Anda di halaman 1dari 30

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK

OLEH :

CARINI PURWATI
NIM. 2120.01.08.0051

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-PAUD)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) BABUNNAJAH 2021
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat


rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Karakteristik
Perkembangan Anak” dapat selesai pada waktunya. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan sebagai salah satu pegangan / kajian mengenai perkembangan
Anak Usia Dini bagi mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan mengenai tumbuh kembang anak pada pra sekolah.
Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
ini. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan
dengan topik yang diberikan. Penyusun juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.
Walaupun makalah ini telah diselesaikan dengan baik, bukanlah berarti
makalah ini telah sempurna. Oleh sebab itu, Penyusun mengharapkan kritik dan
masukan yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan di
masa mendatang.
Akhirnya, Penyusun berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat dan sumber pengetahuan yang sangat berguna bagi kita semua

Pandeglang, Oktober 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... i


Daftar Isi ......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................. 1
B. Tujuan Pembahasan......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 3
1. Pandangan Tentang Anak Usia Dini ............................... 3
2. Pentingnya Memahami Anak Usia Dini ......................... 4
3. Teori Perkembangan Anak Usia Dini ............................. 5
4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini.................. 7
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak Usia Dini ...................................... 18
6. Pola Perkembangan Anak Usia Dini .............................. 22
7. Cara Belajar Anak Usia Dini .......................................... 23

BAB III PENUTUP............................................................................. 25


Kesimpulan ..................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 26

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun.
Pada usia tersebut merupakan masa keemasan (golden age), artinya pada masa
ini anak berada dimasa peka yaitu masa yang sangat mudah dalam menerima
stimulasi pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tahapan
pertumbuhan dan perkembangan Anak Usia Dini. Oleh karena itu, stimulasi
yang tepat dan berkesinambungan perlu diberikan supaya tumbuh kembang
anak dapat berjalan secara optimal. Stimulasi tersebut dapat diberikan oleh
sebuah lembaga pendidikan, yaitu salah satunya melalui Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD). Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pada pasal 14 ayat 1,
yang berbunyi:
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.” (UU RI No. 20 TH
2003, (pasal 1 ayat 14): 73).

Aspek perkembangan Anak Usia Dini yang perlu untuk dioptimalkan


yaitu meliputi lima aspek perkembangan. Kelima aspek tersebut ialah aspek
kognitif, bahasa, sosial emosional, fisik motorik, dan nilai agama dan moral.
Dari kelima aspek perkembangan Anak Usia Dini ini, salah satu aspek yang
penting untuk dikembangkan adalah aspek perkembangan bahasa. Aspek
bahasa sangat penting dikembangkan bagi Anak Usia Dini, karena melalui
berbahasa anak dapat mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya,
dapat mengutarakan pendapat dan keinginannya, dan anak dapat bersosialisasi
dengan sesama manusia yang ada disekitarnya. Bahasa juga perlu untuk
melatih anak dalam bersosialisasi khususnya dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dalam melakukan interaksi
tersebut anak dapat menggunakan bahasa yang tepat dan mudah dipahami,
serta dapat diterima oleh orang lain disekitarnya.

v
B. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan pandangan tentang Anak Usia Dini.
2. Menjelaskan pentingnya memahami Anak Usia Dini.
3. Menjelaskan teori perkembangan Anak Usia Dini
4. Menjelaskan karakteristik perkembangan Anak Usia Dini.
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan Anak Usia Dini
6. Menjelaskan pola perkembangan Anak Usia Dini.
7. Menjelaskan cara belajar Anak Usia Dini.

vi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pandangan tentang Anak Usia Dini


Anak merupakan individu yang sedang menjalani proses dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Proses ini yang kemudian menentukan
bagaimana anak menjalani kehidupan dewasa selanjutnya. Anak adalah
keturunan yang kedua setelah ibu bapak atau manusia yang masih kecil.
Berkisar usia 3 sampai 6 tahun (Hadi Subrata, 1988: 69). Ki Hajar Dewantara
(1962: 20) menyatakan bahwa anak sebagai kodrat alam memiliki pembawaan
masing-masing dan sebagai individu yang memiliki potensi untuk menemukan
pengetahuan, secara tidak langsung akan memberikan peluang agar potensi
yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.
Sepanjang sejarah pun para ahli mempunyai pandangan yang beragam
tentang anak. Ada tiga pandangan filosofis dari Eropa yang berpengaruh
dalam istilah menggambarkan anak-anak :
a. Pada abad pertengahan, pandangan dosa asal (original sin view) yang
secara khusus muncul selama abad pertengahan. Anak-anak dipandang
lahir ke dunia ini sebagai makhluk jahat. Tujuan dari merawat anak adalah
memberikan penyelamatan, menghapus dosa dari kehidupan si anak.

b. Mendekati akhir abad ke-17, pandangan tabularasa dicetuskan oleh ahli


filosofi Inggris John Lock. Ia membantah bahwa anak-anak tidak buruk
sejak lahir, melainkan seperti “papan kosong”. Lock percaya bahwa
pengalaman masa kanak-kanak sangat menentukan karakteristik seseorang
ketika dewasa. Ia menyarankan para orang tua untuk menghabiskan waktu
bersama anak-anak mereka dan membantu mereka menjadi anggota
masyarakat yang berguna.

c. Pada abad ke-18, pandangan kebaikan alami (innate goodness view)


ditawarkan oleh ahli filosofi Prancis kelahiran Swiss Jean-Jacques
Rousseau. Ia menekankan bahwa anak-anak pada dasarnya baik. karena

vii
anak-anak pada dasarnya baik, maka mereka seharusnya diizinkan tumbuh
secara alami dengan seminimal mungkin pengawasan atau batasan dari
orang tua.

2. Pentingnya Memahami Anak Usia Dini


Anak Usia Dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik,
psikis, sosial, moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga masa yang paling
penting untuk sepanjang usia hidupnya. Sebab masa kanak-kanak adalah masa
pembentukan pondasi dan masa kepribadian yang akan menentukan
pengalaman anak selanjutnya. Sedemikian pentingnya usia tersebut maka
memahami karakteristik anak usia dini menjadi mutlak adanya bila ingin
memiliki generasi yang mampu mengembangkan diri secara optimal.
Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat
terhadap kehidupan selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama.
Bahkan tidak dapat terhapuskan, walaupun bisa hanya tertutupi. Bila suatu
saat ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup yang pernah dialami
maka efek tersebut akan muncul kembali walau dalam bentuk yang berbeda.
Beberapa hal menjadi alasan pentingnya memahami karakteristik anak
usia dini. Sebagian dari alasan tersebut dapat diuraikan sebagaimana berikut :
a. Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan
manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar
struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh
karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.
b. Pengalaman awal sangat penting, sebab dasar awal cenderung bertahan
dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya,
disamping itu dasar awal akan cepat berkembang menjadi kebiasaan. Oleh
karena itu perlu pemberian pengalaman awal yang positif.
c. Perkembangan fisik dan mental mengalami kecepatan yang luar biasa,
dibanding dengan sepanjang usianya. Bahkan usia 0 – 8 tahun mengalami
80% perkembangan otak dibanding sesudahnya. Oleh karena itu perlu
stimulasi fisik dan mental.

viii
Ada banyak hal yang diperoleh dengan memahami karakteristik anak
usia dini antara lain :
a. Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak yang bermanfaat bagi
perkembangan hidupnya.
b. Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak sehingga dapat memberikan
stimulasi kepada anak agar dapat melaksanakan tugas perkembangan
dengan baik.
c. Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar anak pada saat yang
tepat sesuai dengan kebutuhannya.
d. Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak secara realistis.
e. Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal sesuai dengan
keadaan dan kemampuan.

3. Teori Perkembangan Anak Usia Dini


Keragaman teori perkembangan dapat dilihat dari pemikiran berbagai
sudut pandang para ahli. Ada lima perspektif teoritis utama dalam
perkembangan, yaitu psikoanalisis, kognitif, perilaku dan sosio-kognitif,
etologi, dan ekologis. Pendekatan teoritis tersebut sama-sama meneliti tiga
proses utama dalam perkembangan anak di tingkat yang berbeda-beda, yaitu
biologis, didaktis dan psikologis.
1. Teori Psikoanalisis
Teori psikoanalisis menggambarkan perkembangan sebagai
sesuatu yang biasanya tidak disadari (di luar kesadaran) dan diwarnai oleh
emosi. Ahli teori psikoanalisis percaya bahwa perilaku hanyalah sebuah
karakteristik permukaan dan bahwa pemahaman yang sebenarnya
mengenai perkembangan hanya didapat dengan menganalisis makna
simbolis perilaku dan kerja pikiran yang dalam. Ahli psikoanalisis juga
menekankan bahwa pengalaman dini dengan orang tua secara signifikan
membentuk perkembangan. Karakteristik ini ditekankan dalam teori
psikoanalisis dari Sigmund Freud.

ix
2. Teori Kognitif
Teori kognitif meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak
berusaha memahami dunia di sekeliling mereka, anak membangun
pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar dan pembelajaran
menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya, orang dewasa
dan lingkungan. Setiap anak membangun pengetahuan mereka sendiri
berkat pengalaman-pengalaman dan interaksi aktif dengan lingkungan
sekitar dan budaya di mana mereka berada melalui bermain.

3. Teori Perilaku dan Sosial-kognitif


Teori perilaku dan sosial-kognitif merupakan pandangan
psikolog yang menekankan bahwa perilaku, lingkungan dan kognisi
faktor kunci dalam perkembangan. Teori ini terkait dengan bagaimana
anak-anak berkembang secara sosial, emosional, dan intelektual, tetapi
tidak menjelaskan tentang perkembangan fisik karena banyak orang
yang menyetujui bahwa perkembangan fisik berkaitan dengan genetika
(keturunan) yang ditentukan berdasarkan gen dari kedua orang tuanya,
sehingga dengan demikian tidak mempengaruhi perilaku anak.

4. Teori Etologi
Teori etologi memandang bahwa perilaku sangat dipengaruhi
biologi dan evolusi. Teori ini juga menekankan bahwa kepekaan kita
terhadap jenis pengalaman yang beragam berubah sepanjang rentang
kehidupan. Ada periode kritis atau sensitif bagi beberapa pengalaman,
jika kita gagal mendapat pengalaman selama periode sensitif tersebut,
teori etologi menyatakan bahwa perkembangan kita tidak mungkin
dapat optimal.
John Bowbly salah satu tokoh teori etologi menyatakan bahwa
kelekatan pada pengasuh selama satu tahun pertama kehidupan
memiliki konsekuensi penting sepanjang hidup. Jika kelekatan ini
positif dan aman, seseorang mempunyai dasar untuk berkembang
menjadi individu yang kompeten yang memiliki hubungan sosial

x
positif dan menjadi matang secara emosional. Jika hubungan
kelekatannya negatif dan tidak aman, maka saat anak tumbuh ia akan
menghadapi kesulitan dalam hubungan sosial serta dalam menangani
emosi.

5. Teori Ekologi
Teori ekologi merupakan pandangan Bronfenbrenner bahwa
perkembangan dipengaruhi oleh lima sistem lingkungan, berkisar dari
lima konteks dasar mengenai interaksi langsung dengan orang-orang
hingga konteks budaya berdasar luas. Lima sistem dalam teori ekologi
Bronfenbrenner yaitu:
a. Mikrosistem adalah lingkungan di mana individu tinggal.
b. Mesosistem mencakup hubungan antar mikrosistem atau hubungan
antar konteks.
c. Eksosistem terlibat saat pengalaman dalam lingkungan sosial lain
-di mana individu tidak mempunyai peran aktif- mempengaruhi
apa yang dialami individu dalam konteks langsung.
d. Makrosistem mencakup budaya di mana seseorang tinggal.
e. Kronosistem mencakup pembuatan pola kejadian lingkungan dan
transisi sepanjang kehidupan.

4. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini


Sesuai dengan sifat individu yang unik, adanya variasi individual
dalam perkembangan anak merupakan hal normal terjadi. Terkadang anak
yang satu lebih cepat berkembang daripada anak yang lainnya, begitupun
dalam perbedaan minat dan kecakapan, sementara sebagian anak lebih senang
melakukan gerakan-gerakan fisik atau bermain kelompok dengan temannya.
Berdasarkan dari tahapan perkembangan yang telah dibahas, uraian berikut
mengetengahkan tentang karakteristik anak yang dibatasi pada hal-hal yang
bersifat menonjol dan lebih terkait dengan proses pembelajaran anak:

xi
a. Perkembangan anak usia 0 – 2 tahun
Pada masa bayi secara umum anak mengalami perubahan yang
jauh lebih pesat dibanding dengan yang akan dialami pada fase-fase
berikutnya. Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar, baik yang
berupa keterampilan lokomotor (bergulir, duduk, berdiri, merangkak, dan
berjalan), keterampilan memegang benda, penginderaan (melihat,
mencium, mendengar, dan merasakan sentuhan), maupun kemampuan
untuk mereaksi secara emosional dan sosial (berhubungan dengan orang
tua, pengasuh, dan orang-orang dekat lainnya) dapat dikuasai pada fase ini.
Berbagai kemampuan dan keterampilan dasar tersebut merupakan modal
penting bagi anak untuk mengarungi dan menjalani proses perkembangan
selanjutnya.
Bagi bayi, gerakan-gerakan motorik dan pengalaman-pengalaman
sensori ini sangat vital. Pengalaman-pengalaman demikian di samping
dapat merangsang pertumbuhan fisik, juga sekaligus meningkatkan dan
memperkaya kualitas fungsi fisik tersebut. Sehingga bayi yang memiliki
kesempatan luas untuk melakukan gerakan-gerakan motorik akan
terdorong untuk mengalami pertumbuhan fisik yang sehat dengan
penguasaan keterampilan-keterampilan motorik dasar yang cepat.
Sebaliknya, bayi yang kurang mendapat kesempatan demikian sangat
dimungkinkan untuk mengalami hambatan dalam pertumbuhan fisik dan
perkembangan keterampilan motoriknya.
Komunikasi responsif dengan orang dewasa akan mendorong dan
memperluas respon-respon verbal dan non-verbal bayi. Bayi mulai belajar
tentang pengalaman-pengalaman sensori dan ekspresi-ekspresi perasaan,
meskipun bayi belum memahami kata-kata. Penyajian pengalaman-
pengalaman menarik dengan menyediakan obyek-obyek mainan menarik
merupakan hal yang bias berpengaruh positif terhadap perkembangan
kemampuan bayi dalam mengekspresikan perasaan dan keterampilan-
keterampilan sensori lainnya. Menurut Bredkamp (Solehuddin, 2000), jika
bayi terasing dari pengalaman-pengalaman sensori-motor tersebut, maka

xii
bukan saja perkembangan emosionalnya yang akan terhambat melainkan
juga perkembangan kognisinya.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa pemenuhan kebutuhan bayi
sepenuhnya masih tergantung kepada orang dewasa. Bayi juga masih
mudah untuk mengalami frustasi karena belum mampu mengatasi
ketidaknyamanan atau suasana stress secara aktif. Hal ini , diakibatkan
belum dikuasainya keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan
untuk itu. Bayi mengekspresikan apa yang dirasakan dan diinginkannya
melalui bahasanya sendiri seperti tertawa, menangis, terkejut, dan
sejenisnya. Terhadap ekspresi-ekspresi bayi tersebut, orang tua dan
pengasuh lainnya harus memahami dan memberikan respon secara tepat
namun tidak berlebihan.

b. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun


Di samping masih memiliki beberapa kesamaan karakteristik
dengan pada masa sebelumnya, anak usia 2-3 tahun memiliki karakteristik
khusus. Dari segi fisik, pada fase ini anak masih tetap mengalami
pertumbuhan yang pesat, khususnya berkenaan dengan pertumbuhan
dengan pertumbuhan otot-otot besar. Anak pada usia ini sudah tahu
bagaimana berjalan dan berlari. Anak juga mulai senang memanjat dan
menaiki sesuatu, membuka pintu, serta mencoba berdiri di atas satu kaki
dan berloncat. Anak senang mencoba sesuatu sehingga memerlukan
ruangan yang cukup luas untuk itu. Dengan penguasaan keterampilan-
keterampilan dasar yang diperoleh pada masa bayi, anak seusia ini akan
tampak senang melakukan banyak aktivitas.
Anak juga biasanya sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang
ada disekitarnya. Anak memiliki kekuatan observasi yang tajam, menyerap
dan membuat perbendaharaan bahasa baru, belajar tentang jumlah,
membedakan antara konsep “satu” dengan “banyak”. Mulai senang
mendengarkan cerita-cerita sederhana, dan gemar melihat-lihat buku.
Melalui berbagai aktivitas itulah menurut pengamatan piaget
(Solehuddin: 2000) anak pada usia ini berpikir, pada saat anak aktif

xiii
melakukan aktivitas-aktivitas fisik, secara stimulant aktivitas mentalnya
juga terlibat. Meskipun hanya dengan beberapa patah kata, anak seusia ini
juga mulai berbicara satu sama lain. Anak mulai senang melakukan
percakapan walau dalam bentuk perbendaharaan kata dan kalimat terbatas.
Namun simultan dengan itu, sikap dan perilaku egosentris anak pada usia
dini ini sangat menonjol. Anak pada usia ini memandang peristiwa-
peristiwa yang dihadapinya hanya dari kacamata dan kepentingannya
sendiri. Anak belum bisa memahami persoalan-persoalan itu dari sudut
pandang orang lain, cenderung melakukan sesuatu itu hanya menurut
kemauannya sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan
orang lain. Oleh karena itu, terjadinya perselisihan, berebut mainan, dan
perilaku sejenisnya sangat dimungkinkan untuk sering dialami oleh anak-
anak seusia ini.
Hal lain yang perlu dipahami bahwa anak usia ini biasanya
memiliki kemampuan untuk memperhatikan sesuatu hanya dalam jangka
yang sangat pendek. Anak belum bisa mengikuti suatu pembicaraan orang
lain secara lama, cenderung beralih-alih perhatian dari suatu benda ke
benda lainnya, dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya, dan/atau dari suatu
pembicaraan ke pembicaraan lainnya. Anak belum memiliki pertimbangan
yang sehat dan rasa bahaya, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain
adalah cirri lain yang secara menonjol juga dimiliki anak seusia ini.
Cenderung melakukan segala sesuatu hanya didasarkan atas keinginannya,
tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.

c. Perkembangan anak usia 3 – 4 tahun


Pada usia ini anak juga masih mengalami perkembangan pesat
dalam banyak hal. Anak mengalami peningkatan yang cukup berarti baik
dalam perkembangan perilaku motorik, berpikir fantasi, maupun dalam
kemampuan mengatasi frustasi. Anak dapat menguasai semua jenis
gerakan-gerakan tangan kecil, dapat memungut benda-benda kecil, dapat
memegang benda, dan dapat memasukkan benda ke lubang-lubang kecil,
anak juga memiliki keterampilan memanjat atau menaiki benda-benda

xiv
secara lebih sempurna. Meskipun sifat egosentrisnya masih melekat pada
anak seusia ini, biasanya sudah bisa bekerja dalam suatu aktivitas tertentu
dengan cara-cara yang lebih dapat diterima secara sosial daripada
sebelumnya. Aktivitas-aktivitas bermain bersama sudah dapat dilakukan
secara lebih lama oleh anak seusia ini.
Pada usia ini anak memiliki kehidupan fantasi yang kaya dan
menuntut lebih banyak kamandirian. Dengan kehidupan fantasi yang
dimilikinya ini, anak memperlihatkan kesiapan untuk mendengarkan
cerita-cerita secara lebih lama. Anak menyenangi dan menghargai sajak-
sajak sederhana, begitupun kemandirian yang dituntutnya membuat ia
tidak mau banyak diatur dalam kegiatan-kegiatannya. Tingkat frustasi usia
ini cenderung menurun bila dibanding sebelumnya, hal ini disebabkan
adanya peningkatan kemampuan dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
yang dialaminya secara lebih aktif, di samping juga karena peningkatan
kemampuan dalam mengekspresikan keinginan-keinginannya kepada
orang lain.

d. Perkembangan anak usia 4 – 5 tahun


Rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala
sesuatu merupakan cirri yang menonjol pada anak usia sekitar 4-5 tahun.
Anak memiliki sikap berpetualang (adventurousness) yang begitu kuat.
Anak akan banyak memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang
berbagai hal yang sempat dilihat atau didengarnya. Secara khusus, anak
pada usia ini juga memiliki keinginan yang kuat untuk lebih mengenal
tubuhnya sendiri, anak senang dengan nyanyian, permainan, dan/atau
rekaman yang membuatnya untuk lebih mengenal tubuhnya. Minatnya
yang kuat untuk mengobservasi lingkungan dan benda-benda di sekitarnya
membuat anak seusia ini senang ikut bepergian ke daerah-daerah sekitar
lingkungannya. Anak akan sangat mengamati bila diminta untuk mencari
sesuatu, karenanya pengenalan terhadap binatang-binatang piaraan dan
lingkungan sekitarnya dapat merupakan pengalaman yang positif untuk
pengembangan minat keilmuan anak.

xv
Berkenaan dengan pertumbuhan fisik, anak usia ini masih perlu
aktif melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhab anak untuk melakukan
berbagai aktivitas ini sangat diperlukan baik bagi pengembangan otot-otot
kecil maupun otot-otot besar. Pengembangan otot-otot kecil ini terutama
diperlukan anak untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar
akademik, seperti belajar menggambar dan menulis.
Keberhasilan anak dalam menguasai keterampilan-keterampilan
motorik dapat membuatnya bangga akan dirinya. Begitu juga gerakan-
gerakan fisik dapat membantu anak dalam memahami konsep-konsep yang
abstrak, sama halnya dengan orang dewasa yang memerlukan ilustrasi
untuk memahami konsep hamper sepenuhnya tergantung pada
pengalaman-pengalaman yang bersifat langsung (hand-on experiences).
Sejalan dengan perkembangan keterampilan fisiknya, anak
semakin berminat dengan teman-temannya. Anak mulai menunjukkan
hubungan dan kemampuan kerja sama yang lebih intens dengan teman-
temannya, biasanya ia memilih teman berdasarkan kesamaan aktivitas dan
kesenangan. Abilitas untuk memahami pembicaraan dan pandangan orang
lain semakin meningkat sehingga keterampilan komunikasinya juga
meningkat. Penguasaan keterampilan berkomunikasi membuat anak
semakin senang bergaul dan berhubungan dengan orang lain. Sampai di
usia ini anak masih memerlukan waktu dan cara yang tidak terstruktur
untuk mempelajari sesuatu serta untuk mengembangkan minat dan
kesadarannya akan bahan-bahan tertulis.

Anak-anak usia 2-4 tahun menurut Musthafa (2002) mempunyai ciri:


1. Anak-anak prasekolah mempunyai kepekaan bagi perkembangan
bahasanya;
2. Mereka menyerap pengetahuan dan keterampilan berbahasa dengan
cepat dan piawai dalam mengolah input dari lingkungannya;
3. Modus belajar yang umumnya disukai adalah melalui aktivitas fisik
dan berbagai situasi yang bertautan langsung dengan minat dan
pengalamannya;

xvi
4. Walaupun mereka umumnya memiliki rentang perhatian yang pendek,
mereka gandrung mengulang ngulang kegiatan atau permainan yang
sama;
5. Anak-anak prasekolah ini sangat cocok dengan pola pembelajaran
lewat pengalaman konkret dan aktivitas motorik.

Sementara itu, anak-anak usia 5-7 tahun sebagai tahun-tahun awal


memasuki sekolah dasar mereka mempunyai ciri:
1. Kebanyakan anak-anak usia ini masih berada pada tahap berpikir
praoperasional dan cocok belajar melalui pengalaman konkret dan
dengan orientasi tujuan sesaat;
2. Mereka gandrung menyebut nama-nama benda, medefinisikan kata-
kata, dan mempelajari benda-benda yang berada di lingkungan
dunianya sebagai anak-anak;
3. Mereka belajar melalui bahasa lisan dan pad tahap ini bahasanya telah
berkembang dengan pesat;
4. Pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur
kegiatan yang jelas dan intruksi spesifik.

Banyak teori perkembangan yang dihasilkan oleh para ahli, suatu


teori mempunyai perbedaan dan persamaan dengan teori lainnya serta
terjadinya perubahan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Solehuddin
(2002) mengidentifikasikan sejumlah karakteristik anak usia prasekolah
sebagi berikut:
1. Anak bersifat unik. Anak sebagai seorang individu berbeda dengan
individu lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari aspek bawaan, minat,
motivasi dan pengalaman yang diperoleh dari kehidupannya masing-
masing. Ini berarti bahwa walaupun ada acuan pola perkembangan
anak secara umum, dan kenyataan anak sebagai individu berkembang
dengan potensi yang berbeda-beda.
2. Anak mengekspresikan prilakunya secara relatif spontan. Ekspresi
perilaku secara spontan oleh anak akan menampakan bahwa perilaku

xvii
yang dimunculkan anak bersifat asli atau tidak ditutup-tutupi. Dengan
kata lain tidak ada penghalang yang dapat membatasi ekspresi yang
dirasakan oleh anak. Anak akan membantah atau menentang kalau ia
merasa tidak suka. Begitu pula halnya dengan sikap marah, senang,
sedih, dan menangis kalau ia dirangsang oleh situasi yang sesuai
dengan ekspresi tersebut.
3. Anak bersifat aktif dan energik. Bergerak secara aktif bagi anak usia
prasekolah merupakan suatu kesenangan yang kadang kala terlihat
seakan- akan tidak ada hentinya. Sikap aktif dan energik ini akan
tampak lebih intens jika ia menghadapi suatu kegiatan yang baru dan
menyenangkan.
4. Anak itu egosentris. Sifat egosentris yang dimiliki anak menyebabkan
ia cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan
kepentingan sendiri.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap
banyak hal. Anak pada usia ini juga mempunyai sifat banyak
memperhatikan, membicarakan dan mempertanyakan berbagai hal
yang dilihat dan didengarnya terutama berkenaan dengan hal-hal yang
baru.
6. Anak bersifat eksploratif dan petualang. Ada dorongan rasa ingin tahu
yang sangat kuat terhadap segala sesuatu, sehingga anak lebih anak
lebih senang untuk mencoba, menjelajah, dan ingin mempelajari hal-
hal yang baru. Sifat seperti ini misalnya, terlihat pada saat anak ingin
membongkar pasang alat-alat mainan yang ada.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi. Anak menyenangi hal yang
bersifat imajinatif. Oleh karena itu, mereka mampu untuk bercerita
melebihi pengalamannya. Sifat ini memberikan implikasi terhadap
pembelajaran bahwa bercerita dapat dipakai sebagai salah satu metode
belajar.
8. Anak masih mudah frustrasi. Sifat frustrasi ditunjukkan dengan marah
atau menangis apabila suatu kejadian tidak sesuai dengan apa yang

xviii
diinginkannya. Sifat ini juga terkait dengan sifat lainnya seperti
spontanitas dan egosentris.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu.Apakah
suatu aktivitas dapat berbahaya atau tidak terhadap dirinya, seorang
anak bahaya belum memiliki pertimbangan yang matang untuk itu.
Oleh karena itu lingkungan anak terutama untuk kepentingan
pembelajaran perlu terhindar dari hal atau keadaan yang
membahayakan.
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek. Anak umumnya memiliki
daya perhatian yang pendek kecuali untuk hal-hal yang sangat
disenanginya.
11. Anak merupakan usia belajar yang paling potensial. Dengan
mempelajari sejumlah ciri dan potensi yang ada pada anak, misalnya
rasa ingin tahu, aktif, bersifat eksploratif dan mempunyai daya ingat
lebih kuat, maka dapat dikatakan bahwa pada usia anak-anak terdapat
kesempatan belajar yang sangat potensial. Dikatakan potensial karena
pada usia ini anak secara cepat dapat mengalami perubahan yang
merupakan hakikat dari proses belajar. Oleh karena itu, lingkungan
pembelajaran untuk anak perlu dikem-bangkan sesuai potensi yang
dimilikinya.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.Anak mempunyai
keinginan yang tinggi untuk berteman. Anak memiliki kemampuan
untuk bergaul dan bekerjasama dengan teman lainnya.

Seiring dengan pendapat diatas, Snowman (1993) yang dikutip


oleh patmonodewo (2000), anak usia prasekolah atau TK memiliki
sejumlah ciri yang dapat dilihat dari aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif.
1. Ciri fisik
a. Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Anak pada usia ini sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri. Kegiatan
mereka yang dapat diamati adalah seperti; suka berlari, memanjat
dan melompat.

xix
b. Anak membutuhkan istirahat yang cukup. Dengan adanya sifat
aktif, maka biasanya setelah melakukan banyak aktivitas anak
memerlukan istirahat walaupun kadangkala kebutuhan untuk
beristirahat ini tidak disadarinya.
c. Otot-otot besar anak usia prasekolah berkembang dari kontrol jari
dan tangan. Dengan demikin anak usia prasekolah belum bisa me-
lakukan aktivitas yang rumit seperti mengikat tali sepatu.
d. Sulit memfokuskan pandangan pada objek-objek yang kecil
ukurannya sehingga koordinasi tangan dan matanya masih kurang
sempurna.
e. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang
melindungi otak masih lunak sehingga berbahaya jika terjadi
benturan keras.
f. Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih
terampil dalam tugas yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas
motorik halus.

2. Ciri sosial
a. Anak pada usia ini memiliki satu atau dua sahabat tetapi sahabat
ini cepat berganti. Penyesuaian diri mereka berlangsung secara
cepat sehingga mudah bergaul. Umumnya mereka cenderung me-
milih teman yang sama jenis kelaminnya, kemudian pemilihan
teman berkembang kejenis kelamin yang berbeda.
b. Anggota kelompok bermain jumlahnnya kecil dan tidak
terorganisir dengan baik. Oleh karena itu kelompok tersebut tidak
bertahan lama dan cepat berganti-ganti.
c. Anak yang lebih kecil usianya seringkali bermain bersebelahan
dengan anak yang lebih besar usianya.
d. Pola bermain anak usia prasekolah sangat bervariasi fungsinya
sesuai dengan kelas sosial dan gender.

xx
e. Perselisihan sering terjadi, tetapi hanya berlangsung sebentar
kemudian hubungannya menjadi baik kembali. Anak laki-laki lebih
banyak melakukan tingkah laku agresif dan perselisihan.
f. Anak usia prasekolah telah mulai mempunyai kesadaran terhadap
perbedaan jenis kelamin dan peran sebagai anak laki-laki dan anak
perempuan. Dampak kesadaran ini dapat dilihat dari pilihan ter-
hadap alat-alat permainan.

3. Ciri emosional
a. Anak usia praskolah cenderung mengekspresikan emosinya secara
bebas dan terbuka. Ciri ini dapat dilihat dari sikap marah yang
sering ditunjukannya.
b. Sikap iri hati pada anak usia prasekolah sering terjadi, sehingga
mereka berupaya untuk mendapatkan perhatian orang lain secara
berebut.

4. Ciri Kognitif
a. Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berrbahasa. Pada
umumnya mereka senang berbicara, Khususnya dalam
kelompoknya.
b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat,
kesempatan, mengagumi, dan kasih sayang.

Sebagai indivdu yang sedang berkembang, anak memiliki sifat


suka meniru tanpa mempertimbangkan kemampuan yang ada padanya. Hal
ini didorong oleh rasa ingin tahu dan ingin mencoba sesuatu yang
diminati, yang kadang kala muncul secara spontan. Sikap jujur yang
menunjukan kepolosan seorang anak merupakan ciri yang juga dimiliki
oleh anak. Kehidupan yang dirasakan anak tanpa beban menyebabkan
anak selalu tampil riang, anak dapat bergerak dan beraktivitas. Dalam
aktifitas ini, anak cenderung pula menunjukkan sifat akunya, dengan
mengakibatkan apa yang dimiliki oleh teman lain. Akhirnya sifat unik

xxi
menunjukan bahwa anak merupakan sosok individu yang kompleks yang
memiliki perbedaan dengan individu lainnya. Pemahaman guru tentang
karakteristik anak akan bermanfaat dalam upaya menciptakan lingkungan
belajar yang mendukung perkembangan anak

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak Usia Dini
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
yang normal dan merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor tadi dibagi dalam 2
golongan:
1. Faktor Internal
a. Perbedaan ras/etnik atau bangsa
Bila seseorang dilahirkan sebagai ras orang Eropa, maka tidak
mungkin ia memiliki faktor hereditas ras orang Indonesia atau
sebaliknya. Tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras
orang kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang
daripada ras orang Mongol.

b. Keluarga
Ada kecendrungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada
keluarga yang gemuk-gemuk.

c. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan dan masa remaja.

d. Jenis kelamin
Wanita lebih cepat dewasa disbanding anak laki-laki. Pada
masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki
dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih
cepat.

xxii
e. Kelainan genetik
Sebagai salah satu contoh: Achondroplasia yang menyebabkan
dwarfisme, sedangkan sindroma marfan terdapat pertumbuhan tinggi
badan yang berlebihan.

f. Kelainan Kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti sindroma down’s dan sindroma turner’s.

2. Faktor eksternal
a. Faktor Pranatal
1) Gizi. Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
2) Mekanis. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
congenital seperti club foot.
3) Toksin/zat kimia. Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat
menyebabkan kelainan congenital seperti palatoskisis.
4) Endokrin. Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, hyperplasia adrenal.
5) Radiasi. Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota gerak, kelainan congenital mata,
kelainan jantung.
6) Infeksi. Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS
(Penyakit Menular Seksual) serta penyakit virus lainnya dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital.
7) Kelainan Imunologi. Eritroblastosis fetalis timbul atas dasar
perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu
membentuk antibody terhadap sel darah merah janin; kemudian
melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan

xxiii
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kernicterus yang akan menyebabkan
kerusakan jaringan otak.
8) Anoksia Embrio. Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan
fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.
9) Psikologis ibu. Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan
salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan sebagainya.

b. Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan
asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.

c. Pasca Natal
1) Gizi. Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
2) Penyakit Kronis/kelainan congenital. Tuberculosis, anemia,
kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan
jasmani.
3) Lingkungan fisis dan kimia. Sanitasi lingkungan yang kurang baik,
kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu (Pb, Mercury, rokok, dan sebagainya) mempunyai dampak
yang negative terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis. Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak
yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
5) Endokrin. Gangguan hormone misalnya pada penyakit hipotiroid
akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
Defisisnesi hormone pertumbuhan akan menyebabkan anak
menjadi kerdil.

xxiv
6) Sosio-ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan
makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak
7) Lingkungan pengasuhan. Pada lingkungan pangasuhan, interaksi
ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
8) Stimulasi. Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain
terhadap kegiatan anak, perlakuan ibu terhadap perilaku anak.
9) Obat-obatan. Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan
menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian
obat perangsang terhadap susunan syaraf pusat yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

d. Faktor lingkungan
1) Lingkungan keluarga, yaitu lingkungan yang dialami anak dalam
berinteraksi dengan anggota keluarga baik interaksi secara
langsung maupun tidak langsung. Lingkungan keluarga khususnya
dialami anak usia 0 – 3 tahun. Usia ini menjadi landasan bagi anak
untuk melalui proses selanjutnya.
2) Lingkungan masyarakat atau lingkungan teman sebaya. Seiring
bertambahnya usia, anak akan mencari teman untuk berinteraksi
dan bermain bersama. Kondisi teman sebaya turut menentukan
bagaimana anak dalam tumbuh kembangnya.
3) Lingkungan sekolah. Pada umumnya anak akan memasuki
lingkungan sekolah pada usia 4 – 5 tahun atau bahkan yang 3
tahun. Lingkungan di sekolah besar pengaruhnya terhadap
perkembangan anak. Sekolah yang baik akan mampu berperan
secara baik dengan memberi kesempatan dan mendorong anak
untuk mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan yang
sesungguhnya.

xxv
6. Pola Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan setiap anak memiliki pola yang sama, walaupun
kecepatannya berbeda. Setiap anak mengikuti pola yang dapat diramalkan
dengan cara dan kecepatannya sendiri. Sebagian anak berkembang dengan
tertib tahap demi tahap, langkah demi langkah. Namun sebagian yang lain
mengalami kecepatan melonjak. Di samping itu ada juga yang mengalami
penyimpangan atau keterlambatan. Namun secara umum setiap anak
berkembang dengan mengikuti pola yang sama. Beberapa pola tersebut antara
lain :
a. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik mengikuti hukum perkembangan yang disebut
“cephalocaudal” dan “proximodistal”. Hukum cephalocaudal menyatakan
bahwa perkembangan dimulai dari kepala kemudian menyebar ke seluruh
tubuh sampai ke kaki. Sedangkan hukum proximodistal menyatakan
bahwa perkembangan bergerak dari pusat sumbu ke ujung-ujungnya atau
dari bagian yang dekat sumbu pusat tubuh ke bagian yang lebih jauh.

b. Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju ke tanggapan


khusus
Bayi pada awal perkembangan memberikan reaksi dengan
menggerakkan seluruh tubuh. Semakin lama ia akan mampu memberikan
reaksi dalam bentuk gerakan khusus. Demikian seterusnya dalam hal-hal
lain.

c. Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan


Proses perkembangan diawali dari bertemunya sel sperma dan
ovum yang disebut ovulasi, dan terus secara berkesinambungan hingga
kematian. Kadang perlahan, kadang cepat, kadang maju terus, kadang
sejenak mundur. Satu tahap perkembangan menjadi landasan bagi tahap
perkembangan selanjutnya. Tidak ada pengalaman anak yang sia-sia atau
hilang terhapus. Hanya tertutupi oleh pengalaman-pengalaman berikutnya.

xxvi
d. Terhadap periode keseimbangan dan tidak keseimbangan
Setiap anak mengalami periode dimana ia merasa bahagia, mudah
menyesuaikan diri dan lingkungannya pun bersikap positif terhadapnya.
Namun juga ada masa ketidakseimbangan yang ditandai dengan kesulitan
anak untuk menyesuaikan diri, sulit diatur, emosi negatif dan sebagainya.
Pola tersebut bila digambarkan ibarat spiral yang bergerak melingkar
dengan jangka waktu kurang lebih 6 bulan, hingga akhirnya anak
menemukan ketenangan dan jati diri.

e. Terhadap tugas perkembangan yang harus dilalui anak dari waktu ke


waktu
Tugas perkembangan adalah sesuatu yang harus dilakukan atau
dicapai oleh anak berdasarkan tahap usianya. Tugas perkembangan
bersifat khas, sesuai dengan tuntutan dan ukuran yang berlaku di
masyarakat. Misalnya bayi lahir dia akan melaksanakan tugas
perkembangan berguling, tengkurap, duduk, berdiri, berjalan, bermain dan
seterusnya. Kualitas dan kuantitas tugas perkembangan antara satu daerah
berbeda dengan daerah lain.

7. Cara Belajar Anak Usia Dini


Anak pada usia dini (0 – 8 tahun) memiliki kemampuan belajar yang
luar biasa. Khususnya pada masa kanak-kanak awal. Keinginan anak untuk
belajar menjadikan ia aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca
inderanya untuk dapat memahami sesuatu, dan dalam waktu singkat ia akan
beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkungan lah yang kadang menjadikan
anak terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Bahkan
seringkali lingkungan mematikan keinginannya untuk bereksplorasi.
Cara belajar anak mengalami perkembangan seiring dengan
bertambahnya usia. Secara garis besar dapat diuraikan cara belajar anak usia
dini mulai dari awal perkembangan.
a. Usia 0 – 1 tahun

xxvii
Anak belajar dengan mengendalikan kemampuan panca inderanya.
Yakni pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan perasa. Secara
bertahap panca indera anak difungsikan lebih sempurna. Hingga usia satu
tahun anak ingin mempelajari apa saja yang dilihat dengan mengarahkan
seluruh panca indera. Hal itu nampak pada aktivitas anak memasukkan
segala macam benda ke dalam mulut sebagai bagian dari proses belajar.

b. Usia 2 – 3 tahun
Anak melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh. Ia
memperhatikan apa saja yang ada di lingkungannya untuk kemudian
ditiru. Jadi cara belajar anak yang utama pada usia ini adalah meniru.
Meniru segala hal yang ia lihat dan ia dengar. Selain itu perkembangan
bahasa anak pada usia tersebut sudah mulai berkembang. Anak
mengembangkan kemampuan berbahasa juga dengan cara meniru.

c. Usia 4 – 6 tahun
Kemampuan bahasa anak semakin baik. Begitu anak mampu
berkomunikasi dengan baik maka akan segera diikuti proses belajar anak
dengan cara bertanya. Anak akan menanyakan apa saja yang ia saksikan.
Pertanyaan yang tiada putus. Saat demikian kognisi anak berkembang
pesat dan keinginan anak untuk belajar semakin tinggi. Anak belajar
melalui bertanya dan berkomunikasi.

d. Usia 7 – 8 tahun
Perkembangan anak dari berbagai aspek sudah semakin baik.
Walau demikian proses perkembangan anak masih terus berlanjut. Anak
melakukan proses belajar dengan cara yang semakin kompleks. Ia
menggunakan panca inderanya untuk menangkap berbagai informasi dari
luar. Anak mulai mampu membaca dan berkomunikasi secara luas. Hal itu
menjadi bagian dari proses belajar anak.

xxviii
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Anak merupakan individu yang sedang menjalani proses dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. Proses ini yang kemudian menentukan bagaimana
anak menjalani kehidupan dewasa selanjutnya.
2. Pentingnya memahami anak usia dini mempunyai 3 alasan yaitu usia dini
merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia,
pengalaman awal sangat penting, dan perkembangan fisik dan mental
mengalami kecepatan yang luar biasa.
3. Teori Perkembangan Anak Usia Dini terbagi ke dalam lima perspektif teoritis
utama yaitu psikoanalisis, kognitif, perilaku dan sosio-kognitif, etologi, dan
ekologis
4. Karakteristik perkembangan anak usia dini secara lebih rinci akan diuraikan
sebagai berikut : usia 0 – 2 tahun, usia 2 – 3 tahun, usia 3 – 4 tahun, usia 4 – 5
tahun, usia 5 – 7 tahun.
5. Kondisi yang mempengaruhi anak usia dini secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
6. Pola perkembangan anak usia dini dibagi menjadi 5 yaitu : perkembangan
fisik, perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju tanggapan
khusus, perkembangan berlangsung secara berkesinambungan, terdapat
periode keseimbangan dan ketidakseimbangan, dan terdapat tugas
perkembangan yang harus dilalui anak dari waktu ke waktu.
7. Cara belajar anak usia dini mulai dari usia 0 – 1 tahun, usia 2 – 3 tahun, usia 4
– 6 tahun dan usia 7 – 8 tahun.

xxix
DAFTAR PUSTAKA

— Bruse, Tina, Early Childhood Education, London : Holder & Stoughton, 1987.
— Depdikbud, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-Kanak, 1994.
— Ebbeck, Marjory Ann, Early Childhood Education, Melbourne : Longman
Cheshire, 1991.
— Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jilid I dan Ikan Mas,
Jakarta : Erlangga, 1992.
— Makalah Seminar, Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini di Ambarukmo
Palace Hotel Yogyakarta, 24 September 1998.
— Padmonodewo, Soemiarti, Buku Ajar Pendidikan Pra Sekolah, Depdikbud,
Dirjen Dikti.
— Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990, Tentang
Pendidikan Pra Sekolah.
— Sholehuddin, M. Drs. Konsep Dasar Pendidikan Pra Sekolah, IKIP Bandung,
1997.
— Sudjud, Aswarni, Konsep Pendidikan Pra Sekolah, FIP IKIP Yogyakarta,
1997.
— Dewantara, Ki Hajar. (1962). Bagian Pertama : Pendidikan. Jogjakarta:
Madjelis Luhur Persatuan Taman Siswa.
— Santrock, John W. (2002). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
— Sujiono, Yuliani Nurani. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: P.T Macanan Jaya Cemerlang.

xxx

Anda mungkin juga menyukai