Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kelas
AUD dengan dosen pengampu Dra.

Disusun oleh :

Kelompok 1 (Satu)

1. Desy Arum Sary ( K8113018 )


2. Dewi Nur Elviani ( K8113019 )
3. Dian Deki Damara ( K8113021 )
4. Dwi Retno Safitri ( K8113023 )
5. Hesti Wulandari ( K8113035 )

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2015
DAFTAR ISI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................3

B. Rumusan Masalah........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini........................................................5

B. Perkembangan AUD...................................................................................11

C. Karakteristik AUD.....................................................................................15

D. Implikasi dalam Pembelajaran...................................................................20

BAB III PENUTUP...............................................................................................24

Kesimpulan........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25

1
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berbeda dengan orang dewasa. Anak


memiliki rasa ingi tahu yang besar terhadap apa yang ia lihat, didengar, maupun
dirasakan. Selain itu anak senang sekali bereksplorasi dan bermain sambil belajar.
Di usia dini anak memiliki daya imajinasi yang kuat yang mampu membuat
mereka kreatif dalam segala sesuatu yang mereka lakukan.
Sejak lahir anak memiliki potensi pada diri mereka masing-masing, potensi
itu harus dikembangkan sejak dini. Usia dini lahir hingga delapan tahun disebut
periode emas (golden age), sejak usia ini anak mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan dalam berbagai aspek. Selama masa ini berlangsung, anak
mampu menerima stimulus-stimulus dari lingkungan disekitarnya. Usia keemasan
merupakan masa dimana anak mulai peka menerima stimulus dan berbagai upaya
pendidikan dari lingkungannya baik secara disengaja maupun tidak sengaja.
Untuk itu perlunya pendidikan untuk anak usia dini dalam pemberian stimulasi
untuk menemukan potensi anak dan mengembangkannya.
Diharapkan di lingkungan sekolah, guru dapat mengawasi dan membantu
anak untuk menemukan potensi mereka dan dikembangkan dengan baik, sesuai
dengan potensi yang dimiliki anak. Selain itu, anak juga harus mendapatkan
pendidikan dari lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Supaya
ketika anak sudah menginjak usia sekolah dasar, anak mampu mempersiapkan diri
untuk pendidikan selanjutnya. Peranan keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai
lingkungan pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut :
1. Apa pengertian pendidikan anak usia dini ?
2. Bagaimana perkembangan anak usia dini ?
3. Bagaimana karakteristik anak usia dini ?
4. Bagaimana prinsip perkembangan anak usia dini ?
5. Bagaimana implikasinya dalam pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dikatahui tujuan penulisan
makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan anak usia dini,
2. Untuk mengetahui perkembangan anak usia dini,
3. Untuk mengetahui karakteristik anak usia dini,
4. Untuk mengetahui prinsip perkembangan anak usia dini,
5. Untuk mengetahui implikasinya dalam pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini


Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6 tahun. Menurut
Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, 2010: 7), anak usia dini adalah anak yang
berusia antara 0-6 tahun. Sedangkan hakikat anak usia dini (Augusta, 2012)
adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan
komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh
anak tersebut. Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa anak usia
dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan
dan perkembangan, baik fisik maupun mental. Masa anak usia dini sering disebut
4

dengan istilah golden age atau masa emas. Pada masa ini hampir seluruh
potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara cepat
dan hebat.
Sementara itu pendidikan anak usia dini ialah pendidikan anak sebelum
pendidikan dasar, merupakan suatu upaya pembinaan untuk anak usia dini usia 0
6 tahun, guna untuk mempersiapkan mental belajar anak untuk jenjang pendidikan
selanjutnya. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14, tentang
pendidikan anak usia dini, sebagai berikut : Sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak, supaya anak memiliki pendidikan lebih
lanjut.
Berkaitan dengan pendidikan anak usia dini, terdapat beberapa masa yang
secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi bagaimana seharusnya
seorang pendidik menghadapi anak usia dini, antara lain: masa peka, masa
berkelompok, masa bereksplorasi, dan masa pembangkangan (Sujiono, 2011:7).
Pendidikan anak usia dini disesuaikan dengan usia anak yang meliputi tahap-
tahap perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini. Usia 0 8 tahun
merupakan periode emas (golden age), di usia inianak sangat aktif dalam
kegiatannya, membentukkarakter dan kepribadian seorang anak. Pada usia dini
lahir hingga delapan tahun, anak senang bereksperimen dan bereksplorasi dengan
lingkungan sekitarnya. Cara tersebut secara tidak langsung memberikan
pendidikan dan pengalaman untuk anak.
1. Landasan Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini harus didasarkan pada
beberapa landasan, supaya pendidikan tersebut berjalan dengan lancar.
Adapun landasan penyelenggaraan PAUD menurut Sujiono, (2011:8), sebagai
berikut:
a. Landasan Yuridis
Pendidikan anak usia dini diatur dalam beberapa Undang-undang
negara, antara lain :

4
5

1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan


Nasional yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
2) Pasal 28B Ayat 2, menyatakan bahwa setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas
perlindungann dari diskriminasi.
3) Pasal 28C, menyatakan bahwa setiap anak berhak mengembangkan
diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan memperoleh manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni
dan budaya
4) UU RI Nomor 20 Tahun 2003, Bab 1, Pasal 1, Butir 14, menyatakan
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir hingga usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan.
5) UU RI Nomor 23tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1, berisi tentang
Perlindungan anak. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan, dalam
rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya.

b. Landasan Filosofi dan Religi


Pendidikan anak usia dini pada dasarnya harus berdasarkan pada
nilai-nilai filosofi dan religi, oleh lingkungan yang berada di sekitar anak
dan agama yang dianutnya. Pendidikan agama menekankan pada
pemahaman tentang agama serta cara mengamalkannya, mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membiasakan anak untuk bertingkah
laku sesuai dengan etika sosial yang benar serta membentuk kepribadian
yang baik.
Pendidikan anak usia dini merupakan pondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Ontologis, anak sebagai
makhluk individu yang mempunyai aspek biologis, psikologis,
antropologis (anak hidup dalam suatu budaya dari mana dia berasal).
Epistomologis, pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan
konsep belajar melalui bermain, belajar sambil berbuat, belajar melalui
stimulasi. Aksiologis, isi kurikulum harus benar dan dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka optimalisasi seluruh potensi anak
6

dan berhubungan dengan nilai seni, keindahan, dan keselarasan yang


mengarah pada kebahagiaan dalam kehidupan anak.
c. Landasan Keilmuan dan Empiris
Pendidikan anak usia dini berdaarkan aspek pedagogis, masa anak
usia dini merupakan masa pondasi awal bagi pertumbuhan dan
perkembangan selanjutnya. Dari segi empiris, pendidikan anak usia dini
sangat penting, yaitu untuk menjelaskan bahwa pada waktu manusia lahir,
kelngkapan organisasi otak memuat 100 200 milyar sel otak yang siap
dikembangkan serta diaktualisasikan mencapai tertinggi.
2. Lembaga dan Kurikulum PAUD
a. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
Lembaga pendidikan anak usia dini merupakan lembaga yang
memberikan layanan pendidikan, pengasuhan, dan pemgembangan untuk
anak sejak lahir hingga usia enam atau delapan tahun baik
diselenggarakan oleh pemerintah maupun non pemerintah. Undang-
undang RI Nomor 20 Tahun 2003 mengatur Kelembagaan Pendidikan
Anak Usia Dini, memiliki ciri khusus sesuai dengan jalur pendidikan. UU
RI Nomor 20 Tahun 2003 PADA Bab IV Pasal 28, menyatakan bahwa :
1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar
2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
pendidikan formal, non formal, atau informal.
3) PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk
lain yang sederajat.
4) PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk KB, TPA, atau
bentuk lain yang sederajat.
5) Paud pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan
keluarga.
6) Ketentuan mengenai PAUD sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, 2,
3, dan 4 diatur lebih lanjur dengan Peraturan Pemerintah.
b. Kurikulum PAUD
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalamanbelajar yang disediakan bagi siswa di sekolah.
Kurikulim disusun oleh para ahli bidang ilmu,pendidik, pejabat
pendidik,serta unsur-unsur masyarakat lainnya (Sukmadinata, 2005:150.
Secara umum kurikulum pendidikan anak usia dini dapat dimaknai sebagi
seperangkat kegiatan belajar sambil bermain yang sengaja direncanakan

6
7

untuk menyiapkan dan meletakkan dasar-dasar bagi pengembangan diri


anak usia dini selanjutnya (Sujiono, 2011:199).
Kurikulum memiliki program kegiatan bermain yang dikembangkan
sesuai dengan tahap perkembangan anak. Menurut Depdiknas dan UNJ
tahun 2004, secara khusus pengembangan kurikulum juga harus
didasarkan pada prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini, yaitu :
1) Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip=prinsip belajar melalui bermain
2) Dilaksanakan dalam lingkungan yang kondusif dan inovatif baik di
dalam ruangan ataupun luar ruangan.
3) Dilaksanakan dengan pendekatan terpadu
4) Harus diarahkan pada pengembangan potensi kecerdasan secara
menyeluruh dan terpadu
Jadi, kurikulum merupakan rancangan kegiatan yang disusun oleh
para ahli pendidik, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidik, serta
unsur-unsur masyarakat lainnya yang ditujukan untuk siswa di sekolah.
Pengembangan kurikulim harus didasarkan oleh prinsip-prinsip
perkembangan anak. Tujuan kurikulum untuk membantu kegiatan belajar
anak yang dalam kegiatan tersebut kurikulum dapat memebrikan arah
yang tepat dan hasil yang ingin dicapai.
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini
Tujuan pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada
segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan (Tirtarahardja, 2008:37)
a. Tujuan PAUD
Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pendidikan anak usia
lahir hingga delapan tahun, berfungsi mengembangkan potensi anak dan
membentuk kepribadian anak dengan benar. Bredecamp dan Cople
(Mariyana, 2010:4) berpendapat bahwa pendidikan pada jenjang TK
ditujukan dan dirancang untuk melayani dan meningkatkan
perkembangan intelektual, sosial, emosional, bahasa, dan fisik anak.
Beberapa tujuan PAUD, antara lain :
1) Membentuk anak indonesia yang berkualitas
2) Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar di sekolah
3) Intervensi dini dengan belajar di sekolah
4) Intervensi dini dengan memberikan rangsangan sehingga dapat
menumbuhkan potensi-potensi yang tersembunyi
8

5) Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya


gangguan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Selain itu, tujuan PAUD yang ingin dicapai adalah mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru serta pihak yang
terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak usia dini. Secara
umum, tujuan PAUD yaitu untuk mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak usia dini membantu
perkembangan motorik, kognitif, bahasa, sosial dan emosi.
b. Fungsi PAUD
Pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan setiap
bangsanya, mengembangkan setiap potensi yang dimiliki oleh peserta
didik. Pendidikan anak usiadini memiliki fungsi untuk mengembangkan
seluruh potensi anak didiknya dengan benar secara jasmani dan rohani,
pembentukan karakter anak (menanamkan kedislipinan pada anak,
bersosialisasi dengan sesama teman maupun pada guru), memberikan
kesempatan anak untuk bermain sekaligus belajar.
Beberapa fungsi pendidikan bagi anak usia dini yang harus
diperhatikan para pendidik, sebagai berikut :
1) Fungsi Adaptasi
Berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri
dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuaikan diri
dengan keadaan dalam diri anak.
2) Fungsi Sosialisasi
Berperan dalam membantu anak supaya memiliki keterampilan-
keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulan dan kehidupan
sehari-hari.
3) Fungsi Pengembangan
Pengembangan potensi yang dimiliki oleh anak.
4) Fungsi Bermain
Pemberian kesempatan pada anak untuk bermain, anak dapat
mengeksplorasi dunianya.
5) Fungsi Ekonomik
Pendidikan yang terencana pada anak merupakan investasi jangka
panjang yang menguntungkan pada setiap rentang perkembangan

8
9

selanjutnya. Pendidikan di Taman Kanak-kanak merupakan salah


satu pondasi awal bago perkembangan selanjutnya.

B. Perkembangan AUD
Perkembangan adalah suatu perubahan yang bersifat kualitatif yaitu berfungsi
tidaknya organ-organ tubuh. Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu
urutan perubahan yang bersifat saling mempengaruhi antara aspek-aspek fisik dan
psikis serta merupakan satu kesatuan yang harmonis. Perkembangan terdiri dari
berbagai aspek, antara lain.
1. Perkembangan motorik
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang,
perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik.
Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa
ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung
menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh
karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan
yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis,
berenang, main bola atau atletik. Perkembangan fisik yang normal
merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam
bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain,
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak.

2. Perkembangan berfikir/kognitif
Di dalam kehidupan, anak dihadapkan kepada persoalan yang
menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan
langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu
menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari
cara penyelesaiannya. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi
keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam
belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir.

3. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Melalui
bahasa, seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk
10

tulisan, lisan, isyarat atau gerak. Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk
pendengaran membentuk kata-kata, mulai saling berhubungan. Anak sejak
usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata
yang luas. Gangguan pendengaran dapat membuat kemampuan anak untuk
mencocokkan suara dengan huruf menjadi terlambat. Bahasa anak mulai
menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada
saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita.
Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang
sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga
timbulpertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya.
Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan
intensitas anak pada teman sebayanya. Dengan memperlihatkan suatu
minat yang meningkat terhadap aspek-aspek bahasa tulis, ia senang
mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang
sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau
kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.
Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat
sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti
di bawah, di dalam, di atas dan di samping. Antara 5 dan 6 tahun,
kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga
sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga
mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata
penghubung, kata depan dan kata sandang.

4. Perkembangan Sosial
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan
orang lain, baik dengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-
saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai
dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan
ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah
dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi
pembentukan perilaku sosialnya.

10
11

Ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak


bersosialisasi, yaitu :
a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di sekitarnya
dari berbagai usia dan latar belakang.
b. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang biasanya
menjadi model bagi anak.
d. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki anak.

Menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses


yaitu :
a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
c. Perkembangan sikap sosial.

5. Perkembangan Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak
pada diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau
tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari
dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan. Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada
sejak bayi dilahirkan. Gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari
keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Misalnya bila
bayi merasa senang, maka ia akan menghentak-hentakkan kakinya.
Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayi bereaksi dengan cara menangis.
Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai
kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak
menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan
menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan,
melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan
mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional
yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan
otot mulai berkurang.
Emosi anak memiliki karakteristik sebagai berikut :
1) Emosi yang kuat
12

Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulusi dengan intensitas yang


sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang sulit. Anak
belum mampu menunjukkan reaksi emosional yang sebanding
terhadap stimulasi yang dialaminya.
2) Emosi seringkali tampak
Anak-anak seringkali tidak mampu menahan emosinya, cenderung
emosi anak nampak dan bahkan berlebihan.
3) Emosi bersifat sementara
Emosi anak cenderung lebih bersifat sementara, artinya dalam
waktu yang relatif singkat emosi anak dapat berubah dari marah
kemudian tersenyum, dari ceria berubah menjadi murung.
4) Reaksi emosi mencerminkan individualitas
Semasa bayi, reaksi emosi yang ditunjukkan anak relatif sama.
Secara bertahap, dengan adanya pengaruh faktor belajar dan
lingkungan, perilakuyang menyertai berbagai emosi anak semakin
diindividualisasikan. Seoranganak akan berlari ke luar dari ruangan
jika mereka ketakutan, sedangkan anaklainnya mungkin akan
menangis atau menjerit.
5) Emosi berubah kekuatannya
Dengan meningkatnya usia, emosi anak pada usia tertentu
berubahkekuatannya. Emosi anak yang tadinya kuat berubah
menjadi lemah,sementara yang tadinya lemah berubah menjadi
emosi yang kuat.
6) Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku
Emosi yang dialami anak dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak
seperti :melamun, gelisah, menangis, sukar berbicara atau dari
tingkah laku yanggugup seperti menggigit kuku atau menghisap
jempol.
a. Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada ledakan
marahnya untuk menampilkan rasa tidak senang, anak melakukan
tindakan yang berlebihan, misalnya menangis, menjerit-jerit,
melemparkan benda, bergulingguling,atau memukul ibunya. Pada
usia ini anak tidak memperdulikan akibat dari perbuatannya, apakah
merugikan orang lain atau tidak.
b. Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini anak
mulaimenyadari akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak mulai

12
13

memahamiperasaan orang lain, misalnya bagaimana perasaan orang


lain bila disakiti,maka anak belajar mengendalikan
emosinya.Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat
dari satu bentukekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Anak
dalam keadaan gembirasecara tiba-tiba dapat langsung berubah
menjadi marah karena ada sesuatuyang dirasakan tidak
menyenangkan, sebaliknya apabila anak dalam keadaanmarah,
melalui bujukan dengan sesuatu yang menyenangkan bisa berubah
menjadi riang

C. Karakteristik AUD

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, baik secara fisik, sosial,
moral dan sebagainya. Menurut Siti Aisyah,dkk (2010: 1.4-1.9) karakteristik anak
usia dini antara lain;
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar,
b. Merupakan pribadi yang unik,
c. Suka berfantasi dan berimajinasi,
d. Masa paling potensial untuk belajar,
e. Menunjukkan sikap egosentris,
f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek,
g. Sebagai bagian dari makhluk sosial, penjelasannya adalah sebagai berikut.
Usia dini merupakan masa emas, masa ketika anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling
peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat
besar. Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang
mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan
terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap
anak memiliki keunikan sendiri-sendiri yang berasal dari faktor genetik
atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal
kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar
anak. Anak usia dini suka berfantasi dan berimajinasi. Hal ini penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Anak usia dini suka
membayangkan dan mengembangkan suatu hal melebihi kondisi yang
14

nyata. Salah satu khayalan anak misalnya kardus, dapat dijadikan anak
sebagai mobil-mobilan. Menurut Berg, rentang perhatian anak usia 5 tahun
untuk dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10
menit,kecuali hal-hal yang biasa membuatnya senang. Anak sering merasa
bosan dengan satu kegiatan saja. Bahkan anak mudah sekali mengalihkan
perhatiannya pada kegiatan lain yang dianggapnya lebih menarik. Anak
yang egosentris biasanya lebih banyak berpikir dan berbicara tentang diri
sendiri dan tindakannya yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya,
misalnya anak masih suka berebut mainan dan menangis ketika
keinginannya tidak dipenuhi. Anak sering bermain dengan teman-teman di
lingkungan sekitarnya. Melalui bermain ini anak belajar bersosialisasi.
Apabila anak belum dapat beradaptasi dengan teman lingkungannya, maka
anak anak akan dijauhi oleh teman-temannya. Dengan begitu anak akan
belajar menyesuaikan diri dan anak akan mengerti bahwa dia
membutuhkan orang lain di sekitarnya. Pendidik perlu memahami
karakteristik anak untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Pendidik
dapat memberikan materi pembelajaran sesuai dengan perkembangan
anak.

Pendapat lain tentang karakteristik anak usia dini (Hibama S Rahman, 2002:
43-44) adalah sebagai berikut.
a. Usia 01 tahun
Perkembangan fisik pada masa bayi mengalami pertumbuhan yang paling
cepat dibanding dengan usia selanjutnya karena kemampuan
danketerampilan dasar dipelajari pada usia ini. Kemampuan dan
keterampilan dasar tersebut merupakan modal bagi anak untuk proses
perkembangan selanjutnya. Karakteristik anak usia bayi adalah sebagai
berikut:

14
15

1. Keterampilan motorik antara lain anak mulai berguling, merangkak,


duduk, berdiri dan berjalan,
2. Keterampilan menggunakan panca indera yaitu anak melihat atau
mengamati, meraba, mendengar,mencium, dan mengecap dengan
memasukkan setiap benda ke mulut,
3. Komunikasi sosial anak yaitu komunikasi dari orang dewasa akan
mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.

b. Anak Usia 23 tahun


Usia ini anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat pada
perkembangan fisiknya. Karakteristik yang dilalui anak usia 2-3 tahun
antara lain:
1) Anak sangat aktif untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada di
sekitarnya. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap benda yang
ditemui merupakan proses belajar yang sangat efektif,
2) Anak mulai belajar mengembangkan kemampuan berbahasa yaitu
dengan berceloteh. Anak belajar berkomunikasi, memahami
pembicaraan orang lain dan belajar mengungkapkan isi hati dan
pikiran,
3) Anak belajar mengembangkan emosi yang didasarkan pada faktor
lingkungan karena emosi lebih banyak ditemui pada lingkungan.

c. Anak usia 46 tahun Anak pada usia ini kebanyakan sudah memasuki
Taman Kanakkanak. Karakteristik anak 4-6 tahun adalah:
1) Perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam berbagai kegiatan
sehingga dapat membantumengembangkan otot-otot anak,
2) Perkembangan bahasa semakin baik anak mampu memahami
pembicaraan orang lain dan mampumengungkapkan pikirannya,
3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat ditunjukkan
dengan rasa keingintahuan anak terhadap lingkungan sekitarnya.
Anak sering bertanya tentang apa yang dilihatnya,
4) Bentuk permainan anak masih bersifat individu walaupun
dilakukan anak secara bersama-sama.
d. Anak usia 78 tahun
Karakteristik anak usia 7-8 tahun adalah:
16

1) Dalam perkembangan kognitif, anak mampu berpikir secara analisis


dan sintesis, deduktif dan induktif (mampu berpikir bagian per
bagian),
2) Perkembangan sosial, anak mulai ingin melepaskan diri dari
orangtuanya. Anak seringbermain di luar rumah bergaul dengan
teman sebayanya,
3) Anak mulai menyukai permainan yang melibatkan banyak orang
dengan saling berinteraksi,
4) Perkembangan emosi anak mulai berbentuk dan tampak sebagai
bagian dari kepribadian anak.

Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat


perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari
berbagai aspek perkembangan yang ada. Sedangkankarakteristik anak usia dini
menurut Richard D.Kellough (Kuntjojo, 2010) adalah sebagai berikut:
a. egosentris,
b. memiliki imajinasi yang tinggi,
c. makhluk sosial,
d. kaya dengan fantasi,
e. daya konsentrasi yang pendek,
f. masa belajar yang paling potensial.

D. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut Bredekamp dan Coople (Siti Aisyah dkk, 2010: 1.17- 1.23),
beberapa prinsip perkembangan anak usia dini yaitu sebagai berikut: Aspek-aspek
perkembangan anak seperti aspek fisik, sosial, emosional, dan kognitif satu sama
lain saling terkait secara erat. Perkembangan anak tersebut terjadi dalam suatu
urutan yang berlangsung dengan rentang bervariasi antar anak dan juga antar
bidang perkembangan dari masingmasing fungsi. Perkembangan berlangsung ke
arah kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat.
Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda
terhadap perkembangan anak. Perkembangan dan belajar dapat terjadi karena
dipengaruhi oleh konteks sosial dan kultural yang merupakan hasil dari interaksi
kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial tempat

16
17

anak tinggal. Perkembangan mengalami percepatan bila anak memiliki


kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilan yang baru
diperoleh dan ketika mereka mengalami tantangan. Sarana penting bagi
perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta merefleksikan
perkembangan anak yaitu dengan bermain. Melalui bermain anak memiliki
kesempatan dalam pertumbuhan dan perkembangannya sehingga anak disebut
dengan pembelajar aktif. Anak akan berkembang dan belajar dengan baik apabila
berada dalam suatu konteks komunitas yang aman (fisik dan psikologi),
menghargai, memenuhi kebutuhankebutuhan fisiknya, dan aman secara
psikologis.
Anak menunjukkan cara belajar yang berbeda untuk mengetahui dan belajar
tentang suatu hal yang kemudian mempresentasikan apa yang mereka tahu dengan
cara mereka sendiri. Dari berbagai uraian, dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip anak usia dini adalah anak merupakan pembelajar aktif. Perkembangan
dan belajar anak merupakan interaksi anak dengan lingkungan antara lain melalui
bermain.
Bermain itu sendiri merupakan sarana bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Melalui bermain anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan
yang baru diperoleh sehingga perkembangan anak akan mengalami percepatan.

E. Implikasi dalam Pembelajaran

Implikasi karakteristik perkembangan anak usia dini sangat erat kaitannya


dengan metode yang akan digunakan guru dalam mengajar. Pemilihan metode
yang akan digunakan harus relevan dengan tujuan pembelajaran. Dalam memilih
suatu metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak di Taman
Kanak-kanak guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor-faktor yang
mendukung pemilihan metode tersebut, seperti karakteristik tujuan kegiatan dan
karakteristik anak yang diajar.

Maaksud dari karakteristik tujuan adalah pengembangan kreativitas,


pengembangan bahasa, pengembangan bahasa, pengembangan emosi,
pengembangan motorik, dan pengembangan nilai serta pengembangan sikap dan
18

nilai.Untuk mengembangkan kognisi anak dapat dipergunakan metode-metode


yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan berpikir, menalar, mampu
menarik kesimpulan, dan membuat generalisasi. Caranya adalah dengan
memahami lingkungan di sekitarnya, mengenal orang dan benda-benda yang ada,
memahami tubuh dan perasaan mereka sendiri, melatih memahami untuk
mengurus diri sendiri. Guru mengembangkan kreativitas anak, metode-metode
yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan
motivasi rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan
kreativitas anak metode yang dipergunakan mampu mendorong anak mencari dan
menemukan jawabannya, membuat pertanyaan yang membantu memecahkan,
memikirkan kembali, membangun kembali, dan menemukan hubungan-hubungan
baru.

Guru mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan menggunakan


metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan berbicara,
mendengar, membaca, dan menulis. Guru memberi kesempatan anak memperoleh
pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara.Guru mengembangkan
emosi anak dengan menggunakan metode-metode yang menggerakkan anak untuk
mengekspesikan perasaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara
verbal dan tepat.Guru untuk mengembangkan kemampuan motorik anak dapat
dipergunakan metode-metode yang menjamin anak tidak mengalami cedera. Oleh
karena itu guru perlu menciptakan lingkungan yang aman dan menantang (Gordon
& Brown, 1985), bahan dan alat yang dipergunakan dalam keadaan baik, tidak
menimbulkan perasaan takut dan cemas dalam menggunakannya. Berbagai bahan
dan alat yang dipergunakan juga menantang anak untuk melakukan berbagai
aktivitas motorik.Untuk mengembangkan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan
metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang
didasari nilai-nilai agama dan moral agar anak dapat menjalani hidup sesuai
dengan norma yang dianut masyarakat. Pemberian pengalaman belajar yang
memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, kebiasaan menghargai waktu, dan
kebiasaan memelihara lingkungan.

18
19

Selain dari tujuan kegiatan karakteristik anak juga ikut menentukan pemilihan
metode. Perlu diingat oleh guru bahwa anak TK pada umumnya adalah anak yang
selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu yang kuat, senang bereksperimen dan
menguji, mampu mengekspresikan diri secara kreatif, mempunyai imajinasi, dan
berbicara.Untuk memperoleh informasi dan pengalaman anak TK mempunyai
dorongan yang kuat untuk menjelajahi dan meneliti lingkungannya. Dengan
menggerakkan atau memainkan sesuatu, anak memperoleh pengalaman. Anak
juga mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji dan mencoba kemampuan
dan keterampilannya terhadap sesuatu. Kegiatan menguji dan mencoba tidak
hanya memberikan kesenangan bagi anak melainkan juga memberi pemahaman
yang lebih baik tentang sifat-sifat yang dimiliki sesuatu benda. Karena itu, bila
anak TK diberi kesempatan untuk bereksperimentasi, mencoba, menguji dengan
berbagai sumber belajar mereka akan memperoleh penyempurnaan dalam cara
kerja mereka dan juga dapat mengapresiasi cara kerja anak lain.

Berikut merupakan metode-metode pengajaran yang sesuai dengan


karakteristik anak usia TK, yaitu:
a) Bermain.
Menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain merupakan pekerjaan masa
kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak (Gordon &Browne). Melalui
bermain anak memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan.
Pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program kegiatan anak
TK merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa diabaikan. Bagi
anak TK belajar adalah bermain dan bermain sambil belajar.
b) Karyawisata
Bagi anak TK karyawisata berarti memperoleh kesempatan untuk
mengobservasi, memperoleh informasi, atau mengkaji segala sesuatu
secara langsung (Hildebrand). Berkaryawisata mempunyai makna penting
bagi perkembangan anak karena dapat membangkitkan minat anak kepada
sesuatu hal, memperluas perolehan informasi.
c) Bercakap-cakap
Bercakap-cakap mempunyai makna penting bagi perkembangan anak TK
karena bercakap-cakap dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi
dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam kegiatan bersama.
20

Juga meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan, serta menyatakan


gagasan atau pendapat secara verbal.
d) Bercerita
Bercerita dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan
cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap
dongeng yang diceritakan akan memberikan suasana yang segar, menarik
dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak.
e) Demonstrasi
Demonstrasi mempunyai makna penting bagi anak TK, antara lain: dapat
memperlihatkan secara konkret apa yang dilakukan/dilaksanakan
/diperagakan, dapat mengkomunikasikan gagasan/konsep/prinsip dengan
peragaan, dan membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara
teliti dan cermat.
f) Proyek
Metode proyek mempunyai makna penting bagi anak TK, antara lain:
berkaitan dengan kehidupan anak sehari-hari yang dapat dihubungkan satu
dengan yang lain dan dipadukan menjadi suatu hal yang menarik bagi
anak, selain juga bersifat fleksibel (Hildebrand), di dalam kegiatan
bersama anak belajar mengatur diri sendiri untuk bekerja sama dengan
teman dalam memecahkan suatu masalah, dan berlatih untuk berprakarsa
dan bertanggungjawab.
g) Pemberian tugas
Pemberian tugas merupakan salah satu metode pengajaran yang
memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan bahasa reseptif;
kemampuan mendengar dan menangkap arti; kemampuan kognitif:
memperhatikan, kemauan bekerja sampai tuntas.Penggunaan metode yang
variatif dan sesuai dengan karakteristik anak dapat meningkatkan minat
belajar anak dan perkembangan anak dapat berkembang sesuai dengan
tahap-tahap perkembangannya.(AST).

20
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak, supaya anak memiliki pendidikan lebih
lanjut. Perkembangan anak usia dini meliputi beberapa aspek, diantaranya aspek
fisik motorik, kognitif, bahasa, afektif, sosial, dan emosi.
Karakteristik anak usia dini secara umum seperti Memiliki rasa ingin tahu
yang besar, Merupakan pribadi yang unik, Suka berfantasi dan berimajinasi, Masa
paling potensial untuk belajar, Menunjukkan sikap egosentris, Memiliki rentang
daya konsentrasi yang pendek, dan Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Prinsip perkembangan anak usia dini mengacu pada aspek-aspek
perkembangan anak seperti aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, dan
emosional, yang satu sama lain saling terkait secara erat. Implikasi dari
karakteristik anak usia dini dalam pembelajaran dapat melalui metode-metode
pembelajaran seperti bermain, karyawisata, bercakap-cakap, bercerita, demontrasi,
proyek, dan pemberian tugas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. (2006). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kurniasari, Ajeng. (2014, Februari 07). Lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini.
Dipetik Maret 27, 2015, dari www.wordpress.com.
Muslichatoen. (1999). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Bandung:
Rineka Cipta.

22

Anda mungkin juga menyukai