu contoh, apabila bayi hendak meraih sesuatu
maka bayi tersebut harus menyesuaikan pengamatannya dengan objek tersebut untuk dapat
melihat dengan baik sehingga ia mampu meraihnya menggunakan tangan setelah
menyesuaikan pola gerakannya sedemikian rupa. Dan pada akhirnya pun ia harus
menyesuaikan raihannya dengan bentuk atau ukuran atau juga berat benda yang dirainya
itu.
Antara proses asimilasi dan proses akomodasi memiliki hubungan yang komplementer.
Dalam setiap tingkah laku anak pasti akan ditemukan proses asimilasi dan akomodasi. Hal
ini dapat dilihat salah satunya melalui cara bayi dalam meraih seseuatu.
2. Kecenderungan organisasi.
Hal ini dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
mengintegrasi proses-proses sendiri menjadi sistem-sistem yang koheren. Contoh pada bayi,
yang pada mulanya mempunyai dua struktur tingkah laku yang terpisah: ia dapat meraih
dan ia dapat mengamati sesuatu. Semula anak belum mampu untuk mengintegrasi kedua
struktur tingkah laku ini. Baru kemudian kedua struktur ini dikoordinasi menjadi satu
struktur dalam tingkatan yang lebih tinggi, yaitu dalam apa yang disebut koordinasi mata,
tangan atau koordinasi visio-motorik.
Hubungan antara adaptasi dan organisasi juga bersifat komplementer. Bila seorang anak
melakukan organisasi aktivitasnya, maka ia akan mengasimilasi kejadian baru pada struktur
yang sudah ada dan mengakomodasi struktur yang sudah ada pada situasi baru. Piaget
menamakan kedua proses tadi sebagai faktor biologis.
Ekuilibrium (keseimbangan) juga menduduki tempat yang penting dalam teori Piaget.
Prinsip ekuilibrium yang bersifat biologis ini menjaga agar perkembangan tidak menjadi hal
yang tak karuan, melainkan suatu proses yang teratur. Proses asimilasi dan akomodasi yang
komplementer menyebabkan seseorang selalu berusaha mencapai keadaan yang seimbang
lagi.
Hal ini hanya dapat dilakukan dengan menggabungkan asimilasi dan akomodasi ebagimana
disebutkan di atas. Sebagai contoh, anak –anak pada usia 5- 6 tahun telah terampil
mengendarai sepeda roda tiga. Dalam kemampuannya itu , anak telah mampu merangkai
beberapa ide, sperti kaki mengayuh pedal, tangan memegang setir, mata menatap ke depan,
dan seringkali keala anak tersebut menoleh ke kanan dank e kiri untuk menjaga keselamatan.
Inilah yang disebut dengan organisasi dalam bahasa tendensi biologis.
F. Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Tahap perkembangan kognitif anak usia dini berarti tahap perkembangan kognitif anak dari
sejak lahir sampai pada usia ±8 tahun. Piaget membaginya dalam tahap sensori motorik
untuk usia ±0 – 24 bulan dan tahap pra opersional ±18 – ± 7 tahun. Untuk perkembangan
kognitif pada tahapan sensori motorik, dapat lebih mudah dipelajari melalui tabel yang telah
disarikan dari buku Santrock berikut:
Perkembangan Kognitif Permanensi Objek
Tahap 1 (± 0 – 1 bulan)
Skema refleks bawaan (berwujud tingkah laku refleks)
10
misal mulai bermain 3 bulan: menolong meraban, bermain-main dengan jari kakinya sendiri
Tahap 1 dan 2 (± 0-4 bulan)
Bayi mengikuti objek yang bergerak dengan mata sampai objek menghilang, perhatian
segera hilang dan memandang sebentar pada tempat objek menghilang
Tahap 3 (± 4-8 bulan)
Perkembangan skema yang menyebabkan akibat yang menarik dalam lingkungan orientasi
ekstern, (reaksi sirkuler yang sekunder ditujukan pada lingkungan, misalnya membuka pintu
atau tas)
– Reaksi sirkuler yang sekunder (Piaget)
– Functionlust(K. Buhler)
– Motivasi efektif = bergaul secara efektif dengan lingkungan (White)
Tiga macam nama untuk satu gejala yang sama, tingkah laku satu mengundang tingkah laku
berikutnya (sirkuler) Tahap 3 (± 4-8 bulan)
Mengikutin objek dengan mata, fiksasi bila gerakan objek berhenti, tahu sebelumnya posisi
yang akan datang berdasarkan proses gerakan. Mengikuti secara visual sampai melampaui
tempat menghilangnya objek Imisal, membungkuk dari kursi untuk melihat objek yang
jatuh). Dapat mengenal objek yang hanya nampak sebagian. Tidak mencoba memegang bila
menghilang meskipn mampu. Tidak heran bila objek menghilang.
Tahap 4 (± 8-12 bulan)
Koordinasi respons stadium 3 mengakibatkan tingkah laku intensional, nampak seperti
“inteligen” (koordinasi reaksi-reaksi sekunder) Tahap 4 (± 8-12 bulan)
Mencoba memegang dengan tangan objek yang menghilang dari pandangan mata.nmencari
terus di tempat menemukan sebelumnya meskipun melihat kalau dipindah. Kebiasaan
motorik: “Carilah di tempat yang sebelumnya kau menemukannya” penting di sini pola aksi
sensoris.
Tahap 5 (± 12-18 bulan)
Trial and error yang aktif, dorongan eksplorasi tertuju pada penemuan skema alat-tujuan
(reaksi sirkuler yang tersier mulai sekarang bukan secara kebetulan melainkan atas dasar
dorongan untuk mengadakan eksplorasi dan manipulasi dengan objek-objek baru) Tahap 5
(± 12-18 bulan)
Mencari objek di tempat yang untuk terakhir dilihatnya menghilang, misal di tangan, bukan
di bawah lap atau layar tempat objek ditinggalkan.
Tahap 6 (± 18-24 bulan)
Penemuan skema alat tujuan yang baru melalui kombinasi mental internal dari skema-skema
yang direpresentasi secara simbolis. Perpindahan dari fungsi sensori motoris ke fungsi
simbolis kognitif (permulaan berpikir) Tahap (± 18-24 bulan)
Anak menggunakan kecakapan simbolis yang baru berkembang untuk membayangkan
kemungkinan berbagai perpindahan yang tidak nampak daripada objek yang tersembunyi,
tidak khusus terikat pada perpindahan yang nampak.
Piaget seperti dalam kutipan Siti Aisyah telah mengidentifikasi 4 periode utama dalam
perkembangan kognitif, yaitu periode sensori motor (lahir s/d 2 tahun) periode
praoperasional (2 s/d 7 tahun), periode operasi konkret (7 s/d 11 tahun) dan periode operasi
formal (11 tahun ketas).
Dalam makalah ini hanya akan dibahas periode sensori motor dan periode praoperasional,
yaitu periode-periode dimana anak mencapai usia 7 tahun. Berikut adalah table kedua
11
periode tersebut beserta penjelasan ringkas tentang ciri-ciri perilaku yang muncul dalam
setiap tahap yang terdapat dalam kedua periode tersebut.
a. Tahap Sensori Motor (Lahir s/d 2 Tahun)
Tahap sensori motor, yaitu sejak lahir hingga sekitar dua tahun dari masa bayi adalah suatu
periode, dapat mengkoordinasikan input sensor dan kemampuan gerakannya untuk
membentuk skema perilaku yang memungkinkannya bergerak dalam lingkungan dan
megetahui lingkungannya. Selama dua tahun pertama, bayi berkembang dari mahluk yang
bergerak dengan reflex dan dengan pengetahuan yang sangat terbatas kepada pemecahan
masalah (problem solver) yang telah belajar banyak tentang dirinya, teman dekatnya, dan
benda serta dalam kejadian dalam dunianya sehari-hari.
1. Perkembangan keterampilan pemecahan masalah
Piaget member cirri bulan pertama hidup bayi sebagai tahap kegiatan reflex yaitu suatu
periode dimana perilaku bayi terbatas pada latihan reflex yang dialami, menambahkan
obyek baru kedalam skema refleksif ini (sebagai contoh, menghisap selimut dan mainan
seperti menghisap putting susu). Dan menghantarkan reflex kepada benda nyata (bayi mulai
mengenggam dan menghisap benda nyata).
2. Perkembangan imitasi (peniruan)
Piaget menemukan adanya adaptasi peniruan yang signifikan bermakna, dan dia sangat
tertarik pada perkembangan adaptasi peniruan tersebut. Pengamatannya mengarahkan pada
keyakinan bahwa bayi tidak mampu meniru respons yang asli yang ditunjukkan oleh contoh
(orang dewasa) hingga usia 8-12 bulan. Akan tetapi skema peniruan bayi ini tidak akurat,
seperti yang dicontohkan. Ketika kita membengkokkan dan meluruskan jari kita, bayi
mungkin akan meniru dengan membuka dan menutup seluruh tangannya. Jadi, peniruan
yang akurat terhadap kejadian respons yang paling sederhana, mungkin akan memerlukan
latihan berhari-hari atau mungkin berminggu-minggu, dan ratusan contoh dibutuhkan
sebelum bayi usia 8-12 bulan dapat memahami dan menikmati permainan sensori moto,
seperti “cilukba”.
12
situasi dan kejadian. Pada dasarnya, suatu symbol adalah sesuatu yang mewakili sesuatu
yang lain. Misalnya kata anjing mewakili binatang berkaki empat, ukuran sedang dan
bersifat lokal.
Contoh yang paling jelas dari penggunaan symbol bagi Piaget adalah bahasa. Contoh lain
penggunaan symbol pada anak kecil adalah penundaan, peniruan, menggambar,
perbandingan mental, dan permainan simbolik (misalnya berpura-pura menggunakan sepatu
sebagai telepon atau memberi makan anjing dengan bubur khayalan).
Masih mengutip piaget, menurutnya, perkembangan kognitif pada anak-anak bermula dari
perhatian mereka terhadap lingkungan sekitarnya. Pada usia 4 (empat) bulan, misalnya ,
anak mampu mengembangkan apa yang disebut Piaget dengan istilah “Intentionality”.
Intentionnality adalah kemampuan anak dalam melakukan sesuatu agar apa yang
diinginkannya terpenuhi. Istilah ini juga sering disebut dengan tindakan agar rasa ingin
tahunya terjawab. Sekedar contoh, bayi “belajar” bahwa jika dirinya menangis, maka ibu
atau pengasuhnya akan datang. Oleh karena itu ketika bayi belum mampu berkata-kata
sebagaimana orang dewasa, ia hanya akan selalu menangis agara apa yang diinginkannya
dapat tercapai. Bahkan anak yang agak dewasapun, masih sering menangis jika
keinginannya tidak dipenuhi. Itulah,”belajarnya”bayi,menangis.
Dalam perkembangan selanjutnya, anak–anak akan mencari apa yang dinginkannya secara
mandiri . misalnya nak ingin bermain boneka, maka ia akan mencari boneka yang pernah
dilihatnya. Ia datang mencari ke tempat dimana ia melihat boneka terakhir kalinya. Bahkan,
pada tahap ini anak mampu menyingkirkan barang-barang yang sekiranya menghalangi
boneka dengan dirinya. Dalam situasi tertentu, mungkin ia telah jengkel karena tidak
menemukan boneka yang dinginkannya. Ia protes dengan cara menangis. tetapi hal ini
dilaukann ketika ada orang dewasa di dekatnya. Tangisan itu dimaksudkan agar orang di
dekatnya mau membantu mencari boneka yang sedang dicarinya tersebut.
Kemudian, sekitar usia 18 bulan, penalaran anak-anak sudah mulai berkembang lebih tinggi
. ia sudah mampu mencari benda-benda yang sengaja disembunyikan di berbagai tempat
tersembunyi. Inilah sebabnya mengapa anak-anak pada tahap ini sangat senang jika diajak
bermain petak umpat. Mereka seolah-olah merasa tertantang dengan melakukan permainan
tersebut. Di samping itu, anak-anak pada tahap ini juga telah mampu mengingat perilaku
orang-orang di sekitarnya, mengingat kejadian di masa lalu, kemudian menirukannya.
Setelah itu pada usia antara 3 sampai dengan 4 tahun, anak-anak sudah mulai mampu
melakukan manipulasi lingkungan dan mencoba hal-hal baru. Bahkan, mereka telah mampu
menggeneralisasikan satu situasi kes ituasi yang lain. Dengan tekhnik tertentu, anak-anak
mampu membawa dirinya untuk menguasai berbagai rintangan di lingkungan yang baru saja
mereka temukan tersebut.
Pada tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, anak-anak mulai menaruh perhatian
pada simbol-simbol di sekitarnya. Dalam waktu yang tidak lama, mereka akan mengetahui
bahwa berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri. Pemahaman terhadap
berbagai simbol tersebut mempunyai arti dan makna tersendiri. Pemahaman terhadap
berbagai simbol tersebut secara tidak langsung meransang anak untuk menaruh perhatian
pada kertas yang terdapat gambar menarik dan tulisan di sampingnya. Mulai dari sisni, anak-
anak telah tertarik untuk Belajar membaca, menulis dan berhitung. Tahap ini biasanya
dilalui anak ketika usianya telah mencapai 5,5 hingga 6 tahun.
Selain Piaget, teori dasar kognitif juga dirumuskan oleh seorang ahli perkembangan dari
Rusia yang dikenal dengan nama Lev Vygotsky. Dia seperti yang diutip oleh Siti Aisyah
13
menekankan bahwa (1) perkembangan kognitif muncul dalam konteks budaya sosial yang
mempengaruhi bentuk yang diambilnya, dan (2) kemampuan kognitif anak yang paling
penting akan berkembang dari interaksi sosial dengan orang tua, guru, dan orang-orang lain
yang lebih kompeten.
14
Partisipasi terbimbing adalah suatu masa belajar dalam berpikir yang bersifat informal, di
mana kognisi anak dibentuk pada saat ia ikut serta bersama orang dewasa dan teman yang
ahli lainnya dalam tugas yang relevan dengan budayanya setiap hari, seperti menyiapkan
makanan, mencari jejak sasaran buruan, mencuci baju, bercocok tanam atau hanya
bercakap-cakap tentang dunia di sekelilingnya. Barbara Rogoff meyakini bahwa
pertumbuhan kognitif dibentuk sebanyak-banyaknya melalui transaksi informal orang
dewasa dengan anak dari pada pengajaran yang lebih formal atau pengalaman belajar dalam
pendidikan.
15
B. Mengenal konsep ukuran dan bilangan Membedakan ukuran benda (besar-kecil)
Membilang sampai lima
16
3. Mengenal pola AB-AB dan ABC-ABC
4. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna 1. Mengenal perbedaan
ukuran: “lebih dari”; “kurang dari”; “paling/ter”
2. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran (3 variasi)
3. Mengklasifikasikan benda yang lebih banyak kedalam kelompok yang sama atau
kelompok yang sejenis, atau kelompok berpasangan yang lebih dari 2 variasi
4. Mengenal pola ABCD-ABCD
5. Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari paling kecil ke paling besar atau sebaliknya
C. Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf 1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit
2. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
3. Mengenal konsep bilangan
4. Mengenal lambang bilangan
5. Mengenal lambang huruf 1. Menyebutkan lambing bilangan 1-10
2. Mencocokkan bilangan dengan lambing bilangan
3. Mengenal berbagai macam lambing huruf vocal dan konsonan
17
bermain di bak pasir, (f) bermain air, (g) dengan plastisin, (h) menebak dengan meraba
tubuh teman, meraba dengan kertas amplas, (i) meremas kertas koran, (j) meraup biji-bijian.
4. Pengembangan kinestetik
Kemampuan yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan atau
motorik halus yang memengaruhi perkembangan kognitif. Kemampuan yang berhubungan
dengan keterampilan tangan dapat dikembangkan dengan permainan-permainan, yaitu: (a)
finger painting dengan tepung kanji, (b) menjiplak huruf-huruf geometri, (c) melukis dengan
cat air, (d) mewarnai dengan sederhana, (e) menjahit dengan sederhana, (f) merobek kertas
koran, (g) menciptakan bentuk-bentuk dengan balok, (h) mewarnai gambar, (i) membuat
gambar sendiri dengan berbagai media, (j) menjiplak bentuk lingkaran, bujur sangkar,
segitiga, atau empat persegi panjang, (k) memegang dan menguasai sebatang pensil, (l)
menyusun atau menggabungkan potongan gambar atau teka-teki dalam bentuk sederhana,
(m) mampu menggunakan gunting dengan baik, (n) mampu menulis.
5. Pengembangan aritmetika
Kemampuan yang diarahkan untuk penguasaan berhitung atau konsep berhitung permulaan.
Adapun kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) mengenali atau membilang angka,
(b) menyebut urutan bilangan, (c) menghitung benda, (d) mengenali himpunan dengan nilai
bilangan berbeda, (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda, (f)
mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian dengan menggunakan konsep dari konkret ke abstrak, (g) menghubungkan
konsep bilangan dengan lambang bilangan, (h) menggunakan konsep waktu misalnya hari
ini, (i) menyatakan waktu dengan jam, (j) mengurutkan lima hingga sepuluh benda
berdasarkan urutan tinggi besar, (k) mengenai penambahan dan pengurangan.
6. Pengembangan geometri
Kemampuan ini berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk dan ukuran. Adapun
kemampuan yang akan dikembangkan, yaitu: (a) memilih benda menurut warna, bentuk,
dan ukurannya, (b) mencocokkan benda menurut warna, bentuk, dan ukurannya, (c)
membandingkan benda menurut ukurannya (besar, kecil, panjang, lebar, tinggi, dan rendah),
(d) mengukur benda secara sederhana, (e) mengerti dan menggunakan bahasa ukuran,
seperti besar-kecil, tinggi-rendah, dan panjang-pendek, (f) menciptakan bentuk dari
kepingan geometri, (g) menyebut benda-benda yang ada di kelas sesuai dengan bentuk
geometri, (h) mencontoh bentuk-bentuk geometri, (i) menyebut, menunjukkan, dan
mengelompokkan segi empat, (j) menyusun menara dari delapan kubus, (k) mengenal
ukuran panjang, berat, dan isi, (l) meniru pola dengan empat kubus.
18
H. Strategi Pengembangan Kemampuan Kognitif untuk Anak Usia Dini
Hal yang terpenting adalah cara menigkatkan perkembangan kognitif anak usia dini. Secara
sederhana, Suryadi menyebutkan perkembangan kognitif terdiri atas dua bidang: yakni
logika-matematika dan sains. Oleh karena itu, cara meningkatkan perkembangan kognitif
pada anak usia dini juga berkutat seputar dua bidang pelajaran tersebut, yakni logika-
matematika dan sains. Beberapa langkah berikut ini bisa dilakukan untuk meningkatkan
perkembangan anak usia dini.
a. Meningkatkan kemampuan berpikir logis
Berfikir logis sangat dibutuhkan anak-anak, karena kemampuan ini dapat mendidik
kedisiplinan yang sangat kuat. Logika berperan besar dalam menjadikan anak-anak semakin
dewasa dengan keputusan-keputusan matangnya.
b. Menemukan hubungan sebab akibat
Dalam pengertian yang lebih luas, menemukan hukum sebab akibat dapat ditempuh dengan
membuat hubungan anatara dua variabel atau lebih. Dari dua hubungan tersebut, dapat
diketahui, bahwa akibat dari suatu peristiwa ada sebabnya. Misalnya, penyebab kematian
adalah sakit, penyebab rumah terbakar adalah hubungan arus pendek, penyebab mesin
mogok adalah kerusakan dan lain sebagainya.
c. Meningkatkan pengertian pada bilangan
Pernahkan anda menemukan orang yang sangat cepat dalam menghitung. Bukan
menghitung dengan kalkulator atau komputer, melainkan berhitung secara awangan atau
mencongak.jika pernah, maka ketahuilah bahwa orang tersebut mempunyai kepekaan
terhadap bilangan sangat tinggi.
Dengan bekal kepekaan terhadap angka dan bilangan inilah anak menjadi lebih mengerti
dan cepat dalam memahami hubungan sebab-akibat.
Secara sederhana, berbagai elemen yang dapat meningkatkan perkembangan kognitifanak
usia dini dapat dibagi ke dalam dua konsep, yakni logika matematka dan sains.kedua konsep
ini dapatdilihat pada skema berikut :
Skema konsep stimulasi pengembangan kognitif melalui logika matematika pada anak usia
dini
Skema konsep stimulasi pengembangan kognitif melalui pelajaran sains pada anak usia dini
Skema konsep stimulasi pengembangan kognitif melalui pelajaran logika matematika pada
anak usia dini. Skema konsep stimulasi pengembangan koginitif melalui pelajaran sains
pada anak usia dini.
Setelah melakukan berbagai bentuk stimulasi yang mencakup minimaldua hal diatas (logika
matematika dan sains).diharapkan pengembangan kognitif padaanak usia dini dapat
meningkat tajam, sehingga ia mampu mencapai tahapan-tahapan perkembangan kognitif
inilah akan menopang kecerdasan anak tersebut.berikut ini tabel capaian perkembangan
kognitif pada anak usia dini.
Tabel Capaian Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Dini
No Anak Usia Capaian Perkembangan Kognitif
1 Lahir – 1 tahun a. Mengenal benda
19
b. Mengenal bentuk
2 1-2 tahun a. Mengenal warna
b. Mengenal rasa manis, pahit dan asin
c. Mengenal bilangan 1 dan 2
3 2-3 tahun a. Mampu mengelompokkan benda yang berbentuk sama
b. Mampu membedakan bentuk,lingkaran dan bujur sangkar
c. Mampu membedakan rasa dan warna
d. Mengenal bilangan hingga hitungan 5
4 3- 4 tahun a. Mampu membedakan bentuk dan ukuran (besar-kecil,panjang – pendek,
sedikit-banyak,dan lain-lain)
b. Mampu mengurutkan angka satu sampai dngan sepuluh
c. Mampu membeda – bedakan warna lebih banyak (merah- hijau, hitam – putih , biru-ungu,
dan lain-lain)
5 4- 5 tahun a. Menunjukkan rasa ingin tahu mengenai cara kerja sesuatu
b. Suka membongkar mainannya untuk sekedar melihat apa yang ada di dalamnya dan
kemudian dirangkai lagi
c. Suka mengurut urutkan (membuat urutan)sesuatu dari yang paling kecil, agak besar,
hingga yang paling besar, atau sebaliknya
6 5- 6 tahun a. Mampu mengurutkan bilangan 1 hingga (minimal) 50
b. Senang dengan permainan otak atik bilangan
c. Menyukai permainan dengan komputer
d. Dengan mudah meletakkan benda sesuai dengan kelompoknya
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini adalah sesuatu yang merujuk pada
perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak
konsepsi hingga usia 8 tahun.
2. Urgensi perkembangan kemampuan kognitif anak usia dini yaitu dimana melalui
pengembangan kognitif fungsi berpikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat
untuk mengatasi suatu situasi dan untuk memecahkan suatu masalah
3. Teori dasar perkembangan kognitif. Ada beberapa tokoh yang merumuskan teori
kognitif berdasarkan hasil penelitian mereka. Masing-masing yaitu yang terkenal
adalah Jean Piaget, Bruner, dan Lev Vygotsky.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu: (1) Hereditas/
Keturunan, (2) Lingkungan, (3) Kemantangan, (4) Pembentukan, (5) Minat dan
Bakat, dan (6) kebebasan
5. Proses Kogntif pada Anak Usia Dini yaitu:
Adaptasi, disini adabtasi mempunyai 2 proses komplementer yaitu asimilasi dan
akomodasi. Proses yang berikut yaitu kecenderungan organisasi.
6. Tahap perkembangan kognitif AUD berarti tahap perkembangan kognitif anak dari
sejak lahir sampai pada usia ± 8 tahun. Piaget membaginya dalam tahap sensori
motorik untuk usia ± 0-24 bln dan tahap pra operasioanal ± 18 – ± 7 tahun.
7. Klasifikasi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini yaitu: (1) Pengembangan
Auditory, (2) pengembangan visual, (3) Pengembangan taktik, (4) Pengembangan
kinestetik, (5) Pengemabangan Arimatika, (6) Pengembangan Geometri, (7)
Pengemabangan Sains Permulaan.
8. Strategi pengembagan kemampuan kognitif anak usia dini yaitu untuk: (1)
meningkatkan kemampuan berpikir logis, (2) menemukan hubungan sebab akibat,
(3) Meningkatkan pengertian pada bilangan.
B. Saran
Sebagai pendidik dan calon pendidik anak usia dini, bahkan bagi orang tua dan calon
orangtua sebaiknya memahami perkembangan kognitif anak usia dini dan bisa
mengembangkannya sejak dari masa konsepsi agar dapat memberikan stimulasi yang tepat
pada anak sesuai dengan hakikat anak usia dini dan tahap perkembangannya.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2012. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Gredler, Margaret E. 2011. Learning and Instruction: Teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana
Perdana Media Group.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Monks F.J., Knoers A.M.P., & Hadintono Siti R.. 2006. Psikologi Perkembangan:
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Myrnawati, C.H. 2012. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Volume 6 No. 2. Jakarta:
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Program Program Pascasarjana Universitas
Negeri Jakarta.
Santrock, John W.. 2002. Life Span Development-Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:
Erlangga
Santrock, John W. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini . Jakarta: Kencana
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Paud. Yogyakarta
22